BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1"

Transkripsi

1 BAB I PRA KALKULUS. Sistem bilangan ril.. Bilangan ril Sistem bilangan ril adalah himpunan bilangan ril dan operasi aljabar aitu operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Biasana bilangan ril dinatakan dengan lambang R. Operasi aljabar sering dinatakan dengan operasi penjumlahan dan perkalian saja. Hal ini disebabkan operasi pengurangan dapat digantikan dengan operasi penjumlahan, sedangkan operasi pembagian dapat digantikan dengan operasi perkalian. Sebagai contoh jika a dan b adalah unsur bilangan ril, maka a - b dapat ditulis dalam bentuk a + (-b). Sedangkan a b dapat ditulis dalam bentuk a. b. Bilangan Ril (R) Rasional (Q) Irrasional (I) Bulat (J) Pecahan Desimal berulang Desimal terbatas Negatif Cacah (W) Nol Asli (N) Gambar. Gambar. adalah jenis-jenis bilangan ril. Untuk mendapatkan pengertian ang lebih jelas mengenai jenis - jenis bilangan ini, berikut diberikan rincian - rincianna Himpunan bilangan asli (N) N = {,,,. } Himpunan bilangan cacah (W) W = {,,,, } Himpunan bilangan bulat (J) J = {, -, -, -,,,,, } Himpunan bilangan rasional (Q) Himpunan bilangan radional adalah himpunan bilangan ang mempunai bentuk p/q atau bilangan ang dapat ditulis dalam bentuk p/q, dimana p dan q adalah anggota bilangan bulat dan q ¹ ìp ü Q = í p dan q Î J,q ¹ ý îq þ

2 Contoh. Buktikan bahwa bilangan-bilangan, (,7) dan (,5858 ) adalah bilanganbilangan rasional! Bukti : a) Bilangan dapat ditulis dalam bentuk p/q aitu : / atau 6/ dan seterusna. b) Bilangan,7 dapat ditulis dalam bentuk : 7/ c) Bilangan,5858 dapat ditulis dalam bentuk p/q dengan cara : =,5858 = 58,5858 = = 56 = 99 Jadi bilangan-bilangan, (,7) dan (,5858 ) adalah bilangan-bilangan rasional... Garis bilangan ril Garis bilangan ril adalah tempat kedudukan titik-titik, dimana setiap titik menunjukkan satu bilangan ril tertentu ang tersusun secara terurut. Untuk menggambarkan garis bilangan ril,perhatikan Gambar.. Pertama - - -,5,5 Gambar. Garis bilangan ril gambarkan garis horizontal dan tentukan titik nol. Selanjutna kita tentukan titik-titik tempat kedudukan bilangan ril positif bulat disebelah kanan titik nol dengan ketentuan jarak antara titik dan, titik dan atau dan -, - dan - dan seterusna adalah sama. Tempat kedudukan bilangan ril lainna disesuaikan dengan posisi bilangan-bilangan bulat... Hukum-hukum bilangan ril Operasi penjumlahan dan perkalian bilangan ril mematuhi hukum-hukum seperti ang disebutkan berikut ini : Jika a dan b adalah bilangan-bilangan ril maka berlaku : ( i ) a + b hukum penjumlahan ( ii ) a. b hukum perkalian ( iii ) a + b = b + a hukum komutatif penjumlahan ( iv) a. b = b.a hukum komutatif perkalian Jika a, b dan c adalah bilangan-bilangan ril maka berlaku : ( v ) ( a + b ) + c = a + ( b + c ) hukum asosiatif penjumlahan ( vi ) ( ab ) c = a ( bc) hukum asosiatif perkalian ( vii ) a ( b + c ) = ab + ac hukum distributif ( viii ) a + = + a = a hukum penjumlahan nol ( i ) a. =. a = a hukum perkalian satu ( ) a. =. a = hukum perkalian nol ( i ) a + ( - a ) = -a + a hukum invers penjumlahan ( ii ) a. ( /a ) =, a ¹ hukum invers perkalian

3 Soal-soal Diketahui : -, /, 7,, -,, (,), /9, 6, (,55 ),, (,979 ) Dari bilangan tersebut diatas, tentukan bilangan-bilangan a) bulat, b) cacah, c) rasional, d) irasional, e) ril positif, f) ril negatif dan g) asli serta gambarkan masingmasing garis bilanganna!. Bilangan kompleks Bilangan kompleks adalah bilangan ang terdiri dari unsur bilangan ril dan imajiner. Bentuk umum bilangan kompleks adalah z = a + ib. Komponen a disebut bagian ril dan ditulis Re(z) dan b adalah bagian imajiner dan ditulis Im(z). Bilangan a dan b adalah bilangan-bilangan ril sedangkan i adalah bilangan imajiner ang besarna adalah. Karena i =, maka : i =. = - i = i. i = - i i = i. i = ; dan seterusna. Dari keterangan diatas didapat : = ( )( ) = i ; dan seterusna... Sifat-sifat bilangan kompleks Misal z = + i dan z = + i, maka berlaku : a) z = z Û = dan = sifat kesamaan b) z + z = ( + ) + i( + ) sifat penjumlahan c) z - z = ( - ) + i( - ) sifat pengurangan d) z. z = ( - ) + i( + ) sifat perkalian.. Konjugat Bila terdapat suatu bilangan kompleks z = + i, maka konjugat bilangan kompleks tersebut adalah z = i. Jika bilangan kompleks berbentuk z = i, maka konjugatna adalah z = + i. Bila kita bandingkan kedua bilangan kompleks diatas dengan konjugatna maka perbedaanna terletak pada komponen imajinerna. Jika komponen imajiner pada suatu bilanga kompleks adalah +i maka komponen imajiner pada konjugatna adalah i. Jika komponen imajiner pada bilangan kompleks adalah i, maka komponen imajiner pada konjugatna adalah +i. Sedangkan komponen ril baik pada bilangan kompleks maupun pada konjugatna adalah sama. Selain ditulis dalam bentuk z, konjugat suatu bilangan kompleks juga sering ditulis dalam bentuk z *... Perkalian bilangan kompleks dengan konjugatna Perkalian antara bilangan kompleks dengan konjugatna dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika terdapat suatu bilangan kompleks z = + i maka konjugatna adalah z = i. Jadi perkalian bilangan kompleks dengan konjugatna adalah : zz = ( + i)( i) = - i + i - i = + Dari hasil perkalian diatas kita dapat menimpulkan bahwa perkalian bilangan kompleks dengan konjugatna menghasilkan bilangan ril.

4 .. Pembagian dua buah bilangan kompleks Untuk melakukan operasi pembagian dua buah bilangan kompleks pertamatama kita kalikan pembilang dan penebutna (dalam hal ini z dan z ) dengan konjugat z. Sehingga didapat : z z = z z z z Jadi : = z z ( ( = i ) i ) ( ( i i Contoh. Diketahui : z = i dan z = i ) ) = + i i i Tentukan : a) z +z b) z -z c) z.z d) z /z e) z f) z. z Penelesaian : Dari soal didapat bahwa : 5 ; 7 ; ; z z z ( ) i( ) ( 5 ) i(7 ( )) 8 9 a) z ( ) i( ) ( 5 ) i(7 ( )) 5i b) i c) z. z = ( - ) + i( + ) = ((-5)() (7)(-))+i((-5)(-)+()(7)) = (-5 + ) + i ( + ) = - + i z d) = + i z = = ( 5)() (7)( ) ()(7) ( 5)( ) i ( ) ( ) i e) z. = (-5 + 7i)( + i) = -5 -i + i + i = -9 + i z f) z. z = (-5-7i) ( - i) = -5 +i - i + i = -9 - i Soal-soal. Selesaikan soal-soal berikut : a) ( + 5i) + ( 7i) d) (- - i) (-5-8i) g) ( i)(5 + i) 5 b) ( i) + (- + i) e) ( i ) - ( i ) h) ( i )( i ) / ( / )i c) (- 6 + i) (6-5i) f) (5 + i)(7 + i) i) /5 ( /7)i. Jika z = -7 -i dan z = + 5i Tentukan : a) z z b) z z. Pertaksamaan Pertaksamaan adalah salah satu bentuk pernataan matematika ang mengandung satu peubah atau lebih ang dihubungkan oleh tanda-tanda <, >, atau ³. Ditinjau dari jumlah dan pangkat peubah maka pertaksamaan dapat dibagi menjadi pertaksamaan linier dengan satu peubah, pertaksamaan linier dengan peubah banak

5 dan pertaksamaan kuadrat. Jika terdapat suatu himpunan bilangan ril ang unsurunsurna dapat menggantikan peubah dari pertaksamaan maka himpunan bilangan tersebut disebut himpunan pengganti. Jika sebagian dari unsur himpunan pengganti menebabkan pertaksamaan menjadi suatu pernataan ang benar maka himpunan tersebut disebut himpunan jawab. Jika himpunan jawab dimisalkan A dan himpunan pengganti dimisalkan B maka A Ì B. Jika A = B maka pertaksamaan dinamakan ketaksamaan. Contoh. Dari pertaksamaan / > Himpunan pengganti atau B adalah Himpunan jawab atau A adalah Î R Î R ¹, ¹. Jadi A Ì B Contoh. Dari pertaksamaan / > Himpunan pengganti atau B adalah { çîr, ¹ } Himpunan jawab atau A adalah { çîr, ¹ }. Karena A = B, maka / > disebut ketaksamaan... Sifat-sifat pertaksamaan ( i ) Jika a > b dan b > c, maka a > c ( ii ) Jika a > b, maka a + c > b + c ( iii ) Jika a > b, maka a - c > b c ( iv) Jika a > b dan c adalah bilangan positif, maka ac > bc ( v ) Jika a > b dan c adalah bilangan negatif, maka ac < bc Dengan mengganti tanda > pada sifat-sifat diatas dengan tanda <, maka akan didapat sifat-sifat ang analog sebagai berikut : ( vi ) Jika a < b dan b < c, maka a < c ( vii ) Jika a < b, maka a + c < b + c ( viii ) Jika a < b, maka a - c < b c ( i) Jika a < b dan c adalah bilangan positif, maka ac < bc ( ) Jika a < b dan c adalah bilangan negatif, maka ac > bc Sifat-sifat pertaksamaan lainna : ( i ) ac > jika a > dan c > atau jika a < dan c < ( ii ) ac < jika a < dan c > atau jika a > dan c < ( iii ) a/c > jika a > dan c > atau jika a < dan c < ( iv ) a/c < jika a < dan c > atau jika a > dan c < ( v ) Jika a > b, maka a < -b ( vi ) Jika /a < /b, maka a > b ( vii) Jika a < b < c, maka b > a dan b < c (bentuk komposit).. Selang ( interval ) Selang adalah himpunan bagian dari bilangan ril ang mempunai sifat relasi tertentu. Jika batas-batasna merupakan bilangan ril maka dinamakan selang hingga. Jika bukan bilangan ril maka dinamakan selang tak hingga ( ). Lambang menatakan membesar tanpa batas dan lambang - menatakan mengecil tanpa batas. Contoh dari bermacam-macam selang dapat dilihat pada tabel berikut ini. 5

6 Notasi Definisi Grafik Keterangan (a,b) a b [a,b] a b [a,b) a b (a,b] a b ( a, ) a [ a, ) ³ a (,b) b (,b] b a b ( ) Selang terbuka a b [ ] Selang tertutup a b [ ) a b ( ] a ( a [ Selang setengah terbuka Selang setengah terbuka Selang terbuka Selang tertutup b ) Selang terbuka b ] Selang tertutup (, ) R Selang terbuka.. Pertaksamaan linier satu peubah Pertaksamaan linier satu peubah adalah pernataan matematika ang memuat satu peubah ang mempunai pangkat satu dan dihubungkan dengan tandatanda <, >, atau ³. Bentuk umum dari pertaksamaan linier satu peubah adalah :a + b (?), dimana a dan b adalah konstan, sedangkan (?) adalah salah satu dari tanda-tanda <, >, atau ³. Contoh.5 Selesaikan pertaksamaan < -5 Penelesaian : < -5 semua ruas dikurang < < - /7 ( 7 ) < /7 ( - ) semua ruas dikalikan /7 < - Jadi himpunan penelesaianna adalah : - ) selang terbuka - Gambar. Contoh.6 Tentukan himpunan penelesaian dari pertaksamaan + < + 9 Penelesaian : + < ( + )< + 9 ( + ) semua ruas dikurang (+) < 8 6

7 / () < / ( 8 ) semua ruas dikalikan / < Himpunan penelesaianna adalah : ) selang terbuka Gambar. Untuk kesederhanaan, penelesaian pertaksamaan linier satu peubah dapat diselesaikan dengan cara mengelompokkan peubah pada salah satu ruas dan mengelompokkan konstan pada ruas lainna. Ingat, setiap memindahkan suku pada ruas ang berbeda tandana akan berubah! Contoh.7 Tentukan himpunan penelesaian dari pertaksamaan - ³ Penelesaian : - ³ ³ 8 + Pidahkan 5 keruas kiri dan - keruas kanan Kelompokkan peubah pada ruas kiri dan kelompokkan konstan pada ruas kanan. - ³ 6 (-/)(-) ()(-/) Jika mengalikan setiap ruas dengan bilangan negatif maka tanda pertaksamaan harus dibalik. Lihat sifat pertaksamaan (v). -5 Himpunan penelesaianna adalah : 5 ] selang terbuka -5 Gambar.5 Contoh.8 Tentukan himpunan penelesaian dari pertaksamaan < 5 < Penelesaian : < 5 < < 5 < Kalikan semua ruas dengan 5 ()(5)< (5) 5 < (5)( ) < < 5 Dapat dipecah menjadi dua bagian, aitu > dan < -5. (perhatikan sifat pertaksamaan vii). Setelah dipecah menjadi dua pertaksamaan, selesaikan satu persatu. > < -5 < >9 < -8 > / Jadi himpunan penelesaianna adalah : -8 atau ) ( -8 / selang terbuka Gambar.6 7

8 Soal-soal Selesaikan pertaksamaan : (8 ) > ³ ³ < Nilai mutlak Nilai mutlak dari dinatakan dengan dan didefinisikan sebagai : ì jika í î jika ³ Teorema-teorema Jika a dan b adalah bilangan ril, maka : ( i ) a Û a a ( ii ) a Û a atau < -a ( iii ) a Û a a ( iv ) ³ a Û ³ a atau -a ( v ) a Û a atau = -a ( vi ) ab a b. Bukti : ab (ab) a b a b a b (terbukti) a a ( vii ),b ¹. Bukti : b b ( viii ) a b a b (ketaksamaan segitiga) a b éaù a a a ê b ú (terbukti) ë û b b b Bukti : a b a ab b a a b b a b a b a b a b a b Telah diketahui bahwa : a b a b Jadi ( i ) a b a b a b a b (terbukti).. Jadi a b a b (terbukti) Bukti: a b a ( b) a b a b ( ) a b a b Bukti : a a b b a b b Jika setiap suku dikurangi dengan b, maka a b a b (terbukti) Contoh.9 Selesaikan pertaksamaan 5, gambarkan garis bilangan dan selangna Penelesaian : (lihat teorema iii ) Dengan memperhatikan sifat pertaksamaan vii halaman 6, maka kita dapatkan dua buah pertaksamaan, aitu : 5 ³ dan 5. Selanjutna kita selesaikan satu persatu persamaan tersebut. - 5 ³ - ³ 5 9 Jadi himpunan penelesaian pertakasamaan adalah : 9 8

9 [ ] 9 selang tertutup Gambar.7 Contoh. Selesaikan pertaksamaan 7, gambarkan garis bilangan dan selangna Penelesaian : 7 - > 7 > (lihat teorema iii ) Dengan memperhatikan sifat pertaksamaan vii halaman 6, maka kita dapatkan dua buah pertaksamaan, aitu : 7 dan 7. Selanjutna kita selesaikan satu persatu persamaan tersebut. 7 7 Jadi himpunan penelesaian pertakasamaan adalah : atau ) ( selang terbuka Gambar.8 Soal-soal Selesaikan pertaksamaan : ³ Pertaksamaan linier dua peubah Bentuk umum pertaksamaan linier dua peubah adalah : a + b + c (?) ; konstanta-konstanta a, b dan c adalah bilangan-bilangan ril dan a ¹. Tanda (?) adalah salah satu dari tanda <, >, atau ³. Untuk membantu mahasiswa dalam menggambarkan grafik pertaksamaan linier dua peubah, berikut diberikan prosedurna.. Ganti tanda pertaksamaan dengan tanda sama dengan dan selanjutna gambarkan grafik persamaan linier ang dimaksud. Setelah digambar kita akan melihat bahwa grafik persamaan linier adalah garis ang membagi bidang menjadi dua bagian.. Jika pada pertaksamaan menggunakan tanda atau ³ berarti garis tersebut termasuk pada grafik ang akan digambarkan. Selanjutna garis tersebut digambarkan secara penuh. Jika pertaksamaan menggunakan tanda < atau > berarti garis tersebut tidak termasuk pada grafik ang akan digambarkan. Selanjutna garis tersebut digambarkan putus-putus.. Pilih salah satu titik koordinat pada masing-masing bidang dan kemudian substitusikan pada pertaksamaan. Jika substitusi tersebut menghasilkan pernataan ang benar berarti bidang tempat kedudukan titik tersebut adalah bidang ang dimaksud. Sebalikna jika substitusi menghasilkan pernataan ang salah maka bidang tempat kedudukan titik tersebut bukan 9

10 bidang ang dimaksud. Untuk keseragaman bidang ang memenuhi pertaksamaan diarsir. Akan menjadi lebih sederhana jika kita memilih titik koordinat (,) asalkan titik koordinat tersebut tidak dilalui oleh garis. Contoh. Gambarkan grafik pertaksamaan ³ 8 Penelesaian : Langkah. Ganti tanda pertaksamaan menjadi tanda sama dengan - = 8 Langkah. Gambarkan grafikna. Gambar.9. Memilih titik koordinat. Pilih satu titik koordinat aitu (,) dan substitusikan ke pertaksamaan. Ternata substitusi ini menghasilkan pernataan ang salah. Berarti bidang tempat kedudukan titik koordinat tersebut bukan bidang ang dicari. Sehingga bidang disebelahna merupakan bidang ang dicari. Selanjutna bidang tersebut diarsir. Gambar. Contoh. Gambarkan grafik pertaksamaan 5 + < 6 Penelesaian : Langkah. Ganti tanda pertaksamaan menjadi tanda sama dengan 5 + = 6 Langkah. Gambarkan grafikna.

11 Gambar. Langkah Memilih titik koordinat. Pilih satu titik koordinat aitu (,) dan substitusikan ke pertaksamaan. Ternata substitusi ini menghasilkan pernataan ang benar. Berarti bidang tempat kedudukan titik koordinat tersebut merupakan bidang ang dicari. Sehingga bidang disebelahna bukan bidang ang dicari. Selanjutna arsir ang dicari tersebut. Gambar. Soal-soal Gambarkan grafik dari pertaksamaan-pertaksamaan berikut!. + <. + > ³ Sistem pertaksamaan linier Dalam penerapanna sering terdapat lebih dari satu pertaksamaan ang harus diselesaikan secara serentak. Pertaksamaan-pertaksamaan tersebut dinamakan sistem pertaksamaan linier. Dalam pembahasan sistem per- taksamaan linier kita hana akan membahas sistem pertaksamaan linier ang mempunai tidak lebih dari peubah. Langkah-langkah penelesaian sistem pertaksamaan linier.. Ganti semua tanda pertaksamaan menjadi tanda sama dengan.. Gambarkan grafikna.. Periksa salah satu titik koordinat pada bidang. Jika menghasilkan pernataan ang benar, berarti bidang tersebut adalah bidang ang dicari. Contoh. Gambarkan grafik sistem pertaksamaan + < 5 dan ³ Penelesaian : Langkah. + = 5 - = -

12 Langkah. Gambar. Langkah. Periksa koordinat (,). Setelah dilakukan substitusi harga = dan = kedalam sistem pertaksamaan ternata menghasilkan pernataan ang benar. Berarti bidang tempat kedudukan titik tersebut adalah bidang ang dicari. Selanjutna bidang tersebut diarsir. Gambar. Contoh. (penerapan sistem pertaksamaan linier) Sebuah pabrik kendaraan bermotor akan memproduksi dua jenis kendaraan aitu jenis diesel dan bensin. Biaa pembuatan jenis kendaraan diesel adalah Rp. juta/kendaraan, sedangkan untuk jenis kendaraan bensin adalah Rp. 8 juta /kendaraan. Jika pabrik tersebut mempunai kemampuan produksi kendaraan setiap bulan dan dan untuk pembuatan kedua jenis kendaraan tersebut tidak lebih dari Rp milar / bulan, tentukan bentuk pertaksamaan dari persoalan diatas dan gambarkan grafikna. Penelesaian: Diesel (juta rupiah) Bensin (juta rupiah) Nilai batas (juta rupiah) Biaa Rp..., Rp. 8.., Rp. milar Jumlah juta. + 8 juta.. juta atau : ³ ; ³

13 Gambar.5 Soal-soal Gambarkan grafik dari pertaksamaan linier berikut : ì ì 8 ì 9 ì ³ ï ï. í. í. í ³. í 6 î 6 î ï î ³ ï î ³ dan ³ 5. Sebuah industri komputer akan memproduksi sekurang-kurangna buah komputer ang terdiri dari dua jenis aitu jenis PC dan Laptop. Diperkirakan biaa untuk memproduksi sebuah PC adalah Rp..., sedangkan untuk memproduksi Laptop adalah Rp. 6..,. Jika dana ang tersedia untuk memproduksi kedua jenis komputer tersebut adalah Rp. milar rupiah tentukan sistem pertaksamaan linier dari persoalan diatas dan gambarkan grafikna!...7 Pertaksamaan kuadrat Bentuk umum dari pertaksamaan kuadrat adalah : a + b + c (?), dimana a, b dan c adalah bilangan-bilangan ril dan a ¹ Sedangkan (?) adalah salah satu dari tanda <, >,, atau ³. Penelesaian dari pertaksamaan adalah menentukan harga-harga peubah ang memenuhi pertaksamaan. Contoh.5 Selesaikan pertaksamaan > Penelesaian : Lakukan pemaktoran terhadap pertaksamaan : > ( )( ) > Titik-titik kritis adalah dan Grafik pertaksamaan : : : ( )( ) : ) ( Gambar.6

14 Dari gambar diatas didapat bahwa daerah ang memenuhi pertaksamaan adalah < atau >. Contoh.6 Tentukan himpunan penelesaian dari pertaksamaan : ( ) Penelesaian : ( ) ( )( ) 8 8 ³ ( )( ) ³ Titik-titik kritis adalah -, dan Grafik pertaksamaan : 8 ³ ( ) ( 9) ³ : : : ( )( ) : (- ) [ ) [ - Gambar.7 Himpunan penelesaianna adalah : - atau ³ Soal-soal Selesaikan pertaksamaan berikut dan tentukan selangna!. ( + )( ) > ( - )( + 5) < 6. >5 6. ( + 6) ³ ( 7) 8. + ³. Koordinat Kartesius Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat hubungan antara satu besaran dan besaran lainna. Contohna adalah untuk membeli sejumlah barang kita harus mengeluarkan sejumlah uang, pengukuran temperatur pada suatu tabung berhubungan dengan tekanan didalamna dan masih banak contoh lainna lagi. Contoh-contoh diatas adalah hubungan dua besaran ang akan menghasilkan pasangan terurut bilangan ril. Jika pasangan terurut bilangan tersebut disimbolkan dengan (untuk bilangan pertama) dan (untuk bilangan kedua) maka kita dapat menuliskan pasangan bilangan terurut dengan (,). Setiap pasangan terurut bilangan ril disebut titik dan dinatakan dengan R. Sedangkan himpunan pasangan terurut bilangan ril disebut bidang bilangan dan disimbolkan dengan R. Bidang bilangan dpt. Digambarkan dengan bantuan koordinat Kartesius. Untuk menggambarkan koordinat

15 sumbu sumbu Gambar.8 Koordinat Kartesius kartesius pertama-tama kita gambarkan dua buah garis ang saling tegak lurus, seperti pada Gambar.8. Garis tegak lurus adalah sumbu atau ordinat, sedangkan garis horizontal disebut sumbu atau absis. Titik potong kedua garis tsb. adalah titik asal (origin) dan dilambangkan dengan. Sumbu ang berada disebelah kanan titik asal menunjukkan arah positif sedangkan disebelah kiri adalah arah negatif. Sumbu ang berada diatas titik asal adalah arah positif sedangkan ang berada dibawahna adalah arah negatif. Pasangan kedua sumbu dan adalah koordinat Kartesius. Jika suatu pasangan terurut bilangan ril (, ) menunjukkan titik A (ditulis A (, )), maka (, ) disebut koordinat titik A.Sebagai contoh bila harga = dan harga = -, maka titik A dapat ditentukan seperti ang ditunjukkan pada Gambar.9. A(,-) Gambar.9 Titik koordinat Kuadran-kuadran Bila kita perhatikan koornat Kartesius maka akan terlihat empat buah bidang. Bidangbidang tersebut disebut kuadran-kuadran ang terdiri dari kuadran I, II, III dan IV. Pembagian dari kuadran-kuadran tersebut dapat dilihat padda Gambar. dibawah ini. kuadran II kuadran I ( -, + ) ( +, + ) kuadran III kuadran IV ( -, - ) ( +, - ) Gambar. Kuadran-kuadran pada koordinat Kartesius Soal-soal Diketahui koordinat-koordinat :. (, ). ( -5, -6) 5. ( -, 7 ). (, -5 ). ( -, 6 ) 6. ( -,) 5

16 .5 Pertambahan dan jarak Jika sebuah partikel bergerak dari suatu titik P (, ) ke titik P (, ) maka dikatakan bahwa koordinat partikel tersebut mengalami pertambahan sebesar dan. Sebagai contoh, bila suatu partikel bergerak dari titik A(,- ) ke B(-,) B(-,) A(,-) Gambar. Gerak partikel dari titik A ke B (lihat Gambar.) maka pertambahanna adalah : = - = - = -5 = - = (-) = Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa pertambahan pada suatu koordinat adalah perubahan netto, aitu : ì í î titik akhir titik akhir titik awal titik awal (. ).5. Jarak antara dua titik Apabila sumbu-sumbu koordinat menggunakan satuan pengukuran ang sama maka jarak antara dua buah titik pada suatu bidang tertentu dapat ditrntukan dengan menggunakan kombinasi antara pertambahan-pertambahan koordinat dan teorema Pthagoras, seperti ang ditunjukkan Gambar. berikut. h P (, ) P (, ) Gambar. Jarak dua titik 6

17 = - = - = -5 = - = (-) = Dari teorema Pthagoras didapat : Jarak P P = d(p P ) = h = (. ) Contoh.7 Tentukan jarak dari pasangan koordinat berikut : a) P = (-,) dan P = (,) b) P = (-,-) dan P = (5,) Penelesaian : a) = - = (-) = 6 ; = - = = - Jarak P P = d(p P )= h = = (6) ( ) b) = - = 5 (-) = 7 ; = - = (-) = Jarak P P = d(p P ) = h = = (7) () Titik tengah Jika terdapat sebuah garis L (lihat Gambar.) ang mempunai titik pangkal P (, ), titik ujung P (, ) dan titik tangah M(,), maka koordinat titik tengah garis tersebut dapat ditentukan sebagai berikut : P (, ) M(,) l P (, ) Gambar. Titik tengah garis d(p,m) = d(m, P ) ) ( ) ( ) ( ) ( ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) 7

18 Dari persamaan diatas didapat : + = + = ì Jadi koordinat titik tengah garis adalah M(,)= í, î ü ý þ (.) Soal-soal Diketahui koordinat-koordinat :. (,) dan (,5). (5,) dan (,). (-,-) dan (,). (-,) dan (,-) Tentukan jarak masing-masing koordinat dan titik tengahna!.6 Kemiringan garis Kemiringan didefinisikan sebagai ukuran laju perubahan koordinat dari titik-titik ang terletak pada suatu garis.misal dua buah titik aitu P (, ) dan P (, ) terletak pada suatu garis l, seperti ang ditunjukkan pada Gambar. berikut ini. P (, ) P (, ) Gambar. Titik tengah garis Dari persamaan. didapat = dan =. Dengan mengacu pada definisi, maka kemiringan garis atau koeffisien arah (sering disimbolkan dengan lambang m) adalah : m = (. ) Contoh.9 Tentukan kemiringan atau koeffisien arah garis ang melalui titik (,5) dan (6,). Penelesaian : 5 m = = 6.7 Dua garis sejajar Dua buah garis dikatakan sejajar bila kedua garis tersebut tidak mempunai titik potong untuk sembarang koordinat (,). Misal pada garis l terdapat titik-titik 8

19 P (, ) dan P (, ) serta pada garis l terdapat titik-titik P ' ( ', ' ) dan P ' ( ', ' ) dengan kondisi ' dan ' (lihat Gambar.5). Berdasarkan definisi, kita dapat menimpulkan bahwa jarak antara titik P dan P sama dengan jarak P dan P. Jarak P dan P = d( P,P ) = ' ) (' ) ( ( * ) Karena ' maka d( P,P ) = ( ' ) ' ( ** ) Jarak P dan P = d( P,P ) = ' ) (' ) ( ( # ) Karena =, maka d( P,P ) = ( ' ) ' ( ## ) Karena jarak P dan P sama dengan jarak P dan P maka persamaan (**) sama dengan persamaan (##) atau dapat ditulis sebagai : ' ' atau ' ' ' ' P (, ) P (, ) P (, ) P (, ) Gambar.5 Dua garis sejajar Dari Gambar.5 diketahui bahwa : Kemiringan garis l adalah m = Kemiringan garis l adalah m = ' ' ; ' ' ' Karena : dan ', maka m = =m Jadi dapat dibuktikan bahwa dua garis dikatakan sejajar jika mempunai kemiringan atau koeffisien arah ang sama dan ditulis dalam bentuk : ' ' m = m (.5) 9

20 Contoh. Buktikan bahwa garis l ang melalui titik-titik (,6) dan (,-) sejajar dengan garis l ang melalui titik (,) dan (,). Penelesaian : 6 Kemiringan garis l adalah m = Kemiringan garis l adalah m = Karena m = m, maka garis l sejajar dengan garis l..8 Dua garis tegak lurus Hubungan antara kemiringan dua buah garis ang saling tegak lurus dapat ditentukan dengan bantuan Gambar.6 berikut ini. l l P (, ) P (X, ) P (X, ) P (, ) Gambar.6 Dua garis tegak lurus Kemiringan garis l adalah : m = Kemiringan garis l adalah : m = {d(p,p )} = {d(p,p )} + {d(p,p )} = ( - ) +( ) {d(p,p )} = {d(p,p )} + {d(p,p )} = ( - ) +( ) {d(p,p )} = {d(p,p )} + {d(p,p )} = {d(p,p )+d(p,p )} Jadi : ( - ) +( - ) +( - ) +( - ) ={( - ) +( - )} = = -

21 ( - )- ( - )+( - ) = ( - ) +( - ) = ( - )( - ) = -( - )( - ) Karena : ( = ) Maka : = ( = m ) m atau m m = - (.6) Contoh. Buktikan bahwa garis l ang melalui titik-titik (,-) dan (5,) tegak lurus terhadap garis l ang melalui titik-titik (,) dan (,-)! Penelesaian : Kemiringan garis l adalah : m = ( ) 5 Kemiringan garis l adalah : m = Karena : m.m = -, maka garis l saling tegak lurus dengan garis l. Soal-soal :. Tentukan kemiringan garis ang melalui titik-titik : a) P (,) dan P (,5) c) P (-,-) dan P (,-) b) P (-,) dan P (,) d) P (,) dan P (,-5). Tentukan apakah garis-garis l dan l berikut ini sejajar, tegak lurus atau tidak keduana! a) Garis l ang melalui titik-titik (,) dan (,) dan garis l ang melalui titik-titik (,) dan (,-). b) Garis l ang melalui titik-titik (,) dan (,) dan garis l ang melalui titik-titik (,-8) dan (,-). c) Garis l ang melalui titik-titik (,) dan (,) dan garis l ang melalui titik-titik (,-) dan (-,).

PENDAHULUAN KALKULUS

PENDAHULUAN KALKULUS . BILANGAN REAL PENDAHULUAN KALKULUS Ada beberapa jenis bilangan ang telah kita kenal ketika di bangku sekolah. Bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan asli, bulat, cacah, rasional, irrasional. Tahu

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 03 Oktober 2016

SISTEM BILANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 03 Oktober 2016 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER SISTEM BILANGAN ILHAM SAIFUDIN Senin, 03 Oktober 2016 Universitas Muhammadiyah Jember SISTEM BILANGAN 1 Sistem Bilangan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS BAB. PENDAHULUAN KALKULUS (Himpunan,selang, pertaksamaan, dan nilai mutlak) Pembicaraan kalkulus didasarkan pada sistem bilangan nyata. Sebagaimana kita ketahui sistem bilangan nyata dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI

BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI 5.1 Persamaan garis singgung Bentuk umum persamaan garis adalah = m + n, dimana m adalah koeffisien arah atau kemiringan garis dan n adalah penggal garis. Sekarang perhatikan

Lebih terperinci

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Bilangan Real S PENDAHULUAN Drs. Soemoenar emesta pembicaraan Kalkulus adalah himpunan bilangan real. Jadi jika akan belajar kalkulus harus paham terlebih dahulu tentang bilangan real. Bagaimanakah

Lebih terperinci

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan Unit KONSEP DASAR ALJABAR Clara Ika Sari Pendahuluan P ada unit ini kita akan mempelajari beberapa konsep dasar dalam aljabar seperti persamaan dan pertidaksamaan ang berbentuk linear dan kuadrat, serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan riil. Bilangan riil biasanya dilambangkan dengan huruf R (Negoro dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan riil. Bilangan riil biasanya dilambangkan dengan huruf R (Negoro dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Bilangan Riil Definisi Bilangan Riil Gabungan himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irrasional disebut bilangan riil. Bilangan riil biasanya dilambangkan dengan

Lebih terperinci

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI BAB I. SISTEM KRDINAT, NTASI & FUNGSI (Pertemuan ke 1 & 2) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini akan dijelaskan tentang bilangan riil, sistem koordinat Cartesius, notasi-notasi ang sering digunakan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Matematika Dasar. Sistem Bilangan (2) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Matematika Dasar. Sistem Bilangan (2) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Matematika Dasar Sistem Bilangan (2) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika 02 MK10230 Ir. Zuhair, M.Eng.. Abstract Sistem bilangan

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Riil

Sistem Bilangan Riil Sistem Bilangan Riil Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan riil adalah himpunan bilangan riil yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) 1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat

Lebih terperinci

Bagian 1 Sistem Bilangan

Bagian 1 Sistem Bilangan Bagian 1 Sistem Bilangan Dalam bagian 1 Sistem Bilangan kita akan mempelajari berbagai jenis bilangan, pemakaian tanda persamaan dan pertidaksamaan, menggambarkan himpunan penyelesaian pada selang bilangan,

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional SISTEM BILANGAN REAL Sebelum membahas tentag konsep sistem bilangan real, terlebih dahulu ingat kembali tentang konsep himpunan. Konsep dasar dalam matematika adalah berkaitan dengan himpunan atau kelas

Lebih terperinci

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 19 Topik Bahasan 1 Sistem Bilangan Real 2 Interval 3

Lebih terperinci

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa 0/08/015 Sistem Bilangan Riil Simbol-Simbol dalam Matematikaa 1 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa Simbol-Simbol dalam Matematikaa 4 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa 5 Sistem bilangan N :

Lebih terperinci

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA BAB I Bilangan Real dan Notasi Selang Pertaksamaan Nilai Mutlak Sistem Koordinat Cartesius dan Grafik Persamaan Bilangan Real dan Notasi Selang Bilangan

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Riil

Sistem Bilangan Riil Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real Q : q R a b, a, b Z, b Q Irasional Contoh Bil Irasional,, 0

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

Pertemuan ke 8. GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(x,y): y = f(x), x D f } disebut grafik fungsi f.

Pertemuan ke 8. GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(x,y): y = f(x), x D f } disebut grafik fungsi f. Pertemuan ke 8 GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(,y): y = f(), D f } disebut grafik fungsi f. Grafik metode yang paling umum untuk menyatakan hubungan antara dua himpunan yaitu dengan menggunakan

Lebih terperinci

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b 2 SISTEM BILANGAN Perhatikan skema sistem bilangan berikut Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan bulat adalah bilangan yang

Lebih terperinci

Silabus. 1 Sistem Bilangan Real. 2 Fungsi Real. 3 Limit dan Kekontinuan. Kalkulus 1. Arrival Rince Putri. Sistem Bilangan Real.

Silabus. 1 Sistem Bilangan Real. 2 Fungsi Real. 3 Limit dan Kekontinuan. Kalkulus 1. Arrival Rince Putri. Sistem Bilangan Real. Silabus 1 2 3 Referensi E. J. Purcell, D. Varberg, and S. E. Rigdon, Kalkulus, Jilid 1 Edisi Kedelapan, Erlangga, 2003. Penilaian 1 Ujian Tengah Semester (UTS) : 30 2 Ujian Akhir Semester (UAS) : 20 3

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Real. Pendahuluan

Sistem Bilangan Real. Pendahuluan Sistem Bilangan Real Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan real dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan real adalah himpunan bilangan real yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER MATEMATIKA BISNIS BAB FUNGSI LINIER Hikmah Agustin, S.P.,MM DEFINISI FUNGSI Fungsi adalah hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainna. Unsur-unsur pembentukan fungsi : 1. Variabel Variabel

Lebih terperinci

Bab. Persamaan Garis Lurus. Pengertian Persamaan Garis Lurus Gradien Menentukan Persamaan Garis lurus

Bab. Persamaan Garis Lurus. Pengertian Persamaan Garis Lurus Gradien Menentukan Persamaan Garis lurus Bab Sumb er: Scien ce Enclopedia, 997 Persamaan Garis Lurus Dalam suatu perlombaan balap sepeda, seorang pembalap mengauh sepedana dengan kecepatan tetap. Setiap 5 detik, pembalap tersebut menempuh jarak

Lebih terperinci

AB = AB = ( ) 2 + ( ) 2

AB = AB = ( ) 2 + ( ) 2 Nama Siswa Kelas LEMBAR AKTIVITAS SISWA HUBUNGAN ANTAR GARIS Titik Tengah Sebuah Segmen Garis : : Kompetensi Dasar (KURIKULUM 2013): 3.10 Menganalisis sifat dua garis sejajar dan saling tegak lurus dan

Lebih terperinci

BAB 4 PERSAMAAN LINGKARAN

BAB 4 PERSAMAAN LINGKARAN STANDAR KOMPETENSI: BAB 4 PERSAMAAN LINGKARAN Menusun persamaan lingkaran dan garis singgungna. KOMPETENSI DASAR Menusun persamaan lingkaran ang memenuhi persaratan ang ditentukan Menentukan persamaan

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Riil. Pendahuluan

Sistem Bilangan Riil. Pendahuluan Sistem Bilangan Riil Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan riil adalah himpunan bilangan riil yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan

Lebih terperinci

SRI REDJEKI KALKULUS I

SRI REDJEKI KALKULUS I SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih

Lebih terperinci

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Modul 1 Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Drs. Sukirman, M.Pd. D alam Modul Pertama ini, kita akan membahas tentang Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real. dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan A ditulis ;

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real. dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan A ditulis ; 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real Himpunan dinyatakan dengan huruf kapital dan anggota himpunan dinyatakan dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan

Lebih terperinci

Fungsi, Persamaaan, Pertidaksamaan

Fungsi, Persamaaan, Pertidaksamaan Fungsi, Persamaaan, Pertidaksamaan Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Drs. Markaban, M.Si. Widyaiswara PPPG

Lebih terperinci

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam RUAS GARIS BERARAH 9.1 Definisi dan Sifat-sifat ang Sederhana Untuk melajutkan penelidikan tentang isometri diperlukan pengertian tentang ruas garis berarah sebagai berikut: Definisi: Suatu ruas garis

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Pengantar Kalkulus. Pertemuan - 1

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Pengantar Kalkulus. Pertemuan - 1 Mata Kuliah Kode SKS : Kalkulus : CIV-101 : 3 SKS Pengantar Kalkulus Pertemuan - 1 Kemampuan Akhir ang Diharapkan : Mahasiswa mampu menjelaskan sistem bilangan real Mahasiswa mampu menelesaikan pertaksamaan

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )=

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )= Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ()= (+) () Penyusun Zulfaneti Yulia Haryono Rina Febriana Nama NIm : : Untuk ilmu yang bermanfaat Untuk Harapan

Lebih terperinci

Rchmd: rls&fngs-smk2004 1

Rchmd: rls&fngs-smk2004 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita cermati, hampir semua fenomena ang terjadi di jagad raa ini mengikuti hukum sebab akibat. Adana pergantian siang dan malam adalah sebagai akibat dari perputaran

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK PENDAHULUAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK PENDAHULUAN Drs. Karso Modul 9 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK PENDAHULUAN Modul ang sekarang Anda pelajri ini adalah modul ang kesembilan dari mata kuliah Matematika Sekolah Dasar Lanjut. Adapun

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral ii Darpublic BAB 9 Turunan Fungsi-Fungsi (1 (Fungsi Mononom, Fungsi Polinom 9.1. Pengertian Dasar Kita telah melihat bahwa apabila

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus PErSamaan GarIS lurus Untuk SMP Kelas VIII Peta Konsep Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Fungsi dan Grafik. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Fungsi dan Grafik. Darpublic Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik ii Darpublic BAB 1 Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik 1.1. Fungsi Apabila suatu besaran memiliki nilai ang tergantung dari nilai besaran lain, maka

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS)

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS) LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL SEKOLAH KELAS MATA PELAJARAN SEMESTER BILANGAN Standar Kompetensi KOMPETENSI DASAR 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat. : SMP : VII : MATEMATIKA

Lebih terperinci

17. SOAL-SOAL PROGRAM LINEAR

17. SOAL-SOAL PROGRAM LINEAR 17. SOAL-SOAL PROGRAM LINEAR EBTANAS2000 1. Himpunan penelesaian sistem pertidaksamaan 5x + 10 2x + 8 2 x = 2 titik (2,0 titk potong dengan sumbu jika x = 0 = 10 titik (0,10 daerah 5x + 10 berada pada

Lebih terperinci

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar Bab I Fungsi Dua Peubah atau Lebih Pengantar Seperti halna dengan fungsi satu peubah kita dapat mendefinisikan fungsi dua peubah atau lebih sebagai pemetaan dan sebagai pasangan berurut.fungsi dengan peubah

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

Komposisi fungsi dan invers fungsi. Syarat agar suatu fungsi mempunyai invers. Grafik fungsi invers

Komposisi fungsi dan invers fungsi. Syarat agar suatu fungsi mempunyai invers. Grafik fungsi invers Komposisi fungsi dan invers fungsi mempelajari Fungsi komposisi menentukan Fungsi invers terdiri dari Syarat dan aturan fungsi yang dapat dikomposisikan Nilai fungsi komposisi dan pembentuknya Syarat agar

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11. 54101 / Kalkulus I 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu Komputer 4. Bobot sks

Lebih terperinci

F u n g s i. Modul 3 PENDAHULUAN

F u n g s i. Modul 3 PENDAHULUAN Modul 3 F u n g s i Drs. Wahu Widaat, M.Ec D PENDAHULUAN alam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lainlain. Hubungan

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

Himpunan dan Sistem Bilangan Real Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Real Drs. Sardjono, S.U. PENDAHULUAN M odul himpunan ini berisi pembahasan tentang himpunan dan himpunan bagian, operasi-operasi dasar himpunan dan sistem bilangan

Lebih terperinci

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs ariefikhwanwicaksono@gmail.com masawik.blogspot.com @awik1212 Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil", untuk menghitung) adalah cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

Bilangan Riil, Nilai Mutlak, Fungsi

Bilangan Riil, Nilai Mutlak, Fungsi Bilangan Riil, Nilai Mutlak, Fungsi Kalkulus Dasar - Kimia Mohammad Mahfuzh Shiddiq Universitas Lambung Mangkurat September 13, 2016 M.Mahfuzh S. () kalkulus dasar September 13, 2016 1 / 20 Sistem Bilangan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN BULAT

SISTEM BILANGAN BULAT SISTEM BILANGAN BULAT A. Bilangan bulat Pengertian Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Berlawanan dengan bilangan bulat adalah bilangan riil

Lebih terperinci

1. Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik

1. Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik Darpublic Oktober 3 www.darpublic.com. Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik Fungsi Apabila suatu besaran memiliki nilai ang tergantung dari nilai besaran lain, maka dikatakan bahwa besaran tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4.0. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Ri l

Sistem Bilangan Ri l Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. Q : a q =, a, b Z, b 0 b R = Q Irasional Contoh Bil Irasional,,π

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

MAT. 03 Persamaan dan Ketidaksamaan

MAT. 03 Persamaan dan Ketidaksamaan MAT. 0 Persamaan dan Ketidaksamaan i Kode MAT. 0 Persamaan dan Ketidaksamaan + = - 5 6 - - + = BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Modul Matematika MINGGU 4. g. Titik Potong fungsi linier

Modul Matematika MINGGU 4. g. Titik Potong fungsi linier MINGGU 4 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Umum : Hubungan dan : 1. Hubungan 2. a. Pengertian fungsi b. Jenis-jenis fungsi c. Diagram fungsi d. Pengertian fungsi linier e. Penggambaran

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan

Himpunan dan Sistem Bilangan Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Dr. Wahyu Widayat H PENDAHULUAN impunan adalah bagian dari Matematika yang bahannya pernah Anda pelajari. Materi tersebut akan dibahas sehingga Anda menjadi lebih memahami

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 1 www.darpublic.com 1. Turunan Fungsi Polinom 1.1. Pengertian Dasar Kita telah melihat bahwa apabila koordinat dua titik ang terletak pada suatu garis lurus diketahui, misalna [ 1, 1

Lebih terperinci

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank 1 MODUL 2 GARIS LURUS Gambar 4. 4 Mesin Antrian Bank Persamaan garis lurus sangat berperan penting terhadap kemajuan teknologi sekarang ini. Bagi programmer handal, banyak aplikasi yang membutuhkan persamaan

Lebih terperinci

MA5032 ANALISIS REAL

MA5032 ANALISIS REAL (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 16, 2011 Pada bab ini anda diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bilangan asli, bilangan bulat, dan bilangan

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

Himpunan dari Bilangan-Bilangan

Himpunan dari Bilangan-Bilangan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko October 22, 2014 1 Khususnya dalam analisis, maka yang teristimewa penting adalah himpunan dari bilangan-bilangan riil, yang dinyatakan dengan R. Himpunan

Lebih terperinci

MATEMATIKA. Sesi PROGRAM LINEAR CONTOH SOAL A. BENTUK UMUM PERTIDAKSAMAAN LINEAR B. MENGGAMBAR DAERAH PERTIDAKSAMAAN. ax + by c

MATEMATIKA. Sesi PROGRAM LINEAR CONTOH SOAL A. BENTUK UMUM PERTIDAKSAMAAN LINEAR B. MENGGAMBAR DAERAH PERTIDAKSAMAAN. ax + by c MATEMATIKA KELAS XII - KURIKULUM GABUNGAN 07 Sesi N PROGRAM LINEAR A. BENTUK UMUM PERTIDAKSAMAAN LINEAR a + b c CONTOH SOAL 1. Ubahlah 4-4 kedalam bentuk umumna 4 - -4 B. MENGGAMBAR DAERAH PERTIDAKSAMAAN

Lebih terperinci

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional Rekap Nilai Ujian Nasional tahun 2011 Pada tahun 2011 rata-rata nilai matematika 7.31, nilai terendah 0.25, nilai tertinggi 10, dengan standar deviasi sebesar 1.57. Secara rinci perolehan nilai Ujian Nasional

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS LURUS

PERSAMAAN GARIS LURUS PERSAMAAN GARIS LURUS ( PERSAMAAN LINEAR ) Indikator :. Siswa dapat contoh persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk dan variabel.. Siswa dapat menusun tabel pasangan dan menggambar grafik pada koordinat

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER. B. Grafik Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan Linier Dua Variabel

PROGRAM LINIER. B. Grafik Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan Linier Dua Variabel PROGRAM LINIER A. Pengertian Program Linier Program linier adalah suatu cara ang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan ang berhubungan dengan optimasi linier (nilai maksimum atau nilai minimum).

Lebih terperinci

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kalkulus 1 Dosen Pengampu : Muhammad Istiqlal, M.Pd Disusun Oleh : 1. Sufi Anisa (23070160086)

Lebih terperinci

Modul Matematika 2012

Modul Matematika 2012 Modul Matematika MINGGU V Pokok Bahasan : Fungsi Non Linier Sub Pokok Bahasan :. Pendahuluan. Fungsi kuadrat 3. Fungsi pangkat tiga. Fungsi Rasional 5. Lingkaran 6. Ellips Tujuan Instruksional Umum : Agar

Lebih terperinci

Penerapan Turunan MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. materi78.co.

Penerapan Turunan MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. materi78.co. Penerapan Turunan A. PENDAHULUAN Turunan dapat digunakan untuk: 1) Perhitungan nilai limit dengan dalil l Hôpital 2) Menentukan persamaan fungsi kecepatan dan percepatan dari persamaan fungsi posisi )

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use. Vektor

Open Source. Not For Commercial Use. Vektor Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Vektor Vektor adalah sebuah besaran ang mempunai nilai dan arah. Secara geometri vektor biasana digambarkan sebagai anak panah berarah (lihat gambar di samping)

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5 BAB PERSAMAAN Sifat Sifat Persamaan Persamaan adalah kalimat matematika terbuka yang menyatakan hubungan sama dengan. Sedangkan kesamaan adalah kalimat matematika tertutup yang menyatakan hubungan sama

Lebih terperinci

Kalkulus Diferensial

Kalkulus Diferensial Kalkulus Diferensial viii, 0 hlm, 5 cm Katalog Dalam Terbitan KDT) Hak Cipta Akhsanul In am Hak Terbit pada UMM Press Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 46 Malang 6544 Telepon

Lebih terperinci

Teori himpunan. 2. Simbol baku: dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh:

Teori himpunan. 2. Simbol baku: dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh: Teori himpunan Teori Himpunan adalah teori mengenai kumpulan objek-objek abstrak. Teori himpunan biasanya dipelajari sebagai salah satu bentuk: Teori himpunan naif, dan Teori himpunan aksiomatik, yang

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Buku Ajar Matematika SMA/MA Kelas X yang digunakan di

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Buku Ajar Matematika SMA/MA Kelas X yang digunakan di BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Buku Ajar Matematika SMA/MA Kelas X yang digunakan di SMA/MA Kecamatan Anjir Muara Berdasarkan BAB III telah diuraikan bahwa penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : SMA TARAKANITA 1 JAKARTA theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : SMA TARAKANITA 1 JAKARTA theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : 2 KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS Contoh: Manakah yang merupakan fungsi/pemetaan dan manakah yang bukan fungsi? (i) (ii) (iii) Relasi himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang memasangkan/mengkawankan/mengkorepodensikan

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36 Irisan Kerucut animation 1 animation 2 Irisan kerucut adalah kurva ang terbentuk dari perpotongan antara sebuah kerucut dengan bidang datar. Kurva irisan ini

Lebih terperinci

[RUMUS CEPAT MATEMATIKA]

[RUMUS CEPAT MATEMATIKA] http://meetabied.wordpress.com SMAN Bone-Bone, Luwu Utara, Sul-Sel Kesalahan terbesar yang dibuat manusia dalam kehidupannya adalah terus-menerus merasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan (Elbert

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Pertemuan Standar kompetensi: mahasiswa memahami cara membangun sistem bilangan real, aturan dan sifat-sifat dasarnya. Kompetensi dasar Memahami aksioma atau sifat aljabar bilangan real Memahami fakta-fakta

Lebih terperinci

MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS

MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS 1 MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS Dalam matematika, sistem koordinat kartesius digunakan untuk menentukan tiap titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x (absis)

Lebih terperinci

Bab. Faktorisasi Aljabar. A. Operasi Hitung Bentuk Aljabar B. Pemfaktoran Bentuk Aljabar C. Pecahan dalam Bentuk Aljabar

Bab. Faktorisasi Aljabar. A. Operasi Hitung Bentuk Aljabar B. Pemfaktoran Bentuk Aljabar C. Pecahan dalam Bentuk Aljabar Bab Sumber: Science Encylopedia, 997 Faktorisasi Aljabar Masih ingatkah kamu tentang pelajaran Aljabar? Di Kelas VII, kamu telah mengenal bentuk aljabar dan juga telah mempelajari operasi hitung pada bentuk

Lebih terperinci

Logaritma adalah operasi matematika yang merupakan kebalikan dari eksponen atau pemangkatan.

Logaritma adalah operasi matematika yang merupakan kebalikan dari eksponen atau pemangkatan. Logaritma adalah operasi matematika ang merupakan kebalikan dari eksponen atau pemangkatan. Rumus dasar logaritma: b c = a ditulis sebagai b log a = c (b disebut basis) Beberapa orang menuliskan b log

Lebih terperinci

PRAKATA. Cirebon, Oktober Penyusu

PRAKATA. Cirebon, Oktober Penyusu PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat, rahmat,dan karunia Nya, penyusun buku Matematika untuk SMA dan MA kelas XI dapat di selesaikan. Buku ini di susun sebagai

Lebih terperinci

(D) 2 x < 2 atau x > 2 (E) x > Kurva y = naik pada

(D) 2 x < 2 atau x > 2 (E) x > Kurva y = naik pada f =, maka fungsi f naik + 1 pada selang (A), 0 (D), 1. Jika ( ) (B) 0, (E) (C),,. Persamaan garis singgung kurva lurus + = 0 adalah (A) + = 0 (B) + = 0 (C) + + = 0 (D) + = 0 (E) + + = 0 = ang sejajar dengasn

Lebih terperinci

PROGRAM LINEAR. Bukti : ax + by = a.b. Pengertian Program Linear : Gunakan persamaan 2 di atas :

PROGRAM LINEAR. Bukti : ax + by = a.b. Pengertian Program Linear : Gunakan persamaan 2 di atas : PROGRAM LINEAR Bukti : + = a + b = a.b b a Pengertian Program Linear : Program Linear adalah bagian ilmu matematika terapan ang digunakan untuk memecahkan masalah optimasi (pemaksimalan atau peminimalan

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi Skema Himpunan Kompleks Real Rasional Bulat Cacah Asli Genap Ganjil Prima Komposit Nol Bulat Negatif Pecahan Irasional Imajiner Pengertian

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT. Berikut ini kita akan mempelajari bagaimana menentukan sistem koordinat dibidang dan diruang.

SISTEM KOORDINAT. Berikut ini kita akan mempelajari bagaimana menentukan sistem koordinat dibidang dan diruang. 1 KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOORDINAT Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, mahasiswa diharapkan mampu menggambarkan dan membedakan sebuah titik yang terletak di bidang dan Berikut ini kita akan

Lebih terperinci

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS UNTUK MAHASISWA 9 CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Dalam Uraian

Lebih terperinci

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D.

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.

Lebih terperinci

LINGKARAN. Lingkaran. pusat lingkaran diskriminan posisi titik posisi garis garis kutub gradien. sejajar tegak lurus persamaan lingkaran

LINGKARAN. Lingkaran. pusat lingkaran diskriminan posisi titik posisi garis garis kutub gradien. sejajar tegak lurus persamaan lingkaran LINGKARAN Persamaan Persamaan garis singgung lingkaran Persamaan lingkaran berpusat di (0, 0) dan (a, b) Kedudukan titik dan garis terhadap lingkaran Merumuskan persamaan garis singgung yang melalui suatu

Lebih terperinci

Modul 03 HIMPUNAN. Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang keanggotaannya didefinisikan dengan jelas.

Modul 03 HIMPUNAN. Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang keanggotaannya didefinisikan dengan jelas. Modul 03 HIMPUNAN I. Cara Menyatakan Himpunan PENGERTIAN Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang keanggotaannya didefinisikan dengan jelas. Contoh: Himpunan siswi kelas III SMU 6 tahun 1999-2000 yang

Lebih terperinci

x X dapat dipetakan ke setiap y Y. hanya jika (jikka) satu x X dapat dipetakan ke satu y Y. RELASI : F: X Y menghasilkan himpunan pasangan berurut:

x X dapat dipetakan ke setiap y Y. hanya jika (jikka) satu x X dapat dipetakan ke satu y Y. RELASI : F: X Y menghasilkan himpunan pasangan berurut: RELASI DAN FUNGSI Dalam matematika modern, Relasi dan Fungsi digunakan untuk menunjukkan hubungan setiap elemen Domain dengan setiap elemenrange ang membentuk pasangan bilangan berurut. Hubungan himpunan

Lebih terperinci

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Modul 1 Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Drs. Susiswo, M.Si. K PENDAHULUAN ompetensi umum yang diharapkan, setelah mempelajari modul ini, adalah Anda dapat memahami konsep tentang persamaan linear dan

Lebih terperinci