IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Produk Magnum merupakan es krim dengan merek yang dimiliki oleh perusahaan unilever Inggris. Magnum merupakan salah satu merek produk es krim unggulan Wall s yang sudah ada sejak dulu. Magnum pertama diluncurkan pada tahun 1987 dengan tema Classic terdiri dari sebuah bar tebal vanili es krim pada tongkat, ditutupi dengan putih atau gelap cokelat, dengan berat 86 gram (120 ml). Dimulai pada tahun 1992 perusahaan menambahkan Magnum Almond, Double Chocolate, dan rasa lainnya. Pada tahun 2002 Magnum melakukan peremajaan produk menjadi yoghurt beku dengan buah raspberry sebagai topping utamanya dibalut kedalaman susu cokelat. Setelah itu diperkenalkan pula es krim dengan karamel, ditambah coklat dan hazelnut, dengan konsep "mini", "renyah" (dengan almond). Akhir tahun 2002 diluncurkan Magnum Intens (sebuah coklat truffle diselimuti es krim dan ditutupi dengan coklat). Memasuki pasar Indonesia pada tahun 1992, Wall secara konsisten menciptakan inovasi yang hebat sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan konsumen di semua segmen dengan menggabungkan produk yang baik. Wall selalu mencoba membawa cinta dan menyenangkan bagi semua orang. Dengan 13 merek dan lebih dari 40 varian, Wall kini telah menjadi pilihan es krim pertama untuk konsumen Indonesia. Seiring dengan trend untuk kenikmatan sensorik yang lebih besar, wall memutuskan untuk meluncurkan platform produk baru yang mengantarkan pengalaman kompleks dan berkelas dengan konsep blow me away. Ini akan memungkinkan konsumen yang tanggap untuk pindah ke kualitas yang lebih tinggi daripada Magnum standar. Sekarang ini konsumen Indonesia dimanjakan dengan hadirnya Wall s Magnum dengan tiga varian yaitu Wall s Magnum Classic, Wall s Magnum Almond dan Wall s Magnum Chocolate Truffle. Dengan hadirnya varian Wall s Magnum, konsumen di Indonesia dapat merasakan kenikmatan es krim premium dengan lapisan Belgian chocolate yang tebal dan renyah.

2 43 Lahir dengan platform yang baru magnum memberikan pengalaman berkelas, yaitu pleasure indulgence atau kenikmatan cita rasa tinggi yang dapat terasa pada gigitan pertama lapisan Belgian chocolate, lalu menyatu dengan es krim vanilla yang lembut dan membuat varian baru Wall s Magnum ini terasa sangat berbeda. Dengan pilihan kualitas terbaik dari Belgian chocolate, Unilever yakin Wall s Magnum mampu memberikan kenikmatan premium Gambaran Umum Iklan Televisi Es Krim Magnum Wall s Magnum meluncurkan Iklan Televisi Es Krim Magnum dengan menampilkan kelezatan cokelat yang sesungguhnya untuk pasar es krim dewasa. Hadir dengan varian baru menawarkan pengalaman intens luar biasa dan memanjakan layaknya seorang putri. Seorang perempuan dengan rambutnya yang ikal. Mungkin usianya sekitar 40 tahunan. Sang perempuan memang tidak menampakkan kecantikan yang istimewa. Tetapi, tangannya memegang sesuatu yang istimewa, sebuah es krim berlapis coklat. Setiap kali sang perempuan menggigit es krim dengan sensasi bunyi yang sungguh menggugah selera, setiap kali itu pula serombongan prajurit kerajaan menghampirinya. Menyediakan kursi empuk, meniupkan alat musik, dan menjaga sang perempuan untuk terus menikmati keistimewaan es krim istimewa itu. Dari sang perempuan, kita seperti merasakan betapa lezatnya es krim tersebut. Rangkaian cerita itu adalah sebagian adegan dari iklan magnum yang sering wara-wiri di layar kaca. Kampanye yang sukses mencitrakan dengan baik Belgian chocolate. Coklat yang begitu extraordinary. Begitu pesan yang hendak disampaikan dan berhasil tersampaikan dengan baik kepada para penontonnya. Dengan pilihan kualitas terbaik dari Belgian chocolate, Wall s Magnum mampu memberikan kenikmatan premium dimana saja. Wall s Magnum memberikan sensasi yang berbeda dimana para konsumen diberi kesempatan untuk memanjakan diri dengan kenikmatan cita rasa spesial secara visual, persepsi, dan indrawi melalui es krim Wall s Magnum terbaru. Bagi konsumen yang selalu bergelut dengan

3 44 waktu dan kesibukan kehidupan modern, momen untuk merasakan pleasure indulgence seperti ini sulit untuk direalisasikan. Kebutuhan memanjakan diri seperti liburan keluar kota, santai di spa, dan sebagainya merupakan kebutuhan pelengkap dan menjadi bagian dari hak pribadi setiap orang. Wall s Magnum berperan untuk membantu para konsumen melepaskan diri dari kehidupan modern yang sangat sibuk untuk bisa merasakan kenikmatan luar biasa, intens, dan sensorial seperti dimanjakan layaknya seorang putri. Dengan pemeran utamanya menari-nari kegenitan diiringi oleh soundtrack yang berjudul Sweet Lady by Supercharango menambah menarik iklan tersebut Karakteristik Umum Responden Jenis Kelamin Dari 100 orang responden yang berasal dari mahasiswa dan mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang telah memenuhi kriteria dalam melihat iklan Wall s Magnum di televisi, terdiri dari 55% responden berjenis kelamin perempuan dan 45 % responden berjenis kelamin laki-laki. Terlihat bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak melihat iklan televisi Wall s Magnum dibanding jenis kelamin laki-laki. Untuk diagram lingkaran (Pie Chart) yang menggambarkan jumlah responden laki-laki dan perempuan bisa dilihat pada Gambar 6. 45% 55% Laki-laki Perempuan Gambar 6. Karakteristik Jenis Kelamin Responden

4 Pengeluaran Responden Berdasarkan karakteristik pengeluaran koresponden, pada penelitian ini dibagi menjadi 5 kelas pengeluaran < Rp , Rp Rp , Rp Rp , Rp Rp dan > Rp Pada penelitian ini mayoritas responden memiliki pengeluaran sebesar Rp sampai Rp setiap bulannya, sedangkan pengeluaran terkecil berada pada rentang < Rp Secara lebih rinci informasi mengenai pengeluaran responden bisa dilihat pada Gambar 7. 6% 2% 3% 21% < % > Gambar 7. Karakteristik Pengeluaran Responden Variasi Rasa Es Krim Wall s Magnum yang Disuka Dari hasil penelitian didapat bahwa mahasiswa dan mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor sangat menyukai Wall s Magnum dengan rasa almond sebesar 42 persen. Wall s Magnum dengan rasa Almond, yang baru diluncurkan di Indonesia benar-benar terasa kacang almond pada setiap gigitan es krim serta rasa Almond yang tidak biasa dan unik, tidak seperti rasa vanilla pada Magnum Classic dan coklat pada Magnum Chocolate Truffle. Gambar varian rasa yang disukai responden dapat dilihat pada Gambar 8.

5 46 21% 37% Classic Almond 42% Chocolate trufle Gambar 8. Karakteristik Variasi Rasa Es Krim Wall s Magnum yang disuka Tempat Pembelian Es Krim Wall s Magnum Tempat membeli es krim Wall s Magnum yang dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi adalah di supermarket yaitu sebanyak 54 persen dan di minimarket 36. Dari data bahwasannya mahasiswa dan mahasiswi sering membeli es krim Magnum di supermarket bersama teman seperti pada saat pulang kuliah. Kemudian, pilihan warung pada mahasiswa dan mahasiswi terlihat110 persen, menunjukkan mereka lebih senang datang ke supermarket dan ketersediaan es krim Wall s Magnum lebih banyak dibanding warung. Untuk selengkapnya diagram lingkaran berdasarkan karakteristik tempat pembelian dapat dilihat pada Gambar % 54% 36% Warung Minimarket Supermarket Gambar 9. Karakteristik Tempat Pembelian Es Krim Wall s Magnum

6 Lama Menonton Televisi Berdasarkan Gambar 11 menunjukan bahwa 59 persen mahasiswa dan mahasiswi menonton televisi 1 hingga 3 jam dalam sehari, dan 15 persen mahasiswa dan mahasiswi yang menonton televisi lebih dari 6 jam sehari. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas yang banyak sebagai mahasiswa, seperti kuliah, mengerjakan tugas, berorganisasi, dan lain-lain. Secara lebih rinci informasi mengenai lama menonton televisi responden, bisa dilihat pada Gambar % 26% 59% 1-3 jam 4-5 jam > 6 jam Gambar 10. Karakteristik Lama Menonton Televisi Frekuensi Menonton Iklan Televisi Magnum dalam Sehari Berkaitan dengan frekuensi kesempatan menonton iklan televisi Magnum tampak mayoritas sebanyak 44 responden melihat 2-3 kali iklan Wall s Magnum. Selanjutnya sebanyak 34 responden melihat iklan televisi Wall Magnum dalam sehari 4-5 kali. Lalu sebesar 18 persen responden menonton sebanyak > 5 kali dalam sehari, dan 4 persen responden yang kurang dari 2 kali dalam sehari menonton iklan televisi Wall s Magnum, berkaitan dengan lamanya mahasiswa dan mahasiswi menonton televisi yang tampak pada Gambar 11. Mahasiswa dan mahasiswi yang menonton televisi 1 hingga 3 jam paling banyak dilakukan sehingga frekuensi kesempatan melihat iklan Magnum yang semakin sedikit.

7 48 4% 34% 18% 44% < 2 kali 2-3 kali 4-5 kali > 5 kali Gambar 11. Karakteristik Frekuensi Menonton Iklan Televisi Magnum dalam Sehari 4.4. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall s Magnum Efektivitas iklan yang ditayangkan sangat perlu dikaji, mengingat besarnya biaya iklan yang dikeluarkan. Evaluasi pada sebuah iklan berkaitan dengan kemampuan iklan untuk mendapatkan perhatian, mudah tidaknya iklan itu dibaca secara saksama, mudah tidaknya iklan itu dipahami, kemampuan iklan untuk menggugah perasaan dan kemampuan iklan untuk mempengaruhi perilaku. Dalam mengukur efektivitas iklan maka digunakan model dengan pertimbangan konsumen yang hidup didalam lingkungan kompleks. Dengan menggunakan model maka dapat dijelaskan secara sederhana perilaku konsumen yang kompleks. Untuk melakukan pengukuran efektivitas iklan digunakan Consumer Decision Model (CDM) adalah suatu model dengan 6 variabel yang saling berhubungan, yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian nyata (P, purchase). Untuk mengetahui pengaruh langsung antara variabel laten efektivitas iklan dengan variabel laten lainnya dan variabel laten efektivitas iklan dengan indikatornya maka digunakan model persamaan struktural.

8 Hasil Analisis Model Consumer Decision Model (CDM) Pesan iklan yang ingin disampaikan oleh produsen es krim Wall s Magnum melalui iklan televisi yang dilakukan secara berulang-ulang menunjukkan pengaruh terhadap pembelian Magnum oleh konsumen. Berdasarkan hasil CDM pengaruh terhadap pembelian Magnum melalui 2 jalur, dapat dilihat pada Gambar 12. Jalur model pertama yaitu informasi yang dilihat di televisi (F) menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian konsumen melalui variabel pengenalan merek (B) dalam pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna, ukuran, bentuk, hingga kemasan dan desain produk. Pengenalan merek merupakan landasan untuk terciptanya sikap (A) dan kepercayaan konsumen (C). Selanjutnya membangun pembentukan sikap, dimana sikap konsumen (A) dapat memacu keinginan atau niat untuk membeli (I) produk setelah konsumen mengenali suatu merek atau mendengar informasi yang disampaikan produsen. Akhirnya konsumen melakukan pembelian nyata dengan membeli suatu produk. Sedangkan jalur model yang kedua mulai dari variabel pesan iklan es krim Wall s Magnum (F) yang ingin disampaikan oleh produsen kepada konsumen sudah mampu membangun variabel pengenalan merek. Dengan demikian, informasi yang dilihat di televisi dan pengenalan pembeli terhadap merek akan ciri atau keistimewaan produk dapat meningkatkan pembelian es krim Wall s Magnum dengan kepercayaan konsumen (C) terhadap suatu merek dalam memuaskan kebutuhannya. Serta dengan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk maka terbentuklah niat beli konsumen (I) yang didorong dengan pembelian nyata. Pada akhirnya informasi yang dilihat di televisi (F) berhasil meningkatkan pangsa pasarnya es krim Wall s Magnum.

9 C F 1.25 B I 1.27 P A.52 Berpengaruh Tidak Berpengaruh Gambar 12. Hasil Consumer Decision Model (CDM) Es Krim Wall s Magnum 4.6. Analisis Model Persamaan Struktural Analisis Model Pengukuran Model pengukuran dibentuk berdasarkan teori model Consumer Decision Model (CDM) dengan 6 variabel yang saling berhubungan, yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian nyata (P, purchase). Sesuai dengan hal tersebut, maka model pengukuran dapat mengetahui hubungan-hubungan antara variabel laten dengan indikatornya (variabel manifest), apakah indikator dapat merefleksikan semua variabel atau konstruk yang ada, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Analisis Variabel Individual Variabel Laten Eksogen (F) Pesan Iklan Indikator yang diamati untuk mengukur pesan iklan ada lima yaitu pesan modern, pesan kesan, pesan karakter, pesan mudah diingat, dan pesan singkat. Kelima indikator tersebut merefleksikan variabel laten. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kotler dalam Durianto (2003) pesan iklan yang ideal adalah mampu menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest),

10 51 membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakan tindakan (action). Dengan hasil nilai yang positif menunjukkan bahwa koefisien indikator teramati tidak ada yang dibuang. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa indikator yang menyumbangkan kontribusi tertinggi adalah pesan karakter, dengan nilai koefisien estimate sebesar Pencitraan yang diberikan oleh produsen terhadap es krim Magnum sangat kuat dalam karakter produk. Produsen menampilkan karakter Magnum yang berkelas, mewah, dan memiliki kenikmatan dan kelezatan yang sesungguhnya dalam mengkonsumsi sebuah es krim premium.hal ini dapat dikatakan bahwa informasi yang dikemas dengan karakter eksklusif pada iklan Magnum di televisi dapat membangkitkan ketertarikan dan keinginan konsumen akan es krim Wall s Magnum. Tabel 5. Hasil estimasi variabel laten eksogen (F) Pesan Iklan Indikator Koefisien Estimate Pesan modern (F1) 1.18 Pesan kesan (F2) 1.25 Pesan karakter (F3) 1.29 Pesan mudah (F4) 0.98 Pesan Singkat (F5) 1.00 Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus Variabel Laten Endogen (B) Pengenalan Merek Indikator yang diamati untuk mengukur pengenalan merek ada lima yaitu kenal modern, kenal kesan, kenal karakter, kenal mudah diingat, dan kenal singkat. Dalam penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Dari hasil estimasi yang dilakukan, didapatkan indikator tertinggi yaitu kenal kesan dengan nilai sebesar Kesan yang diberikan produsen terhadap Magnum yaitu memiliki kenikmatan es krim dengan cita rasa yang tinggi. Dengan kesan eksklusif yang diberikan produsen sebagai nilai

11 52 tambah dalam produk serta pengenalan merek terhadap ciriciri suatu produk semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa produk memiliki keistimewaan dibandingkan produk-produk sejenis lainnya. Dengan pengenalan merek yang baik merupakan landasan terciptanya sikap dan kepercayaan konsumen. Tabel 6. Hasil estimasi variabel laten endogen (B) Pengenalan Merek Indikator Koefisien Estimate Kenal modern (B1) 1.00 Kenal kesan (B2) 1.26 Kenal karakter (B3) 1.15 Kenal mudah (B4) 0.97 Kenal Singkat (B5) 0.86 Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus Variabel Laten Endogen (C) Kepercayaan Konsumen Indikator yang diamati untuk mengukur kepercayaan konsumen ada lima yaitu percaya modern, percaya kesan, percaya karakter, percaya mudah diingat, dan percaya singkat. Dalam penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator percaya karakter merupakan indikator yang memberikan kontribusi yang tertinggi terhadap kepercayaan konsumen dengan nilai kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya dan manfaatnya. Jika dilihat dengan tingginya indikator percaya karakter, bahwa produsen mampu menjelaskan atribut produk es krim wall s magnum dibanding produk sejenis lainnya. Dengan karakter yang kuat melalui pesan iklan (informasi) yang ditayangkan di televisi secara berulang-ulang, maka kepercayaan konsumen dapat terus meningkat. Kepercayaan konsumen akan produk Magnum dapat terlihat apakah produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen.

12 53 Tabel 7. Hasil estimasi variabel laten endogen (C) Kepercayaan Konsumen Indikator Koefisien Estimate Percaya modern (C1) 1.00 Percaya kesan (C2) 1.16 Percaya karakter (C3) 1.18 Percaya mudah (C4) 0.87 Percaya Singkat (C5) 0.88 Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus Variabel Laten Endogen (A) Sikap Konsumen Indikator yang diamati untuk mengukur sikap konsumen ada lima yaitu suka modern, suka kesan, suka karakter, suka mudah diingat, dan suka singkat. Dalam penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator suka kesan dan suka karakter dari variabel sikap konsumen dalam penelitian ini mempunyai nilai koefisien yang sama yaitu Kedua indikator tersebut dianggap indikator yang terbaik dalam menjelaskan variabel sikap konsumen. Adanya sikap kesan dan sikap karakter terhadap es krim wall s magnum yang diberikan produsen terhadap konsumen dapat menyampaikan apa yang diharapkan konsumen, dimana konsumen dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Kemampuan suatu iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk tergantung dari sikap konsumen. Dengan sikap konsumen yang positif terhadap produk maka memacu keinginan untuk membeli produk. Tabel 8. Hasil estimasi variabel laten endogen (A) Sikap Konsumen Indikator Koefisien Estimate Suka modern (A1) 1.09 Suka kesan (A2) 1.34 Suka karakter (A3) 1.34 Suka mudah (A4) 1.06 Suka Singkat (A5) 1.00 Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

13 Variabel Laten Endogen (I) Niat Beli Indikator yang diamati untuk mengukur niat beli ada lima yaitu niat modern, niat kesan, niat karakter, niat mudah diingat, dan niat singkat. Dalam penelitian ini didapat semua koefisien mempunyai nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator niat kesan memberikan kontribusi yang tertinggi dalam menjelaskan variabel niat beli dengan nilai koefisien estimate sebesar Semakin tingginya kesan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan meningkatnya niat beli konsumen. Kesan merek yang ditampilkan produsen di televisi sangat kuat. Dengan cita rasa yang tinggi serta kelezatan chocolate belgian akan produk Magnum membuat konsumen semakin terhipnotis dan merangsang untuk membentuk suatu niat beli yang tinggi. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan suatu merek. Tabel 9. Hasil estimasi variabel laten endogen (I) Niat Beli Indikator Koefisien Estimate Niat modern (I1) 1.22 Niat kesan (I2) 1.60 Niat karakter (I3) 1.59 Niat mudah (I4) 1.09 Niat Singkat (I5) 1.00 Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus Variabel Laten Endogen (P) Pembelian Nyata Indikator yang diamati untuk mengukur pembelian nyata ada lima yaitu beli modern, beli kesan, beli karakter, beli mudah diingat, dan beli singkat. Variabel pembelian nyata terkait dengan sudah munculnya niat beli konsumen untuk membeli produk es krim wall s magnum. Pembelian nyata merupakan sasaran akhir, baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun konsumen yang

14 55 melakukan pembelian ulang. Dalam penelitian ini didapat semua koefisien mempunyai nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator yang memberikan kontribusi tertinggi pada variabel pembelian nyata adalah beli karakter dengan nilai sebesar Tabel 10. Hasil estimasi variabel laten endogen (P) Pembelian Nyata Indikator Koefisien Estimate Beli modern (P1) 1.00 Beli kesan (P2) 1.15 Beli karakter (P3) 1.20 Beli mudah (P4) 0.90 Beli Singkat (P5) 0.93 Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus Analisis Model Struktural Model struktural terbentuk dari Consumer Decision Model (CDM) Dari hasil model struktural diagram jalur (Lampiran 2), dapat dilakukan uji kecocokan yang ditujukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara data dengan model. Dalam penelitian ini digunakan 12 uji model fit untuk mengetahui tingkat kebaikan model yang dibangun. Pada penelitian ini uji kecocokan model yang digunakan adalah P-chi-square, RMSEA, ECVI, AIC, CAIC, NFI, RFI, IFI, CFI, RMR, GFI, dan AGFI (Lampiran 3). Secara lengkap data mengenai nilai-nilai yang dihasilkan dalam uji kecocokan model dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji Kecocokan Model Struktural Ukuran Target Tingkat Hasil Tingkat GOF Kecocokan Estimasi Kecocokan P- Chi- P 0.05 good fit Default model: close fit Square p < 0.05 kurang baik (memenuhi) Independence model: P-value P = signifikan RMSEA RMSEA 0.08 good fit close fit (memenuhi)

15 56 Lanjutan Tabel 11. ECVI Nilai ECVI lebih kecil Default model: close fit dari nilai saturated (memenuhi) dan independence Saturated menunjukkan good fit model: Independence model: AIC Nilai AIC lebih kecil Default model: close fit dari nilai saturated (memenuhi) dan independence Saturated menunjukkan good fit model: Independence model: CAIC Nilai CAIC lebih kecil Default model: good fit dari nilai saturated (sangat dan independence Saturated memenuhi) menunjukkan good fit model: Independence model: NFI Nilai antara 0-1, close fit NFI 0.90 adalah (memenuhi) good fit RFI Nilai antara 0-1, close fit NFI 0.90 adalah (memenuhi) good fit IFI Nilai antara 0-1, close fit NFI 0.90 adalah (memenuhi) good fit CFI Nilai antara 0-1, close fit NFI 0.90 adalah (memenuhi) good fit RMR RMR 0.05 adalah close fit good fit (memenuhi) GFI Nilai antara 0-1, GFI close fit 0.90 adalah good fit (memenuhi) AGFI Nilai antara 0-1, AGFI close fit 0.90 adalah good fit (memenuhi) Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011 Dari hasil penelitian berdasarkan pengolahan data, diperoleh P-chi-square dengan P-value < Berdasarkan P-chi-square model menunjukkan kecocokan close fit, dengan p-value kurang dari Nilai probabilitas sangat sensitif

16 57 dimana ketidaksesuaian antara data dengan teori (model) sangat dipengaruhi oleh besarnya ukuran sampel (Cohcran, 1952). Untuk menilai model fit hanya dengan menggunakan probabilitas ini kurang dibenarkan (Bentler dan Bonett, 1980). Dengan demikian, diperlukan indikator-indikator lainnya untuk menghasilkan suatu justifikasi yang pasti mengenai model fit. Nilai RMSEA merupakan indikator yang paling informatif. Pada nilai RMSEA diperoleh 0.154, yang berarti menunjukkan model memiliki kecocokan yang cukup atau closed fit (MacCallum et al, 1996). Semakin kecil nilai ECVI sebuah model semakin baik tingkat kecocokannya. Nilai ECVI dari model penelitian diperoleh sebesar , sedangkan saturated model dan independence model masing-masings adalah sebesar dan Sehingga dapat disimpulkan bahwa model struktural ini adalah close fit. AIC merupakan ukuran yang berdasarkan atas statistical information theory yang digunakan untuk membandingkan beberapa model dengan jumlah konstruk yang berbeda. AIC tidak berkaitan dengan ukuran sampel (Bozdogan, 1987). Sama dengan ECVI, jika nilai AIC dan CAIC yang diperoleh lebih rendah daripada saturated model dan independence model maka dapat dikatakan model struktural adalah fit. Nilai yang diperoleh AIC dari pengujian model struktural diperoleh nilai sebesar dan saturated model dan independence model,yaitu dan , dapat disimpulkan model struktural adalah close fit. Sedangkan Nilai yang diperoleh CAIC dari pengujian model struktural diperoleh nilai sebesar dan saturated model dan independence model,yaitu dan , yang berarti model good fit. Model dikatakan fit, apabila NFI Model struktural yang di uji pada penelitian ini memiliki nilai NFI yang berarti close fit. Untuk nilai CFI, merupakan ukuran dalam menetukan model itu fit atau tidak sebagai revisi dari NFI yang dapat menurunkan fit model pada sampel yang kecil. Pada pengujian

17 58 model struktural didapat nilai CFI sebesar 0.583, berarti model close fit. Untuk model struktural IFI dan RFI, jika keduanya memiliki nilai semakin tinggi maka menunjukkan model fit. Dimana nilai dikatakan fit adalah > Pada nilai IFI, menunjukkan nilai yang berarti model close fit, begitu juga halnya dengan nilai RFI yaitu sebesar dapat disimpulkan model cukup baik (closed fti). Nilai RMR, semakin kecil akan semakin baik, yang menandakan semakin dekatnya angka pada sampel dengan estimasinya. Hasil RMR yang diperoleh dari pengujian model struktural, yaitu 0.111, mengindikasikan bahwa model adalah close fit. Goodness of Fit Indices (GFI) merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model. Nilai GFI berkisar antara 0 dan 1. Nilai yang lebih besar dari 0.9 menunjukkan suatu model yang fit. Sedangkan AGFI sama dengan GFI, tetapi setelah disesuaikan dengan rasio degree of freedom pada suatu model. Dari pengujian yang dilakukan dihasilkan nilai GFI dan AGFI sebesar dan Dapat dikatakan bahwa nilai diantara 0 dan 1 tetapi tidak melebihi 0.9 yang berarti model menunjukkan close fit (cukup baik) Analisis Pengaruh Antar Variabel Untuk menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten dengan variabel laten terhadap variabel laten yang lain, maka perlu dilakukan analisis. Menurut Santoso (2007), beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar pengaruh antar variabel dapat dinyatakan signifikan atau berhubungan positif maka harus memenuhi beberapa syarat. Jika nilai probability > maka H 0 diterima dan apabila probability < maka H 0 ditolak. Dimana hipotesisnya, H 0 diterima maka H 0 tidak ada hubungan yang nyata (signifikan). Sedangkan jika H 0 ditolak maka H 0 ada hubungan yang nyata (signifikan). AMOS menggunakan kriteria dan bukannya Namun jika nilai P adalah 0.03, maka tetap dapat disimpulkan H 0 ditolak, pada pengujian signifikansi 5% (0.05). Dengan demikian, diterima tidaknya hipotesis pada pengujian nilai estimate dapat

18 59 mengacu pada ketentuan AMOS (0.001) atau menggunakan standar Dari hasil output regression weights didapatkan data bahwa, persamaan struktural yang pertama adalah nilai P dalam hubungan antara F dengan B adalah ***, hal ini menunjukkan angka P adalah dan dinyatakan H 0 ditolak, dapat dikatakan ada hubungan yang nyata (signifikan) diantara keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pesan iklan (F) es krim Wall s Magnum berpengaruh langsung terhadap pengenalan merek (B). Informasi yang didapat langsung menambah perbendaharaan pikiran konsumen dan dievaluasi apakah pengenalan merek (F) tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Untuk persamaan struktural yang kedua yakni hubungan antara F terhadap C dengan nilai P sebesar menunjukkan bahwa maka H 0 diterima, bahwa sesungguhnya tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel F (pesan iklan) dengan C (kepercayaan konsumen). Dapat dikatakan bahwa variabel pesan iklan (F) es krim Wall s Magnum tidak berpengaruh langsung terhadap kepercayaan konsumen (C). Persamaan struktural yang ketiga yaitu F terhadap A, memiliki nilai P sebesar 0.501, yang berarti H 0 diterima, atau sesungguhnya tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel F (pesan iklan) dengan A (sikap konsumen). Dinyatakan variabel pesan iklan (F) es krim Wall s Magnum tidak berpengaruh langsung terhadap sikap konsumen (A). Sehingga, tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap sikap konsumen (A) untuk membeli es krim Wall s Magnum. Persamaan struktural yang keempat adalah B terhadap C, dengan nilai P 0.442, sehingga H 0 diterima dan tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara B (pengenalan merek) dengan C (kepercayaan konsumen). Variabel pengenalan merek yang

19 60 ditayangkan di televisi tidak mampu merubah kepercayaan konsumen (C) terhadap produk es krim Wall s Magnum. Persamaan struktural yang kelima yaitu B terhadap A menunjukkan angka P adalah 0.453, dimana H 0 diterima, serta tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel B (pengenalan merek) terhadap A (sikap konsumen). Variabel pengenalan merek (B) tidak memiliki kontribusi dan tidak dapat merubah perilaku, tindakan, serta sikap konsumen terhadap es krim Magnum. Hubungan persamaan struktural yang keenam yaitu C dengan I, menunjukkan nilai P sebesar 0.392, yang dapat disimpulkan H 0 diterima, jadi bisa dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara C (kepercayaan konsumen) dengan I (niat beli). Kurang adanya kepercayaan konsumen pada atribut dan manfaat suatu merek membuat kecilnya niat konsumen untuk membeli produk. Hubungan persamaan struktural yang ketujuh adalah variabel A terhadap variabel I, didapati angka P sebesar 0.033, angka ini dibawah 0.05 dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan dikatakan ada hubungan yang nyata (signifikan) antara A (sikap konsumen) terhadap I (niat beli). Adanya sikap konsumen yang positif terhadap merek ditunjukkan dengan niat konsumen untuk membeli produk. Untuk persamaan struktural yang kedelapan, menunjukkan variabel I (niat beli) terhadap variabel P (pembelian nyata) dengan nilai probabilitas sebesar *** yang berarti 0.000, maka H 0 ditolak, sehingga terlihat ada hubungan yang nyata (signifikan) antar kedua variabel. Pembelian nyata muncul karena konsumen sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk. Dari hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh antara variabel niat beli (I) dengan pembelian nyata (P). Perhitungan output regression weights dapat dilihat pada Tabel 12.

20 61 Tabel 12. Regression Weights Estimate S.E C.R. P Label B <--- F *** C <--- F A <--- F C <--- B A <--- B I <--- C I <--- A P <--- I *** Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus Modifikasi Model CDM dengan LISREL Modifikasi terhadap CDM menunjukkan bahwa model sangat baik. Berdasarkan modifikasi CDM diperoleh hasil bahwa pesan iklan yang disampaikan oleh produsen es krim Wall s Magnum melalui iklan televisi menunjukkan pengaruh terhadap pembelian Magnum oleh konsumen. Melalui jalur pesan iklan (F), kepercayaan konsumen (C), niat beli (I), sampai kepada pembelian nyata (P). Hasil modifikasi CDM terhadap pengaruh pembelian Magnum dapat dilihat pada Lampiran Model Struktural Pada pengolahan SEM menggunakan LISREL versi 8.3 dilakukan modifikasi model dari CDM. Hasil model struktural menghasilkan beberapa output yang menunjukkan kelayakan model struktural dengan melihat nilai Goodness of Fit Index dan disajikan dalam Tabel 13 sebagai berikut. Tabel 13. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural Goodness of Fit Index Cut of Value Nilai Keterangan Absolute-Fit Measures Statistics Chi-Square Nilai kecil < 0.05 p-value Poor fit GFI > good fit (sangat memenuhi) RMR < good fit (sangat memenuhi) RMSEA < good fit (sangat memenuhi) ECVI Nilai lebih kecil 7.43 good fit (sangat memenuhi)

21 62 Lanjutan Tabel 13. Incremental Fit Measure dari nilai saturated model TLI atau NNFI > good fit (sangat memenuhi) NFI > good fit (sangat memenuhi) AGFI > good fit (sangat memenuhi) RFI > good fit (sangat memenuhi) IFI > good fit (sangat memenuhi) CFI > good fit (sangat memenuhi) Parsimonious Fit Measures AIC Nilai lebih kecil good fit (sangat memenuhi) dari nilai saturated model CAIC Nilai lebih kecil good fit (sangat memenuhi) dari nilai saturated model Sumber: Data diolah, per bulan November 2011 Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa terdapat nilai dari Goodness of Fit Index yang tidak memenuhi cut of value tapi masih bisa ditolerir dikarenakan perbedaanya tidak terlalu besar dari Goodness of Fit Index. Setelah melihat kombinasi berbagai ukuran kecocokan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah sangat baik dalam mempresentasikan data terhadap model. Modifikasi dengan model baru dapat menghasilkan nilai yang sangat signifikan dalam kecocokan antara sampel dengan model. Hasil model struktural dengan nilai standardized estimate dan juga nilai t-value dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. B =, Errorvar.= 1.00, C = 1.00*B *F,, R² = 1.00 (0.055) (0.10) A = 0.81*B *F, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66 (0.060) (0.10)

22 63 I = 0.31*C *A, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66 (0.11) (0.14) P = 1.00*I,, R² = 1.00 (0.078) Pada persamaan struktural diatas, terdapat beberapa nilai yang berfungsi menjelaskan hubungan dan pengaruh antara pesan iklan (F), terhadap pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), sikap konsumen (A), niat beli (I), dan pembelian nyata (P). Hubungan dan pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien persamaan struktural dan juga t-value. Nilai R 2 pada persamaan pertama sebesar 0 menunjukkan bahwa sebesar 0 persen variabel endogen pengenalan merek (B) tidak dapat menjelaskan keragaman variabel. Nilai R 2 pada persamaan kedua sebesar 1.00 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen variabel endogen pengenalan merek (B) dan variabel eksogen pesan iklan (F) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen kepercayaan konsumen (C). Nilai R 2 pada persamaan ketiga sebesar 0.66 menunjukkan bahwa sebesar 66 persen variabel endogen pengenalan merek (B) dan variabel eksogen pesan iklan (F) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen sikap konsumen (A). Sedangkan variabel sikap konsumen (A) dijelaskan oleh variabel lain di luar model sebesar 34 persen. Nilai R 2 pada persamaan keempat sebesar 0.66 menunjukkan bahwa sebesar 66 persen variabel endogen sikap konsumen (A) dan kepercayaan konsumen (C) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen niat beli (I). Sedangkan variabel niat beli (I) dijelaskan oleh variabel lain di luar model sebesar 34 persen. Nilai R 2 pada persamaan kelima sebesar 1.00 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen variabel endogen niat beli (I) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen pembelian nyata (P). Nilai koefisien parameter persamaan struktural dan t-value dapat dilihat pada Tabel 14.

23 64 Tabel 14. Koefisien Parameter dan t-value Model Struktural Hipotesis Estimates SE t-value Keterangan From To F B Tidak signifikan B C Signifikan F C Signifikan B A Signifikan F A Tidak signifikan C I Signifikan A I Signifikan I P Signifikan Sumber: Data diolah, per bulan November 2011 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat pengaruh antara variabel laten bebas dan variabel laten terikat. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar pengaruh antar variabel dapat dikatakan signifikan/berpengaruh positif maka harus memenuhi beberapa syarat. Diantaranya t-value pada taraf nyata 5% harus > 1,96 (Wijayanto, 2008). Semakin besar t- value maka semakin menunjukkan bahwa pengaruh antar variabel laten semakin signifikan. Untuk persamaan struktural yang pertama bahwa pesan iklan (F) tidak mempengaruhi secara nyata (tidak signifikan) pengenalan merek (B). Hal ini terlihat dari t-value antara kedua variabel tersebut sebesar 0. Dalam pesan iklan yang disampaikan melalui televisi tidak berdampak pada pengenalan merek secara siginifikan. Maka produsen harus menambahkan informasi mengenai atribut serta manfaat dalam produk Magnum. Variabel laten kedua adalah variabel endogen pengenalan merek (B). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pengenalan merek (B) mempunyai pengaruh positif (signifikan) terhadap kepercayaan konsumen (C) yang dilihat nilai t-value sebesar 18,11. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pengenalan merek (B) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka

24 65 akan berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 1 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten ketiga adalah variabel iklan eksogen pesan iklan (F). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pesan iklan (F) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap kepercayaan konsumen (C) yang dilihat dari t-value sebesar 3,54. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pesan iklan (F) dinaikkan sebesar 1 dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 3,54 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten keempat adalah variabel endogen pengenalan merek (B). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pengenalan merek (B) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap sikap konsumen (A) yang dilihat dari t-value sebesar 13,53. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pengenalan merek (B) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya sikap konsumen sebesar 13,53 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten kelima adalah variabel eksogen pesan iklan (F). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pesan iklan (F) tidak mempunyai pengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap sikap konsumen (A) yang dilihat dari t-value sebesar 1,28. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pesan iklan (F) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 1,28 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten keenam adalah variabel endogen kepercayaan konsumen (C). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel kepercayaan konsumen (C) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap niat beli (I) yang dilihat dari t- value sebesar 2,74. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi kepercayaan konsumen (C) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan

25 66 kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya niat beli sebesar 2,74 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten ketujuh adalah variabel endogen sikap konsumen (A). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel sikap konsumen (A) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap niat beli (I) yang dilihat dari t-value sebesar 3,75. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi sikap konsumen (A) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya niat beli sebesar 3,75 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten kedelapan adalah variabel endogen niat beli (I). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel niat beli (I) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap pembelian nyata (P) yang dilihat dari t-value sebesar 12,85. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi niat beli (I) dinaikkan sebesar 1 dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya pembelian nyata sebesar 12,85 satuan, begitu juga sebaliknya Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten Hubungan variabel indikator dengan variabel latennya dapat diketahui dari nilai loading factor dan nilai t-value yang ada pada model. Semakin besar nilai loading factor maka semakin besar pula pengaruh atau kontribusi suatu variabel indikator dalam merefleksikan variabel latennya. Nilai loading factor dan nilai t-value untuk semua indikator dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan nilai yang dimiliki oleh setiap variabel indikator, dapat dinyatakan bahwa F1 dan F2 merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap variabel laten pesan iklan (F) dengan nilai loading factor sebesar 0,94. Dengan kemampuan iklan Magnum untuk memberikan suatu kesan modern dan cita rasa tinggi terhadap produk yang kuat, dapat membangkitkan keinginan konsumen dan menggerakan tindakan konsumen dalam melakukan pembelian nyata. Informasi yang disampaikan oleh produsen kepada konsumen harus sesuai dengan apa yang pada produk. Serta menampilkan informasi dengan cara yang menarik untuk

26 67 menarik perhatian konsumen. Pada pengenalan merek (B) indikator yang paling berpengaruh adalah kenal karakteer (B3) ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,82. Karakter yang diberikan produsen terhadap Magnum yaitu menampilkan Magnum yang nikmat, berkelas, dan mewah. Dengan karakter eksklusif yang diberikan produsen sebagai nilai tambah dalam produk. Hal ini menunjukkan bahwa produk memiliki keistimewaan dibandingkan produk-produk sejenis lainnya. Untuk variabel kepercayaan konsumen (C) indikator yang paling berpengaruh adalah percaya kesan (C2) ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,82. Dengan kesan yang kuat melalui pesan iklan (informasi) yang ditayangkan di televisi secara berulang-ulang, membuat kepercayaan konsumen dapat terus meningkat. Kepercayaan konsumen akan produk Magnum dapat terlihat apakah produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Pada sikap konsumen (A) indikator yang paling berpengaruh adalah sikap kesan (A2) yang ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,88. Kemampuan suatu iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk tergantung dari sikap konsumen. Kesan yang diberikan produsen melalui pesan iklan di televisi harus memberikan daya tarik positif agar membangkitkan keinginan konsumen. Dengan sikap konsumen yang positif terhadap produk maka memacu keinginan untuk membeli produk. Variabel laten selanjutnya adalah niat beli (I), indikator niat karakter (I3) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel niat beli, ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,83. Dengan karakter Magnum yang berkelas, mewah, dan memiliki kenikmatan chocolate belgian menyebabkan meningkatnya niat beli konsumen. Karakter yang ditampilkan produsen di televisi sangat kuat. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan suatu merek.

27 68 Variabel laten terakhir yang diamati adalah pembelian nyata (P), indikator yang mempunyai pengaruh paling besar adalah beli kesan (P2) dan beli karakter (P3) ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,86. Variabel pembelian nyata terkait dengan sudah munculnya niat beli konsumen untuk membeli produk es krim wall s magnum yang didasari dengan karakter dan kesan positif yang diberikan produsen. Pembelian nyata merupakan sasaran akhir, baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun konsumen yang melakukan pembelian ulang. Dari hasil estimasi yang telah dilakukan nilai t-value pada semua indikator-indikator variabel laten, menunjukkan bahwa t-value > 1,96 yang berarti signifikan/nyata Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian, PT Unilever dalam melakukan kebijakan pemasaran produk es krim Wall s Magnum perlu memperhatikan hal-hal untuk memperkuat variabel efektivitas iklan yang sudah dilaksanakan. Tabel 15 menampilkan implikasi manajerial untuk produk es krim Wall s Magnum. Tabel 15. Implikasi Manajerial Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian a. Mempertimbangkan - Produsen harus 1. Melakukan dari segi Mencantumkan controlling Pengetahuan informasi dan manfaat terhadap tayangan produk, serta bahan- bahan yang iklan televisi Kepercayaan digunakan dalam produk es krim Wall's Magnum. produk, wiraniaga, es krim Wall's Magnum Sehingga, apabila Manfaat secara merinci pada ada kekurangan dan Mengkonsumsi iklan televisi dan tidak berjalan efektif produk bagi kemasannya, sesuai dalam penerapannya konsumen. dengan apa yang ada akan dilakukan b. Meningkatkan pada produk. Sehingga evaluasi dan Pembelian konsumen yang menonton pihak perusahaan nyata es krim Wall's Iklan televisi Wall's akan mengkaji Magnum pada Magnum menjadi untuk menetapkan Konsumen penasaran dan tertarik kebijakan pemasaran untuk dapat menikmati yang baru dalam es krim Wall's Magnum mencapai tujuan yang memiliki kenikmatan perusahaan. bagai seorang putri raja. - Selain itu wiraniaga produk Wall's Magnum yang berada di supermarket dan magnum café dapat menciptakan

28 69 Lanjutan Tabel 15. citra yang sesuai dengan apa yang disampaikan pada pesan iklan oleh produsen es krim Wall's Magnum. Dimana seorang wiraniaga dapat berpakaian seperti layaknya seorang putri kerajaan dan pangeran. - Dengan promosi yang dilakukan melalui iklan televisi, es krim Wall's Magnum harus menampilkan sesuatu yang Berbeda dari produk sejenis lainnya. Sehingga, sikap dan kepercayaan konsumen dapat meningkat, ditambah dengan produsen menggunakan brand ambassador Magnum Marissa Nasution, yang dapat menciptakan kepercayaan lebih kepada konsumen terhadap produk. - Meningkatnya frekuensi iklan es krim Wall's Magnum di televisi dapat menarik perhatian konsumen, sehingga konsumen menjadi ingin mencoba kelezatan Belgian chocolate yang penuh dengan sensasi ala kerajaan, oleh karena itu terciptalah pembelian nyata pada es krim Wall s Magnum. - Produsen Wall s Magnum dapat meluncurkan rasa es krim terbaru. Dengan Perubahan akan selera masyarakat dan banyaknya Pesaing diperlukan perubahan untuk mempertahankan pelanggan dan menjangkau calon konsumen. Selain itu untuk mengurangi Kebosanan terhadap iklan Es krim Wall's Magnum, Produsen Wall's Magnum dapat memberikan tampilan iklan yang lebih menarik dan menyegarkan.

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan sekilas tentang Wall s, kemudian lebih lanjut akan dijelaskan tentang Magnum Classic itu sendiri, lalu tentang warga usia produktif Tegal Lempuyangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 23% 16% 17% 19% 30,025 35,088 41,708 48,585 59,827

I. PENDAHULUAN 23% 16% 17% 19% 30,025 35,088 41,708 48,585 59,827 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan dalam dunia usaha, pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan lagi di era globalisasi ini. Dimana era

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Salah satu merek es krim PT Unilever, Magnum kini hadir dengan varian baru. Magnum bukanlah merek produk es krim yang baru bagi masyarakat. Diluncurkannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini dimulai dari pemikiran tentang ketatnya persaingan bisnis pada era globalisasi saat ini yang semakin dinamis dan kompleks, adanya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 54 Lampiran. Kuesioner Penelitian Terdahulu KUESIONER PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN TELEVISI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN ES KRIM MAGNUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK GENDER (STUDI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dari pemikiran tentang peremajaan es krim Wall s Magnum, merubah konsep menjadi blow me away dengan pengalaman yang kompleks dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong timbulnya laju persaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi setelah tahun lalu tumbuh sebesar 9 % (www.kemenperin.go.id).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi setelah tahun lalu tumbuh sebesar 9 % (www.kemenperin.go.id). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri makanan dan minuman memiliki prospek pasar yang masih cerah seiring pertumbuhan ekonomi, karena dukungan sumber bahan baku dan populasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis pada era globalisasi saat ini makin dinamis dan kompleks, adanya persaingan ini tidak hanya menimbulkan peluang tetapi juga menimbulkan tantangan. Tantangan

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 41 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum yang menjadi subyek penelitian, analisis model SEM,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk dengan pasang pasar berpotensi tinggi di Indonesia adalah produk es krim. Hal ini terlihat dari konsumen yang tidak hanya terbatas pada usia golongan

Lebih terperinci

Indri Astriyani Alumni Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Indri Astriyani Alumni Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Atriyani, Syamsun, Indrawan Analisis Efektivitas Iklan Televisi 127 Analisis Efektivitas Iklan Televisi dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Es Krim Wall s Magnum Berdasarkan Karakteristik

Lebih terperinci

With AMOS Application

With AMOS Application ASUMSI DAN PERSYARATAN PADA STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) With AMOS Application Eko Budi Setiawan, S.Kom., M.T. Asumsi dan persyaratan penting saat menggunakan SEM 1. Sample Size 2. Normalitas Data

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Responden dalam penelitian ini yaitu sales engineer PT.Omron Electronics yang berada di Jakarta, Surabaya, Semarang dan Medan. Pola pencarian responden dilakukan

Lebih terperinci

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Distribusi Responden Berdasarkan Usia V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS DESKRIPTIF 5.1.1 Deskriptif Responden Distribusi Responden Berdasarkan Usia 1% 15% 19% 15-24 25-30 31-44 45-65 65% Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Distribusi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Stuctural Equation Model merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara variabel laten dan indikatornya, variabel laten yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 44 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Pre-test Untuk menguji konstruk pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, peneliti melakukan pre-test kepada 30 responden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Data diambil menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada konsumen Indomaret Point Pandanaran di kota Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Indonesia telah dikeluarkan, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Indonesia telah dikeluarkan, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Jumlah perokok dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, baik dikalangan laki-laki maupun perempuan. Meskipun regulasi pengendalian masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha Latar Belakang. Persaingan bisnis yang dilakukan antar perusahaan dalam mendapatkan calon

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha Latar Belakang. Persaingan bisnis yang dilakukan antar perusahaan dalam mendapatkan calon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang dilakukan antar perusahaan dalam mendapatkan calon konsumen potensial serta mempertahankan konsumen yang telah ada, bukanlah hal yang baru dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif 1. Analisis secara deskriptif Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan dari lapangan berdasarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Data penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II (Persero).

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM) Atribut yang ditetapkan pada variabel kepuasan merupakan atribut mengenai kepuasan konsumen secara keseluruhan (overall satisfaction). Berdasarkan sebaran pilihan responden, lebih dari setengah dari jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. food & beverages. J.CO didirikan oleh Jhony Andrean yang sebelumnya terkenal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. food & beverages. J.CO didirikan oleh Jhony Andrean yang sebelumnya terkenal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum J.CO Donuts And Coffee J.CO Donuts And Coffee merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang food & beverages. J.CO didirikan oleh Jhony Andrean yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data dan obyek pada penelitian ini adalah Waroeng Spesial Sambal di Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisa data Pengaruh Customer Experience dan Perceived Quality terhadap Brand Trust Guna Meningkatkan Customer Loyalty dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, baik data yang bersifat data sekunder maupun data primer, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013).

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Kennedy, J. dan R. D. Soemanegara Marketing Communication: Taktik dan Strategi. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Kennedy, J. dan R. D. Soemanegara Marketing Communication: Taktik dan Strategi. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. 82 DAFTAR PUSTAKA Arca, R. 20. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Magnum Dan Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Es Krim Berdasarkan Karakteristik Pengeluaran (Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Survei Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan hotel bintang tiga di wilayah kota Cirebon. Ukuran sampel yang digunakan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi dengan melihat faktor eksternal dan internak yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Analisis Kecocokan Pada analisis hasil, bagian utama yang dibahas adalah mengenai tingkat kecocokan antara data dengan model, validitas dan reliabilitas model pengukuran serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan bahwa tahun 2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan bahwa tahun 2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyampaikan bahwa tahun 2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa dengan laju

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 103 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Survei Dari 25 kantor LPND sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 2005, No. 81 Tahun 2006, No. 08 Tahun 2008, dan No. 09 Tahun 2008,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER

LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER Kepada : Yth. Responden Dengan hormat, Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden dan secara sukarela mengisi kuesioner ini. Saya mahasiswi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah masyarakat kecamatan cengkareng jakarta barat. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah masyarakat kecamatan cengkareng jakarta barat. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini menganalisa bagaimana pengaruh sikap konsumen dan citra merek terhadap minat beli telepon seluler lumia. Subjek yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. dalam melakukan sebuah penelitian. Desain penelitian memberikan serangkaian prosedur

Bab III. Metodologi Penelitian. dalam melakukan sebuah penelitian. Desain penelitian memberikan serangkaian prosedur Bab III Metodologi Penelitian 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian memiliki definisi sebagai sebuah kerangka kerja yang digunakan dalam melakukan sebuah penelitian. Desain penelitian memberikan serangkaian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif 5.1.1 Deskriptif Responden 5.1.1.1 Lama Bekerja Dari 214 kuesioner yang dikembalikan oleh responden, bisa diketahui bahwa para pegawai telah bekerja

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian yang bertujuan untuk meneliti adanya pengaruh persepsi biaya, persepsi kenyamanan, dan persepsi resiko terhadap minat beli situs tokobagus.com. Karena itulah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Infomedia Solusi Humanika (INSANI) yang beralamatkan di Jl RS Fatmawati No 75 Jakarta Selatan didirikan di Jakarta pada 24 Oktober 2012 berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Strutural Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel teramati sebagai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada 12 Februari 2016 hingga13 April 2016 di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisa yang dijabarkan pada BAB IV, kesimpulan-kesimpulan yang didapat pada penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Konsumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian 1. Sejarah Smartphone Xiaomi Salah satu perusahaan yang memproduksi smartphone adalah Xiaomi. Xiaomi sendiri mulai menjual

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden Pada bab IV ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum objek penelitian dan data deskriptif serta menyajikan hasil komputasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Forever 21 merupakan retail fashion yang menyediakan produk-produk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Forever 21 merupakan retail fashion yang menyediakan produk-produk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Forever 21 merupakan retail fashion yang menyediakan produk-produk pakaian, aksesoris, perlengkapan kecantikan baik untuk wanita maupun pria.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR

VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR 7.1. Hasil Analisis SEM (Structural Equation Modelling) Model pada penelitian ini terdiri dari enam variabel laten, yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Pre-Test Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu sebelum menyebarkan kuesioner yang sebenarnya kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS JALUR (PATH ANALYZE) - Amos 22 mix SPSS versi 17 -

HASIL ANALISIS JALUR (PATH ANALYZE) - Amos 22 mix SPSS versi 17 - HASIL ANALISIS JALUR (PATH ANALYZE) - Amos 22 mix SPSS versi 17 - Diagram Path : Hipotesis Penelitian : (1) Semakin meningkat indeks Doow Jones maka IHSG juga akan semakin meningkat (2) Semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah pelanggan yang mendapat layanan penjualan dan layanan purna jual di Ford Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Martabak Boss merupakan martabak variasi khas Bandung yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Martabak Boss merupakan martabak variasi khas Bandung yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Martabak Boss merupakan martabak variasi khas Bandung yang menawarkan martabak dengan berbagai pilihan rasa. Setiap daerah memiliki namanama khas

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN STRUKTURALEQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN. Ananda Sabil Hussein, Ph.D

MODUL PELATIHAN STRUKTURALEQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN. Ananda Sabil Hussein, Ph.D MODUL PELATIHAN STRUKTURALEQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN Ananda Sabil Hussein, Ph.D Centre for Research and Publication Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2017 Aplikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil waktu dan lokasi penelitian pada wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini menganalisa bagaimana pengaruh kepribadian, komunikasi, dan kelompok referensi terhadap pengambilan keputusan konsumen menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah kelompok subyek yang hendak digeneralisasikan oleh hasil penelitian (Sugiyono, 2014). Sedangkan Arikunto (2010) menjelaskan

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) ABSTRAK

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) ABSTRAK PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) Nur Amalia Ma rufah 1, Panji Deoranto 2, Rizky Luthfian Ramadhan Silalahi 2* 1 Alumni,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Hormat saya, Selvia Indrawati. 1. Karakteristik responden. 1. Usia saya saat ini :

Lampiran 1 Kuesioner. Hormat saya, Selvia Indrawati. 1. Karakteristik responden. 1. Usia saya saat ini : 68 Lampiran 1 Kuesioner Kami mohon kesediaan bapak/ibu untuk berkenan mengisi kuesioner berikut ini dengan judul Pengaruh Brand Affect, Brand Quality, Brand Trust Terhadap Consumer s Brand extention Attitude

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat diselesaikan oleh persamaan regresi linear. SEM

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 118 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada pelaksanaan penelitian ini, lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Propinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan sebagian

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG Bab ini akan memaparkan analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang pada pemilik usaha tenun dengan menggunakan Theory Planned

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di 30 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah mahasiswa program studi akuntansi Universitas Islam Indonesia. Kuesioner

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Profil Responden Bagian ini akan membahas karakteristik responden. Karakteristik dasar responden yang ditanyakan adalah jenis kelamin, pendidikan formal terakhir, usia, jenis

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pada bagian ini dilakukan proses pengumpulan dan pengolahan data tahap awal serta pengumpulan data tahap akhir. Pengumpulan data pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBYEK/SUBYEK PENELITIAN 1. Obyek dan Subyek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu Centro yang ada di Mall Ambarrukmo Plaza Jl. Laksda Adisucipto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Alasan memilih Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah karena untuk memudahkan penulis

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN STRUKTURAL EQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN. Ananda Sabil Hussein, Ph.D

MODUL PELATIHAN STRUKTURAL EQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN. Ananda Sabil Hussein, Ph.D MODUL PELATIHAN STRUKTURAL EQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN Ananda Sabil Hussein, Ph.D Centre for Research and Publication Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2016 Aplikasi

Lebih terperinci

V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. PROFIL RESPONDEN Kuesioner yang berjumlah 53 pertanyaan dibagikan kepada 70 responden dari Kantor Penjualan Wilayah (KPW) Jakarta PT. Sinar Sosro. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun 72 KUESIONER Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan anda : I. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin anda? a. Laki-laki b. Perempuan Nama Responden: Tujuan Kuesioner Penelitian Kuesioner ini bertujuan

Lebih terperinci

Kepada Yth Sdr/i Responden di- Tempat. Wassalamu alaikum Wr.Wb.

Kepada Yth Sdr/i Responden di- Tempat. Wassalamu alaikum Wr.Wb. LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN KUISIONER PENELITIAN PENGARUH AKTIVITAS PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN EKUITAS PELANGGAN DAN INTENSI PEMBELIAN PADA PRODUK FASHION MEREK RABBANI (Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang dimulai dari validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dan model teoritis, uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PRODUK ORGANIK DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PRODUK ORGANIK DI SUMATERA UTARA 230 Lampiran : 1 Kuesioner Kuesioner ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PRODUK ORGANIK DI SUMATERA UTARA 231 Kepada Bapak/Ibu Responden Penyelidikan di Tempat Kuesioner Penelitian Assalamualaikum., Bersama ini

Lebih terperinci

UJIAN FINAL MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Dosen Pengampu : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran

UJIAN FINAL MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Dosen Pengampu : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran UJIAN FINAL MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Dosen Pengampu : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran Nama : Andi Ulfa Tenri Pada Nim : 11701261007 1. Paradigma hubungan antara variabel : Penelitian ini menggunakan data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Zalora.co.id Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada akhir 2011 oleh Rocket Internet GmbH, yang mencakup grup retail fashion

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia bisnis produk semakin ketat. Hal ini

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia bisnis produk semakin ketat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia bisnis produk semakin ketat. Hal ini dapat lihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam menciptakan produk-produk yang berkualitas.

Lebih terperinci

No. Responden:... (diisi peneliti)

No. Responden:... (diisi peneliti) Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MUSIK DAN PENCAHAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN YANG DIMODERASI EMOSI PADA CHARLES & KEITH GALAXY MALL SURABAYA No. Responden:... (diisi peneliti) Responden yang

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA DISKON TERHADAP NIAT BELI MELALUI STORE IMAGE PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA. I. Data Responden Usia :

PENGARUH HARGA DISKON TERHADAP NIAT BELI MELALUI STORE IMAGE PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA. I. Data Responden Usia : PENGARUH HARGA DISKON TERHADAP NIAT BELI MELALUI STORE IMAGE PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA Saya mohon kesediaan Anda untuk berkenan mengisi kuesioner berikut ini mengenai diskon harga, niat beli,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian Demografi data dari objek penelitian dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.1, yaitu berisi data mengenai umur mahasiswa, jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat penelitian, melakukan perumusan masalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1: KUESIONER

LAMPIRAN 1: KUESIONER 65 LAMPIRAN 1: KUESIONER 66 KUESIONER PENELITIAN No. :... (diisi peneliti) Responden yang terhormat, Dalam rangka penelitian yang saya lakukan untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Pascasarjana Unika

Lebih terperinci

Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi

Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi Lampiran 1: Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi Raw Data from file 'F:\pa_mughni\PRE.psf' Sample Size = 72 Latent Variables S KI KO Relationships

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau penelitian terapan yang mana didalamnya terdapat solusi atas suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan memilih Kabupaten Ngawi, Jawa Timur karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 63 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh BAB III METODA PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Porral dan Mangin (206) dengan judul Food Private Labels Brands:The Role Of Consumer

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN 48 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN 49 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KREATIVITAS, KUALITAS PESAN, DAN DAYA TARIK IKLAN TERHADAP SIKAP PADA MEREK MELALUI EFEKTIVITAS IKLAN SEBAGAI INTERVENING PADA IKLAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Demi memberikan deskripsi mengenai responden yang menjadi obyek penelitian, penulis membuat karakteristik responden dimana dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Gambaran Umum Responden Objek penelitian yang ditetapkan adalah mahasiswa Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti angkatan 2006-2010

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 32 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam era teknologi seperti sekarang persaingan antar produsen penyedia jasa layanan internet seperti mobile broadband sangatlah ketat. Penelitian ini

Lebih terperinci

Holland Bakery merupakan salah satu pelopor dalam usaha modern bakery yang. dikenal dengan Holland Bakery. Holland Bakery selalu berusaha untuk

Holland Bakery merupakan salah satu pelopor dalam usaha modern bakery yang. dikenal dengan Holland Bakery. Holland Bakery selalu berusaha untuk IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan (Holland Bakery) Holland Bakery merupakan salah satu pelopor dalam usaha modern bakery yang dikenal dengan Holland Bakery. Holland Bakery selalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Subjek dari penelitian ini adalah konsumen Hero Supermarket di Kota Yogyakarta, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Hero Supermarket di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Deskripsi data penelitian, mencakup uraian tentang gambaran umum dari setiap variabel penelitian yang terdiri dari: Kinerja Pegawai (Y), Budaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian 1. Gambaran Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk Eiger. PT. Eigerindo Multi Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan perekonomian global dan teknologi dewasa ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan perekonomian global dan teknologi dewasa ini yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perekonomian global dan teknologi dewasa ini yang semakin pesat, para pebisnis harus bisa memanfaatkan teknologi modern tersebut (Purwanto,

Lebih terperinci

Contoh Analisis Melalui AMOS Ketika Mediator & Moderator dalam Satu Model

Contoh Analisis Melalui AMOS Ketika Mediator & Moderator dalam Satu Model Contoh Analisis Melalui AMOS Ketika Mediator & Moderator dalam Satu Model Wahyu Widhiarso Fakultas Psikologi UGM 2011 wahyu_psy@ugm.ac.id Tulisan ini membahas masalah prosedur analisis ketika sebuah model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Definisi Iklan Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya kurang lebih adalah menggiring orang pada gagasan. Pengertian iklan adalah

Lebih terperinci

PENGANTAR. Yogyakarta, Penulis, Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd. NIDN : /NIRA :

PENGANTAR. Yogyakarta, Penulis, Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd. NIDN : /NIRA : PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah swt, bahwa akhirnya modul atau hand out yang sederhana ini dapat hadir di hadapan pembaca. Buku tersebut merupakan hasil kompilasi dari materi mengajar Metodologi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Yogyakarta, Penulis, Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd. NIDN : /NIRA :

PENGANTAR. Yogyakarta, Penulis, Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd. NIDN : /NIRA : PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah swt, bahwa akhirnya modul atau hand out yang sederhana ini dapat hadir di hadapan pembaca. Buku tersebut merupakan hasil kompilasi dari materi mengajar Metodologi

Lebih terperinci

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi 19 KERANGKA PEMIKIRAN Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Niat merupakan bentuk pikiran yang nyata dari rencana

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan deskripsi dan analisis hasil penelitian yang diperoleh melalui pengukuran dan pengujian terhadap hipotesis penelitian yang telah ditetapkan terlebih

Lebih terperinci