MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur [Pasal 9 ayat (4) huruf a] dan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau [Pasal 3] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Alias Wello 2. Idrus ACARA Mendengarkan Keterangan Pemerintah (III) Kamis, 28 Juni 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Moh. Mahfud MD. (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Anwar Usman (Anggota) 4) Hamdan Zoelva (Anggota) 5) Muhammad Alim (Anggota) 6) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) 7) Harjono (Anggota) 8) M. Akil Mochtar (Anggota) Achmad Edi Subiyanto Eddy Purwanto Panitera Pengganti Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Alias Wello B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Syamsudin Daeng Rani C. Pemerintah: 1. Mualimin Abdi (kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia) 2. Supriyono (Kementerian Dalam Negeri) 3. Budiono (Kementerian Dalam Negeri ) 4. Suhatmansyah (Staf Ahli Kementerian Dalam negeri) 5. Erik (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia) D. Pihak Terkait: 1. Effendi Hatta (Ketua DPRD Provinsi Jambi) 2. Zumi Zola (Bupati Tanjung Jabung Timur) 3. Romi Hariyanto (Ketua DPRD Tanjung Jabung Timur) E. Kuasa Hukum Pihak Terkait: 1. Andi Muhammad Asrun 2. Bachtiar Sitanggang

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Sidang Mahkamah Konstitusi untuk perkara judicial review yang teregister dalam Nomor 47 dan 48/PUU-X/2012, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon, silakan perkenalkan diri dulu. 2. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 47, 48/PUU-X/2012: SYAMSUDDIN DAENG RANI Terima kasih, Yang Mulia. Saya Syamsuddin Daeng Rani, Kuasa Pemohon dan Pemohon Prinsipal, Pemohon I, Alias Wello. Terima kasih. 3. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Pemerintah? 4. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terima Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Pemerintah hadir dari yang sebelah kanan Bapak Supriyono dari Kementerian Dalam Negeri. Saya Mualimin Abdi dari kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, kemudian sebelah kiri ada (suara tidak terdengar jelas) lagi keluar sebentar, Yang Mulia. Kemudian yang sebelahnya lagi ada Dr. Suhatmansyah, Staf Ahli Kementerian Dalam negeri yang sekaligus nanti akan membacakan opening statement Pemerintah, Yang Mulia. Dan di belakang ada Saudara Budiono dan Saudara Erik, dan dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terima kasih, Yang Mulia. 5. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. DPR tidak hadir. Pihak Terkait? 6. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: ANDI MUHAMMAD ASRUN Terima kasih, Yang Mulia. Kami Pihak Terkait mewakili Gubernur Provinsi Jambi, kemudian Ketua DPRD Provinsi Jambi, Bupati Tanjung Jabung Timur, dan Ketua DPRD Tanjung Jabung Timur. Saya

5 Muhammad Asrun dan di sebelah kanan saya kolega saya Bachtiar Sitanggang. Terima kasih, Yang Mulia. 7. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Ya, baik. Hari ini kita akan mendengar tanggapan dari Pemerintah. Sebelum nanti masuk pada acara pembuktian lebih lanjut, seperti mendengarkan saksi dan ahli. Sekarang agendanya yaitu mendengar keterangan Pemerintah. Silakan. 8. PEMERINTAH: SUHATMANSYAH Bismillahirrahmanirrahiim, assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia Ketua Majelis Mahkamah Konstitusi serta Anggota yang kami hormati. Izinkan kami akan membacakan opening statement Pemerintah atas permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1959 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Tebo, Muara Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinisi Kepulauan Riau terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Yang Mulia Ketua Majelis Mahkamah Konstitusi yang kami hormati, sehubungan permohonan pengujian konstitusional review ketentuan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1959 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Untuk selanjutnya disebut dalam undang-undang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau yang selanjutnya disebut Undang-Undang Pembentukan Provinsi Kepri terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dimohonkan oleh H. Alias WelLo, S.I.P. dan kawan-kawan yang dalam hal ini memberikan Kuasa kepada Saudara Syamsuddin Daeng Rani, S. H dan kawan-kawan, Advokat pada Kantor Advokat Syam Daeng Rani dan Friend beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 11, Hotel Syahid Pekanbaru, yang untuk selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon sesuai dengan registrasi dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 47/PUU-X/2002 ( suara tidak terdengar jelas) dan 48/PUU-X/2012 Tanggal 23 Mei Selanjutnya perkenankanlah Pemerintah menyampaikan penjelasan singkat opening statement atas permohonan pengujian undang-undang a quo sebagai berikut. 1. Pokok-pokok permohonan. Bahwa Para Pemohon mengalami kerugian sejak diterbitkannya Pasal 9 ayat (4) huruf A Undang -Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang

6 Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepri karena berimplikasi pada aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pemerintahan di Kabupaten Lingga Provinsi Kepri, terutama penempatan Pemohon beserta masyarakat di Pulau Berhala yang selama ini menjadi penempatan asli daerah atau PAD Kabupaten Lingga Provinsi Kepri akan beralih menjadi penempatan asli di daerah Kabupaten Tanjung Timur Provinsi Jambi. Bahwa dengan berlakunya kedua ketetuan dalam undang-undang a quo dianggap merugikan Para Pemohon karena tidak menjamin terciptanya kepastian daerah-daerah pemerintahan untuk Kabupaten Lingga dan untuk Kabupaten Kepri, dan dianggap merugikan Para Pemohon karena dinilai tidak menciptakan kesempatan maksimal bagi Para Pemohon dan masyarakat Kabupaten Lingga dan/atau masyarakat Provinsi Kepri dalam memperjuangkan hak-haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya, serta dianggap merugikan Para Pemohon karena tidak menjamin terciptanya perlindungan dan/atau kepastian hukum mengenai batas wilayah dan administrasi pemerintahan bagi para Pemohon. Lebih lanjut menurut pemerintah, argumentasi apa yang dimohonkan terkait dengan kerugian konstitusional yang diderita tidak cukup logis karena secara yuridis dan kronologis pembentukan daerah otonom baru lebih dahulu dibentuk Kabupaten Tanjung Jabung Timur daripada Provinsi Kepri dan Kabupaten Lingga. Dengan demikian, justru logikanya menjadi terbalik, yaitu dengan dibentuknya Provinsi Kepri dan Kabupaten Lingga, maka PAD yang tadinya berada di Tanjung Jabung Timur beralih ke Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepri. Namun lebih mendasar daripada itu, sebagai warga negara sesungguhnya tidak akan dirugikan hak konstitusionalnya. Karena tetap akan mendapatkan hak-hak untuk ikut serta secara maksimal dalam penyelenggaraan pemerintahan dan mendapatkan perlindungan serta kepastian hukum terhadap hak-hak sebagai warga negara oleh pemerintah daerah maupun oleh Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, sebelum memutuskan pokok-pokok perkaranya, kami mohon Mahkamah berkenan untuk memeriksa dan memutus, apakah benar Pemohon benar-benar dirugikan hak-hak konstitusionalnya akibat diberlakukannya ketentuan dua undang-undang a quo? Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Bahwa terhadap dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon, pemerintah berpendapat adalah tidak cukup kuat dari aspek konstitusionalitas keseluruhan argumentasi yang dibangun oleh Pemohon untuk sampai pada kesimpulan bahwa norma ketentuan a quo bertentangan dengan

7 Pasal 18 ayat (1), Pasal 25A, Pasal 28C ayat (2), dan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon lebih merupakan gambaran realitas implementasi dari penyelenggaraan pemerintahan yang diakibatkan oleh diberlakukannya undang-undang a quo. Selain itu, dalil-dalil yang dikembangkan oleh banyak merupakan penafsiran tentang cara membaca peta untuk menentukan posisi sebuah wilayah. Bahwa apabila Pemohon menafsirkan bahwa batas sebelah utara yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan mengakibatkan Pulau Berhala dan seluruh wilayah Kabupaten Lingga, Balai Karimun, Kota Batam, Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Anambas, serta Kabupaten Natuna masuk Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Maka penafsiran ini justru bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah 13 tahun telah diubah dengan Nomor 13 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam. Perlu kami sampaikan kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi bahwa pokok persoalan dalam masalah ini adalah keberadaan Pulau Berhala yang secara yuridis statusnya sudah jelas berdasarkan penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepri. Dan ketentuan inilah yang secara yuridis mendasari terbitnya Permendagri Nomor 44 Tahun 2011 yang pada gilirannya dibatalkan oleh Mahkamah Agung, sehingga saat ini terjadi situasi ketidakjelasan terhadap status pulau yang dimaksud. Bahwa terhadap Undang-Undang Pembentukan Kabupaten Lingga, Undang-Undang Pembentukan Provinsi Kepri, dan Undang- Undang Pembentukan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebenarnya tidak ada pertentangan. Permasalahan cakupan wilayah administrasi Pulau Berhala sebenarnya ada pada pelaksanaan terhadap ketiga undang-undang dimaksud, serta adanya pemahaman yang berbeda terkait definisi selat. Sehingga terjadi perbedaan pendapat berkaitan dengan posisi dari Selat Berhala tersebut. Bahwa dalam rangka penyelesaian cakupan wilayah Pulau Berhala yang dipersengketakan kepemilikannya oleh Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Kepri, Kementerian Dalam Negeri telah menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menerbitkan Permendagri Nomor 44 Tahun 2011 tentang Wilayah Administrsi Pulau Berhala. Yang memutuskan Pulau Berhala masuk dalam cakupan wilayah Provinsi Jambi, namun dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Bahwa pemerintah berpendapat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dibolehkan terdapat wilayah yang tidak bertuan. Sehingga wilayah harus jelas kedudukan administrasi dan

8 hukumnya, sehingga jelas kewenangan penyelenggaraan pemerintahan di dalamnya. Oleh karena itu dalam kerangka efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, kami tidak mempersoalkan Pulau Berhala akan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga ataukah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Yang penting masih dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelayanan pemerintahan dapat berjalan efektif dan perlindungan warga negara berjalan dengan baik. Pemerintah berpendapat sekaligus berharap bahwa penyelesaian masalah Pulau Berhala ke Mahkamah Konstitusi akan menjadi keputusan final yang diterima dan ditaati oleh seluruh pemangku kepentingan daerah. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, pemerintah menyerahkan kepada Yang Mulia Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memeriksa, mengadili Pemohon Penguji Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 terhadap Undang-Undang Negara kami ulangi, terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun dan memberikan putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya, sehingga putusan dimaksud dapat diimplementasikan secara efektif, dan penyelenggaraan tugas-tugas pembangunan pemerintahan sosial kemasyarakatan. Atas perkenaan perhatian Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, kami ucapkan terima kasih. Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsuddin. Demikian, terima kasih. Assalamualaikum wr. wb. 9. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Terima kasih, Pak. Pemohon, Anda ingin menyampaikan sesuatu, minta klarifikasi, atau cukup menunda sidang berikutnya? 10. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 47, 48/PUU-X/2012: SYAMSUDDIN DAENG RANI Minggu berikutnya, Yang Mulia. 11. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. Pihak Terkait? 12. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: ANDI MUHAMMAD ASRUN Kami akan menyampaikan keterangan Pihak Terkait pada sidang berikutnya, Yang Mulia.

9 13. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik, kalau begitu sidang berikutnya akan dibuka kembali pada hari Selasa, tanggal 17 Juli, pukul WIB, untuk mendengar keterangan ahli atau saksi yang diajukan oleh Pemohon, oleh Pemerintah, maupun Pihak Terkait. Nah oleh sebab itu sebelum tanggal 17, nama-nama tanggal 17 itu, Selasa ya? Tanggal 17 itu Selasa. Berarti sebelum tanggal 17, hari Senin siang sekurang-kurangnya daftar nama tanggal 16 siang, daftar nama ahli dan saksi yang mau diajukan supaya disampaikan melalui surat resmi, sehingga sidang bisa di-manage dengan baik karena tahu siapa-siapa yang akan dihadirkan pada sidang itu. Baik, sidang dengan demikian untuk hari ini dinyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 28 Juni 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d Paiyo NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.