4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS. Petani PKBT IPB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS. Petani PKBT IPB"

Transkripsi

1 4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS 4.1 Struktur Rantai Pasok Buah Manggis Rantai pasok buah manggis untuk pasar ekspor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dibentuk pada tahun Koperasi Bina Usaha (KBU) Al-Ihsan merupakan lembaga yang merintis terbentuknya rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor. Tujuan awal KBU Al-Ihsan merintis terbentuknya rantai pasok buah manggis adalah untuk meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan ketrampilan petani dalam budidaya manggis sehingga kualitas dan kuantitas buah manggis dapat meningkat. Suatu rantai pasok terdiri dari berbagai pihak, baik terlibat secara langsung maupun secara tidak langsung. Rantai pasok bersifat dinamis dan memiliki aliran informasi, produk, dan uang. Struktur rantai pasok menjelaskan mengenai pihak yang terlibat dan perannya serta aliran informasi, produk dan uang pada rantai pasok. Struktur rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 4. Petani PKBT IPB Kelompok Tani HPSP KBU Al-Ihsan Diperta Eksportir Aliran manggis Aliran uang Gambar 4 Struktur rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Peran masing-masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: Informasi Teknologi, pengetahuan, dan ketrampilan

2 50 1. Petani Petani manggis merupakan pelaku dalam rantai pasok yang berperan melakukan kegiatan budidaya manggis, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan. Pada saat ini, jumlah petani yang terlibat dalam rantai pasokan buah manggis segar untuk pasar ekspor baru 75 orang dan merupakan anggota KBU Al-Ihsan. Sebagian besar petani manggis merupakan pemilik kebun manggis dengan luas kebun yang ditanami pohon manggis ratarata 0,5 hektar. Pohon manggis yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor ini sebagian besar merupakan warisan yang sudah berusia lebih dari 25 tahun. Pohon manggis sebagian besar ditanam pada lahan yang sama dengan pohon lain, seperti durian, belinjo, dan cempedak. Hanya sedikit petani yang melakukan budidaya manggis dengan jarak tanam yang teratur dan terpisah dengan budidaya tanaman lainnya. Pohon manggis yang dibudidayakan merupakan pohon manggis yang diperbanyak secara generatif. Pada umumnya, petani melakukan pembibitan sendiri atau membeli bibit dari petani lainnya. Budidaya manggis yang dilakukan oleh para petani masih belum intensif. Para petani tidak melakukan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, sanitasi kebun, pemangkasan cabang/ranting, serta pembungkusan buah manggis. Sejak mendapat pembinaan dari Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT IPB) yang didukung oleh Horticultural Partnership Supporting Program (HPSP) dalam budidaya manggis dan cara pemanenan yang dapat memghasilkan buah manggis segar yang lebih berkualitas, petani mulai melakukan budidaya manggis dengan intensif. Untuk mendukung petani melakukan budidaya manggis dengan intensif, para petani yang terlibat dalam rantai pasok ini diberi bantuan pupuk organik oleh eksportir melalui KBU Al-Ihsan. Kebun manggis yang terawat dan kebun manggis yang tidak terawat ditunjukkan pada Gambar 5. Masa panen buah manggis di Kabupaten Bogor adalah bulan November hingga bulan April dengan puncak panen rayanya pada bulan Februari hingga bulan Maret. Kegiatan pemanenan buah manggis dilakukan dengan cara pemetikan langsung. Untuk buah manggis yang sulit dijangkau, pemetikan dilakukan dengan menggunakan alat berupa galah. Penggunaan alat bantu

3 51 pemetikan ini juga dilakukan setelah petani mulai dapat pembinaan dari PKBT IPB. Petani anggota KBU Al-Ihsan memperoleh bantuan alat pemetikan dari HPSP dan PKBT IPB. Pemetikan buah manggis dengan menggunakan alat tersebut bertujuan agar buah yang dipetik tidak mengalami kerusakan akibat terjatuh dari tempat yang tinggi di pohon manggis. Buah manggis yang sudah dipetik biasanya langsung dimasukkan ke dalam karung atau keranjang bambu sehingga hasil panen dari petani manggis ini masih dalam berbagai ukuran dan kualitas (tanpa proses sortasi dan grading). a. Kebun manggis yang terawat b. Kebun manggis yang tidak terawat Gambar 5 Kebun manggis di Kabupaten Bogor. 2. Kelompok Tani Kelompok tani berperan dalam mencatat seluruh kegiatan petani anggota dari kelompok tani tersebut, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan. Kelompok tani juga berperan dalam melakukan koordinasi terhadap anggotanya, terutama dalam pemeliharaan pohon manggis dan pemanenan buah manggis, misal: hasil panen para petani dicatat oleh petugas kelompok tani kemudian dikumpulkan dan dibawa ke gudang KBU Al-Ihsan, penjadwalan panen, penjadwalan pemupukan serta pemangkasan, dan sebagainya. 3. Koperasi Bina Usaha (KBU) Al-Ihsan Koperasi Bina Usaha (KBU) Al Ihsan merupakan kelembagaan yang didirikan oleh beberapa orang petani manggis di Kampung Cengal. Pada tahun 2001 berdiri Kopjamas (Koperasi Jamaah Masjid) Al Ihsan yang merupakan cikal bakal koperasi di Kampung Cengal selain Kelompok Tani Karya Mekar. Pembentukan Kopjamas berasal dari inisiatif salah satu pejabat di

4 52 wilayah Kabupaten Bogor. Kopjamas didirikan dengan tujuan untuk memberdayakan usaha dari para jamaah masjid di beberapa wilayah pedesaan Kabupaten Bogor, tetapi keberlangsungan usaha Kopjamas tidak berkembang karena masyarakat sekitar menganggap koperasi tersebut hanya digunakan bagi kepentingan politik beberapa orang. Pada tahun 2002 pembaruan dilakukan terhadap kelembagaan Kopjamas yang kemudian berganti nama menjadi Koperasi Bina Usaha Al-Ihsan. Pembentukan KBU Al-Ihsan diprakarsai oleh beberapa petani manggis yang merasa perlu memperbaiki sistem pemasaran manggis serta meningkatkan peran dari kelembagaan di tingkat petani. Dalam rantai pasok buah manggis ini, KBU Al-Ihsan berperan sebagai penghubung antara petani dan kelompok tani dengan pelaku lain yang terlibat dalam rantai pasok, yaitu eksportir, Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT IPB), dan Horticultural Partnership Supporting Program (HPSP). KBU Al-Ihsan melakukan sortasi dan grading pada buah manggis yang dikirim oleh kelompok tani kemudian menjual buah manggis kualitas ekspor kepada eksportir secara langsung. Buah manggis yang dihasilkann oleh petani anggota rantai pasokan terbagi menjadi empat grade, yaitu grade Super 1, grade Super 2, grade Super 3, serta kualitas lokal. Proses sortasi dan grading di KBU Al-Ihsan, serta pengangkutan buah manggis ke eksportir ditunjukkan pada Gambar 6, sedangkan standar kualitas buah manggis hasil sortasi dan grading KBU Al Ihsan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Buah manggis hasil sortasi dan grading yang tidak memenuhi persyaratan kualitas ekspor dijual oleh KBU Al-Ihsan ke para pemasok pasar swalayan/pemasok pedagang pengecer atau dijual langsung ke pedagang pengecer. Harga jual buah manggis kualitas ekspor ditentukan berdasarkan harga jual buah manggis di negara tujuan ekspor. Pada saat ini, KBU Al-Ihsan merupakan pemasok buah manggis untuk diekspor ke negara Cina. Harga jual buah manggis yang berfluktuatif selalu diinformasikan oleh KBU Al-Ihsan kepada para petani anggotanya. KBU Al-Ihsan mengambil 25% dari hasil penjualan ke eksportir dan penjualan ke pasar domestik untuk keperluan biaya transportasi dan penanganan buah manggis pasca panen hingga terjual. Buah

5 53 manggis yang tidak memenuhi kualitas ekspor akan dijual oleh KBU Al-Ihsan ke pasar domestik. a. Proses sortasi dan grading b. Pengangkutan buah manggis Gambar 6 Proses sortasi dan grading di KBU Al-Ihsan, serta pengangkutan buah manggis ke eksportir. Tabel 9 Standar kualitas buah manggis hasil sortasi dan grading Kelas / Grade Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Spesifikasi Warna hijau bintik-bintik merah, matang %, tidak cacat, kulit mulus rata, cupat hijau dan lengkap Warna hijau kemerahmerahan, matang %, tidak cacat, kulit buah agak mulus, cupat hijau lengkap Warna merah kehitaman, matang %, cacat 1-5 %, cupat lengkap Warna hitam burik, matang sampai 100 persen, cupat cacat Berat (gram) Diameter (mm) >125 > <76 <53 Sumber : Standar Nasional Indonesia SNI Penampakan KBU Al-Ihsan mengatur jadwal panen tiap kelompok tani. Koordinasi pemeliharaan pohon manggis juga dilakukan oleh KBU Al-Ihsan, misal: pembagian pupuk bantuan eksportir, penentuan jadwal pemupukan, dan penentuan jadwal pemangkasan pohon manggis. Untuk meningkatkan ketrampilan petani anggotanya dalam budidaya dan usaha manggis, KBU Al-Ihsan memberi fasilitas kepada para petani anggotanya berupa pelatihan.

6 54 Pelatihan tersebut dilakukan bekerja sama dengan Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Bogor, PKBT IPB, dan HPSP. 4. Eksportir Eksportir merupakan pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis sebagai penghubung dengan konsumen di luar negeri. Pada saat ini, eksportir yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dengan perjanjian secara tertulis adalah PT. Agung Mustika Selaras. Buah manggis yang diekspor oleh eksportir ini berasal dari Jawa Barat dan Sumatera Barat dengan sumber utama adalah Kabupaten Bogor, Tasikmalaya, Purwakarta, dan Subang. Eksportir membeli buah manggis secara langsung dari KBU Al-Ihsan dan membayarnya secara kontan. Harga beli buah manggis disesuaikan dengan harga jual buah manggis di negara konsumen serta berdasarkan kualitas buah manggis tersebut. Antara eksportir dan importir di luar negeri tidak mempunyai kontrak kuantitas buah manggis yang harus dipenuhi dalam periode tertentu. Eksportir akan mengirimkan buah maanggis ke importir di luar negeri jika kapasitas container sudah terpenuhi. Kualitas buah manggis yang dijual oleh KBU Al-Ihsan ditentukan setelah dilakukan sortasi dan grading oleh pihak eksportir. Sebelum dikirim ke negara konsumen, buah manggis dipak agar kerusakan buah selama pengiriman dapat diminimumkan. Proses sortasi dan grading, serta pengemasan di gudang eksportir ditunjukkan pada Gambar 7. a. Sortasi dan grading b. Pengemasan Gambar 7 Proses sortasi dan grading, serta pengemasan di gudang eksportir.

7 55 5. Pelaku Pendukung a. Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT IPB) PKBT IPB merupakan lembaga pengelola Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) dengan melakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi yang bercirikan keunggulan akademik, mempunyai nilai ekonomi, dan memberikan dampak sosial. Dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, PKBT IPB berperan dalam pembinaan kegiatan budidaya manggis melalui penerapan teknologi, pembinaan kemitraan usaha untuk meningkatkan daya saing usaha manggis, dan penguatan peran kelembagaan dalam pemasaran buah manggis segar untuk pasar ekspor. Rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor tersebut kemudian dijadikan sebagai kawasan percontohan laboratorium lapangan manggis oleh PKBT IPB. b. Horticultural Partnership Supporting Program (HPSP) HPSP merupakan salah satu program dari Indonesia-Benelux Chamber of Commerce (organisasi kamar dagang nirlaba di Jakarta yang memberikan layanan bagi pelaku usaha Indonesia, Belanda, Belgia, dan Luxemburg). Dalam rantai pasok buah manggis di Bogor, HPSP berperan sebagai organisasi yang membantu dalam hal sarana dan prasarana, pembinaan kegiatan usaha tani, pelatihan ketrampilan pasca panen, dan penguatan peran kelembagaan dalam pemasaran buah manggis segar untuk pasar ekspor. c. Dinas Pertanian (Diperta) Diperta Kabupaten Bogor merupakan perwakilan dari pihak pemerintah yang memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan sektor pertanian di Kabupaten Bogor. Dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, Diperta berperan dalam pembinaan dan penyuluhan budidaya dan usaha manggis. Secara keseluruhan, proses produksi pascapanen buah manggis segar untuk pasar ekspor pada rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ditunjukkan pada Gambar 8.

8 56 Pemanenan buah manggis Pelaku: Petani dan Kelompok Tani Alat/mesin: Galah, keranjang bambu, karung Waktu: 1 hari Pengangkutan ke KBU Al-Ihsan Pelaku: Kelompok Tani Alat/mesin: sepeda, sepeda motor Waktu: < 1 hari Sortasi dan grading kasar Pelaku: KBU Al-Ihsan Alat/mesin: Keranjang plastik, timbangan Waktu: 1 hari Penyusutan: 10% Pengangkutan ke eksportir Pelaku: Kelompok Tani Alat: mobil pick up Waktu: < 1 hari Sortasi dan grading akhir serta pengemasan Pelaku: Eksportir Alat/mesin: Keranjang plastik, timbangan, kardus, pengemas Waktu: < 3 hari Penyusutan: 5% Pengangkutan ke konsumen akhir Pelaku: Eksportir Alat: container berpendingin, pesawat udara (menggunakan jasa transportasi) Waktu: < 1 hari Konsumen akhir (importir di luar negeri) Gambar 8 Proses produksi pascapanen buah manggis segar untuk pasar ekspor.

9 57 Sebelum tahun 2007, hubungan antar pelaku usaha buah manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat hanya merupakan hubungan transaksi saja antara penjual dan pembeli yang membentuk suatu saluran pemasaran Hubungan tersebut pada saat ini masih terjadi pada para pelaku buah manggis yang tidak mau terlibat dalam rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Saluran pemasaran buah manggis di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 9. Peran masing-masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Petani Petani manggis merupakan pelaku dalam rantai pasok yang berperan melakukan kegiatan budidaya manggis, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan. Buah manggis yang sudah dipetik biasanya langsung dimasukkan ke dalam karung atau keranjang bambu sehingga hasil panen dari petani manggis ini masih dalam berbagai ukuran dan kualitas (tanpa proses sortasi dan grading). Petani Pengumpul Diperta Pedagang Pemasok Besar Eksportir Aliran manggis Informasi Aliran uang Teknologi, pengetahuan, dan ketrampilan Gambar 9 Saluran pemasaran buah manggis di Kabupaten Bogor.

10 58 2. Pengumpul Pengumpul berperan sebagai penghubung antara petani dengan pedagang besar. Pengumpul membeli buah manggis hasil panen petani dengan harga ratarata Rp2.500/kg tanpa membedakan kualitas buah manggis tersebut. Harga ditetapkan berdasarkan harga beli buah manggis pengumpul di daerah lain dan berdasarkan negosisasi antara pengumpul dengan petani. Pembelian buah hasil panen petani biasanya dibayar oleh pengumpul secara kontan. Sebagian pengumpul membeli buah manggis dari kebun petani dengan sistem ijon, yaitu pembayaran dilakukan pada saat pohon berbunga dan harga total yang dibayarkan sebesar perkiraan hasil panen buah manggis per pohon. Buah manggis hasil panen petani diambil oleh pengumpul. Proses sortasi dan grading dilakukan oleh pengumpul sebelum buah manggis dibeli oleh pedagang besar 3. Pedagang besar Dalam rantai pasok buah manggis ini, pedagang besar berperan sebagai penghubung antara pengumpul dengan eksportir. Pedagang besar menbeli buah manggis di tempat pengumpul. Harga beli buah manggis dari pengumpul tersebut dibedakan berdasarkan kualitas dan ditetapkan berdasarkan negosiasi antara pengumpul dan pedagang besar. Pembelian buah manggis ditempat pengumpul tersebut dibayar secara tunai oleh pedagang besar. Pedagang besar melakukan sortasi dan grading pada buah manggis yang dibeli dari pengumpul kemudian menjual buah manggis kualitas ekspor kepada eksportir secara langsung. Buah manggis hasil sortasi dan grading yang tidak memenuhi persyaratan kualitas ekspor dijual oleh pedagang besar ke pasar swalayan atau ke pedagang pengecer. 4. Eksportir Eksportir merupakan pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis sebagai penghubung dengan konsumen di luar negeri. PT. Agung Mustika Selaras merupakan salah satu eksportir yang membeli buah manggis dari saluran pemasaran di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ini. Eksportir membeli buah manggis secara langsung dari pedagang besar jika kuantitas buah manggis kualitas ekspor yang diperolah dari rantai pasok

11 59 dengan kebun terdaftar (termasuk rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan) tidak memenuhi permintaan konsumen PT Agung Mustika Selaras di luar negeri. Pembayaran buah manggis yang dibeli dari pedagan besar dilakukan secara kontan. Harga beli buah manggis dari pedagang besar ditetapkan berdasarkan negosiasi antara eksportir dan pedagang besar. Harga tersebut dibedakan berdasarkan kualitas buah manggis Kualitas buah manggis yang dijual oleh pedagang besar ditentukan setelah dilakukan sortasi dan grading oleh pihak eksportir. Sebelumm dikirim ke negara konsumen, buah manggis dipak agar kerusakan buah selama pengiriman dapat diminimumkan. 5. Dinas Pertania (Diperta) Peran Diperta dalam rantai pasok ini sama dengan peran Diperta dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan, yaitu melakukan pembinaan dan penyuluhan budidaya dan usaha manggis. 4.2 Manajemen Rantai Pasok Buah Manggis Struktur Manajemen KBU Al-Ihsan merupakan penggerak rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor yang berperan mengelola seluruh kegiatan kelompok tani dan petani anggotanya. Seluruh kegiatan budidaya dan usaha manggis dikoordinasikan dengan eksportir, PKBT IPB, HPSP, dan Diperta. Sebagai rantai pasok yang kemitraan antar anggotanya baru terbentuk, seluruh proses bisnis belum dapat dilakukan sendiri secara penuh, misal: transportasi dari KBU Al-Ihsan ke eksportir masih menggunakan jasa transportasi dengan kontrak jangka pendek selama masa panen saja. Pasokan sarana produksi pertanian juga hanya sebagian yang baru dapat dipenuhi oleh KBU Al-Ihsan, sedangkan kekurangannya dibeli oleh petani dari pasar umum tanpa adanya keterikatan antara pemasok dengan pembeli. Walaupun belum terlaksana secara teratur, semua proses bisnis yang telah dilaksanakan oleh rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dikelola oleh pihak yang terlibat sesuai bidangnya, misal: pemanenan dan pengiriman buah manggis ke KBU Al-Ihsan dikendalikan oleh ketua kelompok tani, proses sortasi

12 60 awal dan pengiriman buah manggis ke eksportir dikendalikan oleh pengelola KBU Al-Ihsan, proses sortasi dan grading buah manggis di tempat eksportir dikendalikan oleh wakil dari KBU Al-Ihsan dan bagian penggudangan dari pihak eksportir, serta pemeliharaan kebun manggis dikendalikan dan dipantau oleh pihak pendukung yaitu PKBT IPB dan Diperta Pemilihan Mitra Penguatan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ini berkaitan langsung dengan kemampuan kerjasama antar mitra dalam rantai pasok tersebut. Oleh karena itu, kunci strategis yang harus dipertimbangkan dalam penguatan rantai pasok tersebut adalah penentuan mitra yang sesuai. Masing masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor ini mempunyai kriteria tersendiri dalam memilih mitra, terutama mitra yang terkait dengan aliran uang dan aliran buah manggis, yaitu petani, KBU Al-Ihsan, dan eksportir. Aspek yang diutamakan oleh KBU Al-Ihsan dalam memilih petani manggis sebagai mitranya adalah kemampuan petani tersebut menghasilkan buah manggis sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan serta kemauan petani untuk melakukan budidaya manggis sesuai dengan GAP. Syarat yang ditetapkan oleh KBU Al-Ihsan dalam memilih petani manggis sebagai mitranya adalah sebagai berikut: 1. Petani berstatus pemilik atau penggarap yang telah mendapat persetujuan dari pemilik dan berdomisili di Kabupaten Bogor 2. Petani memiliki sekurang-kurangnya 50 pohon manggis yang menghasilkan dan bersedia melakukan pelabelan untuk keperluan traceability. KBU Al-Ihsan menetapkan syarat minimum kepemilikan pohon manggis ini dengan maksud agar meminimumkan proses traceability jika diperlukan dan mengoptimalkan kuantitas buah manggis yang dipasok. 3. Petani tidak sedang menggadaikan pohon manggisnya kepada pihak lain 4. Petani sedang tidak memiliki sangkutan hutang piutang yang terkait dengan pohon manggis miliknya

13 61 Bagi petani manggis, syarat utama mitranya adalah mitra yang bersedia membeli buah manggisnya dengan harga yang tinggi, terutama mitra tersebut dapat membayar pembeliannya di muka (sebelum panen dilakukan). Hal ini yang menyebabkan KBU Al-Ihsan kalah bersaing dengan pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul, tetapi KBU Al-Ihsan mempunyai keunggulan dengan membeli buah manggis para petaninya dengan harga tinggi sesuai kualitasnya. KBU Al-Ihsan juga membantu para petani menambah ketrampilan dan pengetahuannya dalam budidaya dan usaha manggis melalui pembinaan dan pelatihan. Pada saat ini, KBU Al-Ihsan sedang berusaha mencari mitra yang mampu memberikan bantuan modal untuk melakukan pembayaran di muka dalam membeli buah manggis dari petani. KBU Al-Ihsan lebih mengutamakan modal tersebut dapat diperoleh dari eksportir yang telah menjadi mitranya. KBU Al-Ihsan juga mempunyai beberapa kriteria dalam memilih eksportir sebagai mitranya, yaitu 1. Eksportir membeli buah manggis petani dengan harga yang menguntungkan petani 2. Eksportir terbuka dalam informasi, terutama informasi yang terkait dengan permintaan dan harga buah manggis 3. Eksportir memberikan jaminan keberlanjutan kemitraan dalam jangka waktu yang panjang Dari pihak eksportir, kriteria yang diberikan dalam memilih mitra pemasok adalah pemasok dapat memenuhi kualitas dan kuantitas permintaan konsumen pasar ekspor. Konsumen pasar ekspor juga memberikan persyaratan traceability pada buah manggis yang dibelinya. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka kebun manggis pemasoknya harus terdaftar telah melakukan GAP Pengaturan Kontrak Pengelolaan rantai pasok buah manggis secara terintegrasi yang melibatkan beberapa pihak membutuhkan suatu kesepakatan bersama dalam bentuk kontrak kerjasama antar pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten

14 62 Bogor terdapat 2 kontrak kerjasama, yaitu kontrak kerjasama antara petani dan KBU Al-Ihsan dan kontrak kerjasama antara KBU Al-Ihsan dengan eksportir. Kontrak kerjasama antara petani dan KBU Al-Ihsan didukung oleh HPSP dalam program peningkatan produktivitas manggis sebagai komoditas unggulan melalui pengelolaan kebun bersama. Kesepakatan kerjasama tersebut antara lain meliputi syarat petani sebagai peserta program, lingkup kegiatan, kriteria pohon, kewajiban petani dan ketua kelompok tani, alokasi pendanaan, modal untuk membayar pembelian buah manggis di muka, harga buah manggis, dan pengelolaan hasil panen. Kontrak kerjasama antara KBU Al-Ihsan dan eksportir didukung oleh PKBT IPB. Kontrak kerjasama tersebut juga ditandatangani oleh Kabupaten Bogor dan Direktur Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian. Kontrak kerjasama tersebut berisi tentang penerapan teknologi dan kemitraan usaha untuk meningkatkan daya saing dan ekspor buah manggis. Dalam kontrak kerjasama tersebut disepakati bahwa KBU Al-Ihsan akan memasok buah manggis kepada eksportir dengan jumlah, harga, dan kriteria yang disepakati bersama, eksportir akan melakukan penanganan pasca panen dan pemasaran buah manggis kualitas ekspor, serta PKBT IPB akan melakukan upaya peningkatan produksi buah manggis yang layak ekspor melalui penerapan teknologi dan penelitian pengembangan manggis. Kemitraan yang terjalin antara petani, KBU Al-Ihsan, eksportir, yang didukung oleh HPSP, PKBT IPB, serta pemerintah Kabupaten Bogor dan Diperta memberikan manfaat bagi petani berupa jaminan pasar buah manggis dengan harga yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Petani juga memperoleh tambahan pengetahun dalam mengelola kebun manggisnya sehingga buah manggis dapat dipanen dalam kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Selain petani, KBU Al-Ihsan juga memperoleh tambahan pengetahuan dari pembinaan HPSP dan PKBT IPB dalam mengelola dan mengembangkan bisnis manggis. Bagi eksportir, kemitraan ini dapat memberikan manfaat jaminan pasokan buah manggis dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan permintaan konsumen. Kemitraan ini juga memberikan manfaat bagi PKBT IPB dalam menerapkan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial sebuah lembaga penelitian

15 63 serta membuka peluang untuk dapat melakukan penelitian dan pengembangan manggsi lebih lanjut Sistem Transaksi Transaksi yang terjadi dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor ini meliputi transaksi pembelian sarana produksi pertanian dan transaksi penjualan buah manggis. Petani dapat membeli sarana produksinya di KBU Al-Ihsan dengan sistem yarnen (dibayar panen), yaitu sarana produksi yang dibeli petani dibayar dengan hasil panen buah manggisnya. Sistem yarnen hanya berlaku bagi petani anggota KBU Al-Ihsan. Untuk transaksi pembelian buah manggis, KBU Al-Ihsan masih menerapkan cara yang dilakukan oleh para pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul, yaitu pembelian buah manggis dibayar sebagian di muka. Petani masih lebih memilih menjual buah manggisnya kepada pembeli yang sudah menjamin kepastian pendapatannya dengan cara membayar pembeliannya di muka walaupun harga pembeliannya rendah. Jika petani tidak menjual buah manggisnya ke KBU Al-Ihsan, maka kuantitas pasokan buah manggis ke eksportir akan berkurang. Oleh karena itu, KBU Al-Ihsan membayar di muka sebagian pembelian buah manggis dari petani. Hal ini menyebabkan KBU Al-Ihsan membutuhkan modal untuk sistem transaksi pembelian ini. Pada saat ini, KBU Al-Ihsan masih melakukan pendekatan kepada eksportir untuk memberikan modal ini dalam jumlah yang lebih besar demi kepentingan bersama. KBU Al-Ihsan melunasi pembayaran buah manggis yang dibeli dari petani secara tidak tunai. Pembayaran tersebut dilakukan setelah KBU Al-Ihsan mengirim buah manggis ke eksportir. Harga beli buah manggis dari petani ditentukan setelah KBU Al-Ihsan mengetahui harga beli buah manggis tersebut dari eksportir. Harga beli buah manggis ditetapkan eksportir berdasarkan proses sortasi dan grading yang dilakukan di tempat eksportir serta berdasarkan harga buah manggis di pasar ekspor. Eksportir membayar pembelian buah manggis dari KBU Al-Ihsan secara kontan.

16 Proses Pendukung Bisnis Rantai Pasok Buah Manggis Layanan Dukungan Mitra, Perencanaan dan Penelitian Bersama Persaingan bisnis yang terjadi pada saat ini cenderung merupakan persaingan antar rantai pasok. Keberhasilan koordinasi, integrasi, dan pengelolaan proses bisnis pada seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor akan menentukan keberhasilan bersaing rantai pasok tersebut. Agar proses bisnis dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dapat dilakukan secara efektif dan efisien, maka KBU Al-Ihsan sebagai penggerak rantai pasok ini memberikan beberapa pelayanan kepada petani anggotanya berupa penyuluhan yang didukung oleh Diperta dan PKBT IPB, pelatihan untuk peningkatan ketrampilan budidaya manggis dan pengelolaan bisnis manggis yang didukung oleh PKBT IPB dan HPSP, pelayanan pemberian informasi mengenai harga buah manggis di pasar ekspor yang didukung oleh eksportir, serta penyediaan sarana produksi pertanian untuk mengelola kebun manggis petani dan alat bantu panen. Berdasarkan permintan eksportir dan pengarahan dari PKBT IPB, target proses bisnis dan arah pelaksanaan untuk mencapainya ditetapkan bersama antara KBU Al-Ihsan dengan kelompok tani dan petaninya. Setiap 4 bulan, target dan pencapaiannya dievaluasi. Hasil evaluasi dilaporkan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor. PKBT IPB juga terus melakukan penelitian untuk perbaikan produksi secara kualitas dan kuantitas. Perkembangan budidaya dan bisnis manggis yang diperoleh dari PKBT IPB secara rutin diinformasikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis dalam pertemuan yang diadakan 1 kali dalam sebulan Jaminan Identitas Merek Pemberian label merek pada buah manggis dilakukan oleh eksportir.. Merek dagang buah manggis tersebut ditampilkan dalam bahasa mandarin yakni Tung. Hal tersebut dilakukan atas permintaan pembeli buah manggis yakni importir yang berasal dari negara Cina. Pada label produk manggis juga terdapat keterangan yang menyatakan bahwa produk tersebut berasal dari Indonesia dengan mencantumkan kalimat

17 65 origin from Indonesia. Pencantuman negara produsen menjadi suatu bentuk tuntutan konsumen terhadap keamanan pangan dan sistem traceability rantai pasok manggis. Keterangan dalam label tersebut juga dapat menjadi suatu bentuk promosi bagi Indonesia untuk lebih dikenal lagi oleh masyarakat dunia sebagai negara produsen manggis. Identitas merek dalam rantai pasokan manggis menjadi sangat penting untuk produk buah manggis karena persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan diasosiasikan kepada merek/label yang tercantum Sistem Traceability Sistem traceability diterapkan pada rantai pasok di Kabupaten Bogor dengan menggunakan kartu pengendali kegiatan pada kegiatan bisnisnya. Pencatatan kegiatan budidaya manggis hingga panen buah manggis dilakukan oleh ketua kelompok tani. Kegiatan yang dicatat adalah pemupukan (tanggal pemupukan, nama kelompok tani, luas area yang diberi pupuk, jumlah pohon manggis yang diberi pupuk, usia pohon yang diberi pupuk, dosis dan jenis pupuk, dan orang yang bertanggung jawab pada proses pemupukan tersebut), pengendalian hama dan penyakit pada pohon manggis (tanggal pengendalian, nama kelompok tani, jumlah pohon manggis yang ditangani, jenis hama dan penyakit, bagian pohon yang terserang hama dan penyakit, bahan dan dosis yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tersebut, dan orang yang bertangguna jawab melakukan kegiatan ini), serta pemanenan (tanggal pemanenan, nama kelompok tani, jumlah pohon yang dipanen, kuantitas buah manggis hasil panen, penanganan buah manggis, dan orang yang bertanggung jawab pada kegiatan tersebut). Sistem traceability ini didukung dengan pendaftaran kebun manggis yang sudah memenuhi syarat sebagai kebun penghasil buah manggis untuk pasar ekspor oleh Dinas Pertanian sehingga penelusuran sumber masalah jika terjadi keluhan dari konsumen dapat lebih mudah dilakukan. Pencatatan kegiatan untuk sistem traceability juga dilakukan oleh pengelola KBU Al-Ihsan, yaitu pelatihan (tanggal pelatihan, tempat pelatihan, jenis pelatihan, instansi/lembaga/orang yang melatih, jumlah orang yang hadir dalam pelatihan, dan orang yang bertanggung jawab pada kegiatan tersebut), pelayanan terhadap petani dan kelompok tani (tanggal pelayanan, jenis pelayanan, nama kelompok tani/petani yang dilayani, jumlah kelompok tani/petani yang

18 66 dilayani, orang yang bertanggung jawab pada kegiatan ini), penjualan buah manggis (tanggal penjualan, kelompok tani asal buah manggis, kuantitas buah manggis yang diterima dari petani, kuantitas buah manggis yang diterima oleh eksportir, kuantitas buah manggis yang dikembalikan oleh eksportir, hasil penjualan, dan orang yang bertanggung jawab pada kegiatan ini). Hasil pencatatan kegiatan rantai pasok diinformasikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut secara rutin Proses Membangun Kepercayaan Mitra Kepercayaan antar mitra dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dibangun melalui pertemuan yang dilakukan secara rutin dan dihadiri oleh wakil dari masing masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mengevaluasi kegiatan bersama yang telah dilakukan dan target yang telah dicapai. Rencana kegiatan dan target berikutnya kemudian ditetapkan berdasarkan haril evaluasi tersebut. Dengan melakukan pertemuan secara rutin, perbedaan kepentingan antar mitra dalam proses bisnis buah manggis diharapkan dapat diperkecil. Persetujuan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak tertulis menunjukkan bahwa antar mitra dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor telah terbangun kepercayaan untuk melakukan proses bisnis secara bersama sesuai dengan rencana kegiatan dan target yang telah ditetapkan bersama, tetapi pelanggaran terhadap kontrak tersebut masih dimungkinkan terjadi karena kemitraan antar anggota dalam rantai pasok ini baru terbentuk sehingga setiap anggota rantai pasok masih perlu melakukan adaptasi dalam melakukan bisnis manggis ini. 4.4 Sumberdaya Rantai Pasok Buah Manggis Sumberdaya yang dimiliki oleh masing masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Petani dan Kelompok Tani Jumlah petani yang terlibat dalam rantai pasok manggis di Kabupaten Bogor sebanyak 75 orang. Jumlah tersebut belum termasuk tenaga buruh tani

19 67 yang seringkali dipekerjakan untuk kegiatan pemanenan buah manggis, pemupukan, sortasi hasil panen, dan penyiangan. Sumberdaya manusia yang dimanfaatkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemanenan buah biasanya merupakan anggota keluarga petani. Tenaga kerja yang dimanfaatkan tersebut diupah setiap hari sesuai dengan jam kerja yang dilakukan. Pemanfaatan tenaga kerja tersebut tergantung pada luas lahan manggis yang dibudidayakan serta metode budidaya yang diterapkan. Sebagian besar petani manggis (72%) merupakan pemilik kebun manggis dengan luas kebun yang ditanami pohon manggis rata-rata 0,5 hektar dari seluruh luas kebun yang dimilikinya (dengan luas rata-rata 1 hektar). Pohon manggis yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor ini sebagian besar merupakan warisan yang sudah berusia lebih dari 25 tahun dan budidayanya belum dilakukan secara intensif. Setiap petani rata-rata memiliki 100 pohon manggis produktif. Modal yang digunakan petani manggis yang menjadi anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor merupakan modal sendiri serta modal yang berasal dari pinjaman. Pinjaman modal diperoleh anggota dari unit usaha simpan pinjam yang dimiliki oleh KBU Al-Ihsan atau Bank. Dalam melakukan budidaya manggis, hanya 28% petani yang melaksanakannya sesuai dengan pedoman GAP. Para petani manggis tersebut juga belum dapat memaksimalkan potensi sumberdaya alam untuk menghasilkan bibit pohon manggis yang unggul dan bersertifikat. Secara umum, peluang pengembangan kebun manggis di Kabupaten Bogor adalah seluas hektar, tetapi pengembangan manggis secara luas membutuhkan teknologi dan biaya yang cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan kondisi kepemilikan kebun manggis yang terbatas serta kondisi sebagian lahan di Kabupaten Bogor yang rentan terhadap bahaya erosi dan ph tanah yang rendah sehingga memerlukan biaya tinggi untuk perbaikan ph tanah dan atau pembuatan teras. Potensi pengembangan area kebun manggis di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 10. Dukungan sarana dan prasarana untuk bisnis manggis di Kabupaten Bogor pada umumnya cukup memadai. Dalam satu kecamatan terdapat paling

20 68 tidak satu pasar lokal untuk pemasaran buah manggis, pembelian pupuk dan sarana pra panen lainnya. Dukungan infrastruktur jalan bagi sarana transportasi di Kabupaten Bogor sebagian besar dalam kondisi rusak, tetapi masih dapat dilalui kendaraan roda empat. Sarana prapanen yang dimiliki oleh para petani manggis dan kelompoknya di Kabupaten Bogor di antaranya adalah traktor, cangkul, pompa, dan fogger / sprayer, sedangkan sarana panen dan pasca panen yang dimiliki petani pada umumnya adalah karung plastik, pikulan, keranjang bambu, galah pasca panen, timbangan dan box plastik. Sarana dan prasarana bisnis manggis di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 10 Potensi pengembangan kebun manggis di Kabupaten Bogor No Kecamatan Luas Wilayah (hektar) Potensi Hortikultura (hektar) Pengusahaan Lahan (hektar) Peluang Pengembangan (hektar) 1 Jasinga Cigudeg Sukajaya Leuwiliang Leuwisadeng Nanggung Sukamakmur Jumlah Sumber : Profil Manggis Kabupaten Bogor 2007 Tabel 11 Sarana dan rasarana bisnis manggis di Kabupaten Bogor Kecamatan Traktor (unit) Sarana Prapanen Cangkul (unit) Pompa (unit) Sprayer (unit) Box plastik (unit) Sarana Panen dan Pasca Panen Galah (unit) Timbangan (unit) Jasinga Cigudeg Sukajaya Leuwiliang Leuwisadeng Nanggung Sukamakmur Sumber : Profil Manggis Kabupaten Bogor 2007

21 69 2. KBU Al-Ihsan Anggota KBU Al-Ihsan sebanyak 150 orang petani manggis, tetapi hanya 75 petani yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor yang digerakkan oleh KBU Al-Ihsan ini. Petani manggis yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis terbagi menjadi 7 kelompok yang tersebar di beberapa wilayah. Masing-masing kelompok terdiri dari 8 hingga 13 orang petani manggis yang diketuai oleh seorang penanggung jawab kelompok Fasilitas yang dimiliki oleh KBU Al-Ihsan dalam menjalankan proses bisnis manggis adalah gudang penampungan buah manggis, gedung KBU Al-Ihsan yang dapat digunakan untu berbagai kegiatan (pelatihan, pertemuan, sortasi buah manggis, dll.), dan sarana pengangkutan yang disewa dari penyedia jasa angkutan. Gudang yang berada di dekat KBU Al-Ihsan dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan alat-alat panen, sprayer, box plastik, dan penampungan buah manggis. Petani anggota KBU Al-Ihsan telah mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari PKBT IPB dalam teknologi pasca panen teknologi pengolahan buah manggis, tetapi teknologi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Para petani tersebut telah mencoba mengolah buah manggis yang tidak memenuhi standar kualitas ekspor menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah. Pengolahan yang dilakukan antara lain pembuatan jus manggis dan bubur manggis yang dapat diawetkan di dalam freezer hingga beberapa bulan lamanya untuk dimanfaatkan sarinya, tetapi kegiatan ini belum dilaksanakan secara berkesinambungan karena mutu hasilnya masih perlu diperbaiki agar dapat diterima oleh konsumen. Sarana teknologi informasi juga belum diperhatikan secara serius oleh semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui harga dan permintaan buah manggis secara online dari waktu ke waktu belum dimiliki oleh semua pelaku yang terlibat dalam rantai pasok ini. Kelancaran arus informasi sebenarnya sangat dibutuhkan untuk menciptakan transparansi yang lebih baik antara pihak yang

22 70 terlibat dalam rantai buah pasok manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. KBU Al-Ihsan masih mengalami kesulitan untuk memberikan kemudahan dalam hal akses permodalan usaha manggis kepada petani manggis anggotanya. KBU Al-Ihsan harus mampu bersaing dengan para tengkulak yang memiliki kemampuan memberikan modal atau dana talangan pemasaran yang lebih besar. Para tengkulak tersebut memiliki kemampuan memberikan modal karena didukung pula oleh eksportir lain. Walaupun akses dana yang diberikan lebih besar, sistem pembayaran yang dilakukan oleh tengkulak dalam pemasaran manggis masih seringkali merugikan petani. Modal yang berasal dari unit usaha simpan pinjam KBU Al-Ihsan merupakan dana yang diperoleh KBU Al-Ihsan dari kegiatan usaha, bantuan dari HPSP, dan dana talangan pemasaran manggis dari eksportir. Dana talangan menjadi hal yang utama untuk menjamin agar manggis yang dihasilkan oleh petani disalurkan kepada pihak KBU Al-Ihsan untuk dipasarkan ke PT Agung Mustika Selaras sebagai eksportir dalam rantai pasok buah manggis tersebut. Oleh karena itu, kesinambungan pasokan buah manggis dari petani juga tergantung kepada ketersediaan dana talangan ini. Pada saat merintis rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, HPSP merupakan salah satu pihak yang mendorong rantai pasok tersebut berkembang melalui bantuan proyek berupa sarana dan prasarana bisnis manggis serta permodalan. Melalui proyek peningkatan produksi manggis, HPSP menyalurkan bantuan senilai Rp500 juta. Pada masa yang akan datang, KBU Al-Ihsan akan mencoba menjajaki kerjasama dengan Bank Jabar atau Bank Bukopin untuk membantu akses permodalan bisnis manggis di Kabupaten Bogor. 3. Eksportir PT. Agung Mustika Selaras merupakan eksportir yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor. Bidang usaha utama perusahaan yang didirikan pada tahun 1985 ini adalah penjualan manggis dari 12 propinsi di Indonesia. Semua buah manggis diekspor ke Cina dengan volume ekspor rata-rata 2000 ton per tahun.

23 71 PT. Agung Mustika Selaras memiliki bangunan seluas 2.000m 2 dengan gudang penampungan buah manggis yang dilengkapi pendingin dengan suhu o C sehingga mampu menjaga kesegaran buah manggis yang akan diekspor. Pada saat ini, PT. Agung Mustika Selaras mempunyai 14 ruangan cold storage dengan kapasitas total ton. Teknologi penanganan buah manggis untuk ekspor yang dimiliki oleh PT. Agung Mustika Selaras ini memegang peranan yang sangat penting untuk menjaga kualitas buah manggis. Jumlah sumberdaya manusia yang terlibat kegiatan ekspor buah di PT. Agung Mustika Selaras mencapai sekitar 100 orang. Jumlah tersebut merupakan keseluruhan sumberdaya manusia yang bekerja di PT Agung Mustika Selaras untuk kegiatan ekspor buah dari Indonesia.

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 23 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4..1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kawasan Agropolitan Cendawasari merupakan suatu kawasan perdesaan berbasis pertanian yang dirilis menjadi suatu Kawasan Agropolitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Rantai Pasokan Buah Naga 1. Sasaran Rantai Pasok Sasaran rantai pasok merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah rantai pasok. Ada dua sasaran rantai

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

BAB V MODEL RANTAI PASOKAN UDANG VANAME

BAB V MODEL RANTAI PASOKAN UDANG VANAME BAB V MODEL RANTAI PASOKAN UDANG VANAME Model rantai pasokan udang vaname dibahas dengan menggunakan kerangka pengembangan rantai pasokan yang terdiri dari aspek tujuan rantai, manajemen rantai, struktur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 Uraian Jumlah (Rp) Total Ekspor (Xt) 1,211,049,484,895,820.00 Total Impor (Mt) 1,006,479,967,445,610.00 Penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) dimana sektor pertanian menduduki posisi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis Pada awalnya penelitian tentang sistem pertanian hanya terbatas pada tahap budidaya atau pola tanam, tetapi pada tahun

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek, khususnya untuk pemulihan ekonomi.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR 4.1. Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu Buah-buahan Indonesia diminati di pasar luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SEKILAS KECAMATAN TAJUR HALANG Kecamatan Tajur Halang merupakan bagian kabupaten Bogor. Menurut data kependudukan Kelurahan Tajur Halang, kecamatan tersebut terletak di ketinggian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJASAMA INVESTASI AGROBISNIS JAHE GAJAH

PROPOSAL KERJASAMA INVESTASI AGROBISNIS JAHE GAJAH PROPOSAL KERJASAMA INVESTASI AGROBISNIS JAHE GAJAH (Januari 2016) CV. AGRO BINTANG SEJAHTERA Jl. Terusan Noch Kartanegara No. 1A Kel. Kota Wetan Kec. Garut Kota Kab. Garut Jawa Barat Hp. 081321801417 (Khaerul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Diperkirakan jumlah kerusakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1. Tinjauan Pustaka Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI 01-4478-1988 No Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai cm minimum Tipe standar 76 70 61 Asalan Tipe spray - Aster 76 70 61 Asalan -

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI Bagian 1. Informasi Umum Nama : Nama Kebun : Jenis Tanaman : Alamat : Kota : Propinsi : Kode Pos : Negara : Tanggal : Telepon : Fax : Email : Ruang lingkup tanaman yang akan disertifikasi Jumlah petani

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 107 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 17. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 108 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen RI N G K ASA N KEG IATA N 6 8 MARET, 2017, BENER MERIAH (KABUPATEN GAYO, ACEH 13 16 MARET, 2017, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN BOGOR

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN BOGOR PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan tentang sejarah program pengembangan kawasan agropolitan yang dilaksanakan di Kabupaten Bogor. Mengingat program pengembangan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

8.2. PENDEKATAN MASALAH

8.2. PENDEKATAN MASALAH jeruk impor di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Jeruk impor sudah sampai ke lokasi konsumen di sentra produksi jeruk nusantara dengan harga yang lebih murah daripada jeruk

Lebih terperinci

Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan. komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan

Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan. komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan dalam sistem agribisnis yang mencakup subsistem

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur 113 Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran Tujuan Kajian Kegiatan Kajian Tipe dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Target Output (Keluaran) Tujuan 1 Menganalisis kelayakan sederhana dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT. Nurhasana 1 Latifa Hanum 2

IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT. Nurhasana 1 Latifa Hanum 2 IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT Nurhasana 1 Latifa Hanum 2 ABSTRAK Horenso merupakan produk yang bernilai jual tinggi

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCAPANEN

PENANGANAN PASCAPANEN 43 PENANGANAN PASCAPANEN Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem

V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem V. PEMODELAN SISTEM 5.1. Pendekatan Sistem 5.1.1.Analisis Sistem Kegiatan awal dalam rantai pasok mangga gedong gincu adalah pemanenan. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM A. Strategi Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pengembangan agribisnis jeruk pada lima tahun mendatang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN MANGGIS DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN KELURAHAN LIMAU MANIS, KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG

TINGKAT PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN MANGGIS DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN KELURAHAN LIMAU MANIS, KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG TINGKAT PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN MANGGIS DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN KELURAHAN LIMAU MANIS, KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG OLEH NILA SARI 07 115 036 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :

Lebih terperinci

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji Tabel 13 Perbandingan Karakteristik Kebun Kelapa Sawit Inti dan Plasma Contoh di Sumatera Selatan Tahun 2002 No Karakteristik Betung Barat 1 Nama lain IV Betung Talang Sawit Sungai Lengi II B Sule PT Aek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci