V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem"

Transkripsi

1 V. PEMODELAN SISTEM 5.1. Pendekatan Sistem Analisis Sistem Kegiatan awal dalam rantai pasok mangga gedong gincu adalah pemanenan. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada tingkat kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang rendah. Kriteria mangga gedong gincu yang siap panen (petik) adalah lekukan ujung buah rata atau hampir hilang, pori-pori merata dan berwarna coklat, lapisan lilin mulai menebal pada permukaan buah, cabang tangkai buah telah kering 65%, buah berbunyi nyaring bila disentil, dan bentuk buah padat. Buah mangga gedong gincu untuk ekspor dipetik pada tingkat kematangan 80-85% ( hsbm) yaitu saat bagian atas ujung buah berwarna hijau tua dengan pangkal buah berwarna merah. Pada kondisi tersebut, umur simpan mangga pada suhu ruang (tanpa teknologi penyimpanan dingin) adalah 6 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari hingga menjelang siang. Setelah dipanen, buah dikumpulkan di packing house yang dimiliki gapoktan untuk dilakukan sortasi dan grading. Pada hari yang sama, buah langsung dikirim ke gudang eksportir menggunakan mobil bak terbuka. Pasokan mangga gedong gincu bersumber dari kebun petani mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon. Pada penelitian ini, pasokan buah mangga gedong gincu untuk ekspor, diperoleh eksportir sebagian besar dari kebun gapoktan di kecamatan Sedong Lor kabupaten Cirebon yang telah menerapkan GAP/SOP. Antara eksportir dan gapoktan sudah mempunyai perjanjian bahwa gapoktan sanggup untuk memenuhi permintaan buah mangga gedong gincu dari eksportir selama satu kali periode musim panen. Artinya, gapoktan berkewajiban memenuhi semua permintaan eksportir terhadap mangga gedong gincu dengan kualitas ekspor. Konsekuensinya, jika pasokan dari kebun gapoktan tidak dapat memenuhi jumlah permintaan eksportir, gapoktan akan mencari mangga di kebun petani

2 76 lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tani Buah (KTB) yang sudah menerapkan GAP/SOP. Eksportir akan membayar jumlah pesanan sebesar total jumlah mangga per pesanan dikurangi 5% dari total jumlah mangga per pesanan dikalikan harga beli mangga per kg. Jadi, jika jumlah mangga yang dikirim gapoktan ke gudang eksportir sebanyak 1000 kg, maka eksportir akan membayar mangga tersebut sebesar 995 kg. Biaya transportasi mangga gedong gincu ditanggung oleh pihak eksportir. Mangga diangkut dengan mobil bak terbuka yang dapat memuat 20 peti berkapasitas 40 kg mangga per peti. Buah yang telah dipanen, dibersihkan, dan disortir oleh gapoktan, kemudian langsung diantar ke gudang eksportir di hari yang sama dengan hari pemetikan. Di gudang eksportir, buah yang datang langsung disortir kembali dan dikemas dalam kemasan karton kapasitas 3 kg; 1,5 kg; atau 10 kg (tergantung pesanan importir) untuk dikirim pada malam hari ke negara tujuan ekspor dengan menggunakan transportasi udara. Jika buah masih tersisa di gudang eksportir karena persediaan melebihi jumlah yang dikirim ke konsumen, maka buah akan dikirim kembali pada periode pengiriman pesanan berikutnya sepanjang buah masih memenuhi kriteria mutu ekspor seperti yang disepakati antara eksportir dengan masing-masing importir. Jika sudah tidak memenuhi kriteria mutu ekspor, buah akan dijual ke pasar domestik dengan harga jual pasar domestik. Karena itu, diperlukan pengendalian persediaan di gudang eksportir. Ciri khas persediaan untuk produk perishable adalah produk tidak dapat disimpan selamanya dalam persediaan. Khusus untuk buah segar, sistem persediaannya, dibatasi umur simpan yang sangat pendek. Buah mangga gedong gincu merupakan buah tropis dengan pola respirasi klimakterik. Sesaat setelah panen, respirasi dan transpirasi buah akan terus berlangsung pada sepanjang rantai pasoknya. Semakin tinggi respirasi, maka semakin cepat buah menjadi rusak karena kehilangan kesegarannya (freshness) yang ditandai dengan semakin melunaknya daging buah dan meningkatnya susut bobot. Salah satu faktor yang paling signifikan terhadap kecepatan respirasi adalah suhu ruang penyimpanan. Respirasi buah akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya suhu di ruang penyimpanan buah. Karena itu, pemakaian manajemen suhu (penyimpanan dingin) menjadi penting dalam teknologi pascapanen buah segar untuk

3 77 memperpanjang umur simpan buah segar. Pada penelitian ini, ekportir hanya menyimpan persediannya pada suhu ruang. Proses transpirasi menyebabkan buah kehilangan air sehingga buah mengalami susut bobot yang menyebabkan susut bahan sehingga merupakan kehilangan rupiah dalam sistem persediaan buah segar. Masalah penurunan mutu buah segar dalam sistem persediaan buah segar, akan berkaitan dengan jumlah buah yang dapat dikirim ke konsumen sesuai standar mutu yang diinginkan konsumen. Hal tersebut berdampak langsung pada performa persediaan sehingga diperlukan perencanan persediaan yang memperhatikan umur simpan buah Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan diperlukan untuk mendapatkan model yang dapat mengakomodir setiap kebutuhan di sepanjang sistem persediaan mangga gedong gincu di tingkat eskportir. Identifikasi hal-hal yang berkaitan dengan sistem persediannya menjadi langkah awal yang penting. Sistem persediaan buah mangga gedong gincu di tingkat eksportir melibatkan gapoktan dan eskportir. Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang dalam hal ini adalah kelompok tani buah mangga. Gapoktan memerlukan informasi tentang jumlah buah mangga gedong gincu yang dibutuhkan eskportir sehingga dapat mengatur pasokan mangga gedong gincu di gapoktan. Sumber pasokan buah mangga gedong gincu akan ditambah dari pihak luar gapoktan sesuai dengan perjanjian. Di tingkat eksportir, diperlukan informasi tentang jumlah persediaan optimum dengan memperhatikan umur simpan mangga gedong gincu, jumlah permintaan ekspor mangga gedong gincu, umur simpan, dan komponen biaya yang mempengaruhi biaya total persediaan buah mangga gedong gincu. Eksportir adalah pengambil keputusan terhadap jumlah yang harus dipesan ke gapoktan dalam kegiatan sistem persediaan mangga gedong gincu. Mengetahui jumlah persediaan optimum membantu pihak eksportir menentukan jumlah yang harus dipesan ke gapoktan sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan di gudang eksportir yang dapat menyebabkan kerugian karena buah memiliki umur simpan terbatas. Pelaku, fungsi pelaku, dan kebutuhan tiap pelaku yang terlibat

4 78 dalam rantai pasok mangga gedong gincu di tingkat eksportir dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pelaku, Fungsi Pelaku, dan Kebutuhan Tiap Pelaku Yang Terlibat Dalam Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu di Tingkat Eksportir No. Pelaku Fungsi pelaku Kebutuhan 1. Petani KTB Pemasok untuk gapoktan Informasi jumlah pesanan 2. Gapoktan a. Pemasok untuk eksportir b. Gudang penampungan hasil sementara sebelum mangga dikirim ke eksportir 3. Eksportir Gudang persediaan sebelum mangga dikirim ke importir Informasi jumlah pesanan dari eksportir a. Jumlah persediaan optimum berdasarkan umur simpan mangga pada berbagai suhu penyimpanan b. Jumlah permintaan ekspor c. Komponen biaya yang mempengaruhi dalam total biaya persediaan dengan mempertimbangkan freshness dan umur simpan mangga gedong gincu Identifikasi Sistem Persediaan dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai elemen-elemen yang saling berkaitan. Sebagai kumpulan elemen, sistem diidentifikasi untuk memfokuskan pemodelan. Model persediaan berperan sebagai penunjang keputusan pengendalian persediaan maupun pemenuhan permintaan. Meskipun ada dua jenis persediaan yaitu di tingkat gapoktan dan di tingkat eksportir, tetapi persediaan di tingkat gapoktan hanya berfungsi sebagai fasilitas pengumpulan sementara yang siap dikirim ke gudang eksportir. Model persediaan di tingkat eksportir, difokuskan pada jumlah pemesanan optimum.

5 79 Faktor-faktor yang dapat diidentifikasi dalam pemodelan sistem persediaan adalah variabel keputusan, kendala (constraint), serta tujuan (objective) model. Dalam model sistem persediaan mangga gedong gincu untuk ekspor, variabel keputusannya adalah jumlah persediaan optimum dengan mempertimbangkan penurunan mutu dan aspek kesegaran (freshness) buah mangga gedong gincu dalam sistem persediaan. Faktor mutu menjadi fokus perhatian karena berperan penting dalam sistem persediaan mangga gedong gincu. Aspek penurunan mutu akan diakomodir dalam model sehingga kompleksitas dari situasi tidak tereduksi. Fungsi tujuan (objective) model sistem persediaan yang dikembangkan adalah minimasi total biaya/total Cost (TC) yang terdiri dari komponen biaya simpan, biaya pesan, biaya penurunan mutu, dan biaya susut bobot. Model perlu ditunjang oleh informasi yang diolah dari data masa lalu yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan dan penentuan kebijakan sistem persediaan mangga gedong gincu untuk eskpor. Informasi yang diperlukan yaitu prakiraan permintaan ekspor mangga gedong gincu dan umur simpan mangga gedong gincu baik di suhu ruang (tanpa teknologi pascapanen), maupun umur simpan di suhu dingin (dengan teknologi pascapanen). Informasi tersebut dialirkan ke model persediaan yang dikembangkan Model Prakiraan Permintaan Ekspor Mangga Gedong Gincu Mangga gedong gincu di gudang eksportir akan dikirimkan ke importir. Gudang eksportir berfungsi sebagai fasilitas penyimpanan sebelum dikirim ke pelanggan di luar negeri. Data yang digunakan dalam pemodelan prakiraan permintaan ekspor mangga gedong gincu didasarkan data masa lalu jumlah pengiriman dari eksportir ke importir. Asumsi yang digunakan dalam hal ini adalah jumlah mangga gedong gincu yang dikirim pada masa lalu merupakan jumlah mangga yang berhasil di jual. Prakiraan permintaan dibutuhkan sebagai bagian dari kegiatan perencanaan persediaan mangga gedong gincu di tingkat eksportir. Data masa lalu yang digunakan adalah penjualan selama musim panen dari tahun 2005 sampai dengan 2010 atau sebanyak 18 periode. Langkah awal dalam pemodelan ini adalah mempelajari pola data masa lalu tersebut dengan

6 Autocorrelation Permintaan 80 jalan memplot data dalam bentuk grafis untuk mengetahui pola informasi data masa lalu, seperti yang tersaji pada Gambar Time Series Plot of Permintaan 250 (ton) Bulan Index Gambar 23. Pola data masa lalu permintaan ekspor mangga gedong gincu Sesuai dengan tahapan analisis metode ARIMA untuk menentukan model atau pola dari data permintaan, hasil analisis nilai koefisien autokorelasi data permintaan pada berbagai nilai time lag yang hasilnya disajikan pada Gambar 24. Autocorrelation Function for Permintaan (with 5% significance limits for the autocorrelations) Lag Gambar 24. Sebaran nilai koefisien autokerolasi deret angka permintaan ekspor mangga gedong gincu

7 Partial Autocorrelation 81 Partial Autocorrelation Function for Permintaan (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) Lag Gambar 25. Sebaran nilai koefisien parsial autokorelasi deret permintaan ekspor mangga gedong gincu Berdasarkan pola sebaran nilai koefisien autokorelasi (Gambar 24), disimpulkan bahwa pola data bersifat stasioner (d=0). Pola sebaran nilai koefisien parsial autokorelasi (Gambar 25) dan pola sebaran nilai koefisien autokorelasi (Gambar 24), menunjukkan bahwa data deret waktu permintaan mengandung komponen proses autoregresif ordo 1 (p=1) dan komponen proses moving average ordo 1 (q=1). Dengan demikian pola atau atau model deret data permintaan mangga gedong gincu adalah ARIMA (1,0,1) atau X t = μ + θ i X t 1 + i e t 1 + k t...(30) 5.3. Sistem Persediaan Mangga Gedong Gincu di Tingkat Eksportir Persediaan buah mangga gedong gincu di eksportir mempunyai fungsi utama melayani pengiriman buah ke konsumen di luar negeri melalui angkutan udara. Model sistem persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total (TC) melalui penentuan jumlah buah optimum yang dipesan.

8 Asumsi Penyusunan Model Penyusunan model dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Model yang dikembangkan dengan mempertimbangkan umur simpan buah mangga gedong gincu segar pada suhu ruang, suhu 13 o C, dan suhu 10 o C serta dengan mempertimbangkan susut bobot selama berada dalam persediaan. 2. Model hanya berlaku untuk negara tujuan ekspor yang dapat dicapai maksimal dalam 1 hari dengan angkutan udara. Delay di penerbangan hanya dijinkan 1 hari. 3. Semua pesanan buah segar dari eksportir dapat dipenuhi oleh gapoktan/petani karena antara gapoktan/petani dan eksportir sudah membuat kontrak pemenuhan pesanan dalam satu kali periode musim panen. 4. Harga buah tidak berubah, sumber daya dan fasilitas yang digunakan selama proses tetap 5. Buah yang sampai di gudang persediaan adalah buah yang berasal dari kebun terdaftar penerapan GAP/SOP. 6. Model hanya untuk pengendalian persediaan di tingkat eksportir mangga gedong gincu segar. 7. Umur simpan mangga gincu yang layak diekspor harus 4 hari (0,13 bulan) sebelum umur simpan maksimal di gudang eksportir baik tanpa perlakuan teknologi pascapanen (penyimpanan suhu ruang) maupun dengan perlakuan teknologi pascapanen (penyimpanan suhu dingin). Dengan kata lain, batas waktu maksimum ekspor mangga yang ada dalam persediaan adalah 4 hari sebelum umur simpan maksimumnya yaitu umur simpan hari ke-2 (dari 6 hari umur simpan pada suhu ruang), hari ke-17 (dari 21 hari umur simpan pada suhu 13 o C), dan hari ke-24 (dari 28 hari umur simpan pada suhu 10 o C). Keputusan membatasi waktu maksimum ekspor ini berkaitan dengan pertimbangan waktu yag diperlukan untuk pengiriman mangga ke negara tujuan ekspor. Saat sisa umur simpan mangga gedong gincu adalah 4 hari sebelum umur simpan maksimalnya dalam persediaan, maka diharapkan mutu buah masih baik saat tiba di negara tujuan dengan memperhitungkan waktu transportasi dari gudang eksportir ke negara tujuan adalah 1 hari, waktu delay

9 83 penerbangan (jika ada) maksimal 1 hari, maka saat tiba di negara tujuan, umur buah masih tersisa 2-3 hari lagi. Umur simpan mangga gedong gincu adalah 6 hari pada suhu ruang, 28 hari pada suhu 10 o C (Broto 2003), dan 21 hari pada suhu 13 o C (Rizkia, 2004). 8. Waktu pengiriman bersifat konstan 9. Kebutuhan disimpan dalam satuan per unit per bulan 10.Tidak terdapat kerusakan buah selama transportasi Penyusunan Model Model persediaan buah mangga gedong gincu di tingkat eksportir dalam penelitian ini, mengembangkan model persediaan Indrianti et al (2001) yang mengembangkan model perencanaan kebutuhan bahan dari model dasar EOQ dengan mempertimbangkan waktu kadaluarsa bahan. Pada model sistem persediaan Indrianti et al (2001), TC minimum diperoleh dengan memasukkan elemen biaya simpan, biaya pesan, biaya kekurangan bahan, dan biaya kadaluarsa. Pada model tersebut, bahan didefinisikan kadaluarsa karena bahan sudah melewati masa pakai yang terjadi di akhir periode, sehingga waktu kadaluarsa bersifat deterministik. Pada buah segar, penurunan mutu terjadi secara eksponensial sepanjang periode persediaan. Penelitian Maflahah (2010) menunjukkan bahwa laju kerusakan buah segar mengikuti laju distribusi eksponensial. Selain mengalami penurunan mutu, buah segar juga mengalami susut bobot pada sepanjang periode persediaan, Pengembangan model ini bertujuan untuk perencanaan persediaan buah mangga gedong gincu dengan mempertimbangkan umur simpan yang berkaitan dengan penurunan mutu dan susut bobot buah selama berada dalam persediaan. Hasil dari model tersebut adalah mendapatkan kebijakan persediaan berupa penentuan jumlah pemesanan yang optimal. Penerapan teknologi pascapanen merupakan upaya memperpanjang umur simpan buah segar. Karena itu, model dikembangkan dengan mengintegrasikan beberapa skenario teknologi pascapanen yang dapat memberi pengaruh terhadap umur simpan buah dalam persediaan. Salah satu teknologi pascapanen yang sering dan aman digunakan adalah manajemen suhu yaitu penyimpann dingin di gudang

10 84 persediaan. Pada suhu ruang, umur simpan mangga gedong gincu dengan tingkat kematangan 80-85% adalah 6 hari. Penelitian Rizkia (2004), menjelaskan umur simpan mangga gedong gincu dapat mencapai 21 hari jika disimpan pada suhu 13 o C, sedangkan Broto (2003) menjelaskan mangga gedong gincu dapat disimpan sampai 28 hari pada suhu 10 o C. Berdasarkan dari hasil penelitian Rizkia(2004) dan Broto (2003), maka dalam pengembangan model digunakan masukan umur simpan 28 hari pada penyimpanan suhu 10 o C dan 21 hari pada penyimpanan 10 o C sebagai representasi skenario masukan pada model dengan penggunaan teknologi pascapanen (penyimpanan suhu dingin) dalam persediaan mangga gedong gincu di tingkat eksportir. Skenario masukan pada model tanpa penggunaan teknologi pascapanen direpresentasikan oleh umur simpan mangga gedong gincu pada suhu ruang yaitu 6 hari. Berangkat dari situasi model persediaan untuk model EOQ (Gambar 8), maka digambarkan situasi model persediaan dengan mempertimbangkan laju kerusakan buah seperti pada Gambar 26. Q x = Q i = Q. e tb t Q 1 Q 2 Q n Gambar 26. Situasi model persediaan dengan mempertimbangkan laju kerusakan buah Gambar (26) menunjukan buah dalam persediaan (jumlah buah yang dipesan setiap kali pesanan) adalah sebesar Q dan terdapat buah yang rusak/mengalami penurunan mutu sebesar Q b yang terjadi terus menerus selama umur simpannya yaitu t b pada periode pesanan t. Bila jumlah kebutuhan selama periode T adalah sebesar D = Q 1 +Q Q n, maka :

11 85 t = TQ D...(31) Biaya persediaan pada model sistem persediaan mangga gedong gincu di tingkat eksportir yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi beberapa elemen, sebagai berikut: 1. Biaya simpan (C s ) berkaitan dengan penyimpanan persediaan. Pada model persediaan yang dikembangkan dalam penelitian ini, biaya simpan meliputi biaya gudang tanpa teknologi atau biaya gudang dengan teknologi. Biaya gudang dengan teknologi akan memiliki biaya simpan yang lebih tinggi dengan fraksi biaya penyimpanan lebih besar dari biaya penyimpanan tanpa teknologi. Besarnya biaya simpan per unit dinyatakan dalam fraksi dari harga per unit, yaitu : C s = hr...(32) dimana, h adalah fraksi biaya simpan per unit per periode perencanaan dan R adalah harga bahan baku per unit (Rp/ton). Dalam model EOQ, siklus persediaan adalah datang - digunakan - habis, maka volume persediaan didasarkan pada persediaan rata-rata ( 1 Q). Jika C s 2 adalah biaya simpan, Q adalah buah dalam persediaan (jumlah buah yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan) dan C s adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menyimpan setiap unit persediaan, maka besarnya biaya simpan yang dikeluarkan selama periode t (C st ) adalah : C st = 1 2. Q. C s. t...(33) Pada persediaan komoditas segar hasil pertanian, produk yang dipesan (dalam hal ini dalah buah mangga) dapat mengalami penurunan mutu di sepanjang periode persediaannya. Penelitian Maflahah (2010) menunjukkan bahwa laju penurunan mutu buah segar mengikuti distribusi eksponensial yaitu kecenderungan data dimana perubahannya semakin lama semakin menurun secara eksponensial. Penurunan kualitas dan kuantitas pada bahan segar yang diakibatkan adanya laju penurunan mutu dari waktu ke waktu, membentuk sebuah grafik eksponensial yang bisa didekati dengan Persamaan (8) yaitu :

12 86 Kualitas saat t = Kualitas Awal e t T Akibat adanya penurunan mutu, maka jumlah buah dalam persediaan (Q) diartikan sebagai jumlah buah yang tersedia dengan kondisi freshness yang dianggap masih dapat diterima konsumen atau jumlah buah dengan kualitas saat t (Q i ). Yang dimaksud jumlah buah dengan kualitas saat t pada model ini adalah merupakan agregasi dari perubahan parameter mutu seperti yang telah diteliti oleh Rizkia (2004). Berkaitan dengan persediaan buah segar yang dapat mengalami penurunan mutu di sepanjang periode persediaannya, maka dari grafik pada Gambar 25, Persamaan (8) dapat diartikan juga sebagai berikut : Q i = Q. e t tb...(34) Buah yang rusak langsung dikeluarkan dari persediaan, sehingga biaya simpan yang dikeluarkan pada periode t (C st ) diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan sejumlah buah dengan kualitas saat t (Q i ), sehingga Persamaan (33) menjadi : C st = 1 2 Q i. C s. t...(35) Persamaan (34) disubsitusikan ke Persamaan (35) sehingga diperoleh persamaan : C st = 1 t. Q. e tb. C 2 s. t...(36) Jumlah buah dengan kualitas saat t (Qi) diartikan sebagai luas daerah di bawah kurva Q(x) = Qi = Q. e t tb, maka untuk mencari Q i digunakan integral tertentu (definite integral) dari 0 sampai t pada Persamaan (34), sehingga Persamaan (36) menjadi : C st = 1 2 t Q. e tb. t C s. dt 0 C st = 1 2 tb.q. e t tb 1. C s C st = 1 t tb. Q. 1 e tb. C s...(37) 2

13 87 Persamaan (31) disubsitusikan ke Persamaan (37), sehingga persamaan menjadi : C st = 1 TQ tb. Q. 1 e Dtb. C s...(38) 2 Penurunan lebih rinci dari Persamaan (36) ke Persamaan (37) dapat dilihat pada Lampiran Biaya pesan, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memesan buah meliputi: biaya administrasi, biaya telekomunikasi, biaya transportasi, dan biaya pekerja bongkar muat. Biaya per sekali pesan dinyatakan dengan C p. 3. Biaya penyusutan bobot, adalah biaya yang dikeluarkan akibat adanya penyusutan bobot buah karena ada penurunan mutu buah. Biaya yang dikeluarkan adalah biaya pembelian dikalikan dengan jumlah buah yang mengalami penyusutan bobot, maka biaya penyusutan bobot per unit (C pb ) dan biaya penyusutan bobot selama periode t (C pbt ) adalah : C pb = B 1 e TQ Dtb...(39) C pbt = C pb. Q...(40) Karena Persamaan (39) merupakan fungsi eksponensial, maka Persamaan (39) diintegralkan dan disubsitusikan ke Persamaan (40) sehingga diperoleh : C pbt = 0 Q B 1 e TQ Dtb. dq C pbt = B (Q 0) ( Dtb T 1 TQ e Dtb C pbt = BQ B Dtb T 1 TQ e Dtb...(41) Penurunan lebih rinci Persamaan (40) ke Persamaan (41) dapat dilihat pada Lampiran Biaya penurunan mutu, adalah biaya yang terjadi karena buah yang masih dalam persediaan tidak dapat lagi diekspor (berdasarkan asumsi penyusunan model poin ke-7) sehingga dijual ke pasar lokal. Jika P adalah harga jual ekspor, J adalah harga jual ke pasar lokal, dan Q i adalah jumlah buah yang tersedia saat t (buah yang masih berada dalam persediaan dengan kualitas yang

14 88 masih memenuhi kualitas ekspor), maka biaya penurunan mutu per unit (C pm ) adalah : C pm = P J. Q i...(42) Persamaan (34) disubtitusikan pada Persamaan (42) sehingga diperoleh persamaan biaya penurunan mutu selama periode t (C pmt ), yaitu: C pmt = P J. Q. e t tb...(43) Dari asumsi penyusunan model, diterangkan bahwa eksportir hanya akan mengekspor buah yang memiliki kualitas dengan umur simpan maksimal 4 hari sebelum waktu rusaknya atau sekitar 0,133 bulan, sehingga e t tb menjadi : e t 0,133 tb tb e tb...(44) Dengan demikian, Persamaan (43) menjadi : 0,133 tb C pmt = P J Q. e tb...(45) Dengan demikian, biaya total (TC) persedian mangga gedong gincu untuk eskpor selama kurun waktu T adalah : Biaya total (TC) = Biaya simpan + biaya pesan + biaya penyusutan bobot + biaya penurunan mutu TC = C st + C p + C pbt + C pmt D Q...(46) Dengan subtitusi Persamaan (38,41,45) ke Persamaan (46), maka diperoleh persamaan sebagai berikut : TC = 1 TQ tb. Q. 1 e Dtb C 2 s + C p + BQ B Dtb T 1 e TQ Dtb + P J. Q. e tb 0,133 tb D Q TC = 1 TQ tb. D. 1 e Dtb C 2 s + C p. D Q + BD B D2 tb TQ 1 TQ e Dtb + P J. D. e tb 0,133 tb

15 89 TC = 1 TQ tb. D. 1 e Dtb C 2 s + C p. D Q + BD B D2 tb T 1 Q 1 Q e TQ Dtb + P J. D. e tb 0,133 tb..(47) Total biaya minimal dalam model ini tercapai apabila Persamaan (47) diturunkan terhadap Q dengan syarat optimum sebagai berikut: TC Q = 0 ; 2 TC Q 2 > 0 TC Q = 1 T TQ tb. D. 0 2 Dtb e Dtb Cs Cp. D Q B D2 tb T 1 Q 2 1 TQ. e Dtb + 1 Q2 Q T TQ Dtb e Dtb + 0 TC Q = 1 T tb. D. 2 Dtb. TQ e Dtb. Cs Cp. D Q 2 + B D2 tb TQ 2 B D2 tb TQ 2. TQ e Dtb + B D2 tb TQ T Dtb e TQ Dtb TC Q = 1 2 tb. D. T Dtb. TQ e Dtb. Cs Cp. D Q 2 + B D2 tb TQ 2 B D2 tb TQ 2. TQ e Dtb B D Q e TQ Dtb...(48) Untuk mendapatkan Q optimal, maka dilakukan perhitungan terhadap Persamaan (48) menggunakan program bantuan Microsoft Office Excel Dengan menggunakan fungsi logika TC Q = 0 sehingga mendapatkan Q optimal. Untuk mendapatkan TC yang minimum maka nilai Q optimal dimasukkan ke Persamaan (47).

16 90

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR 4.1. Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu Buah-buahan Indonesia diminati di pasar luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rantai pasok merupakan sekumpulan entitas baik berupa organisasi maupun individual yang secara langsung dan bersama-sama terlibat dalam aliran mulai hulu sampai hilir

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Produksi Proses Produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Produksi Proses Produksi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Produksi Proses Produksi Proses produksi adalah suatu rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya.

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Asumsi Penyusunan Model Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan

PEMODELAN SISTEM Asumsi Penyusunan Model Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan PEMODELAN SISTEM Asumsi Penyusunan Model Perencanaan produksi agregat dan jadwal induk produksi jus berbahan baku buah segar menggunakan beberapa asumsi untuk mendukung penyusunan model. Asumsi-asumsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets)

PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets) PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets) Devi Chandra, R. Hanung Ismono, Eka Kasymir Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS. Abstrak

APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS. Abstrak APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS Andriani Lubis 1*) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 *) andriani_loebis@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCAPANEN

PENANGANAN PASCAPANEN 43 PENANGANAN PASCAPANEN Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1. V. PEMODELAN SISTEM 5.1. KONFIGURASI SISTEM Model perencanaan bahan baku industri teh di PTPN VIII Kebun Cianten dirancang dan dibuat dalam satu paket komputer sistem manajemen yang diberi nama SCHATZIE

Lebih terperinci

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C Oleh: Rara Karismawati NRP.7207040019 1 Pembimbing: Mike Yuliana, ST, MT NIP. 197811232002122009 Reni Soelistijorini,

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

Simulasi Monte Carlo. (Inventory)

Simulasi Monte Carlo. (Inventory) Simulasi Monte Carlo (Inventory) onsep Dasar Inventory Inventory menjelaskan kuantitas suatu item yang harus dipertahankan untuk dipergunakan oleh sebuah organisasi. Tujuan utama dalam kontrol inventory

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri karet. Salah satu produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah Rb Bellow, dimana ada 3 bahan baku yang diteliti yaitu tepung

Lebih terperinci

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung 89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai bulan Januari hingga April 2012 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Buah jambu biji dapat dipanen dengan melihat ukuran, bentuk, dan perubahan warna buah. Setelah buah mulai berubah warna menjadi hijau lebih pucat

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4 Manajemen Produksi dan Operasi Inventory M-4 1 2 PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi merupakan tahap mempersiapkan sistem untuk dapat dioperasikan dan merupakan tahap pembuatan perangkat lunak. SCHATZIE 1.0 merupakan paket

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Bab ini meliputi 2 bagian utama, yaitu analisis data dan hasil penelitian. Analisis data menjabarkan dan mengalkulasikan penelitian yang telah dipaparkan secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji memiliki masa simpan yang relatif pendek, berkisar 6-7 hari pada suhu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Rantai Pasokan Buah Naga 1. Sasaran Rantai Pasok Sasaran rantai pasok merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah rantai pasok. Ada dua sasaran rantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Diperkirakan jumlah kerusakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian

BAB II STUDI PUSTAKA. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian BAB II STUDI PUSTAKA Bab ini membahas beberapa literatur yang terkait dengan penelitian. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian kedua membahas penelitian-penelitian

Lebih terperinci

4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS. Petani PKBT IPB

4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS. Petani PKBT IPB 4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS 4.1 Struktur Rantai Pasok Buah Manggis Rantai pasok buah manggis untuk pasar ekspor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dibentuk pada tahun 2007. Koperasi Bina Usaha

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. diminati tampilan buah eksotis ini yang menarik. Selain itu, stroberi adalah buah

BAB I. PENDAHULUAN. diminati tampilan buah eksotis ini yang menarik. Selain itu, stroberi adalah buah BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroberi (Fragaria x ananassa) adalah salah satu buah yang banyak diminati tampilan buah eksotis ini yang menarik. Selain itu, stroberi adalah buah yang penting secara

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR. Oleh : Laily Awliatul Faizah ( )

PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR. Oleh : Laily Awliatul Faizah ( ) Seminar Hasil Tugas Akhir PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR Oleh : Laily Awliatul Faizah (357) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Setiawan, MS. Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 107 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 17. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 108 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL Minitab adalah program statistik yang setiap versinya terus dikembangkan. Gambar 1 memperlihatkan kepada anda aspek-aspek utama

Lebih terperinci

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Metode Deret Berkala Box Jenkins METODE BOX JENKINS Metode Deret Berkala Box Jenkins Suatu metode peramalan yang sistematis, yang tidak mengasumsikan suatu model tertentu, tetapi menganalisa deret berkala sehingga diperoleh suatu model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya mangga merupakan salah satu dari lima rencana pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III Cirebon, adapun WKPP ini merupakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang beranekaragam dan melimpah. Beberapa jenis buah yang berasal dari negara lain dapat dijumpai dapat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PERSEDIAAN DALAM RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU HERFIANI RIZKIA

PENGEMBANGAN SISTEM PERSEDIAAN DALAM RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU HERFIANI RIZKIA PENGEMBANGAN SISTEM PERSEDIAAN DALAM RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU HERFIANI RIZKIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

FORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

FORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa : FORM D A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: 1. Pemanenan jeruk kisar yang dilakukan petani di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) masih tradisional, diantaranya tingkat kematangan,

Lebih terperinci

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Emmy Darmawati 1), Gita Adhya Wibawa Sakti 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang minuman ringan. Produk yang dihasilkan oleh PT X adalah teh, kopi, gula asam, dan minuman rasa buah. Berdasarkan hasil wawancara, masalah

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus CARA PANEN BUAH Pendahuluan Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. adalah jenis tanaman yang hidup baik pada daerah tropis dan wilayah iklim sedang. Di daerah tropis terong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci