HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Varietas krisan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Time Sunny. Varietas ini tergolong varietas krisan pot. Deskripsi dari Fides (1994) menyebutkan bahwa bunga tergolong jenis dekoratif dan berwarna kuning. Tanaman berbunga pada 8 minggu setelah perlakuan hari panjang. Diameter bunga sekitar 7 cm. Pada penelitian ini tanaman mengalami colouring pada 12 MST atau 9 minggu setelah perlakuan hari panjang. Diameter bunga pada penelitian ini berkisar cm. Kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya tambahan merupakan beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh penting dalam pertumbuhan tanaman krisan. Pada tabel berikut disajikan kondisi kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya tambahan di green house selama penelitian. Tabel 1. Kondisi Kelembaban Green House selama Penelitian Bulan Pukul WIB Kelembaban (%) Pukul WIB Pukul WIB 1.Hasil Pengamatan: Februari Juni Pukul WIB Pukul WIB Pukul WIB 2. Data Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah-II Pacet (2010): Februari Maret April Mei Tanaman krisan membutuhkan kelembaban 90-95% pada awal pertumbuhan untuk pertumbuhan akar. Pada tanaman dewasa, pertumbuhan optimal tercapai pada kelembaban udara sekitar 70-85% (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2008). Kelembaban green house pada awal pertumbuhan stek krisan mendekati sesuai, sedangkan kelembaban pada saat tanaman dewasa di

2 18 bulan Mei dan Juni melebihi kelembaban normal yang dibutuhkan tanaman krisan dewasa. Kelembaban yang terlalu tinggi ini dapat merupakan salah satu penyebab tanaman terserang cendawan. Kondisi suhu green house selama penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 2. Kondisi Suhu Green House selama Penelitian Bulan Suhu (0 C) Pukul WIB Pukul WIB Pukul WIB 1.Hasil Pengamatan: Februari Juni Pukul WIB Pukul WIB Pukul WIB 2. Data Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah-II Pacet (2010): Februari Maret April Mei Krisan dapat tumbuh pada kisaran suhu harian C. Balai Penelitian Tanaman Hias (2008) menyatakan bahwa pada fase vegetatif, krisan membutuhkan kisaran suhu harian C pada siang hari dan tidak melebihi 26 0 C pada malam hari untuk pertumbuhan optimal. Suhu juga mempengaruhi kualitas bunga yang dihasilkan. Suhu harian ideal pada fase generatif adalah C. Pada suhu lebih dari 18 0 C, bunga yang dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat, dan memudar. Pada penelitian ini suhu green house untuk perkembangan vegetatif tanaman krisan telah sesuai, sedangkan suhu untuk perkembangan generatif tidak sesuai. Suhu green house terlalu tinggi pada saat krisan Time Sunny mulai memasuki fase generatif yaitu bulan April. Hal ini dapat merupakan salah satu penyebab warna bunga krisan Time Sunny hasil penelitian terlihat lebih kusam jika dibandingkan dengan krisan Time Sunny hasil budidaya suatu nursery di Cipanas, selain karena kandungan pigmen warna bunga (antosianin dan karotenoid) yang berbeda (Gambar 3).

3 19 berikut. Gambar 3. Perbandingan Warna Bunga Krisan Time Sunny Tipe Spray Hasil Perlakuan Daminozide g/l Teknik Perendaman (Gambar Kiri) dengan Krisan Time Sunny Tipe Standar Hasil Budidaya Nursery di Cipanas (Gambar Kanan) Kondisi intensitas cahaya tambahan selama penelitian adalah sebagai Tabel 3. Kondisi Intensitas Cahaya Tambahan pada Bulan Februari Ulangan Intensitas Cahaya Tambahan (lux) Ulangan Ulangan Ulangan Pemberian cahaya tambahan pada krisan dilakukan pada periode hari panjang. Intensitas cahaya tambahan diusahakan sekitar lux atau setara dengan lampu pijar watt, dengan jarak 2 x 2.5 m 2 dan ketinggian 1.5 m dari permukaan atas bedengan (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2008). Intensitas cahaya tambahan pada penelitian ini lebih besar dari 100 watt karena lampu yang digunakan berdaya 150 watt dan dipasang dengan jarak antar lampu 1.85 m dan ketinggian 1.14 m dari meja penelitian. Selama berlangsungnya penelitian, terjadi gangguan berupa adanya cahaya tambahan pada malam hari saat perlakuan hari pendek mulai 5-12 MST (11 Maret-3 Mei). Hal ini disebabkan karena pada green house yang bersebelahan dengan lokasi penelitian menggunakan night break pada pukul WIB dengan daya lampu 150 watt untuk tanaman marigold. Cahaya tambahan ini mengenai tanaman krisan ulangan tiga yang letaknya berdekatan dengan green

4 20 house tersebut, sehingga pertumbuhan generatif krisan ulangan tiga menjadi terhambat jika dibandingkan dua ulangan yang lain. Hama yang mengganggu tanaman adalah Liriomyza sp. (pengorok daun), Thrips sp., Trialeurodes vaporariorum (white fly), belalang, Spodoptera litura F. (ulat grayak), Myzus persicae (kutu hijau), serta Tetranychus sp. (tungau kuning dan tungau merah). Semua hama ini menyerang daun tanaman krisan. Hama yang menyerang bunga krisan adalah belalang, Spodoptera litura F. (ulat grayak), serta Tetranychus sp. (tungau kuning dan tungau merah). Patogen yang mengganggu tanaman adalah Fusarium sp., Rhizoctonia sp., Botrytis cinerea Pers. (kapang kelabu), Alternaria sp., Puccinia horiana Henn. (karat putih), Agrobacterium tumefaciens, dan Pseudomaonas cichorii. Gangguan oleh cendawan menyebabkan kualitas daun tanaman krisan menurun. Perkembangan bunga juga menjadi terhambat. Pengendalian hama dan patogen dilakukan dengan mengaplikasikan pestisida, membuat perangkap, membuang bagaian tanaman yang terserang, serta mengatur jadwal penyiraman untuk mengatur kelembaban green house. Jumlah Tunas Hasil pengujian pada karakter jumlah tunas di batang utama menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Gambar 4). Hal ini berarti teknik vacuum infiltration belum efektif untuk mengurangi penggunaan daminozide pada krisan varietas Time Sunny. Ketidakefektifan teknik vacuum infiltration dapat disebabkan belum tepatnya waktu dan tekanan yang diberikan saat proses berlangsung. Perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Konsentrasi g/l (K2) memberikan pengaruh jumlah tunas yang berbeda nyata dengan konsentrasi g/l (K1) pada 4 MST, dengan konsentrasi g/l (K1) dan g/l (K3) pada 5 MST, serta dengan keempat perlakuan lainnya pada 8 MST (Tabel 4). Hasil pengujian pada 4 dan 5 MST menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide, maka jumlah tunas di batang utama cenderung semakin berkurang. Penurunan jumlah tunas di batang utama

5 21 menunjukkan juga terjadinya penurunan jumlah cabang, sebab tunas batang utama akan berkembang menjadi cabang. Hasil penelitian Widiastuti et al. (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara kadar daminozide dengan jumlah cabang tanaman krisan pot. Jumlah cabang tanaman semakin menurun seiring dengan peningkatan kadar daminozide. Aplikasi daminozide dapat menghambat pertumbuhan vegetatif karena menghambat biosintesis auksin di buku cabang tanaman yang berfungsi merangsang pembentukan tunas-tunas baru, sehingga dengan meningkatnya daminozide pada tanaman akan menghambat pembentukan cabang. Tabel 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Konsentrasi Daminozide Umur Rata- (MST) Uji F Rata 3 tn * 5.68 a 5.30 b 5.50 ab 5.52 ab 5.50 ab * 5.67 a 5.27 b 5.52 a 5.48 ab 5.47 ab tn tn * 5.02 a 4.55 b 4.98 a 4.93 a 5.10 a 4.92 Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (Tunas) JumlahTunas TeknikVacuum Infiltration Teknik Teknik Perendaman Umur (MST) Gambar 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Teknik Aplikasi Daminozide

6 22 Hasil penelitian ini juga menunjukkan jumlah tunas yang tidak berbeda nyata di minggu ke-3, 6, dan 7. Hasil ini sama dengan hasil penelitian perlakuan Alar pada krisan pot varietas Rage di minggu ke-6. Jumlah tunas pada 6 MST tanaman krisan pot varietas Rage menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara perlakuan Alar konsentrasi 2.5 g/l, 3.5 g/l, dan 4 g/l dengan kontrol (3 g/l) (Kartikasari, 2000). Tinggi Batang Utama Hasil pengujian pada karakter tinggi batang utama menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Tabel 5), sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Perlakuan konsentrasi daminozide pada 2 Minggu Setelah Tanam (MST) sebelum pembuangan tunas terminal berpengaruh nyata pada tinggi batang utama (Tabel 5). Tinggi batang utama pada perlakuan g/l (K5) berbeda nyata dengan g/l (K1) dan g/l (K2). Semakin tinggi konsentrasi daminozide yang diberikan, maka tinggi batang utama semakin rendah. Aplikasi daminozide secara foliar pada konsentrasi 5 g/l menghasilkan tinggi tanaman aster Butterfly Blue dan Purple Monarch terendah dibandingkan tanaman kontrol (Whipker et al., 1995). Hal ini dikarenakan terdapatnya penghambatan biosintesis giberelin oleh retardan sehingga dapat menyebabkan menurunnya pemanjangan batang (Pinto et al., 2005). Tabel 5. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 2 MST Sebelum Pembuangan Tunas Terminal Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata Perlakuan (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman a ab abc bc c Rata-Rata Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

7 23 Tabel 6. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 7 MST Teknik Aplikasi Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan B 6.00 Aa b b b b 4.96 Rata-Rata Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf besar yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil pengujian perlakuan teknik vacuum infiltration (T1) dengan berbagai konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sementara pada perlakuan teknik perendaman (T2) dengan berbagai konsentrasi daminozide, terdapat hasil yang berbeda nyata antara konsentrasi g/l (K1) dengan seluruh perlakuan daminozide lainnya (Tabel 6). Tinggi batang utama paling rendah diperoleh dari hasil perlakuan daminozide konsentrasi g/l, g/l, g/l, dan g/l pada teknik perendaman. Perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada kedua teknik aplikasi yaitu pada konsentrasi g/l (K1). Perlakuan 0.213g/l teknik vacuum infiltration menghasilkan tanaman yang lebih pendek daripada g/l teknik perendaman. Perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide menunjukkan bahwa teknik vacuum infiltration lebih efektif jika konsentrasi daminozide yang digunakan rendah (0.213 g/l). Retardan dengan konsentrasi rendah akan lebih efektif jika menggunakan teknik vacuum infiltration dibandingkan perendaman (Sanderson et al., 1994). Retardan dengan konsentrasi rendah akan memudahkan penyerapan oleh jaringan tanaman jika menggunakan teknik vacuum infiltration. Hasil penelitian Sanderson et al. (1994) menunjukkan bahwa teknik perendaman stek krisan kultivar Engarde tanpa akar pada 1 g daminozide/liter selama 10 detik dan

8 24 teknik vacuum infiltration (tekanan 42.5 kpa) pada 0.25 g daminozide/liter selama 15 detik menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Tinggi Tanaman Hasil pengujian pada karakter tinggi tanaman krisan menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Tinggi tanaman semakin rendah dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide yang diaplikasikan. Tinggi tanaman terendah tercapai pada konsentrasi g/l (K5) (Tabel 7). Tabel 7. Tinggi Tanaman (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik Aplikasi Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Perlakuan a a a a b Rata-Rata Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Konsentrasi daminozide nyata mengendalikan pertumbuhan tanaman. Daminozide menghambat sintesis enzim 3β-hydroxylase pada tahap akhir biosintesis gberelin. Enzim 3β-hydroxylase berfungsi untuk mengubah GA9 dan GA20 menjadi GA4 dan GA1 (Brown et al., 1997). GA4 dan GA1 merupakan giberelin yang bersifat aktif, salah satunya dalam elongasi sel. Pengaruh daminozide dalam menghambat perpanjangan batang krisan Time Sunny dapat dilihat pada Gambar 5.

9 25 Gambar 5. Perbandingan Tinggi Tanaman Krisan Tanpa Daminozide (Tanaman Sebelah Kiri) dan Menggunakan Daminozide (Tanaman sebelah Kanan) Tinggi tanaman hias pot merupakan salah satu hal yang menentukan kualitas. Tinggi tanaman krisan pot ideal adalah kali tinggi pot (Crater, 1992). Tinggi pot yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10.5 cm. Sehingga diharapkan tinggi tanaman akan berkisar antara cm. Tinggi tanaman pada penelitian ini yang memenuhi kriteria di atas adalah perlakuan dengan konsentrasi g/l (K5), yaitu cm. Gambar tanaman krisan Time Sunny dengan perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide dapat dilihat pada Gambar 6.

10 g/l g/l g/l g/l g/l Teknik Vacuum Infiltration g/l g/l g/l g/l g/l Teknik Perendaman Gambar 6. Tinggi Tanaman Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik aplikasi vacuum infiltration dan perendaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada tinggi krisan pot Time Sunny. Pada penelitian ini retardan diaplikasikan pada bibit sebelum dilakukan penanaman. Perlakuan retardan di nursery umumnya adalah dengan menyemprot daminozide pada tanaman di minggu kedua, ketiga, dan keempat setelah tanam dengan konsentrasi yang semakin meningkat (1.5 g/l, 2 g/l, dan 3 g/l). Sehingga jika dibandingkan dengan teknik aplikasi retardan pada umumnya, teknik perendaman dan vacuum infiltration pada saat sebelum tanam lebih efektif dalam penggunaan retardan. Hal ini disebabkan teknik perendaman dan vacuum infiltration dengan konsentrasi daminozide g/l mampu menghasilkan tinggi krisan pot yang sesuai kriteria, yaitu cm. Aplikasi retardan dengan teknik perendaman dan vacuum infiltration juga lebih efektif dalam penggunaan tenaga kerja karena aplikasi retardan cukup dilakukan satu kali sebelum tanam. Pada penelitian ini tidak

11 27 digunakan kontrol tanaman krisan pot yang dibudidayakan seperti pada umumnya. Sehingga pembandingan dilakukan secara tidak langsung. Panjang Ruas Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata terhadap panjang ruas (Gambar 7). PanjangRuas (cm) Konsentrasi Daminozide: K1= g/l K2= g/l K3= g/l K4= g/l K5= g/l Teknik Series1, Aplikasi: T1= vacuum infiltration T2= perendaman Perlakuan Axis Title Gambar 7. Panjang Ruas Tunas yang Tumbuh dari Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Retardan merupakan zat yang dapat menghambat pemanjangan ruas. Pertimbangan penting dalam penggunaan retardan pada tanaman adalah konsentrasi dan resistensi retardan dalam menghambat perpanjangan ruas (Keever and Cox, 1989). Retardan merupakan senyawa kimia yang menyebabkan terkontrolnya ukuran dan tinggi tanaman melalui tiga mekanisme yaitu dengan menonaktifkan pucuk terminal batang (menghambat aktivitas meristematik), menghambat pemanjangan ruas tanpa mengganggu aktivitas apikal meristematik dan mengurangi dominansi apikal (Rimando, 2001). Jumlah Daun Hasil pengujian pada karakter jumlah daun krisan menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Gambar 8), sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Jumlah

12 28 daun tanaman krisan semakin berkurang dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide yang diaplikasikan. Jumlah daun terendah rata-rata diperoleh dari perlakuan g/l (K5) pada 2 MST sebelum pembuangan tunas terminal (pra pinching), serta 4 dan 5 MST setelah pembuangan tunas terminal (pasca pinching). Sementara pada 6 dan 7 MST jumlah daun terendah diperoleh dari hasil perlakuan g/l (K2), g/l (K3), g/l (K4), dan g/l (K5) (Tabel 8). Tabel 8. Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Konsentrasi Daminozide Umur Uji Rata- (MST) F Rata 2 pra pinching ** 8.50 a 8.53 a 7.60 b 7.58 b 6.63 c pasca pinching tn tn ** a ab b ab c ** a bc b b c * a b b b b * a b b b b Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (Helai) JumlahDaun Teknik Teknik Vacuum InfiltrationInfiltration Vacuum TeknikPerendaman Perendaman Umur (MST) Gambar 8. Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Teknik Aplikasi Daminozide Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa retardan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun krisan. Jumlah daun krisan pada penelitian ini semakin

13 29 berkurang seiring peningkatan konsentrasi daminozide. Daminozide kadar tinggi (375 dan 500 ppm) akan menghambat aktivitas enzim IAA-oksidase di buku cabang tanaman krisan yang cukup besar (Widiastuti et al., 2004). Enzim IAAoksidase merupakan enzim yang membantu proses biosintesis auksin. Sehingga dengan terhambatnya proses biosintesis auksin, maka terjadi penekanan terhadap perkembangan tunas yang terlihat dari jumlah daun yang terbentuk lebih sedikit. Hasil penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda. Jumlah daun krisan pot varietas Rage hasil perlakuan Alar 2.5 g/l, 3.5 g/l, dan 4 g/l menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (3 g/l) (Kartikasari, 2000). Jumlah daun bunga matahari kultivar Hallo dan Teddy Bear juga tidak dipengaruhi oleh aplikasi daminozide pada konsentrasi 2, 4, dan 8 g/l (Rakhmania, 2006). Hal ini berarti efektivitas retardan dapat dipengaruhi oleh genotipe tanaman. Persentase Colouring Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata terhadap waktu tercapainya 75% colouring. 75% colouring tercapai mulai sekitar 15 sampai 17 MST. Perlakuan g/l teknik vacuum infiltration (K4T1) dan g/l teknik perendaman (K4T2) memiliki waktu pencapaian 75% colouring paling lama (Tabel 9). Tabel 9. Persentase Colouring (%) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Umur Rata- (MST) Teknik Aplikasi Rata 12 Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata

14 30 Umur Rata- (MST) Teknik Aplikasi Rata 16 Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Penundaan waktu colouring dapat dihubungkan dengan aktivitas retardan yang menghambat biosintesis giberelin. Penundaan waktu berbunga tanaman bunga matahari pada konsentrasi 16 mg paclobutrazol/tan merupakan salah satu efek samping dari paclobutazol yang diaplikasikan dengan konsentrasi terlalu tinggi (Rani, 2006).

15 31 Persentase Kuntum Mekar Hasil pengujian perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide tidak mempengaruhi kecepatan mekar bunga. Beberapa perlakuan seperti g/l (K3) dan g/l (K5) pada kedua teknik aplikasi telah mencapai 50% kuntum mekar sebelum 18 MST. Perlakuan lainnya mencapai 50% kuntum mekar pada rentang waktu antara MST (Tabel 10). Tabel 10. Persentase Kuntum Mekar (%) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Umur Rata- (MST) Teknik Aplikasi Rata 18 Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Rata-Rata Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Pengaruh retardan terhadap kecepatan mekar bunga berbeda-beda antar tanaman. Perlakuan daminozide menghambat pembungaan tanaman Canna lily (Canna x orchiodes) (Brunner, 1999); perlakuan 4 atau 8 g daminozide/l menghambat pembungaan bunga matahari kultivar Teddy Bear antara 4-7 hari; dan pada konsentrasi yang sama, perlakuan daminozide pada kultivar bunga matahari Hallo tidak menghambat pembungaan (Rakhmania, 2006). Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan pengaruh daminozide terhadap kultivar Hallo. Keterlambatan pembungaan ini hendaknya menjadi pertimbangan untuk mengatur jadwal produksi secara komersial. Waktu pembungaan yang lama akan menambah biaya produksi oleh produsen. Namun hal ini akan menguntungkan dari sisi konsumen, sebab konsumen dapat menikmati bunga mekar lebih lama.

16 32 Jumlah Total Bunga Hasil pengujian pada karakter jumlah total bunga krisan menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata, sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Tabel 11). Jumlah bunga hasil perlakuan g/l (K1) adalah yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah bunga pada keempat perlakuan lain. Tabel 11. Jumlah Total Bunga Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan a b b b b Rata-Rata Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Retardan berpengaruh terhadap induksi pembungaan. Indeks panen inflorescence meningkat seiring peningkatan konsentrasi daminozide yang diberikan pada tanaman Zinnia elegans Jacq. kultivar Liliput (Pinto et al., 2005). Jumlah total bunga terbanyak dalam penelitian ini adalah pada perlakuan g/l (K1). Konsentrasi daminozide yang rendah mampu meningkatkan jumlah total bunga krisan. Hal ini dapat disebabkan karena pada aplikasi retardan dengan konsentrasi rendah, maka biosintesis giberelin tidak terlalu terhambat. Aplikasi giberelin dapat merangsang pembungaan pada tanaman tertentu (Krisantini, 2007). Keempat konsentrasi daminozide yang lain yaitu K2 (0.425 g/l), K3 (0.850 g/l), K4 (2.125 g/l), dan K5 (4.250 g/l) menunjukkan jumlah total bunga yang tidak berbeda nyata. Pemberian daminozide (Alar 85) dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 g/l melalui penyemprotan pada daun di kultivar krisan Revert

17 33 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada jumlah tunas berbunga (Karlović et al., 2004). Teknik aplikasi daminozide menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengaruh teknik perendaman dan vacuum infiltration terhadap jumlah total bunga. Diameter Bunga Diameter bunga krisan varietas Time Sunny tidak dipengaruhi oleh perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide (Gambar 9). Hasil penelitian Kartikasari (2000) menyatakan bahwa perlakuan konsentrasi Alar 97% sebesar 2.5 g/l, 3.5 g/l, dan 4 g/l memberikan hasil tidak berbeda nyata dengan kontrol (3 g/l) terhadap karakter diameter bunga mekar krisan pot varietas Rage. (cm) DiameterBunga Konsentrasi Daminozide: K1= g/l K2= g/l K3= g/l K4= g/l K5= g/l Teknik Aplikasi: T1= vacuum infiltration T2= perendaman Perlakuan Axis Title Gambar 9. Diameter Bunga (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50% Kuntum Mekar Diameter bunga krisan Time Sunny tidak berbeda nyata antar perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozidei. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang tingginya konsentrasi daminozide yang diaplikasikan atau kurangnya sensitivitas krisan varietas Time Sunny. Efektivitas daminozide pada saat 50% kuntum mekar (mulai 18 MST) diduga telah berkurang sehingga tidak mempengaruhi ukuran diameter bunga krisan Time Sunny. Efek daminozide pada tinggi tanaman krisan

18 34 kultivar Revert masih ada pada 42 hari setelah aplikasi (12 MST) (Karlović, 2004). Panjang Tangkai Bunga Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian daminozide dengan berbagai konsentrasi menghasilkan panjang tangkai bunga pada saat 75 % kuntum colouring yang berbeda nyata (Tabel 12). Panjang tangkai bunga hasil perlakuan g/l (K3) dan g/l (K5) lebih pendek jika dibandingkan dengan hasil perlakuan g/l (K2) dan g/l (K4). Perlakuan teknik aplikasi daminozide memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap panjang tangkai bunga (Tabel 12). Hal ini dapat disebabkan oleh belum tepatnya lama waktu proses vacuum infiltration atau perendaman. Tabel 12. Panjang Tangkai Bunga (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan bc ab c a c Rata-Rata Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Panjang tangkai bunga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kualitas krisan pot. Tangkai bunga yang terlalu panjang akan memberikan kesan tanaman lebih tinggi, penampakan yang kurus, dan tanaman tidak kompak (Kartikasari, 2000). Kandungan Klorofil Hasil pengujian menunjukkan bahwa kandungan klorofil a lebih tinggi dibandingkan klorofil b (Gambar 10). Hal ini berarti intensitas cahaya yang

19 35 diterima oleh daun tanaman cukup. Rasio kandungan klorofil b/a pada tanaman puring kuning memiliki nilai paling tinggi dibandingkan sampel daun lain karena pengaruh intensitas cahaya yang diterima oleh daun puring kuning lebih rendah (Karmanah, 2009). (μmol/ml) KandunganKlorofilDaun Konsentrasi Daminozide: K1= g/l K2= g/l K3= g/l K4= g/l K5= g/l Teknik Aplikasi: T1= vacuum infiltration T2= perendaman Klorofil a Perlakuan Klorofil b Axis Title Gambar 10. Kandungan Klorofil a dan b (μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 75% Colouring Perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide pada penelitian memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan terhadap kandungan klorofil a dan b pada daun krisan. Pemberian retardan dapat meningkatkan intensitas warna daun (Yoder Toddington, 2003). Kofidis et al. (2008) menambahkan bahwa aplikasi 0.5 g/l daminozide pada Coriandrum sativum L. (ketumbar) menghasilkan warna daun ketumbar yang lebih gelap dibandingkan kontrol. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan kandungan klorofil a dan b sebesar 16% dibandingkan kontrol. Namun pada aplikasi daminozide 1 g/l, kandungan klorofil a dan b daun ketumbar menjadi lebih rendah 13% dibandingkan kontrol. Aplikasi zat pengatur tumbuh juga mempengaruhi keefektifan fotosistem II dalam menyerap cahaya matahari. Peningkatan aplikasi zat pengatur tumbuh pada tanaman mentimun menyebabkan penurunan efisiensi fotosistem II (PS II) (Burza et al., 1994 in Kofidis, 2008). Peningkatan klorofil b pada kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan

20 36 meningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik pada Light Harvesting Complex II (LHC II). LHC II berkaitan dengan PS II. Sehingga, pada penelitian ini diduga kandungan klorofil b lebih rendah dibandingkan klorofil a selain karena pengaruh intensitas cahaya, tetapi juga karena pengaruh retardan. Aplikasi daminozide diduga menurunkan efisiensi PS II yang berpengaruh pada penurunan efisiensi LHC II. Sehingga juga menurunkan kandungan klorofil b. Kandungan klorofil krisan Time Sunny dapat dipengaruhi oleh konsentrasi pemupukan selain dari perlakuan retardan. Unsur nitrogen merupakan salah satu pembentuk utama klorofil selain besi dan magnesium (Maaswinkel dan Sulyo, 2004 dalam Budiarto et al., 2006). Pupuk yang diberikan pada penelitian ini adalah 0.2 g nitrogen/l (14.28 mmol nitrogen/l) dan 0.2 g kalium/l (2.12 mmol kalium/l). Standar larutan pupuk per liter air untuk pertanaman krisan menurut Maaswinkel dan Sulyo (2004) dalam Budiarto et al. (2006) adalah 8.5 mmol nitrogen/l dan 4.0 mmol kalium/l. Konsentrasi pupuk yang diberikan pada penelitian ini terlalu tinggi untuk unsur nitrogen dan kurang untuk unsur kalium.

21 37 Kandungan Antosianin Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi dengan berbagai konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Kandungan antosianin tertinggi dihasilkan dari perlakuan g/l teknik vacuum infiltration (K2T1) dan g/l teknik perendaman (K1T2) (Tabel 13). Kandungan antosianin yang tinggi dapat menyebabkan warna bunga krisan varietas Time Sunny bertambah kuning. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa pada aplikasi Alar yang terlalu tinggi (3.5 g Alar/l larutan, diberikan 4 kali), maka warna bunga krisan akan pudar (Krisantini, 2007). Tabel 13. Kandungan Antosianin Mahkota Bunga (10-3 μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50 % Kuntum Mekar Teknik Aplikasi Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan c 3.41 a a 2.84 ab bc 2.46 b ab 2.84 ab bc 2.30 b 2.42 Rata-Rata Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Antosianin merupakan salah satu pigmen warna pada bunga. Penyusun utama warna bunga krisan adalah pigmen antosianin yang terdapat di vakuola bagian epidermis ray florets dan pigmen karotenoid yang terdapat di chromoplastid dari seluruh jaringan ray florets (Hattori, 1992). Kandungan Karotenoid Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi g/l (K2), g/l (K4), dan g/l (K5) memberikan pengaruh kandungan karotenoid pada mahkota bunga yang berbeda nyata dengan konsentrasi g/l (K3) (Tabel 14). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Pinto et al. (2005) bahwa

22 38 aplikasi daminozide, paklobutrazol, dan chlormequat tidak berpengaruh nyata terhadap warna dan bentuk bunga Zinnia elegans Jacq. kultivar Liliput. Teknik aplikasi daminozide menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengaruh teknik perendaman dan vacuum infiltration terhadap kandungan karotenoid mahkota bunga krisan (Tabel 14). Tabel 14. Kandungan Karotenoid Mahkota Bunga (10-3 μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50 % Kuntum Mekar Teknik Aplikasi Rata-Rata Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan ab a b a a Rata-Rata Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Pigmen antosianin dan karotenoid mempengaruhi warna bunga krisan. Data Tabel 13 dan 14 menunjukkan bahwa kandungan pigmen antosianin dan karotenoid tertinggi dicapai oleh perlakuan g/l (K2) teknik vacuum infiltration. Sehingga warna bunga pada perlakuan ini seharusnya tampak lebih kuning dibandingkan warna bunga hasil perlakuan lainnya (secara visual perbedaan warna bunga antar perlakuan tidak terlalu terlihat jelas). Warna bunga krisan pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh kondisi suhu green house. Suhu green house berkisar di atas 20 0 C saat fase generatif. Keadaan ini melebihi kebutuhan suhu krisan pada fase generatif, yaitu C. Sehingga dapat menyebabkan warna bunga krisan pudar. Warna bunga ditentukan oleh pigmen warna penyusunnya. Warna bunga krisan ditentukan dari pigmen utama penyusun ray floret, antara lain adalah antosianin, karotenoid, flavones, dan flavonols (Rumińska and Zalewska, 2005); karotenoid (karoten dan xanthofil) merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai warna berbagai campuran kuning dan jingga, yang berfungsi utama

23 39 dalam fotoproteksi dengan menyerap dan melepaskan energi cahaya yang berlebihan, yang jika tidak dilepas akan merusak klorofil (Karmanah, 2009). Uji Kualitatif Hasil uji kualitatif untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap bunga krisan pot hasil penelitian adalah sebagai berikut (Tabel 15). Tabel 15. Uji Kualitatif Krisan Pot pada Berbagai Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Nilai Kualitatif Perlakuan Keseimbangan Keseragaman Ketinggian Tajuk dan Mekar Tanaman Bunga Bunga K1T1 sedang sedang sedang K1T2 sedang sedang sedang K2T1 sedang sedang sedang K2T2 sedang sedang sedang K3T1 sedang sedang kurang K3T2 baik baik baik K4T1 kurang sedang sedang K4T2 sedang sedang sedang K5T1 sedang sedang sedang K5T2 sedang sedang baik Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa tanaman yang dianggap terbaik adalah krisan pot hasil perlakuan daminozide g/l teknik perendaman (K3T2). Hal ini disebabkan karena krisan pot hasil perlakuan daminozide g/l teknik perendaman memiliki keseimbangan tajuk-bunga, keseragaman mekar bunga, dan ketinggian tanaman yang baik menurut responden. Hal ini didukung oleh hasil uji kuantitatif pada beberapa karakter pengamatan. Krisan hasil perlakuan daminozide g/l teknik perendaman (K3T2) memiliki tinggi batang utama yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan daminozide g/l teknik perendaman (K5T2). Perlakuan daminozide g/l teknik perendaman menghasilkan krisan dengan tinggi batang utama terendah. Formulir pengujian kualitatif krisan pot juga dilengkapi dengan bagian pendapat responden tentang penampilan kualitatif tanaman. Saran yang disampaikan oleh para responden tercantum pada Lampiran Tabel 2. Pada umumnya mereka menilai bahwa kualitas krisan pot masih kurang karena

24 40 beberapa hal seperti warna daun yang kurang cerah, terdapatnya gejala toksisitas pestisida pada daun, unsur hara yang diberikan belum optimum, terdapatnya gejala serangan hama dan patogen pada daun, serta kurang cerahnya warna bunga.

25 Uji Korelasi Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar karakter pengamatan kuantitatif (Tabel 16). Tabel 16. Koefisien Korelasi (r) diantara Karakter Pengamatan Kuantitatif ter JTN TBU TT PR JD PC PKM JTB DB PTB KKa KKb KAnto ** * * 0.962** * * o * n:*= nyata pada taraf 5%, **= nyata pada taraf 1 %, JTN=jumlah tunas, TBU=tinggi batang utama, TT= tinggi tanaman, PR= panjang ruas tanaman, JD=jumlah daun, PC= persentase colouring, sentase kuntum mekar, JTB= jumlah total bunga, DB= diameter bunga, PTB=panjang tangkai bunga, KKa= kandungan klorofil a, KKb= kandungan klorofil b, KAnto= kandungan antosianin, dungan karotenoid

26 42 Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa panjang ruas tanaman nyata berkorelasi dengan tinggi tanaman pada taraf 1%. Persentase kuntum mekar nyata berkorelasi dengan jumlah tunas pada taraf 5%, dengan tinggi tanaman pada taraf 5% dan nyata berkorelasi dengan panjang ruas tanaman pada taraf 1%. Jumlah total bunga nyata berkorelasi dengan jumlah daun pada taraf 5%. Kandungan klorofil a nyata berkorelasi dengan kandungan klorofil b pada taraf 5%. Persentase colouring nyata berkorelasi dengan kandungan antosianin pada taraf 5%. Nilai koefisien korelasi dapat menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linear peubah yang lain. Bagian keragaman peubah tersebut dapat dihitung dengan rumus (100)(r 2 ) (Gomez dan Gomez, 2007). Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa: % dari keragaman dalam karakter tinggi tanaman dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter panjang ruas tanaman. Semakin bertambah panjang ruas tanaman maka semakin bertambah tinggi tanaman % dari keragaman dalam karakter persentase kuntum mekar dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter jumlah tunas. Persentase kuntum mekar nyata berkorelasi negatif dengan jumlah tunas. Semakin banyak jumlah tunas maka semakin rendah persentase kuntum mekar. Hal ini dapat disebabkan berkurangnya aliran fotosintat untuk proses mekarnya bunga % dari keragaman dalam karakter persentase kuntum mekar dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter tinggi tanaman. Semakin bertambah tinggi tanaman dapat disebabkan semakin banyaknya kandungan giberelin pada tanaman. Giberelin berfungsi mengaktifkan gen identitas meristem bunga pada krisan yaitu gen CmFL (Katsuhiko et al., 2009). Sehingga dengan semakin bertambah tinggi batang tanaman maka semakin besar persentase kuntum mekar % dari keragaman dalam karakter persentase kuntum mekar dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter panjang ruas tanaman. Semakin bertambah panjang ruas tanaman dapat disebabkan semakin banyaknya kandungan giberelin pada tanaman. Giberelin berfungsi mengaktifkan gen identitas meristem bunga pada krisan yaitu gen CmFL (Katsuhiko et al., 2009).

27 43 Semakin bertambah panjang ruas tanaman maka semakin tinggi persentase kuntum mekar % dari keragaman dalam karakter jumlah total bunga dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak jumlah total bunga. Hal ini disebabkan semakin banyak fotosintat yang dihasilkan tanaman % dari keragaman dalam karakter kandungan klorofil b dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter kandungan klorofil a. Semakin banyak cahaya yang ditangkap oleh klorofil a maka semakin banyak juga cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil b. Sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah klorofil a maka kandungan klorofil b juga meningkat % dari keragaman dalam karakter persentase colouring dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter kandungan antosianin. Semakin tinggi kandungan antosianin maka semakin tinggi persentase colouring. Antosianin merupakan salah satu pigmen penyusun warna bunga krisan.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tempat

Lebih terperinci

APLIKASI DAMINOZIDE PRA TANAM MENGGUNAKAN TEKNIK PERENDAMAN DAN VACUUM INFILTRATION PADA BIBIT TANAMAN KRISAN POT PARAMYTA NILA PERMANASARI A

APLIKASI DAMINOZIDE PRA TANAM MENGGUNAKAN TEKNIK PERENDAMAN DAN VACUUM INFILTRATION PADA BIBIT TANAMAN KRISAN POT PARAMYTA NILA PERMANASARI A i APLIKASI DAMINOZIDE PRA TANAM MENGGUNAKAN TEKNIK PERENDAMAN DAN VACUUM INFILTRATION PADA BIBIT TANAMAN KRISAN POT PARAMYTA NILA PERMANASARI A24062422 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dari waktu ke waktu mengakibatkan peningkatan permintaan akan tanaman hias baik segi jumlah maupun mutunya. Beberapa produk hortikultura

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah III. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah buku, dan panjang tangkai bunga. Hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias mempunyai peran sangat penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bisnis bunga pot menjadi salah satu usaha yang banyak dikembangkan karena memiliki daya tarik. Bunga pot dapat dijadikan sebagai penghias dalam ruangan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe 23 hasil rimpang ini selain karena keterbatasan suplai air dari media, juga karena tanaman mulai memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air dalam media mempengaruhi perkembangan luas daun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan a. Puspita Nusantara Tahun : 2002 Asal Persilangan Diameter Batang Diameter Bunga Diameter Bunga Tabung Jumlah Bunga Jumlah Bunga Tabung : Tawn

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Jumlah Daun Tanaman Nilam (helai) pada umur -1. Berdasarkan hasil analisis terhadap jumlah daun (helai) didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1. di bawah ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b) 45 Pembahasan Penggunaan benih yang bermutu baik merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman bawang merah. Rendahnya produksi tanaman bawang merah khususnya di daerah sentra

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Asal Kebun 1 651.11 651.11 35.39** 0.0003 Ulangan 2 75.11 37.56 2.04 0.1922 Galat I 2 92.82 46.41 2.52 0.1415 Posisi Batang 2 444.79 222.39

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan petani, bahkan pada lokasi yang telah

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Gerbera. Gerbera merupakan tanaman bunga hias yang berupa herba. Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Gerbera. Gerbera merupakan tanaman bunga hias yang berupa herba. Masyarakat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Gerbera Gerbera merupakan tanaman bunga hias yang berupa herba. Masyarakat Indonesia menyebut gerbera sebagai Gebras atau Hebras. Tanaman gerbera

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan ketiga sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya minat masyarakat terhadap agribisnis berbagai tanaman hias. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tingginya minat masyarakat terhadap agribisnis berbagai tanaman hias. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu komoditas potensial yang dapat dikembangkan baik dalam skala kecil maupun besar terbukti dari semakin tingginya minat masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.) Kultur jaringan merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktifitas tanaman.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya. Berdasarkan asal pembuatannya pupuk dibedakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widdy Hardiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Widdy Hardiyanti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki masyarakat yang banyak bekerja di bidang pertanian. Tanaman holtikultura merupakan salah satu tanaman yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci