BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Hamdani Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Bolaang Mongondow secara administratif terbagi kedalam 12 kecamatan dan 192 desa/kelurahan. Luas keseluruhannya mencapai 3 506,24 Km2. Luas antar Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 No Kecamatan Luas (km²) Persentase (%) 1 Dumoga Barat 375,44 10,71 2 Dumoga Utara 364,21 10,39 3 Dumoga Timur 539,93 15,40 4 Lolayan 297,00 8,47 5 Passi Barat 95,46 2,72 6 Passi Timur 86,35 2,46 7 Bilalang 60,93 1,74 8 Poigar 322,84 9,21 9 Bolaang 148,03 4,22 10 Bolaang Timur 65,20 1,86 11 Lolak 374,54 10,68 12 Sang Tombolang 776,31 22,14 Kab. Bolaang Mongondow 3.506,24 100,00 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2012 Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 20
2 Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat pada Kecamatan Sang Tombolang dengan luas 776,31 km² sedangkan wilayah Kecamatan terkecil terdapat pada Kecamatan Bilalang dengan luas 60,93 km². Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki batas-batas : Utara - Laut Sulawesi, Selatan - Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Barat - Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Timur - Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara. Sebagai daerah yang terletak di garis khatulistiwa, maka Kabupaten Bolaang Mongondow hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Hujan turun sepanjang tahun, dan hal ini berdampak positif bagi sektor pertanian. 2. Kependudukan Rata-rata Pertumbuhan Penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 orang penduduk perempuan. Pada Tahun 2012, persebaran penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dikatakan kurang merata. Di Kecamatan Passi Barat misalnya, kecamatan yang luasnya hanya 2,72 persen dihuni oleh 7,00 persen dari penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow dengan tingkat kepadatan 156 orang per kilometer persegi. Sementara di Kecamatan Sang Tombolang yang memiliki luas 22,14 persen dari luas Kabupaten Bolaang Mongondow, hanya dihuni oleh 4,48 persen penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow dengan tingkat kepadatan 12 orang per kilometer persegi. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 21
3 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 No Kecamatan Penduduk Laki Laki Perempuan Jumlah 1 Dumoga Barat Dumoga Utara Dumoga Timur Lolayan Passi Barat Passi Timur Bilalang Poigar Bolaang Bolaang Timur Lolak Sang Tombolang Bolaang Mongondow Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak pertama terdapat pada Kecamatan Dumoga Timur dengan total jumlah penduduk sebesar jiwa, jumlah penduduk laki laki jiwa dan perempuan jiwa. Penduduk terbanyak kedua terdapat pada Kecamatan Dumoga Barat dengan jumlah penduduk jiwa, jumlah penduduk laki laki jiwa dan perempuan jiwa. Penduduk terbanyak ketiga terdapat pada Kecamatan Lolak dengan jumlah penduduk jiwa, jumlah penduduk laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Sedangkan jumlah penduduk sedikit terdapat di Kecamatan Bilalang dengan jumlah penduduk jiwa, laki laki jiwa dan perempuan jiwa. Angkatan kerja Tahun 2011 menunjukan bahwa dari keseluruhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah masuk usia kerja 15 tahun ke atas, sebesar 96,070 % jika dibandingkan dengan tahun 2009 cukup tinggi Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 22
4 yaitu sebesar 142,716 % sedangkan pada tahun 2010 yaitu sebesar 91,232. Persentase tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Bolaang Mongondow Jenis Kegiatan Utama A. Angkatan Kerja Bekerja Menganggur B. Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 91,96 63,21 58,13 Tingkat Pengangguran 8,04 5,46 5,84 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah angka perbandingan antara banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu yang sekolah dengan banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang yang sama dinyatakan dalam persen. Seperti pada Gambar 2 berikut. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 23
5 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa pada tahun 2011 APS sedikit dikalangan usia 7-12 = 93,82%, usia = 78,05% dan usia = 42,10%. Sedangkan APS pada tahun 2010 sangat tinggi yaitu pada usia 7-12 = 97,77%, pada usia = 82,56%, pada usia = 50,71% dan diikutu tahun 2009 dimana usia 7-12 = 94,64%, pada usia = 81,70, pada usia = 54,36. Berikut tabel Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut jenjang Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 Jenjang Pendidikan APM APK SD / MI / Sederajat 85,02 107,34 SMP / MTs / Sederajat 46,53 70,65 SMA / MA / Sederajat 27,5 56,70 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 24
6 4. Kesehatan Pada Tahun 2012 fasilitas kesehatan di Kabupaten Bolaang Mongondow terdiri dari 1 (satu) unit Rumah Sakit, 16 unit Puskesmas, 53 unit Puskesmas Pembantu, 17 Pusling, 6 unit Puskesmas Rawat Inap dan 194 unit Posyandu. Berikut gambar fasilitas kesehatan di Kabupaaten bolaang Mongondow. Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 3. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Ekonomi Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi dinyatakan dalam persentase, menunjukan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonomi. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 25
7 Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow pada tanggal 8 Desember 2006 mengalami perubahan dengan mekarnya Kabupaten Bolaang Mongondow Utara kemudian diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang resmi di mekarkan bersama-sama pada tanggal 30 September Berikut gambar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow. Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Berdasarkan Gambar di atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2011, yang ditunjukan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, mengalami percepatan pertumbuhan yaitu sebesar 6,06 persen dari tahun sebelumnya sebesar 4,91 persen. 5. PDRB Angka-angka PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang banyak digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional, berikut data PDRB atas dasar harga konstan. Perkembangan ekonomi Kabupaten Bolaang Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 26
8 Mongondow selang Tahun berdasarkan indikator PDRB terus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan oleh pola pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Setelah pada Tahun 2000 yang merupakan Tahun kebangkitan perekonomian secara nasional yang juga dijadikan sebagai tahun dasar, pada Tahun 2000 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku untuk Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar Rp milyar, kemudian pada Tahun 2011 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku meningkat menjadi Rp triliun atau selama kurun waktu 11 tahun meningkat 210,95 persen. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 sebesar Rp milyar, dan pada Tahun 2011 menjadi sebesar Rp triliun atau meningkat 51,39 persen selama periode B. Identifikasi Pengembangan Potensi Wilayah 1. Potensi Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Secara umum sektor basis di tiap-tiap Kabupaten yang berada di Sulawesi Utara sangat bervariasi. PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut lapang usaha Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010 yang paling menonjol dengan jumlah keseluruhan sektor yaitu Kota Manado dengan jumlah total keseluruhan sektor ,02 kemudian diikuti Kota Bitung dengan keseluruhan sektor , Minahasa Selatan dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar kemudian diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar ,9, selanjutnya diikuti Kabupaten Minahasa Tenggara dengan total keseluruhan sektor sebesar ,69, kemudian diikuti Kota Tomohon dengan jumlah keseluruhan sektor , Kota Kotamobagu dengan keseluruhan sektor ,83, Kabupaten Kepulauan Talaud dengan jumlah sektor keseluruhan sebesar ,92, kemudian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah keseluruhan sektor sebesar ,89, kemudian Bolaang Mongondow Selatan dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar ,56, selanjutnya Kabupaten Minahasa dengan jumlah keseluruhan Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 27
9 sebesar 2.117,14 dan yang terakhir dengan sumbangan terendah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 747, Identifikasi Potensi Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan bahwa pada tahun 2010 di Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa Kabupaten yang memiliki sektor yang menonjol. Sektor basis ditiap kabupaten sangat bervariasi. Hal ini menandakan bahwa pembangunan di Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara banyak mengalami perubahan. Secara lengkap berikut ini dapat dijelaskan hasil analisis LQ untuk masing-masing sektor pada tahun Analisis LQ di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010 sektor yang pling menonjol yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan jumlah LQ keseluruhan 21,04 dengan persentase 60% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 1,68, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 3,12, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,65, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,10, Kabupaten Minahasa 2,18, Kabupaten Minahasa Selatan 3,02, Kabupaten Minahasa Tenggara 3,15, Kota Kotamobagu 1,01 dan Kota Tomohon 2,21. Sektor yang menonjol kedua adalah sektor pertanian dengan jumlah LQ keseluruhan 18,96 dengan persentase 60% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 2,67, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2,15, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,02, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,68, Kabupaten Kepulauan Talaud 2,59, Kabupaten Minahasa 1,33, Kabupaten Minahasa Selatan 2,06, Kabupaten Minahasa Tenggara 2,04 dan Kota Bitung dengan nilai LQ 1,11. Selanjutnya sektor jasa-jasa dengan jumlah LQ keseluruhan 13,09 dengan persentase 46,7% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 1,09, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 1,60, Kabupaten Bolang Mongondow Utara 1,78, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,01, Kota Kotamobagu 2,00, Kota Manado 1,21 dan Kota Tomohon 1,00. Sektor Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 28
10 bangunan dengan nilai LQ keseluruhan 11,21 dengan persentase 33% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa 1,19, Kabupaten Minahasa Selatan 1,23, Kabupaten Minahasa Tenggara 1,21, Kota Kotamobagu 1,13 dan Kota Tomohon dengan nilai LQ 1,43. Selanjutnya sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai LQ keseluruhan 9,73 dengan persentase 20% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa 1,13, Kota Bitung 2,29 dan Kota Tomohon 1,03. Selanjutnya sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan dengan nilai LQ keseluruhan 9,44 dengan persentase 20% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,02, Kota Kotamobagu 2,09 dan Kota Manado 1,51. Sektor industri pengolahan dengan jumlah LQ keseluruhan 8,77 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa Selatan 1,02 dan Kota Bitung 2,55. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai LQ keseluruhan 8,84 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,07 dan Kota Manado 1,61 Dan sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai LQ keseluruhan terkecil 7,28 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kota Bitung 1,63 dan Kota Manado 1, Struktur Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Struktur Ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2011 mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Berikut pola pertumbuhan Kabupaten Bolaang Mongondow tahun Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 29
11 Tabel 7. PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bolaang Mongondow Lapangan Usaha Pertanian , , , , ,48 2. Pertambangan dan Penggalian , , , , ,67 3. Industri Pengolahan , , ,, , ,58 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2.980, , , , ,26 5. Bangunan , , , , ,35 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , ,20 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,42 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , , ,76 9. Jasa-jasa , , , , ,38 PDRB Bolaang Mongondow , , , , ,11 Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2012 Tabel 7. Menunjukan bahwa sektor yang paling banyak menyumbang yaitu sektor pertanian pada Tahun 2007 sebesar ,41, pada Tahun 2008 sebesar ,59, pada Tahun 2009 sebesar ,71, pada Tahun 2010 sebesar ,96 dan pada Tahun 2011 dengan sumbangan terbesar yaitu ,48. Kemudian penyumbang terbesar kedua diikuti sektor jasa-jasa pada Tahun 2007 sebesar ,84, pada Tahun 2008 sebesar ,99, pada Tahun 2009 sebesar ,55, pada Tahun 2010 sebesar ,53 dan pada Tahun 2011 sebesar ,38 dan diikuti oleh bangunan dengan sumbangan terbesar ketiga, perdagangan dengan sumbangan terbesar keempat, pertambangan kelima, angkutan dan komunikasi keenam, berikutnya keuangan, persewahan dan jasa perusahan, dan yang kedelapan industri pengolahan. Sedangkan listrik, gas dan air bersih begitu rendah yaitu pada Tahun 2007 sebesar 2.980,46, Tahun 2008 sebesar 3.093,84, Tahun 2009 sebesar 3.211,58, Tahun 2010 sebesar 3.337,48 dan pada Tahun 2011 sebesar 3.501,26. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 30
12 Tabel 8. Struktur Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Lapangan Usaha % % % % % 1. Pertanian 0,47 0,49 0,47 0,47 0,46 2. Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 3. Industri Pengolahan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0032 0,0032 0,0032 0,0032 0, Bangunan 0,11 0,11 0,11 0,12 0,11 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 9. Jasa-jasa 0,17 0,16 0,16 0,17 0,18 PDRB Bolaang Mongondow Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Tabel 8 menunjukan bahwa sektor pertanian dengan pertumbuhan dari tahun dengan rata-rata 0,47% dan mengalami penurunan pada Tahun ,46%, diikuti oleh jasa-jasa pada Tahun 2007 dengan pertumbuhan 0,17% dan mengalami penurunan pada Tahun sebesar 0,16%, pada Tahun 2010 kembali stabil menjadi 0,17% dan pada Tahun 2011 naik menjadi 0,18%, selanjutnya sektor bangunan dengan rata-rata 0,11% pada tahun , sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun dengan rata-rata 0,09%, sektor pertambangan dengan pertumbuhan pada Tahun 2007 sebesar 0,06% dan mengalami penurunan pada Tahun dengan rata-rata 0,05%, sektor angkutan dan komunikasi sejak tahun dengan rata-rata 0,04%, sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan dengan rata-rata sejak tahun sebesar 0,03%, selanjutnya sektor industri pengolahan pada tahun dengan rata-rata 0,02% dan sektor listrik, gas dan air bersih pada Tahun dengan rata-rata 0,0032%. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 31
13 4. Identifikasi Pengembangan Potensi Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Alat Analisis Location Quotient (LQ), digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif kegiatan ekonomi di suatu wilayah dengan membandingkan kabupaten dan provinsi dalam hal ini Kabupaten Bolaang Mongondow. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang dapat di kembangkan untuk tujuan sektor sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Dari hasil analisis (LQ) dalam penelitian ini dengan subjek PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Bolaang Mongondow di beberapa sektor dan tiap tahunnya menghasilkan nilai positif LQ > 1. Hasil analisis Location Quotient (LQ) pada sektor pertanian, pertambangan dan jasa-jasa di Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bolaang Mongondow Lapangan Usaha Pertanian 2,21 2,39 2,46 2,68 2,52 2. Pertambangan dan Penggalian 1,11 1,0 1,04 1,69 1,06 3. Industri Pengolahan 0,29 0,29 0,29 0,26 0,27 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,37 0,37 0,37 0,37 0,43 5. Bangunan 0,71 0,87 0,71 0,75 0,77 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,61 0,58 0,56 0,54 0,53 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,35 0,34 0,31 0,29 0,31 8. Keuangan, Persewaan 0,5 0,5 0,5 0,47 0,49 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 1,06 1,03 1,09 1,10 1,17 Produk Domestik Regional Bruto 7,214 7,376 7,340 8,150 7,546 Sumber Analisis Data Sekunder, 2012 Tabel 9. menunjukan bahwa dari 9 sektor di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat 3 sektor yang memiliki hasil analisis Location Quotient Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 32
14 yang positif yaitu pada tahun terakhir dengan jumlah 7,546 dan sektor pertanian menyumbang dengan jumlah terbanyak 2,516 dari 8 sektor. Dari hasil tersebut sektor pertanian yang unggul di Kabupaten Bolaang Mongondow. Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki nilai analisis Location Quotient (LQ) besar dari Tahun dari 9 sektor tersebut yaitu sektor yang paling banyak menyumbang adalah sektor pertanian pada Tahun 2007 sebesar 2,21, pada Tahun 2008 sebesar 2,39, pada Tahun 2009 sebesar 2,46, pada Tahun 2010 sebesar 2,68 dan pada Tahun 2011 sebesar 2,52 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun sektor pertanian sebesar 12,26. Sektor terbanyak kedua sektor jasa-jasa pada Tahun 2007 sebesar 1,06, pada Tahun 2008 sebesar 1,03, pada Tahun 2009 sebesar 1,09, pada Tahun 2010 sebesar 1,10 dan pada Tahun 2011 sebesar 1,17 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun sektor jasa-jasa sebesar 5,45. Sektor terbanyak ketiga sektor pertambangan dan penggalian pada Tahun 2007 sebesar 1,11, pada Tahun 2008 sebesar 1,0, pada Tahun 2009 sebesar 1,04, pada Tahun 2010 sebesar 1,69 dan pada Tahun 2011 sebesar 1,06 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun sebesar 5,90. Dibandingkan dengan sektor lainnya dari hasil analisis Location Quotient (LQ) yang begitu rendah terdapat sektor industri pengolahan dimana pada Tahun 2007 sebesar 0,29, pada Tahun 2008 sebesar 0,29, pada Tahun 2009 sebesar 0,29, pada Tahun 2010 sebesar 0,26 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,27 dengan jumlah keseluruhan 1,40. Selanjutnya sektor listrik, gas dan air bersih pada Tahun 2007 sebesar 0,37, pada Tahun 2008 sebesar 0,37, pada Tahun 2009 sebesar 0,37, pada Tahun 2010 sebesar 0,37 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,43 dengan jumlah keseluruhan sebesar 1,91. Selanjutnya sektor bangunan pada Tahun 2007 sebesar 0,71, pada Tahun 2008 sebesar 0,87, pada Tahun 2009 sebesar 0,71, pada Tahun 2010 sebesar 0,75 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,77 dengan jumlah keseluruhan sebesar 3,81, selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran pada Tahun 2007 sebesar 0,61, pada Tahun 2008 sebesar 0,58, pada Tahun 2009 sebesar 0,56, pada Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 33
15 Tahun 2010 sebesar 0,54 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,53 dengan jumlah keseluruhan sebesar 2,82. Selanjutnya sektor angkutan dan komunikasi pada Tahun 2007 sebesar 0,35, pada Tahun 2008 sebesar 0,34, pada Tahun 2009 sebesar 0,31, pada Tahun 2010 sebesar 0,29 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,31 dengan nilai LQ keseluruhan sebesar 1,64 dan sektor yang paling terendah adalah sektor jasa perusahaan, keuangan dan persewahan dimana pada Tahun 2007 sebesar 0,005, pada Tahun 2008 sebesar 0,005, pada Tahun 2009 sebesar 0,005, pada Tahun 2010 sebesar 0,47 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,49 dengan jumlah keseluruhan sebesar 0,97. Berdasarkan data tabel 10 serta uraian diatas sektor yang paling menonjol dari 9 sektor adalah sektor pertanian dimana pada Tahun berdasarkan analisis Location Quotient (LQ) rata-rata di tiap tahun selalu diatas 2% dan persentase keseluruhan sebesar 11,913% dan ini menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis dan merupakan potensi yang dimiliki Kabupaten Bolaang Mongondow. Selain itu diikuti oleh sektor pertambangan dan jasa-jasa yang mendapat nilai positif. 5. Keunggulan Komoditi Padi Sawah Secara umum subsektor basis di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah subsektor tanaman pangan dengan komoditi yang paling banyak menyumbang padi-padian sebagaimana Kabupaten Bolaang Mongondow dijuluki dengan lubung berasnya Sulawesi Utara dan merupakan tujuan dari pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow untuk terus mempertahankan dan meningkatkan produksi dalam bidang pertanian. Untuk lebih jelasnya mengenai luas panen komoditi pangan di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini : Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 34
16 Tabel 10. Luas Panen Tanaman Pangan Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2011 Kecamatan Padi Sawah Padi ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Total (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1. Dumoga Barat 2. Dumoga Utara 3. Dumoga Timur 4. Lolayan Passi Barat Passi Timur Bilalang Poigar Bolaang Bolaang Timur 11. Lolak Sang Tombolang Kab.Bolaang Mongondow Sumber : BPS Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 Tabel 10 menunjukan luas panen tanaman pangan terbesar pada tanaman padi sawah dengan jumlah luas panen terbesar ha, kemudian terbesar kedua tanaman pangan jagung dengan luas panen ha, padi ladang dengan luas panen ha, kedelai dengan luas panen ha, kacang tanah dengan luas panen ha, kacang hijau dengan luas panen 851 ha, ubi kayu dengan luas panen 646 ha dan yang terkecil tanaman pangan ubi jalar dengan luas panen 601 ha. Ini menunjukan keragaman komoditi tanaman pangan di Kabupaten Bolaang Mongondow bervariasi dan menunjukan potensi tanaman pangan Kabupaten Bolaang Mongondow padi sawah kedepan bisa mengalami peningkatan dan perlu adanya dukungan dari pemerintah dengan perluasan lahan di beberapa kecamatan. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 35
17 6. Identifikasi Keunggulan Komoditi Padi Sawah Komoditas utama yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah komoditi padi sawah yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow. Data sekunder yang menjadi analisis keunggulan komoditi padi sawah adalah luas panen padi sawah. Hasil dari analisis luas panen komoditi diuraikan sebagai berikut : a. Analisis Location Quotient Dari hasil analisis LQ dalam penelitian ini dengan subjek luas panen tanaman pangan Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Analisis LQ Komoditi Unggulan Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 Kecamatan Padi Sawah Padi ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar 1. Dumoga Barat 1,27 0,28 0,83 0,67 0,70 0,70 0,49 0,71 2. Dumoga Utara 1,57 0,45 0,46 0,99 0,99 0,80 0,90 0,56 3. Dumoga Timur 1,31 0,29 0,80 0,33 0,70 0,74 0,49 0,48 4. Lolayan 1,34 0,37 0,75 0,67 0,54 0,77 0,84 0,53 5. Passi Barat 0,28 1,88 1,60 1,66 1,27 0,73 2,15 2,13 6. Passi Timur 0,51 1,76 1,42 1,00 1,27-1,45 3,81 7. Bilalang 0,23 2,38 1,57 1,66 1,27 0,83 3,01 2,35 8. Poigar 0,69 0,88 1,32 1,00 1,13 1,60 0,73 1,09 9. Bolaang 0,64 1,31 1,28 1,99 1,13 1,15 0,53 0, Bolaang Timur 0,52 1,42 1,37 1,33 1,50 2,79 1,77 1, Lolak 0,74 2,10 1,20 0,67 0,96 0,86 0,39 0, Sang Tombolang 1,05 2,44 0,69 1,99 2,33 0,81 0,93 2,13 TOTAL 10,15 15,56 13,29 13,96 13,79 11,78 13,6 14,8 PERSENTASE 41,7% 58,3% 58,3% 58,3% 58,3% 25% 33% 50% Sumber : Analisis Data Sekunder 2012 Tabel 11 menunjukan bahwa di Kabupaten Bolaang Mongondow sektor yang paling menonjol yaitu komoditi padi ladang dengan total 15,56 dengan Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 36
18 persentase 58,3%, sedangkan jagung dengan total 13,29, kedelai dengan total 13,96 dan kacang tanah dengan total 13,79 dengan persentase rata-rata di 7 kecamatan sebesar 58,3%. Sedangkan padi sawah dengan luas panen terbesar di Kabupaten Bolaang Mongondow hanya menonjol di 5 kecamatan yaitu Dumoga Barat dengan nilai LQ 1,27, Dumoga Utara 1,57, Dumoga Timur 1,31, Lolayan 1,34 dan Kecamatan Sang Tombolang dengan total keseluruhan 10,15 dengan persentase 41,7%. Dibandingkan dengan komoditi kacang hijau dengan total 11,78 dan persentase 25% dan hanya menonjol di 3 kecamatan, ubi kayu dengan total 13,6 dan persentase 33% hanya menonjol di 4 kecamatan, ubi jalar dengan total 14,8 dengan persentase 50% yang menonjol di 6 kecamatan dengan salah satu kecamatan yang paling besar nilai LQ yaitu Passi Timur 3,81. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun komoditi padi sawah dengan luas panen terbesar tetapi di tiap-tiap kecamatan tidak menyebar merata, dibandingkan dengan padi ladang, jagung, kedelai dan kacang tanah yang di tiaptiap kecamatan merata dan terkonsentrasi di tiap-tiap wilayah. Berdasarkan hasil analisis LQ, dari 12 kecamatan padi sawah tidak merupakan sektor basis di lihat dari 12 kecamatan padi sawah hanya terkonsentrasi di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Dumoga Barat, Dumoga Utara, Dumoga Timur, Lolayan dan Sang Tombolang dengan persentase 41,7%. Dengan demikian di beberapa kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow komoditi padi sawah masih belum berkembang. 7. Identifikasi Kuantitatif Deskriptif Analisis ini untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang kesesuaian kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor basis digunakan analisis kualitatif deskriptif. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah Bolaang Mongondow masih sangat bersifat umum dan tidak fokus pada sektor-sektor yang memiliki daya saing tinggi tetapi lebih pada sektor yang basis dan cenderung mengabaikan sektor-sektor yang lainnya. Dari Sembilan sektor Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 37
19 hanya pertanian, pertambangan dan jasa-jasa yang menjadi perhatian utama yakni pada Tahun selalu meningkat dan mendapat nilai positif dari hasil analisis Location Quotient, sementara sektor lain seperti perdagangan, industry pengolahan dan keuangan pada Tahun tidak mendapat nilai positif dari hasil analisis Location Quotien. Untuk menciptakan kemandirian daerah maka perlu untuk mengembangkan secara optimal sektor yang memiliki daya saing tinggi seperti listrik gas dan air bersih, industri pengolahan, bangunan dan perdagangan hotel dan restoran yang cenderung diabaikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow padahal sektor inilah yang bisa membuat kemandirian daerah agar perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow tidak terus bergantung pada perekonomian Sulawesi Utara. Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian 38
I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Utara dan kabupaten Bolaang Mongondow dan waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinci2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK
34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Wilayah Kabupaten Pohuwato dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Boalemo, namun sejak dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2003
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperincita ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTAMOBAGU UTARA 216 ISBN : 62-17-361-2 No. Publikasi : 71746.1619 Katalog : 1112.71744
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciBAB II ASPEK STRATEGIS
BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN
No.10/02/75/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 7,71 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciGEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian
GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG 4.1. Indikator Kependudukan Kependudukan merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan yang mencakup antara lain mengenai distribusi,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.21/05/12/Th.VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera
Lebih terperinciKEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT
KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan
KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten
Lebih terperinciABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)
Julian Mukhtar 00, 0. Analisis Keunggulan Komoditi Jagung Dengan Pendekatan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi
IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011
No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan
Lebih terperinciPendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto
Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data
Lebih terperinciBAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT
BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI UTARA BULAN AGUSTUS 2014
` No. 70/11/71/Th. VII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI UTARA BULAN AGUSTUS 2014 angkatan kerja di Sulawesi Utara pada Agustus 2014 mencapai 1,06 juta orang, bertambah sebanyak
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.38/08/12/Th.VII, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012
No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinciStatistik Daerah Kabupaten Bintan
Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan produksi pertanian komoditas unggulan di Kabupaten Bekasi, pembangunan pertanian berskala ekonomi harus dilakukan melalui perencanaan wilayah
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciJIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014
SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPOTRET BREBES-KU (CATATAN KECIL MENJELANG HUT BREBES KE 337) Moh. Fatichuddin Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) BPS Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes terletak disepanjang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011
No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar..
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17
DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel
Lebih terperinciAnalisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :
1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1
58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.
STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang mempunyai wilayah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...
DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.51/11/12/Th.VII, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2012 secara triwulanan (q-to-q)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013
No. 12/02/71/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Sulawesi Utara tahun 2013 tumbuh 7,45 persen, mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2012 yang tumbuh sebesar
Lebih terperinciA. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk
Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20
No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari struktur keseluruhan LPPD Kota Medan Tahun 2008, dipandang perlu menyajikan terlebih dahulu dasar hukum pembentukan Kota Medan sebagai daerah
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciBupati Murung Raya. Kata Pengantar
Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 07/08/53/TH.XVI, 2 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR LAJU PEREKONOMIAN NTT TRIWULAN I - 5,42 % (Y on Y) atau 4,67 % (Q to Q) 5,42
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013
No.50/08/71/Th.VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 2.826 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 8.461 TON DAN BAWANG MERAH SEBESAR 1.354 TON
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012
BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan
Lebih terperinciPROFIL KECAMATAN se Kabupaten Bolaang Mongondow 2011
PROFIL KECAMATAN se Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 1 2 KATA PENGANTAR Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkan kami untuk mengajak kita sekalian untuk memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian
Lebih terperinciPeraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau
Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan
Lebih terperinci