VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK"

Transkripsi

1 VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik. Jika melakukan analisis pengendalian persediaan di tingkat ritel produk organik, maka menjadi tidak sesuai. Hal itu dikarenakan para ritel produk organik juga memasok beras organik dari pemasok lainnya dan permintaan beras organik dari konsumen akhir tidak dikhususkan pada permintaan beras organik dari ani Sejahtera Farm saja. Ketika seluruh beras organik di gudang ritel dari berbagai pemasok, beras organik ini dikemas ulang dengan kemasan yang sama untuk semua beras organik sehingga tidak diketahui mana beras organik yang dipasok oleh ani Sejahtera Farm dan mana beras organik dari pemasok lain. Untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis persediaan beras organik pada ani Sejahtera Farm, analisis pengendalian persediaan dianalisis hanya pada tingkat ani Sejahtera Farm Kondisi Permintaan Beras Organik ani Sejahtera Farm sebagai produsen dan distributor yang mendistribusikan beras organik dari petani mitra kepada ritel produk organik. Permintaan beras organik yang dihadapi ani Sejahtera Farm adalah permintaan dari para ritel produk organik dan konsumen akhir karena badan usaha ini juga berperan sebagai ritel yang menjual langsung ke konsumen akhir. Penjualan beras organik dilakukan di rumah pimpinan umum badan usaha ini, yaitu di Cibubur, sedangkan ritel produk organik menetapkan jumlah pesanan kepada ani Sejahtera Farm berdasarkan permintaan dari konsumen akhir yang membeli di tempatnya. Jumlah permintaan beras organik ani Sejahtera Farm kepada petani mitra adalah seluruh hasil panen petani mitra karena sesuai kesepakatan yang sudah dijalani. Jumlah penawaran ani Sejahtera Farm kepada ritel produk organik dan konsumen akhir adalah beras organik pasokan dari petani mitra yang sudah disortasi sebelumnya. Jumlah permintaan belum tentu sama dengan jumlah penawaran pada ani Sejahtera Farm karena jumlah keduanya berubah-ubah setiap tahun. Permintaan beras organik dari konsumen akhirlah yang berfluktuasi

2 disamping permintaan dari ritel yang selalu tetap sehingga jumlah permintaan yang dihadapi ani Sejahtera Farm tidak tetap secara keseluruhan pada setiap bulan dan setiap tahun. Jumlah penawaran beras organik dari petani mitra juga tidak tetap untuk setiap siklus produksi dan setiap tahun karena budidaya padi organik memiliki risiko produksi yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca. Hal tersebut didukung dengan produktivitas padi dengan sistem organik masih rendah dan persentase kehilangan hasil atau rendemen beras cukup tinggi. Petani mitra terbagi menjadi empat kelompok dimana luas lahan antar kelompok berbeda sehingga jumlah beras organik hasil panen menjadi berbeda setiap kelompok di setiap bulan dan setiap tahun. Permintaan beras organik yang dihadapi ani Sejahtera Farm berasal dari Ritel MM Organic and Vegetable, Ming Organic and Vegetarian Foods serta konsumen akhir. Data permintaan beras organik ani Sejahtera Farm pada tahun 2011 dapat dilihat pada abel 18. abel 18. Data Permintaan Beras Organik ani Sejahtera Farm ahun 2011 Bulan MM Organic and Vegetable (kg) Ming Organic and Vegetarian Foods (kg) Konsumen Akhir (kg) Jumlah (kg) Januari , ,8 Februari ,8 903,8 Maret ,7 667,7 April ,8 845,8 Mei , ,4 Juni ,4 893,4 Juli ,5 660,5 Agustus ,6 841,6 September , ,2 Oktober ,3 904,3 November ,8 677,8 Desember ,2 848,2 Jumlah , ,5 Dari abel 18, dapat dilihat bahwa jumlah permintaan dari kedua ritel dan konsumen akhir secara keseluruhan tidak jauh berbeda antar bulan. Jumlah permintaan beras organik yang dihadapi ani Sejahtera Farm sama dengan penawaran atau hasil panen petani mitra pada tahun Jadi, persediaan beras

3 organik yang berada di gudang badan usaha ini selalu habis setiap bulan pada tahun Jumlah permintaan antar tahun sebelumnya berbeda walaupun tidak terlalu jauh dan permintaan akan berbeda setiap tahun ke depannya. Pada tahun 2011, jumlah permintaan keseluruhan sebesar ,5 kg beras organik. Bila dilihat jumlah permintaan setiap bulan, terdapat fluktuasi atau keragaman permintaan setiap bulan. Rata-rata permintaan beras organik setiap bulan pada tahun 2011 (D) adalah 878,875 kg. Nilai ini merupakan jumlah permintaan beras organik yang biasa dihadapi ani Sejahtera Farm setiap bulan pada tahun erdapat perbedaan antara permintaan beras organik yang terjadi (aktual) setiap bulan dan rata-rata permintaan yang terjadi setiap bulan atau dapat disebut sebagai simpangan. Simpangan ini mencerminkan bahwa seluruh permintaan beras organik dari ritel dan konsumen akhir yang dihadapi ani Sejahtera Farm dapat lebih kecil atau lebih besar dari rata-rata permintaan yang biasa dihadapinya setiap bulan. Untuk mengetahui penyebaran permintaan beras organik selama setahun, nilai varians dan standar deviasi harus diketahui terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan produksi beras organik oleh ani Sejahtera Farm agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Simpangan antara jumlah permintaan dan rata-rata permintaan beras organik pada tahun 2011 dapat dilihat pada abel 19. abel 19. Simpangan antara Jumlah Permintaan Setiap Bulan dan Rata-Rata Permintaan Beras Organik pada ahun 2011 Bulan Jumlah Permintaan D i (kg) (D i D) (D i D) 2 Januari 1.112,8 233, ,9 Februari 903,8 24, ,3 Maret 667,7-211, ,9 April 845,8-33, Mei 1.094,4 215, Juni 893,4 14, Juli 660,5-218, ,6 Agustus 841,6-37, ,4 September 1.096,2 217, ,2 Oktober 904,3 25, ,4 November 677,8-201, ,2 Desember 848,2-30, Jumlah , ,9

4 Dalam menganalisis persediaan, digunakan data permintaan beras organik tahun 2011 yang merupakan permintaan dari kedua ritel dan konsumen akhir langsung. Permintaan tidak dipisahkan antara permintaan dari kedua ritel dan permintaan dari konsumen akhir. Jika dipisahkan antara keduanya, akan terdapat dua hasil analisis (model persediaan) yang dapat merumitkan pihak ani Sejahtera Farm dalam mengaplikasikan secara langsung. (D i D) merupakan simpangan antara jumlah permintaan beras organik setiap bulan dan rata-rata permintaan beras organik yang dihadapi ani Sejahtera Farm setiap bulan, sedangkan (D i D) 2 merupakan simpangan yang dikuadratkan. Varians dan standar deviasi merupakan alat ukur untuk melihat penyebaran data permintaan antar bulan. Berikut adalah perhitungan varians dan standar deviasi permintaan beras organik yang dihadapi oleh ani Sejahtera Farm pada tahun Varians Permintaan ( D 2 ) = n i=1 (D i D)2 = 2., n 12 = ,91 Standar Deviasi Permintaan ( D ) = D 2 = 23., = 154,39 Besar varians permintaan beras organik sebesar ,91 dan besar standar deviasi permintaan beras organik sebesar 154,39 kg. Nilai standar deviasi tidak terlalu besar. Variasi atau keragaman dari permintaan beras organik yang dihadapi ani Sejahtera Farm dalam setahun pada tahun 2011 cukup rendah atau tidak terlalu fluktuatif. Besarnya simpangan permintaan yang terjadi antar bulan dalam setahun tidak terlalu besar dan tidak terlalu tersebar luas. Hal tersebut menguntungkan ani Sejahtera Farm karena risiko permintaan yang dihadapi badan usaha ini tidak terlalu besar sehingga jika terjadi penurunan permintaan, besarnya penurunan tidak terlalu besar dan kerugian yang diterima pun sedikit Kebijakan Pengisian Kembali Persediaan pada ani Sejahtera Farm Kebijakan pengisian kembali (replenishment) persediaan menurut Chopra dan Meindl (2004) terdiri dari dua, yaitu kebijakan continuous review dan periodic review. Kedua kebijakan ini diterapkan perusahaan jika kondisi permintaan bervariasi atau fluktuasi. Kebijakan continuous review diterapkan dengan ketentuan setiap pemesanan produk dilakukan dalam jumlah yang tetap,

5 tetapi waktu pemesanan berbeda. Perbedaan waktu antar setiap pemesanan terjadi karena adanya ketidakpastian permintaan yang berfluktuasi. Sedangkan kebijakan periodic review diterapkan dengan ketentuan setiap waktu pemesanan produk dilakukan berkala dengan periode yang tetap dan jumlah pemesanan berubahubah. Jumlah pemesanan yang berubah disebabkan oleh adanya ketidakpastian permintaan. Konsep pemesanan yang dilakukan ani Sejahtera Farm adalah pemesanan beras organik oleh ani Sejahtera Farm kepada petani mitra. Pemesanan membutuhkan biaya seperti biaya komunikasi dan transportasi. Biayabiaya ini perlu dikeluarkan ani Sejahtera Farm. Biaya komunikasi dikeluarkan ani Sejahtera Farm karena dalam pemesanan, pihak ani Sejahtera Farm menghubungi seluruh petani mitra dalam setiap kelompok yang sedang panen. Petani mitra juga pernah menghubungi pihak badan usaha ini untuk memberitahukan bahwa gabah siap diangkut untuk digiling. ani Sejahtera Farm mengeluarkan biaya transportasi. Biaya transportasi yang dikeluarkan adalah biaya pembelian bahan bakar mobil pick up. Biaya transportasi cukup tinggi karena proses pengangkutan banyak dilakukan oleh ani Sejahtera Farm seperti pengangkutan gabah organik ke penggilingan, pengangkutan beras organik yang sudah digiling dari penggilingan dan dibawa ke tempat petani mitra untuk dilakukannya transaksi. Kemudian, beras organik tersebut dibawa ke gudang ani Sejahtera Farm. Persediaan di ani Sejahtera Farm berwujud beras organik (produk jadi), baik yang sudah dikemas dengan kemasan 5 kg atau beras organik dalam karung dari petani mitra. Beras organik petani mitra dibeli ani Sejahtera Farm dan kemudian langsung disortasi, dikemas, dan disimpan dalam gudang dalam waktu beberapa hari. Beras organik ini disimpan dalam gudang ani Sejahtera Farm yang terletak di belakang kantor. Penyimpanan persediaan beras organik membutuhkan biaya, yaitu biaya listrik yang harus dibayar setiap bulannya. Jumlah permintaan beras organik yang dihadapi ani Sejahtera Farm tidak tetap pada setiap bulan dan setiap tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ani Sejahtera Farm tidak mengaplikasikan model pengendalian persediaan EOQ (Economic Order Quantity) yang menuntut jumlah permintaan harus selalu tetap

6 atau konstan. ani Sejahtera Farm mengaplikasikan kebijakan pengisian kembali persediaan di antara continuous review atau periodic review. Dilihat dari jumlah permintaan beras organik ani Sejahtera Farm, jumlah permintaan beras organik tidak selalu tetap. Pemesanan selalu dilakukan ani Sejahtera Farm setiap bulan. Oleh karena pemesanan beras organik dilakukan ani Sejahtera Farm setiap bulan, maka kebijakan pengisian kembali persediaan yang diterapkan ani Sejahtera Farm adalah periodic review. Periode pemesanan beras organik antar pemesanan selalu tetap, yaitu setiap 30 hari dengan jumlah pemesanan yang berbeda. Siklus pengisian kembali persediaan beras organik pada ani Sejahtera Farm setiap bulan saat ini dapat dilihat pada Gambar 20. Jumlah Beras Organik Q (kg) L L L L ime Gambar 20. Siklus Pengisian Kembali Beras Organik pada ani Sejahtera Farm Saat Ini 8.3. Pengendalian Persediaan Beras Organik pada ani Sejahtera Farm ani Sejahtera Farm menerapkan kebijakan periodic review dalam mengisi kembali persediaan beras organik di gudangnya. Penerapan periodic review dilakukan karena terdapat fluktuasi atau variasi permintaan beras organik dari konsumen akhir dan ritel produk organik serta jumlah pemesanan beras organik kepada petani mitra berubah-ubah mengikuti jumlah panen petani mitra yang tidak tetap. Continuous review tidak diterapkan ani Sejahtera Farm karena ritel produk organik menginginkan pasokan beras organik dipasok setiap bulan. Beras organik merupakan produk yang lebih tidak tahan lama daripada beras biasa (konvensional). Jika menerapkan continuous review yang biasanya produk harus

7 disimpan lebih lama hingga persediaan beras organik mencapai reorder point (titik pemesanan kembali), maka akan dapat merusak produk beras organik lebih cepat dan merugikan ani Sejahtera Farm. Untuk menganalisis pengendalian persediaan dengan kebijakan periodic review, maka rata-rata permintaan, standar deviasi permintaan, lead time, review interval, dan CSL (Cycle Service Level) dianalisis terlebih dahulu. Standar deviasi permintaan beras organik pada ani Sejahtera Farm sudah dianalisis pada subpokok bahasan sebelumnya, yaitu sebesar 154,39 kg. Lead time adalah jangka waktu dari pemesanan beras organik oleh ani Sejahtera Farm hingga beras organik di gudang ani Sejahtera Farm. Waktu yang dibutuhkan ani Sejahtera Farm dalam mempersiapkan persediaan beras organik di gudangnya sekitar 6 hari (0,2 bulan). ani Sejahtera Farm memesan beras organik kepada petani mitra ketika gabah masih dijemur pada hari kelima. Penjemuran gabah memerlukan waktu satu minggu. Kemudian, penjemuran tetap dilakukan hingga hari ketujuh. Petani mitra menghubungi ani Sejahtera Farm untuk memberi tahu bahwa gabah siap diangkut ke penggilingan. ani Sejahtera Farm mengangkut gabah yang sudah dikarungi petani ke penggilingan pada hari kedelapan. Penggilingan gabah menjadi beras organik membutuhkan waktu dua hari. Besok harinya, ani Sejahtera Farm mengangkut kembali beras organik dari penggilingan dan dibawa ke petani mitra. Setelah itu, transaksi antara petani mitra dan ani Sejahtera Farm dilakukan. Review interval merupakan periode atau jangka waktu setiap pemesanan beras organik yang dilakukan ani Sejahtera Farm kepada petani mitra. Oleh karena ani Sejahtera Farm menerapkan periodic review, maka review interval selalu tetap. Jangka waktu antar pemesanan yang dilakukan ani Sejahtera Farm yaitu setiap sebulan sekali (1 bulan). ani Sejahtera Farm melakukan pemesanan setiap sebulan sekali, tetapi pendistribusian beras organik kepada ritel produk organik dilakukan setiap dua kali dalam sebulan. Jadi, setelah dua minggu di setiap bulan, persediaan beras organik tetap tersedia untuk didistribusikan kembali kepada ritel. Pendistibusian beras organik kepada ritel dilakukan pada minggu pertama dan ketiga. Pengangkutan beras organik ke tempat penjualan milik ani Sejahtera Farm yang terletak di Cibubur dilakukan pada minggu pertama.

8 Menurut Chopra dan Meindl (2004), CSL (Cycle Service Level) adalah peluang atau kemungkinan persediaan tidak habis di gudang sebuah perusahaan pada setiap siklus pengisian kembali (replenishment cycle) sehingga dapat memenuhi seluruh permintaan ritel. Siklus pengisian kembali adalah jangka waktu antara setiap pengiriman pesanan berturut-turut. Satuan CSL berupa persentase. Persentase CSL menunjukkan besar persentase sebuah perusahaan dapat memenuhi permintaan ritel dari persediaan yang sudah ada di gudang, sedangkan sisa persentase CSL menunjukkan besar persentase dimana permintaan tidak dapat dipenuhi karena kurangnya persediaan di gudang (stockout). Nilai CSL biasanya ditentukan oleh perusahaan tergantung pada kesanggupan perusahaan. ani Sejahtera Farm sebelumnya belum pernah menetapkan CSL. Untuk menganalisis pengendalian persediaan beras organik pada ani Sejahtera Farm agar menghasilkan model persediaan yang dapat memenuhi dan memuaskan permintaan para konsumen akhir dan kedua ritel, ani Sejahtera Farm perlu menetapkan CSL yang disanggupi. Nilai CSL yang ditetapkan ani Sejahtera Farm sebesar 95 persen. Setelah diketahui seluruh data yang dibutuhkan, analisis pengendalian persediaan dapat dilakukan. Awalnya, harus dianalisis persebaran permintaan selama lead time dan review interval. Analisis persebaran tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata permintaan selama review interval () dan lead time (L) dengan simbol D +L serta nilai standar deviasi permintaan selama review interval () dan lead time (L) dengan simbol +L. Oleh karena rata-rata permintaan dan standar deviasi permintaan sudah dihitung dalam satuan waktu bulan, maka komponen lainnya juga mengikuti dalam satuan waktu bulan. Berikut adalah perhitungan kedua nilai tersebut. Besar adalah 1 bulan dan besar L adalah 6 hari atau 0,2 bulan. D +L = ( + L) D = (1 + 0,2) (878,875) = 1.054,7 +L = ( D ) = 1 + 0, (154,39) = 169,8 Nilai D +L sebesar 1.054,7 kg mengindikasikan bahwa jumlah persediaan beras organik rata-rata yang dibutuhkan selama jangka waktu review interval dan

9 lead time hingga pesanan beras organik di gudang ani Sejahtera Farm sebanyak 1.054,7 kg. Selanjutnya, nilai safety stock dapat ditentukan. Safety stock merupakan persediaan pengaman yang disediakan untuk mengantisipasi adanya jumlah permintaan yang melebihi penawaran. Safety stock menjadi penting karena selain jumlah permintaan yang berfluktuasi dan tidak dapat diprediksi, jumlah penawaran (pasokan) juga tidak dapat diprediksi dan ditakutkan tidak dapat memenuhi seluruh permintaan terutama ritel karena terdapat kesepakatan yang harus dipenuhi. Walaupun MM Organic and Vegetable dan Ming Organic and Vegetarian Foods membeli dalam jumlah sedikit, jika jumlah persediaan pada ani Sejahtera Farm tidak mencukupi, ditakutkan akan mengurangi keprofesionalan sehingga kepercayaan berkurang. Konsumen akhir membeli sisa persediaan beras organik ani Sejahtera Farm yang telah didistribusikan ke ritel. Jika jumlah sisa persediaan beras organik sedikit, maka jumlah konsumen akhir yang dapat dipenuhi kebutuhannya menjadi sedikit. Besarnya safety stock beras organik yang harus disiapkan ani Sejahtera Farm dapat dilihat pada perhitungan berikut. Safety Stock = NORMSINV (CSL) x +L = NORMSINV (0,95) x 169,8 = 1,645 x 169,8 = 279 kg Sebanyak 279 kg beras organik harus dipersiapkan sebagai safety stock yang disimpan dalam gudang ani Sejahtera Farm. Jumlah safety stock ini sesuai dengan nilai cycle service level (CSL) yang ditetapkan ani Sejahtera Farm sebesar 0,95 yang berarti bahwa ani Sejahtera Farm dapat memenuhi permintaan konsumen akhir dan memasok beras organik kepada ritel produk organik dari persediaan yang sudah ada dengan peluang sebesar 95 persen. Sebesar 5 persen peluang persediaan beras organik habis dan beberapa permintaan tidak dapat dipenuhi dari persediaan di gudang. Sebelumnya, ani Sejahtera Farm tidak mempersiapkan safety stock di gudangnya karena persediaan beras organik selalu habis. Namun, setelah dianalisis, kondisi penawaran dan permintaan yang dihadapi ani Sejahtera Farm tidak tetap atau berfluktuasi. Hal tersebut dapat

10 mengakibatkan dampak buruk jika suatu saat penawaran beras organik dari petani mitra turun bahkan gagal panen atau jumlah permintaan beras organik melonjak. Apabila ani Sejahtera Farm mengalaminya dan sudah mempersiapkan safety stock, aliran produk pada rantai pasok beras organik tetap lancar karena persediaan di gudang masih tersedia. Jadi, sebaiknya ani Sejahtera Farm mempersiapkan safety stock beras organik di gudangnya. Setelah safety stock diketahui, nilai order up to level dapat ditentukan. Order Up to Level (OUL) merupakan jumlah persediaan yang ada untuk memenuhi seluruh permintaan yang terjadi pada waktu antara 0 hingga +L bulan. Nilai ini ditentukan dengan melihat jumlah safety stock dan jumlah persediaan yang masih terdapat di gudang. Berikut adalah perhitungan OUL pada ani Sejahtera Farm. OUL = D +L + Safety Stock = 1.054,7 kg kg = 1.333,7 kg kg Nilai OUL sebesar kg. Pihak ani Sejahtera Farm memesan beras organik kepada petani mitra sebanyak selisih antara kg dan banyaknya persediaan beras organik yang masih terdapat di gudang pada setiap bulan atau 30 hari. ani Sejahtera Farm dapat menggunakan model pemesanan beras organik seperti di bawah ini untuk dilakukan pada setiap bulan berikutnya. Jumlah Beras Organik (Q) = kg Jumlah Persediaan di Gudang Siklus pengisian kembali beras organik yang dapat dilakukan ani Sejahtera Farm dengan kebijakan periodic review dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar siklus ini tidak dapat digambarkan sesuai yang diterapkan ani Sejahtera Farm karena hasil panen petani mitra belum diketahui pada bulan berikutnya. Gambar 20 menggambarkan bahwa pemesanan beras organik oleh ani Sejahtera Farm dilakukan setiap bulan dengan review interval () dan lead time (L) yang tetap. Jumlah beras organik yang sebaiknya dipesan sejumlah Q dengan memperhatikan adanya safety stock sejumlah 279 kg dan target persediaan beras organik sebanyak kg. Setelah pemesanan dilakukan pada waktu, jumlah

11 persediaan beras organik dapat turun kurang dari safety stock atau melebihi safety stock hingga pesanan diterima selama L tergantung dari banyaknya permintaan. Jumlah Beras Organik kg Q Q Q 279 kg Safety Stock L L L ime Gambar 21. Siklus Pengisian Kembali Persediaan Beras Organik untuk Bulan Berikutnya Model pemesanan beras organik tersebut tidak dapat digunakan selamanya karena seluruh faktor kondisi yang mempengaruhi produksi oleh petani mitra, ani Sejahtera Farm atau ritel dapat berubah seiring perubahan alam dan teknologi. Misalkan saja faktor cuaca. Sepuluh tahun mendatang, mungkin cuaca di Indonesia berubah menjadi semakin tidak menentu sehingga hasil panen pun berfluktuasi. Hal ini menyebabkan variasi dari penawaran dan permintaan berbeda dengan saat ini. Oleh karena itu, model pemesanan beras organik ini sebaiknya diukur dan dianalisis kembali ketika hasil panen beras organik petani mitra dirasakan mulai jauh berbeda. Namun, model pemesanan beras organik tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui oleh ani Sejahtera Farm dan para petani mitra. Kedua pihak ini telah menyepakati bahwa jumlah pemesanan atau pembelian beras organik sejumlah seluruh beras organik hasil panen petani mitra. Jika jumlah pesanan beras organik mengikuti model pemesanan tersebut, maka belum tentu seluruh hasil panen petani mitra dapat dibeli ani Sejahtera Farm karena terlalu banyak dan belum tentu hasil panen petani mitra mencapai jumlah yang seharusnya dipesan berdasarkan hasil perhitungan model tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan lain agar jumlah pemesanan beras organik sesuai dengan

12 hasil dari perhitungan model dan tetap sesuai dengan kesepakatan yang sudah dijalankan dengan petani mitra. Kebijakan ini harus yang menguntungkan kedua belah pihak. Kebijakan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu tidak mengubah kesepakatan yang telah dijalankan bersama sejak lama. ani Sejahtera Farm tetap membeli seluruh beras organik hasil panen petani mitra dan tetap mengaplikasikan model pemesanan beras organik hasil analisis. erdapat dua konsekuensi dalam kebijakan ini, yaitu : 1. Jika beras organik hasil panen petani mitra lebih sedikit dibandingkan jumlah pesanan hasil pengukuran model, maka ani Sejahtera Farm dapat membeli seluruh beras organik petani mitra dan mencari petani non mitra yang menjual beras organik secara curah dengan standar kualitas yang sama dengan petani mitra untuk memenuhi persediaannya. 2. Jika beras organik hasil panen petani mitra melebihi jumlah pesanan hasil pengukuran model, maka ani Sejahtera Farm dapat membeli seluruhnya dan menjualnya kepada konsumen akhir yang lebih banyak. Konsekuensi tersebut harus dapat dijalankan oleh ani Sejahtera Farm agar siklus pengisian kembali persediaan beras organik berjalan lancar serta lebih efisien dan efektif. Model penentuan jumlah pesanan beras organik sangat berguna jika pasokan beras organik dari petani mitra tidak cukup bahkan tidak ada karena gagal panen serta jika permintaan melonjak. Oleh karena selalu ada safety stock setiap bulan, persediaan beras organik pada ani Sejahtera Farm selalu tersedia walaupun pasokan sedikit sehingga aliran poduk dalam rantai pasok beras organik lancar.

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VI KONDISI RANTAI PASOK BERAS ORGANIK 6.1. Sasaran Rantai Pasok Sasaran rantai pasok merupakan tujuan rantai yang ingin dicapai dalam rantai pasok. Elemen ini menjelaskan apa yang menjadi tujuan rantai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi tempat studi kasus penelitian ini yaitu Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya di Kabupeten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN 1 Biaya Sediaan Manajemen sediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang. Kualitas, rekayasa produk, harga, kelebihan

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu Saintia Matematika Vol. 1, No. 2 (2013), pp. 151 160. ANALISIS PERSEDIAAN DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK X Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 MANAJEMEN PERSEDIAAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya Persediaan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, dunia usaha tumbuh dengan semakin pesat. Sehingga menuntut perusahaan untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK

MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK Manajemen Rantai Pasok MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK Prisca Nurmala Sari 1) dan Rita Nurmalina 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

LOGO. Anggaran Produksi.

LOGO. Anggaran Produksi. LOGO Anggaran Produksi Anggaran Produksi Tujuan Umum Mampu menyusun rencana persediaan produk, anggaran biaya produksi dan anggaran produksi. Tujuan Khusus Merencanakan persediaan produk jadi dan persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT PENGENDALIAN PERSEDIAAN Oleh : 1 Introduction Definisi Persediaan Aliran dan Stock dari Persediaan 2 Proses Aliran Material Proses Produksi Work in process Work in process Work in process Work in process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan fashion dalam berbusana di kalangan masyarakat tak terelakkan lagi, salah satunya busana muslim. Busana muslim merupakan salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan antar produk yang sejenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan antar produk yang sejenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan antar produk yang sejenis baik dalam kualitas maupun harga semakin ketat.perusahaan harus memiliki produktivitas yang tinggi

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk.

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan atau organisasi menyimpan persediaan untuk berbagai tujuan. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah untuk menjaga tingkat persediaan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Pabrik Pabrik Kerupuk UD Surya Manalagi didirikan pada tahun 1978 oleh. Sebelum mendirikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning)

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam menentukan jumlah optimasi. Data yang dikumpulkan berupa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan EMA402 - Manajemen Rantai Pasokan EMA-402 Manajemen Rantai Pasokan Materi #11 Manajemen Persediaan Definisi Persediaan Sekumpulan produk fisik pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah produksi merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Apabila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjualan merupakan kegiatan yang mempengaruhi jumlah persediaan, maka pengendalian jumlah persediaan harus diperhatikan. Jumlah persediaan yang terlalu besar ataupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi MANAJEMEN PERSEDIAAN a. Pengertian Persediaan Perusahaan yang melakukan usahanya dalam bidang pengolahan, komponen perusahaan merupakan komponen pokok yang harus mendapatkan perhatian secara penuh. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di Jl.wolter monginsidi no.70-72 Jakarta selatan. Penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah 32 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis dan metode digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode

Lebih terperinci

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Manajemen Operasi Exercise UAS 2013 UAS Manajemen Operasi - 12 Juni 2013 2,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Petunjuk: Setiap soal memiliki bobot yang sama Tulisan harus terbaca jelas tidak

Lebih terperinci

Manajemen Operasional. Metode EOQ

Manajemen Operasional. Metode EOQ Manajemen Operasional Metode EOQ ECONOMIC ORDER QUANTITY METODE EOQ Pendekatan yang umum digunakan untuk manajemen persediaan dalam menganalisis inventory adalah dengan model EOQ (Economic Order Quantity).

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Roti Guna Meminimumkan Biaya Persediaan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (Studi Kasus Pada CV. Foker Cake Cimahi)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik bihun jagung PT. Subafood Pangan Jaya yang beralamat di Jalan Raya Legok Km. 6 Komplek Doson, Desa Cijantra,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi terdapat perubahan kebutuhan harga Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen MENENTUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) Santoso 1*, David Try Liputra 2, Yoanes Elias 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

Modul ke: Manajemen Persediaan. Persediaan Pengaman. Maheswari SE., M.Si. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi. Manajemen

Modul ke: Manajemen Persediaan. Persediaan Pengaman. Maheswari SE., M.Si. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi. Manajemen Modul ke: 06 Hesti Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Persediaan Pengaman Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Kedatangan barang terlambat menimbulkan stock out (kehabisan barang persediaan)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh kegiatan atau fungsi yang kegiatannya ada dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA *

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA * RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten.

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Trisinar Indopratama yang beralamat: Office : Wisma Technoplast Jalan Kebon Jeruk Raya No. 1A 1B 1C Jakarta Barat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) 1. Pendahuluan Definisi: Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Inventory dan Klasifikasinya Inventory meliputi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tidak sedikit industri konveksi/industri pakaian jadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tidak sedikit industri konveksi/industri pakaian jadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini tidak sedikit industri konveksi/industri pakaian jadi di Indonesia mengalami penurunan akibat semakin melemahnya pasar domestik karena penurunan daya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengadaan persediaan barang merupakan investasi yang cukup besar dalam suatu perusahaan, dimana persediaan sangat rentan terhadap pencurian, penurunan harga, dan kerusakan. Oleh karena itu, tujuan

Lebih terperinci

Sistem Pemesanan Outline:

Sistem Pemesanan Outline: Sistem Pemesanan Outline: I. What is Order Point? II. Safety Stock III. Service Level IV. Penentuan Order Point V. Periodic Order Quantity (POQ). Kuliah ke-9 Rabu, 2 8 Nov 2008 Case: Inventory or Just

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk digunakan memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya digunakan dalam proses produksi atau untuk dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Sebelum penggunaan MRP, perencanaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Manajemen Investasi dan Pasokan Julius Nursyamsi MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan membentuk hubungan antara produksi dan penjualan produk Persediaan dikelompokan : 1. Bahan baku 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU MIRANTI DENGAN METODE EOQ PADA UD. MAJU JAYA. : Siti Fariza Gita :

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU MIRANTI DENGAN METODE EOQ PADA UD. MAJU JAYA. : Siti Fariza Gita : ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU MIRANTI DENGAN METODE EOQ PADA UD. MAJU JAYA Nama NPM Jurusan Dosen Pembimbing : Siti Fariza Gita : 28213537 : Akuntansi : Dr. Syntha Noviyana, SE., MMSI.

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 57 V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Pilar Jaya yang berlokasi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ pada

BAB IV PENUTUP. bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ pada BAB IV PENUTUP Bagian bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ pada manajemen persediaannya. Kesimpulan dan saran ini

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci