PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI"

Transkripsi

1 No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 SEBESAR 94,13 Pada tahun 2016, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Blora sebesar 94,13 poin dan menempati posisi ke delapan dari ke-35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 1,65 poin dibandingkan tahun 2015 yang tercatat sebesar 92,48 poin. Dari enam kabupaten eks Karesidenan Pati, berturut-turut IKK terendah ke tertinggi adalah Kabupaten Kudus 92,86 poin, Kabupaten Jepara 93,47 poin, Kabupaten Blora 94,13 poin, Kabupaten Grobogan 98,91 poin, Kabupaten Pati 100,73 poin, dan Kabupaten Rembang 101,02 poin. Kondisi Infrastruktur di Kabupaten Blora Salah satu hal yang berpengaruh dalam membentuk harga di suatu wilayah antara lain ketersediaan barang dan jasa serta kelancaran pendistribusian barang ke wilayah tersebut. Sarana transportasi dan infrastruktur jalan merupakan sarana penunjang untuk mendukung kelancaran arus distribusi barang dan jasa diperlukan sarana penunjang berupa sarana transportasi maupun infrastruktur jalan. Transportasi yang tersedia di Kabupaten Blora yaitu transportasi darat berupa bus, angkutan umum, dan kereta api. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

2 Dilihat menurut jenis permukaan jalan (jalan kabupaten maupun jalan provinsi), dari total luas jalan yang ada yaitu 945,11 Km sebagian besar jalan di Kabupaten Blora merupakan jalan yang diaspal (769,63 Km atau 81,43 persen) dan hanya sebagian kecil yang merupakan jalan batu (175,48 Km atau 18,57 persen). Kondisi jalan di Kabupaten Blora, baik jalan kabupaten maupun jalan provinsi, sepanjang 458,51 Km berada dalam kondisi baik (48,51 persen), sepanjang 212,44 Km jalan dalam kondisi sedang (22,48 persen) serta sepanjang 213,23 Km jalan dalam kondisi rusak (22,56 persen) dari total panjang jalan di Kabupaten Blora. Tabel 1. Panjang di Kabupaten Blora (Km) Rincian Tahun 2015 Kabupaten Provinsi Jumlah (1) (2) (3) (4) I. Jenis Permukaan a. Diaspal 642,35 127,27 769,63 b. Batu 152,34 23,15 175,48 c. Kerikil 0,00 0,00 0,00 d. Tanah 0,00 0,00 0,00 e. Tidak diperinci 0,00 0,00 0,00 Jumlah 794,69 150,42 945,11 II. Kondisi a. Baik 407,58 50,93 458,51 b. Sedang 112,95 99,49 212,44 c. Rusak 213,23 0,00 213,23 d. Rusak Berat 60,94 0,00 60,94 Jumlah 794,69 150,42 945,11 III. Kelas a. Kelas I 0,00 0,00 0,00 b. Kelas II 0,00 0,00 0,00 c. Kelas III 0,00 0,00 0,00 d. Kelas III A 0,00 64,03 64,03 e. Kelas III B 155,21 86,39 241,60 f. Kelas III C 638,86 0,00 638,86 g. Tidak diperinci 0,62 0,00 0,620 Jumlah 794,69 150,42 945,11 Sumber : Blora Dalam Angka 2016 Infrastruktur memiliki hubungan yang erat dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan keputusan pelaku usaha untuk melakukan investasi/ketersediaan dan kualitas infrastruktur merupakan penentu faktor penentu keputusan pelaku usaha karena sangat menentukan biaya distribusi input dan output produksinya. Karenanya, ketersediaan infrastruktur dapat menjadi faktor pendorong produktivitas suatu daerah. Kesenjangan ketersediaan infrastruktur jalan antar kecamatan di Kabupaten Blora dapat ditunjukkan melalui indikator Rasio Kerapatan yang menggambarkan panjang jalan setiap luas wilayah satu kilometer persegi. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

3 Tabel 2. Panjang Kabupaten, Luas Wilayah, dan Kerapatan Antar Panjang Luas Wilayah Rasio Kerapatan (Km) Persen (Km 2 ) Persen (Km/Km 2 ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Jati 39,88 5,02 183,62 10,09 0,22 2. Randublatung 76,00 9,56 211,13 11,60 0,36 3. Kradenan 60,25 7,58 109,51 6,01 0,55 4. Kedungtuban 33,30 4,19 106,86 5,87 0,31 5. Cepu 46,77 5,89 49,15 2,70 0,95 6. Sambong 13,10 1,65 88,75 4,87 0,15 7. Jiken 32,00 4,03 168,17 9,24 0,19 8. Bogorejo 25,20 3,17 49,81 2,74 0,51 9. Jepon 64,85 8,16 107,72 5,92 0, Blora 142,45 17,93 79,79 4,38 1, Banjarejo 51,62 6,50 103,52 5,69 0, Tunjungan 31,28 3,94 101,82 5,59 0, Japah 43,40 5,46 103,05 5,66 0, Ngawen 35,15 4,42 100,98 5,55 0, Kunduran 32,00 4,03 127,98 7,03 0, Todanan 67,44 8,49 128,74 7,07 0,52 Kabupaten Blora 794,69 100, ,59 100,00 0,44 Rasio kerapatan jalan di Blora merupakan yang paling tinggi mencapai 1,79 Km/Km 2, sementara Sambong merupakan yang paling rendah hanya sebesar 0,15 Km/Km 2. Perbedaan yang cukup nyata dari kerapatan jalan di kedua kecamatan tersebut, disebabkan panjang jalan di Blora meliputi 17,93 persen dari total panjang jalan di Kabupaten Blora, sementara luasan wilayahnya hanya meliputi 4,38 persen atau seluas 79,79 Km 2. Sedangkan di Sambong panjang jalan hanya 1,65 Km, sementara luasnya tercatat 88,75 Km 2 atau sebanyak 4,87 persen dari total luas wilayah Kabupaten Blora. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

4 Tabel 3. Jumlah, Panjang, dan Rata-rata Panjang Kabupaten menurut Jumlah Panjang Ratarata (1) (2) (3) (4) 1. Jati 6 39,88 6,65 2. Randublatung 12 76,00 6,33 3. Kradenan 10 60,25 6,03 4. Kedungtuban 7 33,30 4,76 5. Cepu 28 46,77 1,67 6. Sambong 5 13,10 2,62 7. Jiken 5 32,00 6,40 8. Bogorejo 5 25,20 5,04 9. Jepon 17 64,85 3, Blora ,45 2, Banjarejo 13 51,62 3, Tunjungan 6 31,28 5, Japah 8 43,40 5, Ngawen 13 35,15 2, Kunduran 11 32,00 2, Todanan 23 67,44 2,93 Jumlah ,69 3,41 Jumlah jalan kabupaten yang ada di Kabupaten Blora tercatat sebanyak 233 buah dengan panjang jalan kabupaten sepanjang 794,69 Km. Jumlah jalan terbanyak berada di Blora sebanyak 64 buah, sehingga rata-rata panjang jalan di ini tercatat sepanjang 2,23 Km. menempati urutan kedua terkecil setelah Cepu dengan ratarata panjang jalan tercatat sepanjang 1,67 Km. Ketersediaan panjang jalan dapat ditunjukkan oleh indikator rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk. Rasio tersebut dapat dihitung melalui perbandingan panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang). Nilai rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk Kabupaten Blora tahun 2015 tercatat sebesar 0,93 Km/1000 orang penduduk. Artinya, infrastruktur jalan yang tersedia pada tiap 1000 orang penduduk sepanjang 0,93 Km. Tabel 4. Jumlah Penduduk, Panjang, dan Rasio Kerapatan Kabupaten menurut Jumlah Penduduk Panjang Rasio (1) (2) (3) (4) 1. Jati ,88 0,87 2. Randublatung ,00 1,00 3. Kradenan ,25 1,52 4. Kedungtuban ,30 0,60 5. Cepu ,77 0,64 6. Sambong ,10 0,51 7. Jiken ,00 0,83 8. Bogorejo ,20 1,05 9. Jepon ,85 1, Blora ,45 1, Banjarejo ,62 0, Tunjungan ,28 0, Japah ,40 1, Ngawen ,15 0, Kunduran ,00 0, Todanan ,44 1,16 Jumlah ,69 0,93 Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

5 Dilihat dari kualitas jalan yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blora, jalan Tidak Mantap (rusak ringan, rusak, rusak berat) tertinggi terdapat di Blora yaitu meliputi panjang 51,27 Km, dengan komposisi 14,372 Km Rusak Ringan; 26,932 Km Rusak dan 9,610 Km Rusak Berat. Namun jika dilihat persentasenya terhadap panjang jalan kabupaten yang dimiliki, Jepon merupakan kecamatan dengan persentase kualitas jalan tidak mantap paling tinggi yaitu sebesar 66,53 persen dari total panjang jalan kabupaten yang ada di kecamatan ini. Hal ini bisa dilihat dari panjang jalan kabupaten di Jepon sepanjang 64,851 Km, sedangkan jalan tidak mantap yang berada di kecamatan ini sepanjang 43,146 Km. Tabel 5. Panjang Kabupaten menurut Kondisi Baik Sekali Kondisi Rusak Ringan Rusak Rusak Berat (1) (2) (3) (4) (5) 1. Jati 18,95 5,13 14,95 0,86 2. Randublatung 39,94 7,85 22,11 6,10 3. Kradenan 25,33 6,11 16,36 12,46 4. Kedungtuban 14,75 4,80 10,80 2,95 5. Cepu 22,69 5,82 16,19 2,07 6. Sambong 11,68 1,42 0,00 0,00 7. Jiken 12,25 3,50 12,75 3,50 8. Bogorejo 11,14 9,48 0,56 4,02 9. Jepon 21,71 15,49 25,24 2, Blora 91,18 14,73 26,93 9, Banjarejo 18,95 5,13 21,69 5, Tunjungan 11,16 3,05 14,91 2, Japah 25,00 6,25 9,65 2, Ngawen 21,78 2,90 7,55 2, Kunduran 22,58 4,78 3,09 1, Todanan 38,50 16,51 10,46 1,97 Jumlah 407,58 112,95 213,23 60,94 Sumber Data : Blora Dalam Angka Tahun 2016 Sementara kondisi jalan Tidak Mantap di Kabupaten Blora adalah sepanjang 387,117 Km atau 48,71 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 14,21 persen Rusak Ringan; 26,83 persen Rusak dan 7,67 persen Rusak Berat. Sedangkan kondisi jalan kabupaten dengan kualitas baik adalah sepanjang 407,575 Km atau 51,29 persen dari total panjang jalan kabupaten. Tabel 6. Panjang, Jumlah Kendaraan, dan Kerapatan Kendaraan per Km di Kabupaten Blora Tahun Uraian (1) (2) (3) Jumlah Kendaraan Roda Panjang 951,27 948,27 945,11 Kerapatan Kendaraan per Km 17,57 19,30 20,85 Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

6 Berdasarkan jumlah kendaraan roda 4 (mobil penumpang, bus, dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Kabupaten Blora selama tiga tahun terakhir menunjukkan kerapatan kendaraan per Km semakin tinggi. Jumlah kendaraan roda 4 dari tahun ke tahun semakin bertambah, namun kapasitas jalan cenderung tidak mengalami kenaikan kapasitas. Kerapatan kendaraan pada tahun 2013 tercatat sebesar 17,57 buah per Km terus meningkat menjadi 19,30 buah per Km pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi 20,85 buah per Km. Kondisi Infrastruktur Jembatan di Kabupaten Blora Tabel 7. Jumlah Jembatan, Panjang Jembatan, dan Rata-rata Panjang Jembatan menurut Jumlah Jembatan Panjang Jembatan Ratarata (1) (2) (3) (4) 1. Jati 5 113,50 22,70 2. Randublatung ,40 12,86 3. Kradenan ,00 18,31 4. Kedungtuban ,10 13,68 5. Cepu ,30 12,61 6. Sambong 6 128,10 21,35 7. Jiken 3 53,80 17,93 8. Bogorejo ,30 7,21 9. Jepon 7 73,10 10, Blora ,50 20, Banjarejo 2 82,00 41, Tunjungan 9 73,50 8, Japah 1 38,50 38, Ngawen 4 166,90 41, Kunduran ,70 19, Todanan ,60 11,88 Jumlah ,30 15,82 Jumlah jembatan yang terdapat di Kabupaten Blora pada tahun 2015 tercatat sebanyak 158 buah dengan panjang jembatan sepanjang 2.499,30 meter. Jumlah jembatan terbanyak berada di Randublatung sejumlah 19 buah dengan panjang jembatan 24,40 meter. dengan total panjang jembatan terbesar adalah Blora sepanjang 373,50 meter dan terendah adalah kecamatan Japah 38,50 meter. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata panjang jembatan, maka Ngawen memiliki rata-rata panjang jembatan paling panjang sepanjang 41,73 meter (jumlah jembatan ada 4 buah dengan total panjang jembatan 166,90 meter) disusul Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

7 Banjarejo sepanjang 41,00 meter (jumlah jembatan hanya 2 buah, namun total panjang jembatan mencapai 82,00 meter). Sedangkan kecamatan dengan rata-rata panjang jembatan terpendek adalah Bogorejo sepanjang 7,21 meter (jumlah jembatan yang dimiliki mencapai 16 buah namun total panjang jembatan hanya 115,30 meter). Lebih dari separuh dari total panjang jembatan yang ada di Kabupaten Blora berada dalam kondisi rusak ringan yaitu sekitar 55,20 persen atau sepanjang 1.379,70 meter, sedangkan yang berada dalam kondisi baik hanya sekitar 30,47 persen atau sepanjang 761,60 meter. Jika dirinci menurut kecamatan, jembatan dengan kondisi rusak ringan terpanjang berada di Blora sepanjang 181,50 meter atau mencapai 48,59 persen dari total panjang jembatankecamatan ini. IKK Kabupaten Blora Tabel 1. Nilai IKK dan Peringkatnya di Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun Kabupaten Nilai IKK Peringkat Provinsi (1) (2) (3) (4) (5) Kab.Grobogan 93,22 98, Kab. Blora 92,48 94, Kab. Rembang 97,57 101, Kab. Pati 100,70 100, Kab. Kudus 93,69 92, Kab. Jepara 92,57 93, Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah IKK merupakan indeks spasial yang menggambarkan perbedaan biaya konstruksi antar wilayah dengan Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur sebagai kota acuan. Pada tahun 2016, nilai IKK Kabupaten Blora adalah sebesar 94,13 poin menempati posisi ke delapan dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dibandingkan dengan tahun 2015, IKK Kabupaten Blora meningkat 1,65 poin yang sebelumnya sebesar 92,48 poin. Dari enam kabupaten eks Karesidenan Pati, berturut-turut IKK terendah ke tertinggi adalah Kabupaten Kudus 92,86 poin, Kabupaten Jepara 93,47 poin, Kabupaten Blora 94,13 poin, Kabupaten Grobogan 98,91 poin, Kabupaten Pati 100,73 poin, dan Kabupaten Rembang 101,02 Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

8 poin. Artinya, secara umum biaya yang diperlukan untuk membangun satu unit bangunan per satuan luas di Kabupaten Blora lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, dan kabupaten Rembang, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara. Gambar 1. IKK Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora, dan Sekitarnya Tahun Prov. Jawa Tengah 95,99 98,96 Kab. Jepara Kab. Kudus Kab. Pati 92,57 93,69 100,70 93,47 92,86 100, Kab. Rembang 97,57 101,02 Kab. Blora 92,48 94,13 Kab. Grobogan 93,22 98,91 120,000 80,000 40,000,000 40,000 80, ,000 Nilai IKK Kabupaten Blora dan sekitarnya tahun 2016 hampir seluruhnya mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, kecuali Kabupaten Kudus yang mengalami penurunan IKK sebesar 0,83 poin. Meskipun IKK Kabupaten Blora mengalami kanaikan, namun nilai IKK Kabupaten Blora tahun 2016 (94,13 poin) lebih rendah jika dibandingkan dengan IKK Provinsi Jawa Tengah yang tercatat sebesar 98,96 poin. Rendahnya IKK di Kabupaten Blora jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten sekitar dan Provinsi Jawa Tengah terkait dengan beberapa faktor, diantaranya upah tenaga kerja yang rendah, bahan bangunan lokal yang harganya relatif murah, serta pembangunan jalan dan jembatan yang tinggi. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember

Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010.

Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010. Penutup Sekapur Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan yang melalui proses perencanaan yang matang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang, sehingga dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Skalogram Guttman Kabupaten Blora Page 1

Analisis Skalogram Guttman Kabupaten Blora Page 1 Latar Belakang Analisis skalogram adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis pusat-pusat permukiman khususnya hirarki atau orde pusat-pusat permukiman. Adapun yang menjadi subyek di dalam analisis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Blora, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. Fenny Susanto, S.Si

Seuntai Kata. Blora, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. Fenny Susanto, S.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian, khususnya pada sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Prioritas ini penting, mengingat saat ini dan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 ii Analisa Data PDRB Kab. Blora Tahun 2015 BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Sebagaimana kita ketahui bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang letakya berada di sebelah timur kota Semarang. jarak tempuh dari Semarang ke Blora kurang

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Tim Penyusun Tinjauan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2013 yang telah mampu membuktikan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN ii Tinjauan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2014 BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu kita lahirkan di setiap kesempatan atas karunia yang diberiakan

Lebih terperinci

Pembangunan Akses jalan masuk TK/SD. Pengadaan Sarana air bersih TK/SD. Pembangunan RKB SMPN 4. Pembangunan Ruang Laboratorium IPA

Pembangunan Akses jalan masuk TK/SD. Pengadaan Sarana air bersih TK/SD. Pembangunan RKB SMPN 4. Pembangunan Ruang Laboratorium IPA PENGGUNA ANGGARAN ALAMAT BIDANG UMUM DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BLORA TAHUN ANGGARAN 2013 : Drs. ACHMAD WARDOYO, M.Pd : Jl. A. Yani No. 42 Blora : PENDIDIKAN DASAR No KODE KEGIATAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BLORA TAHUN

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BLORA TAHUN BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NO NAMA JABATAN LAMA JABATAN BARU. 1 IMAM JUNAIDI, S.Pd Pengawas Sekolah Madya UPT TK/SD Kecamatan Randublatung

NO NAMA JABATAN LAMA JABATAN BARU. 1 IMAM JUNAIDI, S.Pd Pengawas Sekolah Madya UPT TK/SD Kecamatan Randublatung LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI BLORA NOMOR : 821.2/130/2017 TANGGAL : 31 JANUARI 2017 NO NAMA JABATAN LAMA JABATAN BARU 1 IMAM JUNAIDI, S.Pd UPT TK/SD Kecamatan Jepon 2 SUMARYONO, S.Pd UPT TK/SD Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA TAHUN ANGGARAN 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA TAHUN ANGGARAN 2012 UMUM (RUP) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA TAHUN ANGGARAN 2012 NAMA PENGGUNA ANGGARAN ALAMAT : dr. HENNY INDRIYANTI, M.Kes : Jl. Dr. Sutomo No. 40 NO PROGRAM KEGIATAN NAMA PAKET 1 KONSTRUKSI A. Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015

ANALISIS INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015 ANALISIS INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015 Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman : 264 halaman Naskah: BAPPEDA Kabupaten Blora Gambar Kulit: BAPPEDA Kabupaten Blora Diterbitkan Oleh:

Lebih terperinci

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN BLORA ABSTRACT

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN BLORA ABSTRACT RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN BLORA * Prasetyo Aji, Irawan Wisnu Wardhana, Wiharyanto Oktiawan ABSTRACT Blora is located in Central Java Province which has an area of 1.820,59 Km²,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN BLORA SKRIPSI

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN BLORA SKRIPSI IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN BLORA SKRIPSI Oleh : Ahmad Rikho Ahsanul Fikri H 0813009 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Kebijakan pemerintah untuk memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur kebijakan pemerintahan dan pembangunan daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN BLORA TAHUN 2016-2019 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015 LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 1 TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BLORA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Nama Paket Jenis Jenis Metode Pagu Volume Pengadaan Belanja Pengadaan Pemilihan Anggaran Pekerjaan Dana

Nama Paket Jenis Jenis Metode Pagu Volume Pengadaan Belanja Pengadaan Pemilihan Anggaran Pekerjaan Dana PENGGUNA ANGGARAN ALAMAT RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BLORA BIDANG PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PERHUBUNGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain

Lebih terperinci

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Sebagai insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menganugerahkan kepada kita berupa kemampuan untuk berbuat yang terbaik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016 Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi 4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Umum Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersedimentasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 No. 14/02/17/1/2015 Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014, pada bulan

Lebih terperinci

Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR

Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan kemampuan kita dalam menyusun kajian Indeks Kemahalan Konsumen (IKK) Kabupaten Blora Tahun 2015. Buku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG Moda transportasi udara paling banyak digunakan oleh penumpang untuk perjalanan ke luar Provinsi Lampung, yaitu 41,65. BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER PROVINSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2013 tumbuh 5,80 persen. Pada tahun 2013, besaran Produk

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS M. Debby Rizani Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Umum Pengumpulan data pada tesis ini diambil dari instansi terkait serta dari laporan-laporan terdahulu yang semuanya itu akan berhubungan serta menunjang pelaporan tesis pada

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN No. 03/01/34/Th.XV, 2 Januari 2013 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2012 60,79 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 UMUM Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR i PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR (Studi Kasus: Kecamatan Randublatung) TUGAS AKHIR Oleh: MEILYA AYU S L2D 001

Lebih terperinci

Formulir NOMOR DPA PPKD PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH DPA - PPKD PROVINSI JAWA TENGAH

Formulir NOMOR DPA PPKD PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH DPA - PPKD PROVINSI JAWA TENGAH DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN Formulir NOMOR DPA PPKD PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH DPA - PPKD PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 1.20.01.00.00.00.5.1 TAHUN ANGGARAN 2016 Urusan Pemerintahan : 1.20. Otonomi Daerah,

Lebih terperinci

BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1. Gambaran Wilayah 2.1.1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara 111 016' s/d 111 338' Bujur Timur dan diantara 6 528' s/d 7 248' Lintang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI PROVINSI LAMPUNG No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL PROVINSI LAMPUNG No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER PROVINSI LAMPUNG No. 12/02/18/Th. V, 1 Februari 2017 Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET PROVINSI LAMPUNG No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak 54.575

Lebih terperinci

TENTANG. maka dipandang perlu adanya penyesuaian biaya perkara. proses penyelesaian perkara perdata dalam tingkat Pertama

TENTANG. maka dipandang perlu adanya penyesuaian biaya perkara. proses penyelesaian perkara perdata dalam tingkat Pertama KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BLORA NOM0R : w12.u15/277 /PdL04.lO l4 /2016 TENTANG TARIF PANJAR VORSCHOT BIAYA PROSES PENYELESAIAN PERKARAPERDATA DI PENGADILAN NEGERI BLORA KETUA PENGADILAN NEGERI

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON)

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON) BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PONTIANAK No : 02/02/6171/Th VI, 12 Pebruari 2008 INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON) Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kota Pontianak

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No.15/02/52/Th I,16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) adalah satu-satunya sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam pembangunan nasional yang bertujuan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017 Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI PROVINSI LAMPUNG No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB VI INFRASTRUKTUR BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMILIHAN SATUAN KERJA. PERKIRAAN BIAYA (Rp) KETERAN NO (APBN/APBD / BELANJA

PELAKSANAAN PEMILIHAN SATUAN KERJA. PERKIRAAN BIAYA (Rp) KETERAN NO (APBN/APBD / BELANJA PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN Nomor : 050 / 1699 / Tanggal : 13 Mei DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA Alamat : Jalan Dr. Sutomo 40 Blora Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk Pelaksanaan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET PROVINSI LAMPUNG No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada Maret sebanyak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI PROVINSI LAMPUNG No. 12/07/18/Th. VII, 4 September Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI PROVINSI LAMPUNG No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016 Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI PROVINSI LAMPUNG No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER PROVINSI LAMPUNG No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011 No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011 Laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan total PDRB Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN A. Visi Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera

VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN A. Visi Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN 2010 2015 A. Visi Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera B. Misi 1. Melanjutkan reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS PROVINSI LAMPUNG No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI PROVINSI LAMPUNG No. 12/04/18/Th. V, 3 April Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016 PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER PROVINSI LAMPUNG Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TARIF BATAS ATAS DAN TARIF BATAS BAWAH ANGKUTAN PENUMPANG ANTAR KOTA DALAM PROVINSI KELAS EKONOMI DENGAN MOBIL BUS UMUM DI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG No. 12/03/18/Th. III, 2 Maret PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI PROVINSI LAMPUNG Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci