MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XI/2013

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas [Pasal 86 ayat (1)] Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Novrialdi ACARA Mendengarkan Keterangan Pemerintah dan DPR Selasa, 26 November 2013, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Hamdan Zoelva (Ketua) 2) Harjono (Anggota) 3) Arief hidayat (Anggota) 4) Anwar Usman (Anggota) 5) Muhammad Alim (Anggota) 6) Maria Farida Indrati (Anggota) 7) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) Dewi Nurul Savitri Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Novrialdi 2. S. Ron (Pendamping) 3. Herlambang (Pendamping) B. Pemerintah: 1. Mualimin Abdi 2. Agus Hariadi

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sidang Mahkamah Konstitusi dalam Perkara Nomor 84/PUU- XI/2013 saya buka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon siapa-siapa yang hadir, perkenalkan diri dahulu silakan. 2. PEMOHON: NOVRIALDI Terima kasih, Yang Mulia. Pertama saya Novrialdi, A.Md sebagai Pemohon dan didampingi teman anggota pemilik metromini namanya S. Ron, yang kedua Herlambang. Hanya itu dahulu barangkali, Majelis. 3. KETUA: HAMDAN ZOELVA Tiga? 4. PEMOHON: NOVRIALDI Tiga, Majelis. 5. KETUA: HAMDAN ZOELVA Saudara langsung ya, tidak pakai anu kuasa hukum ya, langsung ya? 6. PEMOHON: NOVRIALDI Langsung, Yang Mulia. 7. KETUA: HAMDAN ZOELVA Langsung, oke baik. Pemerintah yang hadir? 8. PEMERINTAH: AGUS HARIADI Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. salam sejahtera untuk kita semua, selamat pagi. Hadir, Yang Mulia, sebelah kanan saya Pak Mualimin Abdi dari Kementerian Hukum dan HAM. Beliau

5 nanti sekaligus nanti akan membacakan keterangan pemerintah dan saya sendiri Agus Hariadi dari Kementerian Hukum dan HAM. Di belakang juga hadir teman-teman dari Kementerian Hukum dan HAM. Terima kasih, Yang Mulia. 9. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, terima kasih. Selanjutnya DPR tidak hadir, menyampaikan surat hari ini tidak bisa hadir karena acara sidang-sidang yang kelihatannya apa yang padat di DPR, DPR tidak hadir. Baik, hari ini kita akan sidang untuk mendengarkan keterangan dari Pemerintah dan DPR. Karena tidak ada DPR, kita hanya akan mendengarkan keterangan dari Pemerintah ya. Silakan dari Pemerintah yang mewakili presiden. 10. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, terkait dengan permohonan pengujian ketentuan Pasal 86 ayat (9) Undang -Undang Perseroan Terbatas terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam hal ini Presiden memberikan kuasa kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang kemudian Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia memberikan kuasa substitusi kepada Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Bapak Wahidudin Adam dan yang kedua kepada saya sendiri Mualimin Abdi selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Yang Mulia, permohonan tersebut sebagaimana tercatat di dalam Registrasi Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 84/PUU-XI/2013 selanjutnya perkenankan Pemerintah menyampaikan penjelasan sebagai berikut; Pokok permohonan, yang pertama bahwa Pemohon mengajukan pengujian Pasal 86 ayat (9) Undang -Undang Perseroan Terbatas yang menurut Pemohon Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah tidak menerima pendaftaran RUPS ketiga dari Pemohon yang dilakukan oleh PT Metromini dengan alasan RUPS dilakukan telah melewati jangka waktu paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan. Singkatnya menurut Para Pemohon, ketentuan Pasal 86 ayat (9) Undang -Undang Perseroan Terbatas dianggap bertentangan dengan ketentuan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (1) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Yang kedua, Yang Mulia. Terkait dengan kedudukan hukum Pemohon. Pada prinsipnya Pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk

6 mempertimbangkan dan menilainya, apakah Pemohon memenuhi kualifikasi sebagai pihak yang memiliki kedudukan hukum atau tidak. Sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 sebagaimana juga telah diubah dengan Perpu Nomor 1 Tahun Juga berdasarkan Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu yaitu sejak Putusan 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007. Namun demikian, Yang Mulia. Pemerintah dapat memberikan catatan terhadap legal standing itu sendiri. Menurut uraian dari seluruh uraian dari permohonan Pemohon yang terkait dengan kedudukan hukum Pemohon. Pemohon di dalam permohonannya tidak mendudukkan secara tegas apakah dalam permohonannya bertindak selaku perorangan warga negara Indonesia atau selaku badan hukum privat maupun badan hukum publik. Walaupun kemudian Pemohon di dalam pasal apa di dalam permohonannya yang ada di halaman 5, mengatakan atau menyebutkan bahwa Pemohon adalah selaku mewakili badan hukum privat yang tentunya hal ini Pemerintah mengkritisi karena hal demikian memiliki konsekuensikonsekueansi tersendiri. Jika Pemohon perseorangan, maka Pemohon dapat mendalilkan hal-hal yang terkait dengan pihak yang memiliki kewenangan hak-hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan. Karena Pemohon memiliki kriteria-kriteria tertentu, sebagaimana diatur di dalam Pasal 51 maupun putusan-putusan Mahkamah Konstitusi. Kemudian, apabila Pemohon selaku atau mewakili badan hukum privat yang dalam hal ini adalah Perseroan Terbatas Metromini, tentunya ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi, apakah Pemohon itu memiliki kuasa atau memang memiliki kewenangan untuk mengajukan permohonan pengujian ini. Ini catatan Pemerintah terkait dengan legal standing Pemohon. Selanjutnya, Yang Mulia, Pemerintah dapat memberikan penjelasan. Bahwa sebetulnya hal-hal yang terkait dengan yang dimohonkan untuk diuji oleh Pemohon terkait dengan rapat permusyawaratan atau RUPS yang Rapat Umum Pemegang Saham yang di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas diatur dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 91. Namun dalam hal ini, Pemohon mengajukan permohonan, ketentuan yang terkait dengan Pasal 86 ayat (9). Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak dapat diberi yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas atau anggaran dasar masing-masing perseroan. Dalam forum Rapat Umum Pemegang Saham, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari

7 direksi dan/atau dewan komisaris. RUPS terdiri atas RUPS Tahunan dan RUPS lainnya, yang dalam praktik seringkali disebut, dikenal sebagai RUPS Luar Biasa. RUPS Tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku terakhir. Sedangkan RUPSLB dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan perseroan. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, ketentuan Pasal 86 ayat (7) dan ayat (9) Undang -Undang Perseroan Terbatas merupakan satu rangkaian dalam Pasal 86 Undang-Undang Perseroan Terbatas itu sendiri, yang antara lain menentukan tentang keabsahan dan tata cara pelaksanaan suatu RUPS. Yang selengkapnya, Yang Mulia, Pasal 86 Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut dapat Pemerintah sebutkan yang tadi Pemerintah sudah sampaikan bahwa ada di dalam satu rangkaian Pasal 75 sampai dengan Pasal 91. Pasal 86 ayat (1), RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali undang-undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. Ayat (2), Dalam hal kuorum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan pemanggilan RUPS kedua. Ayat (3), Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum. Ayat (4), RUPS kedua, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1 / 3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. Ayat (5), Dalam hal kuorum RUPS kedua, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (4) tidak tercapai, perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan atas permohonan perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga. Ayat (6), Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum. Dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri. Ayat (7), Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS, sebagaimana dimaksud pada ayat (5), bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Ayat (8), Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling lama tujuh hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan. Ayat (9), RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 hari dan paling lambat hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.

8 Jadi, Yang Mulia, ini adalah rangkaian dari ketentuan Pasal 86 yang terkait dengan penentuan keabsahan dan tata cara pelaksanaan suatu RUPS. Ketentuan Pasal 86 ayat (9) Undang -Undang Perseroan Terbatas terjadi apabila RUPS pertama dan RUPS kedua tidak memenuhi kuorum sehingga perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseoran atas permohonan perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga. Bahwa proses penetapan kuorum oleh pengadilan negeri seharusnya dilakukan dalam waktu yang cepat mengingat jangka waktu pelaksanaan RUPS yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Hal ini dapat dilihat di dalam penjelasan Pasal 86 ayat (4) yang menyatakan, Dalam hal ketua pengadilan negeri berhalangan, penetapan dilakukan oleh pejabat lain yang mewakili ketua. Jadi memang dalam hal ini terdapat aturan-aturan khusus yang ada di pengadilan negeri itu sendiri. Bahwa Pasal 86 ayat (7) Undang -Undang Perseroan Terbatas menyatakan penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 5 bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Menurut Pemerintah, hal demikian mengandung maksud bahwa atas penetapan kuorum tersebut tidak dapat dilakukan upaya hukum baik banding, kasasi, maupun upaya hukum luar biasa yaitu dalam bentuk peninjauan kembali. Sedangkan mengenai pelaksanaan RUPS tetap harus mengikuti ketentuan sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Sehingga, Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, ketentuan Pasal 86 ayat (9) Undang -Undang Perseroan Terbatas sejatinya telah memberikan kepastian hukum terkait dengan RUPS kedua dan RUPS ketiga yaitu dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 hari dan paling lambat 20 hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan. Penentuan jangka waktu tersebut menurut Pemerintah justru telah memberikan keleluasaan dan kepastian terhadap para pemegang saham yang terkait dengan pelaksanaan RUPS itu sendiri. Jangka waktu tersebut dipandang cukup menurut Pemerintah untuk melakukan RUPS yaitu berupa pemanggilan RUPS kedua dan ketiga yang dilakukan paling lama atau paling lambat 7 hari sebelum RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan. Kemudian selanjutnya, penetapan kuorum untuk RUPS ketiga oleh pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseoran. Bahwa hal yang dialami oleh Pemohon adalah karena pelaksanaan RUPS ketiga dilaksanakan telah melewati jangka waktu yang telah ditentukan dalam Pasal 86 ayat (9) Undang -Undang Perseoran Terbatas, sehingga sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, maka sesuai kewenangan yang ada di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yaitu Direktorat Jenderal Administrasi

9 Umum, maka Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum tidak dapat menerima pendaftaran RUPS ketiga tersebut. Sebagaimana kita ketahui, Yang Mulia. Bahwa di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum terkait dengan hal-hal yang terkait dengan pendaftaran perubahan anggaran dasar AD/ART yang dilakukan di notaris maupun hasil dari putusan pengadilan negeri tersebut dilakukan secara on line. Oleh karena itu, apabila ada hal yang tidak sesuai dengan ketetentuan perundang-undangan, maka secara otomatis sistem di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia akan menolaknya. Hal ini jelas menurut Pemerintah adalah sangat terkait erat dengan pencatatan administrasi maupun implementasi dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimohonkan untuk diuji. Dengan perkataan lain, isunya adalah bukan isu konstitusionalitas, apalagi di dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 91 yang terkait denga RUPS, di sana juga terdapat ketentuan di dalam Pasal 87 yang menyatakan bahwa RUPS dilakukan secara musyawarah mufakat. Menurut hemat kami, jika para pemegang saham telah melakukan musyawarah mufakat dan dilaporkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dapat saja akan menerima apa yang telah dilakukan oleh para pemegang saham secara musyawarah untuk mufakat. Selanjutnya, Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Apabila ketentuan atau penolakan yang dilakukan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau yang dalam hal ini khususnya oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, patut diduga telah melakukan kesalahan di dalam prosedur penolakannya atau keputusan penolakannya dianggap tidak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Maka menurut hemat Pemerintah, Pemohon dapat melakukan upaya hukum, yaitu berupa gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur di dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 dan apabila yaitu yang menyatakan, Apabila badan atau pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan putusan sedangkan itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan keputusan Tata Usaha Negara. Juga dapat kami informasikan Yang Mulia, di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, itu di dalam praktiknya antara pemegang saham itu sering kali melakukan hal-hal yang saling bertentangan antara satu dan yang lain. Satu pihak mendaftarkan seringkali di pihak lain minta diblokir, yang satu pihak minta dibuka blokir yang lainnya minta diblokir. Ini yang sering kali di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga di dalam implementasinya terdapat hal-hal yang memang perlu kehati-hatian.

10 Oleh karena itu dengan sistem yang sudah diterapkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maka apabila tidak memenuhi ketentuan yang berlaku sebagaimana diatur di dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas maka secara otomatis akan tidak diterima, Yang Mulia. Demikian, Yang Mulia penjelasan pemerintah sehingga Yang Mulia pada kesimpulannya Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian Pasal 86 ayat (9) Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kiranya dapat memberikan putusan sebagai berikut. Menolak permohonan pengujian Pemohon untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian tidak dapat diterima. Menerima keterangan Pemerintah seluruhnya dan yang terakhir menyatakan Pasal 86 ayat (9) Undang -Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (1) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi diucapkan terima kasih. Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsuddin. Terima kasih, Yang Mulia. Billahi taufik wal hidayah. Wasalamualaikum wr. wb. 11. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, terima kasih. Pemohon ada yang mau diklarifikasi kepada Pemerintah atau cukup? 12. PEMOHON: NOVRIALDI Ada, Majelis Yang Mulia. 13. KETUA: HAMDAN ZOELVA Yang mau diklarifikasi saja ya. 14. PEMOHON: NOVRIALDI Ya.

11 15. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, apa silakan. 16. PEMOHON: NOVRIALDI Sebagaimana yang telah diuraikan oleh Bapak yang mewakili Pemerintah barusan, Pak Hakim Yang Mulia bahwa Pemohon sebenarnya telah melaksanakan apa yang telah diuraikan oleh yang diwakili oleh Pemerintah yang mana Pemohon telah melaksanakan RUPS sesuai Pasal 86 tadi yaitu Pemohon telah mendapatkan izin pengadilan, izin kuorum. Terus di sini di dalam penetapan kuorum itu pengadilan memberikan 26 hari 26 hari ditambah lagi di Pasal 82 Undang-Undang ini setiap melaksanakan RUPS itu harus diiklankan melalui iklan yaitu 14 hari. 17. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, ini sudah ada di sini. Jadi, ini semua kan sudah ada di permohonan Saudara. Enggak, yang mau diklarifikasi ada yang belum jelas enggak? 18. PEMOHON: NOVRIALDI Kira-kira cuma itu saja. 19. KETUA: HAMDAN ZOELVA Cuma itu saja, kalau itu ada di sini kita sudah baca. Baik, dari Majelis Hakim ada? Ya, silakan. 20. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Kepada Pemerintah ini ya. Saya kira yang menjadi fokus dari persoalan yang dihadapi oleh Pemohon bukanlah bersangkut dengan kewajiban di Kementerian Hukum dan HAM, kalau itu semua sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilakukan. Yang menjadi soal adalah kalau ketentuan Pasal 86 ayat (9) itu sudah dilewati tidak kunjung juga kemudian bisa dilakukan rapat umum pemegang saham lalu bagaimana PT itu karena itu terakhir (suara tidak terdengar jelas). Jadi, rapat umum pemegang saham kalau diadakan sudah tidak sah lagi apakah harus kembali ke awalnya masalahnya di situ lalu stuck ini. Katakan saja harus ada penggantian direktur waktunya ketentuan yang Pasal 86 ayat (9) itu suda h dilewati batas maksimumnya tidak dilewati apakah kemudian tidak bisa melakukan penggantian direktur

12 atau kemudian hal-hal yang lain nasibnya bagaimana itu ini yang menjadi masalah yang saya kira dihadapi oleh Pemohon sehingga apa yang harus dilakukan supaya itu menjadi perbuatan yang sah saya kira begitu. Itu saja saya kira. Terima kasih. 21. KETUA: HAMDAN ZOELVA Bisa langsung direspons dari yang mewakili presiden? 22. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terima kasih, Yang Mulia. Setelah Pasal 86 ayat (9) itu terle wati. PT itu tetap memiliki keabsahan sebagai badan hukum, Yang Mulia. Yang tadi pemerintah sampaikan, yang mestinya dilakukan adalah karena dikementerian hukum dan HAM itu memang menggunakan system memang tertolak secara otomatis. Sebetulnya disarankan kepada Pemohon untuk melakukan seperti surat-menyurat secara manual agar apa yang dilakukan Pemohon itu sah adanya, Yang Mulia. Nanti tinggal dicatatkan kemudian di dalam buku register yang ada di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jadi, tetap perseroan terbatasnya berlaku atau tetap sebagai badan hukum. Memang, di dalam praktik, banyak hal yang demikian, Yang Mulia. Jadi, kalau terlewati bukan berarti perseroan terbatas atau keberadaan badan hukum yang menjadi batal, tetapi silakan saja nanti Pemohon berhubungan dengan direktur perdata yang memang bidang itu. Karena harus dilihat, Yang Mulia, yang tadi Pemerintah sampaikan seringkali perseroan terbatas ada semacam RUPS tandingan, terkadang. Itu kadang-kadang bisa saling meminta blokir, Yang Mulia. Jadi, awalnya bahwa ketentuannya apabila tidak sesuai, maka otomatis blokir. Tetapi Pemohon dapat bisa berhubungan untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan apa yang dialami oleh Pemohon itu sendiri, Yang Mulia. Terima kasih. 23. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Satu tambahan lagi ya, karena menarik itu keterangannya. Pasal 86 ayat (9) itu normatif, tapi berhenti, dalam arti setelah lewat sekian. Kalau itu sudah terpenuhi, lalu kemudian harus datang ke Kemenkumham. Apa yang dilakukan, kira-kira? Apakah kemudian, Ketentuan 86 ayat (9) itu bisa disimpangi? Itu masalahnya.

13 24. KETUA: HAMDAN ZOELVA Tambahan. Apakah dalam praktik selama ini, ada eksepsi? Kejadian karena Pasal 86 ayat (9)? Artinya, sudah lewat waktu tapi didaftar juga? 25. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terhadap yang ini, Yang Mulia, nanti kami cek dulu karena sedemikian banyak hal-hal yang demikian ya, jadi kami tidak bisa menjawab bagaimana implementasi dari Pasal 86 ayat (9) ini. Tapi, terhadap yang tadi, saya sampaikan, Pemohon masih memungkinkan untuk itu. Nanti kami cek dulu, Yang Mulia. 26. KETUA: HAMDAN ZOELVA Oke, baik. Nanti, ya. Ada pertanyaan? Ya, silakan. 27. PEMOHON: NOVRIALDI Begini, Pak, Yang Mulia, sebenarnya Bapak dari pemerintah yang mengatakan tadi, kami sudah lakukan semua, Yang Mulia. Malahan waktu kita mendaftar, itu PP Metro Mini terblokir. Nah, setelah terblokir, kita disuruh sama direktur perdata untuk membuat suatu surat permohonan pembuka blokir. Nah, itu data kita diproses selama 45 hari itu, Pak Hakim Yang Mulia. Nah, setelah diproses secara hukum, maka blokir tadi disetujui, dibuka. Dan kita telah mengakses. Begitu kita sudah mengakses, hampir mau namanya TKM, ya Pak, ya, itu diblokir sendiri kembali dengan adanya intervensi-intervensi dari pihak lain. Nah, jadi kami mau ke mana lagi mau mencari keadilan ini? Makanya kami memaksakan diri, tanpa didampingi oleh kuasa hukum, kami mencoba sebagai rakyat Indonesia, datang ke Mahkamah Konstitusi, Yang Mulia. Hanya itu saja. Terima kasih, Yang Mulia. 28. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Saya tambahkan, Yang Mulia, terkait dengan yang sudah dialami oleh Pemohon, nanti kami sekali lagi, kami akan cek kebenarannya ini karena di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tadi saya katakan, yang namanya permohonan saling blokir ini memang sedemikian banyaknya, Yang Mulia. Kadang-kadang malah ada perusahaan kadangkadang tandingan kita kadang-kadang sampai tingkat tinggi di dalam merapatkannya. Ini kok, ada hal yang dan itu tidak satu-dua, seperti

14 kasusnya mungkin banyak perguruan tinggi di swasta di Indonesia juga saling klaim. Ini yang seringkali membuat kami di dalam melaksanakan perintah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memang ada kendala yang sering kali di lapangan, tidak seperti yang kami perkirakan. Tapi nanti, Pemohon, saya akan cek ulang, masalahnya di mana, kami akan runtut karena pasti berkasnya banyak, Yang Mulia. Terima kasih. 29. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tapi di samping itu, karena ini juga ada persoalan yang sebenarnya kita tadi lepas dengan masalah-masalah teknisnya. Kita hanya menilai Pasal 86 ayat (9) itu, ya. Saya tanya dulu. Pemohon itu sebagai apa, sih? Di dalam metro mini itu? Kedudukannya? 30. PEMOHON: NOVRIALDI Terima kasih, Yang Mulia. Pemohon juga sebagai salah satu anggota pemegang saham dan memiliki armada metro mini, Yang Mulia. Dan memang juga telah diangkat oleh hasil RUPS kemarin itu yang sebetulnya juga sudah menyatakan sebagai pengurus atau ( ) 31. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Pengurus, ya? 32. PEMOHON: NOVRIALDI Ya, Yang Mulia. 33. HAKIM ANGGOTA: HARJONO RUPS yang mengangkat Bapak sebagai pengurus itu sah, enggak ada masalah? 34. PEMOHON: NOVRIALDI Sah secara hukum karena kita sudah mendapatkan penetapan kuorum tadi. Jadi, di kuorum ini hanya dikasih kuorum seperempat, sementara kita menghadiri sepertiga, Yang Mulia, jadi sehingga rapat tadi sudah sah secara hukum.

15 35. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ada, enggak pihak lain yang kemudian mengatasnamakan rapat pemegang saham ( ) 36. PEMOHON: NOVRIALDI Tidak ada, Yang Mulia. 37. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Tidak ada, ya? 38. PEMOHON: NOVRIALDI Tidak ada. 39. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Bapak, satu-satunya ya? 40. PEMOHON: NOVRIALDI Satu-satunya. 41. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Oleh karena itu, bayangan saya, katakan saja, dengan Pasal 86 ayat (9) itu, meskipun dia itu sah satu-satunya dan tidak sedang sengketa dengan apakah pengurus lain, apa pemegang saham lain, tapi melaksanakan Pasal 86 ayat (9) ini juga terhalang, ya. Terhalang persoalan kedaluwarsa. Kalau terhalang persoalan kedaluwarsa, sebuah PT yang tidak ada masalah dengan klaim-klaim sengketa itu, itu apa macet di sini? Ya, itu saja ya nanti. Nanti kita tunggulah bagaimana hasilnya. 42. KETUA: HAMDAN ZOELVA Jadi tunggu dahulu, sedikit ya. Jadi saya mau konfirmasi lagi penetapan pengadilan korumnya ¼ ya? 43. PEMOHON: NOVRIALDI Ya, Yang Mulia.

16 44. KETUA: HAMDAN ZOELVA ¼, tapi yang hadir dalam RUPS itu 1/3? 45. PEMOHON: NOVRIALDI 1/ KETUA: HAMDAN ZOELVA Dan dengan RUPS itulah, Saudara terpilih menjadi Dirut? 47. PEMOHON: NOVRIALDI Ya, Yang Mulia. 48. KETUA: HAMDAN ZOELVA Dirut? 49. PEMOHON: NOVRIALDI Ya. 50. KETUA: HAMDAN ZOELVA Direktur Utama ya? 51. PEMOHON: NOVRIALDI Ya, Yang Mulia. 52. KETUA: HAMDAN ZOELVA Oke, okelah. 53. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Yang Mulia karena sidang terbuka, jika diizinkan untuk memudahkan kami yang mewakili. 54. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, silakan, silakan.

17 55. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Mohon kiranya berkas-berkasnya kami bisa mendapatkan untuk percepatan karena kalau mencari di Direktur Jenderal AHU itu karena banyak sekali apalagi kan gedungnya belum lama terbakar, jadi semua berkas itu dipindahkan ke percetakan negara, Yang Mulia. 56. KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik. 57. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Kalau diizinkan saya bisa dikopikan, terima kasih Yang Mulia. 58. KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik, nanti Pemohon berikan data-data pendaftarannya ke sana, kepada Pemerintah ya, habis sidang ini, jadi dia untuk memudahkan. 59. PEMOHON: NOVRIALDI Baik, baik, Yang Mulia. 60. KETUA: HAMDAN ZOELVA Dan pada Pemerintah, sekalian berikan kronologis itu pada sidang selanjutnya ke Mahkamah ya, untuk bahan bagi Majelis ini dalam kelanjutan pemeriksaan perkara ini. 61. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Baik, Yang Mulia. 62. KETUA: HAMDAN ZOELVA Jadi kronologis itu diserahkan setelah Saudara diperiksa di AHU, kemudian sampaikan kronologis itu kepada Mahkamah, ya. Baik, Saudara Pemohon akan mengajukan saksi dan ahli? 63. PEMOHON: NOVRIALDI Baik, Yang Mulia. Pemohon merasa Yang Mulia, tidak perlu me menghadirkan saksi.

18 64. KETUA: HAMDAN ZOELVA He em. 65. PEMOHON: NOVRIALDI Karena Pemohon telah beranggap, Majelis Hakim yang hadir di sini adalah pilihan, yang jauh lebih ahli daripada saksi ahli, maka kami ya menyerahkan saja kepada Majelis Hakim Yang Mulia. 66. KETUA: HAMDAN ZOELVA Oke. 67. PEMOHON: NOVRIALDI Ya, terima kasih Yang Mulia. 68. KETUA: HAMDAN ZOELVA Jadi cukup dengan bukti-bukti saja ya? Bukti-bukti ini sudah diserahkan. Baik ( ) 69. PEMOHON: NOVRIALDI Ada sedikit, Yang Mulia, sedikit saja? Ada juga kemarin Hakim Yang Mulia Ketua me me apa menghimbau kepada kami, ada bukti juga, tiga bukti lagi. 70. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ada bukti tambahan? 71. PEMOHON: NOVRIALDI Bukti tambahan. 72. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya.

19 73. PEMOHON: NOVRIALDI Di sini satu, Yang Mulia. Bahwa telah akan dibekukan metromini oleh Pemerintah DKI, ini karena tidak adanya ya kepastian kepengurusan. 74. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ndak, buktinya ada? 75. PEMOHON: NOVRIALDI Ada, ada, tapi ( ) 76. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sudah dimaterai? 77. PEMOHON: NOVRIALDI Sudah dimaterai, Yang Mulia. 78. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sudah dimaterai. 79. PEMOHON: NOVRIALDI Tapi yang foto-fotonya belum, foto rapat kita, Yang Mulia. Belum termaterai ini. 80. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, tapi notulensi rapatnya ada? 81. PEMOHON: NOVRIALDI Ada, ada, Majelis. 82. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ada, dari Notaris ada?

20 83. PEMOHON: NOVRIALDI Ada, Majelis. 84. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sudah diajukan sebagai bukti? 85. PEMOHON: NOVRIALDI Sudah, sudah, sudah semuanya. 86. KETUA: HAMDAN ZOELVA Nah, itu cukup. Foto-foto itu lebih kuat, lebih kuat notulasi, notulasi dari Notaris itu. 87. PEMOHON: NOVRIALDI Ya, baik, Yang Mulia, baik. 88. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, Petugas diambil buktinya. Tambah berapa bukti? 89. PEMOHON: NOVRIALDI Tiga, Yang Mulia. 90. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ada sudah ditanda belum? 91. PEMOHON: NOVRIALDI Sudah, Yang Mulia. 92. KETUA: HAMDAN ZOELVA P-1 P berapa? 93. PEMOHON: NOVRIALDI P-16, 17, 18.

21 94. KETUA: HAMDAN ZOELVA P-16, P-17, P PEMOHON: NOVRIALDI 1 sampai 15 sudah diserahkan, Yang Mulia. 96. KETUA: HAMDAN ZOELVA P mana P-16-nya? P berapa yang dimajukan terakhir? 97. PEMOHON: NOVRIALDI Terakhir yang masuk daftar itu 15, nah ini tambahan 16, 17, 18, Yang Mulia. 98. KETUA: HAMDAN ZOELVA 16, 17, 18, coba dicek. 99. PEMOHON: NOVRIALDI 167, salah kali ini Pak Yang Mulia KETUA: HAMDAN ZOELVA Ini 18, ada ini. 16, 17-nya apa? Itu 16-nya apa? Kalau 18 ini Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. 17-nya apa? 101. PEMOHON: NOVRIALDI 17 ini kita enggak jadi masukkan, Yang Mulia KETUA: HAMDAN ZOELVA Oh PEMOHON: NOVRIALDI Menjurus apa namanya menjurus kegiatan, jadi kita ( ) masalah pengrusakan

22 104. KETUA: HAMDAN ZOELVA Jadi 17 tidak diajukan? 105. PEMOHON: NOVRIALDI Tidak KETUA: HAMDAN ZOELVA Tidak, hanya 16? 107. PEMOHON: NOVRIALDI 16, juga di sini KETUA: HAMDAN ZOELVA 16 juga tidak? 109. PEMOHON: NOVRIALDI Ya, ndak KETUA: HAMDAN ZOELVA Jadi hanya 18 saja? 111. PEMOHON: NOVRIALDI 18 ya, hanya 18 saja, Yang Mulia KETUA: HAMDAN ZOELVA Hanya 18 saja, makanya dicari-cari di sini tidak. Ini foto-foto P berapa? 113. PEMOHON: NOVRIALDI Ya berikutnya, Yang Mulia KETUA: HAMDAN ZOELVA P-19, oke. Jadi, P-16, 17, tidak ada.

23 115. PEMOHON: NOVRIALDI Tidak diajukan KETUA: HAMDAN ZOELVA Tidak diajukan, yang diajukan hanya P PEMOHON: NOVRIALDI 19, KETUA: HAMDAN ZOELVA Dan 19. Ya, 19 foto-foto PEMOHON: NOVRIALDI Ya KETUA: HAMDAN ZOELVA 17, Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Nomor 79, 90, Tahun PEMOHON: NOVRIALDI Ya, Yang Mulia KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, dua bukti ini saya sahkan. KETUK PALU 1X Ya, baik kalau begitu karena sidang ini selesai ya, sidang Pleno ini, kepada Pemohon ya, ya, jadi Pemohon dan dari Presiden menyampaikan kesimpulan sekaligus yang tadi, kronologis kasus metromini ya, pada hari Selasa 10 Desember, jadi waktunya cukup lama untuk menyusun dan untuk mencari ya. Jadi Saudara Pemohon sekali lagi dan dari Pemerintah memajukan kesimpulan langsung ke Kepaniteraan Mahkamah tidak ada sidang lagi setelah ini.

24 123. PEMOHON: NOVRIALDI Yang Mulia, Pemohon... dari Pemohon apa lagi, Yang Mulia KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya itu saja. Kesimpulan itu apa kesimpulan Saudara setelah mendengarkan tadi PEMOHON: NOVRIALDI Baik KETUA: HAMDAN ZOELVA Setelah mendengarkan dari Pemerintah tadi, apa kesimpulannya? 127. PEMOHON: NOVRIALDI Baik, Yang Mulia KETUA: HAMDAN ZOELVA Nanti Pemerintah mengajukan kesimpulan sekaligus kronologis, ya. Dengan demikian sidang dalam perkara ini selesai dan sidang saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 26 November 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.