PERBANDINGAN UNJUK KERJA LAMPU JENIS HPL-N DAN SON-T SEBAGAI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN UNJUK KERJA LAMPU JENIS HPL-N DAN SON-T SEBAGAI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM"

Transkripsi

1 PRBANDNGAN UNJUK KRJA LAMPU JNS DAN SBAGA LAMPU PNRANGAN JALAN UMUM Luqman Assaffat 1) 1) Jurusan Teknik lektro Fakultas Teknik Universitas Muammadiya Semarang Jl. Kasipa 1 14, Semarang ndonesia assaffat@yaoo.om ABSTRAK Penerangan jalan umum diperlukan untuk mempermuda dan membantu manusia dalam meliat obyek di jalan pada waktu malam ari atau suasana gelap. Penerangan jalan umum mempunyai 3 fungsi, yaitu sebagai fungsi keamanan, fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Terdapat dua jenis lampu penerangan jalan umum yang sering digunakan selama ini, yaitu lampu jenis HPL N dan lampu jenis SON T. Kedua jenis lampu tersebut termasuk ke dalam keluarga jenis lampu tabung atau disarge lamp. Pengujian teradap unjuk kerja dari kedua jenis lampu tersebut akan dapat memberikan gambaran dan rekomendasi, lampu manaka yang tebaik digunakan sebagai lampu penerangan jalan umum, kususnya jalan utama kota. Kata kuni : penerangan jalan umum, lluminasi, Biaya nergi Listrik, fisiensi 1. Latar Belakang Penerangan jalan umum mempunyai 3 fungsi, yaitu sebagai fungsi keamanan, fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Suatu kota tanpa lampu penerangan jalan akan seperti kota mati, dan dimungkinkan akan terjadi banyak kasus kejaatan, keelakaan, dan akan sangat berdampak buruk teradap keidupan sosial kota pada malam ari. Suatu kota dengan penerangan lampu jalan yang baik, akan mengangkat waja kota menjadi lebi baik, antik dan inda, selain berdampak lebi baik teradap keidupan sosial masyarakat kota. Sala satu pembangunan infrastruktur perkotaan adala pembangunan dan pemasangan lampu penerangan jalan umum. Dalam pelaksanaan pembangunan lampu penerangan jalan umum diperlukan perenanaan yang baik, seingga pemasangan lampu penerangan jalan umum tersebut mempunyai efisiensi yang tingi, mempunyai kuat penerangan yang ukup dan biaya operasionalnya yang mura. Sala satu ara untuk memperole tujuan perenanaan tersebut adala pemilian jenis lampu yang tepat, yang akan digunakan sebagai lampu penerangan jalan umum. Terdapat dua jenis lampu penerangan jalan umum yang sering digunakan selama ini, yaitu lampu jenis HPL N dan lampu jenis SON T. Kedua jenis lampu tersebut termasuk ke dalam keluarga jenis lampu tabung atau disarge lamp.. Tujuan Tujuan penelitian ini adala : 1. Menganalisa perbandingan intensitas aaya antara lampu jenis HPL N dan lampu jenis SON T. Menganalisa perbandingan kuat penerangan antara lampu jenis HPL N dan lampu jenis SON T apabila digunakan sebagai lampu penerangan jalan umum 3. Menganalisa perbandingan konsumsi energi listrik dan biaya penggunaannya, antara lampu jenis HPL N dan lampu jenis SON T jika digunakan sebagai lampu penerangan jalan umum 3. luminasi Arus aaya atau disebut juga fluks aaya adala aliran rata-rata energi aaya yang dipanarkan setiap detik, yang merupakan jumla keseluruan watt aaya di mana jumla tersebut adala semua asil kali antara energi setiap panjang gelombang dengan faktor kepekaan mata. Fluks aaya dinyatakan dalam satuan lumen (lm). Satu watt aaya kira-kira sama dengan 680 lumen. Angka perbandingan 680 ini dinamakan ekivalen panaran fotometris. Setiap lampu mempunyai nilai efikesi, yaitu perbandingan besarnya lumen yang diasilkan setiap lampu dengan daya nyata lampu, yaitu : Φ efikesi =...(1) P ntensitas aaya adala energi radiasi yang dipanarkan ole lampu sebagai aaya ke suatu jurusan tertentu. ntensitas aaya dinyatakan dalam andela (d). stila andela berasal dari kata andle yang berarti lilin, merupakan satuan tertua pada teknik penerangan dan diukur berdasarkan intensitas aaya standar. Suatu sumber aaya ditempatkan di dalam bola dan memanarkan 1 d ke setiap jurusan, akan menyebabkan permukaan bola akan mendapatkan penerangan yang merata. Apabila intensitas aaya 1 d melalui sudut ruang 1sr (steradian), maka akan mengalir arus aaya 1 lumen, seingga intensitas aaya dapat didefinisikan sebagai arus Media lektrika, Vol. 1, No., 008 :

2 aaya per satuan sudut ruang yang dipanarkan ke suatu ara tertentu. Φ =...() ω Apabila suatu sumber aaya berbentuk titik ditempatkan di pusat bola, di mana bola dilingkupi ole sudut ruang sebesar 4π steradian, maka persamaan menjadi : Φ =...(3) 4π Atau Φ = 4π...(4) ntensitas penerangan atau iluminasi di suatu bidang adala fluks atau arus aaya yang jatu pada bidang seluas 1 m. ntensitas penerangan diukur dalam satuan lux, yang besarnya adala 1 lumen per m. = Φ...(5) A Apabila suatu sumber aaya di tempatkan pada pusat bola, maka : 4π = A...(6) Luas permukaan bola adala 4πr (r adala jarijari bola) maka : 4π = 4πr...(7) Umumnya bidang yang diterangi bukanla permukaan bola, seingga persamaan di atas anya berlaku untuk satu titik tertentu (Titik P) dari bidang tegak lurus yang diterangi seperti pada gambar 1 (S adala titik sumber aaya), maka : P =...(8) Apabila titik Q mempunyai jarak r teradap sumber aaya S, seperti yang diperliatkan pada gambar 1, maka intensitas penerangan di titik Q adala : Q = Q karena r = + l = r osθ...(9) maka persamaan 10 menjadi : ( osθ )...(10) Q =...(11) os θ Q =...(1) Q = P os θ...(13) 4. Penerangan Jalan Raya Penerangan jalan mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain : a) Kuat penerangan b) Distribusi aaya ) Tingkat kesilauan aaya d) Ara panaran aaya dan pembentukan bayangan e) Warna dan perubaan warna f) Lingkungan Terdapat lima klasifikasi jalan beserta kuat rataratanya, seperti yang diperliatkan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Kuat penerangan pada setiap jenis jalan No Jenis Jalan Kuat Penerangan Rata-rata 1 Jalan bebas ambatan atau > 0 Lux TOL Jalan Utama, jalan yang 15 0 Lux menuju atau melingkar kota 3 Jalan pengubung, 7 10 Lux perabangan jalan utama 4 Jalan Kampung atau lokal 3 5 Lux 5 Jalan Setapak atau gang 3 5 Lux θ Gambar 1. Sumber aaya teradap titik penerangan Keilangan aaya pada sumber penerangan jalan dipengarui ole dua faktor, yaitu : a. Penurunan kemampuan sumber penerangan (lampu dan armatur) karena pemakaian b. Pengotoran teradap armaturnya, dapat disebabkan pengotoran maupun perubaan sifat lastik maupun prismatik penutup armatur. Perbandingan Unjuk Kerja..(Luqman Assaffat) 13

3 Tabel. Faktor keilangan aaya pada lampu penerangan jalan raya Keadaan Lingkungan Waktu Pemakaian (Taun) 1 3 Sangat Bersi 0,98 0,94 0,93 Bersi 0,95 0,9 0,90 Sedang 0,9 0,87 0,84 Kotor 0,87 0,81 0,75 Sangat Kotor 0,7 0,63 0,57 5. HPL N HPL N adala jenis lampu merkuri fluoresen bertekanan tinggi, di mana lampu jenis merupakan keluarga lampu tabung. HPL N adala nama produk dari lampu jenis merkuri fluoresen yang dikenal di ropa. Di nggris dan Australia lampu merkuri fluoresen bertekanan tinggi dikenal dengan nama MBF, di Amerika dikenal dengan nama HX dan DX, sedangkan di Jepang lebi dikenal dengan nama HF. Prinsip kerja lampu merkuri sama dengan prinsip kerja lampu tabung fluoresen, di mana aaya yang diasilkan berdasarkan terjadinya luutan elektron (eletron disarge) di dalam tabung lampu. Konstruksi lampu merkuri berbeda dengan konsruksi lampu fluoresen. merkuri terdiri dari dua tabung, yaitu tabung dalam yang disebut Ar Tube dan tabung luar yang disebut bolam (Bulb). Tabung dalam diisi merkuri yang berguna untuk mengasilkan radiasi ultraviolet dan gas argon yang berfungsi untuk keperluan starting. Sedangkan bolam luar berfungsi sebagai tabung dan menjaga kestabilan suu di sekitar tabung. adala dominan radiasi ultraviolet yang arus diuba menjadi aaya tampak (Visible ligt) dengan ara melapisi dinding bagian dalam bolam dengan serbuk pospor, sama alnya dengan lampu fluoresen. HPL N atau lampu merkuri bertekanan tinggi fuoresen mempunyai umur ratarata jam sampai jam. Sedangkan fluks aaya yang diasilkan berkisar antara lumen sampai lumen. Karena olour renderingnya ukup baik, seingga lampu ini baik digunakan untuk penerangan jalan umum dan industri. 6. SON T sodium tekanan tinggi lebi sering disebut lampu SON T. Prinsip kerjanya sama dengan lampu sodium tekanan renda atau SOX, yaitu berdasarkan pelepasan elektron di dalam tabung lampu. sodium tekanan tinggi SON maupun sodium tekanan renda SOX adala keluarga lampu tabung atau disarge lamp. Sesuai dengan namanya, lampu ini mempunyai tekanan gas di dalam tabungnya kira-kira 50 mm Hg, seingga temperatur kerja tabung lampu ini juga tinggi. Gambar 3. Konstruksi SON T Gambar. Konstruksi HPL N jenis ini arus menggunakan ballast untuk membatasi arus listrik. Biasanya ballast lampu merkuri berupa reaktor autotrafo, tergantung dari karakteristiknya. merkuri bekerja pada daya yang renda. Pada dasarnya, jenis sinar yang diasilkan ole lampu merkuri sodium tekanan tinggi terdiri dari dua tabung, yaitu tabung gas atau ar tube, dan tabung luar atau bolam. Tabung gas terbuat dari baan yang taan teradap uap sodium yang arus bekerja pada temperatur tingi, misalnya stellox. Di dalam tabung gas diisikan sodium dan merkuri. Merkuri berfungsi untuk menaikkan tekanan gas dan tegangan kerja lampu sampai batas tertentu. Selain sodium dan merkuri, di dalam tabung gas juga dimasukkan gas mulia Neon untuk keperluan starting. Bolam luar terbuat dari gelas yang sama sekali terpisa dari udara luar. Bolam ini berfungsi untuk menega tabung gas dri kerusakan akibat baan kimia dan juga berfungsi untuk mempertaankan kestabilan temperatur tabung gas. Karena diameter tabung gas terlalu keil, maka lampu sodium tekanan tinggi tidak Media lektrika, Vol. 1, No., 008 :

4 mempunyai elektroda bantu seperti pada lampu merkuri. Untuk keperluan starting, diperlukan ampuran gas argon, xenon serta penambaan perlengkapan start diluar tabung gas. sodium tekanan tinggi membutukan waktu kirakira sampai 10 menit untuk dapat menyala normal. Hal ini disebabkan sodium di dalam tabung gas membutukan pemanasan awal sampai dapat mengasilkan aaya yang sebenarnya. Sedangkan untuk penyalaan ulang, lampu sodium tekanan tinggi akan membutukan waktu yang lebi singkat dari pada penyalaan normal, karena gas dalam tabung masi dalam keadaan panas tinggi saat lampu dimatikan. SON T atau lampu sodium tekanan tinggi mempunyai efisiensi yang baik sekitar 90 sampai 10 lm/watt serta mempuyai umur jam. ini sesuai untuk penerangan jalan umum, namun lampu ini mempunyai olour rendering yang renda, seingga perubaan warna obyek ang disinari sangat besar. 7. nergi Listrik Yang Diserap Ole nergi adala daya kerja yang tela digunakan dalam satu satuan waktu, seingga : dengan tegangan kerja 0 volt, maka di dapatkan data sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Pengujian Kuat Penerangan Teradap Ketinggian Jenis 50 W 50 W Kuat Penerangan ( lux ) = 1 = = 3 = 4 = 5 = Dari tabel 3. di atas, di dapatkan bawa kuat penerangan lampu dipengarui ole ketinggian lampu teradap obyek yang diterangi. Semakin jau obyek dari sumber aaya, maka kuat penerangan yang diterima obyek tersebut akan semakin keil. Hal ini diperliatkan ole gambar 4. tentang grafik kuat penerangan, sesuai dengan data pengukuran. GRAFK KUAT PNRANGAN W = P. t...(14) Daya listrik lebi sering menggunakan satuan kwatt dan dalam satuan waktu jam (ours), seingga persamaan.8 menjadi : 7 W =, Pt kwh...(15) Kuat Penerangan L Tinggi 50 W 50 W Karena PLN menjual energi listrik kepada konsumen menggunakan daya kompleks VA, maka energi listrik yang diserap ole lampu adala : kw W = pf kwh x jam =...(16) pf Biaya penggunaan lampu adala energi yang diserap lampu dikalikan dengan tarif energi per kwhnya, maka : Biaya = W x tarif...(17) Biaya kwh = x tarif...(18) pf 8. Hasil Pengujian dan Analisa Hasil pengujian dan pengukuran kuat penerangan teradap ke empat bua lampu dengan nilai ketinggian yang bervariasi, dan Gambar 4. Grafik kuat penerangan teradap ketinggian lampu Gambar 4. juga memperliatkan bawa besarnya kuat penerangan adala berbanding terbalik dengan kuadrat ketinggian lampu dan grafik berbentuk parabola. Dari tabel data 3. dan gambar 4. memberikan gambaran dan fakta bawa kuat penerangan lampu untuk kedua lampu dengan daya yang berbeda jau lebi baik jika dibandingkan dengan kuat penerangan lampu. Peritungan intensitas aaya teradap semua jenis lampu, dengan variabel ketinggian, didapatkan asil berikut : Tabel 4. Peritungan ntensitas Caaya 50 W (m ) = = (d) (d) Perbandingan Unjuk Kerja..(Luqman Assaffat) 15

5 Tabel 5. Peritungan ntensitas Caaya (m ) = 50 W = (d) (d) Hasil peritungan intensitas aaya yang diperliatkan ole tabel 4 dan 5 didapatkan bawa intensitas aaya dengan variabel (tinggi lampu) mengasilkan nilai yang berbeda. Karena intensitas aaya yang dipanarkan ole sumber bersifat tetap, maka nilai rata-rata, yaitu : Son-T = 348,7 d Son-T 50 W = 7888,3 d HPL = 7,83 d HPL 50 W = 70,83 d Dari asil peritungan tersebut, apabila dibandingkan kedua jenis lampu antara jenis Son-T dan, maka lampu jenis Son-T mempunyai intensitas aaya yang lebi baik dan lebi terang aayanya dari pada lampu. ntensitas aaya lampu Son-T adala sebesar 15 kali intensitas aaya lampu. Sedangkan lampu Son-T 50 W mempunyai intensitas aaya sebesar 11 kali intensitas lampu 50 W. Analisa kuat penerangan lampu sebagai penerangan jalan umum, ditinjau dari tiga al, yaitu : 1. Kuat penerangan pada bidang tegak lurus dari lampu penerangan. Kuat penerangan pada bidang yang membentuk sudut penerangan 3. Kuat penerangan pada bidang antara dua tiang lampu penerangan penerangan jalan umum yang dipasang pada jalan utama kota, biasanya dipasang pada ketinggian 8 meter dari permukaan jalan raya. Peritungan kuat penerangan keempat bua lampu pada ketinggian = 8 meter, pada bidang tegak lurus dari lampu penerangan, dengan menggunakan nilai intesitas aaya rata rata lampu, diperliatkan ole tabel 4.4 berikut ini : Tabel 6. Peritungan kuat penerangan untuk pemasangan 8 m Jenis 50 W 50 W L =8m (m ) = lampu penerangan jalan (d) P = Berdasarkan tabel peritungan di atas, maka lampu dan 50 W tidak memenui standar kuat penerangan untuk jalan utama kota yang di persyaratkan, yaitu antara 15 0 lux. Sedangkan lampu dan 50 W suda memenui standar minimal untuk penerangan jalan utama. Jalan utama kota biasanya dibangun dengan lebar minimal 16 meter untuk dua ara, seperti diperliatkan pada gambar 4.. Apabila tiang lampu penerangan jalan dibangun di tenga-tenga jalan (dipulau jalan), maka jarak antara lampu penerangan jalan dengan tepi jalan terluar adala 8 meter. Variabel sudut penerangan lampu dari l = 1 m sampai l = 8 m untuk penerangan ke samping jalan, adala : Gambar 5. Skema pemasangan lampu penerangan pada jalan utama Peritungan kuat penerangan pada bidang jalan raya, dengan sudut penerangan yang bervariasi sesuai dengan tabel 7, serta dengan batas maksimum sampai jarak tepi jalan raya l = 8 m, diperliatkan ole tabel 8. Media lektrika, Vol. 1, No., 008 :

6 Tabel 7. Peritungan sudut penerangan lampu l l + l r = 1 θ os = + l r Rad ,06 0,14 7 θ ( 0 ) ,5 0, ,54 0, ,94 0, ,43 0, ,00 0, ,63 0, ,31 0, Catatan : Tinggi lampu adala 8 m Tabel 8. Peritungan Kuat Penerangan Dengan Variabel Sudut Penerangan l θ ( 0 ) r (m ) 80W = 348,7 d Q = 50W = 7888,3 d r ( lux ) 80W = 7,83 d 50W = 70,83 d ,75 11,36 3,51 11, ,4 116,00 3,35 10, ,97 108,06 3,1 9, ,86 98,60,85 9, ,5 88,63,56 8, ,9 78,88,8 7, ,34 69,81,0 6, ,79 61,63 1,78 5,63 Peritungan kuat penerangan dengan variabel sudut penerangan memperliatkan bawa semakin besar sudut penerangannya atau semakin jau jarak dari bidang tegak lurus penerangan (tiang lampu) menuju ke tepi jalan, maka kuat penerangan yang diterima akan semakin keil. Hal ini juga diperliatan ole grafik kuat peneranagn teradap sudut penerangan pada gambar 6. Untuk penerangan terjau pada tepi jalan ( l = 8 m), kuat penerangan dengan lampu SON- T 80W adala 6,79 lux dan 50W adala 61,63 lux seingga masi memenui starndar yang ditetapkan yaitu antara 15 0 lux. Sedangkan bila menggunakan lamapu tidak memenui syarat yang ditentukan, karena kuat penerangannya kurang dari 15 lux untuk kedua bua lampu. K. Penerangan ( Grafik Kuat Penerangan l X Sudut Penerangan A 40 m 80W 50W 80W 50W Gambar 6. Grafik kuat penerangan teradap sudut penerangan penerangan jalan utama perkotaan biasanya dipasang dengan ketinggian lampu 8 m dan jarak antar tiang lampu adala 40 m seperti gambar 7. Daera bidang penerangan antara kedua bua tiang lampu, akan mendapatkan aaya dari kedua lampu tersebut, seingga kuat penerangan lampu yang diterima pada bidang penerangan adala jumla kuat penerangan dari kedua lampu tersebut. Gambar 7. Jarak antara tiang lampu penerangan pada jalan utama kota Pada gambar 7 di atas juga memperliatkan bawa titik A adala titik tenga antara kedua tiang lampu penerangan. Apabila lampu satu (sebela kiri) digunakan sebagai auan jarak l, maka peritungan kuat penerangan yang diterima bidang penerangan pada daera antara kedua tiang lampu, dari l = 0 sampai l = 40 diperliatkan ole tabel 9 dan tabel 10 berikut ini. Tabel 9. Kuat penerangan lampu di daera antara dua tiang lampu 80W 50W l ,56 0,14 3,70 11,6 0,43 11,70 4,85 0,17 3,0 9,01 0,53 9,54 8 1,78 0,1 1,99 5,63 0,66 6,9 1 1,10 0,7 1,36 3,47?0,85 4,3 16 0,71 0,36 1,07,5 1,13 3,38 0 0,49 0,49 0,98 1,55 1,55 3,11 4 0,36 0,71 1,07 1,13,5 3,38 8 0,7 1,10 1,36 0,85 3,47 4,3 Perbandingan Unjuk Kerja..(Luqman Assaffat) 17

7 l 3 0,1 1,78 1,99 0,66 5,63 6,9 36 0,17,85 3,0 0,53 9,01 9, ,14 3,56 3,70 0,43 11,6 11,70 Tabel 10. Kuat penerangan lampu di daera antara dua tiang lampu 80W 50W m 1 Kuat Penerangan ( 140,00 10,00 100,00 80,00 60,00 40,00 0,00 1 Grafik Kuat Penerangan 0, Jarak Dari Tiang Pertama 0 53,57,06 55,63 13,5 4,74 18,00 4 4,86,5 45,38 98,60 5,80 104,40 8 6,79 3,15 9,94 61,63 7,5 68, ,48 4,04 0,53 37,9 9,30 47, ,71 5,36 16,07 4,65 1,33 36,98 0 7,39 7,39 14,78 17,00 17,00 34,00 4 5,36 10,71 16,07 1,33 4,65 36,98 8 4,04 16,48 0,53 9,30 37,9 47,3 3 3,15 6,79 9,94 7,5 61,63 68,88 36,5 4,86 45,38 5,80 98,60 104,40 40,06 53,57 55,63 4,74 13,6 18,00 Hasil peritungan pada tabel 9 dan 10, apabila dibuat grafik kuat penerangan teradap jarak l dari tiang pertama sampai tiang ke dua, maka diperliatkan pada gambar 8. berikut ini. 80W 50W 80W 50W Gambar 8. Grafik kuat penerangan teradap jarak dari tiang pertama ke tiang dua Tabel 9 dan 10 serta gambar 8. memperliatkan bawa kuat penerangan di daera antara kedua tiang lampu penerangan jalan umum, yang menggunakan lampu lebi baik dari pada mengunakan lampu. Kuat penerangan pada titik A yang terletak di tenga-tenga, adala kuat penerangan yang paling renda, yang diterima ole bidang penerangan (jalan raya). Dari tabel 4.7. didapatkan asil bawa dengan menggunakan lampu Son-T 50 W kuat penerangan pada titik A adala 34 lux masi memenui standar yang dipersyaratkan untuk jalan utama (15 0 lux). Sedangkan apabila menggunakan lampu Son-T 150 W, kuat penerangan pada titik A adala 14,78 lux sedikit di bawa standar yang dipersyaratkan. Sedangkan apabila menggunakan lampu, seperti yang terliat pada tabel 9 tidak memenui kuat penerangan yang dipersyaratkan, karena kurang dari 15 lux. Hasil pengujian dan pengukuran besaran listrik teradap ke dua jenis lampu dengan tegangan kerja 0 volt, maka di dapatkan data sebagai berikut : Tabel 11. Frekuensi Jenis 50 W 50 W Hasil Pengujian Tegangan, Arus dan Tegangan Arus Frekuensi ( V ) ( A ) ( Hz ),9 0,4 49,8 3,8 1,5 50,11,8 0,84 49,99,4 1,87 50,04 Tabel 11. tentang asil pengujian teradap tegangan, arus dan frekuensi memperlatkan bawa ke empat bua lampu yang diberikan tegangan kerja 0 mempunyai frekuensi kerja normal, yaitu antara 49,5 Hz sampai 50,5 Hz. Apabila dibandingkan antara kedua jenis lampu, didapatkan bawa lampu menyerap arus listrik 0,4 A, setenga dari arus yang diserap lampu 80W yaitu 0,84 A. Sedangkan lampu 50W menyerap arus listrik 1,5 A lebi keil dari lampu 50W yang menyerap arus 1,87 A Hasil pengujian dan pengukuran daya dan faktor daya teradap ke dua jenis lampu dengan tegangan kerja 0 volt, maka di dapatkan data seperti pada table 1. Tabel 1 memperliatkan bawa, untuk spesifikasi daya lampu yang sama, lampu memberikan daya keluaran (daya kerja aktif, watt) yang lebi keil dibandingkan dengan lampu HPL- N. Walaupun daya aktifnya lebi keil, lampu memberikan intensitas aaya yang lebi baik dari pada lampu. Dengan demikian lampu memberikan efisiensi yang lebi baik dari pada lampu, al ini dapat dibuktikan dengan lebi tingginya daya rekatif lampu dari pada daya reaktif lampu SON- T, di mana daya reaktif ini bisa dikatakan sebagai daya yang terbuang. Tabel 1 Hasil Pengujian Daya dan Faktor Daya Daya Daya Daya Tipe Komp. Aktif Reaktif (kva) (kw) (kvar) Pf 0,091 0,078 0,041 0,854 0,80 0,55 0,08 0, W 0,188 0,091 0,164 0, W 0,417 0,56 0,37 0,613 Media lektrika, Vol. 1, No., 008 :

8 Faktor daya lampu sangat renda di bawa 0,5, sedangkan faktor daya lampu sangat baik, di atas 0,8. Seingga mengakibatkan lampu akan menyerap daya suber PLN lebi besar dari pada lampu, untuk spesifikasi daya lampu yang sama. Untuk lampu dengan daya 80 watt, lampu anya menyerap daya 0,091 kva sedangkan lampu menyerap daya 0,188 kva. Demikian juga untuk lampu dengan daya 50 watt, lampu anya menyerap daya 0,80 kva sedangkan lampu menyerap daya 0,417 kva. PLN menjual daya ke konsumennya berupa daya kompleks VA, seingga peritungan energi yang diserap serta biaya operasionalnya menggunakan auan daya kompleks VA. Peritungan konsumsi energi listrik dan biaya operasional satu bua lampu dengan asumsi bawa lampu menyala selama 375 jam setiap bulannya serta tarif listrik per kva nya Rp. 493, adala seperti pada tabel 13. Dari tabel peritungan 13 tersebut diperole bawa untuk spesifikasi daya lampu yang sama, energi listrik yang diserap ole lampu lebi keil jika dibandingkan dengan lampu. Biaya perbulan yang akan dikeluarkan untuk pemakaian satu lampu 80W adala Rp ,63 dan 50W adala Rp ,00 jau lebi mura jika dibandingkan dengan menggunakan lampu HPL- N, di mana 80W adala Rp ,50 dan 50W Rp ,88. jika menggunakan lampu dari pada lampu 3. menyerap arus listrik lebi sedikit dari pada lampu 4. nergi listrik yang diserap lampu jenis lebi sedikit dari pada lampu jenis 5. Biaya operasional setiap bulan untuk satu lampu, pemakaian lampu lebi mura dari pada lampu 6. jenis mempunyai efiensi yang lebi baik bila digunakan sebagai lampu penerangan jalan umum, jika dibandingkan dengan lampu jenis 10. DAFTAR PUSTAKA 1. Alois Koller, 1986, Rangkaian Arus Listrik, PT. ntermasa, Jakarta. 3. Miael Neidle, 1991, Teknologi nstalasi Listrik, Penerbit rlangga, Jakarta 4. Muaimin, Drs, M.T., 001, Teknologi Penaayaan, PT. Refika Aditama, Bandung 5. Josep A. dminister, 1984, Rangkaian Listrik, Penerbit rlangga, Jakarta 6. Paul A. Tippler, 001, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid, Penerbit rlangga, Jakarta 7. P. Van Harten, 1985, nstalasi Listrik Arus Kuat, Penerbit Bina Cipta, Jakarta 8. R. Panjaitan, Drs., 1996, Listrik dan Penggunaannya, Penerbit Tarsito, Bandung 9., 005, Produt Catalog, Pilips letronis N.V., ndonesia Tabel. 13. Peritungan energi listrik dan biaya operasional Jenis Daya PLN (kva) nergi Listrik (kva) Biaya per bulan (Rupia) 80W 0,091 34, ,63 50W 0,8 105, ,00 80W 0,188 70, ,50 50W 0, , ,88 9. Kesimpulan Setela melakukan serangkaian pengujian dan analisa data, perbandingan unjuk kerja lampu dan sebagai lampu penerangan jalan umum, di mana perbandingan kedua jenis lampu tersebut menggunakan pembanding spesifikasi daya lampu yang sama, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bawa : 1. jenis mempunyai intensitas aaya yang lebi baik dari pada lampu. Kuat penerangan yang diterima ole bidang penerangan atau media jalan raya, lebi baik Perbandingan Unjuk Kerja..(Luqman Assaffat) 19

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB METODE PENELTAN 3.1. Obyek Penelitian Tugas akir ini bertujuan untuk membandingkan dua jenis lampu listrik, di mana keduanya masi satu keluarga jenis lampu tabung atau disarge lamp, dan kedua jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Besaran Listrik Terdapat tiga buah besaran listrik dasar yang digunakan di dalam teknik elektro, yaitu beda potensial atau sering disebut sebagai tegangan listrik, arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek secara visual. Penerangan jalan dibuat untuk mempermudah dan membantu manusia dalam melihat obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK MODE ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BEREEKTRON BANYAK Pada materi Struktur Atom Hidrogen suda kita pelajari tentang Teori Atom Bor, dimana lintasan elektron pada atom Hidrogen berbentuk lingkaran. Namun

Lebih terperinci

di FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 4 Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung adalah Dosen Pendidikan Fisika

di FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 4 Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung adalah Dosen Pendidikan Fisika PENENTUAN PANJANG GELOMBANG BERBAGAI FILTER WARNA PADA LAMPU TL DAN WOLFRAM DENGAN SPEKTROMETER KISI DIFRAKSI UNTUK MENUNJANG EKSPERIMEN EFEKFOTOLISTRIK Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA FISIK TOM I. SOL PILIHN GND 0. Pernyataan berikut yang termasuk teori atom menurut Dalton adala... agian terkecil suatu atom adala elektron. lektron dari suatu unsur sama dengan elektron dari unsure lain.

Lebih terperinci

dapat dihampiri oleh:

dapat dihampiri oleh: BAB V PENGGUNAAN TURUNAN Setela pada bab sebelumnya kita membaas pengertian, sifat-sifat, dan rumus-rumus dasar turunan, pada bab ini kita akan membaas tentang aplikasi turunan, diantaranya untuk mengitung

Lebih terperinci

Matematika ITB Tahun 1975

Matematika ITB Tahun 1975 Matematika ITB Taun 975 ITB-75-0 + 5 6 tidak tau ITB-75-0 Nilai-nilai yang memenui ketidaksamaan kuadrat 5 7 0 atau atau 0 < ITB-75-0 Persamaan garis yang melalui A(,) dan tegak lurus garis + y = 0 + y

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam Olimpiade Sains Nasional 008 Eksperimen Fisika Hal dari Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekola Menenga Atas Agustus 008 Waktu: 4 jam Petunjuk umum. Hanya ada satu soal eksperimen, namun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

EFEK COMPTON. Drs. Wagito Guntoro, M.PFis Abstrak

EFEK COMPTON. Drs. Wagito Guntoro, M.PFis   Abstrak EFEK COMPTON Drs. Wagito Guntoro, M.PFis Email : wgtgtr@yaoo.co.id Abstrak Dalam analisanya Compton menyimpulkan bawa amburan radiasi elektromagnetik dari partikel bermuatan mempunyai kelakuan seperti

Lebih terperinci

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL BB V INYEMEN VERTIK linyemen vertikal adala perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan lajur ara atau melalui tepi dalam masing masing perkerasan

Lebih terperinci

Fisika SKALU Tahun 1978

Fisika SKALU Tahun 1978 Fisika SKALU Taun 978 SKALU-78-0 Bila ukum kekekalan energi berlaku untuk suatu sistem, maka jumla energi kinetik dan energi potensial sistem adala tetap energi kinetik sistem tidak beruba energi potensial

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

IX. TEGANGAN PADA BEJANA DINDING TIPIS

IX. TEGANGAN PADA BEJANA DINDING TIPIS IX. TEGANGAN PADA BEJANA DINDING TIPIS 9.1. Pengertian Bejana Tekan Bejana tekan (essure vessels) merupakan struktur tertutup ang mengandung gas atau airan ang ditekan. Beberapa bentukna seperti silinder,

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI

ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI Yadi Yunus 1, Suyamto 2, Indra Milyardi 1 1 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari P.O. BOX 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE)

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE) HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE) Ullin Dwi Fajri A 1, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 2, Rini Nur Hasanah,

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 8-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 8-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudiram ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 8- Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 8 Teori Pita Energi Tentang Padatan Setela mempelajari bagaimana atom

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG ANAISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TBE 0856MG Roy Indra esmana Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin niversitas Jenderal Amad Yani, Cimai Bandung Email: royindralesmana@gmail.om Abstrak Bongkaan es akan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP INNER TUBE DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP INNER TUBE DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP INNER TUBE DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Triyono kaloka 1, Nova Risdiyanto Ismail 2, Agus suyatno

Lebih terperinci

BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK

BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK 14 BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK 1. Bagaimana cara PLN mengitung besarnya tagihan rekening listrik?. Apa perbedaan energi dan daya listrik? 3. Apa yang akan terjadi, jika suatu peralatan listrik dipasang

Lebih terperinci

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN Oleh : Dedy Haryanto, Edy Karyanta, Paidjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK KUAT PENERANGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut!

Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut! Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut! Soal No.1 Sebuah lampu memiliki spesifikasi 18 watt, 150

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS PERANCANGAN

IV. ANALISIS PERANCANGAN IV. ANALISIS PERANCANGAN A. Rangka Analisis rangka dilakukan berdasarkan daya atau kekuatan tarik yang dimiliki ole traktor penarik (rotary and traktor Yanmar YZC). Besarnya daya tarik traktor diperole

Lebih terperinci

BAB V. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL

BAB V. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL BAB V. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL Bangsa Perancis Louis Victor prince de Broglie (189-1987) menyampaikan ipotesisnya bawa materi memiliki sifat gelombang di samping sifat partikel. Prinsip ini yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salpanio, R. (2007), melakukan penelitian mengenai Audit Energi pada kampus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salpanio, R. (2007), melakukan penelitian mengenai Audit Energi pada kampus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Salpanio, R. (2007), melakukan penelitian mengenai Audit Energi pada kampus UNDIP PLEBURAN SEMARANG dengan sample hanya 21 pelanggan. Hasil dari penelitian ini

Lebih terperinci

TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN

TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN NEGERI SMKN PERIKANAN PANGKALPINANG Halaman : dari Halaman Revisi : PANGKALPINANG KARTU SOAL UJIAN SEKOLAH Tgl. Efektif : Juli TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN A. TUJUAN Untuk mengetaui koefisien suatu Benda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri BAB IV HASIL PENELITIAN PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adala sala satu industri pembuatan obat obatan terkemuka di Indonesia dibawa naungan BUMN. Dalam proses produksinya PT Kimia Farma (Persero)

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISA KUALITAS DAYA LISTRIK DI PAVILIUN GARUDA RUMAH SAKIT DR. KARYADI SEMARANG

PENGUKURAN DAN ANALISA KUALITAS DAYA LISTRIK DI PAVILIUN GARUDA RUMAH SAKIT DR. KARYADI SEMARANG PENGUKURAN DAN ANALISA KUALITAS DAYA LISTRIK DI PAILIUN GARUDA RUMAH SAKIT DR. KARYADI SEMARANG Luqman Assaffat ) ) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muammadiya Semarang Jl. Kasipa no

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetauan tentang ubungan analisis idrolika dalam perencanaan drainase Analisis Hidraulika Perencanaan Hidrolika pada drainase perkotaan adala untuk menentukan

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani 2200109034 LATAR BELAKANG Rendahnya faktor daya listrik pada KUD Tani Mulyo Lamongan Besarnya

Lebih terperinci

Bab III ENERGI LISTRIK

Bab III ENERGI LISTRIK Bab III ENERGI LISTRIK Daftar isi Energi Listrik Perubahan Listrik Menjadi Kalor Daya Listrik Hemat Energi Energi Listrik Hukum kekekalan energi Energi tidak dapat dibuat dan dimusnahkan, tetapi dapat

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5 TURUNAN FUNGSI. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika kurva y a b turun pada interval, maka nilai ab... 5 A. B. C. D. E. Solusi: [D] 5 5 5 0 5 5 0 5 0... () y a b y b b a b b 6 6a 0 b 0 b 6a 0 b 5 b a

Lebih terperinci

RADIASI BENDA HITAM 1 RADIASI BENDA HITAM

RADIASI BENDA HITAM 1 RADIASI BENDA HITAM RADIASI BENDA HITAM 1 RADIASI BENDA HITAM Benda-benda yang dianasi mengemisikan gelombang yang tidak namak (sinar ultra ungu dan infra mera). Radiasi dari benda-benda yang dianasi disebut radiasi kalor.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR

ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR Iman Setiono Staf pengajar PSD III Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof.

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

BAB 2 II DASAR TEORI

BAB 2 II DASAR TEORI BAB 2 II DASAR TEORI 2.1 Lampu Penerangan Jalan Lampu penerangan jalan merupakan bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri / kanan jalan dan atau di tengah (dibagian

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL 10 Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL Syaifurrahman (1), Abang Razikin (1), Madduhir Siregar (1), Jamhir Islami (2) (1,2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Untan (3) PLP Ahli

Lebih terperinci

TURBIN UAP. Penggunaan:

TURBIN UAP. Penggunaan: Turbin Uap TURBIN UAP Siklus pembangkitan tenaga terdiri dari pompa, generator uap (boiler), turbin, dan kondenser di mana fluida kerjanya (umumnya adala air) mengalami perubaan fasa dari cair ke uap

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

PENGUJIAN POMPA SPIRAL DENGAN KINCIR AIR PADA ALIRAN IRIGASI

PENGUJIAN POMPA SPIRAL DENGAN KINCIR AIR PADA ALIRAN IRIGASI PENGUJIAN POMPA SPIRAL DENGAN KINCIR AIR PADA ALIRAN IRIGASI Marwanto 1,Asral 2, Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II INJAUAN PUSAKA 2.. Sistem Kerja dan Start urbin Gas Penggerak mula yang digunakan pada system ini adala motor diesel. Motor diesel ini diubungkan dengan accessory gear melalui torque converter dan

Lebih terperinci

GEM, DUALISME GELOMBANG PARTIKEL, RADIOAKTIVITAS DAN ZAT PADAT

GEM, DUALISME GELOMBANG PARTIKEL, RADIOAKTIVITAS DAN ZAT PADAT GEM, DUALISME GELOMBANG PARTIKEL, RADIOAKTIVITAS DAN ZAT PADAT 1. Yang termasuk sifat gelombang elektromagnetik adala. A. Dapat didifraksi tetapi tidak dapat dipolarisasikan. B. Dapat dipolarisasikan tapi

Lebih terperinci

Lampu dan Penerangan

Lampu dan Penerangan Lampu dan Penerangan DEFNS 1. Candela ntensitas luminous dari sebua sumber caaya, dan di definisikan sebagai 1/60 intensitas luminous per cm, pada black bodi dengan temperatur solidification platinum (045

Lebih terperinci

PENGUAT DAYA (POWER AMPLIFIER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

PENGUAT DAYA (POWER AMPLIFIER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY PEGUAT DAYA (POWE AMPIFIE) Ole : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UY E-mail : sumarna@uny.ac.ic Dalam praktek, sistem penguat selalu terdiri dari sejumla tingkat yang menguatkan sinyal lema ingga cukup kuat

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 64 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejara Singkat Berdirinya Madrasa Tsanawiya Negeri I Candi Laras Utara Madrasa Tsanawiya pada awal didirikan pada taun 1983, ini

Lebih terperinci

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Program : X/Inti Hari/ Tanggal : Kamis, 5 Juni 2008 Waktu : 120

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitati dengan desain posttest control group design yakni menempatkan subyek penelitian kedalam

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SOAL PEMBAHASAN 1. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. 1. Jawaban: DDD Percepatan ketika mobil bergerak semakin cepat adalah. (A) 0,5

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE

Lebih terperinci

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam RADIASI BENDA HITAM Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam Teori Benda Hitam Jika suatu benda disinari

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R12 DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR

ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R12 DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR Agung Nugroo Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fata (UNISFAT) Jl.

Lebih terperinci

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK KB. INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK.1 Efek Stark. Jika sebua atom yang berelektorn satu ditempatkan di dalam sebua medan listrik (+ sebesar 1. volt/cm) maka kita akan mengamati terjadinya pemisaan

Lebih terperinci

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri 7 Limit Fungsi Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Mengitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri Cobala kamu mengambil kembang gula-kembang gula dalam

Lebih terperinci

AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG

AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG NAMA KELOMPOK : KHUSNUL KHOTIMAH (108 694 003) INDAH NOVITASARI (108 694 012) LAILATUR ROHMAH (108 694 028) MOCH. BAGUS ALIM MS (108 694

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

SOAL PERSIAPAN IPA-FISIKA TAHUN PELAJARAN

SOAL PERSIAPAN IPA-FISIKA TAHUN PELAJARAN SOAL PERSIAPAN IPA-FISIKA TAHUN PELAJARAN 2009 2010 LEMBAR SOAL Mata Pelajaran Sekolah KurikulumAcuan Waktu Kelas : IPA : Sekolah Menengah Pertama : KTSP : (120 menit) : IX PETUNJUK UMUM : 1. Tulis nama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA Engga Kusumayogo 1, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 2, Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D

Lebih terperinci

TINJAUAN KEKUATAN ALAT PEMEGANG TENDON BAMBU DENGAN PLAT BESI DAN PASAK BAJI KAYU

TINJAUAN KEKUATAN ALAT PEMEGANG TENDON BAMBU DENGAN PLAT BESI DAN PASAK BAJI KAYU Jurnal eco REKAYASA, Vol., No., September 006 TINJAUAN KEKUATAN ALAT PEMEGANG TENDON BAMBU DENGAN PLAT BESI DAN PASAK BAJI KAYU Abdul Rocman* Agus Susanto * Samsudin Dwi Jatmiko ** * staf pengajar di Jurusan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Cahaya adalah Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang- gelombang

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN

ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN Samuel Lepar 1), Rudy Poeng 2), I Nyoman Gede 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adala untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang Didapat Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menunjang sebagai analisis perbandingan lampu yaitu menggunakan data jenis lampu yang digunakan pada area

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar 26 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adala siswa kelas VII B MTs Al Hikma Bandar Lampung semester genap taun pelajaran 2010/2011 pada pokok baasan Gerak Lurus. Dengan jumla

Lebih terperinci

Rangkuman Materi dan Soal-soal

Rangkuman Materi dan Soal-soal Rangkuman Materi dan Soal-soal Dirangkum Ole: Anang Wibowo, S.Pd matikzone@gmail.com / www.matikzone.co.cc Rangkuman Materi dan Conto Soal. Definisi dy df Turunan dari fungsi y f ( adala y ' f '( ( y'

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP STATISTICS WEEK 8 By : Hanung N. Prasetyo BAHASAN Pengertian Hypotesisdan Hypotesis Testing Tipe Kesalaan dalam Pengujian Hipotesis Lima Langka Pengujian Hipotesis Pengujian: Dua Sisi dan Satu Sisi Uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala penelitian komparasi. Kata komparasi dalam baasa inggris comparation yaitu perbandingan. Makna dari

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km BAB III STUDI KASUS APANGAN 3.1. Umum Pada bab ini akan dilakukan studi kasus pada pipa penyalur minyak yang dipendam di bawa tana (onsore pipeline). Namun karena dibutukan untuk inspeksi keadaan pipa,

Lebih terperinci

LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN

LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN Ign. Sutyas Aji ) Maraden S ) ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS AUDIT ENERGI UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI GEDUNG PUSAT PEMERINTAHAN KOTA TANGERANG NUR MUHAMAD HAKIKI NIM: 41312010028 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace Jurnal Gradien Vol. No.2 Juli 24 : 5-3 Solusi Analitik Model Perubaan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace Syarifa Meura Yuni, Icsan Setiawan 2, dan Okvita Maufiza Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Betty Rahayu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang

Betty Rahayu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DOSEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARUL ULUM JOMBANG Betty Raayu (bettyraayu.se@gmail.com) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum ABSTRAK Tujuan dalam penelitian

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 3 September 20 ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI I.W.H.

Lebih terperinci

TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM

TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adala: (1) tersedianya asil analisis

Lebih terperinci

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd laksmi.sedec@gmail.com A. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi kegunaan energi listrik, konversi energi listrik, transmisi energi listrik,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Spesifikasi dan Kondisi Jalan Spesifikasi dan kondisi jalan cukup besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan karena dalam spesifikasi/kondisi

Lebih terperinci

Permeabilitas dan Rembesan

Permeabilitas dan Rembesan 9/7/06 Permeabilitas dan Rembesan Mekanika Tana I Norma Puspita, ST.MT Aliran Air Dalam Tana Sala satu sumber utama air ini adala air ujan yang meresap ke dalam tana lewat ruang pori diantara butiran tananya.

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG Ruditta Devianti 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ²

Lebih terperinci

TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di halaman paling belakang ini

TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di halaman paling belakang ini TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di alaman paling belakang ini 1. Model atom Dalton a. Atom adala bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi lagi b. Atom suatu

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z

Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z Nasrul Fatah (0906556332) nazfat@yahoo.com Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus

Lebih terperinci

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana sotdag@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA HEAT EXCHANGER KNL DENGAN TEKNIK KONTROL FUZZY. Sugeng Tirta Atmadja 1)

ANALISA HEAT EXCHANGER KNL DENGAN TEKNIK KONTROL FUZZY. Sugeng Tirta Atmadja 1) ANALISA HEAT EXCHANGER KNL 5-05 DENGAN TEKNIK KONTROL FUZZY Sugeng Tirta Atmadja ) Abstrat Suatu mesin transmisi penerus putaran dan daya di dalam gearbox menggunakan oli atau minyak pelumas yang berfungsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadillah Cijantung Jakarta Timur Telp. 840078, Fax 87794718 REMEDIAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR Siti Halima 1, Jon Sabari 2 1 Maasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta (2015) 2 Dosen Pengampu

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE Eko Widiarto Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang E-mail : ewidiarto8@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci