PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH"

Transkripsi

1 PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH ERLY HERLIANA F PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013

2

3 PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN Erly Herlana, Budman Tampubolon, Nurhad PGSD, FKIP Unverstas Tanjungpura, Pontanak emal: erly.herlana@gmal.com Abstrak: Peneltan n bertujuan untuk mengetahu pengaruh penerapan pendekatan keteramplan proses terhadap hasl belajar sswa d kelas V SDN 35 Pontanak Selatan. Metode yang dgunakan yatu metode ekspermen. Bentuk peneltan ekspermen yang dgunakan adalah quas experment desgn dengan jens nonequvalent control group desgn. Berdasarkan perhtungan statstk dar rata-rata hasl post-test kelas kontrol 71,66 dan rata-rata post-test kelas ekspermen 78,97 dperoleh t htung sebesar 2,94 dan t tabel ( = 5% dan dk = 72) sebesar 1,996, yang berart t htung (2,94) > t tabel (1,996). Dar perhtungan effect sze (ES) dperoleh effect sze = 0,7 (krtera sedang). Hal n berart pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keteramplan proses berpengaruh terhadap hasl belajar matematka sswa kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan. Kata Kunc: pendekatan keteramplan proses, hasl belajar Abstract: Ths research s amed to know the nfluence of the applcaton of the approach to the process sklls to the learnng outcomes of the students on the ffth grade of SDN 35 South Pontanak. The method used s expermental method. The form of expermental research s quas experment desgn wth nonequvalent control group desgn. Based on the statstcal calculaton, the average of the results of the post-test control class s 71,66 and the average of the post-test experment class s 78,97, obtaned t test of 2,94 and t table ( = 5% and dk = 72) of 1,996, whch means t test (2,94) > t table (1,996). The calculaton of effect sze (ES) s obtaned effect sze = 0.7 (medum crtera). It means learnng by applyng the process sklls approach s nluenced to the learnng outcomes for mathematcs on the ffth grade of SDN 35 South Pontanak. Key word: process skll approach, study result

4 Matematka merupakan dspln lmu yang mempunya sfat khas bla dbandngkan dengan dspln lmu yang lan. Secara sngkat dkatakan bahwa matematka berkenaan dengan de-de/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hrarks dan penalarannya deduktf. Hal yang demkan tentu akan berakbat pada terjadnya proses pembelajaran matematka. Dengan atau tanpa dsengaja, kta selalu menggunakan lmu matematka dalam kehdupan seharhar, hal n membuktkan bahwa lmu matematka merupakan bagan yang pentng dalam kehdupan sehar-har, untuk tulah matematka sangat pentng dan perlu dbekalkan pada setap peserta ddk dengan bak. Ptajeng (2006: 1) menyatakan, Banyak orang yang tdak menyuka matematka, termasuk anak-anak yang mash duduk d bangku SD-MI. Mereka menganggap bahwa matematka sult dpelajar. Anggapan n tentu saja mengakbatkan prestas belajar matematka mereka menjad rendah. Peran guru dalam membelajarkan matematka akan sangat berpengaruh agar peseta ddk menyenang dan dapat memaham matematka. Seorang guru harus dapat melakukan suatu pendekatan yang mampu memotvas sswa agar aktf, dan berfkr secara krts untuk menyelesakan soal matematka yang sebelumnya mereka anggap sebaga suatu masalah. Berdasarkan stud pendahuluan yang dlakukan d Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan khusus guru kelas V, dalam membelajarkan matematka guru serng mengabakan pendekatan pembelajaran yang dapat memotvas anak sehngga hasl belajar kurang sesua dengan yang dharapkan. Guru terkesan memberkan nformas mater pelajaran yang berfokus pada konsepkonsep/rumus-rumus dan fakta kepada sswa. Akbatnya berdampak pada hasl belajar sswa yang belum optmal. Dengan memperhatkan fakta yang terjad, menunjukkan terdapat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada d lapangan tentang penggunaan pendekatan pembelajaran matematka yang tepat agar hasl belajar sswa menjad optmal. Untuk tu penelt berusaha mencar alternatf dar pendekatan pembelajaran matematka yang dapat memotvas sswa terlbat secara aktf dalam proses pembelajaran dengan penggunaan pendekatan keteramplan proses dalam pembelajaran matematka. Menurut Cony (dalam Nymas Asyah, 2008: 6.3), Pendekatan keteramplan proses pada hakkatnya adalah suatu pengelolaan kegatan belajarmengajar yang berfokus pada pelbatan sswa secara aktf dan kreatf dalam proses pemerolehan hasl belajar. Dengan demkan dapat dkatakan bahwa d dalam pendekatan keteramplan proses n bukanlah hasl belajar saja yang akan dcapa, akan tetap bagamana memperoleh hasl belajar atau bagamana proses mencapa tujuan pembelajaran yang dharapkan terpenuh. Dar uraan tersebut, maka penelt berkengnan melakukan peneltan mengena Pengaruh Pembelajaran Matematka dengan Pendekatan Keteramplan Proses Pada Mater Luas Bangun Datar Terhadap Hasl Belajar Sswa Kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan. Tujuan dar peneltan n adalah mendeskrpskan (1) Rata-rata hasl belajar sswa dalam pembelajaran luas bangun datar d kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan yang tdak dajar dengan pendekatan keteramplan proses, (2) Rata-rata hasl belajar sswa dalam pembelajaran luas bangun datar d

5 kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan yang dajar dengan pendekatan keteramplan proses, (3) Perbedaan hasl belajar sswa dalam pembelajaran luas bangun datar d kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan antara sswa yang dajar dengan pendekatan keteramplan proses dan sswa yang tdak dajar dengan pendekatan keteramplan proses, (4) Besar pengaruh pembelajaran matematka dengan pendekatan keteramplan proses pada mater luas bangun datar terhadap hasl belajar sswa kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan. Nasuton (dalam Sr Subarnah, 2006: 1) menjelaskan, Istlah matematka berasal dar bahasa Yunan, mathen dan mathenen yang berart mempelajar. Kata matematka dduga erat hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau wdya yang artnya kepandaan, ketahuan atau ntelegens. Gatot Muhsetyo (2009: 1.26) menyatakan, Pembelajaran matematka adalah proses pemberan pengalaman belajar kepada peserta ddk melalu serangkaan kegatan terencana sehngga peserta ddk memperoleh kompetens tentang bahan matematka yang dpelajar. Menurut Gatot Muhsetyo (2009: 1.26), Salah satu komponen yang menentukan ketercapaan kompetens adalah penggunaan strateg pembelajaran matematka, yang sesua dengan (1) topk yang sedang dbcarakan, (2) tngkat perkembangan ntelektual peserta ddk, (3) prnsp dan teor belajar, (4) keterlbatan aktf peserta ddk, (5) keterkatan dengan kehdupan peserta ddk sehar-har, dan (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matemats. Pembelajaran matematka d sekolah dasar merupakan proses pemberan pengalaman belajar kepada sswa. Dalam hal n untuk memberkan pengalaman belajar guru dapat menggunakan berbaga strateg ataupun pendekatan pembelajaran dengan berdasarkan pada topk pembelajaran serta berpedoman kepada kemampuan berpkr sswa. Pendekatan keteramplan proses adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbaga keteramplan memproseskan perolehan dalam pembelajaran (Sol Abmanyu, dkk, 2008: 5-5). Kelebhan pendekatan keteramplan proses menurut Nymas Asyah, dkk (2008: 6-4), yatu (1) Sswa terlbat langsung dengan objek nyata sehngga mempermudah pemahaman sswa terhadap mater pelajaran, (2) Sswa menemukan sendr konsep-konsep yang dpelajarnya, (3) Melath sswa untuk berpkr lebh krts, (4) Mendorong swa untuk menemukan konsep-konsep baru, (5) Member kesempatan kepada sswa untuk belajar menggunakan metode lmah. Kekurangan pendekatan keteramplan proses menurut Ynda (dalam yatu (1) Membutuhkan waktu yang relatf lama untuk melakukannya, (2) Jumlah sswa dalam kelas harus relatf kecl, karena setap sswa memerlukan perhatan dar guru, (3) Memerlukan perencanaan dengan telt, (4) Tdak menjamn setap sswa akan dapat mencapa tujuan sesua dengan tujuan pembelajaran, (5) Sult untuk membuat sswa turut aktf secara merata selama proses berlangsungnya pembelajaran. Dalam Kurkulum Standar Is Tngkat Satuan Penddkan (BSNP, 2006: 427) mata pelajaran matematka kelas V Sekolah Dasar tercantum Standar

6 Kompetens dan Kompetens Dasar yang membahas tentang bangun datar, yatu Standar Kompetens 3. Menghtung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, dan Kompetens Dasar 3.1 Meghtung luas trapesum dan layang-layang, 3.2 Menyelesakan masalah yang berkatan dengan luas bangun datar. Langkah-langkah pelaksanaan kegatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keteramplan proses pada mater luas bangun datar trapesum sku-sku yatu dmula dar (1) tahap persapan (2) tahap pendahuluan (3) tahap pengembangan (4) tahap penutup. Dalam tahapan pengembangan nlah pendekatan keteramplan proses dgunakan, yatu (1) Sswa mengamat bentuk-bentuk bangun datar trapesum dan layang-layang (Kemampuan mengamat), (2) Sswa mendskuskan dan mengklasfkaskan bangun datar apa saja yang ada (Kemampuan mengklasfkas dan tahap pengenalan), (3) Sswa dbmbng oleh guru melakukan peragaan menemukan rumus luas bangun datar trapesum yang dturunkan dar rumus luas persegpanjang, (4) Sswa memperhatkan dan dbmbng guru untuk menggambar sebuah trapesum sku-sku dengan panjang ss atas = 3 cm, ss bawah = 6 cm dan tngg = 4 cm (Kemampuan mengukur, kemampuan melaksanakan peragaan dan tahap analss), (5) Sswa dbmbng guru untuk mengguntng trapesum yang d gambar sehngga terpsah dar kertas orgam (Kemampuan melaksanakan peragaan), (6) Sswa memperhatkan peragaan dan dbmbng guru untuk memotong trapesum menurut gars tengah tngg trapesum sehngga menjad dua bagan trapesum kecl. (Kemampuan mengukur, kemampuan melaksanakan peragaan), (7) Dar potongan tersebut sswa dtugaskan membuat predks bangun datar apakah yang akan terbentuk dar penggabungan dua bangun datar. (Kemampuan membuat predks), (8) Sswa dtugaskan dan dbmbng guru untuk menggabungkan kedua potongan tersebut menjad bentuk bangun datar persegpanjang dan menempelnya d kertas. (Kemampuan melaksanakan peragaan), (9) Dar peragaan yang telah dlakukan sswa dtugaskan dan dbmbng guru menganalss dan menympulkan sehngga dapat menemukan rumus luas trapesum yang dturunkan dar rumus luas persegpanjang (Kemampuan mengumpulkan dan menganals data, dan kemampuan menemukan hubungan), (10) Dar kegatan peragaan yang dlakukan sswa, sswa menulskan laporan tentang hasl peragaan menemukan rumus luas bangun datar. (Kemampuan mengntrepetaskan data dan mengkomunkaskan hasl), (11) Dar peragaan yang dlakukan sswa menghtung luas bangun datar. Dketahu trapesum skusku dengan panjang ss atas = 3 cm, ss bawah = 6 cm dan tngg = 4 cm. Sswa harus mampu menghtung luas trapesum dengan menggunakan rumus yang ada. (Kemampuan menghtung). Julah (dalam Asep Jhad dan Abdul Hars, 2009: 15) menyatakan, Hasl belajar adalah segala sesuatu yang menjad hak mlk sswa sebaga akbat dar kegatan belajar yang dlakukannya. METODE Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Menurut Hadar Nawaw (2007: 88), Metode ekspermen adalah prosedur peneltan yang dlakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akbat dua varabel atau lebh, dengan mengendalkan varabel lan. Metode ekspermen

7 yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dua kelompok dengan menganalss perbedaan hasl belajar yang dperoleh sswa yang dajar dengan memerapkan pendekatan keteramplan proses dan hasl belajar yang dperoleh sswa yang tdak dajar dengan menerapkan pendekatan keteramplan proses. Dalam peneltan n, penelt menggunakan bentuk peneltan Ekspermen Semu/Berpura-pura (Quasy Experment) karena peneltan n tdak mungkn sepenuhnya dapat mengontrol varabel-varabel luar yang mempengaruh pelaksanaan ekspermen. Sedangkan rancangan ekspermen yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah Nonequvalent Control Group Desgn. Sugyono (2011: 61) menjelaskan pengertan dar populas adalah Wlayah generalsas yang terdr atas: objek/subyek yang mempunya kualtas dan karakterstk tertentu yang dtetapkan oleh penelt untuk dpelajar dan kemudan dtark kesmpulannya. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan yang berjumlah 74 orang sswa dan terdr dar 38 orang sswa kelas VA dan 36 orang sswa kelas VB. Menurut Hadar Nawaw (2007: 153), Sampel adalah sebagan dar populas untuk mewakl seluruh populas, sebagan ndvdu yang dseldk, ataupun sebagan yang dambl dar populas dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampel dalam peneltan n merupakan sampel populas karena seluruh sswa kelas VA dan VB merupakan sampel peneltan. Teknk pengamblan sampel dalam peneltan n yatu non probablty samplng yatu smple random samplng. Sugyono (2009: 82) menyatakan, Smple Random Samplng adalah teknk pengamblan anggota sampel dar populas yang dlakukan secara acak tanpa memperhatkan strata yang ada dalam populas tu. Cara demkan dlakukan bla anggota populasnya danggap homogen. Setelah dlaksanakan pengamblan sampel, terplhlah kelas VA yang terdr dar 38 orang sswa sebaga kelas ekspermen dan kelas VB yang terdr dar 36 orang sswa sebaga kelas kontrol. Berdasarkan submasalah dalam peneltan n, data yang akan dambl dan dgunakan dalam peneltan n yatu (1) Data berupa nla hasl belajar pretest pada kelas ekspermen, (2) Data berupa nla hasl belajar posttest pada kelas ekspermen, (3) Data berupa nla hasl belajar pretest pada kelas kontrol, (4) Data berupa nla hasl belajar posttest pada kelas kontrol. Yang menjad sumber data dalam peneltan n yatu sswa kelas VA yang terdr dar 38 orang sswa dan kelas VB yang terdr dar 36 orang sswa. Teknk pengumpulan data yang dgunakan adalah teknk pengukuran. Teknk pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersfat kuanttatf untuk mengetahu tngkat atau derajat aspek tertentu dbandngkan dengan norma tertentu pula sebaga satuan ukur yang relevan (Hadar Nawaw, 2007: 101). Alat pengumpulan datanya adalah tes. Tes merupakan sejumlah pertanyaan/perntah-perntah atau lathan untuk djawab atau dkerjakan oleh sswa. Dalam peneltan n penelt menggunakan tes hasl belajar. Menurut Purwanto (2008: 67), Tes dlakukan untuk mengukur hasl belajar yakn sejauh mana perubahan perlaku yang dngnkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dcapa oleh para sswa. Tes n dberkan untuk mengetahu atau mengukur hasl

8 belajar yang dmlk oleh setap ndvdu sswa kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan. Agar alat pengumpul data dapat dgunakan sebaga alat pengumpul data yang objektf dan mampu menguj hpotess penelt, maka dperlukan analss terhadap alat pengumpul data yatu (1) valdtas, (2) relabltas, (3) tngkat kesukaran, (4) daya pembeda. Untuk menjawab sub masalah 1, yatu rata-rata hasl belajar sswa dalam pembelajaran luas bangun datar d kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan yang tdak dajar dengan pendekatan keteramplan proses maka dlakukan dengan menghtung rata-rata hasl belajar sswa menggunakan rumus sebaga berkut: f x X (Sugyono, 2010: 54) f Untuk menjawab sub masalah 2, yatu yatu rata-rata hasl belajar sswa dalam pembelajaran luas bangun datar d kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan yang dajar dengan pendekatan keteramplan proses maka dlakukan dengan menghtung rata-rata hasl belajar sswa menggunakan rumus sebaga berkut: f x X (Sugyono, 2010: 54) f Untuk menjawab sub masalah 3, yatu perbedaan hasl belajar sswa dalam pembelajaran luas bangun datar d kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan antara sswa yang dajar dengan pendekatan keteramplan proses dan sswa yang tdak dajar dengan pendekatan keteramplan proses, maka akan dgunakan rumus t-test dengan dawal dengan menghtung skor hasl belajar sswa pada mater luas bangun datar d kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan dar setap jawaban pre-test dan post-test pada kelas kontrol dan kelas ekspermen. Kemudan menghtung rata-rata X hasl pre-test dan post-test pada kelas ekspermen dan kelas kontrol. f x X (Sugyono, 2010: 54) f Menghtung Standar Devas (SD) hasl pre-test dan post-test pada kelas ekspermen dan kelas kontrol. SD f X n 1 X 2 (Sugyono: 2010: 58)

9 Menghtung uj normaltas data. Menurut Subana, Moersetyo Rahad, dan Sudrajat (2000: 124), uj Ch-kuadrat dapat dhtung dengan rumus: χ 2 = O E 2 E Karena data hasl perhtungan uj normaltas pre-test dan post-test sswa berdstrbus normal maka dlanjutkan dengan perhtungan uj homogentas varansnya, yatu dengan rumus: Varans Terbesar F (Sugyono 2010: 140) Varans Terkecl Karena data sudah dkatakan berdstrbus normal dan homogen, maka dlanjutkan dengan pengujan t-test (Sugyono, 2011: ), dengan menggunakan rumus Polled Varans. x1 x2 t 2 2 n1 n2 s1 n2 1s n1 n2 2 n1 n2 Kemudan melakukan pengujan dengan taraf sgnfkan 5%, yatu jka (1) Nla t htung < t tabel maka hpotess alternatf (Ha) dtolak, (2) Nla t htung > t tabel maka hpotess alternatf (Ha) dterma. Untuk menjawab submasalah 4, yatu mengetahu besarnya pengaruh pembelajaran matematka dengan menggunakan pendekatan keteramplan proses maka dgunakan effect sze. Rumus effect sze dar Cohen yang dadops Glass (dalam Leo Sutrsno, Hery Kresnad, Kartono, 2008: 4.9) yatu: Ye Yc ES S c HASIL DAN PEMBAHASAN Hasl Peneltan n bertujuan untuk mendeskrpskan pengaruh pembelajaran matematka dengan pendekatan keteramplan proses pada mater luas bangun datar terhadap hasl belajar sswa kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan. Jumlah sampel dalam peneltan n adalah 74 orang dengan rncan 38 sswa d kelas VA sebaga kelas ekspermen dan 36 orang sswa d kelas VB sebaga kelas kontrol. Dar sampel tersebut, dperoleh data skor pre-test dan posttest sswa yang melput (1) Skor hasl tes sswa pada kelas kontrol yatu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensonal (2) Skor hasl tes sswa pada kelas ekspermen yatu pembelajaran matematka dengan pendekatan keteramplan proses.

10 Adapun data skor pre-test dan post-test sswa yang telah dolah dapat dlhat pada tabel berkut n: Hasl Pengolahan nla pre-test dan post-test sswa Keterangan Kelas Kontrol Kelas Ekspermen Pre-test Post-test Pres-test Post-test Rata-rata (X ) 16,38 71,66 17,92 78,97 Standar Devas (SD) 6,58 10,42 7,54 11,15 Uj Normaltas (χ 2 ) 3,25 6,24 4,38 6,11 Pre-test Post-test Uj Homogentas 1,31 1,143 Uj Hpotess 0,94 2,94 Effect Sze 0,7 Pembahasan Dar tabel datas dapat dketahu bahwa: (1) Rata-rata nla pre-test sswa kelas kontrol adalah 16,38 dan rata-rata nla post-test sswa kelas kontrol adalah 71,66, (2) Rata-rata nla pre-test sswa kelas ekspermen adalah 17,92 dan ratarata nla post-test sswa kelas kontrol adalah 78,97. Dengan demkan, hasl belajar sswa pada pembelajaran metematka dengan pendekatan keteramplan proses lebh tngg dar hasl belajar sswa pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensonal. Namun, secara keseluruhan hasl belajar sswa pada kelas kontrol dan kelas ekspermen mengalam penngkatan. Untuk mengetahu kemampuan awal sswa pada mater luas bangun datar, maka data hasl rata-rata dan standar devas pre-test kedua kelas dapat danalss dengan menggunakan statstk parametrk, yang memlk syarat bahwa data setap varabel yang akan danalss harus berdstrbus normal. Hasl uj normaltas skor pre-test kelas kontrol dperoleh χ 2 htung sebesar 3,25, sedangkan uj normaltas skor pre-test kelas ekspermen dperoleh χ 2 htung sebesar 4,38 dengan χ 2 tabel ( = 5% dan dk = banyak kelas 3 = 7 3 = 4) sebesar 9,488. Karena χ 2 htung (skor pre-test kelas kontrol dan kelas ekspemen) < χ 2 tabel, maka data hasl pre-test (kelas kontrol dan kelas ekspermen) berdstrbus normal. Karena hasl pre-test kedua kelas berdstrbus normal, maka dlanjutkan dengan menentukan homogentas data pre-test. Dar uj homogentas data pre-test untuk kelas kontrol dan kelas ekspermen dperoleh F htung sebesar 1,31 dan F tabel ( = 5%, dengan dk pemblang = 37 dan dk penyebut = 35) sebesar 1,748. Karena F htung < F tabel (1,31 < 1,748), maka data dnyatakan homogen (tdak berbeda secara sgnfkan) dan dlanjutkan dengan uj perbedaan (uj-t). Berdasarkan perhtungan uj-t menggunakan rumus polled varan dperoleh t htung sebesar 0,94 dan t tabel (Uj dua phak/ two tal test, = 5% dan dk = n 1 + n 2 2 = = 72) sebesar 1,996. Karena t htung < t tabel (0,94 < 1,996) sehngga dapat dsmpulkan bahwa tdak terdapat perbedaan hasl pre-test sswa d kelas kontrol dan d kelas ekspermen. Dengan kata lan, antara kelas ekspermen dan kelas kontrol mempunya kemampuan relatf sama.

11 Karena tdak terdapat perbedaan kemampuan awal sswa pada kedua kelas tersebut, maka dberkan perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran luas bangun datar. Pada kelas kontrol, dlakukan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensonal, sedangkan pada kelas ekspermen menerapkan pendekatan keteramplan proses. Untuk mengetahu kemampuan sswa setelah dber perlakuan pada mater luas bangun datar, maka data hasl rata-rata dan standar devas post-test kedua kelas dapat danalss dengan menggunakan statstk parametrs, yang memlk syarat bahwa setap varabel yang akan danalss harus berdstrbus normal. Hasl uj normaltas skor post-test kelas kontrol dperoleh χ 2 htung sebesar 6,243 sedangkan uj normaltas skor post-test kelas ekspermen dperoleh χ 2 htung sebesar 6,11 dengan χ 2 tabel ( = 5% dan dk = banyak kelas 3 = 7 3 = 4) sebesar 9,488. Karena χ 2 htung (skor post-test kelas kontrol dan kelas ekspemen) < χ 2 tabel maka data hasl post-test (kelas kontrol dan kelas ekspermen) berdstrbus normal. Kerena hasl post-test kedua kelas berdstrbus normal, maka dlanjutkan dengan menentukan homogentas data post-test. Dar uj homogentas data post-test untuk kelas kontrol dan kelas ekspermen dperoleh F htung sebesar 1,143 dan F tabel ( = 5% dan dk pemblang = 37 dan dk penyebut = 35) sebesar 1,748. Karena F htung < F tabel (1,143 < 1,748), maka data dnyatakan homogen (tdak berbeda secara sgnfkan) dan dlanjutkan dengan uj perbedaan (uj-t). Berdasarkan perhtungan uj-t menggunakan rumus polled varan dperoleh t htung sebesar 2,94 dan dan t tabel (Uj dua phak/ two tal test, = 5% dan dk = n 1 + n 2 2 = = 72) sebesar 1,996. Karena t htung > t tabel (2,94 > 1,996) sehngga dapat dsmpulkan bahwa terdapat perbedaan hasl post-test sswa d kelas kontrol dan d kelas ekspermen. Untuk mengetahu besarnya pengaruh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keteramplan proses terhadap hasl belajar sswa, maka dhtung dengan menggunakan rumus effect-sze. Dar hasl perhtungan effect-sze dperoleh ES sebesar 0,7 yang termasuk dalam krtera sedang. Berdasarkan perhtungan effect-sze tersebut dapat dsmpulkan bahwa penerapan pendekatan keteramplan proses memberkan pengaruh (efektftas) yang postf dengan krtera sedang terhadap hasl belajar sswa pada mater luas bangun datar d kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan. Kelas yang djadkan kelas kontrol dalam peneltan n adalah kelas VB Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan tahun ajaran 2012/2013. Pada kelas kontrol, 36 orang sswa djadkan sampel. Proses pembelajaran d kelas kontrol dlakukan sebanyak lma kal pertemuan, setap pertemuan berlangsung selama 3 x 35 ment dengan tdak menggunakan pendekatan keteramplan proses. Pembelajaran dlakukan oleh penelt, sedangkan guru matematka sebaga observer atau pengamat. Pada pertemuan pertama pembelajaran mater luas bangun datar trapesum, dawal dengan belajar tentang sfat-sfat trapesum dan rumus luas bangun datar trapesum, dan menghtung luas trapesum. Pada pembelajaran n sswa mash kesultan mengngat rumus luas trapesum, terutama menjabarkan rumus luas trapesum. Metode yang dgunakan penelt yatu metode tanya jawab, dskus

12 kelompok, dan penugasan. Hal n penelt lakukan agar sswa aktf dan dapat bekerjasama dalam menyelesakan soal yang berkatan dengan mater luas bangun datar trapesum. Selama kegatan pembelajaran berlangsung, sebagan besar sswa mengkut pembelajaran dengan tertb. Berdasarkan hasl belajar yang dperoleh pada pertemuan pertama, ada beberapa sswa yang tdak mengalam penngkatan hasl belajar. Hal n terjad karena sswa kurang memperhatkan guru pada saat proses pembelajaran, berman dengan temannya. Dalam menykap hal tersebut, penelt telah mengngatkan dan menegur mereka untuk lebh serus belajar. Berdasarkan pengalaman pembelajaran pada pertemuan pertama, dalam pertemuan selanjutnya penelt lebh membmbng dskus sswa dalam menyelesakan soal luas bangun datar, menjelaskan berulang-ulang tentang rumus luas bangun datar. Hal n penelt lakukan agar sswa lebh serus melakukan dskus dalam menyelesakan soal yang berkatan dengan luas bangun datar dan sswa dapat mengngat rumus luas bangun datar. Kelas yang djadkan sebaga kelas ekspermen dalam peneltan n adalah kelas VA Sekolah Dasar Neger 35 Potanak Selatan tahun ajaran 2012/2013. Pada kelas ekspermen, 38 orang sswa djadkan sampel peneltan. Proses pembelajaran d kelas ekspermen dlakukan sebanyak lma kal pertemuan, setap pertemuan berlangsung 3 x 35 ment dengan menggunakan pendekatan keteramplan proses. Pembelajaran d kelas ekspermen n dlakukan oleh penelt, sedangkan wal kelas yang juga merupakan guru matematka sebaga observer atau pengamat. Secara umum, pembelajaran dengan pendekatan keteramplan proses berlangsung dengan bak. Walaupun dengan pendekatan keteramplan proses sswa melakukan banyak aktvtas, namun sswa tetap dapat mengkut pembelajaran dengan tertb. Pada pertemuan pertama, pembelajaran mater luas bangun datar trapesum dawal dengan bertanya jawab tentang sfat bangun datar trapesum, mengngat rumus luas perseg panjang, melakukan peragaan menurunkan rumus luas bangun datar trapesum dengan menggunakan sebuah trapesum sku-sku dar rumus luas bangun datar perseg panjang, melakukan dskus untuk menyelesakan soal luas bangun datar trapesum. Pada pertemuan pertama n, penelt mash merasa kurang menguasa kelas terutama saat melakukan peragaan karena banyak sswa yang kurang panda menggambar bentuk trapesum d kertas orgam berpetak sehngga mereka selalu bertanya dengan pekerjaan mereka masng-masng, ada sswa yang tdak membawa guntng sehngga mereka sbuk mencar guntng untuk segera menyelesakan peragaan, sehngga hal n sedkt menmbulkan kerbutan d kelas. Selan tu, sswa mengalam kesultan menjabarkan rumus luas trapesum, dan pada saat melakukan dskus sswa ada yang bercanda dengan teman lannya sehngga mereka sult menyelesakan soal luas bangun datar trapesum. Untuk mengatas hal tersebut, penelt mengngatkan kepada sswa untuk membawa guntng yang akan dgunakan untuk melakukan peragaan agar mereka tdak perlu memnjam kepada temannya. Pada saat melakukan peragaan penelt lebh memusatkan perhatan sswa pada peragaan dengan membmbng mereka terlebh dahulu agar mereka mengert dan dapat melakukannya dengan

13 benar. Selan tu penelt lebh membmbng kerjasama sswa dalam menyelesakan soal luas bangun datar. Pada pertemuan selanjutnya, penelt mash menggunakan metode tanya jawab, demontras, penugasan. Sswa sudah mula terbasa melakukan peragaan, menjabarkan rumus, serta berdskus untuk menyelesakan soal luas bangun datar. Sswa cukup berantusas karena mereka banyak melakukan aktvtas, hal n terlhat ketka mereka semangat dalam melaksanakan peragaan, berdskus dengan temannya dalam menyelesakan soal luas bangun datar, serta mereka memlk kengnan untuk maju kedepan kelas menyelesakan soal yang dberkan oleh penelt. Berdasarkan perhtungan rata-rata hasl belajar sswa antara kelas kontrol dan ekspermen, terlhat bahwa rata-rata hasl belajar sswa yang dber perlakuan dengan pendekatan keteramplan proses lebh tngg dar rata-rata hasl belajar sswa dengan menggunakan pendekatan konvensonal. SIMPULAN DAN SARAN Smpulan Berdasarkan hasl analsa data yang dperoleh dar hasl tes sswa maka dapat dsmpulkan bahwa: (1) Rata-rata skor hasl belajar sswa kelas VB Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan (kelas kontrol) pada mater luas bangun datar yang tdak dajar dengan pendekatan keteramplan proses adalah 71,66 dar skor total 2580 dengan standar devas 10,42, (2) Rata-rata skor hasl belajar sswa kelas VA Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan (kelas ekspermen) pada mater luas bangun datar yang dajar dengan pendekatan keteramplan proses adalah 78,97 dar skor total 3001 dengan standar devas 11,15, (3) Dar hasl belajar sswa (post-test) d kelas kontrol dan kelas ekspermen, terdapat perbedaan skor rata-rata post-test sswa sebesar 7,31 dan berdasarkan pengujan hpotess (uj-t) menggunakan t-tes polled varans dperoleh t htung data post-test sebesar 2,94 dan t tabel ( = 5% dan dk = n 1 + n 2 2 = = 72) sebesar 1,996, sehngga dapat dsmpulkan bahwa terdapat perbedaan hasl belajar sswa yang dajar dengan pendekatan keteramplan proses (kelas ekspermen) dan sswa yang tdak dajar dengan pendekatan keteramplan proses (kelas kontrol), (4) Berdasarkan perhtungan effect sze dperoleh hasl sebesar 0,7 yang termasuk dalam krtera sedang, sehngga dapat dsmpulkan bahwa pendekatan keteramplan proses memberkan pengaruh yang postf dengan krtera sedang terhadap hasl belajar pada mater luas bangun datar sswa kelas V Sekolah Dasar Neger 35 Pontanak Selatan. Saran Adapun saran yang dapat dsampakan berdasarkan hasl peneltan adalah sebaga berkut: (1) Penggunaan pendekatan keteramplan proses membawa pengaruh yang postf dalam menngkatan proses pembelajaran dan hasl belajar sswa. Untuk tu, dsarankan kepada guru matematka kelas V untuk menggunakan pendekatan keteramplan proses sebaga alternatf dalam pembelajaran pada mater luas bangun datar, (2) Bag penelt yang ngn melakukan peneltan lebh lanjut menggunakan pendekatan keteramplan proses

14 untuk mendapatkan smpulan yang lebh meyaknkan, dsarankan untuk mempersapkan pembelajaran yang lebh bak, (3) Penelt harus menyapkan alat sepert guntng dan kertas orgam sesua dengan banyaknya sswa d kelas agar saat melaksanakan peragaan sswa dapat melaksanakannya dengan tertb tanpa harus memnjam sehngga menggangu sswa lannya, (4) Untuk contoh peragaan d depan kelas, penelt harus menggunakan alat peraga berupa kertas kuarto warna-warn yang dber petak satuan dengan ketentuan 10cm/satuan agar dapat terlhat jelas oleh seluruh sswa DAFTAR RUJUKAN Asep Jhad & Abdul Hars. (2009). Evaluas Pembelajaran. Jakarta: Mult Press. BNSP. (2006). Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan SD/MI. Jakarta: Departemen Penddkan Nasonal. Gatot Muhsetyo, dkk. (2009). Pembelajaran Matematka SD. Jakarta: Unverstas Terbuka. Hadar Nawaw. (2007). Metodolog Peneltan Bdang Sosal. Yogyakarta: Gadjah Mada Unversty Press. Leo Sutrsno, Hery Kresnad, & Kartono. (2008). Pengembangan Pembelajaran IPA d SD. Jakarta: Depdknas. Nymas Asyah, dkk. (2008). Pengembangan Pembelajaran Matematka SD. Jakarta: Departemen Penddkan Nasonal. Purwanto. (2011). Evaluas Hasl Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ptajeng. (2006). Pembelajaran Matematka yang Menyenangkan. Jakarta: Depdknas. Sol Abmanyu, dkk. (2008). Strateg Pembelajaran. Jakarta: Depdknas. Sr Subarnah. (2006). Inovas Pembelajaran Matematka Sekolah Dasar. Jakarta: Depdknas. Subana, Moersetyo Rahad dan Sudrajat. (2000). Statstk Penddkan. Bandung: Pustaka Seta. Sugyono. (2009). Metode Peneltan Kuanttatf Kualtatf dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugyono. (2010). Statstka Untuk Peneltan. Bandung: Alfabeta. Sugyono. (2011). Metode Peneltan Penddkan Pendekatan Kuanttatf, Kualtatf, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Ynda. (2010). Pendekatan Keteramplan Proses. (onlne) ( dakses tanggal 14 Jun 2012).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA ARTIKEL PENELITIAN Oleh SULINDA NIM. F37008001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (013: 6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA KOMIK MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA KOMIK MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA ARTIKEL PENELITIAN PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA KOMIK MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA ARTIKEL PENELITIAN Oleh FITRI APRIYANTI NIM. F37008053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DI KELAS IV

KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DI KELAS IV KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DI KELAS IV Azura, Budman Tampubolon, Suryan Program Stud Penddkan Guru Sekolah Dasar FKIP UNTAN emal: azura_pgsd@yahoo.com

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Pada peneltan n, metode yang dgunakan adalah metode kuas ekspermen. Metode n dlakukan untuk mengetahu ada atau tdaknya pengaruh pendekatan keteramplan metakogntf

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode peneltan merupakan serangkaan strateg yang dgunakan oleh penelt dalam mengumpulkan data peneltan yang dperlukan untuk mencapa suatu tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan prosedur atau cara yang dtempuh dalam mencapa suatu tujuan peneltan. Tujuan peneltan yang akan dlakukan adalah untuk mengetahu perbandngan

Lebih terperinci

PENGARUH KOOPERATIF TEKNIK NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 14 PONTIANAK SELATAN

PENGARUH KOOPERATIF TEKNIK NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 14 PONTIANAK SELATAN PENGARUH KOOPERATIF TEKNIK NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 14 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN Oleh JULIANA NIM. F37008066 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 36 PONTIANAK SELATAN

PENGARUH KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 36 PONTIANAK SELATAN PENGARUH KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 36 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN Oleh FITRINA NIM. F3700801 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode adalah suatu cara yang dtempuh untuk mencapa suatu tujuan. Sepert yang dpaparkan oleh Surakhmad (985:3) yatu Metode merupakan cara utama yang dpergunakan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Adapun tujuan dar peneltan n adalah:. Untuk mengetahu pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learnng pada mater pokok kalor kelas VII d MTs Nurul Itthad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subek, Waktu dan Jens Peneltan Pada bagan n akan dbahas tentang tempat peneltan, waktu peneltan dar perencanaan sampa penulsan hasl peneltan, serta ens peneltan n.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (009:6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana A. Jens dan Desan Peneltan BAB III METODE PENELITIAN Jens peneltan yang dlaksanakan adalah quas ekspermen, dmana kelompok kontrol tdak dapat berfungs sepenuhnya untuk mengontrol varabel-varabel luar yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk A. Metode dan Desan Peneltan 1. Metode Peneltan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara lmah yang dgunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dalam art yang lebh luas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Defns Operasonal Defns operasonal dperlukan agar tdak terjad salah pengertan dan penafsran terhadap stlah-stlah yang terkandung d dalam judul peneltan n. Istlah-stlah yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan pada semester ganjl tahun ajaran 010/011 antara bulan September - November 010 d SMP Neger 1 Kalanda Kabupaten Lampung Selatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Sesua dengan permasalahan yang sudah dkemukakan pada bab sebelumnya, peneltan n dlakukan dengan tujuan untuk:. Mengetahu hasl belajar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode peneltan Metode peneltan yang dlakukan adalah metode ekspermen melakukan tes awal dengan pemberan lathan dan pemberkan tes akhr yang kemudan melhat penngkatan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENENTUKAN SKALA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENENTUKAN SKALA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SEKOLAH DASAR PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENENTUKAN SKALA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh YANTO WINARNO NIM. F37006039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 ISSN

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 6, Agustus 2013 ISSN Kumpulan Artkel Mahasswa Penddkan Teknk Informatka Pengaruh Penerapan Model Cooperatve Learnng tpe Tme Token dan TPS (Thnk Par and Share) terhadap Hasl Belajar Sswa pada Mata Pelajaran Teknolog Informas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis dalam penelitian ini mengambil lokasi di salah satu Sekolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis dalam penelitian ini mengambil lokasi di salah satu Sekolah 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokas dan Subjek Peneltan Penuls dalam peneltan n mengambl lokas d salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Neger d Kabupaten Canjur tepatnya d SMK Neger 1 Tanggeung Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 68 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen semu (quas experment) dengan membag dua kelas yatu kelas ekspermen dan juga kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti perbandingan hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN. dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti perbandingan hasil belajar BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Jens peneltan n adalah peneltan lapangan. Peneltan yang dlakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk menelt perbandngan hasl belajar sswa melalu model

Lebih terperinci