HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian (Gambar 1). Suhu rata-rata harian di dalam greenhouse adalah berkisar antara C dan kelembapannya 47-50%. Suhu rata-rata dalam rumah kaca relatif tinggi yang menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan pada siang harinya namun kelayuan tersebut tidak bersifat permanen. Hama yang menyerang tanaman melon umumnya adalah kutu daun (Bemisia tabacci). Serangan kutu daun ini mulai terjadi saat tanaman berumur 4 MST sedangkan penyakit yang menyerang biasanya adalah embun tepung. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis dan fungisida. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh di ember. Gambar 1. Tanaman melon di lapangan Tanaman melon mengalami stres setelah perlakuan irigasi dilakukan, terutama pada volume irigasi yang kecil. Stres tersebut ditandai dengan kondisi

2 15 daun yang tampak layu namun hal ini tidak bersifat permanen. Tanaman dapat pulih kembali setelah mendapat irigasi. Panen dilakukan secara bertahap sesuai dengan buah melon yang telah memiliki kriteria buah layak panen. Panen dilakukan dengan melihat penampakan kuantitatif buah yaitu ukuran buah sesuai dengan ukuran normal, serat jala pada kulit buah sangat nyata kasar dan warna kulit hijau kekuniangan serta buah memiliki aroma yang harum. Pertumbuhan Vegetatif Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST (Tabel 1). Tinggi tanaman saat 3 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, dan 2xEo T 2 menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T 2, 1xEo T 1, 1.5xEo T 1, 2xEo T, 2xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T dan 0.5xEo T 1 dan pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T 2 dan perlakuan 1xEo T 2 menghasilkan tinggi tanaman nyataa lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T dan 0.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh perlakuan 0.5xEo merupakan dosis paling kecil yang diberikan saat irigasi sehingga pada perlakuan ini tanaman tidak memiliki tinggi tanaman yang optimal (Gambar 2). Pada fase pertumbuhan vegetatif ini, tanaman sangat sensitif terhadap kekurangan air. Jika terjadi kekurangan kelembapan pada media dalam fase ini maka akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhannya. Pemberian air irigasi untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman setelah mengalami kekeringan pada fase ini tidak akan berhasil.

3 16 Gambar 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST Pada gambar diatas dapat dilihat dari keadaan tanaman yang mengalami pertumbuhan yang terlambat, batang yang kurang kokoh dan kerdil. Hal ini menandakan bahwa air begitu penting dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Tanpa adanya dukungan ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Tinggi Tanaman 3 MST ** MST <.0001 ** MST tn MST tn MST tn MST tn MST tn

4 17 Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Jumlah Daun 3 MST ** MST <.0001 ** MST <.0001 ** MST tn MST tn MST tn MST tn Jumlah Cabang 4 MST ** MST ** MST ** MST ** MST ** MST tn Umur Berbunga 7 MST <0.001 ** Bunga Jantan 7 MST ** MST <.0001 ** Bunga Betina 7 MST ** MST ** Bunga Hermaprodit 7 MST tn MST ** Bobot Buah <.0001 ** Diameter Vertikal <.0001 ** Diameter Horizontal <.0001 **

5 18 Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V BK Brangkasan Batang <.0001 ** Daun <.0001 ** Akar ** Ratio tajuk/akar <.0001 ** Keterangan : ( ** ) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan ( tn ) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Tinggi tanaman pada 5 MST hingga 10 MST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena telah dilakukan pemangkasan tunas apikal atau pucuk pada tanaman melon dengan memangkas batang utama dan menyisakan minimum 24 helai daun per tanaman yang merupakan salah satu cara pemangkasan agar tanaman tetap terarah dan berproduksi optimal. Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman Tinggi Tanaman Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 9.23 b d a a a a a 0.5T ab b a a a a a 0.5T ab d a a a a a 1T ab b a a a a a 1T ab cd a a a a a 1T ab a a a a a a 1.5T a b a a a a a 1.5T ab b a a a a a 1.5T a a a a a a a 2T ab b a a a a a 2T ab bc a a a a a 2T a bcd a a a a a Uji F ** ** tn tn tn tn tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

6 19 Pada tahap vegetatif harus diperhatikan pada proses pembentukan akar, hal ini karena kebutuhan air tanaman cukup tinggi serta mencegah adanya semaian yang mati. Dalam fase ini juga terdapat periode pertunasan yang berlangsung setelah periode pembentukan akar (Anonim, 1994). Air merupakan unsur sangat penting bagi tanaman dan merupakan penyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan protein pada tanaman serta untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Harjadi, 1996). Jumlah daun saat 3 MST dengan perlakuan irigasi 2xEo T, 1xEo T 2 dan 0.5xEo T 2 menghasilkan jumlah daun nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T 1, 1xEo T, 1xEo T 1, 1.5xEoT, 1.5xEo T 1, 1.5xEo T 2, 2xEo T 1 dan 2xEo T 2. Pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 2xEo T 1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T dan 1xEo T (Tabel 3). Pada saat tanaman berumur 3 dan 4 MST, telah muncul daun-daun yang produktif untuk perkembangannya, konsentrasi yang terkecil yang diberikan saat irigasi yaitu pada perlakuan 0.5xEo T memberikan jumlah daun yang terendah yang mengindikasikan tanaman tersebut tumbuh kurang optimal. Irigasi yang diberikan sedikit tentu sangat mempengaruhi pertumbuhan daun pula. Air sangat penting bagi tumbuhan, 30 % - 90 % berat tumbuhan tersusun atas air. tumbuhan juga menggunakan air pada proses fotosintesis di daun. Oleh karena itu irigasi yang diberikan sedikit maka pertumbuhan daunpun akan terlambat. Pada saat 5 MST, perlakuan irigasi 2xEo T 1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T, 1xEo T, 1xEo T 1, 2xEo T 2, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T dan 1xEoT 2. Pada 6 MST hingga 10MST perlakuan volume irigasi tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan telah dilakukan pemangakasan pucuk atau tunas apikal yang hanya menyisakan daun minimum 24 helai daun. Menurut Atmosoedarjo et al (2000) pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar dapat menumbuhkan tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat produksi tertentu.

7 20 Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun Perlakuan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 4.3 b 7.0 c 11.0 de 15.0 a 21.0 a 23.3 a 23.6 a 0.5T ab 8.6 c 12.3 cde 18.3 a 23.6 a 23.6 a 23.6 a 0.5T a 8.3 c 13.6 cd 17.6 a 22.0 a 22.3 a 23.0 a 1T 5.6 ab 11.6 b 16.6 abc 17.3 a 23.0 a 23.0 a 23.3 a 1T ab 8.0 c 16.0 bc 17.0 a 22.3 a 23.0 a 23.3 a 1T a 6.6 c 10.6 de 15.3 a 22.6 a 24.0 a 24.0 a 1.5T 5.3 ab 9.0 c 13.0 cde 18.3 a 22.6 a 23.6 a 23.6 a 1.5T ab 7.6 c 12.3 cde 14.0 a 20.0 a 23.0 a 23.3 a 1.5T ab 7.0 c 8.6 e 14.6 a 21.6 a 22.6 a 23.6 a 2T 6.3 a 12.0 ab 19.0 ab 20.3 a 23.6 a 23.6 a 23.6 a 2T ab 14.3 a 20.6 a 17.0 a 23.3 a 23.6 a 23.6 a 2T ab 7.6 c 14.0 cd 19.3 a 22.6 a 23.0 a 23.3 a Uji F ** ** ** tn tn tn tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Selama tahapan masa tumbuh, kebutuhan air terus meningkat. Pada tahap tersebut kebutuhan air digunakan untuk pertumbuhan titik tumbuh dan pembentukan daun tanaman yang lebih banyak. Tanaman melon selain memiliki banyak cabang lateral yang tumbuh pada setiap ketiak daun, namun juga memiliki tunas apikal yang tumbuh terus tidak terarah apabila tidak dipangkas. Tunas apikal daun ke dipangkas untuk menghentikan pertumbuhan batang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam agar tidak merusak permukaan batang. Jumin (1992) menyatakan bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Pada (Tabel 4) terlihat bahwa jumlah cabang pada saat 4 MST perlakuan 1xEo T menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan

8 21 perlakuan 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, 2xEo T, dan 2xEo T 2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T 1 dan 2xEo T 1. Sama halnya pada 4 MST, jumlah daun pada 5 MST perlakuan 1xEo T yang paling tinggi yaitu menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 1, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T 1 dan 2xEo T 1. Demikian selanjutnya hingga tanaman berumur 8 MST memberikan perngaruh yang nyata terhadap perlakuan. Jumlah cabang yang banyak menandakan bakal buah akan banyak pula, hal ini dikarenakan bunga betina tumbuh pada cabang lateral tanaman (ketiak daun), namun pertumbuhan cabang ini harus dikendalikan dengan baik agar pertumbuhan tanaman dapat terarah yaitu dengan cara pemangakasan cabang lateral. Pemangkasan cabang merupakan cara untuk mengurangi titik tumbuh pada bagian lateral yang membutuhkan suplai fotosintat dan hara sehingga persaingan untuk mendapatkan fotosintat dan hara menjadi berkurang (Gambar 3). Bleasdale (1973), Janick (1972), dan Kinnet (1977) menyatakan pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Harjadi (1989) menambahkan bahwa tanaman yang berada dalam keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menyebabkan tingginya laju fotosintesis sehingga tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang dan daun tetapi sebagian digunakan untuk perkembangan bunga dan buah. Gambar 3. Cabang pada tanaman yang segera dipangkas

9 22 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ini berbeda nyata hingga tanaman berumur 8 MST sedangakan pada 9 MST tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman berumur 9 MST, cabang-cabang produktif sudah tidak dapat tumbuh lagi akibat tanaman sudah berumur tua dan kecenderungan tanaman melon akan layu menjelang fase pemanenan. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) pemangkasan cabang tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman. Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif. Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang Jumlah Cabang Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 1.0 b 1.3 b 5.0 abcde 11.0 ab 12.6 ab 14.3 a 0.5T b 1.3 b 6.0 abcde 9.6 ab 12.0 ab 11.0 a 0.5T b 1.3 b 4.0 cde 9.0 ab 13.6 a 12.0 a 1T 2.6 a 4.0 a 7.0 ab 10.0 ab 11.6 ab 12.6 a 1T ab 1.6 b 3.6 de 9.3 ab 11.0 ab 15.3 a 1T b 1.6 b 7.3 a 12.0 a 13.6 a 14.6 a 1.5T 1.0 b 1.3 b 6.3 abcd 10.6 ab 12.0 ab 13.0 a 1.5T b 2.0 b 5.6 abcde 9.0 ab 13.3 a 14.0 a 1.5T b 1.3 b 3.3 e 10.6 ab 13.6 a 14.3 a 2T 1.0 b 2.3 ab 6.6 abc 8.6 b 9.6 b 10.3 a 2T ab 2.3 ab 4.3 bcde 10.0 ab 13.3 a 12.3 a 2T b 1.6 b 6.3 abcd 11.0 ab 12.3 ab 12.6 a Uji F ** ** ** ** ** tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Penelitian yang diakukan oleh Sumiati (1987) menunjukkan bahwa pemangkasan cabang pada tanaman melon dengan meninggalkan maksimal 3

10 23 cabang utama dapat meningkatkan bobot per buah dan bobot buah per tanaman. Selain itu Sutopo (1988) menambahkan bahwa pemangkasann cabang tanaman melon akan mempercepat panen pertama dan memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pertumbuhan Generatif Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T menghasilkan kecepatan umur berbunga nyata lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan 1xEo T 2, 1.5xEo T, dan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T 2, 2xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga Umur Berbunga Perlakuan 7 MST 0.5T 47 a 0.5T cde 0.5T ab 1T 37 de 1T 1 44 ab 1T 2 36 e 1.5T 35.7 e 1.5T 1 37 de 1.5T 2 35 e 2T 39.7 bcde 2T abc 2T bcd Uji F ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

11 24 Pada tabel terlihat bahwa perlakuan 0.5xEo T memiliki kemampuan berbunga paling lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 47 hari setelah tanam. Volume irigasi dengan dosis yang paling kecil yang diberikan pada seluruh fase tanam inilah yang mempengaruhi umur berbunga yang paling lambat. Pada fase generatif ini juga membutuhkan cukup air hingga periode pemasakan yang sudah tidak membutuhkan air. Pengatusan atau pengeringan ini dimaksudkan agar buah dapat masak secara bersamaan (Anonim, 1994). Fase pertumbuhan generatif pada tanaman melon ditandai dengan keluarnya bunga yang kemudian diikuti dengan munculnya buah. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Parameter yang diamati dalam fase ini adalah umur berbunga, jumlah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit serta bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah. Pengamatan umur berbunga yang diamati dari setiap tanaman adalah pada saat 7 MST. Tanaman melon mulai membentuk bunga jantan pada minggu ke-5 setelah tanam yaitu pada umur 35 HST, jumlah bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina (Gambar 4). Gambar 4. Bunga tanaman melon Jumlah bunga jantan (kiri) dan betina (kanan) masing-masing memberikan pengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T 2 pada bunga jantan saat 7 MST menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T 1,

12 25 2xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T, 1.5xEo T, 1xEo T 2 dan 2xEo T. Pada saat 8 MST perlakuan 1.5xEo T 1, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 1 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 6). Kekurangan yang terus menerus dapat menurunkan laju fotosintesis sehingga diperlukan beberapa hari setelah irigasi agar dapat kembali ke laju fotosintesis aslinya. Menurut Polunin (1990) menunjukkan bahwa stres air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga akibat memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan kandungan air dalam biji sewaktu panen. Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit Bunga Jantan Bunga Betina Bunga Hermaprodit Perlakuan 7 MST 8 MST 7 MST 8 MST 7MST 8 MST 0.5T 4.7 abcd 2.3 abc 1.3 bc 3.0 a 0.7 a 1.0 ab 0.5T abcd 1.7 bc 3.0 abc 1.3 ab 0.0 a 0.0 b 0.5T a 3.0 ab 3.3 ab 1.7 ab 0.3 a 0.0 b 1T 5.7 abcd 1.7 bc 1.7 abc 1.3 ab 0.3 a 0.3 ab 1T abcd 3.0 ab 4.0 a 1.7 ab 1.0 a 0.3 ab 1T bcd 3.0 ab 1.7 abc 1.7 ab 0.7 a 1.0 ab 1.5T 3.7 bcd 3.3 ab 1.3 bc 1.3 ab 1.0 a 0.0 b 1.5T abcd 4.0 a 3.3 ab 1.3 ab 0.7 a 0.3 ab 1.5T d 4.0 a 0.7 c 2.7 ab 0.3 a 0.0 b 2T 3.3 cd 1.0 c 2.3 abc 1.3 ab 0.7 a 0.0 b 2T ab 4.0 a 2.3 abc 2.0 ab 0.0 a 0.3 ab 2T abc 2.7 abc 3.3 ab 1.0 b 0.3 a 1.3 a Uji F ** ** ** ** tn ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Tanaman melon merupakan jenis tanaman yang memproduksi bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina. Pada tabel 6 terlihat

13 26 bahwa pada saat tanaman berumur 7 MST, bunga jantan bisa mencapai 11 bunga jantan bila dibandingkan dengan bunga betina yang hanya ada 4 bunga betina. Semua bunga jantan yang mekar sebelum bunga betina siap diserbuki harus dibuang, walaupun dalam dua hari akan rontok dengan sendirinya. Maksudnya agar pertumbuhan tanaman mengarah ke pertumbuhan bunga betina. Perlakuan 1xEo T 1 menghasilkan jumlah bunga betina nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T, 1.5xEo T dan 0.5xEo T. Pada 8 MST perlakuan 0.5xEo T menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 2, 2xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 0.5xEo T 1, 1xEo T, 1.5xEo T, 1.5xEo T 1, 2xEo T. Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup agar pertumbuhannya tidak terhambat. Tanaman melon sensitif terhadap kekurangan air pada tahap pembungaan dan pembentukan buah. Jika terjadi kekurangan air pada tahap tersebut maka akan menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman. Perlakuan irigasi pada jumlah bunga hermaprodit pada 7 MST tidak berpengaruh nyata, hal ini dikarenakan jumlah bunga hermaprodit sangat sedikit jumlahnya dan merata pada setiap tanaman tetapi pada 8 MST memiliki pengaruh yang nyata terhadap perlakuan. Perlakuan 2xEo T 2 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T, 1xEo T 1, dan 2xEo T 1. Berdasarkan Tabel 7, perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot buah, diameter vertikal maupun diameter horizontal. Perlakuan 2xEo T 1 menghasilkan bobot buah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T 1, 2xEo T 2, 2xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 0.5xEo T 1, dan 1.5xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 2 (Gambar 5).

14 27 Gambar 5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T 2 Kebutuhan air terus meningkat sampai pada tahap pembentukan buah (Sismiyati, 2003). Perlakuan 2xEo T 1 merupakan perlakuan yang menghasilkan bobot buah terbesar apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan dosis terbanyak dan irigasi yang diberikan dari fase tanam hingga berbunga ini sangat mempengaruhi bobot buah yang dihasilkan. Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah Bobot Buah Diameter (mm) Perlakuan (kg) Vertikal Horizontal 0.5T bc bcd abc 0.5T c cd bcde 0.5T c abc a 1T c de e 1T c a abcd 1T c ab abcd 1.5T c ab ab 1.5T c f e 1.5T ab ab abcd 2T c de cde 2T a ab abc 2T c ef de Uji F ** ** ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

15 28 Perlakuan 1xEo T 1 menghasilkan diameter vertikal nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 1, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1xEo T, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T 2, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 1. Sedangkan pada diameter horizontal perlakuan 0.5xEo T 2 menghasilkan panjang diameter horizontal nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan 1.5xEo T 1, 1xEo T, 0.5xEo T 1, 2xEo T, 2xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T 1, 0.5xEo T, 1xEo T 2, 1.5xEo T 2, 1xEo T 1. Pada tahap pembentukan bunga kebutuhan air irigasi digunakan untuk pembentukan dan pembesaran bunga. Pada tahap pembentukan buah kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan tahap pertumbuhan yang lainnya, Hal ini dikarenakan nilai Kc pada tahap berbuah lebih besar dari nilai Kc pada tahap pertumbuhan lainnya. Bobot Kering Tanaman Hasil pangkasan berupa daun, batang, dan akar segar ditimbang kemudian dioven untuk mengetahui berat brangkasan kering oven. Dalam pertanian, brangkasan adalah sisa-sisa bagian tanaman, seperti kedelai, jagung, padi, atau kacang tanah, yang tidak dipanen. Brangkasan biasanya dibiarkan di lapangan dalam keadaan kering, namun beberapa tanaman ada yang memiliki brangkasan dalam keadaan masih hijau (Gambar 6). Gambar 6. Panen brangkasan Berdasarkan tabel 8 perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang, daun dan akar. Perlakuan 1xEo T 2 menghasilkan bobot kering batang nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2, 0.5xEo T, 1xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 1xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T, 0.5xEo T 2

16 29 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 2xEo T 2. Perlakuan 1.5xEo T 1 dan 2xEo T 1 menghasilkan bobot kering daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, 2xEo T dan 2xEo T 2. Sedangkan pada bobot kering akar perlakuan 1.5xEo T 1 menghasilkan bobot kering nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1.5xEo T, 0.5xEo T 2, 2xEo T 2, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1xEo T 2, 1.5xEo T 2, 0.5xEo T 1, 1xEo T 1, 1xEo T, 2xEo T 1. Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering batang, daun, bobot kering akar serta ratio tajuk/akar Perlakuan Bobot Kering (gr) Batang Daun Akar Ratio Tajuk/akar 0.5T bc bc 0.73 c de 0.5T bc de 1.03 abc de 0.5T c e 0.83 bc f 1T bc b 0.90 abc d 1T bc e 0.93 abc a 1T a b 1.26 ab d 1.5T c e 0.73 c ef 1.5T bc a 1.30 a b 1.5T bc c 1.10 abc f 2T c e 0.80 c ef 2T bc a 0.90 abc c 2T ab cd 0.80 c d Uji F ** ** ** ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Selain itu secara keseluruhan dapat dilihat bahwa stres air

17 30 yang ringan sekalipun pada suatu tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan beberapa proses metabolisme. Dari tabel diatas terlihat bahwa semua perlakuan memberikan hasil yang nyata terhadap perlakuan.

PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A

PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A24070119 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah III. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah buku, dan panjang tangkai bunga. Hasil

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK Sunyoto *, R. Murtopo, dan M. Kamal Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang Medan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau sweet corn ialah salah satu tanaman pangan yang mempunyai prospek penting di Indonesia. Hal ini disebabkan jagung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung manis nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 sampai 8 dan rataan uji BNT 5% pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun berbeda konsentrasi berpengaruh nyata terhadap

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Keberhasilan Pertumbuhan dan produksi kacang hijau sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara yang ada dalam tanah, selain unsur hara dalam tanaman

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P Zubir et al.: Keragaan Pertumbuhan Jagung Dengan. KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P Zubir Marsuni 1), St. Subaedah 1), dan Fauziah Koes 2) 1) Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian A. Tinggi Tanaman Hasil Analisis sidik ragam pada tinggi tanaman terung menunjukan bahwa perlakuan pupuk NPK Pelagi berpengaruh nyata terhadap pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua sesudah padi yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi, jagung

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON 1) KETUT TURAINI INDRA WINTEN 2) ANAK AGUNG GEDE PUTRA 3) I PUTU WISARDJA Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian di Rumah Kaca 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil Analisis ragam (Analysis of Variance) terhadap tinggi tanaman jagung (Tabel Lampiran 2-7) menunjukkan bahwa tiga

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci