RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A KAMIS, 4 DESEMBER 2008

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terhadap Undang- Undang Dasar 1945 PEMOHON - Bambang Hariyanto ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 4 Desember 2008, Pukul WIB Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H. (Ketua) 2) Dr. Muhammad Alim, S.H., M.Hum. (Anggota) 3) H.M. Akil Mochtar, S.H., M.H (Anggota) Fadzlun Budi, SN, S.H. Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Pemohon : - Bambang Hariyanto, S.H. 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Sidang permohonan pengujian materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Nomor 48/PUU-VI/2008 saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 1X dulu. Saudara Pemohon, saya persilakan untuk memperkenalkan diri 2. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO, S.H. Baik, terima kasih. Nama saya Bambang Hariyanto Pekerjaan konsultan pendidikan khususnya untuk peningkatan mutu pendidikan, alamat Pondok Cibubur Blok C.V No.1. Tempat tanggal lahir, Bandung 25 Desember 1953, beragama Islam Warga Negara Indonesia. Terima kasih. 3. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Terima kasih, di KTP Anda pekerjaan Anda Swasta, 4. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO, S.H. Swasta. 5. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Swasta, pertama-tama saya tentunya saya ingin bertanya kepada Anda Saudara sudah membaca tentang Peraturan Mahkamah Konstitusi, tentang pengajuan pengujian materil terhadap Undang-Undang Dasar dari undang-undang Peraturan MK Nomor 06/PMK/2005 apakah sudah membaca itu? 6. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO, S.H. Sudah. 3

5 7. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. paham betul?. 8. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO, S.H. Insya Allah. 9. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Pertama dari peraturan tersebut tentunya berfokus kepada permohonan Saudara pertama identitas Saudara sudah jelas, kemudian Saudara mengajukan permohonan ini dan sudah Saudara sesuaikan dengan garis-garis besar yang telah ditentukan oleh Mahkamah. Mungkin Saudara bisa menguraikan pokok-pokok permohonan Saudara, silakan. 10. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO, S.H. Terima kasih. Pokok-pokok permohonan saya adalah pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, di sana terdapat adanya pasal atau ayat yang inkonsistensi terhadap pasal-pasal sebelumnya. Akibat dari inkonsistensi ini maka dalam pelaksanaan di lapangan timbul kekacauan, sehingga banyak program pemerintah yang tidak berjalan dengan baik. Nah, pasal-pasal yang inkonsistensi tersebut, disebabkan adanya Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal non formal atau informal. Yang jadi permasalahan di sini adalah jalur formal, berdasarkan pasal-paasal dan ayat sebelumnya yaitu Pasal 1 ayat (11) menyatakan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Kemudian itu diperkuat dengan Pasal 6 ayat (11) bahwa setiap warga Negara yang berusia 7 sampai 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, jadi di sini terlihat bahwa pendidikan dasar dimulai dari umur 7 sampai 15 tahun. Pasal 1 ayat (14) mengatakan pendidikan usia dini adalah upaya yang ditujukan kepada anak yang sejak lahir, sampai umur 7 tahun yang ditujukan melalui pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam mengikuti pendidikan lebih lanjut. Di sini inkonsistensi yang terjadi Pasal 28 ayat (2) usia dini masuk ke dalam formal, padahal formal adalah pendidikan dasar, menengah, dan tinggi dimana usianya disebutkan 7 sampai 15. Definisi atau Pasal 1 Ayat (14) mengatakan usia dini mulai dari nol sampai 6 tahun, berarti pendidikan usia dini tidak dapat dimasukkan kedalam pendidikan formal. Nah intisari dari 4

6 permohonan saya adalah ingin memperoleh ketegasan bahwa pendidikan usia dini itu tidak dapat dilakukan melalui pendidikan jalur formal, dan itu diperkuat dengan Pasal 26 Ayat (3) yang mengatakan pendidikan non formal meliputi pendidikan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pendidikan tenaga kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta kemampuan peserta didik. Nah itulah yang saya ajukan karena adanya inkonsistensi dari Pasal 28 ayat (2) terhadap pasal-pasal sebelumnya, terima kasih. 11. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Baik, sebelum menginjak pada materi tentunya Saudara di dalam pengujian ini di dalam halaman 10 misalnya Saudara menginginkan adanya permohonan pengujian formil, apakah betul itu? 12. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO, S.H. Maaf mungkin ini saya salah ketik, permohonan pengujiannya adalah pengujian materiil. 13. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Materiil ya. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO, S.H. Ya. 14. HAKIM KONSTITUSI : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum Jangan Saudara katakan mungkin, salah ketik atau anu (.) jangan bilang mungkin kan? Saudara yang buat kalau salah ketik jangan bilang mungkin. 15. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Ya itu ada kesalahan saya karena saya sendiri tadinya awalnya tidak bisa membedakan karena saya bukan hukum materil atau formil dan saya sendiri melihat dan saya masih ragu-ragu apakah ini formil itu dapat dilakukan atau tidak tetapi secara umum sebenarnya saya menghendaki adanya pengujian materiil 5

7 16. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Ya sebetulnya kalau Saudara memahami PMK Nomor 06/PMK/2005 itu sudah jelas di situ, yang namanya pengujian formil itu mengenai hal-hal yang bersifat prosedural, jadi bagaimana ketentuan perundang-undangan itu dibentuk melalui tata cara dan prosedur yang ditetapkan atau tidak. jadi itu di-drop ya mengenai pengujian formil. Saudara mohon pengujian materil itu Pasal-Pasal 28 ayat (2) ayat (3) dan ayat (6) 17. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Ya. 18. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Tapi halaman 4 sampai halaman 5 itu ada Pasal 1 ayat (11), ayat (14) Pasal 6 Ayat (1) ini Saudara anggap inkonstitusional juga? 19. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Jadi di sini, pada halaman 4 tersebut, ini menunjukkan bahwa Pasal 1 ayat (11), ayat (14) Pasal 6 ayat (1) Pasal 14, Pasal 17 ayat (2) itu adalah sampai Pasal 26 ayat (3) itu merupakan suatu urutan yang benar. Kemudian muncul Pasal 28, Pasal 28 ayat (2) dan Pasal 28 ayat (3) Pasal 28 ayat (6) yang tiga ini adalah yang inkonsistensi terhadap pasal sebelumnya. 20. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Coba lihat halaman 4 dulu. 232 supaya Saudara sendiri nanti tidak membingungkan. Pasal-pasal yang inkonsistensi pada Undang-Undang Sisdiknas telah melanggar hak Konstitusi Pemohon sebagai warga negara, adapun pasal-pasal inkonsistensi pada Undang-Undang Sisdiknas di situ sampai pada halaman 5, yang Saudara mohon hanya 3 ayat dari Pasal 28, ini Saudara mestinya harus diperbaiki sudah paham ya? Tapi sebelum kita wajib memberi saran untuk memperbaiki pada Majelis, saya persilakan pada Pak Akil. 21. HAKIM KONSTITUSI : H.M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H. Terima kasih Pak Ketua. Saudara Pemohon, Saudara mengajukan uji materi terhadap undang-undang terhadap UUD. Undang-undang yang Saudara uji itu adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, batu uji yang Saudara gunakan di dalam UUD itu adalah Pasal 28C yang Saudara gunakan 6

8 sebagai batu uji. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 itu ada 7 ayat-ayatnya dan 8. Begini karena Saudara mengajukan uji materi, undang-undang terhadap UUD itu secara formal, disyaratkan menurut ketentuan 51 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, pertama Saudara harus menjelaskan dulu legal standing atau kedudukan Saudara ini untuk mengajukan undang-undang itu sebagai apa? Kalau Saudara menyatakan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 itu terutama pasal-pasal yang berkenaan dengan Saudara uji mulai Pasal 11 ayat (6) Pasal 14 dan seterusnya maka adakah kerugian potensial Saudara yang diakibatkan berlakunya undangundang tersebut? Sehingga batu uji yang Saudara gunakan Pasal 28C ayat (2) itu dilanggar oleh undang-undang itu terutama pasal yang Saudara uji itu. Di sini saudara tidak menguraikan hanya identitas kemudian kirakira hak-hak konstitusional Saudara yang dirugikan oleh berlakunya undang-undang tersebut, apakah Saudara ini peserta didik pendidikan usia dini, apakah Saudara penyelenggara pendidikan dini, apakah Saudara pendidik atau saudara punya orang tua yang keberatan terhadap sistem pendidikan nasional yang diatur terutama diketentuan pasal-pasal yang Saudara uji ini tadi. Itu belum kelihatan, sehingga dengan jelas bisa dibuktikan menurut permohonan Saudara ini pasalpasal ini bertentangan dengan hak konstitusional Saudara yang diatur di dalam Pasal 28C. Setelah itu baru Saudara menguraikan itu Pasal 51 ayat (1), (2) sudah jelas di samping Peraturan PMK tentang itu. Jadi kalau di sini saya tidak melihat apa kerugian konstitusional Saudara terhadap berlakunya undang-undang itu, terkecuali Saudara mempersoalkan inkonsistensi isi sebuah undang-undang dengan peraturan gubernur, kalau itu yang Saudara maksudkan maka itu bukan menjadi kompetensi dari MK, silakan saudara majukan di Mahkamah Agung. Kalau misalnya undang-undang dengan peraturan yang lebih bawah ada pertentangan Saudara majukan di MA bukan di MK. Tapi kalau ada pertentangan undang-undang dengan UUD dan pertentangan itu merugikan hak konstitusional Saudara itu menjadi wewenang Mahkamah Konstitusi, jelas Pak? 22. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Jelas. 23. HAKIM KONSTITUSI : H.M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H. Nah, sekarang kalau Bapak mengatakan bahwa ada pertentangan antar pasal itu memang tidak di lembaga pengadilan penyelesaiannya itu menjadi kewenangan dari pembentuk undang-undang dalam hal ini DPR bersama Presiden, kalau ada pertentangan antar pasal. Tetapi kalau saya melihat pasal-pasal yang Bapak quate di sini bahwa pendidikan non 7

9 formal pendidikan formal termasuk di dalamnya, lalu kemudian pendidikan non formal itu menurut pandangan Bapak lalu juga menjadi sama dengan pendidikan formal karena ada syarat-syarat tapi Bapak lihat Pasal 28 ayat (2) itu pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, bukan keharusan bukan keharusan itu ada kata-kata dapat dalam pasal itu tersebut. Lalu kemudian baru diatur di dalam Pasal 28 ayat (3) itu kalau Bapak mau menempuh Pasal 28 ayat (2) baru Pasal 28 ayat (3), bagaimana bentuknya kalau bentuk formal? TK, Raudhlatul Ufal Atfal dan bentuk bentuk lain yang sederajat, tapi itu dapat Pak, demikian seterusnya sampai 28 ayat (6) itupun diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Nah bukan berarti itu menjadi sebuah pendidikan formal kan tidak wajib ini. Makna dari pasal ini tidak wajib, hanya dikatakan dapat kalau dalilnya bahwa ini pertentangan antar pasal di dalam undang-undang. Nah kemudian saudara juga meng quote Peraturan Gubernur DKI Jaya betul tidak Pak? 24. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Betul. 25. HAKIM KONSTITUSI : H.M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H. Itu maksudnya apa? 26. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Jadi maaf mungkin saya akan sedikit memberi tanggapan. Bahwa pertama-tama Pasal 28 ayat (2) dikatakan pendidikan usia dini dapat diselenggarakan (.) 27. HAKIM KONSTITUSI : H.M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H. Ya artinya begini Pak, itu kita sudah tahu makanya saya katakan kalau Bapak ingin mengatakan ada pertentangan pasal-pasal akibat, pertentangan pasal-pasal itu merugikan Bapak itu bukan kewenangan Mahkamah Konstitusi. Tapi kalau pasal-pasal itu secara konstitusional membuat kerugian kepada Bapak berdasarkan Pasal 28C itu batu ujinya Pak. Batu ujinya 28C, karena Bapak yang bilang waktu di situ Nah, kalau (Pasal) 28, 28C ayat (2) ini dia pakai Pak. Hak-hak konstitusional pemohon diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia, sebagaimana diatur dalam pasal 28C ayat 2. Itu batu uji yang Bapak gunakan, untuk menguji pasal-pasal ini. Nah, kalau Bapak ingin menguji pasal undang-undang kepada peraturan gubernur, itu Bapak ajukan di Mahkamah Agung, ya Pak ya. Kalau peraturan gubernur dengan peraturan ini bertentangan, 8

10 nanti Bapak majukan di Mahkamah Agung. Tapi kalau pertentangan antar pasal di dalam sebuah undang-undang, itu juga bukan kewenangan Mahkamah, itu kewenangan dari pembuat undang-undang, dan Bapak bisa minta penjelasan dengan DPR. Tanyalah kepada pembentuk undang-undang? Tapi menurut saya, Pasal 28 ayat (2) itu bukan sebuah kewajiban, karena tidak ada kata-kata dapat di situ, dapat, pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, bukan dinyatakan formal, ya. Kemudian kalau Saudara, sekali lagi saya katakan kalau Saudara, ini kewajiban hakim untuk memberi nasihat kepada para Pemohon. Untuk itu Saudara perbaiki kembali ini permohonan, pasal-pasal mana di dalam Undang-Undang Nomor 20 itu yang bertentangan dengan Pasal 28C dan merugikan hak-hak konstitusional Bapak. Di luar itu tidak usah ditambahin macam-macam atau Bapak pikir ulang, Bapak cabut ini permohonan. Kalau pun mau harus diperbaiki sesuai dengan yang kita sampaikan. Tidak usah Bapak tanggapi, Bapak catat saja karena permohonan Bapak ini secara formal belum memenuhi syarat. Bagaimana, ini kalau pertentangan pasal, pasal undang-undang dengan peraturan gubernur, ya itu bukan wewenang kita. Tapi bagaimana Bapak bisa membuktikan pasal ini bertentangan dengan Pasal 28C dan hak-hak konstitusional Bapak yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar, terutama di dalam 28C itu, dirugikan dengan diberlakukan pasal undang-undang ini. Itu saja dari saya Pak. Terima Kasih. 28. HAKIM KONSTITUSI : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum Coba Saudara Pemohon. Saya kok jadi bingung, apa benar ini permohonan Saudara? Benar Anda yang bermohon ini? 29. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Ya 30. HAKIM KONSTITUSI : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum Tapi kok, coba Saudara lihat tandatangannya di bawah itu. tertulis seperti seolah-olah ya, dengan tanda tangan di fotokopi KTP Saudara tidak sama. 31. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Ah baik. Sebelumnya, saya sedikit bercerita bahwa saat tanda tangan di KTP, ini saya belum kena stroke. 9

11 32. HAKIM KONSTITUSI : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum Oh begitu 33. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Saya kena stroke dua kali. 34. HAKIM KONSTITUSI : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum Oke, sudah paham kalau itu. Oke Kemudian pertanyaan lain, begini Saudara, seperti yang dikatakan oleh Bapak Hakim tadi, hakim anggota; itu di halaman 3 ya sebelah bawah, tolong saudara lihat. Di halaman 3 paling alinea terakhir, Saudara menggunakan Pasal 28C ayat (2), ya toh. Yang menurut Saudara, hak-hak konstitusional Saudara merasa dirugikan di situ kan ya? Coba Saudara lihat di petitum di halaman 11, itu Saudara menyatakan Pasal 28, di angka, ayat (2) itu apa nomor dua Pasal 28 ayat (2), Pasal 28 ayat (3), Pasal 28 ayat (6), Undang-Undang Sisdiknas itu melanggar konstitusional Pemohon yang tercantum, Pasal 28D ayat (1). Kalau yang tadi 28C, ini kok sekarang malah jadi 28D. 35. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Baik, mungkin saya sedikit menjelaskan. Di sini yang diajukan untuk halaman 3 poin 2; dua poin 3, poin 1, adanya hak atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh UUD 1945 dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia yang telah (...) Nah Pasal 28C ayat (2), ini adalah hak dari Pemohon yang ada pada Undang-Undang Dasar. Kemudian kalau kita lihat halaman enam, Pemohon yang diberikan, UUD 1945 dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia sesuai Pasal 28D ayat (1). Di samping dikatakan bahwa setiap (...) 36. HAKIM KONSTITUSI : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum Oke, oke sudah paham itu. Ya terus lagi, apa lagi yang Saudara mau kemukakan? 37. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Jadi, ya. Di sini mungkin karena, ya bukan orang hukum, mungkin ada beberapa yang salah dalam susunan 10

12 38. HAKIM KONSTITUSI : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum Makanya, Oke kita jadi heran. Jadi harus yang dikedepankan dalam posita atau duduknya perkara atau itu apa fundamentum petendinya, itu harus sesuai dengan yang diminta dalam petitum atau permintaan, itu harus sama. Kedua, nanti Saudara perbaiki. Kemudian di halaman 64, coba Anda lihat, sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Hakim Anggota tadi, itu adapun pasal-pasal inkonsistensi. Jadi di sini bukan masalah inkonsistensi yang dipermasalahkan kalau di Mahkamah ini, melainkan inkonstitusionalnya suatu pasal-pasal, itu yang dibahas di sini. Seperti dikatakan oleh Bapak Hakim Anggota tadi, jikalau Anda keberatan karena antara pasal yang lain dalam undang-undang yang sama, Undang-Undang tentang Sikdiknas, itu ada pertentangan sama dengan yang lain. Itu bukan kerjanya di sini, kerjanya di DPR itu dengan Pemerintah dalam pembuatan undang-undang. Yang jadi hal-hal yang tidak inkonsistensi di sini kami berhak. Yang, kami berhak itu adalah kalau inkonstitusional melanggar hak-hak konstitusional Saudara dan itu yang Saudara dalam permintaan itu merujuk kepada Pasal 28D ayat (1), kan ya? Jadi dia harus seragam begitu dan jangan, jangan Saudara apa, kiri-kanan begitu, biar seragam antara yang posita yang diterangkan dalam sebabnya Anda bermohon dengan apa yang Saudara minta untuk diputuskan. Itu mesti paralel namanya, ya, jangan 28C, kau lari-lari ke 28D itu lho, soal inkonsistensi sekali lagi seperti kata Bapak Hakim tadi, itu bukan urusannya di sini, yang disini adalah inkonstitusional. Tidak sesuai atau bertentangan dengan konstitusi Pasal 28D ayat (1) yang Saudara tunjuk itu, itu yang harus Saudara uraikan di sini 39. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Terima Kasih Pak Ketua. 40. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Jadi ini kita menasihati, supaya Saudara pikir dan disesuaikan, ya? Kalau kemudian penekanannya pada, apa itu, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Nomor 124 Tahun 2006, ya? Itu di sana hanya mengatur jalur yang formal kan begitu? Yang non formal tidak diatur. Ini kesalahannya ya kesalahan pada gubernur sama DPRD-nya, mengapa tidak mengatur yang non formal. Padahal barangkali itu seharusnya diatur, sesuai dengan juga kemungkinan diaturnya yang non formal di dalam Undang-Undang Sikdiknas itu. Jadi itu kekurangan cacat pada peraturan gubernurnya, ya mestinya kalau yang formal, non formal berjalan dengan baik, kok kemudian juga tidak diatur, yang diatur hanya yang formal, ini cacat pada peraturan gubernurnya itu. Mestinya kalau di 11

13 dalam Undang-Undang Sisdiknas itu juga ada jalur formal, informal, maupun nonformal, kemungkinan mengatur di dalam jalur nonformal untuk pendidikan usia dini di tingkat provinsi itu mestinya, mestinya juga diatur. Itu kalau tidak diatur, kekurangan itu atau itu merupakan kekurangan dari DKI atau peraturan itu merugikan Anda, itu pengujiannya kepada Mahkamah Agung, ya? Sebab ini, kalau Saudara sudah mengajukan ke sini, ya, Saudara sudah mengajukan ke Mahkamah Agung, kita akan menyurati, bahwa itu jangan diputus dulu. Untuk di sini harus ditarik dulu, sebab nanti ada dua, dua putusan yang kemungkinan berbeda. Itu merepotkan juga, ya? Jadi ini merupakan petunjuk supaya Saudara Bambang yang saya hargai Saudara Bambang mengajukan ini ke Mahkamah hanya tentu harus mengikuti, Saudara bukan sarjana hukum ya? Istilah-istilah yang banyak digunakan di sini. Seperti istilah inkonstitusional dan sebagainya itu. Lalu pasal yang memang betul-betul itu pasti yang ingin Saudara ingin uji dari Undang- Undang Dasar itu, ini jelas hubungannya dengan Undang-Undang Sisdiknas itu apa? Logikanya juga apa kok kemudian dihubungkan dengan non formal dari pendidikan, ini urutannya harus logis dan posible bisa diterima akal. Baik, ini masih ada kesempatan dari Saudara untuk memperbaiki itu, 14 hari paling lambat Saudara memperbaiki ini ya? Bisa dipahami? Jadi nanti kalau sudah diperbaiki atau juga minta keterangan ke Panitera, supaya nanti tidak keliru sebab ini kewajiban Majelis untuk memberi nasihat supaya benar-benar yang Saudara ajukan ini memenuhi persyaratan dan jerih payah Anda ke sini maupun kami bertiga itu tidak sia-sia. Ini bukan apa-apa supaya kebaikan kita bersama. Ada yang ingin dikemukakan? 41. PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Baik, terima kasih. Saya menjadi lebih jelas permasalahnya. Kemudian yang ingin saya mohonkan nasihat kepada Bapak Hakim dan Bapak Anggota adalah yaitu tentang prosedural bagaimana kalau dicabut, bagaimana ini kalau diajukan ke Mahkamah Agung dan sebagainya. Apakah mungkin saya bisa meminta nasihat kepada Bapak-Bapak untuk masalah ini? Karena di sini yang saya lihat dana milyar bahkan trilyun yang seharusnya diberikan kepada masyarakat kurang mampu itu terhalang dengan adanya kata-kata formal sehingga dana tersebut tidak dapat diserap oleh masyarakat. tidak ada izin operasional bagi pendidikan usia dini, yang ada adalah izin TK sehingga banyak block grand yang jatuh ke TK bukan untuk rakyat kecil melainkan untuk memperbesar TK-nya. Kalau TK-nya sudah besar mereka akan memungut biaya yang lebih besar lagi, jadi akibat adanya inkonsistensi dari pasal tersebut banyak dampak, terutama masalah dana pemerintah tersalurkan pada yang tidak berhak. Ini yang saya sebenarnya ingin melihat, bahwa itu tidak terjadi lagi di 12

14 Indonesia. 42. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Jadi sementara kami hanya bisa mengasih itu, karena kalau pasal itu hanya mengatur berarti hak bagi masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan non formal itu dirugikan. Alasannya izin tidak ada, padahal semua warga negara sama untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di dalam Undang-Undang Dasar, kan begitu. Jadi urutannya bisa saja dari Undang-Undang Dasar, bisa saja dari konsideran Undang-Undang Pendidikan Nasional, itu untuk siapa. Jadi nanti Saudara tentunya dengan itu minta konsultasi juga dengan teman-teman barangkali yang memahami itu untuk bisa mengajukan judicial review ke Mahkamah Agung. Yang kedua permohonan yang sudah Saudara ajukan ke sini bisa dicabut kembali, bagaimana? Semuanya tidak dipungut bayaran. Jadi itu terserah kepada Saudara Pemohon. Jadi cukup Saudara Pemohon? PEMOHON : BAMBANG HARIYANTO Terima kasih, dan saya rasa saya sudah mengerti dan cukup atas segala nasihat Bapak, saya ucapkan terima kasih banyak. 43. KETUA : Prof. Dr. ACHMAD SODIKI, S.H. Dengan demikian sidang pada hari ini saya nyatakan ditutup dan ditutup. KETUK PALU 1X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB 13