terbentuk dala proe pengecoran. Salah atunya adalah dengan engubah bahan baku enjadi bahan etengah padat (ei olid). Proe pebuatan paduan Al-Si etengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "terbentuk dala proe pengecoran. Salah atunya adalah dengan engubah bahan baku enjadi bahan etengah padat (ei olid). Proe pebuatan paduan Al-Si etengah"

Transkripsi

1 PEMBENTUKAN PADUAN ALUMINIUM 6063 SETENGAH PADAT (SEMI SOLID) Ayub Wibowo / Fakulta Teknologi Indutri, Juruan Teknik Mein Univerita Gunadara Jl. Margonda Raya No.100, Depok 1644 E-ail : Ayub.wibowo5@Gail.co ABSTRAK Pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) erupakan alah atu teknik untuk eningkatkan kekuatan, keuletan dan ifat ekanik loga paduan agar enghailkan bahan baku berutu tinggi. Pada penelitian ini loga paduan yang digunakan adalah paduan aluiniu 6063 yang dilakukan dengan cara enuangkan loga cair ke dala corong luaran cor dan diputar dengan poro batang pengaduk dengan kecepatan putar 900 rp. Dari hail pengaatan yang dilakukan, truktur ikro loga paduan aluiniu 6063 ingot pada uunya terdiri dari faa utaa Al-α dikelilingi partikel Mg Si berbentuk dendritik yang tidak hoogen. Diharapkan akibat pengaruh gaya geer dari batang pengaduk pada proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) truktur ikronya berubah enjadi bentuk butir baru berbentuk bulat (globular). Berdaarkann hail pengujian etalografi terhadap paduan aluiniu 6063 yang telah dilakukan proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) truktur ikronya berubah enjadi globular yang terdiri dari faa utaanya Al-α berbentuk globular dikelilingi partikel-partikel Mg Si dengan terdapat partikel Mg Si baik didala aupun dibata butir globular pada atrik Al-α. Dari proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) terebut apu eningkatkan nilai kekeraan dan nilai Ipact Charpy pada loga paduan. Berdaarkan hail pengujian kekeraan Rockwell nilai kekeraannya eningkat dari nilai kekeraan eula (ingot) ebear 6,8 HR B enjadi 36,4 HR B pada apel bagian depan, 37,8 HR B pada apel bagian tengah dan 39,6 HR B pada apel bagian belakang. Berdaarkan hail pengujian Ipact Charpy, nilai Ipact Charpy pada loga ingot ebear 0,019 Joule/² eningkat enjadi 0,13 Joule/² pada apel bagian depan, 0,153 Joule/² pada apel bagian tengah dan 0,174 Joule/² pada apel bagian belakang. A. Kata Kunci : Loga Setengah Padat, Struktur Mikro, Kekeraan, Ipact Charpy, Aluiniu PENDAHULUAN Loga etengah padat (ei olid) adalah bahan yang epunyai ifat thixotropik, yaitu epunyai aliran lainer ketika dituang ke dala cetakan dan bervikoita rendah. Bahan etengah padat ini erupakan alah atu bahan baku berutu tinggi untuk penyiapan pebuatan koponen ein. Pada uunya, bahan baku yang digunakan dala pebuatan koponen ein adalah paduan Al-Si. Paduan terebut paling banyak dibentuk elalui proe pengecoran cetakan loga dengan tekanan tinggi (high preure die cating). Sapai aat ini, kualita dari hail coran terebut belu eluruhnya baik karena hail coran aih tetap engandung banyak poroita dan trukturnya diuun oleh truktur dendritik dan akibatnya ifat ekanik produk belu eluruhnya eadai. Berbagai uaha telah dilakukan terauk penggunaan teknologi untuk enurunkan poroita dan engubah truktur yang 1

2 terbentuk dala proe pengecoran. Salah atunya adalah dengan engubah bahan baku enjadi bahan etengah padat (ei olid). Proe pebuatan paduan Al-Si etengah padat (ei olid) dapat elalui berbagai cara antara lain elalui proe adukan ekanik (echanical tirring), adukan agnit (agnethohydrodynaic tirring), pengecoran eprot (pray cating), perlakuan teroekanik (theroechanical treatent), penghaluan butir elalui cara kiia (cheical grain refineent) dan tegangan induki dan peleburan teraktivai (tre induced and elt ac-tivated). Proe pebentukan paduan aluiniu etengah padat (ei olid) dapat elalui proe thixoforing yang terdiri dari thixoforging dan thixocating, dan proe rheocating. Dan hailnya, poroita yang terbentuk relatif rendah karena elaa pebentukan, aliran lainer bahan etengah padat tidak enyebabkan ga terperangkap dan produk bahan etengah padat ini eiliki truktur globular dan lebih ulet dibandingkan dengan bahan bertruktur dendritik. Selanjutnya dilakukan proe lanjut yaitu tandar perlakuan pana untuk paduan aluiniu dan odifikainya untuk eningkatkan ifat ekanik produk agar dihailkan produk yang berutu tinggi.. LANDASAN TEORI.1 Pengecoran Loga Pengecoran loga adalah uatu proe anufaktur yang enggunakan loga cair dan cetakan untuk enghailkan part dengan bentuk yang endekati bentuk geoetri akhir produk jadi. Loga cair dituangkan atau ditekan ke dala cetakan yang eiliki rongga euai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah loga cair eenuhi rongga dan kebali ke bentuk padat, elanjutnya cetakan diingkirkan dan hail cor dapat digunakan untuk proe ekunder..1.1 Maca-aca Proe Pengecoran Proe pengecoran ada beracaaca tergantung dari kebutuhan aingaing cara yang dilakukan untuk enghailkan produk dengan ifat yang berlainan, baik yang enyangkut kualita, ukuran, kuantita dan ebagainya. Dala enentukan proe pengecoran yang dipergunakan haru diperhitungkan faktorfaktor ekonoi, prakti aupun kondii alat yang teredia. Maca-aca proe pengecoran terebut adalah : 1. Sand Cating adalah jeni pengecoran dengan enggunakan cetakan pair. Jeni pengecoran ini paling banyak dipakai karena ongko produkinya urah dan dapat ebuat benda coran yang berkapaita berton-ton.. Centrifugal Cating adalah jeni pengecoran diana cetakan diputar beraaan dengan penuangan loga cair kedala cetakan, yang bertujuan agar loga cair terebut terdorong oleh gaya entrifugal akibat berputarnya cetakan. 3. Die Cating adalah jeni pengecoran yang cetakannya terbuat dari loga, ehingga cetakannya dapat dipakai berulangulang. 4. Invetent Cating adalah jeni pengecoran yang polanya terbuat dari lilin dan cetakannya terbuat dari keraik [1]. Site Al-Si Berdaarkan kopoii eutektoid, untuk 1,6% Si, paduan Al-Si dapat dikategorikan ebagai : - Paduan eutektik Al-Si : paduan Al dengan kandungan Si ebear 1,6% dan terbentuk langung dari pendinginan cairan paduan Al-Si. - Paduan hipoeutektik Al-Si, paduan yang engandung Si<1,6% dengan faa utaa Al-α.

3 - Paduan hipereutektik Al-Si, paduan yang engandung Si>1,6% dengan faa utaa Si-α..3 Paduan Al-Si Setengah Padat (Sei Solid) Salah atu teknik untuk eningkatkan kekuatan dan keuletan paduan adalah dengan ebuat paduan etengah padat. Paduan berfaa cair dan padat yang terdapat antara gari liquidu dan olidu dengan vikoita rendah dan etelah ebeku, truktur ikronya berbentuk globular. Struktur terebut didapatkan dengan eecah truktur dendritik yang terbentuk elaa pebekuan. Seuai dengan diagra faa keetibangan Al-Si, paduan hipoeutektik (Si<1,6%) terdiri dari faa utaa Al-α yang dikelilingi oleh faa eutektik. Paduan hail cor uunya berbentuk dendritik dan akan berubah enjadi globular bila diproe enjadi bahan etengah jadi. Sebagai contoh, truktur ikro paduan etengah padat ditunjukkan oleh gabar.1. Paduan terebut terdiri ata faa utaa Al-α berbentuk globular dikelilingi dengan faa eutektik Al-Si. Sebaliknya, untuk paduan hipereutektik, pelat eanjang faa utaa Si yang terebar pada faa eutektik berubah enjadi partikel halu pada faa eutektik. Gabar.1 Struktur Paduan Setengah Padat (Sei Solid) [].3.1 Proe Pebuatan Bahan Setengah Padat (Sei Solid) Beberapa cara untuk ebuat bahan etengah padat yang telah dikebangkan antara lain elalui proe berikut : 1. Adukan ekanik : cairan loga diagitai dengan kipa yang dicelupkan ke dala loga. Geeran akibat adukan elaa pebekuan akan ebentuk forai truktur bukan dendritik.. Adukan agnit : pada proe elaa pebekuan, paduan bukan dendritik dibentuk dengan putaran edan elektroagnetik dala cetakan. 3. Pengecoran Seprotan : elalui katup, cairan loga yang dieprotkan engenai ga inert bertekanan tinggi. Aru loga cair teratoiai dengan ga bertekanan tinggi enjadi tete berukuran ikro. Tete bear tetap cair dan tete kecil ebeku elaa atoiai, edangkan tete berukuran edang enjadi etengah padat. 4. Penghaluan butir elalui cara kiia : cara ini enggunakan inti nukliai eperti loga berbai titaniu dan boron ehingga laju nukliainya eningkat dan enekan pertubuhan dendritik, truktur halu dan ietri di eua ubu dapat dibentuk..3. Pebentukan Produk Pebentukan produk dari bahan etengah padat (ei olid) dapat diklaifikaikan enjadi bagian, yaitu thixoforing dan rheocating. Kedua proe pebentukan diilutraikan pada gabar. Thixoforing enggunakan bahan etengah padat pada teperatur antara teperature liquidu dan olidu, keudian diaukkan ke dala die untuk dibentuk. Thixoforing dapat epergunakan ein tepa (thixoforging), ein pengecoran 3

4 (thixocating) atau ein ektrui (thixoextrution). Sedangkan rheocating, bahan cair didinginkan hingga keadaan etengah padat, keudian diaukkan ke dala cetakan untuk dibentuk. Gabar. Pebentukan Bahan Setengah Padat Melalui Proe Thixoforing dan Rheocating [] Setelah dibentuk elalui proe thixoforing atau rheocating, ada paduan etengah padat yang ditingkatkan ifat ekaninya elalui perlakuan pana. Peningkatan terjadi karena penubuhan preipitai dala paduan dan tabiliai truktur globular dala paduan Al-Si. Peningkatan kekuatan terebut eanfaatkan penubuhan preipitai dala larutan etrik Al-α. Sedangkan elongai eningkat dengan tabilnya truktur globular faa utaa Al-α yang dikelilingi oleh faa eutektik Al-Si..4 Aluiniu Aluiniu erupakan loga ringan, epunyai ketahanan koroi yang baik dan hantaran litrik yang baik dan ifat-ifat baik lainya ebagai ifat loga, elain itu aluiniu juga epunyai ifat apu bentuk (Wrought alloy) diana paduan aluiniu ini dapat dikerjakan atau diproe baik dala pengerjaan dingin aupun pengerjaan pana (dengan peleburan). Karena ifat-ifat inilah aka banyak dilakuan penelitian untuk eningkatkan kekuatan ekaniknya, diantaranya dengan enabahkan unur-unur eperti : Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dan ebagainya, baik dicapur ecara atu peratu aupun ecara beraa-aa, bahan-bahan terebut juga eberikan ifat-ifat baik lainya eperti ketahanan koroi, ketahanan au, koefiien peuaian rendah. Material ini dipergunakan dala bidang yang angat lua, bukan aja untuk peralatan ruah tangga tetapi juga dipakai untuk keperluan aterial peawat terbang, obil, kapal laut, kontruki dan ebagainya..4.1 Sifat-ifat Aluiniu Aluiniu epunyai banyak ifat baik yang enguntungkan untuk dikebangkan dala indutri, antara lain adalah : 1. Ringan. Aluiniu erupakan loga yang angat ringan, beratnya ekitar 70 kg/³. Oleh karena itu aluiniu banyak enggantikan baja dala berbagai hal eperti pada obil, otor, kapal, alat ruah tangga dan lainnya.. Tahan karat. Beberapa loga lain engalai pengikian bila terkena okigen, air atau bahan kiia lainnya. Reaki kiia akan enyebabkan koroi pada loga terebut. 3. Hantar litrik yang baik. Aluiniu adalah loga yang paling uu dipakai ebagai alat penghantar litrik, ebab epunyai daya hantar kurang lebih 65 % dari daya hantar tebaga. Diaping itu aluiniu lebih liat ehingga lebih udah diulur enjadi kawat..4. Klaifikai Aluiniu Aluiniu dapat dikebangkan dengan berbagai jeni dari bentuk apai kekuatannya, karena aluiniu jeni loga yang erbaguna, ebab keitiewaan loga aluiniu apu engganti loga lain eperti baja, tebaga, kayu, dan lainnya. Penggunaannya ecara voluetrik telah 4

5 elapaui konui tebaga, tiah, tibal, eng ecara beraa-aa. Aluiniu erupakan bahan baku yang udah diperoleh, epunyai produki yang unggul, ifat ekanik dan ifat fiik yang enguntungkan dan harga relatif urah. Aluiniu erupakan loga ringan karena epunyai berat jeni yang ringan. karena berat jeni aluiniu yang relatif ringan aka aluiniu banyak digunakan pada koponen-koponen otor, peawat terbang dan lainnya. Selain itu ebagai penabah kekuatan ekaniknya yang angat engikat yaitu Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni dan lainnya. Untuk eningkatkan ifat ekanik aluiniu terutaa kekuatan tariknya dilakukan perpaduan dengan unur Tebaga (Cu), Bei (Fe), Magneiu (Mg), Seng (Zn), Silikon (Si) euai dengan Aluiniu Aoiation paduan Al terdiri-dari produk wrought dan cor..4.3 Pengaruh Unur Paduan Terhadap Aluiniu Paduan dengan unur-unur yang ditabahkan yaitu : 1. Al-Murni. Untuk aluiniu urni biaanya keurniannya encapai %, tetapi ada juga yang encapai 99,999 %.. Al-Cu. Didala paduan Al, tebaga ditabahkan untuk eningkatkan kekuatan, julahnya dibatai agar tidak engurangi ifat apu tuangnya, diata bata kelarutannya tebaga akan berenyawa dengan aluiniu ebentuk endapan Cu Al (faa ß) yang berifat kera dan rapuh, ifat yang tidak enguntungkan ini dapat diperbaiki dengan perlakuan pana, ehingga faa terebut akan berubah enjadi faa α yang berifat lebih liat dan tidak rapuh, hal ini diebabkan endapan Cu Al akan terbentuk kebali dengan ifat yang lebih hoogen dan erata. 3. Al-Mn. Mangan adalah unur yang eperkuat Aluiniu tanpa engurangi ketahanan koroi, dan Mn itu endiri dipakai untuk ebuat paduan yang tahan koroi. Kelarutan padat akiu terjadi pada teperatur eutektik adalah 1,8% dan pada 500ºC 0,36%, edangkan pada teperatur biaa kelarutannya hapir 0%. Paduan Al-1,%Mn dan Al-1,%Mn- 1,0%Mg dinaakan paduan 3003 dan 3004 yang dipergunakan ebagai paduan tahan koroi tanpa perlakuan pana. 4. Al-Si. Paduan Al-Si angat baik kecairannya yang epunyai perukaan yang bagu ekali tanpa kegetaan pana dan angat baik untuk paduan coran, ebagai bahan tabahan Si epunyai ketahanan koroi yang baik, ringan, koefiien uai yang kecil dan ebagai penghantar litrik yang baik juga pana koefiien peuaian teralnya Si angat rendah. Oleh karena itu paduan ini epunyai koefiien yang rendah apabila ditabah Si lebih banyak. 5. Al-Mg. Didala paduan Al-Mg epunyai pengaruh yang hapir aa dengan pengaruh Cu didala paduan terebut. Magneiu larut ebagai faa α, edangkan diata bata kelarutannya agneiu hadir dala bentuk faa β, faa β erupakan faa yang lunak dan berukuran bear, ehingga edikit ekali enibulkan efek pengeraan terhadap paduan. Pengaruh penting dari eleen ini dala paduan Al-Si yaitu beraa dengan Si ebentuk perenyawaan Mg Si. Dengan adanya perenyawaan terebut didala paduan Al-Si aka ifat ekani dapat ditingkatkan, karena keungkinan endapatkan pengaruh pengeraan akibat pengendapan, yaitu etelah dilakukan proe perlakuan pana terhadap paduan. Magneiu juga berpengaruh terhadap peningkatan ketahanan koroi pada Al-Si, tetapi ebaliknya unur ini engurangi ifat apu tuang dari paduan dan epunyai kecenderungan yang tinggi 5

6 untuk terokidai pada waktu peleburan paduan terebut. 6. Al-Mg-Si. Jika edikit Mg ditabahkan kepada Al pengeraan penuaan angat jarang terjadi, tetapi apabila ecara iultan engandung Si, aka dapat dikerakan dengan penuaan pana etelah perlakuaan pelarutan. Paduan ini epunyai kekuatan yang kurang untuk bahan tepaan dibandingkan dengan paduan lainnya, tetapi angat liat, angat baik apu bentuknya pada teperatur biaa, ektrui dan ebagainya. 3. BAHAN DAN PERCOBAAN 3.1 Diagra Alir Pebuatan Alat Gabar 3. Rancangan Alat Pebentukan Sei Solid 3. Data dan Speifikai Alat Pebentukan Bahan Paduan Setengah Padat (Sei Solid) Material Rangka Jeni Bantalan Poro Penggerak Puli Jeni Sabuk Tabel 3.1 Speifikai Alat Bei Siku (50 x 50 ) tebal 5 Bantalan Gelinding FYH P04 Baja Kontruki AISI 1035 (Ø 0 x 1400) Elektrootor 100 Watt (900 Rp) i = 1 :,5 Z 1 = inchi, Z = 5 inchi V-Belt Type A Proedur Penelitian Gabar 3.1 Diagra Alir Proe Pebuatan Alat 6

7 3.5 Proe Pebentukan Bahan Paduan Setengah Padat (Sei Solid) Pada proe ini loga paduan aluiniu 6063 yang telah dilebur dala tungku induki dituang ke dala ladel yang elanjutnya dituangkan lagi ke dala corong luaran cor dan diputar dengan poro batang pengaduk yang terhubung pada otor peutar elalui V-Belt, untuk endapatkan truktur ikro butir baru berbentuk bulat (globular) pada paduan aluiniu Cetakan aluiniu diletakkan dibawah corong luaran cor dan cetakan ditarik ecara perlahan kearah horizontal pada aat loga paduan aluiniu 6063 cair yang telah engalai proe pengadukan turun ke bawah elalui lubang corong luaran cor. Gabar 3.3 Diagra Alir Penelitian 3.4 Bahan Percobaan Tabel 3. Kopoii Paduan Aluiniu 6063 [6] Unur Kopoii (%) Al 98,7745 Mg Si Fe Cu Mn Zn Cr Ti Ca Sr Gabar 3.4 Aluiniu 6063 Hail Pebentukan Bahan Paduan Setengah Padat (Sei Solid) 3.6 Pengujian Bahan Metalografi Metalografi adalah ilu yang epelajari tentang cara peerikaan loga untuk engetahui ifat, truktur, teperatur, dan perentae capuran loga terebut. Dala proe pengujian Metalografi, pengujian loga dibagi lagi enjadi dua jeni, yaitu : 1. Pengujian akro (Macrocope Tet) Pengujian akro ialah proe pengujian bahan yang enggunakan ata terbuka dengan tujuan dapat eerika celah dan 7

8 lubang dala perukaan bahan. Angka kevalidan pengujian akro berkiar antara 0,5 hingga 50 kali.. Pengujian ikro (Microcope Tet) Pengujian ikro ialah proe pengujian terhadap bahan loga yang bentuk krital loganya tergolong angat halu. Sedeikian halunya ehingga pengujiannya eerlukan kaca pebear lena ikrokop yang eiliki kualita perbearan antara 50 hingga 3000 kali. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk elihat truktur dan faa yang terkandung pada uatu aterial khuunya Aluiniu Langkah-langkah pengujian Metalografi dapat dilihat pada gabar 3.5. percobaan kekeraan dengan cara ekani tati (bukan ekani dinai) dan itu eliputi cara-cara Rockwell. Pengujian kekeraan dengan etode Rockwell ini diatur berdaarkan tandar DIN Pengujian kekeraan Rockwell didaarkan pada cara penekanannya (Indentation) uatu benda yang tidak terdeforai ke dala perukaan loga yang diuji (pecien) kekeraan, ehingga akan terjadi uatu beka penekanan (lekukan) yang keudian dijadikan daar untuk penilaian kekeraannya. Penekanan dilakukan apai lekukan yang berifat tetap. Loga yang diuji akan lebih kera bila beka yang terjadi lebih kecil. Tingkatan kala kekeraan enurut etode Rockwell dapat dikelopokkan enurut jeni indentor yang digunakan pada aing-aing kala. Dala etode Rockwell terdapat dua aca indentor yang ukurannya bervariai, yaitu : 1. Kerucut intan dengan bear udut 10 0 dan diebut ebagai Rockwell Cone.. Bola baja dengan berbagai ukuran dan diebut ebagai Rockwell Ball. Pebebanan dala proe pengujian kekeraan etode Rockwell diberikan dala dua tahap. Tahap pertaa diebut beban inor dan tahap kedua (beban utaa) diebut beban ayor. Beban inor bearnya akial 10 kg edangkan beban ayor bergantung pada kala kekeraan yang digunakan. Pada gabar 3.6 ditunjukkan diagra langkah uatu proe yang dilakukan dala etode penelitian uji kekeraan. Gabar 3.5 Diagra Alir Proe Metalografi 3.6. Uji Kekeraan Rockwell (Rockwell Hardne Tet) Percobaan kekeraan (hardne tet) yang akan dilakukan adalah 8

9 Gabar 3.6 Diagra Alir Uji Kekeraan Uji Ipact Charpy Mein uji Ipact adalah ein uji untuk engetahui harga Ipak uatu beban yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan uji terebut. tipe dan bentuk kontruki ein uji bentur beraneka raga, yaitu ulai dari jeni konvenional apai dengan ite digital yang lebih aju. Dala pebebanan tati dapat juga terjadi laju deforai yang tinggi kalau bahan diberi takikan. Seakin taja takikan, aka akan eakin bear deforai yang terkonentraikan pada takikan, yang eungkinkan peningkatan laju regangan beberapa kali lipat dala uji Ipact enggunakan JIS Z0 dan hail pengujian benda terebut akan engakibatkan terjadinya perubahan bentuk eperti bengkokan atau patahan euai dengan keuletan atau kegetaan terhadap benda uji terebut. Gabar 3.8 Diagra alir Uji Ipact Charpy Adapun langkah-langkah pengujian Ipact tipe Charpy ini euai dengan gabar 3.8 diagra alir uji Ipact Charpy adalah ebagai berikut : 1. Meletakkan benda uji ditepat benda uji pada alat uji Ipact. Penepatan benda uji haru benarbenar berada pada poii tengah diana piau pada pendulu berada ejajar dengan takikan benda terebut.. Menyetel poii jaru penunjuk pada 0º. 3. Mengangkat pendulu ejauh 140º dengan cara eutar berlawanan arah jaru ja ecara perlahanlahan. 4. Melepakan pendulu untuk engayun dan eatahkan benda uji. 5. Melihat dan encatat hail data yang ditunjukkan oleh jaru penunjuk pada buur derajat. 6. Melakukan perhitungan dari data pengujian yang telah diperoleh, yaitu enghitung bearnya uaha (W) dan harga ipact (K). Berikut ini erupakan gabar dari dieni benda uji dan cara enepatkan benda uji. Gabar 3.7 Prinip Daar Mein Uji Ipact [8] 9

10 Gabar 3.9 Dieni Benda Uji Gabar 3.10 Cara Menepatkan Benda Uji 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikro Ingot Paduan Aluiniu 6063 Struktur ikro bergantung kepada julah unur kopoii dala paduan, perlakuan ekanik dan perlakuan pana, erta proe pebentukan. Struktur ikro paduan AlMgSi bergantung pada julah kandungan ilikon dan agneiu dala aluiniu. Paduan AlMgSi diuun oleh faa utaa Al-α yang dikelilingi oleh partikel-partikel Mg Si pada atrik Al-α. hoogen pada atrik Al-α. Dengan partikel Mg Si berbentuk dendritik terebut dapat enyebabkan penurunan tingkat kekuatan dan keuletan pada loga paduan. Diharapkan etelah dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) truktur ikronya berubah enjadi bentuk butir baru berbentuk bulat (globular) yang didapatkan dengan eecahkan truktur ikro berbentuk dendritik yang terbentuk elaa pebekuan. Dengan perubahan bentuk truktur ikro terebut aka kekuatan dan keuletan loga paduan terebut akan eningkat dengan ifat ekaniknya yang lebih baik. Paduan aluiniu 6063 yang telah dilakukan proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid), dibagi aing-aing enjadi tiga bagian (apel) untuk digunakan dala proe pengujian yaitu pengujian Metalografi, pengujian kekeraan Rockwell dan pengujian Ipact Charpy. Bagian Depan Bagian Tengah Bagian Belakang Al-α Gabar 4. Sapel Maing-aing Bagian 40 µ Mg Si Gabar 4.1 Struktur Mikro Ingot Paduan Aluiniu 6063 Pada gabar 4.1 ditunjukan truktur ikro ingot paduan Aluiniu 6063 yang eiliki bentuk truktur ikro Mg Si berbentuk dendritik yang tidak 4. Struktur Mikro Paduan Aluiniu 6063 Setelah Dilakukan Pebentukan Bahan Paduan Setengah Padat (Sei Solid) 10

11 40 µ Al-α Mg Si lebih edikit pada atrik Al-α dan diaeter faa Al-α berbentuk globular terebut aih tidak eraga aa eperti yang terjadi pada apel bagian depan. Mg Si Gabar 4.3 Struktur Mikro Paduan Aluiniu 6063 Bagian Depan Pengaatan truktur ikro pada apel bagian depan yang ditunjukkan pada gabar 4.3 terdapat perubahan truktur ikro. Struktur ikro paduan aluiniu 6063 yang ebelunya terdiri dari faa utaa Al-α yang dikelilingi oleh partikel-partikel Mg Si berbentuk dendritik berubah enjadi bentuk butir baru berbentuk globular. Partikel-partikel kaar Mg Si pada bahan aal (ingot) terpecah-pecah ebentuk truktur ikro berbentuk globular dengan diaeter partikel Mg Si globular yang tidak eraga engelilingi atrik Al-α dan terdapat bentuk partikel Mg Si baik didala butir aupun dipinggir butir globular. 40 µ Al-α Mg Si Gabar 4.4 Struktur Mikro Paduan Aluiniu 6063 Bagian Tengah Pada pengaatan truktur ikro bagian tengah yang terlihat pada gabar 4.4 terdapat perubahan ukuran diaeter faa utaa Al-α berbentuk globular yang dikelilingi partikel-partikel Mg Si enjadi lebih bear dan lebih halu dibandingkan dengan faa globular pada apel bagian depan dengan partikel Mg Si yang terletak didala aupun dipinggir butir globular 40 µ Al-α Gabar 4.5 Struktur Mikro Paduan Aluiniu 6063 Bagian Belakang Sapel bagian belakang yang telah dilakukan proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) ditunjukkan pada gabar truktur ikro 4.5. Terdapat perubahan truktur ikro pada bagian terebut dengan diaeter faa utaa Al-α berbentuk globular dikelilingi partikel Mg Si enjadi eakin bear, lebih padat, lebih halu dan eraga dengan terdapat partikel-partikel Mg Si didala aupun dibata butir globular lebih banyak dibandingkan dengan truktur ikro pada apel bagian tengah yang terebar pada atrik Al-α. Perubahan terebut terjadi diungkinkan karena pada apel bagian belakang ini engalai gaya geer teru eneru akibat proe gaya pengadukan yang lebih laa ehingga eakin kecil laju pendinginannya yang enyebabkan truktur ikro berbentuk dendritik terpecah-pecah enjadi bentuk butir baru berbentuk globular dan eakin bulat (globular) erta eraga yang terdapat pada apel bagian belakang. 4.3 Partikel Mg Si Didala Maupun Dibata Butir Globular Paduan Aluiniu 6063 Pada tabel 4.1 apai 4.4 ditunjukkan ukuran partikel-partikel Mg Si yang terdapat baik didala aupun dibata butir globular pada paduan aluiniu Paduan aluiniu

12 apel ingot eiliki diaeter partikelpartikel Mg Si lebih bear dibandingkan dengan apel yang telah dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid). Menurut penelitian dan analia yang dilakukan, diaeter partikelpartikel Mg Si pada apel ingot berukuran ekitar 11,07 μ, berbeda dengan hail yang ditunjukkan pada apel yang telah dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid). Pada apel bagian depan, diaeter partikel-partikel Mg Si berukuran ekitar 6,98 μ, 5,93 μ pada apel bagian tengah dan 5,81 μ pada apel bagian belakang. Bertabah kecilnya diaeter partikel pada aing-aing apel pengujian yang telah diproe enjadi bahan paduan etengah padat (ei olid) diungkinkan dengan adanya proe pengadukan yang lebih laa pada aat proe pebentukan engakibatkan partikel Mg Si yang berbentuk dendritik terpecah-pecah ebentuk truktur ikro butir baru berbentuk bulat (globular) dengan terdapat partikel Mg Si baik didala aupun dibata butir globular pada atrik Al-α. Faktor raio partikel Mg Si pada apel ingot ebear 3,3 μ, hail terebut enunjukkan bahwa bentuk partikel-partikel Mg Si berbentuk eanjang eperti jaru. Setelah paduan aluiniu 6063 dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid), nilai faktor raio partikel Mg Si endekati 1 enunjukkan bahwa bentuk partikel Mg Si cenderung berbentuk bulat (globular). Pengaruh perubahan faktor raio dari etiap apel benda uji ingot dan yang telah engalai proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) terebut ebuat paduan aluiniu 6063 bertruktur partikelpartikel halu Mg Si yang enyebar baik didala aupun dibata butir globular pada atrik Al-α dengan faa utaanya adalah Al-α berbentuk globular. Forai ini ecara ignifikan engubah keuletan dari paduan aluiniu 6063 bertabah tinggi dengan ifat ekaniknya yang lebih baik. Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Diaeter Partikel dan Faktor Raio Mg Si Paduan Aluiniu 6063 Ingot Tabel 4. Nilai Rata-rata Diaeter Partikel dan Faktor Raio Mg Si Paduan Aluiniu 6063 Bagian Depan Tabel 4.3 Nilai Rata-rata Diaeter Partikel dan Faktor Raio Mg Si Paduan Aluiniu 6063 Bagian Tengah Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Diaeter Partikel dan Faktor Raio Mg Si Paduan Aluiniu 6063 Bagian Belakang 1

13 Tabel. 4.6 Nilai Hail Uji Kekeraan Paduan Aluiniu 6063 Sapel Bagian Depan Gabar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Diaeter Partikel (μ) dan Faktor Raio Mg Si 4.4 Kekeraan Paduan Aluiniu Hail Uji Kekeraan Rockwell Aluiniu 6063 (ingot) Tabel. 4.5 Hail Uji Kekeraan Paduan Aluiniu 6063 (ingot) Dari tabel 4.6 hail uji kekeraan Rockwell paduan aluiniu 6063 apel bagian depan yang telah dilakukan proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid), eiliki nilai rata-rata kekeraan ebear 36,4 HR B eningkat ebear 9,6 HR B lebih kera dari nilai kekeraan bahan aal (ingot). Nilai kekeraannya eningkat karena ukuran partikel-partikel Mg Si enurun dan ebarannya erata baik didala butir aupun dipinggir atau bata butir (globular) pada atrik Al-α. Tabel 4.7 Nilai Hail Uji Kekeraan Paduan Aluiniu 6063 Sapel Bagian Tengah Dari tabel 4.5 hail pengujian kekeraan diata jela terlihat bahwa paduan Aluiniu 6063 ebelu dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) eiliki nilai kekeraan rata-rata 6,8 HR B. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan nilai kekeraan pada paduan aluiniu 6063 terebut akan eningkat Hail Uji Kekeraan Rockwell Paduan Aluiniu 6063 Setelah Dilakukan Pebentukan Bahan Paduan Setengah Padat (Sei Solid) Dari tabel 4.7 hail pengujian kekeraan Rockwell paduan aluiniu 6063 pada apel bagian tengah, nilai kekeraan rata-ratanya eningkat enjadi 37,8 HR B lebih kera dari apel bagian depan, eningkat ebear 1,4 HR B. Nilai kekeraannya eningkat dari apel bagian depan karena ukuran partikelpartikel Mg Si lebih kecil atau enurun yang terebar erata baik didala aupun dipinggir butir globular pada atrik Al-α akibat engalai proe pengadukan lebih laa. 13

14 Tabel 4.8 Nilai Hail Uji Kekeraan Paduan Aluiniu 6063 Sapel Bagian Belakang Dari tabel 4.8 hail pengujian kekeraan Rockwell paduan aluiniu 6063 pada apel bagian belakang eiliki nilai rata-rata kekeraan yang lebih tinggi dibandingkan dengan apel bagian depan, bagian tengah dan ingot dengan nilai rata-rata kekeraannya ebear 39,6 HR B, eningkat ebear 1,8 HR B dari apel bagian tengah. Perbedaan ini terjadi karena apel pada bagian belakang engalai gaya geer terueneru akibat proe gaya pengadukan yang lebih laa ehingga truktur ikronya terdiri dari faa utaa Al-α yang eakin globular dengan diaeter partikel-partikel Mg Si eakin kecil atau enurun yang terebar erata baik didala aupun dibata butir globular pada atrik Al-α. Gabar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Hail Uji Kekeraan Rockwell Aluiniu 6063 Sapel Ingot, Bagian Depan, Tengah dan Belakang 4.5 Pengujian Ipact Charpy Paduan Aluiniu Hail Uji Ipact Charpy Paduan Aluiniu 6063 (ingot) Berdaarkan pengujian yang dilakukan dengan enggunakan udut awal ebear 110 0, dengan berat pendulu 8 Kg dan panjang lengan pengayun ebear 600 atau 0,6, aka diperoleh udut akhir ebear Sehingga untuk enentukan uaha yang dibutuhkan, dilakukan perhitungan ebagai berikut : Sudut awal (co α) = Sudut akhir (co β) = ,6 0,6 ( Coβ Co ) W = G γ α g ( Co108. Co110 ) ( 0,309 ( 0,34) ) 0,6 ( 0,033) 0,0198 W = 1,58Joule Sedangkan untuk enentukan nilai atau harga Ipact dilakukan perhitungan ebagai berikut : W K = Ao 1,58 joule K = = 0,019 Joule 80 Sehingga didapatkan nilai atau harga Ipact Charpy ebear 0,019 Joule/. Maka dapat dikatakan bahwa ketahanan Ipact atau ketangguhan pecien yang digunakan dala hal ini paduan aluiniu 6063 (ingot) adalah ebear 0,019 Joule Hail Uji Ipact Charpy Paduan Aluiniu 6063 Sapel Bagian Depan Sudut awal (co α) = Sudut akhir (co β) =

15 0,6 0,6 ( Coβ Co ) W = G γ α g ( Co97. Co110) ( 0,1 ( 0,34) ) 0,6 ( 0,) 0,13 W = 10,56Joule Selanjutnya enentukan nilai atau harga Ipact dengan perhitungannya ebagai berikut : W K = Ao 10,56 joule K = = 0,13 Joule 80 Maka dapat dikatakan bahwa ketahanan Ipact atau ketangguhan pecien yang digunakan dala hal ini paduan aluiniu 6063 apel bagian depan adalah ebear 0,13 Joule Hail Uji Ipact Charpy Paduan Aluiniu 6063 Sapel Bagian Tengah Sudut awal (co α) = Sudut akhir (co β) = ,6 0,6 ( Coβ Co ) W = G γ α g ( Co95. Co110) ( 0,087 ( 0,34) ) 0,6 ( 0,55) 0,153 W = 1,4Joule Selanjutnya enentukan nilai atau harga Ipact dengan perhitungannya ebagai berikut : W K = Ao 1,4 joule K = = 0,153 Joule 80 Maka dapat dikatakan bahwa ketahanan Ipact atau ketangguhan pecien yang digunakan dala hal ini paduan aluiniu 6063 apel bagian tengah adalah ebear 0,153 Joule Hail Uji Ipact Charpy Paduan Aluiniu 6063 Sapel Bagian Belakang Sudut Awal (co α) = Sudut Akhir (co β) = 93 0 W = G γ Coβ Coα g 0,6 0,6 ( ) ( Co93. Co110) ( 0,05 ( 0,34) ) 0,6 ( 0,9) 0,174 W = 13,9Joule Selanjutnya enentukan nilai atau harga Ipact dengan perhitungannya ebagai berikut : W K = Ao 13,9 joule K = = 0,174 Joule 80 Maka dapat dikatakan bahwa ketahanan Ipact atau ketangguhan pecien yang digunakan dala hal ini paduan aluiniu 6063 apel bagian belakang adalah ebear 0,174 Joule Gabar 4.8 Grafik Perbandingan Hail Nilai Uaha (Joule) dan Nilai IpactCharpy (Joule/ ) Paduan Aluiniu

16 5. KESIMPULAN Berdaarkan hail penelitian pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) pada loga paduan aluiniu 6063, aka dapat diabil beberapa keipulan ebagai berikut : 1. Ingot paduan loga Aluiniu 6063 yang digunakan dala proe pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) diuun oleh faa utaa Al-α yang dikelilingi oleh partikel-partikel Mg Si berbentuk dendritik yang tidak hoogen dala atrik Al-α.. Pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) ebuat partikel-partikel Mg Si berbentuk dendritik terpecah-pecah enjadi partikel-partikel halu butir baru berbentuk bulat (globular) dengan terdapat partikel-partikel Mg Si didala aupun dibata butir globular yang terditribui lebih erata dan padat pada atrik Al-α. 3. Diaeter partikel Mg Si pada loga ingot paduan Aluiniu 6063 eiliki nilai rata-rata ekitar 11,07 µ, berbeda dengan hail yang ditunjukkan etelah dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid). Selaa proe pebentukan, partikel-partikel Mg Si berbentuk dendritik terpecah atau terpotongpotong ebentuk truktur ikro butir baru berbentuk bulat (globular) dan eiliki ukuran diaeter partikel rata-rata Mg Si pada apel bagian depan ekitar 6,98 µ, 5,93 µ pada apel bagian tengah dan 5,81 µ pada apel bagian belakang. 4. Nilai kekeraan pada loga paduan Aluiniu 6063 yang telah dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) engalai peningkatan pada aing-aing apel benda uji dengan nilai kekeraan pada apel bagian depan ebear 36,4 HR B, 37,8 HR B pada apel bagian tengah dan 39,6 HR B pada apel bagian belakang. 5. Nilai Ipact pada loga yang telah dilakukan pebentukan bahan paduan etengah padat (ei olid) engalai peningkatan, pada bagian depan ebear 0,13 Joule/, 0,153 Joule/² pada bagian tengah dan 0,174 Joule/² pada bagian belakang. DAFTAR PUSTAKA [1] Surdia, T. dan Kenji, C., Teknik Pengecoran Loga, Cetakan 9, Jakarta, Pradnya Paraita 006. [] Syahbuddin, Jurnal Iliah Teknologi dan Rekayaa Teknik Elektro, Mein dan Indutri, Univerita Gunadara, Jakarta, 004. [3] Davi, J.R., Aluiniu and Aluiniu Alloy, Ohio, ASM International,1994. [4] Surdia, T. Dan Saito, S., Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta, Prad nyaparaita, [5] /carbon_teel/how_carbon.cf?id= AISI_1010&prop=all&Page_Title=AI SI%01010, diake pada tanggal 16 Oktober 011. [6] Google, Effect of Welding Current and Voltage on the Mechanical Propertie of Wrought (6063) Aluiniu Alloy, pdf, diake pada tanggal 15 Agutu 011. [7] Kuworo, E dan Hadi, S., Pengujian Loga, ISBN, Huaniora Utaa Bandung, [8] Modul Praktiku MATERIAL TEKNIK, Univerita Gunadara, Depok,

tapi juga dipakai untuk keperluan aterial peawat terbang, obil, kapal laut, dan kontruki db. Sifat-ifat kha bahan indutri perlu dikenal ecara baik kar

tapi juga dipakai untuk keperluan aterial peawat terbang, obil, kapal laut, dan kontruki db. Sifat-ifat kha bahan indutri perlu dikenal ecara baik kar PENGARUH KOMPOSISI PADUAN Al ADC1 HASIL DAUR ULANG GRAM TERHADAP SIFAT MEKANIK Ery Ricardo Juruan Teknik Mein Univerita Gunadara Jl. Ake Kelapa Dua, Cianggi Telp. (01) 8710561, e-ail : ektor@gunadara.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Laboratoriu Hidrogeologi 015 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hidrogeologi (hidro- berarti air, dan -geologi berarti ilu engenai batuan) adalah erupakan perpaduan antara ilu geologi dengan ilu hidrolika

Lebih terperinci

Tugas Kimia Umum B Nama : Apsari Puspita Aini NIM : L2C Kelas : C Blog : apsaripuspita.wordpress.com

Tugas Kimia Umum B Nama : Apsari Puspita Aini NIM : L2C Kelas : C Blog : apsaripuspita.wordpress.com Tuga Kiia Uu B Naa : Apari Pupita Aini NIM : L2C00935 Kela : C Blog : aparipupita.wordpre.o Jawaban :. Perobaan Milikan Menentukan aa eletron dengan perobaan tete inyak Milikan. Perobaan Millikan atau

Lebih terperinci

Nama : Dewi Fatmawati Kelas : C NIM : L2C Blog : sakura03.wordpress.com. Tugas Kimia Umum B

Nama : Dewi Fatmawati Kelas : C NIM : L2C Blog : sakura03.wordpress.com. Tugas Kimia Umum B Naa : Dewi Fatawati Kela : C NIM : L2C00950 Blog : akura03.wordpre.o Tuga Kiia Uu B Jawaban :. Perobaan Milikan Menentukan aa elektron dengan perobaan tete inyak Milikan. Perobaan Millikan atau dikenal

Lebih terperinci

AYUNAN DAN PERCEPATAN GRAVITASI (M.3)

AYUNAN DAN PERCEPATAN GRAVITASI (M.3) AYUNAN DAN PERCEPAAN GRAVIASI (M.3) I. UJUAN Mepelajari ifat-ifat ayunan. Menentukan kecepatan gravitai. II. DASAR EORI Dala kehidupan ehari-hari kita tidak terlepa dari ilu fiika, diulai dari yang ada

Lebih terperinci

MODUL 14 PERANCANGAN SISTEM PLUMBING (cont)

MODUL 14 PERANCANGAN SISTEM PLUMBING (cont) 1.7 Kapaita, Head, dan Daya Popa 1.7.1 Popa Angkat MODUL 1 PERANCANGAN SISTEM PLUMBING (cont) Kapaita popa angkat yang dipakai adalah euai dengan kebutuhan air pada ja puncak ( Q h ak ) yaitu 0,5 /enit.

Lebih terperinci

4. sebuah gaya F yang dikerjakan pada sebuah benda bermassa m. menghasilkan percepatan sebesar 4

4. sebuah gaya F yang dikerjakan pada sebuah benda bermassa m. menghasilkan percepatan sebesar 4 . Gaya 5 N digunakan untuk enarik benda kg epanjang uatu eja datar. Jika gaya geekan 5 N yang enghabat gerak bekerja pada benda itu, hitung: reultan gaya benda itu. ercepatan bend Σ = f = 5 5 = 5 N Σ 5N

Lebih terperinci

MODIFIKASI TURBIN ANGIN SAVONIUS MULTI BLADE MENGGUNAKAN SELUBUNG ROTOR TIPE KONSENTRATOR TANPA DIFUSER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU

MODIFIKASI TURBIN ANGIN SAVONIUS MULTI BLADE MENGGUNAKAN SELUBUNG ROTOR TIPE KONSENTRATOR TANPA DIFUSER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 Septeber 2014; 99-105 MODIFIKASI TURBIN ANGIN SAVONIUS MULTI BLADE MENGGUNAKAN SELUBUNG ROTOR TIPE KONSENTRATOR TANPA DIFUSER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU

Lebih terperinci

bentuk globular. Hal ini dikarenakan dalam memproduksi (SSM) banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya kecepatan pengadukan, diameter pengaduk, mate

bentuk globular. Hal ini dikarenakan dalam memproduksi (SSM) banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya kecepatan pengadukan, diameter pengaduk, mate PEMBENTUKAN PADUAN AC4C SETENGAH PADAT (SEMI SOLID) Yulia Darmala Sakti / 20407926 Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No.100, Depok 16424 E-mail :

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik PROSIDING SEMINR NSIONL REKYS KIMI DN PROSES 4 ISSN : 1411-416 Siulai Kinetika Reaki Menggunakan Peraaan Model idrodinaik Endang Srihari, Lie wa, adi Wijaya S. dan Selvi Litiany Juruan Teknik Kiia Fakulta

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PUTARAN CETAKAN, INOKULAN TI-B PADA CENTRIFUGAL CASTING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN ALUMINIUM A356.

PENGARUH VARIASI PUTARAN CETAKAN, INOKULAN TI-B PADA CENTRIFUGAL CASTING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN ALUMINIUM A356. PENGARUH VARIASI PUTARAN CETAKAN, INOKULAN TI-B PADA CENTRIFUGAL CASTING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN ALUMINIUM A356. Eko Nugroho 1), Yulian hudawan 2) Juruan Teknik Mein Fakulta Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Siti Nur Hamidah, Nur Salam, Dewi Sri Susanti Program Studi Matematika Fakultas MIPA ULM Jl. A. Yani Km 36 Kampus Unlam Banjarbaru, Kalsel

Siti Nur Hamidah, Nur Salam, Dewi Sri Susanti Program Studi Matematika Fakultas MIPA ULM Jl. A. Yani Km 36 Kampus Unlam Banjarbaru, Kalsel Jurnal Mateatika Murni dan Terapan pilon Vol. 07, No.02, Hal 26-33 TEKNIK PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUAN EKPONENIAL HOLT-WINTER iti Nur Haidah, Nur ala, Dewi ri uanti Progra tudi Mateatika Fakulta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

PMMC utk Arus Bolak-Balik

PMMC utk Arus Bolak-Balik PMMC utk Aru Bolak-Balik Penggunaan PMMC eperhatikan polarita tegangan. Hanya dpt eneria aru dc, tdk ac. Utk ac berfrekueni rendah (. Hertz), pointer beruaha engikuti harga eaat aru ac : ½ iklu poitif

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEAAH SATU FASA TIDAK TEKENDALI JOBSHEET/LABSHEET JUUSAN : TEKNIK ELEKTO NOMO : III POGAM STUDI :DI WAKTU : x 50 MENIT MATA KULIAH/KODE : ELEKTONIKA DAYA 1 TOPIK : PENYEAAH SATU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PENYEDERHANAAN PENYELESAIAN PERHITUNGAN DALAM MENCARI MAKSIMALISASI TERKENDALA PADA BEBERAPA MODEL EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS AMS

PENYEDERHANAAN PENYELESAIAN PERHITUNGAN DALAM MENCARI MAKSIMALISASI TERKENDALA PADA BEBERAPA MODEL EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS AMS 2004 A. Mubarok Poted: 24 Deceber, 2004 Makalah Pribadi Falafah Sain (PPS 702) Sekolah Paca Sarjana / S3 Intitut Pertanian Bogor Deeber 2004 Doen: Prof Dr Ir Rudy C Taruingkeng, M F (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

+ HCO 3 K2 HCO 3 + H 2 O H 3 O + 2-

+ HCO 3 K2 HCO 3 + H 2 O H 3 O + 2- PREDISI SOLUBILITAS GAS CO DI DALAM LARUTAN POTASIUM ARBONAT DAN MENGGUNAAN MODEL ELETROLIT UNIQUAC Saidah Altay ( 36191, uendra Di Marhetha ( 36116 Pebibing : 1. Dr. Ir. uandi, DEA. Ir. Winarih Laboratoriu:

Lebih terperinci

Pemanfaatan Potensi Sumber Energi Terbarukan Di Pedesaan Guna Menuju Desa Mandiri Energi (Studi kasus di Desa Slawu Kec.

Pemanfaatan Potensi Sumber Energi Terbarukan Di Pedesaan Guna Menuju Desa Mandiri Energi (Studi kasus di Desa Slawu Kec. Peanfaatan Poteni Suber Energi Terbarukan Di Pedeaan Guna Menuju Dea Mandiri Energi (Studi kau di Dea Slawu Kec. Patrang, Jeber) Heru Miranto Juruan Teknik Mein, FTI-ITS, Kapu ITS, Sukolilo Surabaya 60

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

SIMULASI UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI DENGAN CATU PWM INVERTER SKRIPSI

SIMULASI UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI DENGAN CATU PWM INVERTER SKRIPSI SIMULASI UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI DENGAN CATU PWM INVERTER SKRIPSI Oleh MUCHLISHAH 04 03 03 072 1 SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Penetapan Berat Volume Tanah 25 3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Fahmuddin Agu, Rahmah Dewi Yutika, dan Umi Haryati 1. PENDAHULUAN Berat volume tanah merupakan alah atu ifat fiik tanah yang paling ering

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

Penilaian Efisiensi Relatif Unit Air Bersih Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA): Studi Kasus Pdam Wilayah Jakarta Dan Tangerang

Penilaian Efisiensi Relatif Unit Air Bersih Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA): Studi Kasus Pdam Wilayah Jakarta Dan Tangerang Penilaian Efiieni Relatif Unit Air Berih Menggunakan Data Envelopent Analyi (DEA): Studi Kau Pda Wilayah Jakarta Dan Tangerang Hardiyan Progra Studi Manajeen Inforatika, AMIK BSI Tangerang hardiyan.hry@bi.ac.id

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro PENGARUH TEMPERATUR BAHAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PROSES SEMI SOLID CASTING PADUAN ALUMINIUM DAUR ULANG M. Chambali, H. Purwanto, S. M. B. Respati Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, negara dan hubungan internasionalnya (Rukiyati 2008: 2), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, negara dan hubungan internasionalnya (Rukiyati 2008: 2), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya adar dari uatu ayarakat dan peerintah uatu negara untuk enjain kelangungan hidup dan kehidupan generai penerunya, elaku warga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 011 Waktu: 180 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjaaa denan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCInterolui

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM SUHADA AMIR MUKMININ 123030037 Pembimbing : IR. BUKTI TARIGAN.MT IR. ENDANG ACHDI.MT Latar Belakang CACAT CACAT PENGECORAN Mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 ) Nama : Gilang Adythia NPM : 23409095 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing: Ir. Tri Mulyanto, MT ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS

Lebih terperinci

ANALISIS SLIP OPTIMAL MOTOR INDUKSI TIGA FASA UNTUK EFISIENSI OPTIMAL PADA BEBAN RENDAH

ANALISIS SLIP OPTIMAL MOTOR INDUKSI TIGA FASA UNTUK EFISIENSI OPTIMAL PADA BEBAN RENDAH ANALISIS SLIP OPTIMAL MOTOR INDUKSI TIGA FASA UNTUK EFISIENSI OPTIMAL PADA BEBAN RENDAH Jone Hapoan Manurung, Eddy Waran Konentrai Teknik Energi Litrik, Departeen Teknik Elektro Fakulta Teknik Univerita

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg Rusnoto Program Studi Teknik Mesin Unversitas Pancasakti Tegal E-mail: rusnoto74@gmail.com Abstrak Piston merupakan

Lebih terperinci

ringan, mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainya sebagai sifat logam, selain itu aluminium juga

ringan, mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainya sebagai sifat logam, selain itu aluminium juga PEMBENTUKAN SAMBUNGAN TEMU PADUAN Al 5083 DENGAN LAS GESEK ALFRIANUS MAINASSY / 20407951 Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI Pengelasan adukan gesek (Friction Stir Welding) adalah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS Pengaruh Penambahan Mg Terhadap Sifat Kekerasan dan... ( Mugiono) PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

VOLUME ANGKUTAN SEDIMEN DIPENGARUHI OLEH KECEPATAN ALIRAN KAJIAN : LABORATORIUM

VOLUME ANGKUTAN SEDIMEN DIPENGARUHI OLEH KECEPATAN ALIRAN KAJIAN : LABORATORIUM Volue Angkutan Sedien Dipengaruhi Oleh Kecepatan Aliran VOLME ANGKTAN SEDIMEN DIPENGARI OLE KECEPATAN ALIRAN KAJIAN : LAORATORIM Subary Adinegara ASTRACT The volue of edient tranport in a river can be

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Mikrostruktur, Kekerasan, AC4C, ADC12

Abstraksi. Kata Kunci : Mikrostruktur, Kekerasan, AC4C, ADC12 PEMBENTUKAN SAMBUNGAN LAS KOMPOSIT Al-Si / PARTIKEL ALUMINA PADA PADUAN HIPOEUTEKTIK Al-Si SHOPIYYUDDIN Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin. Abstraksi Pemakaian logam non ferrous seperti

Lebih terperinci

Gambar A.1. Fix Dies.

Gambar A.1. Fix Dies. LAMPIRAN A. Gabar Teknik Dies Salah satu koponen dala esin HPDC yaitu cetakan (dies). Dies yang digunakan pada penelitian ini enggunakan aterial Baja ST 7 yang dibuat di Laboratoriu Proses Produksi Politeknik

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

Sekolah Olimpiade Fisika

Sekolah Olimpiade Fisika SOLUSI SOAL SIMULASI OLIMPIADE FISIKA SMA Juli 06 TINGKAT KABUPATEN/KOTA Waktu : 3 ja Sekolah Olipiade Fiika davitipayung.co Sekolah Olipiade Fiika davitipayung.co davitipayung@gail.co. Sebuah balok (aa

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH Konfereni Naional Teknik Sipil Univerita Tarumanagara, 26-27 Oktober 207 DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH I Wayan Redana, I Nengah Simpen 2, dan Kadek Suardika 3 Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA Ahmad Haryono 1*, Kurniawan Joko Nugroho 2* 1 dan 2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Pratama Mulia Surakarta

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seinar Naional Aplikai Teknologi Inforai 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Penggunaan Algorita Genetika Untuk Optiai Penentuan Paraeter Motor Induki Dengan Model D-Q Birowo, Kuno Suryadi Doen Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

NERACA ENERGI SATUAN OPERASI I. q In General, C p = m. (T 2 -T 1 ) Recommended Textbooks:

NERACA ENERGI SATUAN OPERASI I. q In General, C p = m. (T 2 -T 1 ) Recommended Textbooks: SATUAN OPERASI I NERACA ENERGI Recommended Textbook: Toledo, R.M., 2010, Fundamental of Food Proce Engineering (3 rd edition), Springer. Sing, R.P. and D.P. eldman, 2008, Introduction to Food Engineering

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

Pembuatan dan Karakteristik Komposit Polimer Berpenguat Bagasse

Pembuatan dan Karakteristik Komposit Polimer Berpenguat Bagasse JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-208 Pebuatan dan Karakteristik Koposit Polier Berpenguat Bagasse Eqitha Dea Clareyna dan Lizda Johar Mawarani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Genetik Untuk Perancangan Sistem Suspensi Optimal Pada Model Kendaraan Seperempat

Penggunaan Algoritma Genetik Untuk Perancangan Sistem Suspensi Optimal Pada Model Kendaraan Seperempat Penggunaan Algorita Genetik Untuk Perancangan Site Supeni Optial Pada Model Kendaraan Seperepat Eri Nurcahyanto (L2F 99 61) E-ail : ery_nch@yahoo.co Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univerita Diponegoro

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci