Oleh : Annisa Dwi Sulistyaningtyas NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Annisa Dwi Sulistyaningtyas NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc"

Transkripsi

1 Oleh : Annisa Dwi Sulistyaningtyas NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2 Kebutuhan air bersih meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang setiap tahunnya selalu meningkat seharusnya diimbangi dengan penyediaan air bersih yang sesuai. Sistem perpipaam PDAM mempengaruhi sistem distribusi air bersih yang dialirkan ke perumahan. Pada kenyataannya, masih terdapat kawasan perumahan yang aliran airnya tidak sesuai dengan kebutuhan air yang diperlukan. Selain itu, developers lebih memilih mengembangkan lahan baru yang masih kosong mengakibatkan sistem perpipaan untuk pendistribusian air bersih pada lahan yang sudah ada kurang diperhatikan. Pemodelan distribusi air bersih pada sistem perpipaan membantu mempermudah dalam perhitungan kecepatan aliran air dalam pipa, diameter pipa, dan volume air yang dibutuhkan di suatu kawasan perumahan. Penyelesaian model matematika tersebut menggunakan Metode Beda Hingga Implisit (Alternating Direct Implicit Method) dan hasil tersebut disimulasikan dengan menggunakan Matlab. Hasil simulasi yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan awal dan diameter pipa, semakin besar pula iterasi yang dihasilkan di titik titik aliran pipa sehingga volume air pada pipa juga semakin besar.

3 Kebutuhan air bersih semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Kurang meratanya distribusi air bersih di setiap perumahan Developers lebih memilih mengembangkan lahan kosong daripada mengembangkan lahan yang sudah ada

4 1. Bagaimana pengembangan model matematika dari distribusi air bersih pada sistem perpipaan di suatu perumahan. 2. Bagaimana Metode Beda Hingga Implisit dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan persamaan model matematika dari sistem distribusi tersebut. 3. Bagaimana visualisasi dari hasil penyelesaian model matematika pada sistem distribusi tersebut.

5 Data yang digunakan adalah data yang diambil dari PDAM Kota Surabaya. Area penelitian adalah kawasan perumahan Babatan Mukti Surabaya. Diameter pipa untuk perumahan Babatan Mukti Surabaya maksimal 300 mm. Aliran air distribusi menggunakan penjernihan air Karangpilang. Penyelesaian persamaan differensial menggunakan Metode Beda Hingga Implisit (Alternating Direction Implicit (ADI) Method). Simulasi numerik dan visualisasi hasil penelitian menggunakan software Matlab.

6 Diasumsikan bahwa kawasan penelitian adalah kawasan dengan dataran yang rata. Diasumsikan air mengalir secara kontinu. Diasumsikan tidak ada sumbatan pada masing masing pipa distribusi karena bahan pipa dari paralon tebal. Diasumsikan titik percabangan pipa 90 o.

7 Mengembangkan dan merumuskan model matematika untuk mendapatkan suatu persamaan. Menyelesaikan model matematika yang telah diperoleh menggunakan Metode Beda Hingga Implisit (Alternating Direction Implicit (ADI) Method). Menganalisis hasil yang telah diperoleh dengan menggunakan software Matlab.

8 Sebagai suatu bentuk konstribusi dalam pengembangan ilmu Matematika terapan di bidang sistem perpipaan. Sebagai dasar pengambilan kebijakan bagi stakeholders yang menggunakan dan memproduksi air bersih, seperti developers dan PDAM. Sebagai alternatif untuk penyediaan permasalahan sistem perpipaan di suatu kawasan perumahan.

9 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penyusunan Tugas Akhir, rumusan masalah, batasan masalah, asumsi masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang air bersih, sistem perpipaan, persamaan kontinuitas, metode perhitungan numerik yaitu Metode Beda Hingga Implisit (Alternating Direction Implicit (ADI) Method), dan menjelaskan tentang area penelitian yang digunakan untuk pengerjaan Tugas Akhir ini. 3. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang tahap tahap yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang bagaimana mengembangkan model matematika untuk distribusi air bersih pada sistem perpipaan yang diselesaikan dengan menggunakan Metode Beda Hingga Implisit (Alternating Direction Implicit (ADI) Method) dan analisis terhadap hasil penelitian berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan tentang penarikan kesimpulan dan saran dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan.

10 A. Definisi Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

11 B. Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih Persyaratan Kualitas : a. Persyaratan Fisika b. Persyaratan Kimiawi c. Persyaratan Bakteriologis d. Persyaratan Radioaktifitas Persyaratan Kuantitas : Penyediaan air bersih ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia dan ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih Persyaratan Kontinuitas Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan

12 Tabel Konsumsi Air Berdasarkan Kategori Kota Kategori Kota Jumlah Penduduk (kota) Konsumsi Air (lt/org/hari) Metropolitan > Besar Sedang Kecil Sumber : Kimpraswil, 2003

13 C. Sistem Aliran Dalam Pipa Closed conduit : aliran dimana air kontak dengan penampang saluran Open chanel : aliran dengan permukaan bebas pada salurannya Terdapat dua macam aliran yaitu : 1. Aliran Laminer : aliran yang tenang, terjadi karena partikel partikel fluidanya bergerak sepanjang lintasan lintasan lurus, sejajar 2. Aliran Turbulen : aliran yang disebabkan oleh partikel partikel fluida yang bergerak secara random ke segala arah

14 D. Jaringan Pipa Distribusi Terbagi atas : a. Pipa Primer (Supply Main Pipe) b. Pipa Sekunder (Arterial Main Pipe) c. Pipa Tersier d. Pipa Servis (Service Pipe) E. Persamaan Kontinuitas Persamaan kontinuitas berlaku untuk : a. Untuk semua fluida (gas atau cairan) b. Untuk semua jenis aliran (laminer atau turbulen) c. Untuk semua keadaan (steady dan unsteady) d. Dengan atau tanpa adanya reaksi kimia di dalam aliran tersebut

15 AA 1 : luas penampang bagian pipa yang berdiameter besar AA 2 : luas penampang bagian pipa yang berdiameter kecil vv 1 : laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter besar vv 2 : laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter kecil L : jarak tempuh fluida Volume fluida yang mengalir pada pipa berdiameter besar : VV 1 = AA 1 LL 1 = AA 1 vv 1 tt Volume fluida yang mengalir pada pipa berdiameter kecil : VV 2 = AA 2 LL 2 = AA 2 vv 2 tt

16 1. Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Tak- termampatkan (incompressible) Pada fluida tak-termampatkan (incompressible), kerapatan alias massa jenis fluida tersebut selalu sama di setiap titik yang dilaluinya. Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan massa fluida yang keluar, maka : mm 1 = mm 2 ρρaa 1 vv 1 tt = ρρaa 2 vv 2 tt AA 1 vv 1 = AA 2 vv 2 Dimana AA 1 :luas penampang 1 AA 2 :luas penampang 2 vv 1 :laju aliran fluida pada penampang 1 vv 2 :laju aliran fluida pada penampang 2 Dimana QQ = debit (mm 3 /ss) VV = volume fluida (mm 3 ) tt = waktu fluida mengalir (ss) QQ = VV tt

17 2.Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Termampatkan (compressible) Untuk kasus fluida yang termampatkan atau compressible, massa jenis fluida tidak selalu sama. mm 1 = mm 2 ρρ 1 AA 1 vv 1 tt = ρρ 2 AA 2 vv 2 tt Selang waktu (tt) aliran fluida sama sehingga bisa dihilangkan. Sehingga diperoleh persamaan : ρρ 1 AA 1 vv 1 = ρρ 2 AA 2 vv 2

18 F. Metode Beda Hingga Diberikan persamaan : 2 uu + 2 uu = 0, 2 uu + 2 uu = 2 uu , 2 uu + 2 uu = 2 2 Variabel uu selanjutnya didefinisikan sebagai uu = uu(xx, yy) dan uu(xx + h, yy + kk). Berdasarkan deret Taylor mempunyai hubungan sebagai berikut : uu xx + h, yy + kk = uu xx, yy + + kk uu xx, yy + 1 h 2! 1 h nn 1! RR nn h + kk + kk 2 uu xx, yy + + nn 1 uu xx, yy +

19 RR nn = 1 nn! h + kk nn uu xx + ξξξ, yy + ξξξξ, 0 < ξξ < 1 (ii 1, jj + 1) (ii, jj + 1) (ii + 1, jj + 1) yy (ii 1, jj) (ii, jj) (ii + 1, jj) xx (ii 1, jj 1) (ii, jj 1) (ii + 1, jj 1) Pola Beda Hingga

20 Titik dalam ruang atau grid (ii, jj) dan titik titik grid terdekat digambarkan pada tersebut. Pengembangan deret Taylor di sekitar titik uu ii,jj akan menghasilkan uu ii 1,jj = uu ii,jj xxxx xx + xx 2 uu 2! xxxx xx 3 uu 3! xxxxxx + xx 4 4! uu ii+1,jj = uu ii,jj + xxxx xx + xx 2 uu xxxx + xx 3 uu xxxxxx + xx 4 2! 3! 4! uu xxxxxxxx uu xxxxxxxx

21 Dalam hal ini uu xx = / dan uu xxxx = 2 uu/ 2. Semua turunan dievaluasi pada titik (ii, jj). Berdasar cara yang sama diperoleh turunan dengan orde yang lebih tinggi. = uu ii+1,jj uu ii,jj xx + 0( xx) forward difference = uu ii,jj uu ii 1,jj xx + 0( xx) backward difference = uu ii+1,jj uu ii 1,jj 2 xx + 0[ xx 2 ] central difference 2 uu 2 = uu ii 1,jj 2uu ii,jj+uuii +uu ii+1,jj ( xx) 2 + 0[ xx 2 ]

22 G. Alternating Direct Implicit (ADI) Method Metode Alternating Direct Implicit (ADI) adalah metode beda hingga yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial berbentuk parabolik dan eliptik. Misal diberikan sistem persamaan diferensial biasa : dddd dddd = (AA 1 + AA 2 )UU UU 0 = UU 0 dimana UU(tt) adalah vektor berdimensi N. UU mm+1 = UU mm + tt 2 [ AA 1 + AA 2 UU mm+1 + AA 1 + AA 2 UU mm ]

23 H. Metode Volume Hingga 1. Hukum kekekalan massa untuk suatu volume kendali dapat dinyatakan dengan persamaan (Apsley, 2005) : dd ρρ + ρρρρρρ = 0 dddd ffffffff 2. Hukum kekekalan momentum untuk suatu volume kendali dapat dinyatakan dengan persamaan (Apsley, 2005) : dd dddd ρρ uu + ρρρρρρρρ ffffffff = FF

24 I. Area Penelitian Lokasi area penelitian yang digunakan untuk penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah perumahan Babatan Mukti Surabaya. Perumahan ini terletak di Jalan Raya Menganti, Wiyung, Surabaya, Jawa Timur.

25 Diagram Sistem Perpipaan Perumahan Babatan Mukti Surabaya

26

27 Transformasi Koordinat Kartesian ke Koordinat Polar A. Persamaan Massa dan Momentum pada Pipa Pada pipa terdapat dua jenis aliran, yaitu aliran lurus dan aliran menikung. Pipa yang aliran airnya menikung diasumsikan bahwa pipanya berbentuk busur seperempat lingkaran. Y θθ X

28 Dalam koordinat Kartesians diketahui bahwa xx 2 + yy 2 = 2 Maka dalam koordinat tabung dinyatakan dalam bentuk, θθ, dan zz, yaitu : xx =, yy = ssssssss, θθ = aaaaaaaaaaaa yy xx, zz = zz sehingga untuk = cccccccc, = ssssssss = 0, = 0 = ssssssss, = 0,, = cccccccc, = 0,

29 Oleh karena itu, bentuk determinan jacobi nya adalah : JJ = atau ditulis dengan JJ = cccccccc ssssssss 0 ssθθ ssssssss

30 1. Persamaan Kekekalan Massa Berdasarkan rumus yang tertulis pada Tugas Akhir Kajian Karakteristik Sedimentasi di Pertemuan Dua Sungai Menggunakan Metode Meshles Local Petrov-Galerkin dan Simulasi Fluent (Sholikin,M. 2011), diperoleh persamaan kekekalan massa sebagai berikut : + uuuuuuuuuu + vvvvvvvvvv ρρ cccccccc + ρρ ssssssss + vvvvvvvvvv + ρρ cccccccc uuuuuuuuuu + ρρ ssssssss = 0 (1) Karena aliran pipa merupakan aliran incompressible, maka ρρ = konstan : DDDD DDDD = 0 Jika dijabarkan, dapat ditulis sebagai : Atau dapat dinyatakan dengan + ρρρρ. UU = 0 = ρρρρ xxcccccccc + ρρρρ yycccccccccccc + ρρρρ zzcccccccc (2)

31 Untuk = AA. UU. tt. cos θθ atau = AA.. cos θθ Dengan : = volume fluida maka : AA = luas permukaan UU = kecepatan aliran fluida tt = waktu θθ = sudut yang dibentuk oleh pipa = AA xxtt ssssssss + AA yytt ssssssss + AA zztt ssssssss (3) = AA xxcccccccc + AA yy cccccccc + AA zz cccccccc (4)

32 Selanjutnya, karena pipa yang dikaji berbentuk menikung maka bentuk uu = (xx, yy, zz) diubah menjadi uu = (, θθ, zz) dalam koordinat tabung. Dengan menggunakan turunan total, maka diperoleh persamaan : = + +, = + +, = + + Dari perhitungan pada determinan jacobian sebelumnya, maka dapat ditulis ssssssss cccccccc +, (5) = = =. ssssssss + cccccccc, (6)

33 Dengan mensubstitusikan Persamaan (2) (6) ke Persamaan (1) dan karena ρρ adalah densitas air, maka ρρ 0, sehingga persamaan kekekalan massa dapat dinyatakan sebagai berikut : AA xxcccccc 2 θθ AA xx tttttttttttttttttt vvvvvvvvvv AA xxcccccccc ssssssss + AA xx tt ssssss2 θθ AA yycccccccccccccccc + ssssssss + uuuuuuuuuu vvvvvvvvvv uuuuuuuuuu cccccc 2 θθ AA yy + cccccccc + ssssssss + cccccccc AA zz cccccccc AA zz tttttttttt vvvvvvvvvv uuuuuuuuuu + uuuuuuuuuu + vvvvvvvvvv AA xx cccccccc + AA yy cccccccc + AA zz cccccccc = 0 + +

34 2. Persamaan Kekekalan Momentum Berdasarkan rumus yang tertulis pada Tugas Akhir Kajian Karakteristik Sedimentasi di Pertemuan Dua Sungai Menggunakan Metode Meshles Local Petrov-Galerkin dan Simulasi Fluent (Sholikin,M. 2011), diperoleh persamaan kekekalan momentum sebagai berikut : ρρ UU + vv UU + ρρ UUUU + ρρ UUUU cccccccc + ρρ UUUU + ρρ UUUU ssssssss + uuvvssθθ UU uuuuuuuuuuuu UU vvvvvvvvvv + 2ρρ UUUUUUUUUUUU 2ρρ UU + vv2 ssssssss UU + vv 2 cccccccc UU UU = gggg UUUUUUUUUU gggg UUUUUUUUUU UU + gggg UUUUUUUUUU UU + gggg UUUUUUUUUU UU + gg ρρ UU 2 (SS xx + SS yy ) (7) dengan : ρρ = massa jenis air = volume air uu = kecepatan aliran pipa pada sumbu x vv = kecepatan aliran pipa pada sumbu y gg = percepatan gravitasi = jari jari pipa SS xx = kemiringan dasar saluran pada sumbu x SS yy = kemiringan dasar saluran pada sumbu y

35 a. Persamaan Kekekalan Momentum pada Arah Sumbu x Pada aliran incompressible berlaku DDDD uu = FF DDDD Jika dijabarkan dapat ditulis sebagai uu + ρρρρ. UU. uu = FF Atau dapat dinyatakan dengan uu = FF ρρρρ xxuuuuuuuuuu + ρρρρ yyuuuuuuuuuu + ρρρρ zzuuuuuuuuuu (8)

36 Dengan mensubstitusikan Persamaan (2) (6) dan Persamaan (8) ke Persamaan (7), maka diperoleh persamaan kekekalan momentum ke arah sumbu x sebagai berikut : uu + uuuuaa xx cccccc 2 θθ + 2 uuuuuuuuuuuu + uuuu AA xxcccccccccccccccc + gggg uu2 2 uu2 vv 2 uu2 vv uuuuuu yycccccccccccccccc + uu 2 cccccccc + uuuu uuuu AA yycccccc 2 θθ + uu 2 ssssssss + uu2 vv 2 uuuuaa zz cccccccc + uu2 vv + gggg uu2 + gggg uu2 AA xx ttssssss 3 θθ + vv2 cccccccc + gggg uu2 + gggg uu2 2 AA xx ttcccccccccccccc 2 θθ + vv 2 ssssssss + + uuvv2 2 + gggg uu2 2 gggg uu2 uuvv2 AA xx ttttttttttssssss 2 θθ + gggg 2 uu gggg uu2 uuvv2 AA xx ttcccccc 2 θθθθθθθθθθ + gggg 2 uu cccccccc + ssssssss + ssssssss + cccccccc + AA yy ttssssss 3 θθ + 2 uuuuuuuuuuuu + AA yy ttttttttttssssss 2 θθ + AA yy ttttttttttssssss 2 θθ 2 uu vvvvvvvvvv + gggg uu2 uuvv2 AA 2 2 yy ttcccccc 2 θθθθθθθθθθ + AA zz ttssssss 2 θθ + gggg uu2 uuvv2 AA zz tttttttttttttttttt + vvvv + uu 2 vvvvvvvvvv + uuuu 2 ssssssss + gggg uu 2 cccccccc gggg uu 2 ssssssss AA xx cccccccc + AA yy cccccccc + AA zz cccccccc gg uu 2 SS xx + SS yy = 0 b. Persamaan Kekekalan Momentum Pada Arah Sumbu yy Seperti halnya pada arah sumbu xx, berlaku vv + ρρρρ. UU. vv = FF Jika dijabarkan dapat ditulis sebagai vv = FF ρρρρ xxvvvvvvvvvv + ρρρρ yyvvvvvvvvvv + ρρρρ zzvvvvvvvvvv (9)

37 Dengan mensubstitusikan Persamaan (2) (6) dan Persamaan (9) ke Persamaan (7), maka diperoleh persamaan kekekalan momentum ke arah sumbu y sebagai berikut : vv + vv 2 vv2 AA xx cccccc 2 θθ + vv 2 cccccccc + uuvv2 + gggg vv2 AA xxcccccccccccccccc + vv2 gggg vv2 ssssssss + 2 vv2 AA yy cccccccccccccccc + 2 uuvvssθθ + uuvv2 vv2 AA xx ttttttttttssssss 2 θθ + uuvv2 AA 2 xx ttssssss 3 θθ + vv3 + gggg vv2 2 AA yy ttssssss 3 θθ + 3 vv 2 ssssssss + gggg vv2 vv3 AA xx ttcccccc 2 θθθθθθθθθθ + AA 2 xx ttttttttttssssss 2 θθ + + gggg vv2 gggg vv2 vv3 AA yy ttttttttttssssss 2 θθ + gggg 2 vv cccccccc + ssssssss + AA yycccccc 2 θθ + uuvv2 + gggg vv2 AA 2 2 yy ttttttttttssssss 2 θθ vv2 cccccccc + gggg vv2 vv3 AA 2 yyttcccccc 2 θθθθθθθθθθ + gggg 2 vv cccccccc ssssssss + 2 vv 2 AA zz cccccccc + uuvv2 gggg vv2 AA zz ttssssss 2 θθ + gggg vv2 vv3 AA zz tttttttttttttttttt + vvvv + uuvv 2 cccccccc + vv 3 ssssssss + gggg vv 2 cccccccc + ssssssss AA xx cccccccc + AA yy cccccccc + AA zz cccccccc gg vv 2 SS xx + SS yy = 0 c. Persamaan Kekekalan Momentum pada Arah Sumbu zz Seperti halnya pada arah sumbu xx dddddd yy, berlaku ww + ρρρρ. UU. ww = FF Jika dijabarkan dapat ditulis sebagai ww = FF AA xxwwwwwwwwww + AA yywwwwwwwwww + AA zzwwwwwwwwww (10)

38 Dengan mensubstitusikan Persamaan (2) (6) dan Persamaan (10) ke Persamaan (7), maka diperoleh persamaan kekekalan momentum ke arah sumbu z sebagai berikut : ww + vvvvaa xxcccccc 2 θθ + wwwwwwwwwwww + uuuuuu + ρρρρ ww2 AA xx ttttttttttssssss 2 θθ + vv2 ww ρρρρ ww2 AA xx ttcccccc 2 θθθθθθθθθθ + vvvv AA xxcccccccccccccccc + vvvv ssssssss + uuuuuu ρρρρ ww2 AA 2 2 xx ttssssss 3 θθ + vv2 ww + ρρρρ ww2 AA 2 2 xx ttttttttttssssss 2 θθ + vvvvaa yycccccccccccccccc + uuuuuuuuuuuu + 2 vvvvvvvvvvvv + uuuuuu + ρρρρ ww2 AA yy ttssssss 3 θθ + vv2 ww ρρρρ ww2 AA yy ttttttttttssssss 2 θθ + vvvv AA yycccccc 2 θθ + + uuuu ssssssss 2 vvvv cccccccc + uuuuuu + ρρρρ ww2 AA 2 2 yy ttttttttttssssss 2 θθ + vv2 ww ρρρρ ww2 AA 2 2 yy ttcccccc 2 θθθθθθθθθθ + uuuuuuuuuuuu + vv2 ssssssss + ρρρρ 2 ww cccccccc + ssssssss + cccccccc vv2 + ρρρρ 2 ww cccccccc ssssssss + vvvvaa zz cccccccc + uuuuuu AA zz ttssssss 2 θθ + AA zz tttttttttttttttttt + + ρρρρ ww2 vv2 ww ρρρρ ww2 vvvv + uuuuuuuuuuuuuu + vv 2 wwwwwwwwww + ρρρρ ww 2 cccccccc + ssssssss AA xx cccccccc + AA yy cccccccc + AA zz cccccccc gg ww 2 SS xx + SS yy = 0

39 B. Penyelesaian Numerik Berdasarkan rumus yang tertulis pada Tugas Akhir Kajian Karakteristik Sedimentasi di Pertemuan Dua Sungai Menggunakan Metode Meshles Local Petrov-Galerkin dan Simulasi Fluent (Sholikin,M. 2011), persamaan kekekalan massa yang berlaku pada pipa yang alirannya menikung adalah sebagai berikut : + + = 0 karena h = konstan, maka persamaan tersebut dapat ditulis : + = 0 dapat ditulis dengan, = (11)

Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan

Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan JURNAL SAINS POMITS Vol. 1, No. 1, 2013 1-6 1 Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan Annisa Dwi Sulistyaningtyas, Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL

PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL Oleh: Yuyun Indah Trisnawati (1210 100 039) Dosen Pembimbing: Prof. DR. Basuki Widodo,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc. TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MENGGUNAKAN METODE MESHLESS LOCAL PETROV- GALERKIN DAN SIMULASI FLUENT OLEH : Mochamad Sholikin (1207 100 056) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Pengaruh Laju Aliran Sungai Utama Dan Anak Sungai Terhadap Profil Sedimentasi Di Pertemuan Dua Sungai Model Sinusoidal Yuyun Indah Trisnawati dan Basuki Widodo Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

KAJIAN KELENGKUNGAN PERSAMAAN

KAJIAN KELENGKUNGAN PERSAMAAN KAJIAN KELENGKUNGAN PERSAMAAN KURVA DI RR Iis Herisman, Komar Baihaqi Jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya iis@matematikaitsacid, komar@matematikaitsacid Abstrak Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pipa Sistem perpipaan dapat ditemukan pada hampir semua jenis industri, dari sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat kompleks. 1. Sistem

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

PENDEKATAN NUMERIK KONTROL SISTEM PILOT OTOMATIS UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT DENGAN METODE PARKER-SOCHACKI

PENDEKATAN NUMERIK KONTROL SISTEM PILOT OTOMATIS UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT DENGAN METODE PARKER-SOCHACKI PENDEKATAN NUMERIK KONTROL SISTEM PILOT OTOMATIS UNTUK GERAK LONGITUDINAL PESAWAT DENGAN METODE PARKER-SOCHACKI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program

Lebih terperinci

Tugas Akhir ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI

Tugas Akhir ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI Tugas Akhir ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI Oleh: DANANG BAGIONO 1206 0 702 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. Drs. Kamiran, M.Si. JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Fluida 2.1.1 Pengertian Fluida Fluida didefinisikan sebagai zat yang berdeformasi terus-menerus selama dipengaruhi suatu tegangan geser. Tegangan (gaya per satuan luas) geser

Lebih terperinci

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan J. of Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No. 1 004, 63 68 Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan Basuki Widodo Jurusan Matematika Institut

Lebih terperinci

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA Oleh : Farda Nur Pristiana 1208 100 059 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S (Oct 4, 01) Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S Suatu tikungan mempunyai data dasar sbb: Kecepatan Rencana (V R ) : 40 km/jam Kemiringan melintang maksimum (e max ) : 10 % Kemiringan melintang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan digunakan sebagi landasan pembahasan untuk bab III. Materi yang akan diuraikan antara lain persamaan diferensial,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dikemukakan teori-teori yang mendukung pembahasan penyelesaian persamaan diferensial linier tak homogen dengan menggunakan metode fungsi green antara lain: persamaan

Lebih terperinci

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S (Oct 5, 01) Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S Suatu tikungan mempunyai data dasar sbb: Kecepatan Rencana (V R ) : 40 km/jam Kemiringan melintang maksimum (e max ) : 10 % Kemiringan melintang

Lebih terperinci

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PENGERTIAN Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Macam Aliran 1. Invisid dan viskos 2. Kompresibel

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD

Lebih terperinci

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut.

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut. KINEMATIKA ZAT CAIR Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut. Jenis aliran. Aliran inisid dan iskos Aliran inisid aliran dengan kekentalan zat cair μ 0 (zat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa 4 BAB II DASAR TEORI 1.1 Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan

Lebih terperinci

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Didasarkan pada tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Dalam ulasan ini, fluida yang lebih banyak dibahas

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut : 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi sistem koordinat silinder, aliran fluida pada pipa lurus, persamaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam BAB III PEMBAHASAN A. Formulasi Model Matematika Secara umum virus merupakan partikel yang tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)

Lebih terperinci

Oleh: STAVINI BELIA

Oleh: STAVINI BELIA FLUIDA DINAMIS Oleh: STAVINI BELIA 14175034 TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat menjelaskan prinsip kontinuitas dan prinsip bernaulli pada fluida dinamik dalam kehidupan seharihari. 2. Siswa dapat menganalisis

Lebih terperinci

Penyelesaian : Latihan : Tentukan persamaan garis a. Melalui (3, 0) dan (0, 6) b. Melalui (0, 1) dan (4, 0) c. 3 x

Penyelesaian : Latihan : Tentukan persamaan garis a. Melalui (3, 0) dan (0, 6) b. Melalui (0, 1) dan (4, 0) c. 3 x Latihan : Tentukan persamaan garis a. Melalui (3, 0) dan (0, 6) b. Melalui (0, 1) dan (4, 0) c. y 3 x 9 3. Hubungan dua buah garis Letak dua buah garis y = m 1 x + c 1 dan y = m 2 x + c 2 dalam satu bidang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

FISIKA FLUIDA YUSRON SUGIARTO, STP, MP, MSc yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id. Didit kelas D: Arga kelas G:

FISIKA FLUIDA YUSRON SUGIARTO, STP, MP, MSc yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id. Didit kelas D: Arga kelas G: FISIKA FLUIDA YUSRON SUGIARTO, STP, MP, MSc yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id Didit kelas D: 08574577471 Arga kelas G: 085694788741 Fluida Mengalir MENU HARI INI Kontinuitas Persamaan Bernouli Viskositas

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI. Oleh : Kamiran Danang Bagiono

ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI. Oleh : Kamiran Danang Bagiono ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI Oleh : Kamiran Danang Bagiono Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ddbagioo@gmail.com

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Kawasan mandiri ini berkembang pesat, lengkap dengan berbagai fasilitas

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Kawasan mandiri ini berkembang pesat, lengkap dengan berbagai fasilitas BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.. Gambaran Umum Kawasan Jababeka Kawasan Jababeka adalah kawasan terintegrasi yang menawarkan kawasan bisnis dan pemukiman eksklusif dengan lokasi strategis berkonsep lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN UMUM TURBIN TESLA Turbin Tesla merupakan salah satu turbin yang memanfaatkan energi fluida dan viskositas fluida untuk menggerakkan turbin. Konsep turbin tesla ditemukan

Lebih terperinci

Macam Aliran : Berdasarkan Cara Bergerak Partikel zat cair :

Macam Aliran : Berdasarkan Cara Bergerak Partikel zat cair : Mempelajari gerak partikel zat cair pada setiap titik medan aliran di setiap saat, tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak aliran di setiap saat, tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut.

Lebih terperinci

Kontrol Fuzzy Takagi-Sugeno Berbasis Sistem Servo Tipe 1 untuk Sistem Pendulum-Kereta

Kontrol Fuzzy Takagi-Sugeno Berbasis Sistem Servo Tipe 1 untuk Sistem Pendulum-Kereta JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., () ISSN: 7-59 (-97 Print) B-7 Kontrol Fuzzy Takagi-Sugeno Berbasis Sistem Servo Tipe untuk Sistem Pendulum-Kereta Helvin Indrawati dan Trihastuti Agustinah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis 1 BAB FLUIDA 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis Massa Jenis Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Yang termasuk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. pengembangan sistem yang menggunakan metode SDLC (System Development

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. pengembangan sistem yang menggunakan metode SDLC (System Development BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN A. Implementasi Implementasi adalah suatu proses penerapan rancangan program yang telah dibuat kedalam sebuah pemrograman sesuai dengan rencana yang telah di rancang sebelumnya

Lebih terperinci

Analisa Dan Simulasi Model Quaternion Untuk Keseimbangan Pesawat Terbang

Analisa Dan Simulasi Model Quaternion Untuk Keseimbangan Pesawat Terbang JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., () -6 Analisa Dan Simulasi Model Quaternion Untuk Keseimbangan Pesawat Terbang Rizki Fauziah, Kamiran Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xv ABSTRACT...

Lebih terperinci

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431 PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 203 KODE 43. Persamaan lingkaran dengan pusat (,) dan menyinggung garis 3xx 4yy + 2 0 adalah Sebelum menentukan persamaan lingkarannya, kita tentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian LAMPIRAN LAMPIRAN Surat Ijin Melakukan Penelitian Lampiran Surat Ijin Melakukan Uji Instrumen Penelitian Lampiran Surat Keterangan Uji Pakar Insrtumen Lampiran 4 Surat Keterangan Melakukan Uji

Lebih terperinci

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Fluida Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-moleku1di dalam fluida mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

BAB IV MATERI KERJA PRAKTEK

BAB IV MATERI KERJA PRAKTEK BAB IV MATERI KERJA PRAKTEK 4.1. Gambaran Umum Proyek yang penulis dapatkan berawal dari keperluan untuk membuat website Angel Eyes Cloth yang merupakan UKM yang bergelut di bidang clothing. Briefing yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan horizontal.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji kerja daya sisip dari citra terhadap pesan menggunakan kecocokan nilai warna terhadap pesan berbahasa

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PADA KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN CHILLER WATER REFRIGERASI ABSORPSI MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH 3 -H 2 O) Nama Mahasiswa : Radityo Dwi Atmojo

Lebih terperinci

Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye

Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol.7 No.2 (2013) Hal. 12-19 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER MELALUI DIAGONALISASI MATRIKS Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika fluida adalah salah satu disiplin ilmu yang mengkaji perilaku dari zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak dan interaksinya dengan benda padat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 tegangan bidang pada (a) pelat dengan lubang (b) pelat dengan irisan (Daryl L. Logan : 2007) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 tegangan bidang pada (a) pelat dengan lubang (b) pelat dengan irisan (Daryl L. Logan : 2007) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Balok tinggi adalah elemen struktur yang dibebani sama seperti balok biasa dimana besarnya beban yang signifikan dipikul pada sebuah tumpuan dengan gaya tekan yang menggabungkan

Lebih terperinci

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering disebut sebagai zat alir. Fasa zat cair dan gas termasuk ke

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Pasal I...

MEMUTUSKAN : Pasal I... PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 64/Menhut-II/2008 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.13/MENHUT-II/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan hasil tinjauan pustaka tentang definisi, konsep, dan teori-teori yang terkait dengan penelitian ini. Adapun pustaka yang dipakai adalah konsep perambatan

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta FLUIDA DINAMIS Ada tiga persamaan dasar dalam hidraulika, yaitu persamaan kontinuitas energi dan momentum. Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

APLIKASI METODE STATE FEEDBACK LINEARIZATION PADA SISTEM KENDALI GERAK KAPAL

APLIKASI METODE STATE FEEDBACK LINEARIZATION PADA SISTEM KENDALI GERAK KAPAL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (13) 1-6 1 APLIKASI METODE STATE FEEDBACK LINEARIZATION PADA SISTEM KENDALI GERAK KAPAL Dwi Ariyani Khalimah, DR. Erna Apriliani, M.Si Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Pengantar Oseanografi V

Pengantar Oseanografi V Pengantar Oseanografi V Hidro : cairan Dinamik : gerakan Hidrodinamika : studi tentang mekanika fluida yang secara teoritis berdasarkan konsep massa elemen fluida or ilmu yg berhubungan dengan gerak liquid

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro atau biasa disebut PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air sama halnya dengan PLTA, hanya

Lebih terperinci

BAB IV MATERI KERJA PRAKTEK

BAB IV MATERI KERJA PRAKTEK BAB IV MATERI KERJA PRAKTEK 4.1 Perancangan Desain layout iklan interaktif Cheesy Ria Pzza Hut Praktikan ditempatkan pada bagian desain grafis (Graphic Designer) lebih tepatnya junior designer. Selama

Lebih terperinci

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2 MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2 Pendidikan S1 Pemintan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Program Studi Imu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Analisa evaporator dilakukan secara simulasi 3D dengan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Analisa evaporator dilakukan secara simulasi 3D dengan menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Analisa evaporator dilakukan secara simulasi 3D dengan menggunakan software ansys 15.0. Analisa simulasi evaporator dilakukan dengan menggunakan data-data seperti panas (heat

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Meshless Local Petrov- Galerkin (MLPG) Pada Permasalahan Sedimentasi Model Sungai Shazy Shabayek BY SOFWAN HADI

Aplikasi Metode Meshless Local Petrov- Galerkin (MLPG) Pada Permasalahan Sedimentasi Model Sungai Shazy Shabayek BY SOFWAN HADI Aplikasi Metode Meshless Local Petrov- Galerkin (MLPG) Pada Permasalahan Sedimentasi Model Sungai Shazy Shabayek BY SOFWAN HADI Latar Belakang Sungai merupakan tempat untuk mengalirkan air menuju ke laut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

Herlyn Basrina, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

Herlyn Basrina, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon SOLUSI DARI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINIER ORDE 2 DALAM BENTUK POLINOMIAL TAYLOR Herlyn Basrina, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa Penyempitan Arteri Dan Dengan Penyempitan Arteri

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa Penyempitan Arteri Dan Dengan Penyempitan Arteri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Darah merupakan komponen penting di dalam tubuh sebagai alat transportasi untuk metabolisme tubuh. Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner. BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum, pada bab ini membahas mengenai kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu, grup, transformasi, translasi, refleksi, rotasi, glide/refleksi geser, grup simetri,

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. Ciri-ciri umum dari aliran fluida :

FLUIDA DINAMIS. Ciri-ciri umum dari aliran fluida : FLUIDA DINAMIS Dalam fluida dinamis, kita menganalisis fluida ketika fluida tersebut bergerak. Aliran fluida secara umum bisa kita bedakan menjadi dua macam, yakni aliran lurus alias laminar dan aliran

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinematika adalah tinjauan gerak partikel zat cair tanpa memperhatikan gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Kinematika mempelajari kecepatan disetiap titik dalam medan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Air adalah karunia Allah SWT yang secara alami ada di seluruh muka bumi. Makhluk hidup, termasuk manusia sangat tergantung terhadap air. Untuk kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

Siti Sulistiani, Oni Soesanto, M. Mahfuzh Shiddiq

Siti Sulistiani, Oni Soesanto, M. Mahfuzh Shiddiq PENENTUAN LOKASI TERBAIK LINGKUNGAN PERUMAHAN DI PERKOTAAN DENGAN PENDEKATAN FUZZY Siti Sulistiani, Oni Soesanto, M. Mahfuzh Shiddiq Program Studi Matematika Fakultas MIPA Unlam Email: sulistiani51@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa titik ke satu titik atau beberapa titik lainnya. Sistem perpipaan (piping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa titik ke satu titik atau beberapa titik lainnya. Sistem perpipaan (piping BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Sistem Perpipaan Pipa digunakan untuk mengalirkan fluida (zat cair atau gas) dari satu atau beberapa titik ke satu titik atau beberapa titik lainnya. Sistem perpipaan (piping

Lebih terperinci

ATURAN-ATURAN DASAR GAMBAR TEKNIK

ATURAN-ATURAN DASAR GAMBAR TEKNIK TURN-TURN DSR GMR TEKNIK. HURUF dan NGK TEKNIK Huuf dan angka yang biasa digunakan dalam gamba teknik ada dua type, yaitu :. Type ( Tegak/miing 75 0 ) : Untuk huuf besa/kapital, tebal gais /4 h, dimana

Lebih terperinci

TEOREMA FUNDAMENTAL PADA KALKULUS VEKTOR

TEOREMA FUNDAMENTAL PADA KALKULUS VEKTOR TEOREMA FUNDAMENTAL PADA KALKULUS VEKTOR Interpretasi Geometri dari Derivatif Vektor Jika C adalah kurva yang dinyatakan dalam bentuk fungsi vektor r(t) = x(t)i + y(t)j + z(t)k maka:. Derivatif dari kurva

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Dalam model simulasi, proses transfer molding,fluida cair yang digunakan diasumsikan taktermampatkan dan persamaan yang menggambarkan aliran fluida cair adalahpersamaan governing

Lebih terperinci

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Nama :... Kelas :... FLUIDA Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Kompetensi dasar : 8.. Menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERPINDAHAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN BATAS PADA PELAT DATAR

ANALISIS PENGARUH PERPINDAHAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN BATAS PADA PELAT DATAR ANALISIS PENGARUH PERPINDAHAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN BATAS PADA PELAT DATAR Oleh: 1) Umrowati, 2) Prof. DR. Basuki Widodo, M.Sc, 3) Drs. Kamiran, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com DR. M. DJAENI, ST, MEng JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2 DINAMIKA FLUIDA FLUIDA DINAMIS SIFAT UMUM GAS IDEAL Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (STEADY ) dan tak tunak (non STEADY) Aliran fluida dapat termanpatkan (compressibel) dan tak termanfatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Definisi II.A.: Aljabar (Wahyudin, 989:) Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk mengubah energi mekanik dari mesin penggerak pompa menjadi energi tekan fluida yang dapat membantu memindahkan fluida ke tempat yang

Lebih terperinci

Kompensasi Kesalahan Sensor Berbasis Descriptor Dengan Performa HH pada Winding Machine

Kompensasi Kesalahan Sensor Berbasis Descriptor Dengan Performa HH pada Winding Machine Proceeding Tugas Akhir-Juni 215 1 Kompensasi Kesalahan Sensor Berbasis Descriptor Dengan Performa HH pada Winding Machine Hendra Antomy, Trihastuti Agustinah Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR INTEGRASI VEKTOR Materi pokok pertemuan ke 11: 1. Integral Biasa 2. Integral Garis URAIAN MATERI Sebelum masuk ke integral garis, Anda pelajari dulu mengenai integral biasa dari vektor. Integral Biasa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2015 BNPB. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Penanggulangan Bencana. Pemberlakuan. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id DINAMIKA FLUIDA nurhidayah@unja.ac.id nurhidayah.staff.unja.ac.id Fluida adalah zat alir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengalir. Ada dua jenis aliran fluida : laminar dan turbulensi Aliran laminar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang pengolahan dan perindustrian air bersih bagi masyarakat

Lebih terperinci

PENURUNAN PERSAMAAN SAINT VENANT SECARA GEOMETRIS

PENURUNAN PERSAMAAN SAINT VENANT SECARA GEOMETRIS βeta p-issn: 2085-5893 e-issn: 2541-0458 Vol. 6 No. 2 (Nopember) 2013, Hal. 172-200 βeta2013 PENURUNAN PERSAMAAN SAINT VENANT SECARA GEOMETRIS Ayu Eka Pratiwi 1, Tri Widjajanti 2, Andi Fajeriani Wyrasti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB IV MATERI KERJA PRAKTIK

BAB IV MATERI KERJA PRAKTIK BAB IV MATERI KERJA PRAKTIK A. MEMBUAT DESAIN BANNER IKLAN WEBSITE Tugas yang diberikan pembimbing lapangan utuk membuat desain banner website Tangerang Kota dengan ketentuan ukuran yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN STUDY OF PROPERTIES OFZERO-DIVISOR GRAPH OF A COMMUTATIVE RING WITH UNITY Satrio Adi Wicaksono (1209 100 069) Pembimbing: Soleha,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci