Pembuatan dan Karakteristik Komposit Polimer Berpenguat Bagasse

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembuatan dan Karakteristik Komposit Polimer Berpenguat Bagasse"

Transkripsi

1 JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-208 Pebuatan dan Karakteristik Koposit Polier Berpenguat Bagasse Eqitha Dea Clareyna dan Lizda Johar Mawarani Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber (ITS) Jl. rie Rahan Haki, Surabaya E-ail: bstrak Bagasse eiliki kandungan serat yang cukup besar dan berpotensi digunakan sebagai bahan penguat dala pebuatan koposit karena siatnya yang kuat dan ringan. Dala penelitian tugas akhir ini telah dibuat bahan koposit berpenguat bagasse dengan epat aca ukuran penguat yaitu serat chopped serta partikel berukuran 100 esh, 140 esh, dan 200 esh. Pebuatan koposit enggunakan etode hand lay-up dan raksi volue penguat divariasi dari 2,5% hingga 15%. Hasil karakterisasi yang telah dilakukan, enunjukkan bahwa kekuatan tarik dan densitas terbaik diiliki oleh sapel koposit dengan penguat berukuran 200 esh sebanyak 7,5% volue. Kekuatan tarik sapel tersebut adalah 28,83 MPa dan densitasnya adalah 1,15 gr/c 3. dapun kekuatan ipak terbesar diiliki oleh sapel koposit dengan 2,5% volue sebesar 0,00271 J/ 2. Dengan deikian sapel koposit yang telah dibuat dapat digunakan sebagai alternati bahan baku industri enggantikan tiang penyangga (scantlings) pada struktur kayu (tiber structure) sesuai standar S Kata Kunci bagasse, densitas, kekuatan ipak, kekuatan tarik, koposit polier I. PENDHULUN NDONESI terasuk negara penghasil tebu yang Iterbesar di dunia. Bahkan, Indonesia pernah enjadi 5 negara penghasil tebu terbesar di dunia [1]. Dari seluruh perkebunan tebu di Indonesia, Indonesia eiliki hapir ha dengan produksi tebu yang encapai 6,02 ton/ha pada kisaran tahun 2005 [2]. Melipahnya tanaan tebu di Indonesia enyebabkan hasil saping produksi tanaan tebu untuk enjadi gula juga sangat besar. Karena dala proses produksi gula, tidak seluruh bagian tebu akan terpakai, sehingga sisanya akan enjadi libah dari proses produksi tebu. Seentara ini di Indonesia, peanaatan libah hasil produksi gula sangat terbatas, seperti halnya untuk pakan ternak dengan proses lebih lanjut [3], bahan baku kertas, dan biasanya sebagai bahan bakar untuk easak tebu itu sendiri yang berpotensi untuk enibulkan asalah polusi udara karena enibulkan asap yang cukup tebal. Sisa sapingan dari tebu yang digunakan sebagai gula cukup banyak, salah satunya adalah apas tebu (bagasse). Perbandingan antara libah tebu dengan produksi gula yang dihasilkan tidak sebanding. Dari seluruh produksi tebu diseluruh indonesia, hanya 2.154,4 ribu ton gula yang dihasilkan. Sedangkan kapasitas libah bagasse yang dihasilkan berkisar 4.449,6 ribu ton [2]. Sehingga diperlukan peanaatan terhadap potensi apas tebu yang cukup besar. Dala kehidupan sehari-hari bahan koposit banyak sekali digunakan karena strukturnya yang kuat naun eiliki berat yang ringan. Diantaranya sebagai bahan dasar body obil, bahkan pesawat yang ebutuhkan struktur bahan yang kuat naun eiliki berat yang ringan. Koposit erupakan bahan yang terdiri atas ase penguat dan atriks. Hal ini yang enyebabkan koposit eiliki struktur yang kuat naun eiliki berat yang cukup ringan, sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan dasar berbagai aca bahan baku industri. Dari seluruh libah tebu, bagasse eiliki kandungan serat yang cukup besar. Sehingga libah bagasse sangat berpotensi digunakan sebagai bahan penguat dala pebuatan koposit yang akan dianaatkan sebagai bahan baku industri. Selain kuat dan ringan, bahan baku industri yang berpenguat bagasse ini bisa dibilang cukup urah karena bahan dasarnya didapatkan dari libah pebuangan industri gula. Kualitas dan karakteristik dari aterial koposit polier erupakan hal yang harus diaati pada pebuatan aterial koposit. Kualitas dan karakteristik dari aterial dapat diaati dengan elakukan pengujian. Dala penelitian tugas akhir ini diokuskan pada pengujian kekuatan tarik dan pengaatan struktur ikro. Pada pebuatan sapel uji koposit digunakan epat aca ukuran penguat yaitu serat chopped dan partikel berukuran 100 esh, 140 esh, dan 200 esh. Serta raksi volue penguat divariasi dari 2,5% hingga 15% dengan etode hand lay-up. Setelah pebuatan sapel uji selesai, dilakukan pengujian densitas, kekuatan tarik, dan kekuatan ipak. II. URIN PENELITIN Tahapan-tahapan yang dilakukan dala penelitian tugas akhir ini adalah persiapan bahan dan alat, pebuatan sapel koposit, uji densitas, uji tarik, uji ipak, dan uji validitas.. Persiapan Bahan dan lat Bahan bahan yang dibutuhkan dala pebuatan sapel uji antara lain: Bahan Bahan bahan yang dibutuhkan dala pebuatan sapel uji antara lain: 1) pas tebu (Bagasse) Bagasse yang digunakan dala penelitian tugas akhir ini, dibentuk enjadi serbuk dan serat. Ukuran serbuk yang digunakan yaitu 100 esh, 140 esh, dan 200 esh. Serat yang digunakan adalah serat chopped dengan panjang 6. Pengolahan bagasse dilakukan dengan cara bagasse dijeur di bawah terik atahari selaa 4 ja. Keudian dipanaskan dala urnace dengan suhu 175 О C selaa 2 ja. Setelah itu, bagasse

2 JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-209 dihaluskan enggunakan dry ill selaa 2,5 enit. Bagasse yang telah dihaluskan keudian disaring enggunakan saringan teh. Hasil saringan tersebut disaring kebali agar didapatkan hasil yang aksial. Hasil saringan diayak enggunakan ayakan berukuran 100 esh, 140 esh, dan 200 esh. Untuk penguat berukuran serat chopped, enggunakan serat yang tidak keluar elewati saringan. 2) Resin poliester Resin poliester yang digunakan sebagai atriks dala pebuatan sapel koposit adalah Yukalac 157 BTQN-EX. Spesiikasi resin Polyester Yukalac 157 BTQN-EX adalah sebagai berikut: - Massa jenis : 1,19 gr/c 3 - Modulus young : 1,18 GPa 3) Katalis Katalis yang digunakan eiliki senyawa Metyl Etyl Keton Peroksida. (MEKPO) 4) Silica rubber dan hardener 5) Vaseline Gabar. 1. Spesiikasi cetakan STM D ,5 0 22,5 0 D B C Gabar 2. Spesiikasi cetakan STM D F E lat Peralatan yang dibutuhkan dala pebuatan sapel uji antara lain: 1) Tibangan digital 2) Gelas ukur 3) Gelas plastik dan spatula kaca 4) Cetakan spesien Cetakan spesien yang digunakan terbuat dari kaca sebagai alas dan plastisin sebagai pebentuk panjang lebar cetakan, dan silica rubber sebagai pencetaknya. Sapel yang tersedia dan sesuai dengan standar, digunakan sebagai aster. Plastisin yang telah diatur lebar dan panjangnya dilekatkan di atas kaca sehingga terbentuk sebuah ruang. Keudian aster diletakkan di tengah ruang tersebut. Silica rubber yang telah dicapur hardener, diasukkan ke dala ruang yang telah terisi aster. Setelah 5-7 hari, silica rubber telah enjadi keras dan dapat diangkat. Bagian dasar dari silica rubber, terbentuk sesuai dengan aster nya. Ukuran cetakan spesien sesuai dengan standar STM D Standard Test Method Tensile Properties o Plastics. Cetakan yang telah jadi, diukur kebali agar didapatkan nilai yang akurat. Setelah diukur, dihitung volue cetakan. Sehingga didapatkan volue cetakan sebesar c 3 atau l. Pebuatan cetakan untuk sapel uji ipak, saa halnya dengan sapel uji tarik, tetapi dengan ukuran dan standar yang berbeda. Pada spesien uji ipak, cetakan yang digunakan adalah plastisin sebagai panjang dan lebar nya serta plastik ika sebagai alasnya. Plastisin diatur panjang dan lebarnya sesuai dengan STM D ) lat uji tarik Instron Universal Tensile Machine (UTM) 6) yakan berukuran 100, 140, dan 200 esh 7) lat uji ipak charpy 8) lat bantu lain Penggaris, gunting, kaca, air, plastisin, saringan, pipet tetes, aplas ukuran P600, dan dry ill erk Miyako Tabel 1. Ukuran cetakan STM D , T=4 Diensi Panjang () Toleransi () W - Width o narrow section 13 ± 0,5 L - Length o narrow section 57 ± 0,5 W0 - Width overall 19 ± 6,4 L0 - Length overall 165 no ax G - Gage length 50 ± 0,25 D - Distance between grips 115 ±5 R - Radius o illet 60 ± 1 Tabel 2. Ukuran cetakan STM D Diensi Panjang () 10,16 ± 0,05 B 61,0 in - 63,5 ax C 124,5 in - 127ax D 0,25 R ± 0,05 E 12,7 ± 0,15 F 3 in - 12,7 ax B. Pebuatan Koposit Langkah awal dala pebuatan koposit adalah penentuan nilai densitas bagasse. Densitas bagasse didapatkan dengan percobaan. Percobaan awal yaitu bagasse seberat 10 gr dan air 150 l disiapkan terlebih dahulu, keudian bagasse diasukkan ke dala air. Volue air setelah bagasse diasukkan sebesar 162,5 l. Volue kenaikan air erupakan v, adalah assa bagasse 10 gr, dan ρ adalah densitas. Jika diasukkan ke persaaan ρ = (1) v didapatkan densitas bagasse sebesar 0,8 gr/c 3. Penentuan Koposisi Penentuan koposisi erupakan hal penting dala pebuatan koposit. Perbandingan koposisi pada koposit dapat dibagi enjadi dua, yaitu koposisi resin poliester : katalis dan polier (resin dan katalis) : penguat (bagasse). Karakteristik koposit dipengaruhi oleh koposisi tersebut.

3 JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-210 1) Perbandingan resin poliester : katalis Terdapat beberapa reerensi yang eberikan penjelasan engenai koposisi resin poliester dan katalis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lokantara (2012) dan Kartini et al (2002), perbandingan resin polister : katalis yaitu 100 : 1. Sehingga perbandingan resin polister : katalis tersebut yang digunakan dala penelitian tugas akhir ini. 2) Fraksi volue penguat Dala pebuatan koposit perbandingan atriks dan penguat, tidak enggunakan perbandingan assa elainkan volue. Fraksi volue penguat yang digunakan adalah 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%. Perbandingan tersebut dala satuan % volue. Untuk sapel uji tarik dengan raksi volue atriks 100%, yang diaksud adalah volue cetakan yaitu 9,6258 c 3. Karena pada pebuatan koposit enggunakan satuan volue, aka untuk kebutuhan pengukuran perlu dikonversikan ke assa rujuk ke (1). Diana densitas resin Polyester Yukalac 157 BTQN- EX adalah 1,215 gr/c 3 dan densitas bagasse adalah 0,8 gr/c 3. Koposisi sapel uji tarik dapat dilihat pada Tabel 3. Pada cetakan sapel uji ipak, berbeda dengan cetakan sapel uji tarik karena standar yang dipakai pun berbeda. 100% volue atriks saa dengan volue cetakan yaitu 8,001 c 3. Volue cetakan sapel uji ipak lebih kecil daripada cetakan sapel uji tarik. Saa halnya dengan sapel uji tarik, raksi volue diubah enjadi satuan volue dan assa. Sehingga jika dikonversikan enjadi volue dan assa Tabel 4. Metode konvensional atau yang biasa dikenal dengan etode hand lay-up digunakan dala pebuatan spesien koposit tugas akhir ini. Terdapat beberapa langkah dala pebuatan spesien koposit. Langkah awal yaitu assa bagasse yang sudah dala bentuk serbuk aupun serat chopped ditibang sesuai dengan perbandingan volue yang telah dikonversikan ke assa. Keudian resin juga ditibang sesuai dengan assa dari asing-asing variasi assa. resin dan bagasse diasukkan ke dala gelas plastik keudian diaduk dengan spatula kaca. Pengadukan dilakukan secara perlahan selaa 6 enit. Hal tersebut bertujuan agar tidak tibulnya void ketika pengadukan dan agar tercapur secara erata. Setelah tercapur erata, ditabahkan katalis sebanyak 1% dari resin. Keudian diaduk kebali secara perlahan selaa 2 enit. Capuran tersebut dituang ke dala cetakan yang telah disiapkan. Keudian perukaan spesien diratakan dan diakan selaa 24 ja. Setelah spesien koposit kering, spesien dikeluarkan dari cetakan dan diratakan perukaan nya enggunakan aplas halus ukuran P600. Spesien yang telah jadi erupakan sapel siap uji. C. Uji Karakterisasi Karakteristik dari sapel uji koposit yang akan diuji adalah karakteristik densitas, kekuatan tarik, dan kekuatan ipak. Tabel 3. Koposisi pada sapel uji tarik Polier Bagasse % c 3 gr % c 3 gr 100 9, , ,5 9, ,403 2,5 0,2406 0, , ,11 5 0,4814 0, ,5 8, ,818 7,5 0,7219 0, , , ,9626 0, ,5 8, ,233 12,5 1,2032 0, ,1819 9, ,4439 1,1551 Tabel 4. Koposisi pada sapel uji ipak Polier Bagasse % c 3 gr % c 3 gr 100 8,001 9, ,5 7,80 9,477 2,5 0,2 0, ,6 9,23 5 0,4 0,32 92,5 7,4 8,99 7,5 0,6 0, ,2 8, ,8 0,64 87,5 7 8,5 12,5 1 0,8 85 6,8 8, ,2 0,96 Gabar 3. Mesin Instron UTM Uji Densitas Densitas asing-asing sapel uji tarik dan uji ipak rujuk ke (1). Pengujian densitas koposit dilakukan saa seperti pengujian densitas bagasse. Sapel uji ditibang terlebih dahulu keudian diasukkan ke dala air 300 l. Kenaikan volue air, erupakan volue sapel uji. Setelah didapatkan nilai assa dan volue, aka densitas sapel uji dapat diketahui. Uji Tarik Kekuatan tarik suatu bahan erupakan salah satu siat ekanik dari suatu bahan. gar kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui, perlu dilakukannya uji tarik. Uji tarik dilakukan enggunakan esin pengujian tarik. Berikut gabar esin uji tarik Dari uji tarik tersebut, dapat diperoleh data berupa gaya tarik aksiu suatu bahan dan perubahan panjang sapel saat ditarik hingga putus. Panjang ula - ula sapel yaitu 16,25 c dan luas ula-ula sapel yaitu 0,84 c 2. Langkah awal dala uji tarik yaitu sapel siap uji dipasang bagian atas dan bawahnya pada grip esin uji tarik. Keudian esin uji tarik dinyalakan dan ulai enarik

4 JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-211 E ( u) = E ν + E ν (3) E c c EE l) = ν E +ν E ( (4) Gabar 4. Mesin uji ipak Setelah didapatkan data, plot data upper bound dan lower bound - %vol penguat ke dala graik. Setelah didapatkan garis upper bound dan lower bound keudian plot graik odulus elastisitas sapel yang telah diuji tarik ke dala graik upper bound dan lower bound - %vol penguat. Modulus elastisitas dari sapel uji yang berada di luar area upper bound dan lower bound erupakan sapel uji yang nilai odulus elastisitasnya di luar prediksi. Gabar 5. Kekuatan tarik sapel koposit sapel ke atas dan ke bawah secara bersaaan dengan kenaikan gaya sebesar 0,001 KN. Pada gaya tarik tertentu, sapel akan terjadi deorasi berupa peutusan. Data-data yang didapatkan keudian diolah enjadi bentuk graik. Uji Ipak Kekuatan ipak sebuah aterial erupakan ketahanan sebuah aterial terhadap gaya yang diberi secara tiba-tiba. Ipak dilakukan dengan enubuk benda uji enggunakan pendulu yang diayukan. Ipak erupakan energi kinetik yang dibutuhkan agar aterial patah. Berikut gabar esin uji tarik (Gabar 4). Dala pengujian kekuatan ipak, langkah awal adalah sapel yang telah siap uji diletakkan pada esin uji ipak. Letak awal pendulu diatur pada sudut 130 О sebagai α. Setelah posisi takik spesien tepat pada pusat pendulu, jaru indikator sudut akhir diatur pada posisi 0 О. Pendulu yang telah diatur pada sudut 130 О dilepas. Sapel uji yang terkena beban pendulu engalai deorasi berupa patahan. Sudut akhir pergerakkan pendulu dicatat sebagai β. Lalu sesuai dengan persaaan E1 W. λ(cos β cosα) IS = = (2) aka didapatkan nilai energi ipak dan kekuatan ipak. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk ebuktikan bahwa odulus elastisitas suatu bahan setara dengan perhitungan prediksi. Pada uji validitas, digunakan rule o ixtures. Langkah pertaa yaitu enentukan upper bound dan lower bound sesuai dengan persaaan III. HSIL DN PEMBHSN Sapel uji dibuat dengan tujuh variasi raksi volue serta asing-asing sapel dibuat rangkap tiga. Di dala variasi raksi volue dibuat juga polier tanpa penguat sebagai sapel pebanding. Sapel uji yang telah dibuat dengan berbagai aca variasi dianalisis perbedaan dari asing - asing sapel. Sapel uji tersebut dianalisis densitas, kekuatan tarik, dan kekuatan ipaknya.. Hasil Karakterisasi Karakterisasi yang diaati pada sapel koposit yang telah dibuat eliputi karakterisasi kekuatan tarik, kekuatan ipak, dan densitas. Kekuatan tarik Sapel koposit dengan epat variasi ukuran penguat dan tujuh variasi raksi volue, diuji kekuatan tariknya. Kekuatan tarik sapel koposit yang telah dibuat tapak pada Gabar 5. Gabar tersebut enunjukkan bahwa pada seua ukuran penguat, didapatkan nilai kekuatan tarik terbesar pada raksi volue 7,5%. Pada raksi volue 7,5% nilai kekuatan tarik yang paling kecil dari seua ukuran penguat adalah pada sapel koposit dengan ukuran penguat 100 esh. Sedangkan nilai kekuatan tarik yang paling tinggi dari seua ukuran penguat adalah pada sapel koposit dengan ukuran penguat 200 esh. Dari seluruh nilai kekuatan tarik berbagai ukuran penguat, eiliki pola nilai yang saa yakni sapai raksi volue 7,5%, seakin bertabahnya penguat seakin tinggi kekuatan tariknya. Tetapi raksi volue elebihi 7,5%, kekuatan tariknya engalai kenaikan nilai hingga raksi volue 7,5% disebabkan karena bertabahnya penguat seakin enabah kekuatan tarik suatu koposit dan seakin sedikit cacat yang diiliki oleh sapel koposit (perhatikan Gabar 5). Kekuatan Ipak Dala pengujian kekuatan ipak tugas akhir ini, bentuk penguat yang dipakai hanya serat chopped. Pengujian kekuatan ipak bertujuan untuk engetahui siat getas suatu bahan. Serta ketahanan bahan saat diberi gaya secara tiba-tiba. Dala pengujian kekuatan ipak diperoleh berbagai data sehingga dapat diketahui kekuatan ipaknya.

5 JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-212 Tabel 5. Kekuatan ipak sapel uji berpenguat ukuran serat chopped % Volue Penguat (%) ρ (gr/c 3 ) β ( О ) ( 2 ) E1 (J) IS (J/ 2 ) 0 1, ,2 105,56 0,31 0, , ,5 104,72 0,284 0, , ,165 0,243 0, , ,3 105,455 0,218 0, , ,99 0,161 0, , ,9 106,72 0,169 0, , ,3 104,24 0,185 0,00178 Nilai awal yang didapatkan dari pengujian kekuatan ipak adalah β. Diana β adalah sudut ayunan eatahkan benda uji. Saat benda uji dihanta oleh pendulu, sudut ayunan pendulu tersebut adalah β. Rujuk ke (2), aka didapatkan nilai energi ipak dan kekuatan ipak. Nilai kekuatan ipak terbesar adalah pada raksi volue 2,5%. Sedangkan nilai kekuatan ipak terkecil adalah pada raksi volue 10%. Kekuatan tarik berbanding terbalik dengan kekuatan ipak. Seakin kecil β, aka seakin baik kekuatan ipak suatu bahan. Karena sudut β yang kecil, dapat disipulkan bahwa, sapel uji lebih apu enahan gerakan pendulu daripada sudut β besar. Pada karakterisasi kekuatan ipak, sapel koposit dengan raksi 2,5% eiliki kekuatan ipak yang paling baik. Densitas Selain karakteristik kekuatan tarik dan kekuatan ipak, sapel uji juga diuji densitasnya. Densitas suatu bahan saa halnya dengan kerapatan assa suatu bahan. Densitas juga berarti siat ringan dari suatu bahan. Densitas dapat dipengaruhi oleh void atau cacat yang ada pada sebuah bahan. Seakin banyak void, aka densitas akan seakin kecil nilainya begitu pula sebaliknya. Selain void, densitas juga dapat dipengaruhi oleh ikatan antar uka bagasse dan poliernya. Basasse dan polier yang tidak terikat baik, enyebabkan densitas rendah dikarenakan adanya ruang kosong di sekitar bagasse yang tidak erekat pada polier begitu pula sebaliknya. Hal-hal tersebut dapat diaati dala struktur ikro perukaan patah sapel uji tarik. Pada Gabar 6, sapel koposit yang eiliki nilai hapir saa dengan kondisi ideal adalah pada raksi volue penguat 7,5%. Saa halnya dengan nilai kekuatan tarik pada Gabar 5, bahwa seakin banyak penguat yang digunakan sapai batas raksi volue penguat 7,5%, aka seakin sedikit pula perbedaan densitas sapel koposit dengan kondisi ideal. Densitas yang enurun, berbanding lurus dengan cacat yang diiliki suatu bahan. Seakin tinggi densitas, aka seakin sedikit cacat atau sebaliknya. Yang diaksud dengan kondisi ideal adalah kondisi diana sapel koposit dala keadaan sepurna. Densitas sapel koposit yang berbeda jauh dari kondisi ideal, sapel koposit tersebut eiliki banyak void atau tidak eratanya ikatan antar uka bagasse dan poliernya. Sedangkan, densitas sapel koposit yang paling endekati kondisi ideal erupakan sapel koposit dengan cacat paling sedikit atau bagasse dan polier eiliki ikatan yang baik. Gabar 6. Densitas sapel koposit Gabar 7. Uji validitas sapel koposit Nilai densitas yang eiliki perbedaan paling jauh dari kondisi ideal adalah pada raksi volue penguat 0% dan 15%. Pada 15%, banyaknya penguat yang digunakan seakin enibulkan banyaknya void pula. Selain itu, seakin banyak penguat yang digunakan, interaksi antar penguat dan atriknya seakin tidak erata. Sehingga enyebabkan adanya penguat yang tidak berikatan dengan atriknya. Validitas Dari hasil uji tarik, diperoleh nilai kekuatan tarik dan odulus elastisitas asing-asing sapel koposit. Nilai odulus elastisitas sapel koposit dilakukan uji validitas. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Gabar 7. Dala uji validitas ini, digunakan 25 nilai odulus elastisitas dari tiap raksi volue dan ukuran penguat. Dari hasil uji validitas, didapatkan adanya sapel uji yang sesuai dan tidak sesuai dengan prediksi. Dari 25 nilai odulus elastisitas yang diplot, yang tidak asuk dala batas atas dan bawah sebanyak ena nilai odulus elastisitas Ena nilai odulus elastisitas yang berada di luar batas atas dan bawah diiliki oleh raksi volue 12,5% dan 15%. Pada raksi volue 12,5%, sapel koposit yang berada di luar batas atas dan bawah antara lain pada ukuran penguat 100 esh, 200 esh, dan serat chopped. Sedangkan pada raksi volue 15% antara lain pada ukuran penguat 100 esh, 140 esh, dan 200 esh. Sedangkan raksi volue 0 hingga 10%, eiliki nilai odulus elastisitas yang sesuai dengan prediksi.

6 JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-213 B. Pebahasan Untuk enganalisis pengaruh penguat pada karakteristik sapel juga dapat diaati pada ukuran penguat sapel koposit. Pengaruh ukuran penguat pada sapel koposit terhadap kekuatan tarik dan densitasnya dapat dilihat pada Gabar 8. Pada gabar tersebut terlihat bahwa bentuk penguat yang eiliki kekuatan tarik tertinggi adalah ukuran 200 esh. Hal ini ebuktikan bahwa seakin kecil penguat yang digunakan, seakin baik kekuatan tariknya. Kekuatan tarik sapel yang paling rendah yaitu pada raksi volue penguat 0%, karena sapel tersebut tidak enggunakan penguat dala pebuatannya. Pada karakteristik densitas, seakin kecil ukuran penguat aka seakin besar densitas sapel uji. Hal tersebut karena seakin kecil penguat, seakin udah bagasse berikatan dengan atriksnya sehingga seakin kecil pula keungkinan terbentuknya void. Dapat disipulkan bahwa seakin kecil penguat koposit aka seakin besar kekuatan dan densitasnya. Dari hasil nilai kekuatan tarik pada tugas akhir ini, jika dibandingkan dengan penelitian lain dapat dilihat pada Gabar 9. Dari berbagai penelitian, yang enggunakan penguat dan bentuk penguat berbeda-beda, didapatkan perbedaan nilai. Pada penelitian Daniel (2011) [4], peneliti endapatkan kekuatan tarik tertinggi sebesar 40,82 MPa enggunakan penguat serat gelas dan 38,57 MPa enggunakan serat babu. Terdapat perbedaan yang sangat jauh antara hasil penelitian lain dengan tugas akhir ini yang enggunakan serat bagasse sebagai penguatnya. Tetapi pada bentuk penguat partikel, tidak terlalu jauh perbedaan nilai kekuatan tariknya. Dala tugas akhir ini didapatkan nilai kekuatan tarik tertinggi pada penguat serat sebesar 18,73 sedangkan pada penguat serbuk sebesar 28,83 MPa. Penelitian Buyung (2012) [5] enggunakan serat babu sebagai penguat koposit polier dan didapatkan nilai kekuatan tarik tertinggi 115,64 MPa. Maan (2010) enggunakan serbuk l 2 O 3 sebagai penguat koposit loga dan eiliki kekuatan tarik tertinggi sebesar 213,38 MPa. Pada penelitian ran (2006) [6] enggunakan serbuk aluiniu sebagai penguat koposit polier dan didapatkan nilai kekuatan tarik tertinggi sebesar 38,3 MPa. Heryastika (2006) [7] enggunakan serbuk karbon sebagai penguatnya dan eiliki kekuatan tarik tertinggi sebesar 33,77 MPa. Dan pada penelitian Wirsanto (2007) [8], peneliti enggunakan serbuk kayu sebagai penguat koposit polier dan didapatkan nilai kekuatan tarik tertinggi sebesar 24,6 MPa. Serbuk karbon, kayu, dan aluiniu dibandingkan dengan serbuk apas tebu eiliki karakteristik yang jauh berbeda, tetapi jika diaplikasikan sebagai penguat koposit tidak terlapau jauh. Dapat disipulkan bahwa sapel koposit berpenguat partikel eiliki karakteristik lebih baik dibandingkan dengan sapel berpenguat serat. IV. KESIMPULN/RINGKSN Berdasarkan hasil yang diperoleh dan pebahasan yang telah dilakukan, dapat disipulkan bahwa: 1) Penabahan penguat sapel koposit hingga raksi volue penguat 7,5% eiliki kekuatan tarik dan densitas yang seakin tinggi. Sedangkan raksi volue lebih dari 7,5% eiliki kekuatan tarik dan densitas yang seakin rendah. Gabar 8. Pengaruh bentuk penguat terhadap kekuatan tarik dan densitas pada sapel koposit dengan raksi volue 7,5%. Gabar 9. Kekuatan tarik berbagai penelitian terhadap bentuk penguat. 2) Sapel koposit dengan penguat berukuran 200 esh sebanyak 7,5% volue erupakan sapel terbaik dengan kekuatan tarik sebesar 28,83 MPa dan nilai densitas sebesar 1,15 gr/c 3. 3) Kekuatan ipak tertinggi diiliki oleh sapel koposit berpenguat serat chopped dengan raksi volue penguat 2,5% yakni sebesar 0,00271 J/ 2. 4) Koposit yang dikebangkan dapat digunakan sebagai alternati bahan baku industri enggantikan tian penyangga (scantlings) pada struktur kayu (tiber structure) sesuai standar S DFTR PUSTK [1] Wahid, P., S. riin, E. Karawati dan T. Subagyo Ketersediaan dan peanaatan iptek tanaan perkebunan/industri bahan pangan. Pros. nalisis Ketersediaan Suberdaya Pebangunan Pertanian Berkelanjutan: 1. Suberdaya pangan dan Lingkungan hidup. Jakarta, 8 Juni Badan Litbang Pertanian, Jakarta. hl [2] BPS Statistik Indonesia 2005/2006. Biro Pusat Statistik, Jakarta. [3] Kuswandi Teknologi Pakan Untuk Libah Tebu (Fraksi Serat) Sebagai Pakan Ternak Ruinansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Indonesia. [4] Purwanto, Daniel ndri Karakterisasi Koposit Berpenguat Serat Babu Dan Serat Gelas Sebagai lternati Bahan Baku Industri. Surabaya. Indonesia. [5] Hirawan, B Siat Mekanik Koposit Serat Babu kibat Pengaruh Musi Hujan dengan/tanpa Pelapisan. Surabaya. Indonesia. [6] Wijaya, Penentuan Fraksi Filler Serbuk luiniu dala Pebuatan Koposit Epoksi Sebagai Bahan lternati Baling-Baling Kincir ngin. Surabaya. Indonesia. [7] Heryastika, IPG Sintesis dan Karakterisasi Koposit Epoksi/Karbon Sebagai Bahan Baling-Baling Kincir ngin. Surabaya. Indonesia. [8] Palangan,W Pengaruh Jenis Serbuk Kayu terhadap Siat Mekanik Koposit Polyethylene / Serbuk Kayu. Surabaya. Indonesia.

Pengaruh Fraksi Volume Serat terhadap Sifat-sifat Tarik Komposit Diperkuat Unidirectional Serat Tebu dengan Matrik Poliester

Pengaruh Fraksi Volume Serat terhadap Sifat-sifat Tarik Komposit Diperkuat Unidirectional Serat Tebu dengan Matrik Poliester JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 14, No. 2, 133-138, Noveber 2011 133 Pengaruh Fraksi Volue Serat terhadap Siat-siat Tarik Koposit Diperkuat Unidirectional Serat Tebu dengan Matrik Poliester (The Eect

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PENDAHULUAN Tujuan utaa dari penelitian tentang koposit lainat hibrid ini adalah eneukan etode baru pebuatan koposit lainat hibrid dala asa padat. Partikel SiC dan Al

Lebih terperinci

Pengaruh Fraksi Volume Serat Buah Lontar terhadap Kekuatan Tarik dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Polyester

Pengaruh Fraksi Volume Serat Buah Lontar terhadap Kekuatan Tarik dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Polyester Pengaruh Fraksi olue Serat Buah Lontar terhadap Kekuatan Tarik dan Kekuatan Ipak Koposit Beratrik Polyester Yustian Bella, Wahyono Suprapto, Slaet Wahyudi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Kata kunci : Serat enceng gondok, NaOH, etanol, elongasi, tegangan tarik & tegangan interfacial

Kata kunci : Serat enceng gondok, NaOH, etanol, elongasi, tegangan tarik & tegangan interfacial PENGARUH LARUTAN ALKALI DAN ETANOL TERHADAP KEKUATAN TARIK SERAT ENCENG GONDOK DAN KOMPATIBILITAS SERAT ENCENG GONDOK PADA MATRIK UNSATURATED POLYESTER YUKALAC TIPE 157 BQTN-EX Yusu Uardani*, Catur Praono**

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

MUH. BUDI NUR RAHMAN, TOTOK SUWANDA

MUH. BUDI NUR RAHMAN, TOTOK SUWANDA JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 13, No. 2, 137-144, Noveber 2010 137 Pengaruh Fraksi Volue Serat terhadap Peningkatan Kekuatan Ipak Koposit Berpenguat Serat Nanas-Nanasan (Broeliaceae) Kontinyu Searah

Lebih terperinci

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Proceeding Seinar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarasin, 7-8 Oktober 2015 Panel Akustik Raah Lingkungan Berbahan Dasar Libah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Ngakan Putu Gede Suardana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass LAMPIRAN 60 Lapiran 1. Ranangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass 61 Lapiran 1. (lanjutan) 62 Lapiran 2. Ranangan Pintu Air dari Bahan Beton Serat 63 Lapiran 2. (lanjutan) 64 Lapiran 3. Perhitungan Modulus

Lebih terperinci

Gambar A.1. Fix Dies.

Gambar A.1. Fix Dies. LAMPIRAN A. Gabar Teknik Dies Salah satu koponen dala esin HPDC yaitu cetakan (dies). Dies yang digunakan pada penelitian ini enggunakan aterial Baja ST 7 yang dibuat di Laboratoriu Proses Produksi Politeknik

Lebih terperinci

Studi Optimasi Peningkatan Kekuatan Bending Komposit Berpenguat Serat Nanas- Nanasan (Bromeliaceae) Kontinu Searah

Studi Optimasi Peningkatan Kekuatan Bending Komposit Berpenguat Serat Nanas- Nanasan (Bromeliaceae) Kontinu Searah JURNAL ILIAH SEESTA TEKNIKA Vol. No. (Noveber 008): 07-7 07 Studi Optiasi Peningkatan Kekuatan Bending Koposit Berpenguat Serat Nanas- Nanasan (Broeliaceae) Kontinu Searah (Studies o Optiization Iproveent

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Semen PPC : Serat Rami)

LAMPIRAN A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Semen PPC : Serat Rami) 64 LAMPIRAN A. Densitas Dari Papan Gipsu Plafon Terhadap Sapel (Gipsu : Seen PPC : Serat Rai) air No Sapel M k M g M t Gipsu : Seen PPC : Serat Rai (kg) (kg) (kg) (kg/ ) (kg/ ) 1 65 : 5 : 0 0.0064 0.0164

Lebih terperinci

Pengaruh Fraksi Volume Serat dan Lama Perendaman Alkali terhadap Kekuatan Impak Komposit Serat Aren-Polyester

Pengaruh Fraksi Volume Serat dan Lama Perendaman Alkali terhadap Kekuatan Impak Komposit Serat Aren-Polyester 26 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 14, No. 1, 26-32, Mei 2011 Pengaruh Fraksi Volue Serat dan Laa Perendaan Alkali terhadap Kekuatan Ipak Koposit Serat Aren-Polyester (The Eet o Fiber Volue Fration

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap Kekuatan Bending Komposit Berpenguat Serat Rami dengan Matrik Polyester

Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap Kekuatan Bending Komposit Berpenguat Serat Rami dengan Matrik Polyester JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 13, No., 165-170, Noveber 010 165 Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap Kekuatan Bending Koposit Berpenguat Serat Rai dengan Matrik Polyester (The eet o alali treatent on

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar TiO 2 Terhadap Kekuatan Bending Komposit Serbuk Al/TiO 2

Pengaruh Kadar TiO 2 Terhadap Kekuatan Bending Komposit Serbuk Al/TiO 2 Pengaruh Kadar TiO 2 Terhadap Kekuatan Bending Koposit Serbuk Al/TiO 2 Toto Rusianto Dosen Jurusan Teknik Mesin Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta Eail: totorusianto@yahoo.co, toto@akprind.ac.id

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Sriwijaya. B. Bahan yang Digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING Sandy Noviandra Putra 2108 100 053 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE Harini Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta yos.nofendri@uta45jakarta.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

STUDI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT ALUMINIUM BERPENGUAT NANO SILIKA (Al/SiO2) HASIL FABRIKASI DENGAN METALURGI SERBUK

STUDI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT ALUMINIUM BERPENGUAT NANO SILIKA (Al/SiO2) HASIL FABRIKASI DENGAN METALURGI SERBUK TESIS SF 092006 STUDI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT ALUMINIUM BERPENGUAT NANO SILIKA (Al/SiO2) HASIL FABRIKASI DENGAN METALURGI SERBUK HANAFII NRP 1110201006 DOSEN PEMBIMBING Dr. Moch. Zainuri, M.Si PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

KOMPAKTIBILITAS KOMPOSIT ISOTROPIK Al/Al 2 O 3 DENGAN VARIABEL WAKTU TAHAN SINTER

KOMPAKTIBILITAS KOMPOSIT ISOTROPIK Al/Al 2 O 3 DENGAN VARIABEL WAKTU TAHAN SINTER MAKARA, SAINS, VOLUME 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 113-119 KOMPAKTIBILITAS KOMPOSIT ISOTROPIK Al/Al 2 O 3 DENGAN VARIABEL WAKTU TAHAN SINTER Widyastuti 1, Eddy S Siradj 2, Dedi Priadi 2, dan Anne Zulfia 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian 1. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pengujian kekuatan tarik di Sentra Teknologi Polimer (STP). Serpong, Tangerang, Banten. 2. Pengamatan melalui Scanning

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREED KELAS 11 FISIKA UTS Fisika Latihan Doc. Nae: AR11FIS01UTS Version : 014-10 halaan 1 01. erak sebuah benda eiliki persaaan posisi r = (-6-3t)i + (8 + 4t) Seua besaran enggunakan satuan dasar SI.

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

PENENTUAN FRAKSI FILLER SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN KOMPOSIT EPOKSI SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF BALING-BALING KINCIR ANGIN TUGAS AKHIR.

PENENTUAN FRAKSI FILLER SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN KOMPOSIT EPOKSI SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF BALING-BALING KINCIR ANGIN TUGAS AKHIR. PENENTUAN FRAKSI FILLER SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN KOMPOSIT EPOKSI SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF BALING-BALING KINCIR ANGIN TUGAS AKHIR Oleh : ARFAN WIJAYA NRP. 2401 100 066 Surabaya, Juni 2006 Mengetahui/Menyetujui

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-37 Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hita di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong Qulsu Dwi Anggraini, Haryono, Diaz

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT BAMBU AKIBAT PENGARUH MUSIM HUJAN DENGAN/TANPA PELAPISAN Buyung Hirmawan 1, Lizda J M, ST.MT. 2, Dr-Ing Doty D R, ST.

SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT BAMBU AKIBAT PENGARUH MUSIM HUJAN DENGAN/TANPA PELAPISAN Buyung Hirmawan 1, Lizda J M, ST.MT. 2, Dr-Ing Doty D R, ST. SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT BAMBU AKIBAT PENGARUH MUSIM HUJAN DENGAN/TANPA PELAPISAN Buyung Hirmawan 1, Lizda J M, ST.MT. 2, Dr-Ing Doty D R, ST. MT2 1) 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Tarik Pengujian dilakukan dengan variable tiga spesimen tarik dengan perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2 dan PM. Spesimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Perkembangan industri bahan bangunan membutuhkan

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik yang sulit didapat seperti logam. Komposit merupakan material alternative yang dapat digunakan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, OLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG Eko Nugroho Julianto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Searang (UNNES) Gedung E4, Kapus

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3906 KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES Zeny Firdha

Lebih terperinci

PENGARUH GEOMETRI TERAS TERHADAP KINERJA NEUTRONIK PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT DENGAN SIKLUS BAHAN BAKAR TERTUTUP

PENGARUH GEOMETRI TERAS TERHADAP KINERJA NEUTRONIK PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT DENGAN SIKLUS BAHAN BAKAR TERTUTUP PEGARUH GEOMETRI TERAS TERHADAP KIERJA EUTROIK PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT DEGA SIKLUS BAHA BAKAR TERTUTUP Dian Fitriyani dan Anton Basri Jurusan Fisika Universitas Andalas Kapus Liau Manis UAD Padang difiaal@gail.co

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

Pengaruh Persentase Alkali pada Serat Pangkal Pelepah Daun Pinang (Areca Catechu) terhadap Sifat Mekanis Komposit Polimer

Pengaruh Persentase Alkali pada Serat Pangkal Pelepah Daun Pinang (Areca Catechu) terhadap Sifat Mekanis Komposit Polimer Pengaruh Persentase Alkali pada Serat Pangkal Pelepah Daun Pinang (Areca Catechu) terhadap Siat Mekanis Koposit Polier Agustinus Deka Betan, RudySoenoko, Achad As ad Sonie Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Tugas Akhir TM091486 ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Rifki Nugraha 2108 100 704 Dosen Pembimbing : Putu Suwarta, ST. M.Sc Latar Belakang Komposit Material

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 4, Oktober 2017 ISSN 2302-8491 Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan Firda Yulia

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI DAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARRIUM FERRITE (Dyah Sawitri, ST, MT; Ratih Resti Astari)

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI DAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARRIUM FERRITE (Dyah Sawitri, ST, MT; Ratih Resti Astari) PENGARUH VARIASI KOMPOSISI DAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARRIUM FERRITE (Dyah Sawitri, ST, MT; Ratih Resti Astari) Progra Studi S-1 Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri - Institut

Lebih terperinci

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di: JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volue 6, Noor 1, Tahun 2017, Halaan 246-262 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volue 6, Noor 1, Tahun 2017, Halaan 246-262 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERBANDINGAN

Lebih terperinci

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK BENDING KOMPOSIT POLYESTER - PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES Kevin Yoga Pradana 2109 100 054 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5% KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5% Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik

Lebih terperinci

Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen

Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen Respon Tanaan Jagung (Zea ays) pada Berbagai Regi air Tanah dan Peberian Pupuk Nitrogen Burhanuddin Rasyid, Solo S.R. Saosir, Firan Sutoo Jurusan Ilu Tanah, Fak. Pertanian, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unied.ac.id/2012/index.php/einstein Aplikasi Citra Landsat 8 Oli Untuk Menganalisa Kerapatan Vegetasi Bill Cklinton Sianjuntak dan Rita Juliani* Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAMBU DAN POLIMER TERHADAP ADHESIVITAS ANTARMUKA POLIMER/BAMBU

PENGARUH JENIS BAMBU DAN POLIMER TERHADAP ADHESIVITAS ANTARMUKA POLIMER/BAMBU PENGARUH JENIS BAMBU DAN POLIMER TERHADAP ADHESIVITAS ANTARMUKA POLIMER/BAMBU Prima Putra Jaya, Lizda Johar Mawarani, ST. MT JURUSAN TEKNIK FISIKA-FTI ITS-SURABAYA Abstrak Dalam pembuatan komposit polimer/bambu,

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya Sejangkung, Sambas,

Lebih terperinci

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. BAB V FONASI RAKIT I. PENAHULUAN Fondasi rakit erupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit elebar keseluruh bagian dasar bangunan. Fondasi rakit digunakan jika lapis tanah eiliki kapasitas dukung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang

Lebih terperinci

Analisa Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Serat Ijuk Dengan Bahan Matrik Poliester

Analisa Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Serat Ijuk Dengan Bahan Matrik Poliester Analisa Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Serat Ijuk Dengan Bahan Matrik Poliester Untoro Budi Surono 1, Sukoco 2, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra 1 untorobs@janabadra.ac.id Jurusan

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM Sri Handani dan Denia Efilusi Jurusan Fisika FMIPA Univesitas Andalas Email : shandani69@yahoo.com ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass. 1 LAMPIRAN 1. Perhitungan Komposisi Komposit Perhitungan komposit ini berdasarkan perhitungan volume total cetakan. Ukuran cetakan yang dipergunakan adalah 16,5 x 12 x 0,5.cm 3. Dengan fraksi volume serat

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL Pada pemodelan numerik (FEM) dibutuhkan input berupa sifat material dari bahan yang dimodelkan. Sedangkan pada tugas akhir ini digunakan material komposit alami

Lebih terperinci

PERANCANGAN KODE KOMPUTASI UNTUK ANALISIS BURNUP 3 DIMENSI SATU SIKLUS PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PERANCANGAN KODE KOMPUTASI UNTUK ANALISIS BURNUP 3 DIMENSI SATU SIKLUS PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PERNCNGN KODE KOMPUTSI UNTUK NLISIS BURNUP 3 DIMENSI STU SIKLUS PD REKTOR PEMBIK CEPT Dian Fitriyani dan Tri Handayani Jurusan Fisika, Universitas ndalas Kapus Unand, Jl. Liau Manis Padang, Suatera Barat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Dikeringkan, Dipotong sesuai cetakan Mixing Persentase dengan Rami 15,20,25,30,35 %V f Sampel Uji Tekan Sampel Uji Flexural Sampel Uji Impak Uji

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI Bayu Surya Dara T, Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD., Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

Analisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal

Analisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) nalisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai lternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Kapal M. Bagus

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGER LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PEMINDAHAN BARANG DI PT RST

APLIKASI INTEGER LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PEMINDAHAN BARANG DI PT RST APLIKASI INTEGER LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PEMINDAHAN BARANG DI PT RST Andry Budian Sutanto dan Abdullah Shahab Progra Studi Magter Manajeen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber

Lebih terperinci

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Koposit Koposit erupakan aterial teknik yang tersusun atas dua atau lebih bahan yang eiliki asa yang berbeda enjadi suatu aterial baru dengan siat yang berbeda dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penyiapan Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Alat uji impak Alat impak yang digunakan untuk melakukan pengujian

Lebih terperinci