UNIMED ISBN:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIMED ISBN:"

Transkripsi

1 UNIMED EMNATIKA PERBEDAAN HAIL BELAJAR IWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR HARE (TP) DAN TIPE TUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVIION (TAD) PADA MATERI RELAI DAN FUNGI DI KELA VIII MP Kharan yahftr 1, Andrayana aputr Prod Penddkan Matematka Pascasarjana, Unverstas Neger Medan FMIPA Unverstas Neger Medan. Emal: Abstrak Peneltan n bertujuan untuk mengetahu perbedaan hasl belajar matematka yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf tpe TP (Thnk Par hare) dan tpe TAD (tudent Teams Achevement Dvson) d MP Brgjen Katamso Medan. Desan peneltan n adalah quas expermental desgn. ubjek peneltan n adalah sswa kelas VIII-8 dan VIII-9 MP Brgjen Katamso Medan. Kelas VIII-8 sebaga kelas ekspermen A (model pembelajaran kooperatf tpe TP dan kelas VIII-9 sebaga kelas kelas ekspermen B (model pembelajaran kooperatf tpe TAD.Teknk pengumpulan data dalam peneltan adalah teknk tes. Teknk analss data menggunakan statstk deskrptf dengan membandngkan nla rata-rata posttest kelas ekspermen A dan kelas ekspermen B. Berdasarkan hasl pengujan hpotesa d peroleh t htung =,568. Pada taraf sgnfkan α = 0.05 d peroleh harga t tabel =1,667. Karena t htung > t tabel yatu,568 > 1,667 maka Ha dterma, sehngga hasl belajar sswa yang dajar dengan mengunakan model (TP) lebh tngg dar pada Tpe tudent Achevement Dvson (TAD) pada mater relas dan fungs d kelas VIII MP Brgjen Katamso Medan. Kata Kunc :Model pembelajaran kooperatf tpe TAD, model pembelajaran kooperatf tpe TP, hasl belajar matematka. Ths study ams to determne the dfferences n the results of studyng mathematcs taught by cooperatve learnng model TP(Thnk Par hare)and TAD (tudentteams Achevement Dvson)n junor Brg Katamso Medan. Ths study desgn s quas-expermentaldesgn. The subjects were students of class VIII-8 and VIII-9 junor Brgjen Katamso Medan. VIII-8 as the expermental class A (cooperatve learnng model TP, and VIII-9 as an expermental class class B (cooperatve learnng model TAD.Teknk data collecton n the study are engneerng test. Data were analyzed usng descrptve statstcs to compare average values posttest expermental class A and class B experment. Based on test results obtaned hypothess t =.568. at the sgnfcant level α = 0:05 n the prce obtaned t table = Because t count> t table s.568 > so Ha s receved, so that the learnng outcomes of students who are taught by usng cooperatve learnng model Thnk Par hare (TP) s hgher than the type student Achevement Dvson (TAD) on the materal relatons and functons n class VIII MP Brgjen Katamso Medan.

2 I. PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK dewasa n menuntut semua phak untuk menngkatkan penddkan sehngga memacu duna penddkan untuk berpola pkr cepat, cermat, tepat dan akurat sehngga dperlukan generas penerus bangsa yang bermutu tngg. Penddkan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta ddk secara aktf mengembangkan potens drnya untuk memlk kekuatan sprtual keagamaan, pengendalan dr, keprbadan, kecerdasan, akhlak mula, serta keteramplan yang dperlukan drnya dan masyarakat. epert yang dungkapkan oleh Ihsan (005:5) bahwa : Penddkan tdak hanya dpandang sebaga usaha pemberan nformas dan pembentukan ketramplan saja, namun dperluas sehngga mencakup usaha untuk mewujudkan kengnan, kebutuhan dan kemampuan ndvdu sehngga tercapa pola hdup prbad dan sosal yang memuaskan, penddkan bukan semata-mata sebaga sarana untuk persapan kehdupan yang akan datang, tetap untuk kehdupan anak sekarang yang sedang mengalam perkembangan menuju ke tngkat kedewasaannya. D dalam duna penddkan, matematka memegang peranan yang cukup pentng. Banyak yang telah dsumbangkan matematka untuk kemajuan peradaban manusa. Erlangga (dalam Julana, 006:1) menyatakan: Matematka sebaga lmu dasar, memegang peranan yang cukup pentng dalam banyak bdang lmu terapan. etelah sukses dterapkan dalam bdang astronom dan mekanka, matematka telah berkembang menjad alat analss yang pentng dalam bdang fska dan juga engneerng. Dengan demkan matematka telah menjad komponen esensal dalam kegatan hdup. elan tu, tanpa bantuan matematka, maka semua lmu pengetahuan tdak akan sempurna. Hal n sesua dengan yang dungkapkan Nrwana (dalam Yanuarn, 010:1) bahwa: Dalam perkembangan peradaban modern, matematka memegang peranan yang pentng, karena dengan bantuan matematka, semua lmu pengetahuan menjad sempurna. Tanpa bantuan matematka, semua tdak akan mendapat kemajuan berart. Mengngat besarnya peranan matematka, maka tdak heran jka pelajaran matematka dberkan pada setap jenjang mula dar prasekolah (TK), D, LTP, LTA, sampa pada perguruan tngg. Bahkan matematka djadkan salah satu tolak ukur kelulusan sswa melalu dujkannya matematka dalam ujan nasonal. Namun tnggnya tuntutan untuk menguasa matematka tdak berbandng lurus dengan hasl belajar matematka sswa. Pada kenyataannya hasl pembelajaran matematka mash memprhatnkan. Kenyataan yang ada menunjukkan hasl belajar sswa pada bdang stud matematka kurang menggembrakan. epert yang dungkapkan oeksno (009) bahwa: Hasl tes dagnostk yang dlakukan oleh uryanto dan omerset d 16 sekolah menengah beberapa provns d Indonesa mengnformaskan bahwa hasl tes pada mata pelajaran matematka sangat rendah. Hasl dar TIM-Thrd Internatonal Mathematcs and cence tudy menunjukkan Indonesa pada mata pelajaran matematka berada d perngkat 34 dar 38 negara. Berdasarkan hasl wawancara yang dlakukan terhadap salah seorang guru mata pelajaran matematka kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan, Bapak Drs. Yuzad mengatakan bahwa sswa tdak menyuka pelajaran matematka dsebabkan karena pengetahuan dasar sswa mash kurang, sehngga sswa merasa matematka adalah pelajaran yang sult. Dar hasl wawancara tersebut juga dperoleh bahwa untuk pelajaran matematka sswa pada kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan, nla maksmal yang dperoleh sswa dalam pembelajaran matematka mencapa nla 95. Namun dsayangkan hanya 5% atau 4 sswa yang mencapa nla 95. Nla mnmal dbawah 65 yatu 30 (dbawah KKM). In menunjukkan bahwa nla yang dperoleh sswa mash rendah. alah satu mater pelajaran dalam matematka yatu mater Relas dan Fungs. Dalam pelajaran matematka sswa kelas VIII mengalam beberapa kesultan pada mater Relas dan Fungs. Dar wawancara terhadap guru matematka kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan, Bapak Drs. Yuzad terungkap bahwa sswa mengalam kesultan pada mater

3 Relas dan Fungs dkarenakan pengetahuan dasar sswa mash kurang, msalnya pada soal dketahu fungs f(x) = 3x 5x + 3, tentukan f(- 3). Dar soal tersebut sswa tdak tahu bagamana penerapannya dkarenakan pengetahuan dasarnya mash kurang. Berdasarkan hasl survey penelt d kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan berupa pemberan tes pada tanggal 13 Me 013, ternyata banyak sswa yang tdak mampu menjawab dengan benar tentang konsep-konsep dasar yang berkatan dengan mater Relas dan Fungs, dmana dar 40 sswa yang dberkan tes dperoleh nla tertngg mencapa nla 65 dan nla terendah mencapa nla 5, dapat dkatakan bahwa hanya 5% atau sswa yang mendapatkan nla 65 dan 95% atau 38 sswa lannya mendapatkan nla d bawah 65. Hal n menunjukkan bahwa mash banyak sswa tdak mencapa nla KKM matematka yatu 65 dan kemampuan sswa terhadap mater Relas dan Fungs mash rendah. Rendahnya hasl belajar juga dapat dsebabkan oleh kurangnya pemahaman sswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam matematka yang dpandang merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus d hafal. Oleh karena tu guru harus mencar cara yang dapat membuat sswa tertark dalam mempelajar matematka. edangkan faktor lan yang mempunya andl yang sangat pentng dalam menentukan keberhaslan belajar matematka adalah pemlhan model pembelajaran, Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatas kejenuhan sswa dalam menerma pelajaran matematka. Van De Walle (001) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematka, guru harus menghentkan cara mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensonal yang hanya membertahukan segala sesuatunya kepada sswa dan harus drubah dengan memberkan kesempatan kepada sswa untuk memaham matematka yang sedang mereka pelajar. elan tu, guru juga harus membuat suasana kelas menjad menyenangkan dan membuat setap de-de dar sswa dharga. Dengan demkan, sswa akan merasa nyaman dan tdak takut de-denya salah. Peran guru dalam pembelajaran matematka adalah memberkan semangat melakukan penyeldkan,memberkan kepercayaan dan member harapan. Dalam stuas tu, sswa dajak mengerjakan matematka secara aktf dalam memaham mater, menguj de-denya, membuat dugaan, member alasan dan menjelaskan hasl karyanya. Van De Walle (001) menjelaskan bahwa para sswa dapat melakukan kegatan tersebut dengan bekerja secara kelompok, berpasangan, atau secara ndvdu, tetap mereka selalu berdskus dan berbag de. Penggunaan model pembelajaran kooperatf juga dpandang sesua oleh Vgotsky untuk dterapkan dalam pembelajaran Matematka. ecara formal Vygotsky (dalam uyono dan Haryanto, 009) mendefnskan ZPD (Zone of Proxmal Development) sebaga jarak antara tngkat perkembangan aktual, yang dtentukan melalu pemecahan masalah yang dapat dselesakan secara ndvdu dengan tngkat perkembangan potensal yang dtentukan melalu pemecahan masalah d bawah bmbngan orang dewasa atau dengan cara berkolaboras dengan teman teman sebayanya. Dalam konsep ZPD, agar mampu menngkatkan perkembangan aktualnya menjad pekembangan potensal, maka dperlukan penguatan melalu kerjasama dengan teman sebaya yang berkemampuan. swa akan lebh mudah menemukan dan memaham konsepkonsep yang sult jka mereka salng mendskuskan masalah tersebut dengan temannya dalam kelompok kecl. Oleh karena tu, peran teman sebaya yang lebh kompeten sangatlah pentng. Vgotsky (dalam uyono dan Haryanto, 009) berpendapat bahwa nteraks ndvdu dengan orang lan merupakan faktor pentng yang dapat mendorong perkembangan kogntf seseorang. elan tu, pembelajaran akan berjalan efektf dan efsen apabla anak belajar secara kooperatf dengan anak-anak yang lan dalam lngkungan yang kondusf serta mendapat bmbngan dar seseorang yang lebh mampu atau lebh dewasa. Berdasarkan pernyataan d atas, maka pemahaman tentang pertukaran de-de baru atau serng dsebut transfer de dapat mendukung dterapkannya model kooperatf pada pembelajaran matematka. Cooperatve learnng menurut lavn (005: 4) merujuk pada berbaga macam model pembelajaran d mana para sswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecl yang terdr dar berbaga tngkat prestas, jens kelamn, dan latar belakang etnk yang berbeda untuk salng membantu satu sama lan dalam mempelajar mater pelajaran. Dengan dterapkannya model pembelajaran kooperatf d kelas, maka dharapkan dapat menjadkan sswa terlbat aktf dalam kegatan pembelajaran, bak dalam hal berkomunkas dan

4 bekerja sama pada saat kegatan dskus maupun salng membantu antar sesama anggota yang mengalam kesultan belajar. Dengan demkan, juga dharapkan dapat berdampak pada hasl belajar matematka sswa menjad optmal. Model pembelajaran kooperatf yang mengutamakan kerjasama dan keterlbatan sswa dalam pembelajaran dantaranya adalah model pembelajaran kooperatf tpe TP (Thnk Par har dan model pembelajaran kooperatf tpe TAD (tudent Teams Achevement Dvson). Arends (008) menyatakan bahwa model pembelajaran Thnk Par hare(tp) atau berpkr berpasangan berbag adalah model pembelajaran yang menantang asums bahwa semua restas atau dskus perlu dlakukan dalam settng seluruh kelompok, dan memlk prosedur-prosedur bult-n untuk memberkan lebh banyak waktu kepada sswa untuk berpkr, untuk merespon, dan untuk salng membantu. Le (00) menyatakan tentang kelebhan model kooperatf tpe TP yatu sswa memlk waktu lebh banyak untuk berfkr, menjawab, dan salng membantu satu sama lan. elan tu, sswa dapat lebh aktf dalam pembelajaran karena menyelesakan tugasnya dalam kelompok yang hanya terdr dar orang. swa juga memperoleh kesempatan untuk mempresentaskan hasl dskusnya dhadapan seluruh sswa sehngga de-de dapat menyebar ke seluruh sswa lavn (005), menyatakan bahwa TAD merupakan model pembelajaran kooperatf yang palng sederhana. Guru membag peserta ddk menjad kelompok-kelompok yang terdr dar 4-5 orang d mana setap kelompok memlk anggota-anggota yang heterogen. Anggotaanggota yang heterogen n terdr dar lak-lak dan perempuan, berasal dar berbaga suku, memlk kemampuan tngg, sedang, dan rendah. lavn (005) menyatakan terdapat lma komponen utama dalam pembelajaran TAD, yatu presentas kelas, tm, kus, skor kemajuan ndvdual, dan rekogns tm. Rusman (011: 14) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatf tpe TAD memlk kelebhan memacu sswa agar salng mendorong dan membantu satu sama lan untuk menguasa keteramplan yang dajarkan guru. elan tu, sswa dapat berkerja sama dan bertukar pkran, serta mendorong teman sekelompok untuk menyelesakan tugas yang dberkan guru dengan kemampuan terbaknya. Tujuan dar peneltan n yatu untuk mengetahu apakah hasl belajar sswa yang dajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf Tpe Thnk Par hare (TP) lebh tngg darpada tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) pada mater Relas dan Fungs d kelas VIII MP wasta Brgjen Katamso. II. METODE Lokas dan waktu peneltan Peneltan dlaksanakan pada semester ganjl d MP wasta Brgjen Katamso Medan. Populas dan sampel Populas dalam peneltan n seluruh sswa kelas VIII MP wasta Brgjen Katamso Medan. Pengamblan sampel dlakukan sepert mengambl undan. Pengamblan undan pertama dtentukan sebaga kelas ekspermen A sedangkan pengamblan undan kedua dtentukan sebaga kelas ekspermen B, sehngga dperoleh kelas VIII-8 yang berjumlah 40 sswa sebaga kelas ekspermen A dajarkan dengan tpe Thnk Par hare (TP) dan kelas VIII-9 yang berjumlah 40 sswa sebaga kelas ekspermen B dajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD). Defns operasonal Defns operasonal varabel dalam peneltan n adalah : 1. Belajar adalah suatu proses dar ndvdu yang berusaha untuk memperoleh perubahan perlaku secara keseluruhan dar tdak tahu menjad tahu sebaga hasl dar pengalaman yang bersfat relatf menetap dalam nteraks dengan lngkungannya.. Hasl belajar adalah kemampuan yang dperoleh sswa dalam aspek kogntf, afektf dan pskomotors setelah melakukan kegatan belajar. 3. Pembelajaran matematka adalah suatu proses nteraks dua arah dar seorang guru dan sswa yang darahkan untuk mengubah perlaku sswa kearah yang lebh bak terhadap masalah yang dhadapnya dalam matematka. 4. Pembelajaran kooperatf adalah pembelajaran yang membentuk kelompok kecl yang melbatkan sswa dalam bekerja secara

5 kolaboras untuk mencapa tujuan bersama dalam mencapa ketuntasan belajar. 5. Pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) adalah pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok kecl yang berpasangan untuk menngkatkan kemampuan sswa serta bekerja salng membantu antar sesama pasangan dalam menyampakan denya untuk ddskuskan sebelum dsampakan d depan kelas. 6. Pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) adalah pembelajaran yang membentuk kelompokkelompok kecl dengan jumlah anggota tap kelompok 4-5 orang sswa secara heterogen yang bertujuan untuk mengaktfkan sswa, sehngga sswa lebh aktf dalam proses belajar mengajar. Jens dan desgn peneltan Jens peneltan n adalah peneltan ekspermen. Desan peneltan n adalah Quas Ekspermental desagn. Desan ekspermen n merupakan pengembangan dar true expermental desgn, yang sult dlaksanakan. Pelaksanaanya dengan melbatkan dua kelompok ekspermen, yatu kelas VIII-8 yang berjumlah 40 sswa dajarkan dengan tpe Thnk Par hare (TP) yang dsebut sebaga kelas ekspermen A dan kelas VIII-9 yang berjumlah 40 sswa dajarkan dengan tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) yang dsebut sebaga kelas ekspermen B. Adapun bentuk rancangan yang dgunakan pada peneltan n dapat dlhat pada Tabel Tabel 1 Rancangan Peneltan Kelas Pretest Perlakuan Postest ampel Ekspermen T A 1 X 1 T Ekspermen T B 1 X T Keterangan : X 1 :Perlakuan yang akan dberkan pada kelas ekspermen A dengan model pembelajaran kooperatf tpe TP X :Perlakuan yang akan dberkan pada kelas ekspermen B dengan model pembelajaran kooperatf tpe TAD T 1: Tes awal (pretest) yang dberkan pada kelas ekspermen A dan kelas ekspermen B T :Tes akhr (postest) yang dberkan pada kelas ekspermen A dan kelas ekspermen B Prosedur Prosedur peneltan adalah tahap-tahap kegatan dengan seperangkat alat pengumpul data dan perangkat pembelajaran. Adapun tahapannya adalah sebaga berkut : 1. Tahap Persapan Pada tahap persapan, kegatan yang dlakukan adalah sebaga berkut : a. Menentukan tempat dan menyusun jadwal pelaksanaan peneltan yang dsesuakan dengan jadwal yang ada d sekolah. b. Menentukan populas dan sampel peneltan. c. Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) pada mater Relas dan Fungs dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) pada mater Relas dan Fungs. Rencana pembelajaran tap kelas dbuat dalam tga kal pertemuan, dmana satu kal pertemuan adalah x40 ment. d. Menyapkan alat pengumpul data, berupa pretest dan postest.. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, kegatan yang dlakukan adalah sebaga berkut : a. Menvaldkan soal nstrumen peneltan kemudan dlakukan uj valdtas tes, relabltas tes, tngkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. b. Memberkan pretest kepada kedua kelas untuk mengukur kemampuan awal sswa terhadap mater yang akan dajarkan pada kedua kelas tersebut serta untuk memperoleh sampel yang homogen. c. Mengadakan pembelajaran pada dua kelas dengan bahan dan waktu yang sama, hanya model pembelajaran yang berbeda. Untuk kelas ekspermen A dberkan perlakuan yatu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) dan kelas ekspermen B dberkan perlakuan yatu dengan model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD).

6 d. Memberkan postest kepada kedua kelas untuk mengukur tngkat penguasaan terhadap mater yang telah dajarkan. Waktu dan lama pelaksanaannya postest pada kedua kelas adalah sama. 3. Tahap Akhr Pada tahap akhr, kegatan yang dlakukan adalah sebaga berkut : a. Menghtung perbedaan antara hasl pretest dan hasl postest untuk masng-masng kelas. b. Membandngkan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) berkatan dengan perubahan lebh besar pada kelas ekspermen A. c. Melakukan uj hpotess hasl belajar sswa dengan menggunakan statstka t untuk menentukan apakah perbedaan skornya sgnfkan, yatu perbedaan tersebut cukup besar untuk menolak hpotess nol. Adapun bentuk rangkaan prosedur peneltan yang dgunakan pada peneltan n dapat dlhat pada Gambar 3.1. relabltas tes, tngkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Teknk analss data Dalam peneltan n data yang dolah adalah data hasl belajar sswa pada kelas ekspermen A (pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe TP) dan kelas ekspermen B (pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe TAD). Hpotests peneltan n danalss dengan dstrbus t. ebelum melakukan uj-t tersebut, terlebh dahulu dlakukan langkah-langkah sebaga berkut : 1. Menghtung Rata-rata kor Rata-rata skor dapat dcar dengan rumus : X X N (udjana, 005:67) Dmana : X = Mean (rata-rata) X = Jumlah skor sswa N = Banyaknya sswa. Menghtung tandard Devas tandard devas dapat dcar dengan rumus : N X ( X ) N( N 1) (udjana, 005:94) Dmana : = tandar Devas X = Jumlah skor total X = Jumlah kuadrat skor total N = Banyaknya sswa elanjutnya menghtung varans dengan memangkat duakan standard devas. Instrumen peneltan Instrument yang dlakukan dalam peneltan n adalah tes hasl belajar yang berupa soal plhan ganda dmana setap jawaban tes yang benar dber bobot 1 dan jawaban tes yang salah dber bobot 0. ebelum tes dujkan kepada sampel, penelt terlebh dahulu mengujcobakan tes kepada sswa yang sudah mempelajar mater Relas dan Fungs untuk melhat valdtas tes, 3. Uj Normaltas Untuk menguj apakah sampel berdstrbus normal atau tdak dgunakan uj normaltas Llefors. Langkah-langkahnya adalah sebaga berkut : a. Mencar blangan baku X X Dengan rumus : Z (udjana, 005:99)

7 X = Rata-rata sampel = mpangan baku b. Menghtung peluang F (z) = P(Z Z ) dengan menggunakan daftar dstrbus normal baku. c. Menghtung propors (z) Dengan rumus : z banyaknyaz Z Z Z 1,,... n d. Menghtung selsh F (z) - (z) kemudan dtentukan harga mutlaknya. e. Menentukan harga terbesar dar selsh harga mutlak F (z) - (z) sebaga L o. untuk menerma dan menolak dstrbus normal data peneltan dapatlah dbandngkan nla L o dengan nla krts L uj Llefors dengan taraf sgnfkan 0,05 dengan krtera pengujan : Jka L o L tabel maka sampel berdstrbus normal. Jka L o > L tabel maka sampel tdak berdstrbus normal. 4. Uj Homogentas Untuk melhat kedua kelas yang duj memlk kemampuan dasar yang sama terlebh dahulu duj kesamaan varansnya. Untuk menguj kesamaan varans dgunakan uj F sebaga berkut : H o : σ 1 = σ kedua populas mempunya varans yang sama. H a : σ 1 σ kedua populas mempunya varans yang berbeda. varans terbesar F = (udjana, 005:50) varans terkecl krtera pengujan adalah sebaga berkut : Jka F htung < F tabel maka H o dterma. Jka F htung F tabel maka H o dtolak. Dmana F α (v 1, v ) ddapat dar daftar dstrbus F dengan peluang α, sedangkan derajat kebebasan v 1 dan v masng-masng sesua dengan dk pemblang = (n 1 1) dan dk penyebut = (n 1) pemblang dan taraf nyata α = 0,05 5. Uj Hpotess Hpotess yang akan d uj drumuskan sebaga berkut : a. Hpotess Peneltan H o : Hasl belajar sswa yang dajar dengan tpe Thnk Par hare (TP) sama dengan tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) pada mater Relas dan Fungs d kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan T.A. 013/014 H a : Hasl belajar sswa yang dajar dengan tpe Thnk Par hare (TP) lebh tngg darpada tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) pada mater Relas dan Fungs d kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan T.A. 013/014 b. Hpotess tatstk H o : μ 1 = μ H a : μ 1 > μ c. Alternatf Pemlhan Uj t Data berasal dar populas yang homogen (σ 1 σ dan σ tdak dketahu), maka dgunakan rumus uj t yatu : t X 1 X n n (udjana, 005:39) Dengan ( n1 1) 1 ( n 1) n n 1 (udjana, 005:39) Keterangan : n 1 = Banyak sswa pada sampel kelas ekspermen A = mpangan baku kelas ekspermen B = mpangan baku gabungan dar s 1 dan s X 1 = Rata-rata skor sswa kelas ekspermen A X = Rata-rata skor sswa kelas ekspermen B d. Krtera Pengujan Terma H o jka t htung < t tabel dan tolak H o jka t htung > t tabel dengan dk = (n 1 + n ) dan peluang (1 α) dan taraf nyata α = 0,05

8 III. HAIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN Deskrps Hasl Peneltan Data pada peneltan n dperoleh dar tes awal yatu pretest hasl belajar yang dberkan sebelum dlakukan perlakuan dan tes akhr yatu postest hasl belajar yang dberkan setelah dlakukan perlakuan pada kelas ekspermen A dan ekspermen B. ebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model (TP) dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD), ada beberapa tahap yang dlakukan penelt untuk mencapa tujuan peneltan yakn tahap persapan yatu mempersapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, tes hasl belajar. edangkan tahap pelaksanaan, penelt menghtung rata-rata nla hasl tes hasl belajar sswa. Tabel Rekaptulas Hasl Pretest Dan Postest Hasl Belajar swa Rata-rata hasl pretest untuk kelas ekspermen A adalah 3,33 dan rata-rata hasl postest adalah 80,50. edangkan untuk kelas ekspermen B, rata-rata hasl pretest adalah 3,00 dan rata-rata hasl postest adalah 73,33. Pembahasan Berdasarkan hasl peneltan menunjukkan bahwa hasl belajar sswa yang dajar dengan tpe Thnk Par hare (TP) lebh tngg darpada tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) pada mater Relas dan Fungs d kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan T.A. 013/014. Hal tersebut terlhat dar hasl belajar sswa yang dajar dengan menggunakan model (TP) lebh tngg darpada tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) pada mater Relas dan Fungs d kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan T.A. 013/014. Rata-rata pretest untuk kelas ekspermen A dperoleh sebesar 3,33 dan standar devas 13,1. edangkan rata-rata pretest untuk kelas ekspermen B dperoleh sebesar 3,00 dan standar devas 11,4. Rata-rata postest untuk kelas ekspermen A dperoleh sebesar 80,50 dan standar devas 11,44. edangkan rata-rata postest untuk kelas ekspermen B dperoleh sebesar 73,33 dan standar devas 13,84. Dalam menngkatkan hasl belajar sswa pembelajaran yang dgunakan adalah pembelajaran dengan menggunakan model (TP). Pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) dapat menngkatkan kemampuan sswa dalam mengngat suatu nformas dan seorang sswa juga dapat belajar dar sswa lan serta salng menyampakan denya untuk ddskuskan sebelum dsampakan d depan kelas. Pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) dharapkan sswa dapat mengembangkan keteramplan berfkr dan menjawab dalam komunkas antara satu dengan yang lan, serta bekerja salng membantu dalam kelompok kecl yang terdr dar orang sswa (berpasangan). ementara Pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) terjad pembentukan kelompok-kelompok kecl dengan jumlah anggota tap kelompok 4-5 orang sswa secara heterogen yang bertujuan untuk mengaktfkan sswa, sehngga sswa lebh aktf dalam proses belajar mengajar. Tetap dalam model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) sswa dapat mendalam atau lebh memaham secara rnc dan detal dar apa mater yang dajarkan kepadanya tetap dalam dskus adakalanya hanya dkerjakan oleh beberapa sswa saja, sementara yang lannya hanya sekedar pelengkap saja. elan tu anggota kelompok pada model (TP) lebh sedkt dbandmgkan dengan anggota kelompok pada model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD). Dengan demkan dapat dsmpulkan bahwa model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) lebh bak dbandngkan dengan model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) khususnya untuk mater Relas dan Fungs d Kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan T.A. 013/014 sehngga ada perbedaan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) dan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD).

9 Hasl peneltan n juga ddukung oleh hasl peneltan terdahulu yatu Nurbadh ah (010) yang menyatakan bahwa hasl belajar sswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatf tpe TP lebh tngg darpada hasl belajar sswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatf tpe TAD pada pokok bahasan Persamaan Kuadrat d kelas X MA Al-Washlyah 1 Medan Tahun Ajaran 010/011. Peneltan lannya dlakukan oleh akben naga (009) yang menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematka sswa yang dajar dengan pembelajaran kooperatf tpe TP lebh bak darpada kemampuan pemecahan masalah matematka sswa yang dajar dengan pembelajaran kooperatf tpe TAD d kelas X MK-BM Raksana Medan T.A. 009/010. Berdasarkan hasl dar peneltan-peneltan d atas dapat dsmpulkan bahwa model (TP) memlk pengaruh yang sgnfkan terhadap hasl belajar sswa dkarenakan model (TP) dapat menngkatkan hasl belajar sswa Bertttk tolak dar peneltan n penelt mengaku adanya kelemahan- kelemahan dalam peneltan yang dlakukan. Adapun kelemahankelemahan tersebut adalah sebaga berkut : 1. Tdak semua sswa beran untuk mengungkapkan pendapat mereka pada saat kerja kelompok sehngga terjad kesenjangan antara sswa yang aktf dan sswa yang pasf.. Kurangnya pengaturan waktu antara langkah-langkah pembelajaran sehngga hasl yang dcapa kurang maksmal. IV. KEIMPULAN Berdasarkan hasl peneltan dan pembahasan yang telah durakan pada bab terdahulu maka dapat dsmpulkan sebaga berkut : 1. Hasl belajar sswa yang dajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) lebh tngg darpada tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) pada mater Relas dan Fungs d kelas VIII MP wasta Brgjend Katamso Medan T.A. 013/014.. Rata-rata hasl belajar sswa yang dajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) adalah 80,50 dan Rata-rata hasl belajar sswa yang dajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe tudent Teams Achevement Dvson (TAD) adalah 73, Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatf tpe Thnk Par hare (TP) memlk beberapa kelemahan dalam peneltan yang dlakukan antara lan : (a) Tdak semua sswa beran untuk mengungkapkan pendapat mereka pada saat kerja kelompok sehngga terjad kesenjangan antara sswa yang aktf dan sswa yang pasf, dan (b) Kurangnya pengaturan waktu antara langkah-langkah pembelajaran sehngga hasl yang dcapa kurang maksmal. DAFTAR PUTAKA Arends, Rchard I. (008). Learnng to Teach (Alh bahasa : Pajtno oetjpto dan r Mulyantn oetjpto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Heruman. (01). Model Pembelajaran Matematka d ekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Le, Anta. (004). Cooperatve Learnng. Jakarta: Grasndo. Nur Asma. (006). Model Pembelajaran Kooperatf. Jakarta: Drektorat Jendral Penddkan Tngg. lavn, Robert E. (005). Cooperatve Learnng (Teor, Rset, dan Praktk). (Alh bahasa: Narlta Yusron). Bandung: Nusa Meda. uyono dan Haryanto (009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Van De Walle, John A. (007). Matematka ekolah Dasar dan Menengah. (Alh bahasa: Dr. uyono, M. ). Jakarta:Erlangga. Yanuar, (010), Perbedaan has belajar sswa yang yang dajar menggunakan model kooperatf tpe TP dengan model tpe TGT pada pokok bahasan blangan berpangkat kelas IX MPN 5 Bnja T.P. 009/010, krps,fmipa, UNIMED, Medan.

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan pada semester ganjl tahun ajaran 010/011 antara bulan September - November 010 d SMP Neger 1 Kalanda Kabupaten Lampung Selatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Adapun tujuan dar peneltan n adalah:. Untuk mengetahu pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learnng pada mater pokok kalor kelas VII d MTs Nurul Itthad

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode peneltan Metode peneltan yang dlakukan adalah metode ekspermen melakukan tes awal dengan pemberan lathan dan pemberkan tes akhr yang kemudan melhat penngkatan dan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (013: 6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Defns Operasonal Defns operasonal dperlukan agar tdak terjad salah pengertan dan penafsran terhadap stlah-stlah yang terkandung d dalam judul peneltan n. Istlah-stlah yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH ERLY HERLIANA F37008033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti perbandingan hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN. dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti perbandingan hasil belajar BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Jens peneltan n adalah peneltan lapangan. Peneltan yang dlakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk menelt perbandngan hasl belajar sswa melalu model

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA ARTIKEL PENELITIAN Oleh SULINDA NIM. F37008001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana A. Jens dan Desan Peneltan BAB III METODE PENELITIAN Jens peneltan yang dlaksanakan adalah quas ekspermen, dmana kelompok kontrol tdak dapat berfungs sepenuhnya untuk mengontrol varabel-varabel luar yang

Lebih terperinci

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 ISSN

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 ISSN Kumpulan Artkel Mahasswa Penddkan Teknk Informatka Pengaruh Penerapan Model Cooperatve Learnng tpe Tme Token dan TPS (Thnk Par and Share) terhadap Hasl Belajar Sswa pada Mata Pelajaran Teknolog Informas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Untuk memperoleh data tentang efektftas penggunaan model Group Investgaton (GI) terhadap Hasl Belajar Sswa Kelas VIII MTs Fatahllah Brngn Ngalyan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan suatu metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan suatu metode penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Dalam melaksanakan peneltan n dbutuhkan suatu metode peneltan untuk mengumpulkan data atau nformas tentang masalah pokok yang akan dtelt, sehngga dapat

Lebih terperinci

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3

Kadek Lia Wahyuni Parinu 1, I Gede Mahendra Darmawiguna 2, Dessy Seri Wahyuni 3 Kumpulan Artkel Mahasswa Penddkan Teknk Informatka Pengaruh Model Pembelajaran Cooperatve Integrated Readng and Composton (CIRC)Terhadap Hasl Belajar TIK Sswa Kelas VII (Stud Kasus : SMP Neger 4 Sngaraja)

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MODELING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR PERMAIAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GORONTALO

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MODELING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR PERMAIAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GORONTALO JURNAL PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MODELING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR PERMAIAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GORONTALO Ruslan S. Aljuana 1), Harad Sad ), Ruslan 3) 1 FIKK,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan prosedur atau cara yang dtempuh dalam mencapa suatu tujuan peneltan. Tujuan peneltan yang akan dlakukan adalah untuk mengetahu perbandngan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP SWASTA PGRI 58 TANJUNG MORAWA.

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP SWASTA PGRI 58 TANJUNG MORAWA. Jurnal Mantk Penusa Volume 0 No 1 Desember 016 ISSN:088-3943 PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP SWASTA PGRI 58 TANJUNG MORAWA Yula Utam Program Stud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala. JURNAL PESONA DASAR Vol. 3, No. 3, April 2015, hal ISSN:

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala. JURNAL PESONA DASAR Vol. 3, No. 3, April 2015, hal ISSN: Penddkan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Unverstas Syah Kuala Vol. 3, No. 3, Aprl 15, hal 44 59 ISSN: 337-97 44 Penddkan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Unverstas Syah Kuala Vol. 3, No. 3, Aprl 15, hal 44 59 ISSN:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (009:6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Ningrum Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak

Ningrum Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIZ TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMK KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nngrum Penddkan Ekonom FKIP Unverstas

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode peneltan merupakan serangkaan strateg yang dgunakan oleh penelt dalam mengumpulkan data peneltan yang dperlukan untuk mencapa suatu tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

Jurnal Mantik Penusa Vol 15 No 1 Juni 2014 ISSN :

Jurnal Mantik Penusa Vol 15 No 1 Juni 2014 ISSN : Jurnal Mantk Penusa Vol No Jun 0 ISSN : 088-9 PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KEMALA BHAYANGKARI MEDAN TAHUN AJARAN 0/0 AWALUDIN FITRA, S.Pd.,

Lebih terperinci