Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network"

Transkripsi

1 Pengaturan Proses Tekanan pada Sstem Pengaturan Berjarngan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Rende Ramadhan, 0800 Bdang Stud Sstem Pengaturan, Jurusan Teknk Elektro FTI - ITS Emal : rende.ramadhan@gmal.com Abstrak Delay yang terjad pada Sstem Pengaturan Berjarngan (SPB) dapat mengganggu knerja sstem. Hal n dapat berdampak pada penurunan performa dan terjadnya ketdakstablan pada sstem. Dalam konsep pengaturan menggunakan jarngan komunkas, gangguan n tdak bsa dhlangkan. Namun, suatu metode kontrol dapat dberkan untuk mempertahankan knerja sstem. Dalam peneltan Tugas Akhr n drancang sebuah kontroler Fuzzy Neural Network (FNN) untuk mengendalkan proses tekanan melalu jarngan komunkas. Jarngan komunkas yang dgunakan berupa Ethernet. Kontroler FNN tersebut merupakan hbrda antara dua konsep kecerdasan buatan, yatu sstem fuzzy dan artfcal neural network (ANN). Peneltan n akan dujkan terhadap Temperature Process Rg 8-74 sebaga plant dengan memberkan perlakuan yang berbeda untuk setap gangguan yang akan datas. Untuk pembebanan nomnal dengan varas delay dperoleh respon dapat mengkut nla set pont akan tetap memlk overshoot terbesar senla %M p = 6% pada delay 0.68 detk dan e ss = ± 0.%. Pada pembebanan mnmal dengan varas delay dperoleh respon sstem dengan nla %M p = ± 60.% dan e ss = ± 0.%. Pada pembebanan maksmal dengan varas delay dperoleh nla overshoot dan error keadaan steady terbesar dperoleh pada nla delay 0.68 detk sebesar %M p = ± 4.% dan e ss = ± 0.%. Kata Kunc - SPB, kontroler FNN, Pengaturan Tekanan, delay. T I. PENDAHULUAN eknolog komunkas saat n telah berkembang pesat dan dgunakan dalam aspek kehdupan yang luas, sepert bdang lmu pengetahuan, ndustr, ekonom, sosal, bahkan poltk. Beberapa tpe jarngan komunkas, sepert Ethernet, Feldbus, dan Wreless, telah dgunakan dalam aplkas prakts yang luas dan selalu berkembang dengan munculnya generas-generas baru dar masng-masng tpe. Ethernet yang merupakan jens skenaro pengkabelan dan pemrosesan snyal untuk data jarngan komputer awalnya dkembangkan pada tahun 97 oleh perusahaan Xerox d Palo Alto Research Center (PARC) dengan nama Xerox Ethernet. Teknolog tersebut dgunakan untuk menghubungkan 00 komputer pada kecepatan,94 Gbps melalu kabel sepanjang satu klometer. Sejak saat tu, teknolog Ethernet berkembang sangat. Serng dengan perkembangan teknolog komunkas tersebut, bdang lmu sstem pengaturan telah mengalam perluasan lngkup. Konsep sstem pengaturan umpan balk yang dahulu memlk konfguras jarngan pengkabelan kontrol terdedkas, saat n menyspkan jarngan komunkas real-tme sebaga jalur komunkas. Sstem pengaturan umpan balk dmana sstem lup tertutup menggunakan jarngan real-tme dsebut Sstem Pengaturan Berjarngan (Networked Control System) []. SPB memungknkan komunkas antara sensor, aktuator, kontroler, dan plant berada pada node tunggal jarngan komunkas. Penggunaan jarngan komunkas semacam tu menghaslkan arstektur yang fleksbel dan mengurang baya nstalas dan perawatan. Penerapan jarngan komunkas ke dalam skema sstem pengaturan menyebabkan permasalahan yang ada pada jarngan komunkas berlaku juga pada SPB. Permasalahan yang terjad pada SPB berada pada persmpangan antara teor pengaturan dan komunkas. Secara tradsonal, teor pengaturan berfokus pada stud dnamka sstem yang terhubung melalu saluran deal sedangkan teor komunkas mempelajar transms nformas melalu jarngan tak deal []. Permasalahan yang dhadap pada SPB adalah permasalahan yang muncul karena adanya delay (waktu tunda) jarngan yang dsebabkan oleh kepadatan lalu lntas jarngan. Keberadaan waktu tunda pada jarngan menyebabkan penurunan pada performans sstem. Bahkan, dalam beberapa kasus kehadran waktu tunda tersebut menggerakkan performans sstem menuju ketdakstablan. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneltan Tugas Akhr n berfokus pada penyelesaan masalah yang ada pada SPB dalam sudut pandang lmu sstem pengaturan. Perancangan kontroler Self-tunng Fuzzy dengan mekansme kontroler Fuzzy bertngkat pada SPB telah dbahas pada []. Penerapan kontroler FNN, dkenal juga sebaga Neuro-Fuzzy (NF), pada sstem pengaturan proses ndustr dan Motor DC untuk memperoleh performans yang dngnkan telah dbahas pula pada [,6]. Pada peneltan Tugas Akhr n dajukan penerapan kontroler FNN pada SPB untuk memperoleh performans yang dngnkan. Kontroler FNN tersebut dgunakan sebaga drect controller pada SPB. Perancangan Kontroler FNN mengacu pada [4,,], sedangkan penurunan rumus dar mekansme adaptas fuzzy berbass neural network dalam Tugas Akhr n mengacu pada [4,9,0]. II. TEORI DASAR A. Sstem Pengaturan Berjarngan SPB merupakan sstem pengaturan umpan balk lup tertutup dmana pertukaran nformas antar komponen dlakukan dalam bentuk paket data melalu jarngan realtme. SPB memungknkan komunkas antara sensor, aktuator, kontroler, dan plant berada pada node tunggal jarngan komunkas. Arstektur SPB pada dasarnya

2 memlk lma komponen dasar sepert dtunjukkan pada Gambar. Penyspan jarngan komunkas pada SPB memungknkan pelaksanaan beberapa tugas dar jarak jauh. Keunggulan yang dtawarkan oleh SPB tentunya drng muncul beberapa masalah yang tmbul akbat penggunaan jarngan komunkas. Pemasangan jarngan komunkas d lup umpan balk membuat perancangan dan analss SPB menjad lebh kompleks. Hal n dsebabkan penggunaan jarngan komunkas yang dpengaruh oleh beberapa gangguan, yatu waktu tunda dan packet dropout. Aktuator Plant Kontroler Sensor Jarngan Komunkas Aktuator Gambar. Arstektur SPB dan Alran Informas []. Plant Kontroler Sensor Waktu tunda jarngan dalam SPB dapat dkategorkan ke dalam dua bentuk yatu waktu tunda yang dakbatkan karena transms snyal dar sensor ke kontroler yang dnotaskan τ sc dan tunda waktu dar kontroler ke aktuator yang dnotaskan τ ca. Waktu yang dbutuhkan oleh kontroler dalam memproses snyal (τ c ) dan waktu tunda yang ada dalam jarngan dapat djadkan sebaga satu kesatuan waktu tunda total (τ) waktu tunda n dapat dabakan karena umumnya lebh kecl jka dbandngkan dengan waktu tunda jarngan. Waktu tunda τ sc dan τ ca terdr atas beberapa bagan, yatu : watng tme delay (τ w ) yatu waktu tunda pada kontroler atau lup plant akbat proses antran dan ketersedaan jarngan sebelum kontroler mengrmkan paket data, frame tme delay (τ f ) yatu waktu yang dbutuhkan untuk konvers snyal kontrol menjad paket data sebelum sap dtransmskan melalu jarngan, dan propagaton delay (τ p ) adalah waktu yang dbutuhkan oleh paket data untuk melalu meda transms. Besarnya waktu tunda n bergantung pada kecepatan transms meda serta jarak antara sumber dan tujuan. tunda dar snyal kontrol dan hasl pengukuran sensor terjad akbat adanya proses antran paket data bak pada swtch, router maupun hub. Waktu tunda τ sc dan τ ca juga bergantung kepada faktor lan sepert spesfkas bandwdth maksmum pada protokol yang dpaka dan besarnya ukuran paket data. B. Fuzzy Neural Network Sstem hbrda yang menggabungkan logka fuzzy, neural network, algortma genetka, dan konsep kecerdasan buatan lannya membuktkan efektvtasnya dalam beragaman aplkas penyelesaan masalah. Setap konsep kecerdasan buatan memlk kemampuan khusus dalam penyelesaan masalah tertentu. Sebaga contoh, neural network memlk kemampuan yang bak dalam mengenal suatu pola, fuzzy memlk kemampuan dalam teknk pengamblan keputusan, dan algortma genetka memlk kelebhan dalam hal optmalsas. FNN merupakan sstem hbrda yang menggabungkan dua konsep kecerdasan buatan, yatu sstem fuzzy dan neural network. Permasalahan dalam hal pengamblan keputusan dapat dselesakan dengan menerapkan konsep dar logka fuzzy. Sedangkan, adaptas dlakukan dengan kemampuan belajar yang dmlk neural network. Gambar menggambarkan topolog dar FNN dmana sstem fuzzy dekspreskan dalam struktur neural network. Lapsan Node Lapsan 4 Node akumulas aturan fuzzy dengan varabel lngustk keluaran yang sama Lapsan Node kombnas Aturan Fuzzy Lapsan Node Fuzzfkas Lapsan Node n x n n n U n I I Forward Propagaton FNN Back Propgataon FNN Gambar. Dagram Waktu tunda dar SPB []. Gambar mengambarkan proses pengrman paket data dar plant kontroler aktuator pada SPB dengan waktu tunda. Secara umum, terdapat tga bagan fundamental dar waktu tunda yang terjad d dalam sebuah jarngan. Waktu Gambar. Topolog dar Model Fuzzy Neural Network. Teknk adaptas FNN berdasarkan pada metode pembelajaran back propagaton pada neural network. Topolog FNN tersebut terdr dar lma lapsan dmana fungs dar setap lapsan dbahas dalam subbab n. FNN terdr dar dua tahap, yatu forward propagaton dan back propagaton. Pada tahap forward propagaton masukan dar sstem FNN dgunakan sebaga nformas untuk mengambl suatu keputusan. Tahap n sebenarnya merupakan proses perhtungan sstem fuzzy yang drepresentaskan ke dalam lma lapsan layaknya pada neural network. Jad, pada tahap forward propagaton melaksanakan fungs-fungs yang dlaksanakan sstem fuzzy, sepert fuzzfkas, aturan nferens, hngga defuzzfkas. Setelah proses pengamblan keputusan pada tahap forward propagaton, keputusan yang dperoleh

3 dbandngkan dengan keluaran yang dharapkan. Dengan perbandngan tersebut, maka dperoleh nla error. Nla error tersebut dgunakan sebaga nformas untuk melakukan perbakan parameter-parameter dar fuzzy. Proses adaptas parameter-parameter dar setap lapsan tersebut dlakukan pada tahap n, yatu back propagaton. Algortma learnng back propagaton dperoleh sama halnya pada neural network, yatu dengan memnmalkan energ error pada persamaan (). E n T O Dengan T dan O berturut-turut adalah keluaran yang dngnkan dan keluaran aktual. Untuk merepresentaskan aturan learnng, perlu dlakukan perhtungan E / O dar lapsan per lapsan FNN dmula dar lapsan terluar. A. Arstektur SPB III. PERANCANGAN SISTEM Arstektur SPB yang drancang pada peneltan Tugas Akhr n memlk lma elemen utama, yatu kontroler, aktuator, plant, sensor, dan jarngan komunkas. Kelma elemen tersebut dbangun dalam suatu konfguras sstem pengaturan lup tertutup. Gambar 4 menunjukkan blok dagram SPB yang dgunakan dalam perancangan peneltan Tugas Akhr n. Pemberan set pont, perhtungan nla error (selsh nla set pont dengan keluaran plant), serta desan kontroler dlakukan pada komputer dengan program LabVIEW. Snyal kontrol dkrm melalu jarngan Ethernet ke perangkat DAM dalam bentuk paket-paket data dgtal. Kemudan, perangkat DAM memproses paket data tersebut untuk dkonvers menjad snyal analog yang bersesuaan, yatu tegangan atau arus. Snyal kontrol yang telah dkonvers tersebut dkrm ke aktuator untuk mengatur varabel yang dkontrol pada plant, msal: tekanan. Keluaran dar plant kemudan dkrm kembal ke perangkat DAM untuk kemudan dkonvers menjad snyal dgtal yang bersesuaan dan dkrm ke komputer melalu jarngan Ethernet. () Berkutnya, snyal kontrol dkrm ke ADAM 000L/TCP untuk dproses melalu jarngan Ethernet. Modul AO-04 kemudan mengrm snyal kontrol tersebut dalam bentuk arus 4 0 ma. Sensor tekanan kemudan mendeteks tekanan yang terukur dan mengrm sebaga umpan balk dalam bentuk arus. Snyal keluaran tersebut kemudan dubah menjad tegangan 0.4 V pada process nterface. Snyal tersebut kemudan masuk ke ADAM 000L/TCP dan dubah menjad 0 V melalu fungs scalng yang datur pada perangkat lunak antarmukanya. Set Pont x(t) e(t) Kontroler u(t) + - FNN Gambar. Konfguras Fsk SPB. Snyal keluaran yang telah d-scalng tersebut kemudan dkrm melalu jarngan Ethernet dalam bentuk paket-paket data dan pada akhrnya dolah pada LabVIEW. B. Identfkas Sstem Orde dengan Delay Pemodelan matemats hasl dentfkas sstem pada jarngan yang memlk delay dlakukan dengan pendekatan sstem orde dengan delay. Respon sstem orde dengan delay tersebut dtunjukkan pada Gambar 6. K 0.6 K y (t) 0 y(t τ sc ) Komputer dengan: LabVIEW OPC KEPServerEx ADAM 000TCP Utlty T d τ transen t a t s t r Jarngan Komunkas ADAM 000L/TCP u steady state u(t - τ ca ) y(t) e ss t s (±%) = τ t s (±%) = 4τ t s (±0.%) = τ t r (% - 9%) = τ ln 9 t (detk) Set Pont x(t) + - e(t) y(t τ sc ) Kontroler FNN Snyal Kontrol u(t) Gambar 4. Blok Dagram SPB. Jarngan Komunkas Data Acquston Module (DAM) u(t - τ ca ) Aktuator Sensor PLANT Output y(t) Konfguras fsk dar SPB dengan menggunakan kontroler FNN pada plant pressure process rg 8-74 dtunjukkan pada Gambar. Snyal kontrol dan keluaran plant yang dolah pada LabVIEW dkrm atau dambl dar data modul I/O melalu perangkat lunak antarmuka ADAM 000L/TCP. Komunkas antara kedua perangkat lunak tersebut dlakukan melalu OPC KEPServerEx sebaga jembatannya. Oleh karena tu, perlu dlakukan pengalamatan agar data tersebut dapat dgunakan secara nteroperabltas. Gambar 6 Respon Sstem Orde dengan dengan delay untuk Snyal Uj Step. Persamaan matemats untuk sstem pada Gambar 6 dtunjukkan pada persamaan (). Y X T s Ke d s s s Dar persamaan () dapat dlhat bahwa terdapat tga parameter yang harus dtentukan, yatu gan (K), konstanta waktu (τ), dan waktu delay (T d ). Nla K, τ, dan T d dapat dtentukan sesua pada persamaan (), (4), dan () Y X SS () SS K () y t a y Td 0. 6 Yss (4) ta T d ()

4 Persamaan (! Reference source not found.) menunjukkan nla τ merupakan selsh dar t a dengan T d yang merupakan delay dar jarngan. Hasl dentfkas sstem melalu jarngan menghaslkan respon sstem sepert pada Gambar 7. Dar Gambar 7 dperoleh persamaan model matemats dar plant yang mengacu pada persamaan (), sebaga berkut: H s 0.6s e 0.68s Persamaan matemats dar plant tersebut memlk nla RMSE sebesar ps. Tekanan (ps) 6 4 Respon Hasl Identfkas Plant (Jarngan) Set Pont Respon Plant Respon Hasl Pemodelan Waktu (detk) Gambar 7 Respon Sstem Hasl Identfkas Plant Pressure Process Rg 8-74 Melalu Jarngan. C. Perancangan Kontroler FNN Setelah melakukan dentfkas terhadap plant yang akan dgunakan pada SPB, maka tahap selanjutnya adalah merancang kontroler. Pada peneltan Tugas Akhr n dlakukan perancangan kontroler FNN untuk dmplementaskan pada SPB. Mengacu pada topolog dar model FNN pada Gambar, dapat drancang struktur dar algortma kontroler FNN sepert pada Gambar 9. Lapsan Node Defuzzfkas (Terdr dar node keluaran: Up, V) Lapsan 4 Node akumulas aturan fuzzy. Melaksanakan Operas OR (Max) (Terdr dar nodes) Lapsan Node kombnas Aturan Fuzzy. Melaksanakan Operas AND (Product) (Jumlah Aturan FNN x = ) Lapsan Node Fuzzfkas (Setap masukan memlk Nla Lngustk) Lapsan Node Masukan (Terdr dar node) Gambar 8. Struktur Algortma Kontroler FNN. 4 I Up Kontroler FNN merupakan hbrda dar konsep fuzzy dan neural network. Sehngga, struktur dar algortma FNN dapat drepresentaskan sepert struktur dar neural network dmana setap node pada masng-masng lapsan V I Forward Propagaton FNN (6) Back Propgataon FNN melaksanakan fungs layaknya sebuah sstem fuzzy. Struktur kontroler FNN pada Gambar 8 drancang dengan memlk dua varabel lngustk masukan dengan masng-masng memlk lma nla lngustk. Sehngga, terdapat kombnas aturan pada sstem nferens aturan fuzzy-nya. Sstem FNN tersebut memlk dua varabel keluaran dengan masng-masng memlk lma nla lngustk. Blok dagram dar sstem pengaturan dengan kontroler FNN dtunjukkan pada Gambar 9. Terlhat error dan delta error dgunakan sebaga masukan dar kontroler FNN tersebut. Set Pont x(t) Gambar 9. Blok Dagram Kontroler FNN. Persamaan snyal kontrol yang dkeluarkan dar kontroler FNN dbangun berdasarkan struktur keluaran kontroler fuzzy PID. Kontroler fuzzy PID merupakan gabungan dar sstem fuzzy PD dengan fuzzy PI. Struktur blok dagram dar fuzzy PID yang dgunakan pada kontroler FNN dtunjukkan pada Gambar 0. e(t) Gambar 0. Struktur Snyal Kontrol dar Kontroler FNN. Terdapat dua buah sstem fuzzy, yatu sstem fuzzy PD dan sstem fuzzy PI, dmana masng-masng memlk masukan error dan delta error. Kedua sstem fuzzy tersebut memberkan keluaran, yatu u p (t) dan v (t). Persamaan untuk u p (t) dan u (t) tersebut dnyatakan pada persamaan berkut: t t u p u p (7) u t u t K v t (8) Sehngga, snyal kontrol u(t) dar kontroler FNN adalah u + - d dt d dt t u t u t p e(t) Sstem Fuzzy Sstem Fuzzy Parameter Adjustment Kontroler FNN up(t) v(t) (9) Penggunaan struktur snyal kontrol tersebut sesua dengan representas dar struktur algortma kontroler FNN pada Gambar 8, dmana FNN memlk dua buah keluaran yang bertndak sebaga u p (t) dan v (t). Algortma FNN terdr dar dua tahap, yatu forward propagaton dan back propagaton. () Forward Propagaton K Fuzzy PD Fuzzy PI Control Sgnal u(t) Sebelum membahas perancangan dar kontroler FNN u(t) + + Z - PLANT u(t) + + Output y(t) 4

5 lapsan per lapsan secara detl, dperkenalkan smbol-smbol yang akan dgunakan dalam membangun kontroler algortma kontroler tersebut. net,l O,L c,l, σ,l W j : nla masukan dar node ke- pada lapsan L. : nla keluaran dar node ke- pada lapsan L. : nla center dan wdth dar membershp functon model bellshaped. : bobot dar lnk yang menghubungkan Perancangan detl dar fungs masng-masng lapsan pada struktur algortma FNN dbahas sebaga berkut: Lapsan : Lapsan n terdr dar dua buah node yang masng-masngnya mengrm snyal masukan secara langsung ke node yang terhubung pada lapsan berkutnya. Node pertama meneruskan snyal error dan node kedua meneruskan snyal delta error sebaga varabel lngustk dan. Persamaan untuk tap node adalah sebaga berkut: O, I,, I O (0) Bobot dar lnk pada lapsan n adalah. Lapsan : Lapsan n terdr dar sepuluh node. Setap node pada lapsan n melakukan perhtungan membershp functon nla-nla lngustk dar setap varabel lngustknya. Lma node pertama melaksanakan perhtungan untuk nla-nla lngustk dar varabel lngustk pertama. Sedangkan, lma node terakhr melakukan perhtungan nlanla lngustk untuk varabel lngustk kedua. Lapsan n melaksanakan proses fuzzfkas. Bentuk membershp functon yang dgunakan adalah fungs bellshaped. Persamaan masukan dan keluaran setap node pada lapsan n dengan menggunakan fungs bell-shaped tersebut adalah sebaga berkut: O, untuk,,,4, net, () O, untuk 6,7,8,9,0 IF x s O m, AND x s O n, THEN y s O, Lapsan 4 : Setap node pada lapsan 4 melaksanakan operas OR dar fuzzy untuk mengakumulas aturan-aturan yang memlk nla lngustk dar varabel keluaran yang sama. Fungs operas setap node pada lapsan n dnyatakan sebaga berkut: n et w O (4),4 j j j, O, m,4 mn(, net, m, 4) () Dengan =,,, dan m =,. Persamaan tersebut sedkt berbeda dengan adanya ndeks m. Indeks tersebut muncul karena pada rancangan FNN Tugas Akhr n terdapat dua buah keluaran, yatu u p dan v, yang masng-masng memlk lma nla lngustk. Bobot lnk w j pada lapsan n mengekspreskan hubungan dar aturan ke-j dengan nla lngustk keluaran ke-. nla bobot tersebut hanya terdr dar dua nla, yatu 0 dan. Bobot tersebut bernla apabla node ke-j pada lapsan memlk hubungan dengan node ke-. Sama halnya dengan varabel lngustk masukan dengan lma nla lngustk, varabel lngustk keluaran juga memlk lma nla lngustk, yatu NB, NS, Z, PS, PB. TABEL I menyajkan desan dar Rule Base yang dgunakan kontroler FNN. Terlhat kedua varabel keluaran memlk krtera yang sama. Akan tetap, keduanya memlk nla numerk yang berbeda. TABEL I DESAIN RULE BASE DARI FNN UNTUK KELUARAN U P DAN V I NILAI LINGUISTIK UNTUK UP NILAI LINGUISTIK UNTUK VI NB NS Z PS PB NB NS Z PS PB NB NB NB NS NS Z DELTA ERROR NB NB NB NS NS Z NS NB NS NS Z PS NS NB NS NS Z PS Z NS NS Z PS PS Z NS NS Z PS PS PS NS Z PS PS PB PS NS Z PS PS PB PB Z PS PS PB PB PB Z PS PS PB PB net, c O, exp,, untuk =,,, 0 () Lapsan : Lapsan n memlk node yang merupakan kombnas aturan-aturan varabel-varabel lngustk masukannya. Kontroler FNN drancang memlk dua buah masukan (error, delta error) sehngga untuk setap node pada lapsan n akan memlk dua buah masukan yang berasal dar lapsan sebelumnya. Setap node akan melaksanakan operas AND terhadap kedua masukan tersebut. Dar beberapa fungs operas AND yang terserda, perancangan kontroler FNN n menggunakan fungs operas algebrac product. Persamaan untuk fungs operas tersebut dnyatakan sebaga berkut: O O O, untuk m = n =,,, 4, (), m, n, Keseluruhan kombnas aturan tersebut dapat dsajkan dalam bentuk aturan lngustk sebaga berkut: ERROR ERROR Lapsan : Tahap perhtungan pada lapsan n merupakan proses terakhr pada tahap forward propagaton FNN. Lapsan memlk jumlah node sebanyak dmana masngmasng node tersebut terhubung ke lma node pada lapsan sebelumnya. Setap node melaksanakan operas defuzzfkas sehngga dperoleh nla keluaran pada hmpunan crsp. Membershp functon keluaran yang dgunakan pada proses defuzzfkas tersebut adalah sngleton. Persamaan untuk keluaran node pada lapsan adalah sebaga berkut: s j, m j m, j O j, m,4 j, m,4 O untuk m =,. (6) O Dengan demkan, bobot lnk ke- pada lapsan n adalah s. Dmana, u p t O, dan t O, v (7)

6 Persamaan tersebut merupakan hasl dar tahap forward propagaton dar FNN. Dar keluaran snyal kontrol tersebut akan mengeluarkan respon dar sstem. Proses tersebut terjad terus menerus setap teras. () Back Propagaton Proses adaptas parameter-parameter dar setap lapsan tersebut dlakukan secara mundur dmula dar lapsan palng akhr menuju lapsan pertama. Lapsan : Pada tahap n dlakukan perbakan bobot dar lnk lapsan. Persamaan adaptas parameter yang dgunakan tersebut sesua persamaan (! Reference source not found.). O, j,4 s, j, (8) O Dengan j =,. t s, j,t st t O t, j,4 Lapsan 4 : Tdak ada parameter yang perlu dlakukan adaptas pada lapsan n. Hanya dlakukan perhtungan error, yatu sebaga berkut:,4 s, j,o, j,4 s, T t O t O, j,4 j,o, j,4 (9) Dengan j =,. Lapsan : Tdak ada parameter yang perlu dlakukan adaptas pada lapsan n. Hanya dlakukan perhtungan error dengan persamaan (9). (0),,4 Lapsan : Pada lapsan n perlu dlakukan adaptas parameter-parameter setap node-nya. Adaptas parameter center dan wdth dlakukan dengan persamaan berkut n: Berkut n persamaan untuk adaptas parameter center: c, exp net, c, net, c, t c, t c T t O t (),, Sedangkan, berkut n persamaan untuk adaptas parameter wdth: net c, exp,,,, t, t T t O t,, net c () Lapsan : Tdak ada parameter yang perlu dlakukan adaptas pada lapsan n. Karena hanya berfungs sebaga penerus nla masukan. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujan kontroler FNN untuk sstem pengaturan tekanan pada SPB dlakukan dengan beberapa konds sstem. Knerja kontroler FNN danalss terhadap lma konds pengujan sstem, yatu perubahan set pont, pembebanan nomnal, pembebanan mnmal, pembebanan maksmal, serta varas delay terhadap setap pembebanan. A. Pengujan Sstem pada Jarngan dengan Varas Delay Terhadap Beban Mnmal. Pengujan beban mnmal dlakukan dengan menambahkan delay sebesar 0. detk pada SPB sehngga total delay yang dalam sstem sebesar 0.8 detk. Sstem tersebut menghaslkan respon sepert pada Gambar. Respon sstem mencapa 6.% dar keadaan steady pada τ =.0 detk. Respon sstem mengalam overshoot pada saat konds transen beban nomnalnya sebesar 9.98% pada t p =.4 detk. Dengan pemberan nla delay tersebut, terlhat pada Gambar tersebut respon mengalam delay sebesar 0.4 detk pada awal transen. Settlng tme sstem dcapa pada t s (±%) =.8 detk sedangkan rse tme drah selama t r (%-9%) = 0.6 detk. Nla settlng tme dan rse tme pada pemberan delay 0.8 detk lebh cepat dbandngkan pada pemberan delay yang lebh kecl akbat adanya skema ntegral pada struktur kontroler FNN. Semakn cepatnya t s dan t r mengakbatkan overshoot yang terjad semakn besar. Keadaan steady dcapa sstem pada t =. detk dengan e ss = ps atau sebesar 0.%. Tekanan (ps) Respon Sstem dengan Delay pada Jarngan (Beban Mnmal). Mp Set Pont Respon Sstem FNN Waktu (detk) Gambar. Respon Sstem dengan Kontroler FNN pada Jarngan dengan Delay 0.8 detk dan Beban Mnmal. Beban mnmal dberkan pada sstem pada saat t = 7 detk. Terlhat pada Gambar respon sstem mengalam oslas yang cukup besar dan lama ketka berusaha mengkut set pont. Dengan perubahan parameter sstem tersebut, kontroler FNN mula melakukan adaptas parameterparameternya. Pada t = 7.6 detk, sstem kembal ke keadaan steady dengan nla mnmal overshoot (%M p ) sebesar 60.%. Sstem membutuhkan waktu 0.6 detk untuk kembal ke keadaan steady ketka beban mnmal dberkan. Hal tu berart dbutuhkan 06 data teras untuk melakukan adaptas sehngga sstem dapat menghlangkan oslas. Perubahan parameter kontroler FNN pada saat beban mnmal dberkan dtunjukkan pada TABEL II. TABEL II ADAPTASI PARAMETER KONTROLER FNN TERHADAP BEBAN MINIMAL DAN DELAY 0.8 DETIK. Beban Mnmal Dberkan pada Sstem center wdth

7 Delta center wdth Center dar fuzzy sngleton Sngleton U p Sngleton V Beban Mnmal Dhlangkan dar Sstem center wdth Delta center wdth Center dar fuzzy sngleton Sngleton U p Sngleton V Pada saat t = 9.07 detk, beban mnmal tersebut dhlangkan. Sehngga, sstem mengalam perubahan parameter kembal. Sstem memlk nla mmmal overshoot sebesar 6.% dan kembal ke keadaan steady dengan pada saat t =. detk. Pengujan dengan pemberan delay total sebesar 0.8 detk pada SPB terbukt mash dapat datas kontroler FNN. Akan tetap, dbutuhkan waktu yang lebh lama untuk beradaptas menyesuakan perubahan parameter yang terjad pada sstem dengan pembebanan mnmal dan delay yang cukup besar. Waktu yang dbutuhkan untuk mencapa keadaan steady sebandng dengan penambahan nla delay pada SPB tersebut. B. Pengujan Sstem pada Jarngan dengan Varas Delay Terhadap Beban Maksmal. Pengujan beban maksmal dlakukan dengan menambahkan delay sebesar 0. detk sehngga total delay dar sstem adalah sebesar 0.8 detk. Sstem tersebut menghaslkan respon sepert pada Gambar. Respon sstem mencapa 6.% dar keadaan steady pada τ =. detk. Respon sstem mengalam maksmal overshoot pada saat konds transen beban nomnalnya sebesar 4.6% pada t p =.66 detk. Dengan pemberan nla delay tersebut, terlhat pada Gambar tersebut respon mengalam delay sebesar 0.67 detk pada awal transen. Settlng tme sstem dcapa pada t s (±%) =.8 detk sedangkan rse tme drah selama t r (%-9%) = 0.6 detk. Keadaan steady dcapa sstem pada t = 4. detk dengan e ss = ps atau sebesar 0.%. Beban maksmal dberkan pada sstem pada saat t = 8.8 detk. Terlhat pada Gambar respon sstem mengalam oslas ketka berusaha mengkut set pont. Dengan perubahan parameter sstem tersebut, kontroler FNN mula melakukan adaptas parameter-parameternya. Tekanan (ps) Respon Sstem dengan Delay pada Jarngan (Beban Maksmal) Dber Beban Set Pont Respon Sstem FNN Waktu (detk) Gambar. Respon Sstem dengan Kontroler FNN pada Jarngan dengan Delay 0.8 detk dan Beban Maksmal. Pada t = 6. detk, sstem kembal ke keadaan steady dengan nla maksmal overshoot (%M p ) sebesar.%. Sstem membutuhkan waktu 7.7 detk untuk kembal ke keadaan steady ketka beban mnmal dberkan. Perubahan parameter kontroler FNN pada saat beban mnmal dberkan dtunjukkan pada TABEL III. TABEL III Beban Dlepas ADAPTASI PARAMETER KONTROLER FNN TERHADAP BEBAN MAKSIMAL DAN DELAY 0.8 DETIK. Beban Maksmal Dberkan pada Sstem center wdth Delta center wdth Center dar fuzzy sngleton Sngleton U p Sngleton V Beban Maksmal Dhlangkan dar Sstem center wdth Delta center wdth Center dar fuzzy sngleton Sngleton U p Sngleton V Pada saat t = 0. detk, beban mnmal tersebut dhlangkan. Sehngga, sstem mengalam perubahan parameter kembal. Sstem memlk nla mnmal overshoot sebesar 9.64% dan kembal ke keadaan steady dengan pada saat t = 8. detk. Pada penambahan delay tersebut, kontroler FNN juga mash dapat mengatas terjadnya pembebanan maksmal pada sstem dengan melakukan adaptas parameter V. KESIMPULAN Berdasarkan hasl pengujan dan analss, dapat dperoleh beberapa kesmpulan. Pengaruh delay pada SPB dapat 7

8 dkompensas melalu penggunaan konroler FNN. Akan tetap, jka pengaruh delay lebh besar dan lebh cepat dar kecepatan adaptas FNN, respon sstem tdak dapat berada pada konds tetap. Untuk respon sstem dengan perubahan set pont dapat mengkut nla set pont tersebut dengan e ss = ± 0.% dan M p = ±.%. Sstem dengan beban nomnal dan delay konds normal SPB dapat mengkut nla set pont dengan e ss = ± 0.% dan %M p = ± 0%. Untuk pembebanan nomnal dengan varas delay dperoleh respon dapat mengkut nla set pont akan tetap memlk overshoot terbesar senla %M p = 6% pada delay 0.68 detk dan e ss = ± 0.%. Pada pembebanan mnmal dengan varas delay dperoleh respon sstem dapat mengkut set pont dalam waktu yang bervaras sebandng dengan dperbesarnya nla delay jarngan. Nla overshoot dan error keadaan steady terbesar dperoleh pada nla delay 0.4 detk sebesar %M p = ± 60.% dan e ss = ± 0.%. Pada pembebanan maksmal dengan varas delay dperoleh respon sstem dapat mengkut set pont dalam waktu yang bervaras pula. Nla overshoot dan error keadaan steady terbesar dperoleh pada nla delay 0.68 detk sebesar %M p = ± 4.% dan e ss = ± 0.%. [8], Pressure Control Traner Instructon Manual: 874, Vers Manual: 8 Seres, Ed04-000, Feedback Instrument Lmted, England, 00. Rende Ramadhan lahr d kota Tanjung Karang Lampung pada bulan Aprl Tahun 990. Ia menempuh penddkan sampa Sekolah Menengah Atas d dua provns berbeda, yatu Lampung dan Banten. Pencnta flm thrller dan acton n melanjutkan stud ke jenjang Strata- d perguruan tngg neger ternama d kota Surabaya pada tahun 008. D tahun kedua masa perkulahannya, Ia memlh bdang stud Sstem Pengaturan sebaga bdang keahlannya. Saat n, Ia berada pada semester ketujuh dan sedang mengerjakan peneltan Tugas Akhr. Peneltannya d bdang artfcal ntellgence. Pada akhr tahun ketga masa studnya, Ia melaksanakan kerja praktek d salah satu perusahaan kma yang ada d kota Clegon Banten, yatu PT. Asahmas Chemcal. Sebaga seorang mahasswa Teknk Elektro, Ia memlk mnat yang tngg d bdang robotka dan berhasl menduduk perngkat pertama pada kontes robot nasonal Java Robo Contest yang dlaksanakan pada tahun 00. Selan berkecmpung d bdang robotka, Ia juga mula bergelut d duna lngkungan dengan mengkut kompets novas teknolog lngkungan. Dengan ketertarkan barunya tersebut, Ia berhasl mengkut program musm panas Study of Unted States Insttute (SUSI) pada tahun 0. DAFTAR PUSTAKA [] Hespanha, J. P., Naghshtabrz, P. dan Xu Y., A Survey of Recent Result n Networked Control Systems, Proc. of The IEEE, Vol. 9, No., pp. 8-6, Januar, 007. [] Zhang, W., Brancky, M. S. dan Phllps. S. M., Stablty of Networked Control Systems, IEEE Control Systems Magazne, pp , Februar, 00. [] Tan, X., Wang, X. dan Cheng, Y., A Self-tunng Fuzzy Controller for Networked Control System, Internatonal Journal of Computer Scence and Network Securty, Vol. 7, No., Januar, 007. [4] [4] Farag, W. A., Quntana, V. H. dan Torres, G. L., A Genetc-Based Neuro-Fuzzy Approach for Modelng and Control of Dynamcal Systems, IEEE Transacton on Neural Network, Vol. 9, No., pp , September, 998. [] Tpsuwanporn, V., Intajag, S., Wtheephanch K., Koetsam-ang, N. dan Samamag, S., Neuro-Fuzzy Controller Desgn for Industral Process Controls, SICE Annual Conference, pp , Agustus, 004. [6] Sharmla, B. dan Devarajan, N., Neuro-Fuzzy Controller for Networked DC Motor Control, European Journal of Scentfc Research, Vol. 6, No., pp. 9-8, 0 [7] Chou, C. H. dan Lu, H. C., A heurstc self-tunng fuzzy controller, Elsever Scence on Fuzzy Set and System, No. 6, pp , North-Holland, 994. [8] Zengq, S. dan Zhdong, D., A Fuzzy Neural Network and Its Applcaton To Controls, Elsever Scence on Artfcal Intellgence n Engneerng, No. 0, pp. -, 996. [9] Chao, C. T. dan Teng, C. C., Implementaton of A Fuzzy Inference System Usng A Normalzed Fuzzy Neural Network, Elsever Scence on Fuzzy Set, No. 7, pp. 7-, 99. [0] Lee, C. H. dan Teng, C. C., Fne Tunng of Membershp Functons for Fuzzy Neural Systems, Asan Journal of Control, Vol., No., pp. 6-, September 00. [] Jang, J. S. R., Sun, C. T. dan Mzutan, E., Neuro-Fuzzy and Soft Computng: A Computatonal Approach to Learnng and Machne Intellgence, Prentce-Hall, Inc., USA, 997. [] Yan, J., Ryan, M. dan Power, J., Usng Fuzzy Logc, Prentce Hall Internatonal (UK), Cambrdge: Great Brtan, 994. [] Passno, K. dan Yurkovch, S., Fuzzy Logc, Addson-Wesley Longman, Calforna, 998. [4] Haykn, S., Neural Network: A Comprehensve Foundaton, Pearson Prentce Hall, Inda, 00. [] Zadeh, L. Fuzzy Sets, Informaton and Control, pp. 8-, Calforna, 96. [6] Reznk, L., Fuzzy Controllers, Bddles Ltd, Great Brtan, 997. [7] Ross, T. J., Fuzzy Logc wth Engneerng Applcaton, TJ Internatonal Padstow Cornwall, Great Brtan,

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network TUGAS AKHIR TE - 091399 Pengaturan Proses Tekanan pada Sstem Pengaturan Berjarngan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Rende Ramadhan NRP 2208100131 Dosen Pembmbng : Ir. Al Faton, M.T. Imam Arfn,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

Adaptive Fuzzy Untuk Menala Parameter PID pada Sistem Pengaturan Berjaringan. Nastiti Puspitosari L/O/G/O NETWORKED CONTROL SYSTEM (NCS)

Adaptive Fuzzy Untuk Menala Parameter PID pada Sistem Pengaturan Berjaringan. Nastiti Puspitosari L/O/G/O NETWORKED CONTROL SYSTEM (NCS) L/O/G/O NETWORKED CONTROL SYSTEM (NCS) Adaptive Fuzzy Untuk Menala Parameter PID pada Sistem Pengaturan Berjaringan Nastiti Puspitosari 2208100039 BIDANG STUDI TEKNIK SISTEM PENGATURAN - ITS TOPIK PEMBAHASAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Desain Kontroler PID-Genetic Algorithm untuk Sistem Pengaturan Level Air Steam Drum pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Desain Kontroler PID-Genetic Algorithm untuk Sistem Pengaturan Level Air Steam Drum pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prnt) A-153 Desan Kontroler PID-Genetc Algorthm untuk Sstem Pengaturan Level Ar Steam Drum pada Pembangkt Lstrk Tenaga Uap (PLTU) Mohamad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas.

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas. Teny Handhayan Pendahuluan Hybrd ntellgent system adalah kombnas lebh dar dua teknolog cerdas. Contohnya kombnas Neural Network dengan Fuzzy membentuk Neuro-fuzzy system Perbandngan Expert Systems, Fuzzy

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT ISSN 4-989 METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT Abdul Wahd dan Rudy Gunawan 2 Laboratorum Sstem Proses Kma Departemen Teknk Gas dan Petrokma Progam

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

LOGO ADAPTIVE PREDICTIVE CONTROL BERBASIS ANFIS-PI UNTUK PENGENDALIAN TEMPERATUR HEAT EXCHANGER TESIS RE2099. Ruslim

LOGO ADAPTIVE PREDICTIVE CONTROL BERBASIS ANFIS-PI UNTUK PENGENDALIAN TEMPERATUR HEAT EXCHANGER TESIS RE2099. Ruslim LOGO PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK SISTEM PENGATURAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA TESIS RE099 ADAPTIVE PREDICTIVE CONTROL BERBASIS

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

Implementasi Hybrid Fuzzy PID pada Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa dengan Beban Rem Magnetik

Implementasi Hybrid Fuzzy PID pada Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa dengan Beban Rem Magnetik Implementas Hybrd Fuzzy pada Pengaturan ecepatan Motor Induks Tga Fasa dengan Beban Rem Magnetk Josaphat Pramudjanto 1, Joko Susla 2, Asep Suryana 3 Jurusan Teknk Elektro Insttut Teknolog Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat Bab III Analss dan Rancangan Sstem Kompres Kalmat Bab n bers penjelasan dan analss terhadap sstem kompres kalmat yang dkembangkan d dalam tess n. Peneltan n menggunakan pendekatan statstcal translaton

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER TERHADAP LINE MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROLER Imam Fauz 1, Ir. Ern Y, MT., Dr. 2, Ir. Puranto, MT. 3 1 Mahassa Teknk

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE 1 PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SARAF TIRUAN METODA HEBBRULE un Ennggar 1, Wahyul Amen Syafe, ST, MT 2, Bud Setyono,ST,MT 2 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk Unverstas, Dponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT BOILER BERBASIS ADAPTIVE NETWORK FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT BOILER BERBASIS ADAPTIVE NETWORK FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) Yulat: PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT... 145 PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT BOILER BERBASIS ADAPTIVE NETWORK FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Melalui Inverter Altivar 18 Berdasarkan Kendali Fuzi Berbasis PLC

Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Melalui Inverter Altivar 18 Berdasarkan Kendali Fuzi Berbasis PLC Sgt Budh Santoso dan Ars Rakhmad, Pengendalan Kecepatan Motor Induks Melalu Inverter Altvar 18 Pengendalan Kecepatan Motor Induks Melalu Inverter Altvar 18 Berdasarkan Kendal Fuz Berbass PLC Sgt Budh Santoso,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map Dengan Pertukaran Kunci Diffie-Hellman

Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map Dengan Pertukaran Kunci Diffie-Hellman SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Sstem Krptograf Stream Cpher Berbass Fungs Chaos Crcle Map Dengan Pertukaran Kunc Dffe-Hellman A-6 Muh. Fajryanto 1,a), Aula Kahf 2,b), Vga Aprlana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci