VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN A. Visi Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN A. Visi Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera"

Transkripsi

1

2

3

4

5 VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN A. Visi Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera B. Misi 1. Melanjutkan reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, bebas KKN, berdaya dan berhasil guna disemua bidang pemerintahan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik. 2. Mewujudkan pembangunan infrastruktur sampai tingkat perdesaan. 3. Mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian beserta pemasaran hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. 4. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. 5. Mewujudkan pendidikan gratis di tingkat SD / MI dan SMP / MTs serta murah ditingkat SMA / MA. Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 iii

6 6. Mewujudkan kesehatan gratis untuk semua jenis pelayanan di puskesmas dan jenis pelayanan sampai klas 3 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu. 7. Mewujudkan peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan pasar tradisional. 8. Mewujudkan perlindungan terhadap kelestarian alam. 9. Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat. iv Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

7 KATA PENGANTAR Mengawali pembahasan tentang Tinjauan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaen Blora Tahun 2014, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kekuatan dan kekuasaan-nya yang diberikan kepada Tim Penyusun. Kita ketahui bersama bahwa mulai tahun 2015 penghitungan Indeks Pembangunan Manusia dihitung dengan menggunakan metode baru. Kebijakan tersebut diambil karena merupakan kesepakatan global yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Selain itu, dengan menggunakan penghitungan metode baru ini diharapkan dapat memotret perkembangan pembangunan manusia lebih tepat. Setelah menjalani masa transisi selama lima tahun terakhir, dua dari empat indikator IPM diganti untuk merepresentasikan secara tepat hal-hal yang dihadapi saat ini. Dua indikator yang dimaksudkan adalah Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. HLS, yang termasuk ke dalam dimensi pendidikan, menggantikan Angka Melek Huruf (AMH). Sementara PNB per kapita menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebagai indikator tunggal dalam dimensi standar hidup. PNB menggambarkan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara Indonesia (WNI). Sementara PDB merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktorfaktor produksi di dalam negeri. Dua indikator lain masih tetap dipertahankan. Keduanya ialah Angka Harapan Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 v

8 Hidup saat lahir (AHH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). AHH merupakan indikator yang mewakili dimensi kesehatan, sementara RLS termasuk ke dalam dimensi pendidikan. Dengan metode baru, hasil perhitungan IPM Indonesia tahun 2013 menjadi 68,31. Sebelumnya, dengan metode lama, IPM Indonesia pada periode yang sama, tercatat sebesar 73,81. Demikian pula IPM Kabupaten Blora tahun 71,91 menjadi 65,37. Sementara itu, hasil penghitungan metode yang baru IPM Kabuapten Blora Tahun 2014 tercatat sebesar 65,84. Dampak penurunan nilai IPM sangat berpotensi terhadap rendahnya Dana Alokasi Umum yang diterima oleh daerah, karena saat ini IPM digunakan sebagai salah satu indikator dalam menghitung besaran Dana Alokasi Umum (DAU) khususnya untuk menghitung kebutuhan fiskal daerah. Implikasinya, semakin tinggi IPM, semakin tinggi pula DAU yang diterima daerah. Dalam konteks pembangunan daerah, DAU sebenarnya memiliki hubungan timbal balik dengan IPM. Meski umumnya digunakan untuk keperluan belanja pegawai, DAU secara tidak langsung menjadi stimulus konsumsi di daerah. Selanjutnya, tingkat konsumsi ini turut andil dalam kegiatan perekonomian daerah. Dinamika global memang telah mendorong perubahan dalam pengukuran IPM. Angka-angka bisa saja berganti. Namun, yang lebih penting ialah menjaga "roh" pembangunan manusia agar cita-cita yang diamanatkan para pendiri bangsa ini bisa terwujud. vi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

9 Demikian sekilas gambaran IPM Kabupaten Blora Tahun Masukan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, sehingga terbitan yang akan akan menjadi sempurna sesuai dengan harapan kita, amin. Blora, Desember 2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA Ir. SAMGAUTAMA KARNAJAYA, MT Pembina Utama Muda NIP Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 vii

10 viii Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

11 DAFTAR ISI Visi dan Misi Kab.Blora Sambutan Kepala Bappeda Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar iii v ix xii xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Metode Penelitian Lokasi Penelitian Rancangan Sampel MetodePengumpulan Data Metode Pengolahan Data Metode Analisa Data Sistematika Penulisan 11 BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Konsep dan Kerangka Berpikir Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia Angka Harapan Hidup Tingkat Pendidikan Paritas Daya Beli Pencapaian dan Status Pemb. Manusia Shortfall 31 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 ix

12 BAB III GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Kondisi Penduduk Jumlah Penduduk Rasio Jenis Kelamin Struktur Penduduk Kondisi Pendidikan Kondisi Kesehatan Pendapatan Regional Struktur Ekonomi Perkembangan PDRB Per 75 kapita 3.6 Pengeluaran Konsumsi Perkapita Ketenagakerjaan Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk yang Bekerja Menurut Golongan 89 Umur Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Menurut Lapangan 93 Usaha Menurut Status Pekerjaan 95 x Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

13 Menurut Jam Kerja 98 BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Nilai Indeks Pembangunan Manusia Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia Langkah / Upaya Untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kebijakan Umum Kebijakan Khusus Program Pembangunan 125 BAB V PENUTUP Kesimpulan Rekomendasi 144 LAMPIRAN 147 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xi

14 DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Hal Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang Digunakan Untuk Menghitung Ratarata Lama Sekolah (MYS Jarak Tempuh Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, Luas Wilayah, dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kab. Blora Luas penggunaan tanah/lahan di Kabupaten Blora Tahun Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun Sex Ratio dan Distribusi Penduduk di Kabupaten Blora Tahun Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi Tahun Penduduk Kabupaten Blora di Rinci Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Perubahan Jumlah Murid, Guru dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Menurut Status Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun xii Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

15 3.9. Persentase Penduduk Usia 10 th keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Penduduk 5 Tahun keatas Berdasarkan Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Kabupaten Blora Tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Blora Tahun Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Kesehatan Sebulan yang lalu di Kabupaten Blora Tahun Persentase Penduduk Menurut Jenis Keluhan Kesehatan Utama Selama Sebulan Yang Lalu Tahun Persentase Penduduk Menurut Jumlah Hari Sakit yang dialami Selama Sebulan yang Lalu di Kabupaten Blora Tahun PDRB Kabupaten Blora Tahun Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan 2010 tahun Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xiii

16 3.19. Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB Tahun Perkembangan PDRB Per Kapita di Kabupaten Blora Tahun Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin Tahun Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Kegiatannya Tahun TPAK dan TPT Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatannya Tahun Persentase Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Blora 97 Tahun xiv Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

17 3.30. Persentase Penduduk Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun IPM dan Shortfall Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xv

18 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Gambar Hal. 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun Struktur Penduduk Kabupaten Blora Tahun Piramida Penduduk Kabupaten Blora Tahun Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir Kabupaten Blora Tahun Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun Perkembangan PDRB PerkapitaKabupaten Blora xvi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang baik adalah menempatkan manusia sebagai titik sentral, sehingga mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kerangka pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah harus melakukan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan meningkat dengan sendirinya. Hal ini selain sesuai dengan Tujuan Nasional Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, secara implisit juga mengandung makna pemberdayaan masyarakat. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

20 Bab I : Pendahuluan Indikator pembangunan manusia adalah merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik mulai tingkat daerah sampai tingkat nasional. Indikator ini direkomendasikan oleh United Nations Development Program (UNDP) yang mengadopsi paradigma baru pembangunan yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia (PPM). Berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi khusunya berdasarkan pendapatan perkapita. Sedangkan konsep paradigma pembangunan manusia dianggap sebagai suatu konsep yang lebih komprehensip karena mampu memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek non ekonomi dan dari aspek ekonomi. Dilandasi oleh kondisi yang seperti itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam hal ini The United Nation Development Program (UNDP) merumuskan kriteria pembangunan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan sekaligus laju pertumbuhan ekonomi dalam bentuk Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangu- 2 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

21 Bab I : Pendahuluan nan Manusia (IPM) sebagai pengganti tolok ukur GNP (Gross National Product), SDI (Social Development Index), dan PQLI (Physical Quality Of Life Index). Pada dasarnya HDI atau IPM adalah suatu indeks komposit yang diharapkan mampu mencerminkan kinerja pembangunan manusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah atau bahkan antar waktu. Indeks Pembangunan Manusia adalah merupakan ukuran atau indikator kemajuan suatu wilayah yang diukur dengan tiga faktor utama yaitu dari aspek kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Indikator ini merupakan pengembangan alat ukur keberhasilan pembangunan sebelumnya yang hanya mengukur tingkat perkembangan atau pertumbuhan ekonomi saja sedangkan faktor non ekonomi belum diperhitungkan. UNDP merekomendasikan ini karena mengandung indikator dampak pembangunan tidak hanya indikator output saja, yaitu dimensi ketahanan hidup dari Angka Harapan Hidup (AHH), dimensi pengetahuan yang diukur dengan Harapan Lama Sekolah/Expected Years Schooling Tinjauan IPM Kabupaten Blora

22 Bab I : Pendahuluan (EYS) dan Rata-Rata Lama Sekolah/Mean Years Schooling (MYS) serta dimensi kualitas standar hidup yang diukur dengan pendapatan perkapita riil yang disesuaikan dengan Paritas Daya Beli. Oleh pemerintah IPM digunakan sebagai indikator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) suatu daerah selain indikator indikator lainnya seperti luas wilayah, jumlah penduduk dan PDRB. Pembangunan manusia sampai pada tingkat kecamatan juga perlu dilakukan evaluasi mengingat pembangunan manusia pada tingkat kecamatan sangat bervariasi. Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan adalah IPM yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia pada tingkat kecamatan. Tapi pada saat ini data IPM baru bisa difasilitasi sampai tingkat kabupaten hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahunan. Sedangkan untuk angka sampai tingkat kecamatan tidak dapat disediakan. Hal ini 4 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

23 Bab I : Pendahuluan disebabkan karena keterbatasan tenaga dan anggaran untuk melakukan survei sampai tingkat desa. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam pengambilan kebijakan khususnya upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya pembangunan, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga berdampak positif pada peningkatan partisipasi pembangunan. Sedangkan tujuan penyusunan publikasi Tinjauan IPM Kabupaten Blora adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pedoman bagi stakeholder dalam penyusunan kebijakan program dan kegiatan pembangunan manusia. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

24 Bab I : Pendahuluan 2. Sebagai bahan yang diharapkan membantu penyusunan kerangka pikir berfokuskan pembangunan manusia. 3. Sebagai bahan referensi dalam penentuan skala prioritas pembuatan kebijakan pembangunan daerah. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian diambil sebanyak 76 blok sensus atau 2,5 persen blok sensus dari jumlah total blok sensus yang terdapat di wilayah Kabupaten Blora. Kemudian 76 blok sensus tersebut diproporsikan pada semua kecamatan (16 kecamatan) yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Blora. Dengan harapan agar semua karakteristik populasi dapat terwakili pada kegiatan survei IPM ini. Lingkup penelitian yang akan dihasilkan pada kegiatan/ penelitian IPM ini adalah : 6 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

25 Bab I : Pendahuluan 1. Menyajikan komponen utama IPM sebagai gambaran umum pencapaian hasil pembangunan manusia di Kabupaten Blora yang sesuai dengan perspektif UNDP. 2. Menyajikan indikator yang mempengaruhi IPM antara lain indikator bidang kependudukan, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang ekonomi dan ketenagakerjaan. 3. Melakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif terhadap potensi sumber daya manusia yang ada. 1.4 Metode Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di seluruh kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Blora Rancangan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 jenis, yaitu : Kerangka sampel untuk pemilihan blok Tinjauan IPM Kabupaten Blora

26 Bab I : Pendahuluan sensus, Kerangka sampel untuk pemilihan sub blok sensus dalam blok sensus (khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih besar dari 150 rumah tangga), dan Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam blok sensus/sub blok sensus terpilih. Rancangan sampel pada penelitian ini adalah rancangan sampel bertahap dua. Prosedur penarikan sampel untuk semua Kecamatan adalah sebagai berikut : Tahap pertama, dari master sampling frame blok sensus 76 blok sensus secara Proportional Probability to Size-Systematic (PPS-Sistematik) dengan size banyaknya rumah tangga. Untuk blok sensus yang muatan rumah tangganya lebih besar dari 150 perlu dipilih satu sub blok sensus secara PPS-Sistematik dengan size banyaknya rumah tangga. Pendaftaran rumah tangga atau listing dilakukan pada setiap blok sensus atau sub blok sensus terpilih. Tahap dua, memilih sebanyak 10 rumah tangga pada setiap blok sensus dan atau sub blok sensus terpilih 8 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

27 Bab I : Pendahuluan secara sistematik lewat program. Jumlah rumah tangga yang terpilih pada penelitian ini sebanyak 760 rumah tangga Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan dengan wawancara langsung antara pencacah dengan responden. Pertanyaan-pertanyaan individu dalam kuesioner diusahakan bersumber dari individu yang bersangkutan, sedangkan keterangan tentang rumah tangga dapat dilakukan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga, suami atau isteri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan Metode Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan melalui wawancara dan dilakukan pemeriksaan secara manual terhadap kelengka- Tinjauan IPM Kabupaten Blora

28 Bab I : Pendahuluan pan, konsistensi isian, kualitas dan mutu data, kemudian dilakukan pengolahan atau entri data dengan menggunakan fasilitas komputer. Program aplikasi pengolahan entri data yang digunakan adalah program aplikasi software CSPro versi 2.3. Data-data yang telah dientri, kemudian dilakukan validasi data (raw-validation). Hal ini berguna untuk mengurangi kesalahan entri, kesalahan data (data error), konsistensi isian dan cakupan data, sehingga data-data yang dihasilkan sangat kredibel, serta dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menghitung Angka Harapan Hidup (e 0 ) yang akan dipakai dalam penghitungan angka indeks IPM, menggunakan program/aplikasi software Mortpak. Dan untuk angkaangka yang akan digunakan dalam penghitungan Harapan Lama Sekolah (EYS), Rata-rata Lama Sekolah (MYS), Paritas Daya Beli dan data-data pendukung lainnya menggunakan program/aplikasi software SPSS for Microsoft Windows versi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

29 Bab I : Pendahuluan Metode Analisa Data Dalam penelitian ini, untuk menganalisa data-data hasil pengolahan tersebut di atas menggunakan metode Analisa Statistik Deskriptif. Metode ini menyusun data ke dalam daftar-daftar atau jadwal, pembuatan grafik dan lain-lain serta pengolahan yang bersifat interpretasi data (Anto Dajan, 1986:4). 1.5 Sistematika Penulisan IPM Kabupaten Blora Tahun 2014 ini menyajikan informasi / Tingkat Keberhasilan atau Kinerja Daerah dalam Bidang Pembangunan Manusia, dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Bab II Pendahuluan, menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Membahas Indikator IPM yang berisi Konsep dan Kerangka Berpikir serta Pengukuran IPM. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

30 Bab I : Pendahuluan Bab III Menguraikan Gambaran Umum meliputi kondisi geografis, kondisi kependudukan, kondisi pendidikan, kondisi kesehatan, pendapatan regional, pengeluaran konsumsi per kapita, dan ketenagakerjaan. Bab IV Membahas Nilai IPM Blora, evaluasi capaian IPM, analisa manajemen IPM, dan langkah/upaya meningkatkan IPM. Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya dan rekomendasi yang diberikan sebagai upaya untuk peningkatan IPM di masa yang akan datang. 12 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

31 BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2.1. Konsep dan Kerangka Berpikir Untuk mengetahui perkembangan tingkat kehidupan masyarakat di suatu wilayah dalam suatu periode waktu, bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik yang berkaitan dengan kelangsungan hidup secara individu (kebutuhan dasar seperti kesehatan), tumbuh kembang (seperti pendidikan), partisipasi (ketenagakerjaan) maupun yang berkaitan dengan wilayah seperti kependudukan, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan alat ukur yang dapat dibanding secara vertikal antar waktu, dan secara horisontal antar daerah. Alat ukur perkembangan sosial (social development) biasa disebut dengan indikator sosial yaitu suatu nilai statistik yang dapat memberikan gambaran tentang besaran permasalahan yang menjadi fokus perhatian. Pengukuran Tinjauan IPM Kabupaten Blora

32 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia dapat dilakukan secara obyektif dan subyektif, yang secara teknis pengukuran alat ukur disebut dengan indikator obyek dan indikator subyek. Pengukuran secara obyek berarti melihat permasalahan dengan sudut pandang yang sama berdasarkan definisi buku yang disepakati. Sebaliknya pengukuran secara subyek (persepsi) melihat permasalahan dengan sudut pandang yang mungkin berbeda antar individu bergantung dari harapan dan aspirasi. Indikator sosial berarti alat ukur yang digunakan untuk melihat perkembangan kehidupan masyarakat dari berbagai aspek. Salah satu indikator sosial adalah Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) yang diterjemahkan dari Human Development Indexs ( HDI ). IPM merupakan alat ukur yang mengukur pencapaian pembangunan yang dicapai oleh suatu wilayah. Secara konsep pembangunan manusia yang diajukan oleh UNDP maknanya adalah untuk melihat keterlibatan/partisipasi aktif penduduk dalam pembangunan sejak perumusan dan penentuan kebijakan hingga evaluasi. Sehingga disebut sebagai pem- 14 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

33 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia bangunan yang berpusat pada penduduk (People Centered Development): oleh, dari, dan untuk penduduk. Sebagai suatu indikator komposit yang menggambarkan pencapaian dalam hal kelangsungan hidup, pengetahuan, dan daya beli. Secara umum indikator tersebut bermanfaat sebagai alat advokasi terhadap perumus dan penentu kebijakan di setiap wilayah khususnya berkaitan dengan kebijakan publik yang dipilih dan ditetapkan. IPM merupakan alat ukur yang dapat digunakan dalam melihat upaya dan kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah (UNDP, 1990).Dalam hal ini IPM pada tahun tertentu merupakan gambaran dari upaya pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Artinya, upaya pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besarnya nilai IPM pada awal periode tersebut. IPM juga merupakan ukuran melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi sangat luas karena memperlihatkan kualitas penduduk Tinjauan IPM Kabupaten Blora

34 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia suatu wilayah dalam hal kelangsungan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan UNDP yang dirilis tahun 2010 dan direvisi tahun 2011 untuk menyusun IPM ada perubahan metodologi, walaupun tiga indikator yang ada sebagian masih dipertahankan, yaitu : a. Angka Harapan Hidup (AHH) atau life expectation at age 0 (eº). b. Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas/expected Years of Schooling (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) / Mean Years of Schooling (MYS) penduduk usia 25 tahun ke atas. c. Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) yang merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan Indeks Harga Konsumen (inflasi/deflasi). Indikator pertama mengukur umur panjang dan sehat. AMH dan RLS mengukur pengetahuan dan ketrampi- 16 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

35 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia lan, sedangkan PPP mengukur kemampuan dalam mengakses sumber daya beli ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator tersebut digunakan sebagai komponen perhitungan dan penyusunan IPM. Komponen IPM ini merupakan nilai komposit dari beberapa variabel tidak dapat untuk menilai variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai komposit tersebut. Oleh sebab itu diperlukan analisa untuk melihat variabel yang memberikan pengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia yang disebut Analisa Situasi Pembangunan Manusia. Analisa ini mengkaji besaran-besaran nilai variabel yang tersusun dalam IPM untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang dapat digunakan dalam menentukan skala prioritas dan intervensi program-program pembangunan yang sangat penting dan diutamakan. IPM lebih pas untuk mengukur upaya pemberdayaan penduduk dibandingkan dengan alat ukur lainnya seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) atau PDRB perkapita. Hal ini Tinjauan IPM Kabupaten Blora

36 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia dikarenakan IMH hanya mengukur kualitas fisik penduduk, sedangkan PDRB perkapita hanya memberikan gambaran tentang kapasitas suatu wilayah. Perbedaan lainnya adalah dalam pemilihan variabel yang digunakan sebagai produksi dari pendapatan. Perubahan indikator dari PDRB perkapita menjadi PPP dikarenakan PDRB perkapita tidak menggambarkan secara riil daya beli masyarakat. Meskipun PDRB mengukur produksi yang dihasilkan suatu daerah karena tingginya integrasi ekonomi antar wilayah maka tidak ada jaminan sebagian besar produksi yang dihasilkan akan didistribusikan dalam masyarakat daerah tersebut. Oleh karena itu pengeluaran per kapita yang dihimpun dalam SUSENAS merupakan pendekatan dari daya beli masyarakat lokal yang lebih baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa IPM adalah variabel tak bebas yang bersifat state, yaitu sebuah variabel yang perubahannya lambat dan akan meningkat/menurun sedikit demi sedikit sebagai respon terhadap perubahan 18 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

37 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia berbagai kondisi fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan. IPM dapat digunakan untuk mengukur dampak akhir dari program pembangunan yang telah diimplementasikan pada seluruh penduduk, sedangkan program pembangunan biasanya diimplementasikan pada kelompok sasaran tertentu. Angka IPM berkisar antara yang dapat memperlihatkan jarak yang harus ditempuh untuk mencapai angka maksimum (shortfall). Angka ini dapat diperbandingkan antar daerah yang berarti tantangan bagi semua daerah untuk menemukan cara memperkecil/mengurangi nilai shortfall-nya. Analisis Situasi adalah metode yang sering digunakan dalam mendiskripsikan potret atau profil suatu wilayah baik secara komprehensif maupun secara sektoral berdasarkan data terakhir yang ada. Analisa situasi pembangunan manusia suatu wilayah merupakan gambaran tentang keadaan pembangunan manusia yang meliputi pencapaian kesejahteraan dan kualitas fisik sumber daya Tinjauan IPM Kabupaten Blora

38 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia manusia, juga gambaran yang berkaitan dengan berbagai aspek sosial dari penduduk. Dengan adanya gambaran ini pengambil keputusan dan perumus kebijakan akan dapat bekerja lebih mendasar dan terarah sehingga mempermudah dalam penentuan skala prioritas Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia Seperti telah dikemukakan sebelumnya berdasarkan rumusan yang dikeluarkan UNDP, IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup waktu lahir (e 0 ); tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara harapan lama sekolah (EYS) dan ratarata lama sekolah (MYS); dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah). Sebelum menghitung IPM, masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik).lebih lanjut komponen harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi 20 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

39 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia satu sebagai indikator pendidikan. Dalam tinjauan ini angka indeks dikalikan 100 untuk mempermudah penafsiran. DIMENSI Umur Panjang dan Sehat Pendidikan Standar Hidup Layak INDIKATOR Harapan Hidup Saat Lahir (e 0 ) Harapan Lama Sekolah (EYS) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan DIMENSI IN- DEKS Indeks Harapan Hidup Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) IPM merupakan rata-rata ukur dari ketiga komponen tersebut diatas : Tinjauan IPM Kabupaten Blora

40 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia 33 IIIIII = II kkkkkkkkkkkkkkkkkk II pppppppppppppppppppppp II dddddddd bbbbbbbb Dimana : I kesehatan I pengetahuan I daya beli : Indeks Harapan Hidup : Indeks Pendidikan, dan : Indeks Pendapatan. Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh berbagai cara menetapkan nilai maksimum dan minimum. Sebagai ilustrasi, jika tujuannya hanya sekedar membandingkan kinerja kabupaten dalam satu tahun tertentu maka nilai tertinggi dan terendah pada tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan minimum (nilai ekstrim). Metode pemilihan ini tidak memungkinkan perbandingan antar waktu, karena batas maksimum dan minimum dapat berubah menurut waktu. 22 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

41 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia Angka Harapan Hidup (e 0 ) Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth / e 0 ). Variabel e 0 diharapkan mencerminkan lama hidup sekaligus hidup sehat suatu masyarakat. Sebenarnya, angka morbiditas akan lebih valid untuk mengukur hidup sehat, namun demikian, karena data morbiditas yang dapat dipercaya masih sulit diperoleh, maka variabel tersebut tidak digunakan dalam studi penghitungan IPM ini. Angka Harapan Hidup (e 0 ) dihitung dengan bantuan program Mortpak, sebagai inputnya adalah data Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) dari wanita pernah kawin berumur tahun yang diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian/survei IPM yang mencakup pada 76 blok sensus terpilih dengan jumlah rumah tangga terpilih sebanyak 760 rumah tangga. Untuk penghitungan angka ini sudah diperhitungkan Tinjauan IPM Kabupaten Blora

42 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia dengan proyeksi penduduk dan indikator-indikator yang dihasilkan dari Sensus Penduduk tahun Tingkat Pendidikan Dalam tinjauan ini, komponen tingkat pendidikan diukur dari dua indikator (Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah). Kedua indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk. Semakin tinggi harapan lama sekolah dan makin lama mengikuti pendidikan sekolah diharapkan akan makin meningkat kualitas masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan yang dimiliki. Harapan lama sekolah diperoleh dari penghitungan partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur (EYS). Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk 24 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

43 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia umur yang sama saat ini. Kondisi ini untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Sedangkan Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung terhadap penduduk yang berumur 25 tahun ke atas, dengan asumsi bahwa penduduk berumur 25 tahun ke atas telah menyelesaikan proses pendidikannya. Langkah pertama adalah memberikan bobot variabel Pendidikan yang ditamatkan atau jenjang pendidikan sebagaimana disajikan pada tabel 2.1. Langkah selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variable tersebut sesuai bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : EYS t a t E = P ia= t i t i Tinjauan IPM Kabupaten Blora

44 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia t EYS a t E i t P i i Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t Partisipasi sekolah penduduk usia i pada tahun t Populasi penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t Usia (a, a + 1,..., n) Tabel 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang Digunakan UntukMenghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Jenjang Pendidikan 1. Tidak/belum pernah sekolah 2. TamatSD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA/SMU 5. Tamat D1 6. Tamat D2 7. Tamat D3/Akademi Tahun Konversi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

45 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia Jenjang Pendidikan 8. Tamat D4/Sarjana 9. Tamat Magister (S2/S3) Tahun Konversi Dimana : MYS = f i x S f i i MYS : Rata-rata Lama Sekolah f i untuk : frekuensi penduduk berumur 25 tahun ke atas jenjang pendidikan i, S i : tahun konversi masing-masing jenjang pendidikan i, i : jenjang pendidikan ( = 1,2,..,9). Selanjutnya Indikator Pendidikan (IP) dihitung dengan rumus : Tinjauan IPM Kabupaten Blora

46 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia II pppppppppppppp huuuuuu = II EEEEEE II MMMMMM mmmmmmmmmmmmmm mmmmmmmmmmmmmmmm mmmmmmmmmmmmmm Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) Paritas daya beli-purchasing Power Parity (PPP) dihitung dengan metode yang juga digunakan oleh International Comparison Project (ICP) dalam menstandardisasi PDB untuk perbandingan antar daerah. Perhitungan menggunakan metode baru didasarkan pada harga 27 komoditas pada metode lama. Komposisi komoditas terdiri atas 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non makanan. Dengan dimasukkannya variabel PPP yang dapat digunakan untuk menghitung paritas daya beli maka IPM lebih lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia dibandingkan IMH atau PQLI. Karena IMH yang tinggi hanya merefleksikan kondisi suatu masyarakat yang memiliki peluang hidup panjang (dan sehat) serta tingkat pendidikan (dan keterampilan) yang memadai. UNDP melihat kondisi seperti itu belum memberikan gambaran yang ideal. Menurut UNDP, masyarakat ideal 28 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

47 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia selain harus memenuhi kondisi tersebut juga harus mempunyai daya beli (purchasing power). Pemenuhan kebutuhan hidup seperti itulah yang dicoba diukur dengan PPP. Tahapan untuk menghitung PPP adalah sebagai berikut : 1. Menghitung angka rata-rata pengeluaran perkapita beserta kuantitasnya untuk setiap wilayah dengan menggunakan data SUSENAS Modul Konsumsi yang mencakup pengeluaran konsumsi 96 komoditas PPP. 2. Menghitung kuantitas komoditas perumahan dari data SUSENAS. 3. Menghitung nilai pengeluaran riil agar nilai tersebut dapat dibandingkan antar waktu. Cara penghitungannya ialah dengan membagi rata-rata pengeluaran dengan IHK pada masing-masing wilayah, dengan tahun dasar Menghitung PPP (Unit), semacam faktor pengali untuk menghitung pengaruh perbedaan harga antar wilayah. Prosedur ini menggunakan kaidah matrik dengan data Tinjauan IPM Kabupaten Blora

48 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia dasar yang digunakan adalah kuantum dan harga dari 96 komoditi standar Kabupaten Blora. 5. Menghitung nilai PPP dalam rupiahdengan rumus : Daya beli yang disesuaikan = YY PPPPPP Y PPP : pengeluaran perkapita : paritas daya beli Dimana :PPPPPP ii = jj PP (ii,jj )QQ (ii,jj ) jj PP (kk,jj ) QQ (ii,jj ) PP (ii,jj ) PP (kk,jj ) QQ (ii,jj ) : harga per unit komoditi j yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten i : harga per unit komoditi j di Jakarta Selatan : volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten 6. Selanjutnya menghitung Indeks Daya Beli II dddddddd bbbbbbbb = ln dddddddd bbbbbbbb ln (dddddddd bbbbbbbb mmmmmm ) ln dddddddd bbbbbbbb mmmmmmmm ln dddddddd bbbbbbbb mmmmmm 30 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

49 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua. Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia (Shortfall) Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari dua segi : pertama, kenaikan IPM secara absolut yang diukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan jarak yang sudah ditempuh dengan yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM = 100). Semakin tinggi angka shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara penghitungan shortfall dinyatakan dengan rumus : IPM (t+n) - IPM (t) r = x IPM (t) Tinjauan IPM Kabupaten Blora

50 Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia Dimana : IPM (t) : IPM tahun (t) IPM (t+n) : IPM tahun (t+n) IPM (ref) : IPM acuan (biasanya IPM ideal) Kedua, adalah meningkatnya status pembangunan manusia berdasarkan klasifikasi berikut : Nilai IPM Status Pembangunan Manusia *) < IPM < IPM < Rendah Menengah Bawah Menengah Atas Tinggi *) modifikasi terhadap klasifikasi UNDP, dengan memecah klasifikasi menengah 32 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

51 BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Kondisi Geografis Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah ,797 Ha atau 1.820,59 km 2. Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Sedangkan secara topografi, Kabupaten Blora terletak pada ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Kabupaten Blora diapit oleh jajaran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan. Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56% tanah gromosol, 39% mediteran dan 5% aluvial. Posisi Kabupaten Blora terletak pada bagian utara Pulau Jawa dan di sebelah timur wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat : Kab. Grobogan, Provinsi Jawa Tengah Sebelah Utara : Kab. Rembang, Kab. Pati, Prov. Jawa Tengah Sebelah Timur : Kab. Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur Tinjauan IPM Kabupaten Blora

52 Bab III : Gambaran Umum Sebelah Selatan : Kab. Ngawi, Provinsi Jawa Timur T a b e l Jarak Ibukota Kecamatan ke IbukotaKabupaten, Luas Wilayah,dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Blora Kecamatan Jarak ke IbukotaKab. (km) Luas Wil. (Km 2 ) Desa Banyaknya Kelurahan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Jati , Randublatung 3. Kradenan 4. Kedungtuban 5. Cepu 6. Sambong 7. Jiken 8. Bogorejo 9. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran , , ,858 49,145 88, ,167 49, ,724 79, , , , , , Todanan , Jumlah 1.820, Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

53 Bab III : Gambaran Umum Secara administratif, Kabupaten Blora terbagi menjadi 16 kecamatan, 271 desa, dan 24 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Randublatung yaitu seluas 211,131 Km 2 dan kecamatan yang terkecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cepu yaitu seluas 49,145 Km 2. Jarak terjauh dari ibu kota kabupaten ke ibu kota kecamatan adalah Kecamatan Jati yang terletak di sebelah selatan barat Kabupaten Blora (43 Km) dan Kecamatan Kedungtuban yang terletak di sebelah selatan timur Kabupaten Blora (43 Km). Melihat data penggunaan lahan di Kabupaten Blora di tahun 2014 dapat dibagai dalam dua bagian besar yaitu 74,73% digunakan bukan untuk lahan sawah dan hanya 25,27% digunakan untuk lahan sawah. Dari lahan sawah 16,25 persennya adalah lahan sawah tadah hujan, sedangkan untuk irigasi teknis dan setengah teknis hanya mencapai 4,62% sedangkan untuk irigasi sederhana 2,26%, irigasi desa atau non PU 0,90% dan sisanya 1,24% adalah irigasi P2AT. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

54 Bab III : Gambaran Umum Luas lahan bukan sawah sekitar Ha adalah hutan atau mencapai 49,66% dari luas wilayah yang ada. Hal ini dapat menggambarkan pola kehidupan masyarakat yang sebagain besar mengandalkan potensi ini. Bangunan dan pekarangan mencapai 9,33%, tegal/kebun 14,38%, dan sisanya adalah waduk, kebun dan lain-lain. Tabel 3.2. Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen (1) (2) (3) A. LAHAN SAWAH 46,012 25,27 1. Irigasi Teknis ,09 2. Irigasi Setengah Teknis 967 0,53 3. Irigasi Sederhana ,26 4. Irigasi Desa / Non PU ,90 5. Tadah Hujan ,25 6. P2AT ,24 B. BUKAN LAHAN SAWAH ,73 1. Bangunan dan Pekarangan ,33 2. Tegal / Kebun ,38 3. Waduk 57 0,03 4. Hutan ,66 5. Perkebunan 4 0,00 36 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

55 Bab III : Gambaran Umum Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen 6. Lain-lain ,32 Jumlah 182, ,00 Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka Kondisi Kependudukan Penduduk suatu daerah mempunyai ciri karakteristik sendiri-sendiri tergantung dari berbagai faktor seperti kondisi geografis, topografi, sumber pengahasilan utama dan sebagainya. Demikian pula untuk Kabupaten Blora, kondisi penduduknya banyak dipengaruhi oleh letak geografis di mana terletak di ujung timur ibu kota propinsi Jawa Tengah, mempunyai kawasan hutan dan sebagian besar mengandalkan pertanian. Maka penduduk yang ada relatif tidak mudah bergerak (statis), menerima apa adanya karena ketergantungan musim Jumlah Penduduk Penduduk Kabupaten Blora di Tahun 2012 dari hasil Proyeksi kondisi bulan Desember 2013 tercatat Tinjauan IPM Kabupaten Blora

56 Bab III : Gambaran Umum jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kota Blora sebesar jiwa, ke dua di Kecamatan Randublatung mencapai jiwa dan ke tiga terdapat di Kecamatan Cepu sebanyak jiwa. Sedangkan untuk penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bogorejo hanya jiwa, terkecil ke dua terdapat di Kecamatan Sambong jiwa dan Ke tiga terdapat di Kecamatan Japah hanya jiwa. Tabel 3.3. Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 Kecamatan L p Total Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) Jati ,74 Randublatung ,08 Kradenan ,18 Kedungtuban ,47 Cepu ,79 Sambong ,88 Jiken ,55 Bogorejo ,72 Jepon ,33 Kota Blora ,14 38 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

57 Bab III : Gambaran Umum Kecamatan L p Total Sex Ratio Banjarejo ,93 Tunjungan ,75 Japah ,10 Ngawen ,45 Kunduran ,74 Todanan ,04 Kabupaten ,93 Sumber : BPS Kabupaten Blora, Proyeksi Tinjauan IPM Kabupaten Blora

58 Bab III : Gambaran Umum Gambar 3.1.Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Bogorejo Sambong Japah Jiken Kradenan Jati Tunjungan Kedungtuban Ngawen Todanan Banjarejo Jepon Kunduran Cepu Randublatung Kota Blora 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 Perempuan Laki-laki Rasio Jenis Kelamin Dari tabel 3.3.menunjukkan bahwa di Kabupaten Blora sex rasio laki-laki dibanding perempuan mencapai 96,93% yang berarti penduduk perempuan secara total 40 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

59 Bab III : Gambaran Umum lebih banyak dibanding dengan laki-lakinya di mana ada 100 wanita terdapat 97 laki-laki. Tabel 3.4 Sex Ratio dan Distribusi Penduduk Di Kabupaten Blora 2014 Kecamatan Sex Ratio Distribusi (1) (2) (3) Jati 96,74 5,41 Randublatung 97,08 8,89 Kradenan 99,18 4,66 Kedungtuban 97,47 6,52 Cepu 96,79 8,64 Sambong 96,88 2,99 Jiken 97,55 4,54 Bogorejo 96,72 2,82 Jepon 97,33 7,17 Kota Blora 96,14 11,00 Banjarejo 97,93 6,86 Tunjungan 96,75 5,45 Japah 96,10 4,02 Ngawen 98,45 6,73 Kunduran 96,74 7,45 Todanan 94,04 6,83 Kabupaten 96,93 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora Tinjauan IPM Kabupaten Blora

60 Bab III : Gambaran Umum Untuk sex rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Kradenan mencapai 99,18% sementara yang terkecil terdapat di Kecamatan Todanan hanya mencapai 94,04%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk program peningkatan Sumber Daya Manusia di dua kecamatan tersebut harus dibedakan, di mana di Kecamatan Kradenan sebaiknya program yang banyak menyentuh laki-laki sementara untuk kecamatan Todanan program yang cenderung ke kaum perempuan Struktur Penduduk Struktur penduduk di Kabupaten Blora bila dibagi dalam 3 (tiga) kelompok besar dari hasil proyeksi sementara dapat digambarkan untuk usia produktif usia tahun mencapai 68,15%, usia muda 23,07% dan usia tua 8,78%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan penduduk di Kabupaten Blora masih relatif tinggi, yaitu sekitar 47. Bila dilihat berdasarkan kelompok umur maka sumbangan tertinggi terdapat di kelompok umur Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

61 Bab III : Gambaran Umum tahun sebesar 7,90%, tahun 7,78% dan 5 9 tahun serta tahun menyumbang 7,75%. Sementara itu terendah terdapat di kelompok umur hanya menyumbang 2,25%. Ini berarti bahwa jumlah kelahiran saat ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Gambar 3.2.Struktur Penduduk Kab. Blora 2014 usia tua 8.78% usia muda 23.07% usia produktif 68.15% Usia muda dan usia tua mencapai 31,85%, hal ini menunjukkan adanya beban ketergantungan semakin rendah. Selain itu juga menunjukkan semakin banyaknya Tinjauan IPM Kabupaten Blora

62 Bab III : Gambaran Umum penduduk produktif yang berdampak terhadap tingkat produkstifitas per penduduk yang semakin meningkat dan bila dipacu dalam proses peningkatan produktifitas maka berdampak adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Tabel Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi 2014 Urutan Kelompok Persen (1) (2) (3) , , , , , , , , , , , , , , , ,29 44 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

63 Bab III : Gambaran Umum Berdasarkan proyeksi penduduk menunjukkan adanya sebaran penduduk per kelompok umur. Untuk 0 4 tahun merupakan penduduk terbanyak, sedangkan kelompok umur 5 9 ada di urutan ke empat. Ini menunjukkan bahwa perlu ada perhatian terhadap program keluarga berencana. Mengingat tahun sebelumnya, kelompok umur ini bukanlah jumlah yang terbesar. Kelompok umur dan merupakan urutan ke dua dan ke tiga terbanyak. Yang mengindikasikan bahwa jumlah kelahiran yang pada tahun-tahun sebelumnya sudah mulai menurun, akhirakhir ini mengalami kenaikan. Tabel 3.6. Penduduk Kabupaten Blora Dirinci Kelompok Umur, dan Jenis kelamin, Tahun 2014 Umur L P Total (1) (2) (3) (4) Tinjauan IPM Kabupaten Blora

64 Bab III : Gambaran Umum Umur L P Total Total Sumber : BPS Kabupaten Blora Gambar 3.3 Piramida Penduduk Blora ,000 20, ,000 40,000 Perempuan laki-laki 46 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

65 Bab III : Gambaran Umum Keadaan yang demikian mencerminkan bahwa tingkat kelahiran untuk 5 tahun ke belakang sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dekade lima tahunan sebelumnya. Dengan melihat formasi kelompok umur ini maka perencanaan pengembangan pendidikan dan kesehatan bisa mempertimbangkan perubahan kohort yang ada Kondisi Pendidikan Kondisi pendidikan di Kabupaten Blora dilihat dari data kependidikan yang ada menunjukkan adanya tren penurunan jumlah siswa SD sedangkan untuk tingkat SLTP ke atas ada kecenderungan meningkat. Dari data pendidikan Tahun 2014 untuk tingkat SD/MI secara umum tercatat adanya peningkatan prasarana gedung sekolah sebanyak 0,45%. Sementara dari sisi murid ada penurunan sekitar 1,83% dibanding dengan tahun Demikian juga dari sisi jumlah guru/pengajar tercatat ada penurunan sebesar 7,68%. Penurunan jumlah murid dan guru ini terjadi di tingkat SD masing-masing Tinjauan IPM Kabupaten Blora

66 Bab III : Gambaran Umum sebanyak 2,36% dan 10,46%. Sebaliknya untuk tingkat MI terjadi peningkatan gurid dan guru masing-masing sebesar 3,53% dan 12,48%. Permasalahan penurunan jumlah siswa ini perlu dikaji lagi lebih mendalam apa karena benarbenar jumlah siswanya menurun ataukah untuk wilayah perbatasan lebih suka sekolah di luar Blora ataukah masih banyak yang tidak masuk sekolah karena berbagai alasan. Tabel 3.7. Perubahan Jumlah Murid, Guru dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun Jenis Persentase Murid Guru Prasarana 1. Pendidikan Dasar A. SD/MI -1,83-7,68 0,45 - SD -2,36-10,46 0,51 - MI 3,53 12,48 0,00 B. SLTP/MTs 1,63 1,30 0,74 - SLTP 2,02-1,78-1,19 - MTs 0,58 7,12 3,85 2. Pendidikan Menengah SMU/SMK/MA -17,03-29,55 2,82 - SMU/SMK -20,03-33,81 1,67 - MA 26,84 19,75 9,09 48 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

67 Bab III : Gambaran Umum Peningkatan jumlah murid terjadi di tingkat SLTP/MTs sebanyak 1,63% yang disumbang oleh peningkatan jumlah murid di SLTP sebanyak 2,02% dan untuk MTs sebanyak 0,58%. Secara absolut peningkatan murid di tingkat SLTP/sedarajat sebanyak 655 orang atau bila dikonversi ke kelas rata-rata 30 siswa berarti ada peningkatan jumlah kelas hampir mencapai 22 kelas yang tersebar di seluruh Kabupaten Blora baik sekolah swasta maupun negeri. Tabel 3.8.Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Status- Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun Tingkat Pendidikan Sekolah Murid Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pendidikan Dasar A. SD/MI SD MI B. SLTP/MTs SLTP MTs Pendidikan Menengah SMU/SMK/MA SMU/SMK Tinjauan IPM Kabupaten Blora

68 Bab III : Gambaran Umum Tingkat Pendidikan Sekolah Murid Guru MA Pendidikan Tinggi -Dipl./Univ Peningkatan jumlah prasarana sekolah di tingkat SLTP/MTs di tahun 2014 sebesar 0,74%, disumbang oleh adanya penambahan sarana sebanyak 3,85% dari MTs sedangkan untuk tingkat SLTP mengalami penurunan. Data tingkat pendidikan menengah baik itu SMU/SMK dan MA tahun 2014 tercatat jumlah infrastrukturnya sebanyak 73 prasarana, meningkat 2 unit dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun demikian, jumlah murid dan guru justru mengalami penurunan yang cukup banyak. Dari data tercatat bahwa secara umum jumlah murid SMU/SMK/MA menurun 17,03%, sementara jumlah guru menurun sebesar 29,55%. Untuk tingkat pendidikan tinggi jumlah perguruan tinggi yang ada di Tahun 2014 menjadi 7 buah dibandingkan tahun 2013 yang 6 buah. Peningkatan ini juga diikuti 50 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

69 Bab III : Gambaran Umum oleh bertambahnya jumlah mahasiswa dan dosen di Kabupaten Blora. Tingkat melek huruf bahasa latin di Kabupaten Blora tahun 2014 menjadi 83,91% di mana melek huruf kaum laki-laki sebesar 89,20%, dan untuk perempuan angka melek hurufnya lebih kecil lagi yaitu hanya 78,86%. Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pendidikan penduduk suatu wilayah, karena dengan kemampuan tersebut seseorang dapat mempelajari dan menyerap ilmu pengetahuan. Seseorang dikatakan melek huruf apabila memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan atau lainnya. Kemampuan membaca saja atau kemampuan menulis saja belum memenuhi syarat untuk dikatakan melek huruf. Jumlah buta huruf secara total masih banyak terjadi di kaum Perempuan sebanyak 21,14% sementara untuk kaum laki-laki hanya 10,80%. Hal ini tidak terlepas dengan budaya di Kabupaten Blora di mana pencari nafkah utama adalah kaum laki-laki sehingga pendidikan di Tinjauan IPM Kabupaten Blora

70 Bab III : Gambaran Umum tingkat keluarga lebih diutamakan kaum laki-laki dibanding dengan perempuan. Tabel 3.9.Persentase Penduduk Usia 10 th ke atas Menurut Kemampuan Baca dan Tulis Jenis Kelamin di Kab.Blora Tahun 2014 Kemapuan Baca Tulis Laki- Laki Jumlah Peremrempuan Laki- Laki Peremrempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Bisa 89,20 78,86 83,91 43,54 40,37 83,91 Tidak 10,80 21,14 16,09 5,27 10,82 16,09 Jumlah 100,00 100,00 100,00 48,81 51,19 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora. Dilihat dari data aktifitas sekolah untuk penduduk 5 (lima) tahun ke atas dapat dijelaskan bahwa di tahun 2014 jumlah penduduk yang masih sekolah sebesar 21,94%.Bila dibanding tahun sebelumnya mengalami peningkatan.dengan demikiankesadaran penduduk untuk mensekolahkan anaknya sudah relatif tinggi sehingga terjadi peningkatan penduduk yang masih sekolah dibanding dengan beberapa tahun sebelumnya. 52 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

71 Bab III : Gambaran Umum Tabel 3.10.Penduduk 5 (lima) Tahun Ke Atas Berdasarkan Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2014 Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/belum pernah sekolah 7,09 15,32 11,29 Masih sekolah 23,68 20,28 21,94 Tidak bersekolah lagi 69,23 64,40 66,77 Sumber : BPS Kabupaten Blora Dari ketersediaan data di atas maka dapat dilihat sebaran penduduk yang belum sekolah, masih sekolah dan tidak bersekolah lagi dan bila dianalisa lebih lanjut dapat diketahui penyebab tidak /belum sekolahnya disebabkan oleh faktor apa saja. Tahun 2014 proporsi penduduk yang tidak/belum tamat SD mencapai 30,17% dan yang lulus SD mempunyai proporsi tertinggi yaitu 34,12%. Sedangkan yang terkecil proporsinya adalah lulusan DI/II/III yaitu sebesar 0,96%. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

72 Bab III : Gambaran Umum Tabel 3.11.Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kab, Blora Tahun 2014 Tingkat pendidikan L P L + P (1) (2) (3) (4) Tdk/blm tamat SD 30,57 29,79 30,17 SD/MI 33,29 34,92 34,12 SLTP 18,49 17,49 17,98 SMA/MA 8,43 10,29 9,37 SMK 4,34 3,65 3,99 DI/II/III 1,12 0,81 0,96 DIV/S1/S2 3,77 3,04 3,40 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Untuk penduduk yang tamat SD atau kurang masih cukup banyak, yaitu lebih dari 60%. Masih banyaknya proporsi penduduk di bawah SD ini berpengaruh terhadap kemampuan yang mereka miliki untuk dapat mendapatkan penghidupan atau jenis pekerjaan yang layak yang sekaligus berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. 54 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

73 Bab III : Gambaran Umum Bila dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok tingkat pendidikan dan jenis kelamin maka proporsi penduduk di bawah SD mencapai 64,29% di mana perempuan mencapai 64,71% dan laki-laki mencapai 63,86%. Penduduk tingkat SD menyumbang paling banyak yaitu sebesar 34,12% di mana laki-laki 33,29% dan perempuan 34,92%. Tingkat SLTP menyumbang 18,98% di mana lakilaki menyumbang 18,49% sedangkan perempuan mencapai 17,49%. Untuk tingkat sarjana di Kabupaten Blora masih relatif sedikit hanya mencapai 3,40% di mana laki-laki 3,77% dan perempuan 3,04%. Bila menengok dari sisi APM, maka penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah di SD sebesar 96,20%. Sementara itu untuk APM tingkat SLTP sebesar 85,75%. sedangkan pada tingkatan SLTA sebesar 66,21%, yang artinya penduduk usia tahun yang sedang sekolah di tingkatan SLTA sebanyak 66 orang dari 100 penduduk berumur tahun. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

74 Bab III : Gambaran Umum Tabel Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Blora Tahun Jenis Pendidikan APK APM (1) (2) (3) (4) (5) SD/MI 105,63 111,33 95,36 96,20 SLTP/MTs 96,61 97,27 85,01 85,75 SLTA/SMK/MA 67,55 79,83 58,28 66,21 PT 9,60 9,17 3,70 6, Kondisi Kesehatan Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas : (a) sumber daya manusia; (b) kehidupan dan usia harapan hidup manusia; (c) kesejahteraan keluarga dan masyarakat; serta (d) kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat.peningkatan kualitas penduduk secara fisik dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dan status kesehatan penduduk. 56 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

75 Bab III : Gambaran Umum Kesehatan merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung keberhasilan bidangbidang lain karena dapat digunakan dalam menilai suatu keberhasilan program kesehatan yang pernah/sedang dilakukan seperti program kebijaksanaan penyebaran pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat di seluruh pelosok. Tabel 3.13.Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Kesehatan Sebulan Yang Lalu di Kabupaten Blora Tahun Keluhan Kesehatan Banyaknya Rata-rata (1) (2) (3) (4) Ya 57,38 30,66 44,02 Tidak 42,62 69,34 55,98 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kab.Blora Status kesehatan masyarakat/penduduk, salah satunya dapat diukur dari angka kesakitan.angka kesakitan dapat diartikan sebagai persentase banyaknya penduduk Tinjauan IPM Kabupaten Blora

76 Bab III : Gambaran Umum yang mengeluh sakit sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Terhadap jumlah penduduk keseluruhan, yang memiliki keluhan kesehatan mencapai 30,66%. Sementara angka kesakitan untuk Kabupaten Blora pada tahun 2014 mencapai 16,89%. Sepanjang tahun 2014, penyakit kategori lainnya adalah yang paling banyak dialami oleh penduduk, yakni mencapai 48,55%. Penyakit lainnya di sini termasuk penyakit stroke, darah tinggi dan penyakit lainnya yang tidak termasuk dalam kategori yang tertulis di tabel Selanjutnya, persentase penduduk yang mengalami penyakit pilek mencapai 16,10%, sedangkan yang terkecil adalah penyakit diare/buang air hanya2,01%. Pada tahun 2014 keluhan lainnya meningkat drastis dibanding dengan tahun 2013, sedangkan untuk keluhan batuk, pilek dan sakit kepala relatif berkurang. Secara rata-rata dalam dua tahun terakhir keluhan kesehatan penduduk di Kabupaten Blora untuk pilek mencapai 58 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

77 Bab III : Gambaran Umum 22,69%, lainnya 31,40%, batuk dan panas masing-masing mencapai 16,74 dan 14,35%. Tabel Persentase Penduduk Menurut Jenis KeluhanKesehatan Utama Selama Sebulan Yang Lalu di Kab,Blora Tahun Keluhan Kesehatan Tahun Rata-Rata (1) (2) (3) (4) Panas 16,99 11,70 14,35 Batuk 25,31 8,17 16,74 Pilek 29,28 16,10 22,69 Asma/Sesak Napas 1,72 2,53 2,13 Diare/Buang2 Air 0,98 2,01 1,50 Sakit Kepala Berulang 9,44 6,20 7,82 Sakit Gigi 2,04 4,74 3,39 Lainnya 14,25 48,55 31,40 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora Dilihat dari jumlah hari sakit, di tahun 2014 sekitar 60,88% dari seluruh penderita sakit mengalami sakit Tinjauan IPM Kabupaten Blora

78 Bab III : Gambaran Umum selama kurang dari 4 hari disusul yang mengalami sakit selama 4-7 hari sebanyak 27,78%. Sementara itu untuk yang lebih dari 22 hari mencapai 3,86%. Mereka ini biasanya dialami oleh penderita stroke, atau penyakit tua atau komplikasi. Untuk yang mengalami keluhan antara 8 14 hari mencapai 5,53% dan terendah keluhan selama hari hanya mencapai 1,94%. Tabel Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Menurut Jumlah Hari Sakit di Kab,Blora Tahun Jumlah Hari Sakit Tahun Rata-Rata (1) (2) (3) (4) < 4 66,53 60,88 63, ,01 27,78 25, ,60 5,53 4, ,04 1,94 1, ,83 3,86 4,85 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora 60 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

79 Bab III : Gambaran Umum Berubahnya pola jumlah hari sakit penduduk dapat disebabkan karena adanya perubahan pola pikir masyarakat untuk segera berobat baik diobati sendiri maupun berobat jalan oleh para medis. Secara rata-rata dua tahun terakhir jumlah hari sakit terbanyak mencapai 63,71% untuk lama sakit kurang dari 4 hari ; 25,90% untuk lama sakit 4 7 hari ;4,07% untuk lama sakit mencapai 8 14 hari; 4,85% untuk lama sakit hari dan terendah 1,49% untuk penduduk yang mempunyai keluhan dengan lama sakit antara 15 sampai dengan 21 hari. Kondisi persalinan di Kabupaten Blora di tahun 2014 ini menggambarkan penolong persalinan terakhir lebih dari separuh (sekitar 70,05%) proses kelahiran ditolong oleh bidan, disusul dokter sebanyak 21,63% dan terakhir tenaga lainnya sebanyak 8,32%. Bila dibandingkan dengan kondisi di tahun 2012 peran tenaga kesehatan (dalam hal ini bidan dan dokter) merupakan penolong utama proses kelahiran. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

80 Bab III : Gambaran Umum Kesadaran masyarakat akan pentingnya proses kelahiran yang sehat sudah dimiliki oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Blora. Disamping itu adanya bidan di setiap kecamatan bahkan sampai tingkat desa merupakan upaya untuk mendekatkan tenaga kesehatan terhadap masyarakat terutama masyarakat desa, sehingga kebutuhan akan pertolongan kesehatan seperti proses kelahiran bisa ditangani oleh tenaga kesehatan. Gambar 3.4. Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kab. Blora % 80% 60% 40% % 0% Dokter Bidan Lainnya 62 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

81 Bab III : Gambaran Umum Di tahun 2014 persentase penolong kelahiran balita oleh dokter meningkat sebesar 7,86% dibanding dengan tahun Sementara itu penolong kelahiran bidan menurun 9,5% dibandingkan tahun Sedangkan untuk penolong kelahiran tenaga lainnya menunjukkan peningkatan. Perkembangan perilaku masyarakat dalam hal kesehatan sudah sewajarnya dipelihara dan dikembangkan agar angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan bisa direduksi atau dikurangi, selain itu peran desa siaga dan program-program pemberdayaan masyarakat semakin didekatkan, digiatkan dan dikembangkan Pendapatan Regional Perekonomian Kabupaten Blora dalam 5 (lima) tahun terakhir secara umum menunjukkan arah yang positif, Pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 4,43% lebih rendah dibanding tahun 2013 yang sebesar 5,10%. Perbaikan perekonomian telah menghasilkan angka yang Tinjauan IPM Kabupaten Blora

82 Bab III : Gambaran Umum positif ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Blora dalam era otonomi ini dari tahun ke tahun akan semakin membaik sehingga kemampuan daya beli masyarakat juga semakin meningkat. Selain itu barang dan jasa juga mudah tersedia di pasaran yang selanjutnya lapangan kerja juga semakin terbuka. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi regional Kabupaten Blora dapat diketahui pada nilai yang tercermin dari besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan. Pada tahun 2014 besaran PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten Blora secara agregat adalah sebesar juta rupiah yang menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai sebesar juta rupiah sehingga terjadi kenaikan sebesar 10,63%. 64 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

83 Bab III : Gambaran Umum Gambar 3.5. Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun Berlaku Konstan Pertumbuhan ekonomi sebesar 10,63% ini sebenarnya belum mencerminkan pertumbuhan yang sebenarnya karena masih terpengaruh adanya faktor kenaikan harga. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati dengan keadaan yang sebenarnya dapat dilihat pada pertumbuhan atas dasar harga konstan, yaitu mencapai 4,43%. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

84 Bab III : Gambaran Umum Tabel : 3.16.PDRB Kabupaten Blora Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga konstan 2010 Tahun Nilai % Pertum- Nilai % Pertum- (juta rp) buhan (juta rp) buhan (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , , ,43 Secara umum, kinerja sektor ekonomi dari waktu ke waktu terlihat fluktuatif. Pertumbuhan suatu sektor pada suatu waktu tertentu bisa sangat rendah, tapi di lain waktu bisa tumbuh sangat tinggi. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, mengingat konsistensi kinerja suatu sektor memegang peran yang sangat penting sebagai salah satu bahan pertimbangan masuknya modal dari luar. 66 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

85 Bab III : Gambaran Umum Struktur Ekonomi Dalam periode waktu lima tahun terakhir, Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan masih merupakan andalan terbesar bagi Kabupaten Blora. Selain itu juga Sektor Perbankan dan Keuangan, yang mana hal ini dapat dilihat dari indeks distribusi PDRB. Namun sumbangan sektor ini relatif menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dari distribusi antar sektor terlihat bahwa sektor pertanian dan perdagangan selama lima tahun terakhir secara umum memperlihatkan penurunan peranan dari waktu ke waktu terhadap total PDRB. Penurunan peranan sektor pertanian adalah wajar mengingat lahan pertanian yang semakin terbatas dan juga kebijakan pemerintah Kabupaten Blora yang giat meningkatkan sektor-sektor di luar Sektor Pertanian Sebaliknya, Sektor Industri Pengolahan, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan mengalami peningkatan. Sektor yang mengalami kenaikan terbesar dalam sumbangan PDRB 2014 adalah sektor Tinjauan IPM Kabupaten Blora

86 Bab III : Gambaran Umum industri pengolahan yang pada tahun 2013 memberikan sumbangan 10,27% mengalami kenaikan menjadi 11,41%. Diketahui bersama bahwa share / sumbangan sektor pertanian untuk Kabupaten Blora masih terasa sangat dominan, untuk tahun 2014 yakni sebesar 27,22%. Sehingga jika produksi pertanian mengalami kenaikan secara signifikan maka dimungkinkan PDRB juga mengalami kenaikan. Demikian juga apabila produksi sektor pertanian mengalami penurunan maka PDRB mempunyai kecenderungan turun. Struktur ekonomi suatu wilayah umumnya tidak akan berubah dalam rentang waktu singkat. Apalagi pada beberapa wilayah yang sudah mapan, perubahan struktur ekonomi secara drastis hanya terjadi bila ada suatu perubahan luar biasa yang terjadi, seperti adanya penanaman modal secara besar-besaran pada suatu sektor tertentu, eksploitasi sumber daya alam yang baru, atau perubahan dalam mengimplementasikan teknologi baru. 68 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

87 Bab III : Gambaran Umum Tabel Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Sektor/ Lapangan Usaha [1] [2] [3] [4] [5] [6] 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 30,88 29,71 29,65 29,92 27,22 2 Petambangan dan Penggalian 13,90 15,14 14,12 13,80 14,64 3 Industri Pengolahan 9,65 9,81 10,15 10,27 11,41 4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,05 0,05 0,05 0,04 0,05 dan Daur Ulang 6 Konstruksi 4,12 3,94 4,16 4,12 4,32 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 17,70 17,69 17,13 16,88 16,70 dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 2,81 2,57 2,58 2,60 2,76 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,60 3,47 3,43 3,30 3,43 10 Informasi dan Komunikasi 1,19 1,17 1,17 1,13 1,10 11 Jasa Keuangan dan Asuansi 3,09 3,06 3,21 3,20 3,23 12 Real Estate 1,42 1,35 1,33 1,32 1,37 13 Jasa Perusahaan 0,25 0,26 0,27 0,29 0,30 Administrasi Pemerintahan, 14 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,20 3,91 3,99 3,89 3,81 15 Jasa Pendidikan 3,99 4,81 5,80 6,18 6,45 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,78 0,81 0,89 0,90 0,96 Tinjauan IPM Kabupaten Blora

88 Bab III : Gambaran Umum Sektor/ Lapangan Usaha Jasa Lainnya 2,29 2,17 2,01 2,07 2,19 T o t a l 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Struktur ekonomi suatu wilayah mencerminkan besarnya peran nilai tambah suatu sektor dalam pembentukan PDRB. Dengan kata lain struktur ekonomi adalah pemetaan potensi ekonomi suatu daerah menurut sektor. Dengan mengetahui struktur ekonomi dapat diketahui apakah ekonomi suatu daerah didominasi oleh kelompok sektor primer, sekunder, atau tersier. Selain paling dominannya sektor pertanian dalam struktur ekonomi Kabupaten Blora, juga terlihat bahwa sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran cukup memiliki andil yang besar dalam perekonomian. Dari tabel tersebut juga dapat kita ketahui bahwa sektor yang perannya paling kecil adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah limbah dan daur ulang. Peran sektor ini terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2014 be- 70 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

89 Bab III : Gambaran Umum lum pernah mencapai satu persen. Rendahnya peran sektor ini lebih banyak disebabkan oleh jumlah produksi yang relatif stagnan dibanding sektor-sektor yang lain dan pertumbuhan sektor ini yang relatif lambat. Dari tabel di atas juga terlihat sektor-sektor yang mengalami pengurangan distribusi.pengurangan ini hanya berpengaruh terhadap peran sektor terhadap total PDRB di mana secara fisik alamiah tetap melakukan pertumbuhan tetapi jumlah pertumbuhannya atau sumbangannya lebih kecil dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal ini biasanya terjadi pada produk di mana pasar telah jenuh maka perkembangan produksi tidak secepat pada waktu booming. Selain ada kelompok sektor dominan disajikan pula kelompok sektor produktif, yaitu sektor yang relatif masih dapat ditingkatkan outputnya karena masih potensial. Secara umum distribusi sektor produktif tahun 2014 meningkat kecuali pada sektor informasi dan komukasi Tinjauan IPM Kabupaten Blora

90 Bab III : Gambaran Umum dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan wajib sosial. Tabel 3.18.Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun Sektor/ HargaBerlaku Pe- HargaKonstan Peruba Lapangan ruba- han han ruba- Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,06-0,01 0,08 0,08 0,00 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,04 0,05 0,01 0,05 0,05 0,00 Konstruksi 4,12 4,32 0,20 4,18 4,24 0,06 Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuansi 2,60 2,76 0,16 2,94 3,12 0,17 3,30 3,43 0,13 3,56 3,71 0,16 1,13 1,10-0,03 1,38 1,49 0,11 3,20 3,23 0,03 3,06 3,13 0,08 Real Estate 1,32 1,37 0,05 1,50 1,56 0,06 Jasa Perusahaan 0,29 0,30 0,01 0,29 0,31 0,02 Administrasi Pemerintahan, Per-tahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,89 3,81-0,08 3,82 3,74-0,09 72 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

91 Sektor/ Lapangan Usaha Bab III : Gambaran Umum HargaBerlaku Pe- HargaKonstan ruba- han Peruba han Jasa Pendidikan 6,18 6,45 0,27 5,52 5,96 0,44 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,90 0,96 0,06 0,88 0,94 0,07 Jasa Lainnya 2,07 2,19 0,12 2,24 2,38 0,13 J U M L A H 29,12 30,04 0,91 29,50 30,72 1,22 Sumber : PDRB Kabupaten Blora 2013 Selain terbagi dalam 17 kategori, PDRB juga bisa dikelompokkan berdasarkan output atau input terjadinya proses produksi. Pengelompokan ini dibedakan menjadi: 1. Kelompok Primer, mencakup sektor pertanian, kehutanan perikanan dan pertambangan/penggalian. 2. Kelompok sekunder, mencakup sektor industri pengolahan, pengadaan listrik/gas dan pengadaan air bersih, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, serta bangunan/konstruksi. 3. Kelompok tersier, mencakup sektor perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, Tinjauan IPM Kabupaten Blora

92 Bab III : Gambaran Umum jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan jasa lainnya. Data PDRB lima tahun terakhir ( ) menunjukkan adanya pergeseran kontribusi, di mana peran kelompok primer yang pada awalnya terlihat sangat mendominasi secara bertahap bergeser ke kelompok tersier dan sekunder. Pada tahun 2014 peran kelompok tersier sudah mendominasi dengan share sebesar 42,30%. Selanjutnya disusul kelompok primer sebesar 41,86%. Kemudian yang terakhir kelompok sekunder sebesar 15,84% dari total PDRB. Tabel 3.19.Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRBTahun Sektor/ Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan Perubahan Peruba han (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. KELOMPOK PRIMER 43,72 41,86-1,86 42,64 40,04-2,61 74 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

93 Sektor/ Lapangan Usaha 2. KELOMPOKS EKUNDER 3. KELOMPOK TERSIER Harga Berlaku Bab III : Gambaran Umum Harga Konstan Perubahan Peruba han 14,50 15,84 1,34 14,32 15,35 1,03 41,78 42,30 0,52 43,04 44,62 1,58 J U M L A H 100,00 100,00 100,00 100,00 Dari ke tiga kelompok pada tabel 3.19 terlihat bahwa jika dibandingkan antara tahun 2014 terhadap tahun 2013 baik menurut harga berlaku maupun harga konstan ada pergeseran andil. Pada kelompok kelompok primer terjadi penurunan andil, yakni sebesar 1,86% untuk harga berlaku dan 2,61% untuk harga konstan. Sebaliknya untuk kelompok sekunder dan tersier mengalami peningkatan masingmasing sebesar 1,34% dan 0,52% untuk harga berlaku. Untuk harga konstan, penurunan kedua sektor ini mencapai 1,03% dan 1,58% Perkembangan PDRB Per kapita PDRB per kapita dihitung dengan dua standar harga yang berbeda, yaitu PDRB perkapita atas dasar harga ber- Tinjauan IPM Kabupaten Blora

94 Bab III : Gambaran Umum lakudan atas dasar harga konstan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya rata-rata produktivitas yang dihasilkan pada suatu waktu tertentu. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan menggambarkan produktivitas penduduk apabila diukur dengan standar harga tahun Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat pemerataan, pendapatan perkapita yang dalam hal ini digambarkan oleh PDRB perkapita dapat dijadikan salah satu tolok ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan perekonomian, khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah secara makro. Tidak hanya keberhasilan pembangunan dari sisi aspek pertumbuhan perekonomian suatu wilayah saja akan tetapi lebih jauh dapat dilihat juga tingkat besarnya PDRB/pendapatan perkapita khususnya pendapatan perkapita menurut harga berlaku. Kenaikan harga barang dan jasa serta naiknya output dari berbagai barang dan jasa dari beberapa sektor ekonomi telah meningkatkan pendapatan perkapita, 76 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

95 Bab III : Gambaran Umum Pendapatan/PDRB perkapita atas dasar harga berlaku selama ini selalu menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel : 3.20.Perkembangan PDRB Per Kapita Di Kabupaten Blora Tahun Tahu n Harga Berlaku Harga Konstan 2010 Nilai (Rp,) Pertumbuha n (%) Nilai (Rp,) (1) (2) (3) (4) (5) Pertumbuhan (%) ,47 14, ,47 4, ,24 11, ,81 3, ,30 7, ,58 4, ,88 9, ,18 4, ,77 10, ,34 3,89 Ratarata 10,67 4,21 Sumber : Pendapatan Regional Kabupaten Blora Tahun 2014 Seperti ditunjukkan pada tabel 3.20 dan gambar 3.6, untuk tahun 2014 PDRB perkapita Kabupaten Blora adalah mencapai sebesar rupiah. Sementara pada tahun sebelumnya sebesar rupiah atau Tinjauan IPM Kabupaten Blora

96 Bab III : Gambaran Umum naik sebesar 10,62%, kenaikan sebesar itu merupakan yang tertinggi selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Kenaikan pertumbuhan PDRB perkapita pada tahun 2014 ini meningkat di bandingkan tahun sebelumnya, namun merupakan kenaikan tertinggi ketiga selama lima tahun terakhir. Gambar 3.6.Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Blora Tahun ,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000, Berlaku Konstan Rata-rata pertumbuhan PDRB per Kapita di Kabupaten Blora selama enam tahun terakhir ( ) sebesar 10,67% atas dasar harga berlaku dan 4,21% atas dasar harga konstan Perbedaan perkembangan yang 78 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

97 Bab III : Gambaran Umum mencolok berdasarkan dua standar harga tersebut menunjukkan bahwa meskipun secara nominal perkembangan PDRB perkapita sangat pesat, namun secara riil tidak demikian. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan perkembangan itu lebih disebabkan oleh pengaruh perubahan harga dari produk barang dan jasa yang cukup besar, baik di pasar domestik maupun luar negeri (ekspor) Pengeluaran Konsumsi Perkapita Sejalan dengan PDRB yang mengalami pertumbuhan, indikator ekonomi makro lain yaitu konsumsi rumah tangga masyarakat juga menunjukkan hal yang sama. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Blora dari tahun ke tahun semakin meningkat. Keadaan ini dapat dilihat pada tabel Peningkatan konsumsi makanan tahun relatif rendah, tidak melebihi 10%. Tahun 2012 merupakan Tinjauan IPM Kabupaten Blora

98 Bab III : Gambaran Umum peningkatan terendah dalam delapan tahun terakhir, yaitu 4,10%. Untuk tahun meningkat sebesar 38,95%, lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 konsumsi non makanan mencapai rupiah, meningkat 29,17 % dibandingkan tahun 2013 yang sebesar rupiah. Peningkatan ini lebih rendah dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 31,46%. Namun demikian, terjadinya perbaikan perbandingan pola konsumsi ini tentunya masih jauh dari angka perbandingan ideal dari konsumsi masyarakat yang lebih maju. Sebab konsumsi untuk non-makanan yang mencakup pengeluaran untuk kebutuhan sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan keperluan lain seperti untuk upacara dan pesta, tentunya akan lebih besar lagi proporsinya apabila kondisi ekonomi dan sosial masyarakat semakin maju, meskipun tahun 2014 ini pengeluaran non makanan sudah melebihi pengeluaran makanan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan konsumsi 80 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

99 Bab III : Gambaran Umum untuk makanan bersifat terbatas sehingga akan mengalami kondisi yang stasioner pada titik tertentu meskipun tingkat pendapatan masyarakat terus meningkat. Tabel Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun Tahun Makanan (juta Rp.) Pertu m- buhan (%) KONSUMSI RUMAH TANGGA Non Makanan (juta Rp.) Pertumbuhan (%) Total (juta Rp.) Pertumbuhan (%) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,75 Sumber : Susenas dan data diolah Tinjauan IPM Kabupaten Blora

100 Bab III : Gambaran Umum 3.7. Ketenagakerjaan Masalah ketenagakerjaan sesungguhnya mencakup aspek ekonomi dan juga aspek sosial. Terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga penambahan angkatan kerja yang terjadi, akan terserap merupakan salah satu sasaran pembangunan selama ini. Dengan demikian penduduk akan memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Banyaknya angkatan kerja yang tidak terserap dalam lapangan kerja akibat peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah lapangan kerja akan menjadi masalah dalam pembangunan. Jika masalah pengangguran tidak mendapatkan perhatian yang serius akan menimbulkan masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. 82 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

101 Bab III : Gambaran Umum Penduduk Usia Kerja Penduduk Usia Kerja yang dimaksud disini adalah penduduk yang masuk usia kerja yang disesuaikan dengan International Labour Organitations (ILO) yaitu berusia 15 tahun keatas, Penduduk usia kerja di Kabupaten Blora tercatat jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sekitar jiwa (48,56%) dan penduduk perempuan sekitar jiwa (51,44%), Jumlah penduduk usia kerja laki-laki tercatat lebih kecil daripada penduduk usia kerja perempuan dengan rasio 94,40 yang berarti dari 100 orang perempuan terdapat 94 orang laki-laki. Tabel 3.22.Persentase Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas MenurutJenis Kelamin Tahun Jenis Kelamin Rata-rata (1) (2) (3) (4) Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Blora Tinjauan IPM Kabupaten Blora

102 Bab III : Gambaran Umum Berdasarkan jenis kegiatannya, penduduk usia kerja dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : angkatan kerja (bekerja, mencari pekerjaan); dan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya) Angkatan Kerja Angkatan kerja pada tahun 2014 menunjukkan adanya perubahan proporsi pekerja wanita dan laki-laki, di mana untuk pekerja perempuan meningkat lebih tinggi dibandingkan laki-laki.hal ini menunjukkan potensi perempuan untuk ikut bekerja semakin besar. Dari data yang ada hasil survei angkatan kerja 2014 menunjukkan potensi tenaga kerja mencapai 68,50% di mana 65,56% sudah bekerja baik formal maupun informal dan sebanyak 2,94% sedang mencari pekerjaan. Secara rata-rata dalam dua tahun terakhir terdapat 3,83% penduduk di Kabupaten Blora mencari pekerjaan. Dalam mencari pekerjaan termasuk di sini adalah 84 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

103 Bab III : Gambaran Umum kelompok penduduk usia kerja yang sudah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan, penduduk yang sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja ataukah penduduk dengan kegiatan mengurus rumah tangga maupun lainnya sambil mencari pekerjaan yang dilakukan secara aktif baik dicarikan maupun mencari sendiri. Tabel Persentase Penduduk Usia Kerja menurutjenis Kelamin dan Kegiatannya Tahun Tahun Jenis Kegiatan Ratarata (1) (2) (3) (4) Angkatan Kerja 75,50 68,50 72,00 Bekerja 70,78 65,56 68,17 Mencari Pekerjaan 4,72 2,94 3,83 Bukan Angkatan Kerja 24,50 31,50 28,00 Sekolah 4,67 5,47 5,07 Mengurus Rumahtangga 14,71 21,03 17,87 Lainnya 5,12 5,00 5,06 Usia Kerja 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora Tinjauan IPM Kabupaten Blora

104 Bab III : Gambaran Umum Bukan Angkatan Kerja Data bukan angkatan kerja tahun 2014 di Kabupaten Blora mencapai 31,50% yang tersebar dalam kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya atau tidak melakukan kegiatan apapun yang biasanya sakit atau sudah lansia. Penduduk yang bersekolah mencapai 5,47% relatif lebih banyak dibanding tahun 2013 yang mencapai 4,67%. Sementara itu, penduduk yang mengurus rumah tangga mencapai 21,03% dan lainnya 5,00% Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja untuk kelompok umur 15 tahun ke atas di tahun 2014 di Kabupaten Blora secara total mencapai 68,50%, lebih rendah dibandingkantahun 2013 yang sudah mencapai 75,50%. Berdasarkan jenis kelamin di tahun 2014 TPAK penduduk laki-laki jauh lebih besar dari pada TPAK penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 85,41% untuk 86 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

105 Bab III : Gambaran Umum penduduk laki-laki dan hanya 52,54% penduduk perempuan. Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dikarenakan adanya faktor budaya di mana perempuan masih lebih dominan berperan sebagai ibu rumah tangga dibanding dengan kegiatan membantu mencari nafkah. Pada tahun 2014 kegiatan perempuan yang masuk angkatan kerja mencapai 52,54% relatif menurun dibanding dengan tahun 2013 yang mencapai 62,84%. Tabel TPAK dan TPT menurut Jenis KelaminDi Kabupaten Blora Tahun Jenis Kelamin TPAK TPT (1) (2) (3) (4) (5) Laki-Laki 88,88 85,41 6,10 4,32 Perempuan 62,84 52,54 6,46 4,26 Total 75,50 68,50 6,25 4,30 Sumber : BPS Kabupaten Blora Tinjauan IPM Kabupaten Blora

106 Bab III : Gambaran Umum Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Blora Pada tahun 2014 tercatat sebesar 4,30%, relatif menurun dibanding dengan tahun sebelumnya sebesar 6,25%. Hal ini menunjukkan semakin menurunnya kesempatan kerja di Kabupaten Blora. Bila dilihat dari sisi gender, terlihat bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama mengalami penurunan tingkat penggangguran. Hal ini menunjukkan bahwa baik di sektor sektor formal maupun informal tingkat penyerapan pekerjanya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya Penduduk yang Bekerja Tabel Persentase Penduduk berdasarkan jenis kegiatannya di tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) Bekerja 83,46 81,72 58,78 50,30 Mencari pekerjaan 5,42 3,69 4,06 2,24 Sekolah 4,99 5,70 4,99 5,25 88 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

107 Jenis Kelamin Bab III : Gambaran Umum Laki-Laki Perempuan Mengurus RT 1,24 3,94 27,45 37,17 Lainnya 5,54 4,64 4,72 5,04 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Berdasarkan kegiatan yang terbanyak selama seminggu yang lalu penduduk di Kabupaten Blora untuk kelompok umur lebih dari 15 tahun ke atas untuk penduduk bekerja secara total hanya mencapai sekitar 65,56%, sekolah 5,47% mengurus rumah tangga 21,03% dan lainnya hanya mencapai 5,00% Menurut Golongan Umur Produksivitas pekerja secara alami dipengaruhi oleh usia itu sendiri maka dari itu untuk keperluan analisis dan perencanaan pekerja bisa dikelompokkan menjadi tiga golongan/kelompok umur yaitu penduduk usia muda (15 Tinjauan IPM Kabupaten Blora

108 Bab III : Gambaran Umum 24 tahun); penduduk usia prima (25 54 tahun); dan penduduk usia tua (55 tahun keatas), Dari data yang ada di tahun 2014 pekerja Blora lebih dari 68% pada kelompok usia prima atau produktif sedangkan 20,43% di kelompok tua serta 11,30 % di kelompok usia muda. Berdasarkan jenis kelamin komposisi pekerja berdasarkan kelompok usia mempunyai pola yang sama yaitu terbanyak di usia prima, peringkat kedua di usia tua dan terendah terdapat di kelompok usia muda. Pola ini sangat terkait erat dengan pola sosioekonomi masyarakat Blora di mana di usia muda kebanyakan masih bersekolah atau belum bertanggungjawab secara penuh terhadap keluarga. 90 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

109 Bab III : Gambaran Umum Tabel 3.26Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora Tahun 2014 Umur Jenis Kelamin L P Jumlah (1) (2) (3) (4) ,53 9,42 11, ,07 71,63 68, ,40 18,95 20,43 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Mayoritas penduduk bekerja di tahun 2014 adalah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah SD ke bawah yaitu tercatat sekitar 58,23% relatif turun dengan tahun sebelumnya yang mencapai 59,34%. Untuk tingkat pendidikan SLTP sederajat tercatat sekitar 15,52%, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 16,73%. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

110 Bab III : Gambaran Umum Untuk pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA sederajat meningkat dari 17,43% menjadi 19,37%. Untuk tenaga kerja dengan pendidikan sarjana juga sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 6,50% di tahun 2013 menurun menjadi 6,88% di tahun Penyebab meningkatnya jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaji atau jenis pekerjaan yang dirasa sesuai dengan apa yang diharapkan, atau masuknya lulusan baru ke pasar kerja. Tabel Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun Jenjang Pendidikan L P Jumlah L P Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD Ke Bawah 53,58 66,87 59,34 53,91 64,84 58,23 SLTP 19,84 12,67 16,73 18,20 11,41 15,52 SLTA 20,29 13,70 17,43 21,37 16,31 19,37 Diploma/Univ. 6,30 6,77 6,50 6,52 7,45 6,88 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 92 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

111 Bab III : Gambaran Umum Bila dikaji dari pekerja berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikannya dapat digambarkan pekerja perempuan dengan klasifikasi SD ke bawah relatif lebih besar dibanding dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya pekerja perempuan di Kabupaten Blora secara rata-rata masih dibawah SD. Hal ini menjadi perhatian kita semua untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan kemampuan melalui program-program pendidikan ketrampilan dan pendidikan luar sekolah. Hal lain adalah faktor masih adanya pengarusutamaan gender secara kultural, yaitu perempuan bekerja di ranah domestik Menurut Lapangan Usaha Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Blora tahun 2014 dapat dilihat pada tabel Sektor pertanian menempati persentase terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja, yaitu tercatat sekitar 43,09% dan Tinjauan IPM Kabupaten Blora

112 Bab III : Gambaran Umum mengalami penurunan bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Beberapa hal yang bisa menimbulkan hal ini adalah kesempatan pekerjaan di sektor non pertanian seperti konstruksi, perdagangan dan jasa-jasa lainnya. Faktor lain adalah karena adanya pengembangan atau pemanfaatan lahan hutan menjadi lahan pertanian palawija yang bisa menyerap tenaga kerja di sektor ini. Tabel 3.28.Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun Lapangan Usaha Tahun Rata-rata (1) (2) (3) (4) Pertanian 43,97 43,09 43,53 Pertambangan & Penggalian 1,26 1,74 1,50 Industri 4,46 4,82 4,64 Listrik, gas & air 0,06 0,32 0,19 Konstruksi 5,31 6,70 6,01 Perdagangan 19,93 23,57 21,75 Angkutan & Komunikasi 3,91 3,47 3,69 94 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

113 Bab III : Gambaran Umum Lapangan Usaha Tahun Rata-rata Lembaga Keuangan 1,75 1,36 1,56 Jasa 19,36 14,93 17,15 Jumlah 100,00 100,00 100, Menurut Status Pekerjaan Pekerja di Kabupaten Blora pada tahun 2014 bila dilihat dari status pekerjaannya, berusaha dibantu pekerja tidak tetap atau buruh tidak dibayar dan pekerja dengan status buruh/karyawan masing-masing menyumbang 23,69 dan 22,83%. Penyumbang terbesar selanjutnya adalah pekerja tidak dibayar sebesar 20,64% dan berusaha sendiri 17,93%. Masih tingginya angka pekerja berusaha dibanding buruh tidak dibayar dan pekerja dengan status pekerja tak dibayar ini dikarenakan sebagain besar penduduk di Kabupaten Blora masih bekerja dengan basis rumah tangga. Untuk pekerja bebas dan berusaha dibantu Tinjauan IPM Kabupaten Blora

114 Bab III : Gambaran Umum pekerja dibayar masing-masing menyumbang 12,41 dan 2,50%. Berdasarkan status pekerjaan, penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu sebagai pekerja informal dan pekerja formal. Secara kasar pekerja informal terdiri dari penduduk yang bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap dan pekerja tidak dibayar serta pekerja bebas, sedangkan pekerja formal terdiri dari penduduk yang berusaha dibantu buruh tetap, pekerja dibayar atau karyawan. Di tahun 2014 terdapat gambaran bahwa pekerja sektor informal masih sangat mendominasi sistem ketenagakerjaan yaitu menyumbang sebanyak 74,67% sedangkan sektor formal hanya menyumbang 25,33%. 96 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

115 Bab III : Gambaran Umum Tabel Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Blora Tahun Tahun Status Pekerjaan Ratarata (1) (2) (3) (4) Berusaha sendiri 16,02 17,93 16,98 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar 27,78 23,69 25,74 Pekerja tak dibayar 21,85 20,64 21,25 Pekerja bebas 10,64 12,41 11,53 INFORMAL 76,29 74,67 75,48 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 1,87 2,50 2,19 Buruh/karyawan/pegawai 21,84 22,83 22,34 FORMAL 23,71 25,33 24,52 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora Fenomena ini menggambarkan bahwa nilai tambah yang dihasilkan relatif lebih kecil dibanding dengan daerah-daerah yang lebih banyak pekerja di bidang formalnya. Hal ini dikarenakan adanya struktur upah di bidang informal tidak setinggi di bidang formal, sistem Tinjauan IPM Kabupaten Blora

116 Bab III : Gambaran Umum produktifitas sangat tergantung musim, pekerja yang berkecimpung di sektor informal rata-rata dengan pendidikan yang relatif rendah Menurut Jam Kerja Dari keseluruhan penduduk yang bekerja di Kabupaten Blora Tahun 2014 tercatat sekitar 55,22 % penduduk yang bekerja di atas 35 jam / jam kerja normal. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak rata-rata pekerja di Kabupaten Blora merupakan pekerja dengan jam kerja yang masih kurang. Untuk penduduk yang bekerja di bawah 35 jam kerja pada tahun 2014 mencapai nilai 44,78%, pekerja ini banyak terjadi pada pekerja yang tidak dibayar, atau pekerja yang tidak tetap di mana dalam satu minggu hanya bekerja tidak penuh tetapi hanya beberapa hari saja. 98 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

117 Bab III : Gambaran Umum Tabel Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun Tahun Jam Kerja (1) (2) (3) (4) < 35 Jam 55,80 49,23 44,78 35 Jam + 44,20 50,77 55,22 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa sistem ketenagakerjaan di Kabupaten Blora masih banyak pekerja yang tidak dibayar dan pekerja bebas yang ditunjukkan dengan masih banyaknya pekerja yang bekerja di bawah jam kerja normal. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

118 Bab III : Gambaran Umum 100 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

119 BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia Data terakhir yang dipublikasi oleh BPS Provinsi Jawa Tengah yang memuat kondisi IPM dari berbagai daerah terutama se Eks Karesidenan Pati adalah baru Tahun Nilai IPM Kabupaten Blora di tahun 2013 dan 2014 mengalami perubahan karena penghitungannya menggunakan metode baru. Pada tabel 4.1. disajikan nilai IPM Kabupaten Blora dan sekitarnya, secara peringkat tidak mengalami perubahan, yaitu peringkat 28 bila dibandingkan se Jawa Tengah pada tahun 2013 dan Akan tetapi nilai tersebut jika dibandingkan secara terbatas hanya untuk Kabupaten se eks-karesidenan Pati dan Kab. Grobogan, posisi Kabupaten Blora berada pada posisi paling bawah. Nilai IPM Kabupaten Blora juga masih berada di bawah jika dibandingkan dengan nilai IPM Jawa Tengah. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

120 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia Tabel 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun Kabupaten Nilai IPM 2013 Peringkat Nilai IPM 2014 Peringka t (1) (2) (3) (4) (5) Kab. Grobogan 67, ,77 19 Kab. Blora 65, ,84 28 Kab.Rembang 66, ,40 20 Kab. Pati 66, ,99 22 Kab. Kudus 71, ,00 9 Kab. Jepara 69, ,61 15 Jawa Tengah 68, ,78 13 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Bila dibandingkan dengan kabupaten tetangga sebelah utara seperti Kabupaten Rembang yang berada diurutan ke 20 di tahun 2013, yang berarti 8 poin lebih tinggi dibanding Kabupaten Blora yang menduduki urutan ke 28. Hal ini menunjukkan bahwa program pembangunan manusia di Kabupaten Blora dari tahun ke tahun belum mengalami lonjakan seperti yang diharapkan jika 102 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

121 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia dibandingkan dengan kabupaten tetangga. Untuk itu program loncatan atau terobosan pencapaian nilai IPM yang lebih tinggi dibanding dengan daerah-daerah lainnya sangat diperlukan dengan strategi pembangunan SDM yang efektif dan tepat guna. Angka Harapan Hidup Kabupaten Blora bila dibandingkan dengan kabupaten sekitar menunjukkan posisi terendah, walaupun sudah mencapai 73,84, sementara Kabupaten Kudus merupakan yang tertinggi se eks karesidenan Pati, yang mencapai 76,40. Sedangkan untuk Kabupaten Rembang dan Grobogan masing-masing 74,19 dan 74,07. Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Blora tahun 2014 mencapai 11,75 tahun. Dibandingkan dengan daerah sekitarnya masih lebih baik dari pada Kabupaten Rembang dan Pati, namun lebih rendah dari Kabupaten Grobogan, Jepara dan Kudus. Kabupaten Kudus merupakan Kabupaten yang tertinggi untuk nilai harapan lama sekolah yang mencapai 12,58 tahun atau setara lulusan SLTA. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

122 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia Angka ini merupakan tugas berat kita semua bisa mengejar nilai Harapan Lama Sekolah dibanding dengan kabupaten lainnya. Hal ini tidak hanya faktor pemerintah saja tetapi dari peran serta masyarakat untuk merubah pola pikir arti pentingnya pendidikan bagi mereka. Rata-rata Lama Sekolah mempunyai peran yang sangat berkaitan dengan angka melek hurufnya. Penyelesaian masalah di dua bidang ini sangat berkaitan erat sehingga tidak boleh terpisahkan. Tahun 2014 di Kabupaten Blora baru mencapai 6,02 tahun sedangkan untuk Kabupaten Grobogan, Rembang, Pati, Kudus dan Jepara masing-masing 6,32 tahun; 6,90 tahun; 6,35 tahun; 7,83 tahun dan 7,29 tahun. Rendahnya nilai bidang pendidikan yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Blora harus lebih ditingkatkan, salah satunya adalah pendidikan dasar 9 tahun.usaha mengejar ketertinggalan ini merupakan tugas berat 104 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

123 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia pemerintah daerah. Keterlibatan elemen masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dasar pembentukan nilai IPM ini. Upaya pemberantasan buta aksara dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan menjadi prioritas bagi pembangunan di bidang pendidikan.tidak kalah pentingnya juga adalah peningkatan kesadaran masyarakat untuk bisa merubah pola pikir bahwa tidak sekolahpun bisa makan, hidup seperti ini pun bisa, namun harus dirubah menjadi hidup sukses perlu pintar dan cerdas. Pengeluaran perkapita yang disesuaikan di tahun 2014 tercatat sebesar ribu rupiah lebih rendah dari kabupaten sekitarnya yang telah mencapai diatas ribu rupiah. Pengeluaran perkapita Kabupaten Blora lebih rendah dibanding dengan kabupaten lain karena dipengaruhi oleh harga-harga barang konsumsi sehari-hari yang lebih rendah dibanding dengan kabupaten lain karena berbagai faktor seperti sebagai wilayah sentra bahan makanan, beberapa industri pengolahan dan masih banyak lagi. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

124 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia Kondisi ekonomi dan tingkat kemampuan ekonomi yang tinggi akan berpengaruh pada kondisi ketenagakerjaan. Terbukanya lapangan kerja akan mengurangi pengangguran. Lapangan pekerjaan yang ada memberikan balas jasa terhadap pekerja atau karyawan, sehingga pekerja dengan balas jasa tadi mempunyai kemampuan untuk membeli atau memiliki daya beli. Tabel 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun Tahun E 0 (tahun) EYS (tahun) MYS (tahun) PPP (000 Rp,) 2013 Kab. Grobogan 74, ,83 9,284 Kab. Blora 73, ,46 8,540 Kab. Rembang 74, ,05 8,994 Kab. Pati 75, ,01 9,088 Kab. Kudus 76, ,49 10,082 Kab. Jepara 75, ,58 9, Kab. Grobogan 74, ,86 9,303 Kab. Blora 73, ,55 8,568 Kab. Rembang 74, ,30 9,013 Kab. Pati 75, ,04 9, Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

125 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia Kab. Kudus 76, ,49 10,102 Kab. Jepara 75, ,70 9,195 Dengan adanya ke empat faktor penentu IPM ini maka secara komulatif nilai IPM Kabupaten Blora tahun 2014 mencapai 65,84. Nilai ini paling rendah dibanding dengan Kabupaten Grobogan 67,77, Kabupaten Rembang 67,40, Kabupaten Pati 66,99, Kudus 72,00 dan Jepara 69,61. Di provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora menduduki urutan ke 28 sementara untuk Kabupaten Grobogan urutan ke 19, Rembang urutan ke 20, Pati urutan ke 22, Kudus dan Jepara masing-masing urutan ke 9 dan 15. Angka shortfall merefleksikan prestasi pencapaian, semakin tinggi prestasi angka shortfall, semakin tinggi prestasi pencapaiannya. Sebagai ilustrasi, Kabupaten Blora di tahun 2014 ini memiliki nilai shortfall sebesar 1,36. Ini merupakan yang terendah kedua setelah Kabupaten Grobogan. Ini menunjukkan bahwa Tinjauan IPM Kabupaten Blora

126 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia pembangunan sumber daya manusia di Kabupaten Blora lebih baik dari pada di Kabupaten Grobogan. Walaupun ada daerah yang mengalami kenaikan IPM yang sama, tetapi angka shortfall untuk masingmasing daerah belum tentu sama. Hal ini terjadi karena pengaruh dari IPM sebelumnya, secara logis meningkatkan angka IPM lebih sukar bagi wilayah yang memiliki IPM lebih tinggi. Maka prestasi pencapaian untuk kenaikan yang sama sepantasnya lebih tinggi nilainya bagi wilayah yang memiliki IPM lebih tinggi. Hal itulah yang tercermin dari angka shortfall. Nilai shortfall Kabupaten Blora dibanding dengan nilai Provinsi Jawa Tengah di Tahun 2014 juga lebih rendah. Hal ini membuktikan bahwa program pembangunan sumber daya manusia secara rata-rata provinsi masih lebih baik. IPM Provinsi Jawa Tengah sudah mencapai 68,78 sedangkan IPM Kabupaten Blora baru mencapai 65,84. Hal ini mengindikasikan adanya beberapa komponen penentu IPM Kabupaten Blora masih 108 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

127 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia tertinggal dari Kabupaten lainnya. Untuk itu kerja keras dan efektifitas program pembangunan sangat dibutuhkan agar bisa memacu pencapaian dalam mengejar ketertinggalan dengan daerah lain. Tabel 4.3. IPM dan Shortfall Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya IPM Kabupaten Shortfall (1) (2) (3) (4) Grobogan 67,43 67, Blora 65,37 65, Rembang 66,84 67, Pati 66,47 66, Kudus 71,58 72, Jepara 69,11 69, Jawa Tengah 68,02 68,78 2,38 Sumber : BPS Provinsi Jateng Tinjauan IPM Kabupaten Blora

128 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 4.2 Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia Dari hasil tabulasi beberapa komponen penyusun pembentuk Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Blora Tahun 2014 tidak jauh berbeda dibanding dengan tahun Kondisi ini dapat dilihat dalam bentuk tabel maupun grafik sehingga akan mempermudah proses pembacaan dan analisisnya. Pengkajian Indeks Pembangunan Manusia akan mencakup tiga unsur penting pembentuk nilai IPM. Maksud dan tujuannya adalah menunjukkan adanya indikator out put dari suatu proses kegiatan pembangunan yang diterapkan di suatu wilayah. Mengacu rekomendasi dari UNDP untuk mengukur tingkat pemenuhan ke tiga unsur di atas, UNDP menyusun suatu indeks komposit berdasarkan pada tiga indikator yaitu Angka Harapan Hidup (AHH); Harapan Lama Sekolah penduduk dewasa (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) dan Purchasing Power Parity (PPP) 110 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

129 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli. Menurut UNDP upaya ke arah perluasan pilihan hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan ketrampilan yang memadai dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif (misalnya dapat bekerja dan memperoleh uang sehingga memiliki daya beli). Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ke tiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan secara minimal tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah. Angka Harapan Hidup (AHH) yang mengalami peningkatan dari 73,79 tahun pada tahun 2013 menjadi 73,84 tahun pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pengaruh program pembangunan kesehatan seperti penambahan prasarana dan sarana penunjang kesehatan dapat dirasakan meskipun dalam tempo yang relatif lama. Hal ini dikarenakan faktor pola hidup masyarakat lebih Tinjauan IPM Kabupaten Blora

130 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia dominan dibanding dengan pelayanan kesehatan yang bersifat sementara dan hanya menyentuh masyarakat yang mempunyai keluhan. Sedangkan untuk masyarakat yang berpotensi penyakit karena tidak mempunyai keluhan maka tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan. Dampak jangka panjang yang nantinya akan berdampak positif terhadap angka harapan hidup adalah kegiatan yang berawal mulai dari kesehatan ibu dan anak, yaitu perawatan wanita usia subur, ibu hamil, sampai balita sangat berpengaruh terhadap meningkatnya angka harapan hidup ini. Gejala ini dapat dilihat dari perubahan pola piramida penduduk di Kabupaten Blora yang berkembang menyerupai botol tidak seperti periode tahun 1990 yang masih menggambarkan seperti piramida lancip dimana usia muda akan banyak berkurang di usia tuanya. Indikator kedua dan ketiga dari IPM yaitu Harapan Lama Sekolah (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) yang merupakan komponen indeks pendidikan. Kedua 112 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

131 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk. Harapan Lama Sekolah (EYS) sebagai komponen IPM yang cukup penting. Konsep EYS didefinisikan sebagai rata-rata harapan lama sekolah untuk penduduk di susatu wilayah. Angka ini menggambarkan harapan lama sekolah untuk penduduk berumur 7 tahun ke atas. Angka ini berhubungan erat dengan partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur. Sehingga erat kaitannya dengan program wajib belajar 9 tahun. Namun masih ada kelemahannya, karena belum mengcover anak sekolah yang masuk SD pada usia 5 atau 6 tahun. Data yang ada tahun 2013 menunjukan EYS Kabupaten Blora 11,53 tahun dan pada tahun 2014 sedikit mengalami peningkatan menjadi 11,75 tahun. Faktor yang menjadi kendala kurang cepatnya peningkatan ini karena beberapa faktor. Luasnya wilayah menjadikan kendala jarak tempuh ke fasilitas sekolah, di luas fasilitas transportasi yang masih belum mendukung. Fasilitas Tinjauan IPM Kabupaten Blora

132 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia sekolah yang ada juga belum menyebar dan mengakomodir sesuai kendala yang ada. Selain melek huruf, indikator pendidikan lain yang digunakan dalam penghitungan IPM adalah rata-rata lama sekolah (MYS). Indikator ini memberikan gambaran tentang rata-rata waktu yang dijalani penduduk dalam kegiatan pembelajaran secara formal. Populasi yang digunakan UNDP dalam menghitung MYS dibatasi pada penduduk berusia 25 tahun ke atas. Batasan itu diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga belum layak ditanyakan MYS nya. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Blora tahun 2014 sebesar 6,02 tahun.hal ini berarti belum banyak perubahan yang menunjukkan bahwa masyarakat Blora tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yang sebesar 5,90 tahun, yaitu masih setaraf tingkat SD. Bila angka ini dikonversikan ke jenjang 114 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

133 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia pendidikan maka dapat dikatakan secara rata-rata penduduk Kabupaten Blora sudah menduduki kelas 6 SD/MI. Untuk mendalami penyebab rendahnya angka lama sekolah ini perlu dilihat banyak faktor seperti faktor komposisi umur suatu daerah. Semakin banyak komposisi umur tuanya maka penanganan yang dilakukan harus berbeda dengan komposisi penduduk yang banyak di kaum muda atau balitanya. Selain itu juga perlu dilihat faktor budaya masyarakat dimana pendidikan bukan merupakan faktor utama mencapai kebahagian atau kekayaan, maka penanganan penyediaan fasilitas pendidikan tidak efektif diterapkan. Paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP) memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Semakin meningkat pendidikan seseorang diharapkan paritas daya belinya semakin meningkat pula. Namun hubungan ini tidak selalu benar, terutama bila tingkat Tinjauan IPM Kabupaten Blora

134 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia pendapatan masih lebih rendah dari tingkat kenaikan harga secara umum atau adanya pengaruh inflasi. Tabel Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora tahun dan Persentase Pertumbuhannya. Tahun Makanan (juta Rp.) KONSUMSI RUMAH TANGGA Pertu m- buhan (%) Non Makana n (juta Rp.) Pertu m- buhan (%) Total (juta Rp.) Pertu m- buha n (%) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] , , , ,58 15, , , , , ,06 31, , , , ,75 Penduduk dengan tingkat pendapatan yang sama belum tentu mempunyai paritas daya beli yang sama bila tempat tinggalnya berbeda. 116 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

135 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 4.3 Langkah/Upaya untuk Meningkatkan IPM Langkah-langkah/upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Blora untuk meningkatkan nilai IPM telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blora tahun adalah sebagai berikut : Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Blora dalam kurun waktu 5 tahun terbagi menjadi tiga tahapan pembangunan, yaitu tahap penyelarasan (2011), tahap peningkatan kualitas pelayanan publik ( ), dan tahap perwujudan masyarakat Blora yang sejahtera ( ). Pada tahun 2014 lebih menekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat Blora dalam upaya memiliki daya saing serta kesiapan pengelolaan hasil-hasil produksi pertanian dan sumberdaya alam. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap perwujudan masyarakat Blora sejahtera adalah sebagai berikut: 1. Penguatan pengelolaan potensi ekonomi lokal 2. Peningkatan ketrampilan dan kewirausahaan 3. Peningkatan kualitas pelayanan public Tinjauan IPM Kabupaten Blora

136 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia Kebijakan Khusus atau Indikasi Rencana Program Prioritas. A. Pendidikan Murah dan Bermutu sampai ke Jenjang Pendidikan Menengah Dengan program dan kegiatan prioritas sebagai berikut: 1. Program PAUD a. Pembangunan gedung sekolah b. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini 2. Program pendidikan Dasar a. Pemberian Biaya Operasional Sekolah kepada siswa SD dan SMP b. Pembinaan minat, bakat dan kreativitas siswa 3. Program Pendidikan Menengah a. Penyediaan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) b. Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu c. Pembinaan minat bakat dan prestasi siswa tingkat SMA 118 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

137 B. Pelayanan Kesehatan Dasar Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 1. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak a. Penyuluhan kesehatan bagi Ibu hamil dari keluarga kurang mampu b. Perawatan secara berkala bagi Ibu hamil bagl keluarga kurang mampu c. Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang mampu. 2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat a. Pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas b. Pelayanan kesehatan rujukan bagi penduduk miskin sampai klas 3 di badan rumah sakit RS. Dr. Soetijono Blora dan RS. Dr. R. Soeprapto Cepu. 3. Program perbaikan gizi masyarakat a. Pemberian tambahan makanan dan vitamin b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya c. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

138 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 4. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk b. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular c. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik 5. Program Standarisasi pelayanan kesehatan a. Penyusunan standar pelayanan kesehatan b. Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan 6. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya a. Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap C. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur sampai ke Pedesaan. 1. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan a. Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan 120 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

139 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia b. Rehabilitasi/pemeliharaan jembatan 2. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong a. Pembangunan saluran drainase/goronggorong 3. Program Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya a. Pembangunan jaringan irigasi b. Pembangunan embung 4. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan a. Pembangunan jalan dan jembatan perdesaan b. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaaan B. Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Pemasaran hasil Pertanian. 1. Program peningkatan produksi pertanian a. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian b. Penyediaan sarana produksi pertanian c. Pengembangan bibit unggul pertanian Tinjauan IPM Kabupaten Blora

140 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 2. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan a. Pembangunan sarana dan Prasarana Pembibitan Ternak b. Pembibitan dan Perawatan Ternak c. Pengembangan Agribisnis Peternakan 3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani a. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agrobisnis. 4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan a. Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat C. Penciptaan Iklim Investasi dan Lapangan Kerja bagi masyarakat 1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi a. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi 2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi a. Pengembangan sistem informasi penanaman modal b. Penyederhanaan prosedur perijinan dan peningkatan pelayanan penanaman modal 122 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

141 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia D. Peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan pasar tradisional. 1. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah a. Pengembangan klaster bisnis b. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah c. Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro, kecil, dan menengah 2. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah a. Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya b. Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri 3. Program Penataan Struktur Industri a. Penyediaan sarana maupun prasarana klaster industri 4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri a. Pengembangan pasar dan dan distribusi barang/produk b. Rehabilitasi/pemeliharaan pasar daerah Tinjauan IPM Kabupaten Blora

142 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia E. Perwujudan Reformasi Birokrasi 1. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah a. Pelaksanaan pengawasan internal secara berkala b. Tindak lanjut hasil temuan pengawasan 2. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah a. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumbersumber pendapatan daerah 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur a. Pendidikan dan pelatihan fungsional bagi PNS Daerah 4. Program Penataan Administrasi Kependudukan a. Peningkatan pelayanan publik dalam bidang kependudukan F. Perlindungan Terhadap Kelestarian Alam 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan 124 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

143 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan G. Perwujudan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Berpendapat 1. Program Pendidikan Politik Masyarakat a. Penyuluhan Kepada Masyarakat b. Koordinasi forum-forum diskusi politik Program Pembangunan Untuk dapat mewujudkan dari visi dan misi Bupati Periode maka dari rencana strategis pembangunan dijabarkan dalam suatu program di bagi sesuai urusan masing-masing SKPD, di Kabupaten Blora dengan rincian sebagai berikut : Adapun program-program pembangunan dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Blora dibedakan dalam 2 (dua) jenis program, yaitu : A. Pelayanan Urusan Wajib 1. Pendidikan a. Program pendidikan anak usia dini Tinjauan IPM Kabupaten Blora

144 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia b. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun c. Program pendidikan menengah d. Program pendidikan non formal e. Program pendidikan luar biasa f. Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 2. Kesehatan a. Program obat dan perbekalan kesehatan b. Program Upaya Kesehatan Masyarakat c. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak d. Program perbaikan gizi masyarakat e. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat f. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita g. Program pengembangan lingkungan sehat h. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit i. Program standarisasi pelayanan kesehatan j. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin k. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan l. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya 126 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

145 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia m. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit n. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit. 3. Pekerjaan Umum a. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan b. Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong c. Program Pembangunan turap/talud/brojong d. Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan e. Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong f. Program inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan g. Program tanggap darurat Jalan dan Jembatan h. Program Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan i. Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan, j. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya k. Program penyediaan dan pengolahan air baku l. Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya m. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah n. Program pengendalian banjir Tinjauan IPM Kabupaten Blora

146 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia o. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh p. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan. 4. Perumahan Rakyat a. Program pengembangan perumahan b. Program lingkungan sehat c. Program pemberdayaan komunitas perumahan d. Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial e. Program pengelolaan areal pemakaman. 5. Penataan Ruang a. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan b. Program perencanaan tata ruang c. Program Pemanfaatan Ruang d. Program pengendalian pemanfaatan ruang e. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH). 6. Perencanaan Pembangunan a. Program Pengembangan Data/Informasi b. Program kerjasama pembangunan c. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan d. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 128 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

147 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia e. Program Perencanaan Pengembangan Kota - Kota Menengah dan Besar f. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah g. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi h. Program Perencanaan Sosial dan Budaya i. Program Perencanaan Pembangunan Daerah j. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam k. Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana 7. Perhubungan a. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ c. Program peningkatan pelayanan angkutan d. Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas e. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor. 8. Lingkungan hidup a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan danprogram Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

148 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia b. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam c. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH d. Program Peningkatan Pengendalian Polusi e. Program Pengembangan Ekowisata Dan Jasa Lingkungan. 9. Pertanahan a. Program pembangunan sistem pendaftaran tanah b. Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah c. Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan 10. Kependudukan Dan Pencatatan Sipil a. Program Penataan Administrasi Kependudukan. 11. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak a. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan b. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak c. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan d. Program Peningkatan Peran Serta Dan Kesertaan Gender Dalam Pembangunan 130 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

149 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia e. Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender Dan Anak. 12. Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera a. Program Keluarga Berencana b. Program kesehatan reproduksi remaja c. Program pelayanan kontrasepsi d. Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri e. Program promosi kesehatan ibu, bayi, dan anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat f. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR g. Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS h. Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak i. Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU j. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga 13. Sosial a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya Tinjauan IPM Kabupaten Blora

150 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial c. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo, d. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) e. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 14. Ketenagakerjaan a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja c. Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 15. Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Bagi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah d. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 132 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

151 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 16. Penanaman Modal a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi b. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi Investasi c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana Dan Prasarana Daerah 17. Kebudayaan a. Program Pengembangan Nilai Budaya b. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya d. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya. 18. Kepemudaan Dan Olah Raga a. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda b. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan c. Program Peningkatan Upaya Penumbuhaan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda d. Program Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba e. Program Peningkatan Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah raga f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Tinjauan IPM Kabupaten Blora

152 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia g. Program Pengembangan Kebijakan Manajemen Olah Raga. 19. Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri a. Program pendidikan politik masyarakat b. Program pengembangan wawasan kebangsaan c. Program Pemeliharaan Kamtramtibmas Dan Pencegahan Tindak Kriminal d. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan e. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban Dan Keamanan f. Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan g. Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat) h. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam i. Program Peningkatan Kesiagaan Dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian a. Program peningkatan kapasitas lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah b. Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah 134 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

153 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia c. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah d. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota e. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa f. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH g. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan h. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi i. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah j. Program Penataan Peraturan Perundangundangan k. Program Pendidikan Kedinasan l. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur m. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur daerah n. Program Kelembagaan Perangkat Daerah o. Program Ketatalaksanaan Perangkat Daerah p. Program Pendayagunaan Aparatur Daerah q. Program Koordinasi Bidang Administrasi Pembangunan r. Program Pelayanan d an Perijinan Terpadu s. Program Koordinasi Terpadu Bidang Perekonomian Tinjauan IPM Kabupaten Blora

154 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia t. Program Koordinasi Bidang Tata Pemerintahan u. Program Koordinasi Bidang Pemerintahan Desa v. Program Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat w. Program Koordinasi Bidang Kehumasan x. Program Penyelenggaraan Keprotokolan Daerah y. Program Sandi Dan Telekomunikasi z. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada Kecamatan aa. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada Kelurahan 21. Ketahanan Pangan a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan 22. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa a. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan b. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa c. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa d. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan e. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan 136 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

155 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 23. Statistik a. Program Pengembangan Data/Informasi/ Statistik Daerah 24. Kearsipan a. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan b. Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah c. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan d. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi 25. Komunikasi Dan Informatika a. Program Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa b. Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi c. Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan Informasi d. Kerjasama informasi dan media massa e. program penguatan kelembagaan dalam pengelolaan komunikasi dan informasi daerah f. Program peningkatan kapasitas SDM aparatur pada SKPD yang menangani urusan bidang komunikasi dan informasi di daerah g. Program peningkatan tata laksana komunikasi dan informatika daerah Tinjauan IPM Kabupaten Blora

156 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 26. Perpustakaan a. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan b. Program Penyelamatan dan Pelestarian Koleksi Pustaka B. Pelayanan Urusan Pilihan 1. Pertanian a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani b. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan c. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan d. Program Pemberdayaan Penyuluh Lapangan e. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan f. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak g. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan h. Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan i. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan j. Program pengembangan jaringan irigasi k. Program Pengembangan pertanian organik l. Program peningkatan kapasitas kelembagaan petani m. Program penyediaan sarana produksi pertanian 138 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

157 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia n. Program pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit pertanian/perkebunan 2. Kehutanan a. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan c. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan d. Program pengembangan Sistem Informasi Geografi Kehutanan e. Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri f. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan g. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan h. Program Perencanaan Dan Pengembangan Hutan i. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan j. Program Pengendalian Kebakaran Hutan 3. Energi dan sumber daya mineral a. Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan b. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan c. Program peningkatan pelayanan usaha pertambangan Tinjauan IPM Kabupaten Blora

158 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia d. Program peningkatan regulasi energi sumber daya dan mineral e. Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan f. Program pengelolaan dan pengembangan potensi dan teknologi geologi 4. Pariwisata a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata c. Program Pengembangan Kemitraan 5. Perikanan a. Program pengembangan budidaya perikanan b. Program pengembangan perikanan tangkap c. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan d. Program Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Produksi Perikanan 6. Perdagangan a. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan b. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri d. Program Pembinaan Pedagang Kakilima Dan Asongan 140 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

159 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 7. Perindustrian a. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi b. Program Pengembangan Industri Kecil Dan Menengah c. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri d. Program Penataan Struktur Industri e. Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial 8. Transmigrasi a. Progam Pengembangan Wilayah Transmigrasi b. Program Transmigrasi Regional Tinjauan IPM Kabupaten Blora

160 Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia 142 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

161 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan a. Nilai IPM Kabupaten Blora di Tahun 2014 mencapai 65,84 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 65,37. b. Nilai shortfall tahun 2014 Kabupaten Blora mencapai 1,36% dengan nilai tertinggi di Kabupaten Rembang yang mencapai 1,69% dan terendah di Kabupaten Grobogan yang bernilai 1,04%. c. Peringkat nilai IPM Kabupaten Blora pada tahun 2014 di urutan 28, tidak mengalami perubahan peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun shortfall-nya mengalami sedikit penurunan dibanding tahun Tinjauan IPM Kabupaten Blora

162 Bab V : Penutup d. Kabupaten Blora dengan angka harapan lama sekolah sebesar 11,75 tahun, lebih baik dari Kabupaten Rembang dan Pati. Sedangkan untuk rata-rata lama sekolah, Kabupaten Blora menempati yang terendah dibandingkan kabupaten sekitar. e. Paritas Daya Beli Kabupaten Blora yang sebesar lebih dari 8 juta, masih merupakan yang terendah dibandingkan kabupaten sekitar. f. Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Blora yang sudah mencapai 73,84 tahun, ternyata juga masih menempati yang terendah di banding Kabupaten sekitarnya. 5.2 Rekomendasi a. Program pembangunan yang berhubungan dengan pembangunan sumber daya manusia agar memperhatikan faktor penyebab masih rendahnya nilai IPM yang dicapai seperti upaya peningkatan angka rata-rata lama sekolah, peningkatan mutu kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat. 144 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

163 Bab V : Penutup b. Dalam rangka peningkatan nilai IPM diperlukan program kegiatan atau proyek peningkatan kualitas hidup manusia yang sesuai dengan akar masalah yang mempengaruhinya. c. Pemerintah Daerah agar menyusun kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan mutu hidup atau mutu kesehatan masyarakat seperti peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan dan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat. d. SKPD yang menangani pendidikan dan semua elemen agar lebih gencar dalam menyelenggarakan jenis kegiatan pengentasan wajib belajar tanpa memandang usia. Selain itu penyuluhan kesadaran kepada masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan, menggalakkan gerakan orang tua asuh atau program bantuan melanjutkan sekolah sampai tingkat SLTP bahkan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi lagi. Tinjauan IPM Kabupaten Blora

164 Bab V : Penutup e. SKPD yang terkait dengan ketenagakerjaan dan elemen pemerintah agar menyusun program kegiatan dalam upaya memberi kesempatan kerja masyarakat, sumber daya yang dimiliki, akses ekonomi yang memadai dan faktor-faktor lain yang menunjang peningkatan roda perekonomian masyarakat. f. Pemerintah Daerah agar menyusun program prioritas dan pemilihan program yang tepat yang dikhususkan untuk mendongkrak nilai IPM. 146 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

165

166

167 Lampiran 1 Nama Ibukota Kecamatan Banyaknya Rukun Warga. Rukun Tetangga dan Dusun di Kab. Blora. Tahun 2014 Ibukota Rukun Rukun Kecamatan Kecamatan Warga Tetangga Dusun (1) (2) (3) (4) (5) 1. Jati Doplang Randublatung Randublatung Kradenan Mendenrejo Kedungtuban Ngraho Cepu Cepu Sambong Pojokwatu Jiken Jiken Bogorejo Bogorejo Jepon Jepon Blora Blora Banjarejo Banjarejo Tunjungan Tunjungan Japah Japah Ngawen Ngawen Kunduran Sambiroto Todanan Todanan Jumlah xxx Sumber : BPS Kabupaten Blora Tinjauan IPM Kabupaten Blora

168 Lampiran 2 Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2013 Nilai Komponen IPM Kecamatan e 0 MYS PPP Lit (tahun) (tahun) (000 Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati 69,94 83,57 6,10 543, Randublatung 75,38 84,53 6,49 619, Kradenan 75,68 87,43 6,31 542, Kedungtuban 66,67 85,53 6,72 656, Cepu 70,70 92,76 8,85 753, Sambong 68,77 82,63 6,76 712, Jiken 69,13 84,73 6,19 675, Bogorejo 71,14 80,32 5,53 528, Jepon 75,58 86,93 6,60 665, Blora 74,78 90,94 8,42 747, Banjarejo 69,73 85,93 6,12 666, Tunjungan 74,17 86,23 6,22 622, Japah 71,65 79,32 5,71 608, Ngawen 72,56 85,93 6,86 708, Kunduran 68,01 85,23 6,06 658, Todanan 69,25 85,33 5,90 688,61 Kab. Blora 72,02 85,46 6,55 647,35 Sumber : BPS Kabupaten Blora 148 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

169 Lampiran 3 Indeks Komponen IPM Menurut Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2013 Indeks Komponen IPM Kecamatan e 0 MYS Pendidikan PPP (tahun) Lit (tahun) (ribuan) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 74,90 83,57 40,67 69,27 42, Randublatung 83,97 84,53 43,26 70,77 59, Kradenan 84,47 87,43 42,08 72,32 42, Kedungtuban 69,45 85,53 44,81 71,96 68, Cepu 76,16 92,76 58,99 81,51 91, Sambong 72,95 82,63 45,04 70,10 81, Jiken 73,56 84,73 41,29 70,25 72, Bogorejo 76,90 80,32 36,87 65,84 38, Jepon 84,30 86,93 43,99 72,62 70, Blora 82,97 90,94 56,13 79,34 89, Banjarejo 74,55 85,93 40,81 70,89 70, Tunjungan 81,95 86,23 41,49 71,32 60, Japah 77,74 79,32 38,09 65,58 57, Ngawen 79,27 85,93 45,74 72,53 80, Kunduran 71,69 85,23 40,42 70,29 68, Todanan 73,76 85,33 39,31 69,99 75,94 Kab. Blora 78,37 85,46 43,67 71,53 66,41 Sumber : BPS Kabupaten Blora Tinjauan IPM Kabupaten Blora

170 Lampiran 4 NIlai IPM Menurut Kecamatan Di Kabupaten Blora Tahun Kecamatan IPM (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 60,64 60,79 61,22 61,65 62, Randublatung 69,58 70,26 70,58 71,00 71, Kradenan 65,27 65,00 65,28 65,73 66, Kedungtuban 68,51 68,81 69,04 69,48 70, Cepu 80,40 81,50 81,89 82,31 82, Sambong 71,67 72,89 73,84 74,34 74, Jiken 71,18 71,28 71,25 71,68 72, Bogorejo 57,69 58,77 59,51 60,00 60, Jepon 74,06 74,42 74,80 75,26 75, Blora 82,06 82,60 82,77 83,34 83, Banjarejo 70,83 71,09 71,11 71,55 72, Tunjungan 69,65 70,03 70,20 70,71 71, Japah 64,04 65,11 65,96 66,37 66, Ngawen 76,31 76,31 76,35 76,89 77, Kunduran 68,16 68,98 69,28 69,75 70, Todanan 70,91 71,75 72,26 72,70 73,23 Kab. Blora 60,64 60,79 61,22 61,65 72,10 Sumber : BPS Kabupaten Blora 150 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

171 Lampiran 5 Peringkat Nilai IPM Kabupaten Blora Menurut Kecamatan Kecamatan Tahun Peringkat (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Kab. Blora Sumber : BPS Kabupaten Blora Tinjauan IPM Kabupaten Blora

172 Lampiran 6 Kecamatan Banyaknya Sarana Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Rumah Sakit Puskesm as PUSTU Balai Pengobatan Rumah Bersalin (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka 152 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

173 Lampiran 7 Banyaknya Dokter, Perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Kecamatan Dokter Perawat Bidan Spesialis Umum Gigi Umum Gigi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka Tinjauan IPM Kabupaten Blora

174 Lampiran 8 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Kabupaten Blora, Tahun 2014 Kecamatan Angka Kematian Ibu Bayi Balita (1) (2) (3) (4) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber: Blora Dalam Angka 154 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

175 Lampiran 9 Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatandan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014 SLTP/ Kecamatan TK/RA SD/ MI MTs SMU/SMK/ MA AK/PT (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka Tinjauan IPM Kabupaten Blora

176 Lampiran 10 Banyaknya Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/ MTs SMU/SMK/ MA (1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka 156 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

177 Lampiran 11 Banyaknya Guru Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014 Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/ MTs SMU/SMK / MA (1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka Tinjauan IPM Kabupaten Blora

178 Lampiran 12 Banyaknya Kelompok Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2014 Kecamatan Kelompok Belajar ( Study Group) Paket A Paket B Usaha (1) (2) (3) (4) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka 158 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

179 Lampiran 13 Banyaknya Warga Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2014 Kecamatan Warga Belajar Tutor Paket A Paket B Usaha A/ B (1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka Tinjauan IPM Kabupaten Blora

180 Lampiran 14 Banyaknya Rumah Tangga Sasaran PPLS 2011 Kecamatan Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin Rentan Miskin Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka 160 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014

181

182

VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN

VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN S VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 2021 A. Visi Terwujudnya masyarakat Blora yang lebih sejahtera dan bermartabat B. Misi 1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih KKN, dan demokratis,

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Analisis Skalogram Guttman Kabupaten Blora Page 1

Analisis Skalogram Guttman Kabupaten Blora Page 1 Latar Belakang Analisis skalogram adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis pusat-pusat permukiman khususnya hirarki atau orde pusat-pusat permukiman. Adapun yang menjadi subyek di dalam analisis

Lebih terperinci

Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010.

Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010. Penutup Sekapur Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan yang melalui proses perencanaan yang matang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 SEBESAR 94,13 Pada tahun 2016, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu: BAB II METODOLOGI 2. 1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) RINGKASAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabuputaen Banyuwangi Tahun 2009 mencapai 68,24 atau naik 0,44 dibanding dengan tahun 2008 yang sebesar 67,80. Kenaikan ini disebabkan

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1413.7371 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 2014 Katalog BPS : 1413.7371 Naskah/Editor : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah & Analisis

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA K o t a B a t a m Tahun 2015 No. Publikasi : 2171.15.07 No. Katalog BPS : 4102.002.2171 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : viii + 50 Naskah : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA GUNUNGKIDUL 2014 HUMAN DEVELOPMENT INDEX

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA GUNUNGKIDUL 2014 HUMAN DEVELOPMENT INDEX INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA GUNUNGKIDUL 2014 HUMAN DEVELOPMENT INDEX INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA GUNUNGKIDUL (HUMAN DEVELOPMENT INDEX) 2014 No. ISSN : - No. Publikasi : 34033.15.05 Katalog BPS : 4102002.3403

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN WALIKOTA MADIUN

KATA SAMBUTAN WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenan dan ridho-nya bahwa buku "ANALISIS

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i

1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah, implementasinya terkadang

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang, sehingga dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 No. Publikasi /Publication Number : 3319.0612 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1413.3319 Ukuran Buku/Book Size : 14.8 x 21 cm Jumlah Halaman/Number

Lebih terperinci