MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012"

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 96] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON Marten Boiliu ACARA Mendengarkan Keterangan Pemerintah, DPR dan Saksi/Ahli dari Pemohon serta Pemerintah (III) Rabu, 5 Desember 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Moh. Mahfud MD. (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Anwar Usman (Anggota) 4) Hamdan Zoelva (Anggota) 5) Harjono (Anggota) 6) M. Akil Mochtar (Anggota) 7) Muhammad Alim (Anggota) Wiwik Budi Wasito Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Marten Boiliu B. Ahli dari Pemohon: 1. A. Masyhur Effendi 2. Margarito Kamis C. Saksi dari Pemohon: 1. Mudini 2. Muhammad Abdul Basar D. Pemerintah: 1. Mualimin Abdi 2. Sahat Sinurat 3. Budiman 4. Wahyu Indrawati 5. Radita Aji 6. Rima E. DPR: 1. Hari Wicaksono

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MOH. MAHFUD MD Sidang Mahkamah Konstitusi untuk mendengar keterangan Pemerintah dan DPR, serta keterangan ahli dan saksi dalam Perkara Nomor Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 100/PUU-X/2012 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Pemohon, perkenalkan diri dulu. 2. PEMOHON: MARTEN BOILIU Selamat siang, Yang Mulia. Perkenalkan, nama saya Marten Boiliu. Tempat kediaman atau alamat Jalan Wibawa Mukti RT 01, RW 18, Kelurahan Jati Mekar Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi. 3. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, Pemerintah? 4. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Pemerintah hadir Yang Mulia, saya Mualimin Abdi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia, kemudian sebelah kiri saya ada Pak Budiman dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, kemudian sebelah kirinya ada Ibu Wahyu Indrawati dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang sekaligus nanti akan membacakan keterangan Pemerintahnya, Yang Mulia. Kemudian yang di belakang ada ibu Rustian Sirait Pak Rustian Siarait oh, Ibu. Ibu Rustian Sirait, Ibu Rima, Saudara Radita Aji dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terima kasih, Yang Mulia. 5. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik. Dari DPR? 6. DPR: HARI WICAKSONO KETUK PALU 3X Terima kasih, Yang Mulia. Dari DPR dihadiri oleh saya sendiri H. Hari Wicaksono, S.H. juga didampingin oleh para sekretariat dari sekretariat jenderal. Terima kasih.

5 7. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, terima kasih. Jadi kita punya 4 saksi eh 4, 2 saksi dan 2 ahli. Untuk itu sebelum itu saya akan mengesahkan dulu bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon. Ada tambahan P-10 dan P-11, ya? Baik, dimohon untuk maju dulu Saudara Mudini dan Saudara Abdul Basar. Maju untuk mengambil sumpah dulu. Islam semua kan? Baik, akan disumpah oleh Pak Alim. 8. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Ikuti lafal sumpah yang akan saya tuntunkan. Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 9. SAKSI YANG BERAGAMA ISLAM DISUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 10. KETUA: MOH. MAHFUD MD KETUK PALU 1X Baik, silakan duduk. Kemudian Ahli Prof. Masyhur Effendy dan Dr. Margarito Kamis. Silakan untuk mengambil sumpah. Saya mengecek ejaan, Pak Masyhur. Namanya Prof. Masyhur, ya? Masyhur, pakai H ya? Ya, baik. Karena di sini enggak ada H-nya, saya tadi tanya, itu kan teman saya pasti ada H-nya itu saya bilang. Sudah tahu. Baik, Pak Alim. Silakan. 11. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Ikuti lafal sumpah yang akan saya tuntunkan. Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya. 12. AHLI YANG BERAGAMA ISLAM DISUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya.

6 13. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Terima kasih. 14. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, Pak. Silakan duduk. Sekarang kami undang DPR untuk menyampaikan keterangannya. Di sana Pak, di podium. Ya, silakan Bapak. 15. DPR: HARI WICAKSONO Keterangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Atas permohonan Pengujian Materil Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Perkara Nomor 100/PUU-X/2012, jakarta, 5 Desember Kepada Yang Terhormat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jakarta. Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera kepada semuanya. Berdasarkan Putusan Pimpinan DRP RI Nomor 67/PIMP/IV/ Tanggal 17 januari 2012 telah menugaskan Anggota Komisi III DPR RI yaitu I Gede Pasek Suardika, kemudian Hari Wicaksono, dan seterusnya yang dihadiri pada hari ini oleh Hari Wicaksono. Sehubungan dengan maaf, bisa diulangi. Dalam hal ini, baik secara bersama-sama maupun sendiri-diri bertindak untuk dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia yang selanjutnya disebut DPR RI. Sehubungan dengan permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan selanjutnya disebut Undang-Undang Ketenagakerjaan yang diajukan oleh Marten Boiliu, perseorangan, warga negara Indonesia yang beralamat di Jl. Wibawa Mukti RT 01/RW 18 No. 137 Kota Bekasi, selanjutnya disebut sebagai Pemohon. Dengan ini perkenankan DPR menyampaikan keterangan pendahuluan terhadap permohonan Pengujian Undang-Undang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Perkara 100/PUU-X/2012 yang secara lengkap akan kami sampaikan kemudian secara tertulis kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi melalui Panitera Mahkamah Konstitusi. A. Ketentuan ketenagakerjaan yang dimohonkan pengujian terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemohon dalam permohonan a quo mengajukan pengujian atas Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berbunyi sebagai berikut, Tuntutan pembayaran upah pekerja atau buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu dua tahun sejak timbulnya hak. Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan menurut pendapat Pemohon bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) Undang -Undang

7 Dasar Tahun 1945 yang berbunyi sebagai berikut. Pasal 28D ayat (2), Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. B. Hak dan/atau kewenangan konstitusional yang dianggap Pemohon telah dirugikan oleh berlakunya Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan. Pemohon beranggapan ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan telah melanggar atau merugikan hak konstitusional Pemohon sebagaimana dijamin dalam Pasal 28D ayat (2) Undang -Undang Dasar Tahun 1945 yang pada pokoknya menurut Pemohon dengan adanya norma Pasal 96 tersebut mengakibatkan Pemohon tidak dapat melakukan tuntutan mengenai uang pesangon, uang penghargaan, dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 163 ayat (2) juncto Pasal 156 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) terhitung sejak Pemohon di PHK pada tanggal 2 Juli 2009 sampai dengan 11 Juni Oleh karena itu Pemohon mengalami dampak kerugian sebesar Rp ,00 dan kerugian ini sebagai akibat dari adanya norma atau ketentuan yang terdapat pada Pasal 96 Undang-Undang Dasar diulangi, Pasal 96 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. C. Keterangan DPR RI I. Kedudukan hukum atau legal standing. Menanggapi permohonan Pemohon DPR berpandangan bahwa Pemohon harus dapat membuktikan terlebih dahulu apakah benar Pemohon sebagai pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan atas berlakunya ketentuan yang dimohonkan untuk diuji khususnya dalam mengkonstruksikan adanya kerugian terhadap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya sebagai dampak dari diberlakukannya ketentuan yang dimohonkan untuk diuji. Mengenai kedudukan hukum atau legal standing Pemohon. DPR menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua atau Majelis Hakim Mahkamah Konstiusi Yang Mulia untuk mempertimbangkan dan menilai apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum atau legal standing atau tidak sebagaimana diatur oleh Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi dan berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 dan Perkara Nomor 011/PUU-V/2007. II. Pengujian Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan. Terhadap permohonan pengujian Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan DPR RI menyampaikan keterangan sebagai berikut. 1. Bahwa pembentukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan salah satu upaya negara dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bahwa khusus mengenai tujuan yang kedua yaitu memajukan kesejahteraan umum, apabila tujuan ini dikristalisasi maka akan bisa dimaknai bahwa negara bertanggungjawab untuk

8 meningkatkan kesejahteraan yang salah satunya diwujudkan dalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Bahwa untuk menjalankan amanat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 di bidang kesejahteraan rakyat tersebut pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat membentuk Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja atau buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. 4. Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar tenaga kerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. 5. Bahwa pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dari keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum, dan sesudah masa kerja. Tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas, dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial. Pembinaan hubungan industrial sebagai bagian dari pembangunan ketenagakerjaan, harus diarahkan untuk terus mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan. 6. Bahwa Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan, pengertian telah memberikan definisi upah yaitu hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. 7. Bahwa pemberian upah dari suatu pengusaha kepada pekerja atau buruh, pada dasarnya harus memperhatikan tiga aspek yakni: a. Aspek Teknis

9 Merupakan aspek yang tidak hanya sebatas bagaimana perhitungan dan pembayaran upah dilakukan, tetapi menyangkut juga bagaimana proses upah ditetapkan. b. Aspek Ekonomis Suatu aspek yang lebih melihat pada kondisi ekonomi, baik secara mikro diulangi, baik secara makro maupun mikro, yang secara operasional kemudian mempertimbangkan bagaimana kemampuan perusahaan pada saat nilai ru... nilai upah akan ditetapkan, juga bagaimana implementasinya di lapangan. c. Aspek Hukum Meliputi proses dan kewenangan penetapan upah, pelaksanaan upah, perhitungan dan pembayaran upah, serta pengawasan pelaksanaan ketentuan upah. Ketiga aspek ini saling terintegral satu sama lain dan dalam pelaksanaan pemberian upah, salah satu aspek tidak dapat dihilangkan atau dikesampingkan karena masing-masing akan memberikan konsekuensi yang berbeda-beda. 8. Salah satu aspek hukum yang sangat penting dalam pemberian upah adalah kepastian hukum bagi pekerja atau buruh dan pemberi kerja atau pengusaha dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagaimana diatur dalam kesepakatan bersama maupun dalam peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan merupakan norma hukum yang mengatur mengenai kedaluwarsanya suatu tuntutan pembayaran upah. 9. Ketentuan norma yang mengatur kedaluwarsa menurut pandangan DPR adalah merupakan suatu norma yang sudah lazim untuk menciptakan adanya kepastian hukum bagi pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang. Salah satu contoh misalnya, ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan, Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya keputusan badan atau pejabat tata usaha negara. 10. Bahwa menurut DPR, keberadaan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan sama sekali tidak akan menghilangkan hak buruh atau pekerja untuk dapat menuntut upah yang menjadi haknya. DPR-RI berpandangan, pemberian waktu selama dua tahun kepada buruh atau pekerja untuk dapat menuntut haknya sudah lebih dari cukup. Bisa dibayangkan jika tidak ada ketentuan masa kedaluwarsanya suatu tuntutan, maka tidak ada kepastian hukum, baik bagi buruh atau pekerja, maupun bagi pengusaha. Bisa saja terjadi tuntutan baru, dilakukan setelah sepuluh atau dua puluh tahun kemudian, maka akan kesulitan untuk menghitung jumlah kerugian yang

10 diderita pekerja atau buruh karena jumlahnya bisa berlipatlipat. Pada sisi lain, hal tersebut tentu saja akan memberatkan pekerja diulangi, akan memberatkan pemberi kerja untuk memenuhi tuntutan buruh atau pekerja a quo. Oleh karenanya, pengaturan batas kedaluwarsa suatu tuntutan pembayaran upah sebagaimana diatur dalam Pasal 96 undang-undang a quo, menurut pandangan DPR-RI telah memiliki legal ratio yang cukup beralasan. 11. Bahwa sebagai perbandingan, perlu juga melihat ketentuan Pasal 1946 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi, Kedaluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Lebih lanjut, ketentuan Pasal 1968 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menegaskan, Tuntutan para buruh yang upahnya dalam uang harus dibayar tiap-tiap kali setelah lewatnya waktu yang kurang daripada satu triwulan untuk mendapat pembayaran upah mereka beserta jumlah kenaikan upah itu menurut Pasal 1602Q, semua itu berkedaluwarsa dengan lewatnya waktu satu tahun. Ketentuan ini dipertegas dengan ketentuan Pasal 1969 yang menyebutkan, Tuntutan para buruh dengan ketentuan mereka yang dimaksud dalam Pasal 1968 untuk pembayaran upah mereka beserta jumlah kenaikan upah itu menurut Pasal 1602Q, semua itu berkedaluwarsa dengan lewatnya waktu dua tahun. 12. Dengan demikian, ketentuan Pasal 96 yang menyatakan, Tuntutan pembayaran upah pekerja atau buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu dua tahun tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) Undang - Undang Dasar Demikian keterangan DPR, disampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mengadili perkara a quo dan dapat memberikan putusan sebagai berikut. 1. Menyatakan permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ditolak untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard). 2. Menyatakan keterangan DPR diterima secara seluruhnya. 3. Menyatakan ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menyatakan ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat.

11 Demikianlah keterangan tertulis dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ini kami sampaikan, sebagai bahan pertimbangan Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mengambil keputusan. Tim Kuasa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, I Gede Pasek yang pada hari ini dihadiri oleh Hari Wicaksono. Terima kasih, wabillahitaufiq walhidayah wasalamualaikum wr. wb. 16. KETUA: MOH. MAHFUD MD Terima kasih, Bapak telah mewakili DPR secara resmi untuk memberikan keterangan atas undang-undang yang diuji. Berikutnya Pemerintah? 17. PEMERINTAH: WAHYU INDRAWATI Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Opening statement Pemerintah atas permohonan pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, sehubungan dengan permohonan pengujian ( constitutional review) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimohonkan oleh Marten Boiliu, yang untuk selanjutnya disebut Pemohon. Sesuai registrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-X/2012, tanggal 3 Oktober 2012 dengan perbaikan permohonan tanggal 30 Oktober Selanjutnya, perkenankanlah Pemerintah menyampaikan keterangan pendahuluan atas permohonan pengujian ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebagai berikut. 1. Pokok permohonan Pemohon. 1) Bahwa Pemohon adalah perseorangan warga negara Indonesia yang telah diputus hubungan kerjanya oleh PT Sandi Putra Makmur. Pemohon merasa bahwa hak-hak konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan tuntutan bayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak timbulnya hak. Ketentuan a quo mengakibatkan Pemohon tidak dapat melakukan tuntutan mengenai upah pesangon, uang penghargaan, dan uang penggantian hak akibat pemutusan hubungan kerja yang dialaminya. 2) Menurut Pemohon, ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan mencerminkan diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil terhadap Pemohon, dan kawan-kawan karena tidak dapat lagi menuntut haknya karena adanya norma atau masa

12 daluwarsa yang terkandung di dalam Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang lebih menguntungkan kepentingan pengusaha dan merugikan pekerja/buruh dan oleh karenanya bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. Menurut Pemerintah, Pemohon permohonan Pemohon kabur karena Pemohon dalam mengkonstruksikan kerugian yang didalilkan, dialaminya berdasarkan kasus Mahkamah Agung Nomor 183K/Pdt.Sus/2012 yang merupakan kasus yang berbeda dengan yang dialami oleh Pemohon, dan tidak bisa diterapkan secara sertamerta dalam kasus yang dialami oleh Pemohon. Sehingga menurut Pemerintah, Pemohon tidak mengalami kerugian konstitusional secara langsung atas keberlakuan ketentuan Pasal 96 Undang- Undang Ketenagakerjaan, dan oleh karenanya menurut Pemerintah adalah tepat dan sudah sepatutnyalah jika Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. Uraian kedudukan hukum ( legal standing) Pemohon akan dijelaskan secara lebih rinci dalam keterangan Pemerintah secara lengkap yang akan disampaikan pada persidangan berikutnya atau melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Namun demikian, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua atau Majelis Hakim untuk mempertimbangkan dan menilai, apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum ( legal standing) atau tidak, sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011, maupun putusan-putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu, sejak Putusan Nomor 006/PUU-III/2005, dan Putusan Nomor 11/PUU-V/ Penjelasan Pemerintah terhadap materi yang dimohonkan oleh Pemohon, ketentuan Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada tiap-tiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. untuk mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut diperlukan adanya pembangunan di bidang ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan antara berbagai pihak, yaitu pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh untuk itu diperlukan pengaturan yang menyeluruh, komprehensif, dan seimbang mengenai ketenagakerjaan yang diantaranya mengatur tentang perlindungan pekerja atau buruh, termasuk perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh. Tahapan anggapan Para Pemohon yang menyatakan ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan bertentangan

13 dengan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah dapat memberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Bahwa ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menyatakan tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak timbulnya hak. Menurut Pemerintah adanya ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas suatu keputusan atau penetapan sampai kapan keputusan atau penetapan tersebut dapat digugat di pengadilan, vide Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-V/ Bahwa dalam kaitannya dengan pembayaran upah dan hal-hal lain dalam hubungan kerja, dan/atau hubungan hukum pekerjaan, selalu diatur adanya ketentuan kedaluwarsa sama seperti ketentuan kedaluwarsa dalam hubungan keperdataan lainnya. Karena kedaluwarsa adalah merupakan alat untuk memperoleh suatu... suatu alat untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau perjanjian, termasuk perjanjian kerja atau vide Pasal 1946 KUH Perdata. 3. Bahwa kedaluwarsa yang terkait dengan hubungan kerja atau hubungan hukum melakukan pekerjaan sejak dulu diatur dalam hubungan keperdataan, baik dalam hukum perdata adat maupun yang tidak tertulis dalam hukum perdata barat, yang diatur kasus perkasus dan pasal perpasal, antara lain: a. Tuntutan para buruh untuk mendapatkan pembayaran upah mereka beserta jumlah kenaikan upah itu kedaluwarsa dengan lewat waktu satu tahun atau vide Pasal b. Tuntutan para buruh untuk pembayaran upah mereka beserta jumlah kenaikan upah itu dalam kaitannya dengan lewatnya waktu dua tahun, c. Tuntutan tukang-tukang kayu, tukang-tukang batu untuk pembayaran bahan-bahan yang mereka berikan dan upah-upah mereka kedaluwarsa dengan lewatnya waktu dua tahun. Vide Pasal Bahwa tenggang waktu dua tahun sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan merupakan aturan yang diadop dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 khususnya Pasal 30 yang menyatakan bahwa tuntutan upah dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu dua tahun dan berdasarkan hukum perdata, sebagaimana disebut dalam poin 3, apabila ketentuan mengenai kedaluwarsa tidak diatur, justru akan menimbulkan ketidakpastian hukum. 5. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan tidak menuntut atau meminta pertanggungjawaban PT. Sandi Putra Makmur dikarenakan adanya keadaan psikologis rasa takut dan cemas tidak dipekerjakan lagi. Menurut Pemerintah hal tersebut sudah

14 menjadi materi pokok perkara tersendiri atas perselisihan hubungan industrial yang menjadi kewenangan pengadilan hubungan industrial untuk menilai apakah alasan demikian dapat dijadikan alasan pemaaf untuk tidak mengajukan tuntutan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, menurut Pemerintah ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Ketenagakerjaan justru untuk memberikan kepastian hukum pembayaran upah pekerja buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja, dan ketentuan demikian tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hukum Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, yang memeriksa, memutus, dan mengadili Pemohon pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dapat memberikan putusan sebagai berikut: 1. Menolak Pemohon, pengujian Pemohon seluruhnya atau setidaktidaknya menyatakan permohonan pengujian Pemohon tidak dapat diterima. 2. Menerima keterangan Pemerintah secara keseluruhan. 3. Menyatakan ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 28D ayat (2) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, diucapkan terima kasih. Jakarta, Desember Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, HA. Muhaimin Iskandar. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsuddin. Demikian, terima kasih. 18. KETUA: MOH. MAHFUD MD ( ) Baik, berikutnya Saksi. Silakan, Pak Mudini. Silakan, Pak. Saudara 19. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya, terima kasih atas waktu yang diberikan kepada saya. 20. KETUA: MOH. MAHFUD MD Silakan. Saudara Pemohon, ini diberi tahu suruh menjelaskan apa dia? Memberi kesaksian tentang apa? Silakan.

15 21. PEMOHON: MARTEN BOILIU Ya, nanti dipenjelasan menyangkut waktu di bekerja, mulai bekerja, selama bekerja, perjanjian kerja-perjanjian kerja yang dibuat, sampai dengan berakhir hubungan kerja. Terima kasih. 22. KETUA: MOH. MAHFUD MD Silakan. 23. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya, Pak. Saya mulai bekerja di PT Sandi Putra Makmur, tanggal 14 Mei 2002 sampai dengan 15 Mei 2008 itu, Pak. Awal saya mulai bekerja di PT Sandi Putra Makmur, gaji saya Rp ,00. Dan terakhir, saya menerima gaji Rp , KETUA: MOH. MAHFUD MD Itu saja? Sudah ( ) 25. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Cukup, Yang Mulia. 26. PEMOHON: MARTEN BOILIU Ya, nanti jelaskan perjanjian kerja. Pertama, perjanjian kerja itu diperbaharui atau diperpanjang berapa kali? Pertama, dimulai kapan? Kedua, dimulai kapan? Ketiga, ( suara tidak terdengar jelas) sampai berakhir pada perjanjian kerja yang ketujuh? Dan sampai di PHK pada tanggal 2 Juli, itu sesuai dengan surat keterangan kerja eh, surat keterangan pemutusan berakhir dengan hubungan kerja yang dibuat oleh PT Sandi Putra Makmur, diberikan kepada Pemohon maupun kawan-kawan, terima kasih. 27. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Saya awal bekerja tahun 2002, tepatnya tanggal 14 Mei sampai dengan 15 Mei Jadi, ada 1 tahun. Dilanjutkan dengan 14 Mei 2003 sampai dengan 15 Mei 2004, 1 tahun. Yang ketiga, 14 Mei 2003 sampai 4 15 Mei 2004, 1 tahun. Yang keempat, 14 Mei 2004 sampai 15 Mei 2006, 2 tahun. Dilanjutkan dengan yang kelima, 14 Mei 2006 sampai dengan 15 Mei 2007, 1 tahun. 14 Mei 2007 sampai 14 Mei 2008, 1 tahun. Dilanjutkan dengan 14 Mei 2008 sampai dengan 15 Mei 2009, maaf, 15 Mei 2009, 1 tahun.

16 28. KETUA: MOH. MAHFUD MD Cukup ya? 29. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Cukup. 30. KETUA: MOH. MAHFUD MD Cukup? Ini ada pertanyaan dari Hakim. 31. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Pak, saya ingin tanya. Ini pada Saudara saksi ini. Karena Saudara Pemohon membawa saksinya berkaitan dengan permohonannya Pasal 96. Saudara saksi, apakah masih ada hak Anda yang berupa gaji atau yang lain sebagainya? Yang menurut perhitungan Anda, itu seharusnya sudah diterimakan pada Anda, tapi sampai sekarang belum diterima? 32. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul, Yang Mulia. 33. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ada? 34. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ada. 35. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ha, sudah pernah diusahakan untuk didapatkan? 36. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Sudah. 37. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Caranya bagaimana? 38. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Melalui PT Sandi Putra Makmur, Yang Mulia.

17 39. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Anda menghadap? 40. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Kita menanyakan hak-hak kita. 41. HAKIM ANGGOTA: HARJONO He eh, terus jawabnya? 42. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Jawabannya ya seperti itu sudah enggak ada lagi karena sudah sesuai kontrak. 43. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ndak artinya setelah Anda keluar dari pekerjaan itu, itu masih ada gaji-gaji yang dulu yang seharusnya Anda terima sampai saat sekarang belum diterimakan oleh majikan Anda. Ada tidak? Ndak, saya tanya pada Anda saja dulu. Nanti dia akan beri kesaksian sendiri. 44. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ada, Yang Mulia. 45. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ada? 46. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ada. 47. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Gaji atau apa tunjangan apa itu? 48. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Tunjangan PHK, Yang Mulia. 49. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tunjangan PHK. Berapa banyak tunjangan PHK itu seharusnya?

18 50. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Sesuai akhir kontrak, Yang Mulia. 51. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sesuai kontrak. Oh, Anda pegang kontraknya kan? 52. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Pegang. 53. HAKIM ANGGOTA: HARJONO He eh. Tapi, belum diberi ya tunjangan PHK itu? 54. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Belum. 55. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Itu yang Anda alami? 56. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya. 57. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya. Jadi, hanya tunjangan PHK yang belum pernah diberikan? 58. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya. 59. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Anda pernah menuntut enggak kepada perusahaan? 60. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Pernah, Yang Mulia. 61. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Pernah. Syaratnya apa?

19 62. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya, sesuai tadi. Anda kan sudah habis masa kontrak, jadi enggak bisa nuntut lagi. 63. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Enggak bisa nuntut lagi? 64. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya. 65. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oh, sampai sekarang jadi belum mendapatkan ya? 66. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Sampai sekarang. 67. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oke, terima kasih. 68. KETUA: MOH. MAHFUD MD Silakan, Pak Hamdan. 69. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Kapan Saudara menuntut itu? Tahun berapa? 70. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Mohon maaf. Saya lupa, Yang Mulia. 71. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Apa 2010? 72. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya, 2010.

20 73. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Benar, 2010? Jadi, jangan ya saja kalau enggak jelas. Kalau enggak tahu, enggak tahu. Kalau enggak ingat, enggak ingat. Kalau lupa, lupa. Jangan asal ngomong, ini menentukan keterangan Saudara. Lupa? 74. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Lupa, Yang Mulia. 75. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Baik. 76. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Saudara Saksi ya. Saudara itu berkerja berdasarkan kontrak itu? 77. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul, Yang Mulia. 78. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Setiap tahun, setiap tahun? 79. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul. 80. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Ya, sejak Saudara berkerja di PT apa tadi PT Sandi Utama itu? 81. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Sandi Putra Makmur, Yang Mulia. 82. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR He em. Itu berapa kali Saudara membuat kontrak? 83. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI 7 kali, Yang Mulia.

21 84. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR 7 kali. Jadi setiap tahun diperpanjang, setiap tahun diperpanjang? 85. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul. 86. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Sampai tahun yang ketujuh? 87. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul. 88. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Karena sampai tahun yang ketujuh, kemudian pemutusan hubungan kerja itu terjadi karena kontrak sudah habis? 89. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul, Yang Mulia. 90. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Atas dasar itu Saudara minta one PHK kan begitu? 91. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul. 92. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Lalu perusahaan menolak? 93. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul. 94. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Dengan alasan bahwa sesuai dengan kontrak, hak Saudara untuk menuntut PHK itu tidak ada, kan begitu?

22 95. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Ya. 96. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Seperti itu, betul? 97. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul, Yang Mulia. 98. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Sehingga Saudara tapi itu berdasarkan perjanjian ya? 99. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul, Yang Mulia HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR ya? Jadi memang perjanjian kerjanya, perjanjian kerja kontrak itu 101. SAKSI DARI PEMOHON: MUDINI Betul HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Oke KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik. Saksi berikutnya, Saudara Muhammad Abdul Bashar ya? 104. SAKSI DARI PEMOHON: MUHAMMAD ABDUL BASAR Terima kasih, Yang Mulia. Ya, saya Muhammad Abdul Basar. Saya rekan seleting dari Saudara Pemohon dan Saudara saksi. Kami bergabung di PT Sandi Putra Makmur sejak 15 Mei 2002 dengan melalui perekrutan dan pelatihan sekuriti untuk ditempatkan di PT Telkom regional 2 Jakarta. Selama periode 2002 sampai dengan berakhirnya masa kerja kami di Tahun 2009, itu banyak hal-hal yang seperti misalnya ada upah yang menggantung. Jadi waktu kami perpanjangan kontrak itu tidak sesuai dengan tanggalnya, ketika kami tanda tangani

23 itu lewat dari tenggatnya. Katakanlah 15 ke 15, itu lewat, dan di situ menurut aturannya itu kan dibayar, keterangannya akan dirapel, dirapel sampai habis kontrak kami pertanyaan itu tidak pernah terjawab, itu pertama. Yang kedua, pengupahan-pengupahan yang dilakukan itu tidak sesuai dengan aturan, kalau menurut pendapat saya pribadi, kenapa? Di situ tidak tercantum bahwa jika tidak masuk atau cuti, cuti itu mohon maaf, cuti itu menurut saya dilindungi undang-undang, tapi kenapa ketika kami menerima upah ketika kami cuti hal itu dipotong dan pendapatan kami berkurang. Terakhir kami menerima gaji Rp819xxx dengan potongan dengan tambahan Rp8.000,00 itu pun jika kami masuk penuh. Jika kami cuti, maka itu akan berkurang. Terima kasih KETUA: MOH. MAHFUD MD Cukup ya. Pemerintah tidak ada pertanyaan? Baik. Baik, kalau begitu kita langsung ke Ahli, dimulai dari Profesor Masyhur Effendi, silakan Pak ke podium, Pak AHLI DARI PEMOHON: A. MASYHUR EFFENDI Assalammualaikum wr. wb. Yang Mulia dan para hadirin yang terhormat, pada kesempatan ini saya diminta oleh Pemohon untuk melihat Pasal 96 dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dikaitkan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, khususnya Pasal 28D dan seterusnya. Di dalam menghadapi atau menilai bagaimana pasal tersebut bertentangan atau tidak dengan pasal yang terkait dengan hak-hak asasi manusia. Menurut saya pertama, pasal tersebut sebelum bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 khususnya tentang HAM, kalau saya perhatikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ini khususnya di dalam menimbang, kita tahu bahwa menimbang itu aspek filosofi, konsideran ini merupakan legal spririt yang harus dihormati di dalam pasal-pasal berikutnya. Kalau kita melihat, menimbang A, di sana di antaranya disebutkan mewujudkan masyarakat yang sejahtera adil dan makmur, secara normatif biasanya disebut adil dan makmur jadi sejahtera, berarti di dalam pertimbangan ini aspek kesejahteraan khususnya bagi buruh yang kondisinya lemah mendapat perhatian menurut pertimbangan ini. Dalam B juga demikian, pelaksanaan pembangunan nasional tenaga kerja memiliki peranan dan keperluan sangat penting, sehingga superlative posisi dari tenaga kerja. Karena sangat pentingnya itu mengharuskan Untuk dihormati hak-hak asasinya. Yang ketiga, juga dikatakan di sana meningkatkan kualitas tenaga kerja, sehingga bagi pengusaha tidak ada lain kecuali

24 bagaimana kualitas tenaga kerja ini ditingkatkan dan juga perlindungan tenaga kerja berserta keluarganya. D, konsideran D bahwa perlindungan bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan menjamin hak-hak dasar tanpa diskriminasi demi kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, kalau pasal tersebut saya kaitkan dengan konsideran legal spirit dalam wujud aspek filosofinya, pasal tersebut memang bertentangan. Lebih-lebih kemudian kalau ini kita kaitkan dengan pasal yang dimohonkan oleh Saudara Pemohon, pasal ini benar-benar bertentangan dengan undang-undang atau dengan Pasal 32, eh Pasal 28D ayat (1), Setiap orang berhak untuk atas pengakuan, jaminan, perlindungan, kepastian hukum yang adil. Sebagaimana kita ketahui keadilan yang diharapkan khususnya oleh juga Mahkamah Konstitusi, keadilan substantif tidak keadilan struktural, satu. Kedua, kalau tadi dikatakan bahwa kepastian, kita sering membaca di dalam ajaran-ajaran filsafat hukum bahwa keputusan yang baik itu adalah keputusan yang pertama kali adil, pasti, dan bermanfaat. Sehingga mohon, Yang Mulia, masalah keadilan ini lebih dulu diperhatikan daripada kepastian. Karena itu 2 tahun yang dituliskan di dalam pasal ini merupakan satu kondisi yang sangat memberatkan bagi buruh karena 2 tahun ini sangat singkat sekali, ya. Minimal menurut saya, minimal 6 tahun itu bisa dipakai sebagai pertimbangan. Yang lain lagi, adil, sekarang kita sudah banyak melihat teori-teori tentang keadilan yang terbaru, misalnya keadilan keadilan progresif, dimana sang hakim dimohonkan untuk bisa memberikan aspek ini dalam rangka mewakili suara rakyat yang unrepresented people. Sehingga benar-benar keputusan dari Majelis Hakim bisa mewakili rakyat-rakyat yang tidak bisa bicara, khususnya banyak para buruh yang kondisinya sangat memprihatinkan. Di samping itu, di dalam negara modern dan hukum modern tidak mengenal lagi adanya hukum diskriminatif. Jadi, saya melihat bahwa pasal ini benar-benar pasal diskriminasi karena yang yang sedang berperkara itu para buruh yang memang posisinya sangat lemah. Sehingga kalau ini tidak diubah atau ini tidak dikatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, khususnya Pasal Hak Asasi Manusia, buruh akan dianggap sebagai pelengkap. Terakhir, di dalam membahas hak asasi manusia ini, dua aspek yang harus kita perhatikan. Pertama, hak asasi manusia itu menyangkut biological need dan spiritual need. Itu human need. Biological need, sandang, papan, pangan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Dan spiritual need, kebutuhan batin, kebebasan-kebebasan yang itu dijamin dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 kita. Demikian pokok-pokok pikiran yang bisa kami sampaikan di hadapan Bapak-Bapak Hakim Yang Mulia. Terima kasih. Assalamualaikum wr. wb.

25 107. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik. Terima kasih, Prof. Masyhur. Berikutnya, Dr. Margarito AHLI DARI PEMOHON: MARGARITO KAMIS Assalamualaikum wr. wb. Dan selamat siang Bapak Ketua Majelis Mahkamah yang saya muliakan, Bapak-Bapak Anggota Majelis Mahkamah yang juga saya muliakan, perwakilan dari DPR dan pemerintah yang saya hormati. Saya ingin mengawali keterangan saya ini sebagai Ahli, sebagai Ahli dalam perkara ini dengan mengajukan dua isu hukum. Kedua isu ini saya pandang fundamental untuk dibicarakan dalam usaha kedudukan hukum atas masalah yang sedang dicari hukumnya pada saat ini. Kedua masalah itu adalah pertama, untuk apakah Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 melindungi mengakui, menjamin, melindungi dan memberi kepastian hukum kepada setiap orang? Setiap orang termasuk mereka yang kebetulan saja berstatus sebagai pekerja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, untuk apa pulakah Pasal 28D ayat (2) memerintahkan pemberian imbalan dan perlakuan yang adil dan layak kepada pekerja dalam satu hubungan kerja? Memang di Pasal 28D ayat (2) tidak disebut pekerja, tapi dalam perkara ini harus dibaca pekerja. Yang kedua, kepastian macam kepastian hukum macam apakah yang ada di balik konsep pekerja alih daya atau outsourcing yang tadi ditanyakan oleh Bapak Hakim Yang Mulia. Bagaimana terminologi waktu tertentu yang dimungkinkan digunakan oleh pemberi kerja dimaknai atau ditafsir makna konstitusionalnya bila masyarakat kerja diserahkan sepenuhnya pada pemberi kerja untuk diperjanjikan dengan pekerjaan, mengapa harus diatur di dalam undang-undang? Bapak Ketua dan Bapak-Bapak Anggota Majelis Mahkamah yang saya muliakan, Pemerintah dan DPR yang saya hormati. Perlakuan yang perlakuan semena-mena terhadap pekerja itulah yang hendak dihentikan dengan melalui norma konstitusi yang terkandung dalam Pasal 28 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Perlindungan dari apa dan oleh siapa, kepada siapa, itulah logika di balik Pasal 8 28D ayat (1) dan (2) Undang -Undang Dasar 1945 yang saat ini dijadikan batu uji, khususnya Pasal 28D ayat (2) yang dijadikan batu uji dalam perkara ini. Tidak akan ada makna sama sekali bila Pasal 2 28D ayat (2) itu bila tidak ada pekerja dan pemberi kerja. Sulit untuk tidak menyodorkan logika perlindungan kepada pekerja dari kemungkinan tindakan semena-mena, tidak layak, dan tidak adil dari pemberi kerja kepada mereka. Memang layak dan dalam hal apa dan apa gunanya bisa mengundang perdebatan panjang, tapi hal itu sama sekali tidak dapat menghapuskan perintah konstitusional dalam Pasal 28D ayat (2) untuk memberi perlindungan kepada pekerja.

26 Persoalan perlindungan kepada para pekerja bukan seba bukan saya tidak melihatnya sebuah gagasan baru dalam sejarah konstitusionalisme Indonesia. Sekedar perbandingan gagasan ini diperdebatkan dalam konstituante, bahkan telah diatur dalam Undang- Undang Dasar dalam Undang-Undang Sementara Tahun Bukan saja karena diatur dalam Undang-Undang Dasar 9 Undang-Undang Dasar sehingga gagasan ini, khususnya perlindungan terhadap pekerja memiliki makna kemanusiaan sebagai pengagungan terhadap harkat dan martabat manusia, tapi konteks sosiohistorisnya memang berkenaan dengan perlakuan tidak manusiawi sebagai satu gejala umum dalam dunia kerja di masa lalu. Saya yakin sekali kita semua tahu bagaimana pekerja-pekerja di masa Hindia Belanda, bahkan Marsinah yang dengan sekuat keyakinannya pada masanya memperjuangkan tampak seolah-olah hanya berkenaan dengan upah yang ternyata harus mati melainkan agar negara ini benar beradab dengan cara memastikan perlindungan, tidak saja hukum melainkan sosial kepada pekerja yang buruh itu. Pasal 28D ayat (2) ini berbasis satu dan dua, berbasis sosiologis pada peristiwa-peristiwa ini. Kesemena-menaan inilah yang hendak disudahi dengan norma ini. Memberi pesangon kepada pekerja diberhentikan setelah bertahun-tahun bekerja tentulah merupakan pemaknaan dan/atau perwujudan dari perintah konstitusional yang terekam dalam Pasal 28D itu. Menolak memberi pesangon atau apapun istilahnya kepada pekerja yang diberhentikan setelah bertahun-tahun bekerja kepada pemberi kerja jelas merupakan penyesatan terhadap inkonstitusional terhadap perintah Undang-Undang Dasar ini. Norma memang memiliki konsekuensi ruang dan waktu, ia valid dalam satu ruang tertentu dan pada satu waktu tertentu. Tapi soalnya adalah memberi batas waktu secara lima limitatif untuk hak yang oleh konstitusi diperintahkan untuk dipenuhi secara pasti, adil, dan layak, jelas inkonstitusional. Sifat ruang dan waktu dalam Pasal 28 ayat (d) ayat (2) undang tidak bisa dimaknai sebagai hanya berlaku hak, tidak dapat menurut saya tidak dapat dimaknai dengan hanya berlaku pada suatu waktu tertentu menurut undang-undang. Andai pembentuk Undang-Undang Dasar hendak mendelegasikan kewenangan kepada pembentuk undang-undang untuk me mengatur jangkauan waktu dari hak pekerja untuk memperoleh perlakuan yang layak dan adil, maka frasa atau norma ayat (2) Pasal 28D Undang-Undang Dasar 1945 itu tidak akan begitu bunyinya. Tidak pantas juga membatasi hak untuk memperoleh perlakuan hak orang untuk memper memperoleh perlakuan yang adil dan layak, menurut saya tidak pantas dibatasi. Pembatasan hak pekerja untuk menutup pemenuhan kewajiban pemberi kerja memenuhi per memenuhi atau melakukan perbuatan hukum untuk sama maknanya dengan makna konstitusionalnya dengan merelatifikan sifat

27 konstitusional dari pekerja yang dilindungi dalam Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Bukankah konsep hak hanya memiliki makna karena di dalamnya terkandung konsekuensi atau terkandung konsekuensi kewajiban bagi pihak lain? Bukankah pada konsep keajaiban itu sesuatu yang sesuai sifatnya pula melekat tanggung jawab untuk menunaikan kewajiban itu? Pihak yang dituju dengan hak itu yang dengan sendirinya melahirkan kewajiban bagi pihak dan memikul tanggung jawab untuk melakukan suatu perbuatan hukum dalam rangka memenuhi hak pekerja. Hak mendapat perlakuan yang adil dan layak, dan kewajiban untuk memenuhinya oleh pihak ketiga setelah sebelumnya terjalin suatu hubungan hukum sungguh tak pantas dibatasi. Pembatasan terhadapnya dengan sendirinya sekali lagi mengingkari makna konstitusional norma dalam Pasal 28D ayat (1) dan (2), khususnya ayat (2) yang sekarang dijadikan batu uji karena dua hal. Selain bukan pembatasan itu yang dimungkinkan oleh konstitusi, hak dan perlakuan yang adil serta layak yang menjadi norma konstitusi tak dapat dibatasi dengan argumen teknis alih daya karena buruh itu buruh kontrak, outsourcing misalnya, atau buruh musiman, atau pekerja paruh waktu, misalnya. Lampau waktu yang disebabkan oleh proses perundingan dan/atau perundingan yang berlarut-larut karena ketidak sepahaman kedua belah pihak tidak pantas digunakan untuk menyudahi penggunaan pihak yang berhak dan menyudahi kewajiban pihak yang dibebani tanggung jawab menunaikan kewajiban itu, 8 tahun bekerja tetapi tetap saja dikualifikasi sebagai... manusia-manusia ini bekerja 8 tahun, tetapi tetap saja dikualifikasi sebagai pekerja alih daya atau outsourcing adalah pengingkaran terhadap perintah Pasal 28D ayat (2). Tidak ada kepastian hukum ayat (1) dan ayat (2), tidak ada kepastian hukum bagi setiap pekerja untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan layak, bila waktu untuk memperjuangkannya dibatasi tanpa argumen konstitusional yang layak pula. Membaca 2 tahun syarat lampau waktu yang ada dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000/1999 yang diperdebatkan di sini jelas tidak sinkron dan harmonis dengan norma dan jiwa dari Pasal 28D ayat (2). Ketua... Bapak Ketua dan Anggota Majelis Hakim Yang Mulia, Pemerintah, dan DPR yang saya hormati. Demikianlah pendapat saya dalam perkara ini semoga dapat membantu Majelis menemukan hukum yang tepat atas permasalahan ini. Terima kasih, assalamualaikum wr. wb dan selamat siang KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, untuk hari ini sidang dianggap cukup dan sidang berikutnya nanti akan dibuka lagi. Pemohon sudah menganggap cukup?

28 110. PEMOHON: MARTEN BOILIU Mau menanggapi sedikit apa yang disampaikan oleh (...) 111. KETUA: MOH. MAHFUD MD Enggak, enggak usah ditanggapi 112. PEMOHON: MARTEN BOILIU Terima kasih, cukup Pak KETUA: MOH. MAHFUD MD Nanti di kesimpulan Saudara saja. Pemerintah, cukup? Baik, sidang yang akan datang tetap akan dibuka karena kami akan mengundang asosiasi pengusaha (APINDO) pada Kamis, tanggal 10 Januari 2012, pukul WIB, sidang hari ini ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 5 Desember 2012 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 96] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 3/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 59 ayat (7), Pasal 65

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 163 (1)] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 100/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 100/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 100/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi [Pasal 55] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 195, Pasal 197 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris [Pasal 66 ayat ( 1)] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan [Pasal 7 ayat (1)] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara [Pasal 119 dan Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 77 huruf a] terhadap

Lebih terperinci

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH --------------------- KONSTITUSI RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH PERIHAL SIDANG PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan [Pasal 3 beserta Penjelasannya]

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan [Pasal 30 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan [Pasal 27 ayat (1) huruf e ] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERKARA NOMOR 36/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD DAN DPRD TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan [Pasal 10 ayat (3) dan ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Pasal 58 huruf c] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum [Pasal 1 ayat (1), ayat (3), ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [Pasal 170 ayat (3), Pasal 171 ayat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 1/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 1/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 1/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas [Pasal 86 ayat (1)] Terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 1 angka 2, angka

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIV/2016 PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA

Lebih terperinci