HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan"

Transkripsi

1 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari bebas yang terdiri atas SD-3 dan Supersweet serta tiga varietas hibrida yang meliputi Bonanza, Sweetboy, dan SG 75. SD-3 digunakan sebagai varietas yang akan dibandingkan dengan varietas lainnya. Dalam percobaan ini tidak dilakukan penyulaman karena akan mempengaruhi proses vegetatif tanaman akibat perbedaan umur tanaman. Pertumbuhan tanaman di minggu pertama cukup baik. Intensitas hujan dan curah hujan yang relatif tinggi pada minggu berikutnya menyebabkan air tersedia dengan baik untuk perkecambahan benih. Kondisi air tersedia memungkinkan benih yang ditanam dapat berkecambah dengan baik. Akan tetapi, parit yang dangkal menyebabkan benih yang terletak di barisan pinggir di beberapa plot hilang akibat terbawa air. Pemeliharaan tanaman yang utama adalah pengaturan drainase, pembersihan gulma, pemupukan, pembumbunan, dan pengendalian hama serta penyakit pada tanaman. Pembersihan gulma dimaksudkan untuk memberantas rumput-rumput yang tidak dikehendaki dari pertanaman jagung manis. Pembersihan gulma dilakukan dua minggu sekali. Pada saat 4 MST penyiangan kedua dilakukan dengan pembumbunan. Tujuan pembumbunan yaitu untuk menutup bagian disekitar perakaran agar batang tanaman menjadi kokoh dan tidak mudah rebah serta menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Adapun cara pembumbunan yaitu tanah di bagian kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman sehingga akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga, kegiatan pemupukan kedua dengan menaburkan 2/3 bagian pupuk urea juga dilakukan pada saat 4 MST. Pupuk diberikan disamping tanaman yang berjarak 15 cm dari barisan tanaman.jagung manis membutuhkan air pada saat pertumbuhan vegetatif hingga periode pengisian biji. Kebutuhan air akan semakin berkurang hingga periode pemasakan biji. Pada areal pertanaman jagung manis diupayakan agar air tidak tergenang karena dapat membusukkan akar. Selain itu, kelebihan air

2 19 menyebabkan periode generatif tanaman akan terganggu. Di sisi lain, keterlambatan penambahan air pada fase kecambah, berbunga, pengisian, dan pemasakan biji akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas biji yang dihasilkan. Berdasarkan hasil sidik ragam pada berbagai peubah yang diamati menunjukakan bahwa peubah rebah batang, panjang daun, lebar daun, jumlah biji per baris pada tongkol, jumlah tongkol pertanaman, dan kadar PTT genotipe SD-3 tidak berpengaruh nyata dengan empat varietas pembanding lainnya (Tabel 4). Tabel 4. Rekapitulasi hasil uji F pada taraf 5% genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Peubah F-Hitung P-value Uji F Daya tumbuh * Warna hipokotil * Tinggi tanaman * Tinggi tongkol utama * Diameter batang * Rebah batang tn Panjang daun tn Lebar daun tn Umur muncul tassel * Umur reseptif * Bobot tongkol dengan kelobot per tanaman * Bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman * Panjang tongkol * Diameter tongkol * Jumlah baris biji pada tongkol * Jumlah biji per baris pada tongkol tn Jumlah tongkol per tanaman tn Jumlah tongkol per plot * Berat biji 1000 butir * Bobot tongkol berkelobot per plot * Bobot tongkol tanpa kelobot per plot * Tanaman terserang bulai * Tanaman sehat yang tumbuh * Tanaman yang dipanen * Bobot tajuk atas * Kadar padatan total terlarut tn Indeks panen tongkol tanpa kelobot * Produktivitas * Potensi hasil * Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5% tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% Drainase air yang kurang baik menyebabkan tanaman terserang beberapa penyakit sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman sedikit terhambat.penyakit

3 20 yang menyerang saat penelitian antara lain bulai (Peronosclerospora maydis), karat daun (Puccinia sorghi), bercak daun (Helminthosporim turcicum), penyakit gosong (Ustilago maydis), dan busuk tongkol (Gibberella sp.). Penyebaran penyakit bulai sangat cepat karena kondisi kelembapan dan angin yang relatif tinggi. Di sisi lain, lokasi percobaan yang dikelilingi dengan tanaman jagung milik petani setempat membuat pengendalian semakin sulit. Pengendalian yang dilakukan agar penyakit bulai tidak menyebar semakin luas adalah dengan mencabut tanaman yang sudah terindikasi penyakit bulai. Hama yang menyerang tanaman jagung manis saat penelitian adalah ulat penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) dan kutu daun (Rhopalosiphus maydis Fitch). Serangan ulat penggerek tongkol sangat tinggi sehingga menurunkan kualitas hasil tongkol yang cukup signifikan. Di sisi lain, serangan kutu daun tidak sampai menyebabkan kerusakan tanaman yang signifikan.dua minggu menjelang panen terjadi angin kencang yang menyebabkan banyak tanaman rebah. Keadaan ini diatasi dengan mendirikan kembali tanaman dan membumbunnya agar tongkol tidak busuk ketika dipanen. Daya Tumbuh, Warna Hipokotil, dan Rebah Batang Daya tumbuh, warna hipokotil, dan rebah batang diukur pada dua minggu setelah tanam (MST). Daya tumbuh dan warna hipokotil yang diuji berpengaruh nyata dengan varietas pembanding, sedangkan rebah batang genotipesd-3 yang diuji tidak berpengaruh nyata dengan empat varietas komersial yang digunakan sebagai pembanding (Tabel 3). GenotipeSD-3 memiliki persentase rebah batang sekitar 9.875%, sedangkan empat varietas komersial yang dijadikan pembanding memiliki kisaran rebah batang antara %. Nilai tengah peubah daya tumbuh Bonanza (72.87%) dan Sweetboy (76.75%) berbeda nyata dengan genotipe SD-3 (88.25%), sedangkan varietas Supersweet (81%) dan SG 75 (85%) tidak berbeda nyata dengan genotipe tersebut. Daya tumbuh tertinggi dimiliki oleh genotipe SD-3 (88.25%). Tanaman dengan daya tumbuh lebih tinggi dari 80% menunjukkan tanaman tersebut memiliki ketegaran yang tinggi pula. Menurut Sadjad, Murniati, dan Ilyas (1999), benih dengan ketegaran tinggi dapat menghasilkan produksi yang tinggi bila

4 21 ditumbuhkan pada kondisi yang optimum. Tanaman yang persentase daya tumbuhnya kecil cenderung berproduksi rendah. Pada umumnya daya tumbuh tanaman yang rendah dapat mempengaruhi jumlah tongkol yang dihasilkan. Pengamatan peubah warna hipokotil memperlihatkan bahwa seluruh varietas berbeda nyata terhadap warna hipokotil pada taraf nyata 5%. Tingkat keseragaman warna hipokotil berwarna hijau untuk genotipe SD-3 sekitar 94.37% dan varietas Sweetboy mencapai 99.87%, sedangkan sisanya berwarna hijau kemerahan. Di sisi lain, tingkat keseragaman warna hipokotil varietas Supersweet, Bonanza, dan SG75 mencapai 100% untuk warna hijau. Tingkat keseragaman warna hipokotil SD-3lebih rendah dibandingkan seluruh varietas pembanding (Tabel 5). Tabel 5. Nilai tengahdaya tumbuh, warna hipokotil, dan rebah varietas SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Daya tumbuh Warna hipokotil (hijau) Rebah batang ---%--- SD Supersweet * Bonanza 72.87* 100* Sweetboy 76.7* 99.87* SG * 4.5 KK (%) Keterangan :Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Tinggi Tanaman, Tinggi Tongkol Utama, dan Diameter Batang Tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, dan diameter batang diukur saat dua bulan setelah tanam.nilai tengah peubah tinggi tanaman genotipe SD- 3( cm)berbeda nyata terhadap varietas Sweetboy( cm), sedangakan Supersweet (169.2 cm), Bonanza (163.1 cm), dan SG 75 ( cm) tidak berbeda nyata dibandingkan varietas SD-3. Genotipe SD3 memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dari varietas hibrida pembanding (Bonanza, Sweetboy, dan SG-75), namun lebih pendek daripadavarietas Supersweet (bersari bebas).nilai tengah peubah tinggi tongkol utama Supersweet (81.97 cm) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3 (78.12 cm), sedangkan varietas Bonanza

5 22 (66.60 cm), Sweetboy (66.63 cm) dan SG 75 (57.71 cm) berbeda nyata dengan genotipe tersebut. Tinggi tongkol utama genotipe SD-3 lebih tinggi daripada Bonanza, Sweetboy dan SG-75.Nilai tengah peubah diameter batang Sweetboy (2.00 cm) berbeda nyata terhadap genotipe SD-3 (1.75 cm), sedangkan varietas Supersweet (1.81 cm), Bonanza (1.76 cm), dan SG 75 (1.69 cm) tidak berbeda nyata dibandingkan genotipe tersebut. Diamater batang SD-3 lebih tinggi dibandingkan SG-75, namun lebih rendah dibandingkan Supersweet, Bonanza, dan Sweetboy. (Tabel 6). Tabel 6. Nilai tengah tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, dan diameter batang varietas SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Tinggi tanaman Tinggi tongkol utama Diameter batang ---cm--- SD Supersweet Bonanza * 1.76 Sweetboy * 66.63* 2.00* SG * 1.69 KK (%) Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Johnson et al. (1986)menyatakan bahwa tinggi tanaman jagung manis yang pendek dapat meningkatkan daya hasil karena tanaman yang pendek dapat ditanam dengan kerapatan tinggi dan resiko rebah batang yang kecil. Aswidinnoor dan Koswara (1982) dengan ukuran diameter yang sama, tanaman yang terlalu tinggi serta tongkol utama yang lebih tinggi kurang menguntungkan dalam hal ketahanan terhadap kerebahan oleh angin.tanaman jagung manis yang memiliki tinggi tanaman rendah dan daun tegak merupakan gambaran tanaman ideal. Backtiar (1999) melaporkan bahwa tinggi kedudukan tongkol jagung penting diperhatikan dalam program pemuliaan tanaman jagung, terutama untuk keseragaman. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemanenan dengan tangan atau meningkatkan efisiensi dengan mesin pada penanaman jagung manis berskala luas.

6 23 Lebar Daun, Panjang Daun, Panjang Tongkol, dan Diameter Tongkol Lebar daun dan panjang daun genotipe SD-3 yang diuji tidak berpengaruh nyata dengan empat varietas pembanding. Genotipe SD-3 memiliki lebar daun sekitar 8.5 cm, sedang empat varietas pembanding memiliki kisaran cm. Sementara itu untuk peubah panjang daun genotipe SD-3 memiliki nilai 74.3 cm, sedang empat varietas yang lain memiliki rentang nilai antara cm.peubah panjang tongkol dan diameter tongkol diukur pada saat panen. Nilai tengah peubah panjang tongkol genotipe SD-3 (15.46 cm) tidak berbeda nyata dengan varietas Supersweet (16.64 cm) dan SG 75 (16.72 cm), sedangkan varietas Bonanza (18.66 cm) dan Sweetboy (17.48 cm) berbeda nyata dibandingkan genotipe SD-3. Nilai tengah diameter tongkol genotipe SD-3 (3.654 cm) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan varietas Supersweet (3.757 cm), Sweetboy (3.741 cm), dan SG 75 (3.842 cm), sedangkan varietas Bonanza (4.141 cm) berbeda nyata dengan genotipe tersebut (Tabel 7). Tabel 7.Nilai tengah lebar daun, panjang daun, panjang tongkol, dan diameter tongkolvarietas SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Lebar daun Panjang daun Panjang tongkol Diameter tongkol ---cm--- SD Supersweet Bonanza * 4.141* Sweetboy * SG KK (%) Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Genotipe SD-3 memiliki nilai tengah terendah dibandingkan varietas pembanding lainnya dalam empat parameter tersebut. Hal ini terjadi karena daun yang sempit dan pendek pada genotipe SD-3 mengakibatkan berkurangnya luasan daun efektif dalam melakukan fotosintesias sehingga fotosintat tanaman dalam biji menurun yang pada akhirnya akan menurunkan panjang dan diameter

7 24 tongkol.peubah panjang tongkol dan diameter tongkol merupakan kriteria penentu kualitas jagung manis. Menurut Lopez et al. (1998) dalamneeta (2005), tongkol yang pendek cenderung meningkatkan diameter tongkol menjadi lebih besar dan jumlah baris yang lebih banyak. Sebaliknya, tongkol yang terlalu panjang menyebabkan diameter tongkol menjadi lebih kecil dan jumlah baris yang lebih sedikit. Umur Berbunga dan Umur Panen Kriteria penentu umur panen dapat dilihat dari umur muncul malaidan umur reseptif. Menurut Crockett (1978), umur panen jagung manis dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu genjah (65-75 HST), sedang (76-85 HST), dan dalam (> 85 HST).Umur muncul malaidihitung setelah serbuk sari (pollen) dihasilkan sekitar 50% per plot tanaman pada saat anthesis. Nilai tengah peubah umur muncul malaigenotipe SD-3 (46 HST) berbeda nyata terhadap seluruh varietas pembanding, yaitu Supersweet (47.75 HST), Bonanza (48 HST), Sweetboy (48 HST), dan SG 75 (48 HST).Genotipe SD-3 memiliki umur muncul malaiyang lebih cepat dibandingkan keempat varietas pembanding.nilai Tengah umur muncul tassel, umur reseptif tongkol, dan umur panen per plot tanaman genotipe SD-3dengan empat varietas komersial sebagai pembanding disajikan pada Tabel 8. Tabel 8.Nilai tengah umur berbunga dan umur panen tanaman genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Umur muncul malai Umur reseptif Umur panen ---HST--- SD Supersweet 47.75* Bonanza 48.00* 52.0* 72 Sweetboy 48.00* 52.0* 72 SG * 52.0* 72 KK (%) Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan

8 25 Penentuan umur reseptif dilakukan ketika tanaman mengeluarkan rambut (silking) sepanjang lebih dari 2 cm sebanyak 50% per plot tanaman. Nilai tengah peubah umur reseptif genotipe SD-3 (51 HST) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, Supersweet (51.5 HST), sedangkan varietas Bonanza (52 HST), Sweetboy (52 HST), dan SG 75 (52.25 HST) berbeda nyata terhadap genotipe tersebut.genotipe SD-3memiliki umur reseptif yang lebih cepat dibandingkan seluruh varietas pembanding. Umur panen per plot tanaman tidak berbeda nyata karena semua tanaman dipanen serempak pada 72 hari setelah tanam (HST). Menurut Splittstoeser (1979) jagung manis dapat dipanen kira-kira hari setelah rambut tongkol muncul, tetapi jika penanaman dilakukan pada musim panas pemanenan dapat dilakukan lebih cepat, yaitu hari setelah munculnya rambut tongkol. Umur tanaman menyerbuk dan umur muncul rambut berhubungan degan lamanya periode pengisian biji sehingga mempengaruhi waktu panen jagung manis. Penentuan umur genjah atau dalamnya suatu varietas diukur dari cepat atau lambatnya tanaman berbunga. Semakin cepat tanaman jagung manis berbunga, semakin genjah tanaman tersebut.hal ini berkaitan dengan periode pengisian biji pada tongkol. Varietas jagung manis berumur genjah lebih mudah diterima petani dibandingkan varietas berumur dalam karenalebih sesuai dengan pola tanam yang dilakukan oleh petani sehingga penyebaran varietasnya menjadi lebih mudah. Bobot Tongkol Per Tanaman Nilai tengah peubah bobot tongkol berkelobot per tanaman genotipe SD-3 berbeda nyata dengan varietas Bonanza, sedangkan dengan varietas Supersweet, Sweetboy, dan SG 75 tidak berbeda nyata. Bobot tongkol berkelobot per tanamansd-3 lebih tinggi dibandingkan Supersweet dan SG-75, tetapi lebih rendah daripada Bonanza dan Sweetboy. Nilai tengah bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman genotipe SD-3 berbeda nyata dengan varietas Bonanza, sedangkan dengan varietas lainnya tidak berbeda nyata. Bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman SD-3 lebih tinggi dari Supersweet, tetapi lebih rendah dari varietas hibrida yang dijadikan pembanding (Tabel 9).

9 26 Tabel 9. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot per tanaman genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Bobot tongkol berkelobot Bobot tongkol tanpa kelobot ---g--- SD Supersweet Bonanza * * Sweetboy SG KK (%) Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Bobot Tongkol Per Plot yang Dipanen Nilai tengah peubah tongkol berkelobot per plot tanaman genotipe SD-3 ( kg) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Supersweet (9.797 kg) dan Sweetboy ( kg), sedangkan varietas Bonanza ( kg) dan SG 75 ( kg) berbeda nyata terhadap genotipe SD-3. Nilai tengah peubah bobot tongkol tanpa kelobot per plot tanaman genotipe SD-3 (7.77 kg) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding, Supersweet (6.17 kg) dan Sweetboy (7.69 kg), sedangkan varietas Bonanza (13.95 kg) dan SG 75 (13.08 kg) berbeda nyata terhadap genotipe SD-3 (Tabel 10). Tabel 10. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot per plot yang dipanengenotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Bobot tongkol berkelobot per plot Bobot tongkol tanpa kelobot per plot ---kg--- SD Supersweet Bonanza * 13.95* Sweetboy SG * 13.08* KK (%) Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan

10 27. Tabel di atas memperlihatkan bahwa bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot per plot tanaman yang dipanen untuk genotipe SD-3 lebih tinggi daripada Supersweet dan Sweetboy, tetapi masih lebih rendah dibandingkan Bonanza dan SG-75. Jumlah Biji dan Jumlah Tongkol Tanaman Nilai tengah peubah jumlah baris biji genotipe SD-3 (14 baris) tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Bonanza (14.05 baris), Sweetboy (13.5 baris), dan SG 75 (13.45), sedangkan untuk varietas Supersweet (13 baris) berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Jumlah baris biji genotipe SD-3 lebih tinggi daripada Supersweet, Sweetboy, dan SG 75 tetapi lebih rendah dibandingkan Bonanza. Jumlah biji per baris dan jumlah tongkol pertanaman genotipe SD- 3tidak berpengaruh nyata dengan varietas pembanding. Jumlah biji per baris genotipe SD-3sekitar 31 biji, sedangkan varietas pembanding memiliki interval nilai antara biji (Tabel 11). Tabel 11. Nilai tengah jumlah biji dan jumlah tongkol genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Jumlah baris biji pada tongkol Jumlah biji per baris pada tongkol Jumlah tongkol per tanaman Jumlah tongkol per plot ---biji tongkol--- SD Supersweet 13.00* * Bonanza Sweetboy * SG KK (%) Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Jumlah biji perbaris SD-3 lebih tinggi daripada SG-75 dan lebih rendah daripada varietas pembanding lainnya. Jumlah tongkol pertanaman SD-3 sekitar 1.1, sedangkan varietas pembanding berada dalam interval Nilai tengah peubah jumlah tongkol per plot tanaman genotipe SD-3(138 tongkol) berbeda nyata dengan varietas Supersweet (98.25 tongkol) dan Sweetboy (86.25 tongkol),

11 28 sedangkan dengan varietas Bonanza (99.25) dan SG tongkol) tidak berbeda nyata. Jumlah tongkol per plot yang dipanen genotipe SD-3 lebih tinggi daripada varietas Supersweet, Bonanza, dan Sweetboy, tetapi lebih rendag dibandingkan SG 75. Tongkol yang baik mengandung bakal biji pertongkol. Pada keadaan optimum semua bakal biji berpotensi untuk menjadi biji. Kondisi kekeringan dan kekurangan nutrisi pada hari sebelum tanaman berambut akan sangat mengurangi jumlah bakal biji yang terbentuk. Potensi genetik dalam menghasilkan produksi yang cukup tinggi didukung oleh banyaknya tongkol yang dihasilkan dan panjang tongkol. Menurut Purnomo (1988), perbedaan jumlah tongkol saat panen sebagian disebabkan oleh tanaman barren(tidak menghasilkan tongkol)dan sifat prolifik (tanaman yang memiliki jumlah tongkol lebih dari satu).seleksi prolifikasi sangat efektif untuk meningkatkan hasil jagung manis, tetapi tinggi tanaman dan tinggi tongkol utama juga bertambah. Faktor penting yang dapat mengurangi potensi hasil jagung manis antara lain populasi tanaman yang terlalu tinggi, kompetisi tanaman pengganggu, kekeringan, kekurangan hara, dan intensitas cahaya rendah. Jika pembuahan telah terjadi, faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi ukuran biji yang dihasilkan. Jumlah Tanaman dan Bobot 1000 Butir Benih Hasil pengujian nilai tengah yang dilakukan dengan uji Dunnett terhadap peubah tanaman yang terserang penyakit bulai menunjukan bahwa nilai tengah genotipesd-3 menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap seluruh varietas pembanding. Hal tersebut terjadi karena pengaruh perlakuan terjadi diantara varietas pembanding, bukan antara genotipe SD-3 dengan varietas pembanding. Pada tabel 10 terlihat bahwa persentase genotipe SD-3 yang terserang penyakit bulai 10.25% relatif lebih rendah daripada Supersweet dan Sweetboy, namun lebih tinggi dibandingkan Bonanza dan SG 75. Nilai tengah peubah tanaman yang dipanen genotipe SD-3 (72.64%) berbeda nyata dengan varietas pembanding Supersweet (58.50%) dan Sweetboy (51.25%), sedangkan varietas Bonanza (64.24%) dan SG 75 (80.62%) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Nilai tengah peubah tanaman sehat yang

12 29 tumbuh menunjukkan bahwa genotipe SD-3 (68%) memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan varietas pembanding Supersweet (54.37%) dan Sweetboy (51.25), sedangkan varietas Bonanza (64%) dan SG 75 (76.37%) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Genotipe SD-3 memiliki tanaman dipanen dan tanaman sehat yang lebih tinggi dibandingkan Supersweet, Bonanza, dan Sweetboy. Berdasarkan uji nilai tengah terhadap peubah bobot 1000 butir benih jagung manis memperlihatkan bahwa genotipe SD-3 (140.5 g) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap seluruh varietas pembanding, Supersweet (138.8 g), Bonanza (142.8 g), Sweetboy (138.8 g), dan SG 75 (138.8 g). Bobot 1000 benih SD-3 lebih berat dibandingkan varietas Supersweet, Sweetboy, dan SG-75, namun lebih ringan daripada varietas Bonanza (Tabel 12). Tabel 12.Nilai tengah jumlah tanaman dan bobot 1000 bijigenotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Tanaman terserang bulai Tanaman dipanen Tanaman sehat yang tumbuh Bobot 1000 butir benih ---% g--- SD Supersweet * 54.37* 138.8* Bonanza * Sweetboy * * SG * 138.8* KK (%) Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Bobot Tajuk Atas, Indeks Panen, dan Kadar PTT Bobot tajuk atas, indeks panen tongkol tanpa kelobot, dan kadar PTT diukur pada saat panen. Berdasarkan uji Dunnet, nilai tengah peubah bobot tajuk atas dan indeks panen tongkol tanpa kelobot genotipe SD-3 tidak berbeda nyata dengan seluruh varietas pembanding. Hal tersebut terjadi karena pengaruh perlakuan terjadi diantara varietas pembanding, bukan antara genotipe SD-3 dengan varietas pembanding.nilai tengah bobot tajuk atas genotipe SD-3 sekitar g, sedangkan varietas pembanding memiliki bobot tajuk atas antara

13 30 Indekspanen tongkol tanpa kelobot SD-3 sekitar Indeks panen tongkol varietas pembanding berada pada interval Pada tanaman bertajuk rimbun, naungan yang diberikan tajuk akan menimbulkan efek etiolasi pada bagian batang ruas terbawah. Batang yang memperoleh naungan terbanyak akan memanjang ukurannya, lebih kecil, dan lebih lemah sehingga tidak menguntungkan pada wilayah dengan kecepatan angin yang tinggi. Kadar padatan terlalut total (PTT) merupakan salah satu kriteria yang menentukan kualitas jagung manis. Nilai tengah kadar padatan terlalut total genotipe SD-3 tidak berpengaruh nyata dengan varietas pembanding.kadar PTT genotipe SD-3 ( Brix) lebih rendah dibandingkan varietas pembandingdengan kadar PTT antara Brix sampai Brix (Tabel 13). Tabel 13. Nilai tengah bobot tajuk atas, indeks panen, dan kadar PTTgenotipe SD- 3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Bobot tajuk atas (g) Indeks panen tongkol tanpa kelobot Kadar PTT ( 0 Brix) SD Supersweet Bonanza Sweetboy SG KK (%) Nilai tengah kadar PTT genotipe SD-3 dan semua varietas pembanding yang dievaluasi relatif rendah jika dibandingkan dengan standar KFC untuk kadar PTT, yaitu 18 0 Brix. Hal ini diduga karena terdapat perbedaan metode pengukuran kadar PTT yang digunakan, khususnya dalam pembacaan skala 0 Brix pada refraktrometer. Selain itu, waktu pengukuran PTT yang agak terlambat berpengaruh terhadap rendahnya nilai PTT. Secara umum, kadar PTT dalam biji diukur pada saat berumur 18 hari-20 hari setelah penyerbukan. Sementara itu, menurut Kaukis dan Davis (1986) kadar PTT dalam biji memiliki nilai tertinggi pada saat biji berumur 16 hari setelah penyerbukan. Menurut Suminarti (1999) peningkatan jumlah pemberian air pada tanaman jagung manis dari 150 mm menjadi 460 mm akan diikuti dengan penurunan kadar gula reduksi sebesar 10.73%.

14 31 Produktivitas dan Potensi Hasil Nilai tengah peubah produktivitas tanaman jagung manis genotipe SD-3 (3.109 kg) berbeda nyata dengan varietas Bonanza (5.580 kg) dan SG 75 (5.232 kg), sedang varietas Supersweet (2.468 kg) dan Sweetboy (3.076 kg) tidak berbeda nyata terhadap respon genotipe SD-3. Produktivitas genotipe SD-3 lebih tinggi dibandingkan varietas Supersweet dan Sweetboy, tetapi lebih rendah daripada Bonanza dan SG 75. Nilai tengah peubah potensi hasil genotipe SD-3 ( ton tongkol berkelobot/ha) berbeda nyata dengan varietas Bonanza ( ton tongkol berkelobot/ha), sedangkan dengan varietas Supersweet (17.43 ton tongkol berkelobot/ha), Sweetboy ( ton tongkol berkelobot/ha), dan SG 75 ( ton tongkol berkelobot/ha) tidak berbeda nyata dengan genotipe SD-3. Potensi hasil SD-3lebih tinggi daripada Supersweet dan SG 75, tetapi lebih rendah dari Bonanza dan Sweetboy (Tabel 14). Tabel 14. Nilai tengah produktivitas dan potensi hasil genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Produktivitas (ton tongkol tanpa kelobot/ha) Potensi hasil (ton tongkol per kelobot/ha) SD Supersweet Bonanza 5.580* * Sweetboy SG * Keterangan : Nilai yang diikuti oleh tanda * pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Produktivitas jagung manis seluruh varietas cenderung rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu serangan ulat tongkol menjelang panen, rebah batang, dan banyak tongkol muda yang belum menghasilkan biji sehingga tidak masuk ke dalam perhitungan data panen. Menurut Junaedi et al. (2000) kondisi ideal tanaman jagung manis yang dapat menghasilkan biomassa tinggi adalah tanaman yang memiliki rendemen panen dan indeks panen tinggi. Nihayati dan Shalahudin (1996) melaporkan bahwa untuk mendapatkan produksi tongkol yang lebih tinggi perlu ditunjang oleh pertumbuhan vegetatif yang optimal disamping ketersediaan unsur hara dan faktor tumbuh lainnya.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang 32 PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang Berdasarkan pengamatan visual bentuk ujung daun pada dua minggu setelah tanam, genotipe SD-3 menunjukkan bentuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu. LAMPIRAN-LAMPIRAN 1 Skema Penelitian Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan Pengeringan ampas tahu Tahap 2 Pembuatan Pelet Pembuatan tepung darah sapi Pembuatan arang sabut Pengukuran Kadar Lengas Pelet NPK

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Bisma Golongan : Bersari bebas Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) Umur panen : ± 96 HST Batang : Tinggi sedang, tegap dengan tinggi ± 190 cm Daun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian di Rumah Kaca 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil Analisis ragam (Analysis of Variance) terhadap tinggi tanaman jagung (Tabel Lampiran 2-7) menunjukkan bahwa tiga

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Bagan Penanaman Pada Plot 20 cm 70 cm X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X = Tanaman Sampel. Pengambilan dilakukan secara acak tanpa mengikutsertakan satu barisan terluar plot.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR B.Murdolelono 1), H. da Silva 1), C.Y.Bora 1) dan M. Azrai 2) 1) Balai Penelitian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur, Jl.Timor

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0, 4.1 Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada kedua galur murni G.180 dan menunjukkan hasil yang optimal pada berbagai pertumbuhan tanaman, dengan parameter pengamtan seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Sempakata Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt.)GENOTIPE SD-3SERTA EMPAT VARIETAS PEMBANDINGDI KABUPATEN MAJALENGKA

UJI DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt.)GENOTIPE SD-3SERTA EMPAT VARIETAS PEMBANDINGDI KABUPATEN MAJALENGKA UJI DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt.)GENOTIPE SD-3SERTA EMPAT VARIETAS PEMBANDINGDI KABUPATEN MAJALENGKA ACHMAD SYAIFUDDIN A24080119 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung manis nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 sampai 8 dan rataan uji BNT 5% pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panjang Tongkol Berkelobot Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol berkelobot. Berikut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan Tabel 2 di bawah parameter tinggi tanaman umumnya perlakuan jarak tanam berbeda nyata pada 2, 4 dan 6 MST.Variasi varietas tanaman jagung berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar 1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST W0J0 87,90 86,60 86,20 260,70 86,90 W0J1 83,10 82,20 81,00 246,30 82,10 W0J2 81,20 81,50 81,90 244,60 81,53 W1J0 78,20 78,20 78,60 235,00 78,33 W1J1 77,20

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Jenis Kegiatan Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Persiapan Lahan X Penanaman X Penjarangan X Pemupukan X X Aplikasi Pupuk Hayati X X X X Pembubunan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia. 49 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza Asal Tanaman Golongan Umur Batang Tinggi Tanaman Tinggi letak tongkol Warna daun Keseragaman tanaman Bentuk malai Warna malai Warna sekam

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE Kuswanto Luqman Qurata Aini Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Makalah disampaikan pada acara Pengabdian Masyarakat Jurusan Budidaya Pertanian, di desa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A

Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A 41 LAMPIRAN 41 42 Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A : 198.68 cm Tinggi Tongkol Utama : 65.14 cm Diameter Batang : 1.96 cm Umur muncul Tassel : ± 44 HST : ± 48 HST Umur Panen : ± 70.33 HST

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 Lampiran 1. Bagan Penelitian a Blok I Blok II Blok III V 2 P 0 b V 1 P 1 V c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 e d V 3 P 1 V 4 P 0 V 3 P 1 V 2 P 1 V 1 P 0 V 2 P 1 V 3 P 0 V 5 P 1 V 5 P 0 V 4 P 1 V 3 P 0 V

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

4 PRODUKSI JAGUNG ORGANIK MELALUI APLIKASI BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG SAPI PADA MUSIM TANAM II

4 PRODUKSI JAGUNG ORGANIK MELALUI APLIKASI BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG SAPI PADA MUSIM TANAM II 40 4 PRODUKSI JAGUNG ORGANIK MELALUI APLIKASI BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG SAPI PADA MUSIM TANAM II Organic Corn Production with Different Rates of Cow Manure Application in the Second Cropping Season

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Januari sampai Juni 2010. Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 23.2 o C-31.8 o C. Curah

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata tinggi tanaman jagung vareitas bisi-2 pada pengamatan minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-8 disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2009 sampai dengan Mei 2009 di Kebun Percobaan Sindangbarang, Bogor dengan ketinggian 230 m dpl, suhu rata-rata 25.66 0

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Tanaman Jagung

Lampiran 1 : Deskripsi Tanaman Jagung Lampiran 1 : Deskripsi Tanaman Jagung PIONEER 23 Tanggal dilepas : 29 Juli 2003 Asal : F1 dari silang tunggal (single cross) antara galur murni 30B80 dengn M30B80, keduanya adalah galur murni tropis yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada bulan Desember 2014 sampai dengan Febuari 2015. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Yuliana Susanti & Bq. Tri Ratna Erawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) NTB Jl.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum meliputi muncul daun ke permukaan (emergence),

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Neraca Air Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan (Penman 1948). Tabel 1. Hubungan antara rata-rata curah hujan efektif dengan evapotranspirasi Bulan

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1 Dilepas tahun : 2008 Nama galur : MMC 157d-Kp-1 Asal : Persilangan buatan tahun 1996 Tetua jantan : VC 1973 A Tetua betina : VC 2750A Potensi

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan BAB III TEKNIK PELAKSANAAN Penelitian ini berlokasi di Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) Provinsi Gorontalo yang berlokasi di Desa Moutong Kecamatan Tilongkabila Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci