VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi merupakan tahap mempersiapkan sistem untuk dapat dioperasikan dan merupakan tahap pembuatan perangkat lunak. SCHATZIE 1.0 merupakan paket program yang mengintegrasikan beberapa model untuk meenganalisa semua aspek yang terkait dalam proses pemetikan dan pengolahan teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cianten. Aspek tersebut meliputi penjadwalan pemetikan, estimasi produksi, jumlah kebutuhan pemetik teh, dan perencanaan kayu bakar dan papersack sebagi bahan penunjang produksi. Pengembangan SCHATZIE 1.0 diimplementasikan dalam sebuah perangkat lunak Borland Delphi 7 (Borland 2002) yang menghasilkan sebuah file proyek dengan ekstensi *.dpr. Dalam satu file ekstensi terdapat beberapa file form dengan ekstensi *.frm. File proyek dapat dijalankan dengan melakukan kompilasi sehingga terbentuk file berekstensi *.exe. File proyek yang telah dikompilasi bernama SCHATZIE.exe. Sistem ini memiliki beberapa fasilitas tambahan di luar sistem yang terintegrasi dengan program aplikasi Minitab 16.0 (Minitab Inc 2010), Microsof Office Access 2007 (Microsoft 2006) dan LINGO 12.0 (LINDO System Inc 2010). Sistem manajemen basis data dibuat dengan menggunakan Microsoft Office Access 2007 (Microsoft 2006) yang terintegrasi dengan Borland Delphi 7 (Borland 2002). Sistem yang dirancang bersifat stand alone yakni, hanya dapat dibuka pada komputer yang telah memiliki instalasi minimal Borland Delphi 7 (Borland 2002), Minitab 16.0 (Minitab Inc 2010), Microsoft Office Access 2007 (Microsoft 2006), dan LINGO 12.0 (LINDO System Inc 2010). SCHATZIE 1.0 dirancang sebagai program aplikasi untuk Windows versi 32 bit. SCHATZIE 1.0 diharapkan dapat dioperasikan pada sistem operasi (Operating System) Windows 98, Windows 2000, Windows XP, Windows Vista, ataupun Windows 7. Sistem operasi Windows dipilih karena sistem operasi ini pemakaiannya telah sangat familiar pada komputer PC atau Laptop di masyarakat umum, dibandingkan dengan sistem operasi LINUX. Selama tahap pengembangan, SCHATZIE 1.0 diimplementasikan pada Laptop dengan sistem operasi Windows 7 Ultimate Service Pack 1, Processor Intel Core i3 CPU 2.27 GHz, dan Memory RAM 2 GB. Program ini dapat digunakan dengan terlebih dahulu melakukan instalasi dengan menggunakan fasilitas copy files VERIFIKASI MODEL Model Estimasi Faktor Iklim Verifikasi model estimasi faktor iklim yang meliputi curah hujan dan hari hujan bertujuan untuk memperoleh nilai faktor iklim untuk masa yang akan datang. Nilai dari hasil estimasi akan menjadi dasar perhitungan dalam beberapa model dalam SCHATZIE 1.0. Tahap identifikasi dengan metode ARIMA dilakukan pada deret data curah hujan dan hari hujan menggunakan software MINITAB 16 (Minitab Inc 2010). Identifikasi ini meliputi penentuan parameter-parameter ARIMA yaitu proses autoregresi (p), trend (d), proses moving average (q), musiman (S), serta parameter-parameter data musiman (P,D,Q). Data yang digunakan dalam estimasi faktor iklim adalah data historis curah hujan dan hari hujan bulanan selama enam tahun antara bulan Januari 2003 sampai dengan 56

2 Desember Estimasi faktor iklim dilakukan dengan cara metode ARIMA. Data faktor iklim terdiri dari data curah hujan dan data hari hujan yang didapat dari Kantor Induk Bagian Administrasi Tanaman PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cianten. Data faktor iklim sebagai input pembuatan model ARIMA dapat dilihat pada Lampiran 3. A. Model Curah Hujan Identifikasi model deret data curah hujan memperlihatkan analisis awal dari data. Tahap awal dalam pembutan model ARIMA yaitu menguji data bersifat stasioner atau nonstanioner. Identifikasi trend (d) yang dilakukan dengan plot data dan nilai koefisien autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF). Hasil pada ACF dan PACF menunjukan signifikan pada lag-1 serta bentuk kedua grafik ACF dan PACF adalah Tails Off. Hal tersebut menunjukan data tidak perlu diturunkan, nilai trend (d) sama dengan nol. Plot dan tren data plot nilai autokorelasi dan autokorelasi parsial dapat dilihat pada dapat dilihat pada Lampiran 5. Identifikasi proses autoregresi dan moving average dilakukan dengan menggunakan plot nilai autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF) dari deret data yang stasioner atau yang telah distasionerkan. Identifikasi proses autoregresi (p) dan proses moving average (q) dilakukan dengan plot nilai koefisien autokorelasi dan autokorelasi parsial dari data turunan pertama (lag 1) dari hasil pembedaan pada data hasilnya menunjukkan nilai mendekati nol secara perlahan dan tidak melewati batas signifikan. Menunjukan kecenderungan data memiliki pola autoregresi (p) dan pola moving average (q). Untuk itu dilakukan uji pada model ARIMA (1,0,1); (1,0,2); (1,0,3); (2,0,1); (2,0,2); (3,0,1); dan (3,0,2). Maka model yang dipilih adalah ARIMA (2,0,2) karena memiliki nilai MS yang terkecil. Uji coba pemilihan model ARIMA dapat dilihat pada Lampiran 6. Selain itu, semua nilai koefisien pada ARIMA (2,0,2) bernilai signifikan. Sehingga persamaan model yang dihasilkan sesuai dengan persamaan 25. Hasil uji Box-Pierce (Ljung-Box) menunjukan bahwa model yang dihasilkan sudah fit. Y t = 449,67 + 0,8844 Y t-1 0,8918 Y t e t-1 0,7736 e t-2 (25) Dimana: Y t = curah hujan pada saat t Y t-1 = curah hujan pada saat t-1 Y t-2 = curah hujan pada saat t-2 e t-1 = galat ramalan pada periode t-1 e t-2 = galat ramalan pada periode t-2 B. Model Hari Hujan Identifikasi model deret data curah hujan memperlihatkan analisis awal dari data. Tahap awal dalam pembuatan model ARIMA yaitu menguji data bersifat stasioner atau nonstanioner. Identifikasi trend (d) yang dilakukan dengan plot data dan nilai koefisien autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF). Hasil pada ACF dan PACF menunjukan signifikan pada lag-1, serta bentuk kedua grafik ACF dan PACF adalah Tails Off. Hal tersebut menunjukan data tidak perlu diturunkan, nilai trend (d) sama dengan nol. Plot dan tren data, plot nilai autokorelasi dan autokorelasi parsial dapat dilihat pada Lampiran 7. 57

3 Identifikasi proses autoregresi dan moving average dilakukan dengan menggunakan plot nilai autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF) dari deret data yang stasioner atau yang telah distasionerkan. Identifikasi proses autoregresi (p) dan proses moving average (q) dilakukan dengan plot nilai koefisien autokorelasi dan autokorelasi parsial dari data turunan pertama (lag 1) dari hasil pembedaan pada data hasilnya menunjukkan nilai mendekati nol secara perlahan dan tidak melewati batas signifikan. Menunjukan kecenderungan data memiliki pola autoregresi (p) dan pola moving average (q). Untuk itu dilakukan uji pada model ARIMA (1,0,1); (1,0,2); (1,0,3); (2,0,1); (2,0,2); (3,0,1); dan (3,0,2). Maka model yang dipilih adalah ARIMA (2,0,2) karena memliki nilai MS yang terkecil. Uji coba pemilihan model ARIMA curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 8. Selain itu, semua nilai koefisien pada ARIMA (1,0,3) bernilai signifikan. Sehingga persamaan model yang dihasilkan sesuai dengan persamaan 26. Hasil uji Box-Pierce (Ljung-Box) menunjukan bahwa model yang dihasilkan sudah fit. Y t = 2, ,8765 Y t-1 + 0,4513 e t-1 + 0,2122 e t-2 0,3199 e t-3 (26) Dimana: Y t = curah hujan pada saat t Y t-1 = curah hujan pada saat t-1 e t-1 = galat ramalan pada periode t-1 e t-2 = galat ramalan pada periode t-2 e t-3 = galat ramalan pada periode t-3 Prakiraan nilai-nilai parameter model ARIMA telah ditetapkan. Model ARIMA untuk curah hujan adalah (2,0,2) dan hari hujan (1,0,3). Keluaran model berupa estimasi iklim selama satu tahun. Identifikasi faktor musiman pada deret data faktor iklim mempunyai pola ramalan siklus yang mengikuti pola aktualnya. Hasil estimasi faktor iklim selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai MAPE untuk peramalan hari hujan sebesar 18,33% dan untuk peramalan curah hujan 37,44%. Sedangkan tampilan SCHATZIE 1.0 untuk input model estimasi faktor iklim dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Input Model Estimasi Faktor Iklim 58

4 Tabel 5. Hasil Estimasi Faktor Iklim 2010 Bulan Hari Hujan Curah Hujan Aktual Prakiraan Aktual Prakiraan Jan ,5 370,0 Feb ,5 349,0 Mar ,0 428,4 Apr ,0 517,3 Mei ,5 525,2 Jun ,5 452,8 Jul ,5 381,8 Agust ,5 383,5 Sep ,5 448,4 Okt ,6 504,2 Nop ,1 495,7 Des ,6 438, Model Estimasi Produksi Pucuk Basah Estimasi produksi bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi pucuk teh dari masing-masing blok kebun di dua afdeling yang ada di Kebun Cianten. Estimasi produksi bulanan dijadikan dasar dalam penentuan penjadwalan. Dalam model ini digunakan untuk mengestimasi produksi pucuk teh bulanan dengan menggunakan persamaan fungsi regresi. Model regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan atau memprediksi pengaruh suatu variabel atau beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Model regresi memiliki variabel respon (Y) dan variabel prediktor (X). Variabel respon adalah variabel yang dipengaruhi suatu variabel prediktor. Variabel respon sering dikenal variabel dependen karena peneliti tidak bebas mengendalikannya. Kemudian variabel prediktor digunakan untuk memprediksi nilai variabel respon dan sering disebut variabel independen karena peneliti bebas mengendalikannya. Kedua variabel dihubungkan dalam bentuk persamaan matematika. Dalam pembuatan persamaan regresi ini, yang menjadi variabel respon (Y) adalah produktivitas pucuk basah dan yang menjadi variabel prediktor adalah umur pangkas (X1), gilir petik (X2), curah hujan (X3), dan hari hujan (X4). Data untuk membuat analisis regresi ada pada Lampiran 9. Pembuatan persamaan regresi didahului dengan menguji analisis korelasi parsial terhadap variabel yang dipilih. Hasil analisis korelasi variabel tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10. Pada hasil analisis regresi, setiap hubungan variabel menunjukan nilai-p kurang dari 5% (nilai alpha) maka korelasi antar dua variabel tersebut signifikan. Hasil persamaan regresi tersebut sesuai dengan persamaan 27. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Lampiran 10. Y = ,40 X1-2,67 X2 + 1,31 X3 + 34,0 X4 (27) Dimana: Y : Produktivitas (kg/ha/bulan) X1 : umur pangkas (bulan) X2 : gilir petik (hari) 59

5 X3 X4 : curah hujan (mm) : hari hujan (hari) Persamaan tersebut diuji dengan Uji-F. Pada output Anova diperoleh nilai F hitung sebesar 8,82 dan nilai-p (0,000). Karena nilai-p(0.000) < alpha 5% maka model regresi berganda mampu menjelaskan keragaman Y atau model signifikan. Uji-t untuk menguji pengaruh masing-masing peubah bebas (X) terhadap peubah bebas (Y). Peubah X1,X3 dan X4 berpengaruh nyata terhadap Y karena memiliki nilai-p< alpha 5%. Sedangakan X2 tidak berpengaruh nyata terhadap Y karena nilai-p > alpha 5%. Hasil Uji-F dan Uji-t dapat dilihat di Lampiran 10. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk input model estimasi produksi pucuk basah dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Input Model Estimasi Produksi Pucuk Basah Model Optimasi Penjadwalan Petikan Teh Model optimasi penjadwalan merupakan model optimasi pemilihan model petikan sehingga didapatkan hasil pucuk petikan yang optimal. Dalam menentukan optimasi penjadwalan bertujuan mendapatkan hasil pucuk basah yang terbesar dalam setiap bulannya. Tujuan tersebut dibatasi oleh kendala yang ada yaitu jumlah lahan yang terbatas. Masukan dari model ini berasal dari data produktivitas kebun serta luas kebun yang tersedia. Produktivitas ditentukan pada model prakiraan produktivitas, yang ditentukan dari umur pangkas, jenis petikan, curah hujan, dan hari hujan pada saat bulan petikan dilakukan. Notasi produktivitas yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 12. Notasi tersebut dibuat berdasarkan hasil persamaan produktivitas dengan data faktor iklim yang telah diprakirakan dan estimasi umur pangkas berdasarkan Lampiran 2 serta jenis gilir petik. Optimasi tersebut dibagi menjadi dua belas bulan karena keterbatasan software yang digunakan yaitu jumlah variabel melebihi kapasitas software. Optimasi dilakukan pada semua kebun, yang dibagi menjadi delapan sektor. Persamaan tujuan dan kendala dimasukkan dalam program LINGO 12.0 (LINDO Systems Inc 2010). Penyelesaiaan optimasi dilakukan dengan program tersebut. Persamaan tujuan dan kendala dapat dilihat pada Lampiran 13. Keluaran dari model optimasi penjadwalan merupakan jumlah estimasi pucuk basah yang didapatkan dalam bulan tersebut dari semua kebun. Serta jenis petikan dan luas lahan 60

6 yang dipilih untuk kebun. Hasil optimasi produksi pucuk basah dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil optimasi luas lahan petikan terdapat pada Lampiran 14. Tampilan model optimasi dapat dilihat pada Gambar 17. Tabel 6. Hasil Produksi Pucuk Basah Berdasarkan Hasil Optimasi Penjadwalan No. Bulan Optimasi Produksi (kg) 1 Januari ,6 2 Februari ,4 3 Maret ,1 4 April ,9 5 Mei ,6 6 Juni ,5 7 Juli ,1 8 Agustus ,5 9 September ,6 10 Oktober ,4 11 November ,0 12 Desember ,8 Gambar 17. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Model Optimasi Penjadwalan Petikan Teh Model Kebutuhan Tenaga Kerja Model tenaga kerja merupakan model untuk menentukan kebutuhan tenaga pemetik teh di kebun. Model ini berfungsi untuk menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam setiap pemetikan pucuk teh harian. Perhitungan model didasarkan pada optimasi luas lahan petikan pada Model Optimasi Penjadwalan masing-masing sektor. Model kebutuhan tenaga pemetik pucuk teh harian memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Model ini dirancang agar dapat mengalokasikan jumlah pemetik yang dibutuhkan setiap bulannya, karena ada kesulitan dalam penyediaan tenaga pemetik harian akibat rata-rata umur pemetik sudah tua sehingga memutuskan untuk pensiun dari perkebunan. Dalam hubungannya dengan pemetikan menggunakan tenaga pemetik, perlu 61

7 diperhitungkan jumlah tenaga yang tersedia dan keterampilannya dalam melaksanakan pemetikan. Total jumlah tenaga kerja pemetik harian di Perkebunan Cianten adalah 562 orang. Terdapat dua afdeling yang terbagi menjadi dua blok, setiap blok terdapat dua sektor yang memiliki 61 kebun untuk semua afdeling. Kapasitas petik adalah kemampuan rata-rata pekerja melakukan pemetikan pucuk teh dalam satu hari. Kapasitas pemetikan yang digunakan dalam verifikasi model ini adalah: Satu orang rata-rata mengerjakan 400 m 2 = 0,04 Ha. Berdasarkan ketentuan tadi yang menjadikan perhitungan kebutuhan pemetik. Hasil perhitungan kebutuhan tenaga pemetik dapat dilihat pada Lampiran 15. Tampilan model kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Model Kebutuhan Tenaga Kerja Model Persedian Bahan Penunjang Produksi Proses pembuatan teh hitam CTC membutuhkan bahan penunjang lain, yaitu kayu bakar dan papersack. Kebutuhan bahan penunjang tersebut didasarkan pada hasil produksi pucuk basah. Kedua bahan penunjang dibuat model persediaan dengan menggunakan economic order quatity. Bahan penunjang yang digunakan tergantung pada hasil yang berasal dari kebun, pucuk basah. Masukan dari model persediaan yaitu hasil optimasi dari model penjadwalan serta beberapa data biaya penyimpanan dan pemesanan. Bahan penunjang kayu bakar didapatkan dari jumlah kayu bakar yang dibutuhkan untuk mengolah teh basah. Sedangkan, papersack dibutuhkan berdasarkan jumlah teh kering yang akan dihasilkan, dengan mengguanakan faktor konversi B/K. Berikut merupakan data input model persediaan disajikan pada Tabel 7. Tampilan model persediaan dapat dilihat pada Gambar 18. Berdasarkan perhitungan untuk persediaan kayu bakar, pemesanan terhadap kayu bakar yakni 1019 m 3, dengan frekuensi pembelian sebanyak 34 kali dalam setahun dalam daur pesan 10 hari. Untuk pemesanan papersack, pemesanan ekonomis yakni sebanyak 9498 buah kantong, dengan pemesanan dilakukan sebanyak 2 kali dan daur pemesanan 183 hari. 62

8 Gambar 19. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Model Persedian Bahan Penunjang Produksi No. Bulan Tabel 7. Data untuk Model Persedian Bahan Baku Optimasi Produksi Kayu Bakar Papersack Koef* Estimasi B/K* Berat Kering Koef* Estimasi 1 Januari , , Februari , , Maret , , April , , Mei , , Juni , , Juli , , Agustus , , September , , Oktober , , November , , Desember , , Jumlah , VALIDASI MODEL Validasi berfungsi sebagai pembuktian bahwa aplikasi dari model terkomputerisasi, dalam penelitian ini adalah model paket program SCHATZIE 1.0, telah dapat merepresentasikan kondisi sebenarnya dari model perencanaan yang ada di PTP Nusantara VIII Kebun Cianten. Pada tahapan validasi ini diharapkan tahapan operasional dari model program SCHATZIE 1.0 dapat menghasilkan keluaran yang konsisten dan memuaskan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan model tersebut. Teknik validasi yang digunakan terhadap model program SCHATZIE 1.0 adalah teknik face validity. Menurut Sargent (2007), face validity merupakan teknik validasi yang dilakukan dengan menanyakan kepada pakar (orang yang berkompeten) mengenai ketepatan model dan perilaku model yang dirancang. Pakar yang melakukan validasi akan mengecek ketepatan konsep 63

9 logika dari model yang dirancang serta hubungan yang tepat dan rasional antara input dan output yang digunakan pada model. Pakar menilai bahwa model yang dikembangkan cukup dapat merepresentasikan faktorfaktor serta tahapan-tahapan yang dipertimbangkan dalam proses estimasi faktor iklim meskipun akurasi dari peramalan perlu ditingkatkan. Selain itu, model penentuan produktivitas kebun perlu disesuaikan dengan faktor-faktor lainnya seperti pemberian pupuk, penyakit, intensitas matahari sehingga dapat merepresentasikan nilai produktivitas dari kebun tersebut. Penentuan optimasi penjadwalan petikan masih terlalu jauh dengan kondisi yang ada di lapangan, penyelesaian optimasi masih terlalu sederhana. Pembuatan model kebutuhan tenaga pemetik belum dapat menentukan kebutuhan tenaga kerja, hasil perhitungan dari model masi terlalu jauh dari ketersedianya tenaga pemetik yang ada di kebun. Model kebutuhan tenaga penunjang sudah dapat dijadikan sebagai acuan dalam ketersediaan bahan HASIL MODEL PERENCANAAN BAHAN BAKU Perencanaan yang dibuat dengan menggunakan paket program SCHATZIE 1.0 menghasilkan penjadwalan petikan selama setahun, yakni tahun Perencanaan tersebut berdasarkan faktor iklim dan produktivitas tanaman. Selain itu, yang dihasilkan adalah perencanaan bahan penunjang produksi, kayu bakar dan papersack. Model optimasi program linier menghasilkan jadwal pemetikan optimum untuk semua kebun pada tahun Jadwal yang diperoleh berupa luas areal petik yang menghasilkan produksi pucuk basah maksimum. Hasil dari optimasi penjadwalan yang telah dilakukan adalah penjadwalan semua kebun menjadi pada gilir petik 10 hari, dengan menggunakan semua luas kebun yang tersedia. Misalnya pada kebun Cianten 1 blok A nomor 1, pada kebun tersebut menggunakan gilir petik 10 hari selama bulan Januari sampai Desember dengan luas lahan pemetikan 11,88 ha, luas tersebut merupakan luas areal yang tersedia di kebun Cianten 1 blok A nomor 1. Estimasi pemetikan basah dari pembuatan jadwal optimal sesuai dengan Tabel 6, dengan hasil estimasi pucuk teh selama setahun pada 2010 adalah ,5 kg pucuk basah. Hasil perencanaan penjadwalan petikan dapat dilihat pada Tabel 8. Dengan melakukan pemetikan sesuai dengan optimasi pemetikan maka pucuk yang dihasilkan sesuai dengan yang terdapat pada Tabel 6. Hasil perencanaan untuk kayu bakar dan papersack, berdasarkan perhitungan untuk persediaan kayu bakar, pemesanan terhadap kayu bakar yakni 1019 m 3, dengan frekuensi pembelian sebanyak 34 kali dalam setahun dalam daur pesan 10 hari. Untuk pemesanan papersack, pemesanan ekonomis yakni sebanyak 9498 buah kantong, dengan pemesanan dilakukan sebanyak 2 kali dan daur pemesanan 183 hari. 64

10 Tabel 8. Areal Petik Hasil Optimasi Penjadwalan Kebun Luas Pemetik Bulan Gilir Petik Kebun Luas Pemetik Bulan Gilir Petik CIN1.A.01 11, Jan - Des 10 CIN2.C Jan - Des 10 CIN1.A.02 9,1 228 Jan - Des 10 CIN2.C Jan - Des 10 CIN1.A.03 12,2 305 Jan - Des 10 CIN2.C.03 13, Jan - Des 10 CIN1.A Jan Des 10 CIN2.C.04 13, Jan - Des 10 CIN1.A.05 11, Jan Des 10 CIN2.C.05 12, Jan - Des 10 CIN1.A.06 10, Jan Des 10 CIN2.C.06 11, Jan - Des 10 CIN1.A.07 13, Jan Des 10 CIN2.C Jan - Des 10 CIN1.A.08 15, Jan Des 10 CIN2.C.08 14, Jan - Des 10 CIN1.A.09 13, Jan Des 10 CIN2.C Jan - Des 10 CIN1.A.10 10, Jan Des 10 CIN2.C.10 12, Jan - Des 10 CIN1.A.11 15, Jan Des 10 CIN2.C.11 20, Jan - Des 10 CIN1.A.12 8, Jan Des 10 CIN2.C Jan - Des 10 CIN1.A.13 9, Jan Des 10 CIN2.C.13 12, Jan - Des 10 CIN1.A.14 11, Jan Des 10 CIN2.C.14 12, Jan - Des 10 CIN1.A.15 10, Jan Des 10 CIN2.D.01 12, Jan - Des 10 CIN1.A Jan Des 10 CIN2.D.02 13, Jan - Des 10 CIN1.B.01 10, Jan Des 10 CIN2.D.03 12, Jan - Des 10 CIN1.B.02 11, Jan Des 10 CIN2.D Jan - Des 10 CIN1.B.03 10, Jan Des 10 CIN2.D.05 12, Jan - Des 10 CIN1.B.04 13, Jan Des 10 CIN2.D.06 11, Jan - Des 10 CIN1.B.05 13, Jan Des 10 CIN2.D.07 10, Jan - Des 10 CIN1.B.06 11, Jan Des 10 CIN2.D.08 9, Jan - Des 10 CIN1.B.07 14,1 353 Jan Des 10 CIN2.D.09 10,4 260 Jan - Des 10 CIN1.B.08 14, Jan Des 10 CIN2.D.10 8, Jan - Des 10 CIN1.B.09 13, Jan Des 10 CIN2.D.11 10,2 255 Jan - Des 10 CIN1.B Jan Des 10 CIN2.D.12 13, Jan - Des 10 CIN1.B.11 13, Jan Des 10 CIN2.D.13 10, Jan - Des 10 CIN1.B.12 12,3 308 Jan Des 10 CIN2.D.14 11, Jan - Des 10 CIN1.B.13 13,5 338 Jan Des 10 CIN2.D.15 9, Jan - Des 10 CIN1.B.14 10, Jan Des 10 CIN2.D.16 10, Jan - Des 10 CIN2.D.17 14, Jan - Des IMPLIKSASI MANAJERIAL Produksi pucuk basah per hari yang dihasilkan oleh Kebun Cianten ialah sekitar ton. Nilai ini jauh dari kapasitas pabrik sebesar 25 ton pucuk perhari. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengelola perkebunan, rendahnya produktivitas pucuk teh di Kebun Cianten terutama disebabkan oleh hama penyakit yang menyerang tanaman teh dan pemupukan yang tidak tepat. Upaya pengelola Kebun Cianten untuk menghadapi permasalahan di atas adalah meningkatkan kualitas pemberantasan hama penyakit dan menambah unsur N pada pupuk yang diberikan sesuai dengan kondisi tanah dan tanaman. Di samping upaya yang berkaitan dengan 65

11 teknik budi daya, dapat dilakukan pula upaya dari segi manajemen pemetikan pucuk teh yang dapat membantu meningkatkan produktivitas pucuk. Implikasi manajerial dari penerapan program SCHATZIE 1.0 bagi pihak Kebun Cianten yaitu dapat membantu proses pengambilan keputusan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia serta perencanaan bahan baku yang lebih ekonomis. Program SCHATZIE 1.0 menggunakan data-data yang dapat diperbarui sesuai dengan kondisi yang ada pada saat program tersebut dipergunakan atau sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dari penggunaan program ini diharapkan dapat memperkirakan hasil pucuk basah yang optimal, memberikan perencanaan jumlah tenaga pemetik, dan perencanaan kayu bakar dan papersack yang lebih ekonomis. Pengguna (user) dari paket program SCHATZIE 1.0 terdiri dari pengguna biasa (guest) dan administrator. Pengguna biasa dapat mengakses keseluruhan informasi di dalam program, tetapi hanya dapat melakukan proses pemasukan data pada model optimalisasi penjadwalan pemetikan saja. Pengguna yang berstatus sebagai administrator adalah pihak manajemen industri pengolahan teh yang berperan dalam proses pelaksanaan perencanaan pemetikan pucuk basah dan persediaan bahan penunjang. Administrator sangat berperan dalam proses peremajaan data yang digunakan dalam program SCHATZIE 1.0, yaitu data kebun dan biaya-biaya yang ada. 66

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1. V. PEMODELAN SISTEM 5.1. KONFIGURASI SISTEM Model perencanaan bahan baku industri teh di PTPN VIII Kebun Cianten dirancang dan dibuat dalam satu paket komputer sistem manajemen yang diberi nama SCHATZIE

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII Kebun Cianten

Lampiran 1. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII Kebun Cianten LAMPIRAN 71 Lampiran 1. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII Kebun Cianten 72 Lampiran 2. Spesifikasi persyaratan mutu teh hitam (SNI 01-1902-1995) No. Jenis Uji Satuan Spesifikasi 1 Kadar air % b/b

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Total Hasil Penjualan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Total Hasil Penjualan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Penyajian Data Tabel 5. Total Hasil Penjualan Total Hasil Penjualan Bulan (dalam jutaan rupiah) Jan-04 59.2 Feb-04 49.2 Mar-04 57.7 Apr-04 53.2 May-04 56.3 Jun-04 60.2 Jul-04

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan : BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG Bab Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :.. Simulasi peramalan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) melalui metode ARIMA.. Prediksi nilai inflasi tahun 0.3. Prediksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing

Lebih terperinci

VI. IMPLEMENTASI SISTEM

VI. IMPLEMENTASI SISTEM VI. IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi sistem merupakan tahap akhir dalam pengembangan suatu perangkat lunak yang mengimplementasikan hasil rancangan arsitektur sistem dan desain antarmuka pnegguna ke dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek kehidupan dari bangsa ini akan selalu dipengaruhi oleh keadaan hujan ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek kehidupan dari bangsa ini akan selalu dipengaruhi oleh keadaan hujan ataupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara daerah tropis yang diapit antara samuera Hindia dan samudera Pasifik juga antara benua Asia dan benua Austarlia, memiliki dua musim dalam setahun,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Rancangan Pada sub bab spesifikasi rancangan ini akan dibahas mengenai spesifikasi perangkat lunak dan spesifikasi perangkat keras. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan METODE BOX JENKINS Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan utk semua tipe pola data. Dapat

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan pembahasan. Sub bab akan menjelaskan tentang bagaimana cara mengolah data dan akan dilanjutkan dengan interpretasi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut dibawah ini adalah data yang didapat dari GK AUTO. Tabel 5.1 Data Variabel

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut dibawah ini adalah data yang didapat dari GK AUTO. Tabel 5.1 Data Variabel BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Data Berikut dibawah ini adalah data yang didapat dari GK AUTO. Tabel 5.1 Data Variabel Tanggal Laba (Y) Kurs Dollar (X1) Penjualan (X2) Advertise (X3) Jan-03 184,002,000

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk menunjang kegiatan penelitian, dalam bab ini akan dijabarkan desain penelitian, alat dan bahan, dan bahan penelitian. 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20 PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20 Theresia Oshin Rosmaria Pasaribu 1 Rossi Septy Wahyuni 2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM DINAMIK UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TOTAL PADA PENGENDALIAN PRODUKSI MINYAK SAWIT DAN INTI SAWIT

APLIKASI PROGRAM DINAMIK UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TOTAL PADA PENGENDALIAN PRODUKSI MINYAK SAWIT DAN INTI SAWIT Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 419 433. APLIKASI PROGRAM DINAMIK UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TOTAL PADA PENGENDALIAN PRODUKSI MINYAK SAWIT DAN INTI SAWIT (STUDI KASUS: PTPN IV (PERSERO) PKS

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI PUCUK TEH MENGGUNAKAN METODE BOX-JENKINS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII CIATER

PERAMALAN PRODUKSI PUCUK TEH MENGGUNAKAN METODE BOX-JENKINS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII CIATER ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 217 Page 2535 PERAMALAN PRODUKSI PUCUK TEH MENGGUNAKAN METODE BOX-JENKINS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII CIATER PRODUCTION FORECASTING

Lebih terperinci

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING Yurian Yudanto (yurian.yudanto@yahoo.com) Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C Oleh: Rara Karismawati NRP.7207040019 1 Pembimbing: Mike Yuliana, ST, MT NIP. 197811232002122009 Reni Soelistijorini,

Lebih terperinci

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Ni Kadek Sukerti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya Puputan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 menguji kelayakan model sehingga model sementara tersebut cukup memadai. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis galat (residual). Galat merupakan selisih antara data observasi dengan data hasil

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi 3.1.1 Analisa Kondisi Perusahaan saat ini CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri parfum. Merek parfum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber kas negara yang digunakan untuk pembangunan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Plotting Data Bahan baku komponen yang dipakai untuk membuat panel listrik jumlahnya cukup banyak dan beragam untuk masing-masing panel listrik yang dibuat. Jadi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prediksi curah hujan di Indonesia sangat berdampak pada kehidupan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Prediksi curah hujan di Indonesia sangat berdampak pada kehidupan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prediksi curah hujan di Indonesia sangat berdampak pada kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung di berbagai bidang. Dampak langsung dari ketepatan

Lebih terperinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan teknologi komputer sudah banyak dimanfaatkan untuk mendukung suatu usaha bisnis. Dengan adanya komputer, data-data mentah dapat diolah

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

Model of Industrial Tea Raw Material Planning (Case Study in PTPN VIII Kebun Cianten, West Java) ABSTRACT

Model of Industrial Tea Raw Material Planning (Case Study in PTPN VIII Kebun Cianten, West Java) ABSTRACT Model of Industrial Tea Raw Material Planning (Case Study in PTPN VIII Kebun Cianten, West Java) Marimin and Rizqan Al Muhaimin Department of Agroindustrial Technology, Faculty or Agricultural Technology,

Lebih terperinci

1. Latar Belakang. 2. Tinjauan Pustaka

1. Latar Belakang. 2. Tinjauan Pustaka 1. Latar Belakang Indonesia mempunyai kompleksitas dalam fenomena cuaca dan iklim. Atmosfer diatas Indonesia sangat kompleks dan pembentukan awannya sangat unik. Secara latitudinal dan longitudinal, Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Konsep Ketersediaan Air dan Model Prakiraan Kesesuaian Model ARIMA untuk Prakiraan Ketersediaan Air 10

DAFTAR ISI. Halaman Konsep Ketersediaan Air dan Model Prakiraan Kesesuaian Model ARIMA untuk Prakiraan Ketersediaan Air 10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT i ii iii iv vi ix xii xiv xv xvi BAB I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4. BAB II LANDASAN TEORIDASAN TEORI. dengan Microsoft Access 2000 sebagai database. Implementasi program

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4. BAB II LANDASAN TEORIDASAN TEORI. dengan Microsoft Access 2000 sebagai database. Implementasi program 36 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4. BAB II LANDASAN TEORIDASAN TEORI 4.1. Implementasi Dalam tahap ini dijelaskan mengenai implementasi perangkat lunak yang dibangun,dikembangkan menggunakan pemrograman

Lebih terperinci

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. Juli 9 8 Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input M. Fathurahman *) Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok no.5 Kampus Unmul Gn.

Lebih terperinci

U K D W BAB I PENDAHULUAN

U K D W BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengelolaan suatu minimarket tidak pernah lepas dari yang namanya persediaan barang. Persediaan barang menjadi bagian yang sangat vital dalam tumbuh kembangnya

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN 45 BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software Rancangan ini dibuat dan dites pada konfigurasi hardware sebagai berikut: Processor : Intel Pentium 4 CPU 1500 MHz. Memory :

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL Minitab adalah program statistik yang setiap versinya terus dikembangkan. Gambar 1 memperlihatkan kepada anda aspek-aspek utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins Ari Pani Desvina 1, Melina Anggriani 2,2 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 149-159) ISSN : 2450 766X PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH 1 Y. Wigati, 2 Rais, 3 I.T.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012 Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) ) MA 208 Statistika Dasar 0 April 202 Utriweni Mukhaiyar Ilustrasi Berikut adalah data rata-rata curah hujan bulanan yang diamati dari Stasiun Padaherang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI. Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk

BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI. Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI 4.1 Kebutuhan Aplikasi Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk mengatasi permasalahan yang diangkat pada penelitian ini.tahap-tahap yang dilakukan

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM PABRIK NYLON PT. ITS Dyah Lintang Trenggonowati 1), Wisnu Broto Darmawan 2) 1),2 ) Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Tahapan Implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan rancangan sistem dan dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mewujudkan sistem yang telah dirancang. Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Aplikasi setelah dianalisa dan dirancang, maka aplikasi tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi aplikasi ini merupakan tahap meletakan perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai 24 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Sumber Data Menurut Sekaran (2003), data sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Peramalan, Curah Hujan, Knowledge Discovery in Database, Jaringan Saraf Tiruan, Backpropagation, Optimalisasasi Backpropagation Pengumpulan

Lebih terperinci

Metode Economic Order Quantity Untuk Memprediksi Penerimaan Dan Penyaluran LPG

Metode Economic Order Quantity Untuk Memprediksi Penerimaan Dan Penyaluran LPG Metode Economic Order Quantity Untuk Memprediksi Penerimaan Dan Penyaluran LPG Rita Hariningrum Akademi Teknik Perkapalan Semarang Email: hariningrumrita7@gmail.com Abstrack - In this globalisation era,

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Tahap implementasi merupakan tahap meletakkan perancangan sistem informasi kedalam bentuk bahasa pemrograman juga implementasi aplikasi dalam instansi atau perubahan dan dioperasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. menggunakan metode Single Exponential Smoothing. Hasil perancangan tersebut

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. menggunakan metode Single Exponential Smoothing. Hasil perancangan tersebut BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Pada bab empat ini menjelaskan mengenai hasil analisis dan perancangan aplikasi peramalan persediaan bahan baku pada CV Lintas Nusa Surabaya dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan. V-21 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia semakin pesat, masing-masing perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 Nop-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) Xplore, 2013, Vol. 1(1):e3(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler Data penjualan ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui :

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui : BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Pengumpulan Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui : 1) Data primer, yaitu memperoleh sumber data penelitian langsung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil dan Bahasan 4.1.1 Penentuan Suku Cadang Prioritas Untuk menentukan suku cadang prioritas pada penulisan tugas akhir ini diperlukan data aktual permintaan filter fleetguard

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan. Perusahaan memproduksi berbagai

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER.

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2937 PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. SCHEDULING OF TEA

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

PERAMALAN HASIL PRODUKSI ALUMINIUM BATANGAN PADA PT INALUM DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN HASIL PRODUKSI ALUMINIUM BATANGAN PADA PT INALUM DENGAN METODE ARIMA Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 1 10. PERAMALAN HASIL PRODUKSI ALUMINIUM BATANGAN PADA PT INALUM DENGAN METODE ARIMA Lukas Panjaitan, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Dalama makalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Dewasa ini segala sesuatu berkembang dengan cepat, termasuk juga perkembangan di bidang ilmu tentang komputer. Kemajuan teknologi komputer dan perkembangannya yang pesat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MINIMASI GALAT PADA METODE PERAMALAN ARIMA

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MINIMASI GALAT PADA METODE PERAMALAN ARIMA Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-3 November 2015 IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MINIMASI GALAT PADA METODE PERAMALAN ARIMA Muhammad Abdurrahman Baraja (1), Wiwik Anggraeni (2) (1,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang 57 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dalam bab ini, selain menjelaskan mengenai kebutuhan minimum untuk perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang dihasilkan, juga akan

Lebih terperinci