IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan seluas 72 m 2 dengan status sewa sebesar satu juta rupiah per tahun. Packing House ini dikelola oleh kelompok tani manggis yang dinamakan Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Kondisi packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) cukup baik dengan fasilitas yang dapat mendukung proses pengelolaan panen manggis dari petani. Keberadaaan packing house ini dapat menampung dan mengelola produk manggis dari para petani untuk kemudian di jual ke dalam dan luar negeri. Packing house tersebut merupakan penghasil produksi manggis terbesar di Desa Hegarmanah dengan hasil rata rata per tahun mencapai 340 ton manggis. Seiring dengan berkembangnya packing house tersebut kemudian pada tahun 2009 pemerintah memberikan bantuan berupa bangunan packing house seluas 60 m 2 dan fasilitasnya (Tabel 4). Foto packing house awal dan packing house hibah dapat dilihat pada Lampiran 2. No. Tabel 4. Daftar Fasilitas (Hibah) Packing House Fasilitas (hibah) 1. Roda Angkut sebanyak lima buah 2. Rak Keranjang sebanyak lima buah 3. AC sebanyak dua buah 4. Timbangan elektrik 30 kg 5. Timbangan manual 100 kg 6. Kompresor 7. Sprinkle 8. Keranjang 40 kg sebanyak 373 buah 9. Mesin pompa air 10. Meja sortasi sebanyak dua buah B. Analisis Biaya Pokok Biaya pokok produksi packing house dihitung dari biaya total dibagi dengan produksi total. Data yang digunakan untuk menghitung biaya pokok didasarkan nilai rata rata data sekunder dari tahun 2001 s/d tahun Secara rinci data data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 7. Nilai rata rata komponen biaya pokok sebagai berikut : Biaya Tetap per tahun = Rp. 48,019,000 Biaya pembelian manggis per tahun = Rp. 2,380, 000,000 Biaya transportasi per tahun = Rp. 147,333,333 Biaya peti angkut per tahun = Rp. 18,133,333 Biaya gaji pegawai per tahun = Rp. 155,600,000 Biaya Total per tahun = Rp. 2,749,085,666

2 Biaya total didapat dari penjumlahan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Secara rinci biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 3 dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada Lampiran 4 s/d Lampiran 7. Rata - rata biaya total produksi per tahun sebesar Rp. 2,749,085,666 dan rata - rata total produksi per tahun sebanyak 340,000 kg, maka besarnya biaya pokok produksi manggis adalah Rp. 8086/kg. C. Analisis Titik Impas Titik impas dapat dicapai pada saat packing house tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Analisis titik impas perlu dihitung untuk mengetahui berapa jumlah minimal manggis yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis titik impas dilakukan dengan menggunakan komponen biaya tetap, biaya tidak tetap, harga jual dan total produksi. Rata - rata biaya tetap produksi setahun sebesar Rp. 48,019,000, biaya tidak tetap sebesar Rp. 2,701,066,666, harga jual sebesar Rp 8300/kg dan total produksi sebesar 340,000 kg. Maka didapat nilai titik impas sebesar 135,459 kg/tahun. Jumlah tingkat produksi packing house mencapai 340,000 kg/tahun ternyata lebih besar dari nilai titik impas yaitu sebesar 135,459 kg/tahun. Hal ini menunjukan bahwa packing house mendapatkan keuntungan setiap tahunnya karena jumlah produksinya lebih besar dari nilai titik impas. D. Analisis Kelayakan Investasi Dalam menghitung kelayakan finansial ini diperlukan adanya inflow (penerimaan) dan outflow (pengeluaran). Outflow (pengeluaran) untuk usaha tani packing house dibedakan menjadi dua macam yakni pengeluaran operasional tetap dan tak tetap. Pengeluaran operasional tetap ialah biaya operasional yang dikeluarkan tanpa terpengaruh besarnya produksi. Pengeluaran operasional tak tetap ialah tergantung besarnya produksi sedangkan untuk inflow (penerimaan) diperoleh dari penjualan produk manggis yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8, nilai sisa sebelum adanya hibah sebesar Rp. 65,819,000 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 9, dan nilai sisa setelah adanya hibah sebesar Rp. 85,009,720 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 10. Dalam melakukan analisis kelayakan finansial ini, dilakukan asumsi - asumsi dan pendekatan, diantaranya: 1. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian 2. Umur proyek adalah 9 tahun 3. Biaya - biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan dianggap konstan. 4. Besarnya harga akhir 10 % dari harga awal. 5. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 15 %. 6. Biaya investasi dikeluarkan seluruhnya pada awal tahun. 7. Selama proyek berjalan diasumsikan tidak ada kenaikan harga Kriteria kelayakan aspek finansial ada bermacam macam. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Payback Period. Digunakan empat kriteria untuk saling melengkapi. Hasil analisis kelayakan investasi berdasarkan keempat kriteria tersebut adalah : 18

3 Net Present Value (NPV) Kelayakan yang diukur berdasarkan kriteria investasi NPV memberikan gambaran besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima proyek/usaha pada akhir periode jangka hidup proyek tersebut. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria NPV apabila nilai NPVnya lebih besar daripada nol. NPV berhubungan dengan tingkat resiko suatu usaha. Semakin besar NPV suatu usaha menunjukkan semakin layak usaha tersebut dilaksanakan. Nilai NPV usaha packing house dengan jangka waktu proyek sembilan tahun pada diskon faktor 15 persen sebesar Rp. 241,126,360 (Lampiran 11) sedangkan NPV setelah adanya hibah sebesar 192,350,661 (Lampiran 12). Internal Rate of Return (IRR) Kriteria IRR merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Perbandingan menggunakan diskon faktor digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan kriteria investasi IRR, usaha packing house layak dilaksanakan bila nilai IRR-nya lebih besar dari diskon faktor yang disyaratkan. Pada uji kelayakan ini, tingkat suku bunga yang digunakan ialah tingkat suku bunga pinjaman sebesar 15 % (BRI Rate, 2010). Usahatani packing house ini mempunyai IRR sebesar 41,67 % (Lampiran 11) sedangkan IRR setelah adanya hibah sebesar % (Lampiran 12). Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani packing house manggis ini layak untuk diusahakan. Net Benefit Per Cost (Net B/C) Suatu usaha/proyek dinyatakan layak berdasarkan kriteria Net B/C, apabila nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu usaha dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Net B/C kurang dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Berdasarkan kriteria Net B/C usahatani packing house ini layak diusahakan karena nilai Net B/C yang diperoleh sebesar (Lampiran 11) sedangkan setelah adanya hibah nilai Net B/C sebesar 1.74 (Lampiran 12). Payback Period Periode yang dibutuhkan untuk kembali modal adalah 2.1 tahun sedangkan setelah adanya hibah nilai payback period menjadi 3.1 tahun. Periode tersebut masih dalam cakupan periode proyek yakni selama Sembilan tahun, berarti packing house ini layak untuk dikembangkan. Nilai payback period setelah adanya hibah lebih lama bila dibandingkan nilai payback period sebelum adanya hibah. Nilai IRR, NPV, dan Net B/C pada packing house setelah adanya hibah memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan Nilai IRR, NPV, dan Net B/C sebelum adanya hibah serta nilai Payback Period juga memiliki nilai yang lebih lama setelah adanya hibah bila dibandingkan dengan sebelum adanya hibah. Hal ini disebabkan nilai investasi setelah adanya hibah lebih besar bila dibandingkan nilai investasi sebelum adanya hibah. Nilai total investasi sebelum hibah sebesar Rp. 208,100,000 dan nilai total investasi setelah hibah sebesar Rp 261,082,000. Sementara nilai penerimaan dan pengeluaran per tahun merupakan nilai rata rata dari sembilan tahun terakhir sebelum adanya hibah yaitu rata - rata nilai penerimaan sebesar Rp 2,822,000,000 dan rata - rata nilai pengeluaran sebesar Rp 2,732,036,

4 Analisis Sensitivitas Pada suatu usaha tani atau proyek, sering sekali terjadi kesalahan kesalahan yang disebabkan karena adanya dua faktor yaitu faktor manusia dan factor lingkungan, maka dari itu dalam hal ini sangat dibutuhkan sutu analisis sensitivitas. Faktor dari manusia biasanya karena manusia seringkali melakukan kesalahan dalam memperhitungkan segala sesuatunya, sedangkan untuk faktor lingkungan dikarenakan kemungkinan adanya kenaikan harga mendadak ketika suatu usaha tani sedang dilaksanakan, faktor lingkungan seperti cuaca, bencana alam, juga bisa berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam suatu usaha tani. Berdasarkan Analisis kelayakan Investasi yang dilakukan sebelumnya bahwa didapatkan nilai NPV, IRR, dan Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) terlihat layak untuk dilaksanakan. Suatu Investasi pasti selalu menghadapi ketidakpastian termasuk usaha tani packing house ini, karena itu layak atau tidaknya packing house manggis tergantung pada perubahan perubahan dalam investasi tersebut. Perubahan perubahan yang terjadi karena pengaruh dari keadaan sosial dan ekonomi selama proyek berlangsung. Pada penelitian ini unsur analisis yang digunakan adalah biaya operasional transportasi, volume produksi, dan harga jual. Analisis sensitivitas terhadap biaya operasional dilakukan pada kenaikan biaya operasional transportasi sebesar 10 %, 20 %, dan 30 % (Tabel 1). Analisis sensitivitas terhadap volume produksi dilakukan pada penurunan volume produksi sebesar 5 %, 10 %, 20 %, dan 30 % (Tabel 2). Analisis sensitivitas terhadap harga jual dilakukan pada penurunan harga jual sebesar 2 %. Tabel 1. Hasil Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya transportasi Perubahan NPV IRR Net B/C (Rp) (%) Kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 % 122,049, Kenaikan biaya transportasi Sebesar 20 % 51,747, Kenaikan biaya transportasi Sebesar 30 % -18,553, Analisis sensitivitas kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 % (Lampiran 13) dan 20 % (Lampiran 14) didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 % dan Net B/C lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada kenaikan biaya transportasi sebesar 30 % didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 15) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan. Tabel 2. Hasil Analisis sensitivitas terhadap penurunan volume produksi Perubahan NPV IRR Net B/C (Rp) (%) Penurunan volume produksi sebesar 5 % 159,392, Penurunan volume produksi sebesar 10 % 126,433,933 26, Penurunan volume produksi sebesar 20 % 60,517,206 20, Penurunan volume produksi sebesar 30 % -5,399,522 14, Analisis sensitivitas penurunan volume produksi Sebesar 5 % (Lampiran 16), 10 % (Lampiran 17) dan 20 % (Lampiran 18) didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 % dan Net B/C lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada penurunan volume produksi sebesar 30 % didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu, 20

5 IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 19) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan. Analisis sensitivitas penurunan harga jual Sebesar 2 % didapatkan nilai NPV yang kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 20) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan serta harga jual merupakan unsur yang sangat sensitif dalam analisis sensitivitas ini. Oleh karena itu penetapan harga jual untuk masa kedepannya harus lebih tinggi lagi. E. Analisis Aspek Teknis Komoditas buah buahan yang menjadi input utama packing house adalah manggis. Penanganan komoditas manggis dalam packing house memerlukan pasokan hasil panen manggis yang berasal dari beberapa petani manggis yang tergabung dalam kelompok tani (poktan). Para petani manggis yang mempunyai potensi besar untuk memasok manggis tersebut berasal dari Desa Hegarmanah di Kabupaten Sukabumi. Hasil panen manggis dari para petani yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) ditampung dalam packing house untuk dilakukan proses penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen manggis ini bertujuan untuk mengelola dan memenuhi tuntutan pasar. Manggis yang sudah ditampung di dalam packing house selanjutnya dilakukan proses penanganan pascapanen yang meliputi penerimaan dan penimbangan, sortasi, grading, pencucian untuk mutu ekspor dan pengiriman. Sebelum masuk ke packing house, manggis yang telah dipanen dikumpulkan untuk dilakukan sortasi kebun oleh petani agar manggis yang di jual ke packing house bermutu bagus. Selanjutnya dalam packing house dilakukan kegiatan produksi. Foto kegiatan produksi dapat dilihat pada Lampiran 21. kegiatan produksi tersebut ialah sebagai berikut : 1. Pembersihan dan penimbangan Tujuan utama proses pembersihan adalah supaya kotoran kotoran yang menempel pada buah manggis terbuang sehingga dapat dilakukan proses selanjutnya. Proses ini dilakukan setelah panen di kebun. Proses pembersihan dilakukan langsung setelah komoditas manggis diturunkan dari muatan (loading) dengan cara membersihkan kotoran yang menempel pada manggis dengan kompresor atau dengan kuas. Selanjutnya manggis tersebut ditimbang untuk mengetahui berapa masanya. 2. Sortasi dan grading Proses sortasi merupakan proses pemisahan produk yang sudah mengalami pembersihan Antara produk yang dikehendaki dengan produk yang tidak dikehendaki. Pengelompokan ini berdasarkan pada ukuran, bentuk, dan tekstur sedangkan grading (pengkelasan) merupakan pemisahan produk berdasarkan nilai komersial setelah disortasi. Proses sortasi dan grading ini dilakukan secara manual. Produk manggis yang mengalami proses sortasi dan grading dipisahkan kemudian dikelompokkan sesuai keinginan pasar. Kemudian untuk kebutuhan ekspor dan pasar domestik dilakukan pemisahan. Setelah dipisahkan, selanjutnya manggis untuk pasar ekspor dicuci terlebih dahulu sebelum di grading dengan cara diletakkan dalam keranjang plastik kemudian digerak gerakkan di bawah air mengalir. Untuk pasar domestik tidak dilakukan pencucian sehingga bisa langsung di grading. Berikut proses grading yang dilakukan packing house : 21

6 a. Manggis ekspor ke Arab Saudi Jenis produk manggis ekspor Arab Saudi merupakan produk bermutu tinggi. Kriteria produk mutu ekspor Arab Saudi ini adalah berukuran kecil biasanya per kg berjumlah buah manggis, permukaan mulus, segar, utuh dan isi putih susu. Persentase untuk ekspor ke Arab ialah sekitar 20 % dari total penjualan manggis selama satu tahun. Harga manggis untuk ekspor ke Arab sebesar Rp 8000/kg. b Manggis ekspor ke China Jenis produk mangggis ekspor china ini merupakan produk bermutu tinggi. Manggis untuk ekspor china ini terbagi menjadi dua yakni mutu super satu dan mutu super dua. Kriteria untuk mutu super satu yakni dipilih yang memiliki kelopak komplit, 0 % burik, dan lebih mulus dari mutu super dua. Kriteria untuk mutu super dua yakni memiliki kelopak komplit dan toleransi 30 % burik. Persentase untuk mutu super satu yakni sekitar 30 % dan untuk mutu super dua sebesar 20 % dari total penjualan selama satu tahun. Harga manggis super satu untuk ekspor China ialah Rp 12000/kg dan super dua sebesar Rp 8000/kg. c. Manggis pasar modern Kualifikasi Jenis manggis untuk pasar modern ini berukuran seragam 5 10 biji/kg, toleransi 40 % burik dan mempunyai permukaan yang mulus. Persentase untuk jual ke pasar modern ialah sekitar 10 % dari total penjualan selama satu musim. Harga manggis yang dijual ke pasar modern ialah sebesar Rp 7000/kg. Pasar modern yang dituju seperti carrefour, supermarket, giant dll. d. Manggis pasar tradisional Jenis mangggis untuk pasar tradisional ini berukuran acak dan merupakan sisa sortasi dari pasar ekspor dan pasar modern. Kriteria untuk pasar tradisional ini hanya manggis tersebut masih layak dimakan. Persentase untuk jual ke pasar tradisional ialah sekitar 20 % dari total penjualan selama satu musim. Harga manggis yang dijual ke pasar tradisional ialah sebesar Rp 4000/kg. Pasar tradisional yang dituju seperti pasar induk kramat jati, pasar cibadak, pasar rebo dll. 3. Pengiriman Manggis yang telah di sortasi kemudian dikirim ke eksportir dan pasar lokal. Pengiriman dilakukan pada pagi hari agar laju penurunan mutu buah manggis tidak menurun secara drastis dan tetap menjaga kesegaran manggis dari sinar matahari. Pengiriman menggunakan kendaraan yang di sediakan oleh pembeli. Untuk penjualan ekspor Arab Saudi disediakan dus berkapasitas 2 kg /dus oleh eksportir. untuk penjualan ekspor China disediakan keranjang berkapasitas 8 kg/keranjang. Penjualan pasar modern, pengiriman menggunakan keranjang ukuran 40 kg yang kemudian keranjang tersebut diambil kembali setelah digunakan. Penjualan pasar tradisional, pengiriman dilakukan dengan menggunakan peti angkut berukuran 30 kg. Kendaraan yang digunakan untuk pengiriman ialah berjenis truk dan disediakan oleh pembeli. Salah satu hal yang penting dalam aspek teknis ialah analisis aliran bahan yang dilakukan untuk mendapatkan aliran bahan seefisien mungkin dalam packing house sehingga dapat diketahui urutan operasi atau proses yang dilakukan dari setiap aktivitas operasional packing house. Aliran bahan produksi manggis sangat berkaitan dengan efektifitas kegiatan produksi secara keseluruhan. Bila aliran produksi manggis berjalan dengan teratur maka proses produksi bisa dikatakan baik. 22

7 Perancangan aliran bahan dalam packing house menggunakan analisis bagan aliran proses. Bagan aliran proses ini menggambarkan perlakuan perlakuan yang dialami bahan meliputi proses penerimaan, penimbangan, sortasi, grading, dan pengiriman. Bagan aliran proses pada packing house dapat dilihat pada Lampiran 22. Berdasarkan hasil analisis, pola aliran bahan untuk aktifitas produksi dalam packing house adalah pola aliran berbentuk U. Pola ini sesuai dengan kondisi packing house yang hanya mempunyai satu pintu, dimana proses produk akhir yang dihasilkan berada dekat dengan proses awal yang berlokasi dekat dengan pintu masuk / keluar. Rata rata dalam satu tahun, packing house beroperasi selama empat bulan (Desember Maret) yaitu pada bulan bulan panen dengan kapasitas operasional tiga ton per hari, waktu kerja 12 jam, dengan jumlah tenaga kerja delapan orang. Dengan kondisi tersebut maka kapasitas kerja rata rata per orang adalah 30 kg/jam. Luas packing house sebesar 72 m 2, cukup baik untuk kelancaran operasional seluruh kegiatan yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan luasan ruang untuk masing masing kegiatan yang memadai sebagai contoh, untuk ruang penyimpanan sementara cukup membutuhkan 4 m 2 dengan perhitungan sebagai berikut : Jumlah manggis per hari 3000 kg yang diwadahi dalam keranjang plastik kapasitas 40 kg, berarti akan ada 75 keranjang plastik berdimensi 60 x 40 x 40 cm. Bila dilakukan penyusunan dengan cara enam keranjang untuk arah lebar dan tiga keranjang untuk arah panjang, dan tinggi empat keranjang maka 75 keranjang tersebut hanya membutuhkan luasan kurang lebih 4 m 2. Kegiatan penyimpanan siap kirim untuk pasar lokal kurang lebih membutuhkan luasan ruang yang sama dengan kegiatan penyimpanan sementara. Dengan demikian maka masih tersedia cukup luas ruang untuk kegiatan penerimaan / penimbangan dan sortasi grading. F. Analisis Aspek Manajemen Kegiatan produksi yang terdapat di dalam packing house manggis dapat berlangsung secara tertib dan teratur apabila dikendalikan oleh manajemen yang baik dan sistem pengendalian terpusat. Manajemen merupakan seni dalam mencapai tujuan melalui orang orang dengan pemanfaatan sumberdaya yang ada, maka manajemen memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk diaplikasikan ke dalam berbagai kondisi. Secara konsepsional manajemen sering disebut pengelolaan atau tata laksana yang merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian. Packing house didirikan dengan tujuan untuk menampung dan mengelola produk manggis dari para petani manggis sehingga dapat mempermudah petani dalam menjual hasil panen manggis mereka. Packing house tersebut dikelola oleh kelompok tani Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Berdasarkan hal ini maka status kepemilikan packing house adalah milik petani berbentuk usaha Poktan. Bentuk usaha poktan dapat memberikan beberapa keuntungan bagi para petani manggis, antara lain : 1. Petani dapat menggunakan pinjaman tanpa bunga dari keanggotaan poktan bila memerlukan pembiayaan dengan segara. Berarti petani manggis tidak perlu meminjam ke rentenir atau pengijon. 2. Petani tidak akan terbebani dengan posisi tawar yang rendah dalam penetapan harga manggis yang dapat menurunkan harga manggis yang diterimanya. 3. Petani juga bisa mendapatkan fasilitas tunjangan kesehatan bila diperlukan. Packing house manggis dapat berjalan dengan baik secara efektif dan efisisen apabila di dalamnya dijalankan oleh sumber daya manusia yang teratur. SDM ini diperlukan untuk mengisi setiap posisi dalam struktur organisasi packing house. Waktu kerja pegawai packing house dari sore hari hingga pagi hari 23

8 mengikuti panen yang dilakukan dari pagi hari hingga sore hari. Tenaga kerja yang digunakan dalam packing house dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang mengurus dan mengawasi seluruh kegiatan packing house agar berjalan dengan baik sedangkan tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi. Tenaga kerja yang termasuk dalam kategori tenaga kerja tidak langsung adalah ketua, wakil ketua, sekertaris dan bendahara sedangkan tenaga kerja langsung adalah kebersihan dan karyawan produksi. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan agar tercipta keharmonisan dalam suatu organisasi packing house adalah sistem penggajian yang baik. gaji yang diberikan tidak lebih rendah dengan tingkat UMR (upah minimum regional) dan jabatan yang lebih tinggi mendapatkan gaji yang lebih besar. Besarnya gaji pegawai per tahun berfluktuasi sesuai dengan jumlah hari panen. Manajemen packing house mengeluarkan rata - rata biaya gaji pegawai per tahun sebesar Rp. 155,600,000. Susunan organisasi pengelola packing house beserta gaji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran

Operasional produksi packing house yang sudah berjalan hingga saat ini. Analisis kelayakan operasional packing house

Operasional produksi packing house yang sudah berjalan hingga saat ini. Analisis kelayakan operasional packing house LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Metode Analisis Operasional produksi packing house yang sudah berjalan hingga saat ini Analisis kelayakan operasional packing house Analisis Aspek Teknis dengan Metode Kualitatif

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian adalah bulan April sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC maka dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan instrument-instrument kelayakan investasi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR Analisa Biaya Manfaat Ikan Hias Air Tawar Layak tidaknya usaha dapat diukur melalui beberapa parameter pengukuran seperti Net Present Value (NPV),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO Ukuran Kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV) dan net benevit cost ratio (net

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci