HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam ulangan pertama dan pada musim kedua dilakukan penanaman untuk ulangan kedua dan ketiga. Penanaman untuk percobaan studi populasi terhadap konsumsi air dilakukan di hydroponic kit. Greenhouse memiliki suhu antara C dan kelembaban udara sekitar persen. Suhu greenhouse yang cukup tinggi saat siang hari dengan kelembaban yang rendah kadang-kadang menyebabkan tanaman bayam layu sesaat, tetapi saat suhu menurun dan kelembaban kembali meningkat pada sore hari tanaman bayam kembali segar. Curah hujan saat penelitian pada bulan April adalah mm dan meningkat pada bulan Mei menjadi mm (Lampiran 2). Hama dan Penyakit Tanaman Selama penelitian berlangsung ada beberapa jenis hama yang menyerang di antaranya adalah tikus (Rattus sp.), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat jengkal, belalang (Valanga sp.), dan Anoplocnemis phasiana. Hama yang paling banyak adalah belalang, ulat grayak, dan tikus. Serangan belalang dan ulat grayak menyebabkan lubang pada daun bayam, sedangkan tikus merusak tanaman bayam dengan memakan bagian bawah batang tanaman, tanaman tiba-tiba saja hilang pada pagi hari hanya tersisa beberapa daun di atas kerikil. Tanaman yang terserang ulat grayak dan tikus dapat dilihat pada Gambar 13.

2 21 (a) Gambar 13. Tanaman Bayam yang Terserang Hama: (a) Ulat Grayak dan (b) Tikus Penyakit yang menyerang tanaman bayam umumnya disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang paling sering menyerang adalah penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh cendawan Phytium sp. Penyakit tersebut banyak menyerang tanaman bayam pada percobaan kedua yaitu percobaan studi populasi terhadap konsumsi air yang dilakukan di hydroponic kit. Curah hujan dan kelembaban media yang tinggi pada waktu itu menjadi penyebabnya. Akar bibit bayam yang baru dipindahtanamkan tidak dapat berkembang dan busuk. Tanaman yang bertahan pun pertumbuhannya tidak baik. Itulah yang menyebabkan mengapa secara umum tanaman pada percobaan studi populasi tanaman terhadap konsumsi air tanaman bayam memiliki penampilan yang lebih buruk dibandingkan tanaman pada percobaan pertama studi populasi tanaman terhadap produktivitas. Selain itu, ada juga tanaman yang terserang cendawan Albugo candida yang menyebabkan penyakit karat putih. Cendawan tersebut mengakibatkan bercakbercak putih pada daun tanaman yang terinfeksi. Ada juga penyakit blight dan bercak daun. Penyakit blight memiliki gejala daun menyempit, mengecil, menggulung, dan berkerut. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus mozaik cucumber (Susila, 2006). Penyakit bercak daun disebabkan oleh Cercospora sp. pada daun timbul bercak-bercak kuning. Gambar tanaman bayam yang terserang penyakit selama penelitian disajikan pada Gambar 14. (b)

3 22 (a) (b) (c) (d) Gambar 14. Tanaman yang Terserang Penyakit: (a) Rebah (b) Blight, (c) Karat Putih, dan (d) Bercak Daun Kecambah, Parung Farm tidak menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman bayamnya. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual. Tanaman yang terserang penyakit dicabut dan dibuang agar tidak menulari tanaman lain yang sehat. Hama yang menyerang tanaman dibuang dan dibunuh. Hama tanaman bayam yang ditanam selama percobaan terbilang sedikit, karena budidaya bayam dilakukan di dalam greenhouse. Percobaan Studi Populasi Tanaman Bayam terhadap Produktivitas Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah bibit tanaman bayam per lubang tanam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan beberapa peubah panen tanaman bayam yang ditanam dengan teknik hidroponik. Rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3.

4 23 Tinggi tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 3, 6, 9, dan 15 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 4). Hasil uji lanjut menunjukkan tanaman bayam dengan jumlah 3 bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang nyata lebih tinggi daripada jumlah bibit satu atau dua bibit per lubang tanam, tetapi tidak berbeda nyata dengan tanaman yang jumlah bibitnya empat bibit per lubang tanam. Rata-rata tinggi tanaman bayam dengan jumlah bibit tiga bibit per lubang tanam pada umur 3, 6, 9, dan 15 hari setelah tanam (HST) berturut-turut adalah 5.06, 6.31, 8.33, dan cm. Rata-rata tinggi tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tinggi Tanaman Bayam pada Berbagai Populasi Tanaman pada Umur 3 17 HST Umur Tanman (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam (cm) b 1.92b 5.06a 3.12b b 3.14b 6.31a 4.38ab b 4.65b 8.33a 6.17ab b 11.77b 17.58a 15.24ab Keterangan :Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%. Jumlah daun. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman bayam pada umur 3, 12, 15, dan 17 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 5). Berdasarkan hasil uji lanjut tanaman bayam dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang nyata lebih banyak jumlah daunnya daripada jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam. Rata-rata jumlah daun bayam dengan jumlah bibit satu bibit per lubang tanam pada umur 3, 12, 15, dan 17 hari setelah tanam (HST) berturut-turut adalah 4.13, 11.93, 13.53, dan helai (Tabel 2).

5 Tabel 2. Jumlah Daun pada Berbagai Populasi Tanaman Bayam pada Umur 3 17 HST Umur anaman (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam (helai) a 3.82b 4.02a 3.93ab a 8.53bc 10.11ab 7.56c a 9.87b 9.56b 7.83b a 10.77b 10.60b 8.32c Keterangan :Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji DMRT 5%. Peubah panen. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh terhadap seluruh peubah panen pada akhir pengamatan kecuali peubah bobot basah tanaman per meter persegi (Lampiran 6). Tanaman bayam dengan jumlah satu bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang sangat nyata lebih berat bobot basah per tanaman dan bobot basah tajuknya dibandingkan tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam. Bobot basah per tanaman pada satu bibit per lubang tanam adalah g dan bobot basah tajuknya adalah g. Rata-rata peubah-peubah panen tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Jumlah Bibit terhadap Peubah-Peubah Panen pada Percobaan Studi Populasi Tanaman Bayam terhadap Produktivitas Peubah Panen Jumlah Bibit per Lubang Tanam Bobot Basah per Tanaman (g) 24.43a 13.94b 12.28bc 10.03b Bobot Basah Tajuk per Tanaman (g) 21.16a 14.57b 10.57bc 8.92b Bobot Basah Akar per Tanaman (g) 3.27a 2.61ab 1.62b 1.12c Bobot Basah Tanaman per m² (g) Bobot Kering Tajuk per Tanaman (g) 2.03a 1.16ab 0.80b 0.54b Bobot Kering Akar per Tanaman (g) 0.31a 0.22ab 0.20ab 0.10b Indeks Luas Daun 2.81a 1.51b 1.54b 1.07b Luas Permukaan Daun per Tanaman (cm 2 ) a b b 241.9b Keterangan :Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%. 24

6 Tanaman bayam dengan jumlah bibit 1 bibit per lubang tanam juga menghasilkan tanaman yang nyata lebih berat bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akarnya, dan nyata lebih luas permukaan daunnya daripada tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam. Tanaman yang ditanam satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm memiliki populasi per meter persegi sebanyak 44 tanaman bayam, tanaman bayam yang ditanam dengan dua bibit per lubang tanam memiliki populasi per meter persegi 88 tanaman, tanaman bayam yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam memiliki populasi per meter persegi 132 tanaman, dan tanaman bayam yang ditanam dengan empat bibit per lubang tanam memiliki populasi per meter persegi 176 tanaman Bobot basah tanaman per meter persegi paling besar didapat dari tanaman yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam, yaitu sebesar gram. Populasi yang menghasilkan bobot basah tanaman per meter persegi terbesar adalah populasi dengan 132 tanaman bayam per meter persegi. Dilakukan uji lanjut kontras ortoghonal dan polinomial untuk melihat keefektifan pengaruh jumlah bibit per lubang tanam terhadap bobot basah tanaman per meter persegi. Hasil uji lanjut orthogonal disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Lanjut Kontras Orthogonal Peubah Bobot Basah Tanaman per m 2 Kontras df KT F- Hitung F- Tabel 5% 25 F- Tabel 1 % satu vs dua & tiga & empat dua vs tiga & empat * Hasil uji lanjut kontras orthogonal menunjukkan tanaman yang ditanam dengan dua bibit per lubang tanam menghasilkan bobot yang nyata lebih ringan dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan tiga dan empat bibit per lubang tanam. Hasil uji lanjut polinomial untuk melihat pola respon dari perlakuan jumlah bibit per lubang tanam disajikan pada Tabel 5.

7 Tabel 5. Hasil Uji Lanjut Kontras Polinomial Peubah Bobot Basah Tanaman per m 2 Kontras df KT F-Hitung F-Tabel 5% F-Tabel 1 % linear * kuadratik Hasil uji lanjut kontras polinomial menunjukkan pola respon dari perlakuan jumlah bibit per lubang tanam mengikuti pola linier. Kurva bobot basah tanaman per meter persegi dapat dilihat pada Gambar Bobot Basah Tanaman (g/m2) Jumlah Bibit per Lubang Tanam Gambar 15. Bobot Basah Tanaman pada Berbagai Jumlah Bibit per Lubang Tanam Kurva bobot basah tanaman per meter persegi di atas menunjukkan bahwa populasi optimum tanaman bayam adalah tanaman bayam yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam dengan populasi tanaman sebanyak 132 tanaman bayam. Percobaan Studi Populasi Tanaman terhadap Konsumsi Air Tanaman Bayam Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah bibit tanaman bayam per lubang tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman bayam, tetapi memberikan pengaruh nyata terhadap seluruh peubah panen kecuali kadar air tajuk dan kadar air akar. Rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7.

8 27 Tinggi tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bayam selama penelitian (Lampiran 8). Tanaman bayam dengan jumlah satu bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang lebih tinggi daripada tanaman dengan jumlah 2, 3, dan 4 bibit per lubang tanam. Rata-rata tinggi tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Tinggi Tanaman pada Berbagai Populasi Tanaman pada Umur 3 17 HST Umur (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam (cm) Jumlah daun. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman bayam selama penelitian (Lampiran 9). Tanaman bayam dengan jumlah satu bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang lebih banyak jumlah daunnya daripada tanaman dengan jumlah 2, 3, dan 4 bibit per lubang tanam (Tabel 7). Tabel 7. Jumlah Daun pada Berbagai Populasi Tanaman pada Umur 3 17 HST Umur (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam (helai)

9 28 Peubah panen. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah panen pada akhir pengamatan kecuali terhadap bobot basah tanaman per pot, kadar air tajuk, dan kadar air akar (Lampiran 10). Rata-rata peubah-peubah panen tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Jumlah Bibit terhadap Peubah Panen pada Percobaan Studi Populasi Tanaman terhadap Konsumsi Air Tanaman Bayam Peubah Panen Jumlah Bibit per Lubang Tanam Bobot Basah per Tanaman (g) 6.11a 2.78b 2.01b 2.14b Bobot Basah per Tanaman Pot (g) Bobot Basah Tajuk per Tanaman (g) 5.16a 2.27b 1.71b 1.77b Bobot Basah Akar per Tanaman (g) 0.95a 0.51b 0.30b 0.37b Bobot Kering Tajuk per Tanaman (g) 0.55a 0.23b 0.19b 0.20b Bobot Kering Akar per Tanaman (g) 0.18a 0.11b 0.05c 0.10bc Indeks Luas Daun 0.64a 0.27b 0.21b 0.20b Luas Permukaan Daun per Tanaman (cm 2 ) a 60.07b 47.73b 44.50b Konsumsi air per tanaman (mm) 3.20a 1.70b 1.20b 0.70b Kadar Air Akar (%) Kadar Air Tajuk (%) Keterangan :Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji DMRT 5%. Hasil uji lanjut menunjukkan tanaman bayam dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang sangat nyata lebih berat bobot basah per tanaman dan bobot kering akarnya dibandingkan tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam, berturut-turut 6.11 g dan 0.18 g. Tanaman bayam dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam juga menghasilkan tanaman yang sangat nyata lebih luas permukaan daunnya dan lebih banyak mengkonsumsi air daripada tanaman dengan jumlah 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam (Gambar 16).

10 29 Konsumsi Air per Tanaman (mm) Jumlah Bibit per Lubang Tanam Gambar 16. Perbandingan Konsumsi Air Tanaman Bayam Selama Ada di Tahap Pembesaran dari Berbagai Jumlah Bibit yang Ditanam Rata-rata luas permukaan daun dan konsumsi air per tanaman dengan satu bibit per lubang tanam berturut-turut adalah cm 2 dan ml air. Tanaman bayam yang ditanam dengan satu bibit per lubang tanam juga menghasilkan indeks luas daun yang sangat nyata lebih besar dibandingkan tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, ataupun 4. Analisis Usaha Tani Tanaman Bayam Berdasarkan Populasi Tanaman Usaha pertanian dilakukan untuk memperoleh keuntungan. Usaha pertanian dianalisis kelayakannya dengan menghitung nilai-nilai kriteria investasi usahanya. Berikut ini ditampilkan perbandingan BEP, R/C ratio, dan Payback Period usaha budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik sistem substrat dengan media kerikil pada tiap jumlah bibit per lubang tanam (Tabel 9). Tabel 9. Perbandingan Kriteria Investasi Usaha Budidaya Tanaman Bayam dengan Teknik Hidroponik pada Tiap Jumlah Bibit per Lubang Tanam Kriteria Investasi Σ Bibit per Lubang tanam BEP Produksi (kg) R/C ratio (per Bulan) Keuntungan (Juta Rp/Bulan) Payback Period (Bulan)

11 Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi pada Tabel 9, tanaman bayam yang ditanam dengan 3 bibit per lubang tanam menghasilkan kelayakan usaha yang paling baik. Usaha budidaya bayam dengan tiga bibit per lubang tanam, biaya investasinya dapat kembali setelah usaha dijalankan selama 4.35 bulan dan memiliki keuntungan yang paling besar dibandingkan dengan usaha budidaya tanaman bayam dengan jumlah bibit 1, 2, ataupun 4. Perhitungan kriteria investasi dari berbagai populasi disajikan pada Lampiran Usaha budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik tentu saja memerlukan biaya investasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional. Oleh karena itu, disajikan kriteria investasi usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional pada Tabel 10. sebagai perbandingannya. Tabel 10. Kriteria Investasi Budidaya Tanaman Bayam Secara Konvensional Kriteria Investasi BEP Produksi (kg) R/C ratio (per Bulan) 5.15 Keuntungan (Juta Rp/Bulan) 9.28 Payback Period (Bulan) Berdasarkan hasil penghitungan kriteria investasi pada Tabel 10, usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional memiliki kriteria investasi yang lebih baik dibandingkan usaha budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik, akan tetapi usaha budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik memiliki keuntungan yang lebih tinggi. Perhitungan kriteria investasi dari usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional disajikan pada Lampiran Pembahasan Populasi adalah jumlah individu sejenis di dalam suatu areal. Peningkatan jumlah bibit per lubang tanam berarti meningkatkan populasi tanaman dan diharapkan akan meningkatkan produktivitas tanaman bayam per meter persegi. Besarnya populasi tanaman akan mempengaruhi faktor tumbuh yang diterima tanaman seperti air dan cahaya. Semakin banyak populasi tanaman semakin

12 31 sedikit factor tumbuh yang individu yang ada pada areal tersebut disebabkan terjadinya persaingan. Konsumsi air dan cahaya pada tanaman akan terpenuhi secara optimum dengan populasi tanaman yang juga optimum. Selain itu dengan populasi optimum pemakaian lahan lebih efisien dan sebagai tindak pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit pada tanaman. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bayam. Pertumbuhan berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) (Gardner et al., 1991). Faktor tumbuh seperti air dan cahaya akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan baik jika air dan cahaya yang didapat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang ditanam dengan tingkat populasi yang tepat konsumsi air dan cahayanya dapat dipenuhi sesuai kebutuhan. Pertumbuhan tanaman akan maksimal sehingga diperoleh pula produktivitas yang maksimum. Pada kedua percobaan, berdasarkan hasil sidik ragam pada tanaman bayam, jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat panen (17 HST). Secara teori tanaman yang ditanam dengan populasi yang tinggi menghasilkan tanaman yang lebih tinggi karena adanya proses etiolasi. Cahaya memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan batang. Tanaman yang ternaungi pada tegakan yang rapat biasanya memiliki batang yang lebih tinggi. Pengaruh naungan tersebut disebabkan oleh peningkatan auksin yang bekerja secara sinergis dengan giberelin (Gardner et al., 1991). Pada percobaan studi populasi tanaman terhadap konsumsi air tanaman bayam, teori etiolasi tidak berlaku karena tanaman yang ditanam dengan satu bibit per lubang tanam memiliki tinggi tanaman tertinggi. Hal ini diduga karena tanaman yang ditanam satu bibit per lubang tanam pada percobaan kedua keadaan fisiknya lebih sehat dibandingkan tanaman pada perlakuan lain yang banyak terserang penyakit rebah kecambah, sehingga pertumbuhan batangnya lebih optimum. Jumlah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun saat panen (17 HST) pada percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas, tetapi tidak berpengaruh pada percobaan studi populasi tanaman terhadap konsumsi air tanaman bayam. Jumlah daun terbanyak pada kedua percobaan terdapat pada perlakuan satu bibit per lubang tanam. Pertumbuhan daun sangat dipengaruhi oleh

13 32 suhu, kelembaban, dan ketersediaan cahaya. Peningkatan populasi tanaman akan mengurangi ketersediaan cahaya dan pada akhirnya akan mengurangi pembentukan pucuk. Meningkatnya populasi akan meningkatkan kebutuhan cahaya untuk proses fotosintesis karena makin beratnya persaingan antara tanaman dalam memperebutkan cahaya. Hal tersebut dikaitkan dengan persaingan untuk mendapatkan hasil asimilasi, karena fotosintesis berkurang dalam tegakan yang rapat (Gardner et al., 1991). Pada populasi tanaman yang rapat, banyak permukaan daun yang saling menutup, sehingga menghambat proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang terhambat akan berdampak pada jumlah fotosintat yang dihasilkan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pembentukan daun. Luas permukaan daun secara nyata juga dipengaruhi oleh populasi tanaman. Tanaman dengan jumlah individu paling sedikit, yaitu satu bibit per lubang tanam nyata menghasilkan daun dengan permukaan yang paling luas, pada kedua percobaan. Permukaan daun yang luas, efektif dalam menangkap cahaya dan cepat dalam pengambilan CO 2 untuk bahan dasar proses fotosintesis, karena permukaan daun merupakan organ utama tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, tanaman dengan satu bibit per lubang tanam memiliki penampilan fisik yang paling baik karena memiliki permukaan daun yang luas. Pada percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas jumlah bibit berpengaruh nyata pada setiap peubah panen kecuali bobot basah tanaman per meter persegi. Bobot basah per meter persegi tertinggi yaitu gram yang dihasilkan dengan menanam tanaman bayam dengan tiga bibit per lubang tanam dan yang terendah adalah produktivitas tanaman dengan menanam dua bibit per lubang tanam yaitu 795 gram. Secara rasional produktivitas tanaman bayam akan meningkat seiring dengan meningkatnya populasi tanaman. Akan tetapi, ada satu titik populasi tanaman yang sudah jenuh sehingga tanaman tidak lagi dapat bersaing dan secara berangsur produktivitas akan menurun. Bertambahnya jumlah bibit per lubang tanam di atas populasi jenuh cenderung meningkatkan persaingan tanaman, baik antar tanaman dalam satu lubang tanam maupun antar lubang tanam yang akan berdampak pada penurunan hasil (Masdar, 2006). Pada tanaman bayam empat bibit per lubang tanam hasil produksi lebih rendah dibandingkan dengan tiga bibit

14 33 per lubang tanam. Hal tersebut diduga pada populasi tanaman empat bibit per lubang tanam merupakan titik jenuh populasi tanaman bayam yang dibudidayakan secara hidroponik sistem NFT modifikasi kerikil. Hasil panen tanaman merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih asimilasi CO 2 selama pertumbuhan. Asimilasi CO 2 merupakan hasil penyerapan energi matahari dan akibat radiasi matahari. Oleh karena itu, faktor utama yang mempengaruhi hasil panen ialah radiasi matahari yang diabrsorbsi. Populasi yang terlalu rapat, banyak daun yang saling menutup sehingga tidak efisien dalam penyerapan cahaya matahari. Oleh sebab itu, pada tanaman dengan empat bibit per lubang tanam terjadi penurunan produktivitas. Tanaman bayam dengan satu bibit per lubang tanam memiliki penampilan fisik yang paling baik karena lebih efisien dalam penyerapan cahaya matahari. Tanaman yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam menghasilkan produksi per meter persegi yang paling tinggi dibandingkan populasi tanaman yang lainnya. Akan tetapi, selain memiliki produktivitas yang tinggi, menanam tanaman dengan populasi 3 bibit per lubang tanam juga membutuhkan jumlah bibit yang lebih banyak dibandingkan menanam bayam satu atau dua bibit per lubang tanam yang juga akan meningkatkan biaya produksi. Berdasarkan kriteria investasi yang dihitung, populasi dengan tiga bibit per lubang memberikan keuntungan yang paling tinggi dibandingkan perlakuan jumlah bibit lainnya. Biaya investasi akan kembali setelah kurang lebih usaha berjalan selama 4.35 bulan. Dibandingkan dengan budidaya tanaman bayam secara konvensional dengan produktivitas 2 kg/m 2, menanam bayam dengan teknik hidroponik lebih mahal biaya investasinya. Akan tetapi, keuntungan budidaya bayam secara hidroponik lebih besar dibandingkan budidaya bayam secara konvensional. Hal ini disebabkan harga bayam yang dibudidayakan dengan teknik hidroponik lebih tinggi karena memiliki pangsa pasar masyrakat menengah ke atas. Keuntungan usaha budidaya tanaman bayam secara hidropnik lebih tinggi juta rupiah dibandingkan usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional. Konsumsi air pada percobaan ini diartikan sebagai jumlah air yang digunakan tanaman untuk proses evapotranspirasi setelah pindah tanam dan selama ada pada

15 34 fase pembesaran. Evapotranspirasi (ET) merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses menguapnya air dari permukaan media, sedangkan transpirasi adalah proses menguapnya air dari organ tanaman terutama daun. Pada percobaan ini tanaman yang ditanam dengan satu bibit per lubang tanam mengkonsumsi air yang paling banyak, disusul oleh dua bibit per lubang tanam, tiga bibit per lubang tanam, dan selanjutnya empat bibit per lubang tanam. Penampilan individu tanaman bayam yang terbaik dihasilkan dari tanaman yang ditanam satu bibit per lubang tanam, meskipun bobot tanaman per pot paling tinggi adalah tanaman yang ditanam dengan 4 bibit per lubang tanam. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi air adalah pertumbuhan akar. Menurut Gardner et al. (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan akar diantaranya adalah genotipe, persaingan tanaman, penghilangan daun, atmosfer media tumbuh, ph media tumbuh, temperatur media tumbuh, kesuburan media tumbuh, air, dan daya mekanik dan fisik. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pertumbuhan akar pada percobaan ini adalah persaingan tanaman, atmosfer media tumbuh, dan air. Pada percobaan ini semakin besar populasi ternyata semakin sedikit air yang diserap tanaman. Hal ini diduga karena pada lubang tanam dengan bibit yang banyak, pertumbuhan akar tanaman terhambat sehingga berpengaruh terhadap penyerapan air dan unsur hara. Setelah pindah tanam ke fase pembesaran akar harus mulai beradaptasi di media yang baru. Tanaman yang ditanam dengan banyak individu pada satu lubang tanam, akarnya sulit berkembang dan beradaptasi di media yang baru itu. Ujung dan bulu akar sulit tumbuh dan berkembang, padahal organ tersebut adalah organ yang utama dalam penyerapan air dan mineral. Akar tidak berkembang sehingga menurunkan bobot basah maupun bobot kering akar dan mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara. Akar tanaman pada percobaan ini pun berwarna coklat, sedangkan akar yang sehat menurut Resh (2004) berwarna putih dan berserat banyak. Akar berwarna coklat dapat menjadi indikator bahwa pada atmosfer sekitar kerikil kekurangan unsur oksigen. Oksigen sangat esensial untuk proses metabolisme, termasuk transport dan penyerapan aktif (Gardner et al., 1991). Tanaman yang di sekitar

16 35 akarnya tidak terpenuhi kadar oksigen secara cukup, pertumbuhan akarnya akan terganggu dan mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara yang diberikan. Selain disebabkan oleh kekurangan oksigen akar berwarna coklat pada tanaman bayam juga disebabkan serangan Phytium sp. Infeksi cendawan Phytium sp. dapat menyebabkan akar tanaman berwarna coklat dan tanaman menjadi kerdil (Resh, 2004). Air juga turut mempengaruhi pembentukan akar. Air yang kurang atau lebih di sekitar akar akan mempengaruhi pertumbuhan akar. Pada hydroponik kit yang digunakan dalam percobaan ini kadang-kadang air tergenang di atas media tanam. Air tergenang menyebabkan akar tanaman yang baru dipindah tanam cepat busuk, sehingga tidak ada akar baru yang terbentuk dan menghambat penyerapan air. Pada penelitian ini belum dapat diketahui berapa konsumsi air yang tepat untuk tanaman bayam yang ditanam dengan teknik hidroponik sistem substrat pada media kerikil. Selain faktor pertumbuhan akar, faktor lain yang mempengaruhi konsumsi air tanaman adalah sistem hidroponik yang digunakan. Sistem hidroponik yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga mungkin saja ada kesalahan saat percobaan seperti adanya air hujan yang masuk ke hydroponic kit. Walaupun percobaan dilakukan di dalam greenhouse tetapi masih ada air hujan yang masuk meskipun sedikit, karena saat itu curah hujan yang cukup tinggi juga disertai angin kencang. Selain masuknya air hujan, lubang pengairan pada botol air mineral yang besarnya tidak sama juga diduga mempengaruhi konsumsi air tanaman bayam. Jumlah air yang dibutuhkan tanaman tidak tersedia sehingga tanaman mengalami kesulitan air yang dibutuhkan. Hal tersebut disebabkan oleh lubang pengairan yang kecil dan tidak sama ukurannya dari tiap satuan percobaan.

Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman

Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman Productivity Increasement and Water Consumption Efficiency

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Proses Produksi

PEMBAHASAN. Proses Produksi PEMBAHASAN Proses Produksi Persemaian dan Nursery Media tanam untuk persemaian berupa rockwool merupakan pilihan yang baik, sebab menurut Resh (2004), rockwool dapat menyediakan oksigen, air, nutrisi dan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

STUDI POPULASI TANAMAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KONSUMSI AIR TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor L.) PADA TEKNIK HIDROPONIK

STUDI POPULASI TANAMAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KONSUMSI AIR TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor L.) PADA TEKNIK HIDROPONIK STUDI POPULASI TANAMAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KONSUMSI AIR TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor L.) PADA TEKNIK HIDROPONIK RIZKIANA ANGGAYUHLIN A24070180 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Pertumbuhan Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, bobot segar akar, dan bobot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal yang berpengaruh selama penelitian. Pengamatan ini meliputi data curah hujan,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang digunakan untuk mendukung hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung manis nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 sampai 8 dan rataan uji BNT 5% pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kaya kandungan gizi. Putri dkk., (2014) menyatakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae) 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani PT JORO merupakan sebuah perusahaan agribisnis hortikultura yang meliputi budidaya, sarana budidaya, distributor benih, produsen pupuk dan konsultan pertanian..

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penanaman bayam dilakukan sebanyak tiga kali penanaman. Pertumbuhan tanaman bayam baik pada ketiga perlakuan interval pemberian hara.tanaman dibudidayakan dalam

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panjang Tongkol Berkelobot Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol berkelobot. Berikut

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman padi ciherang pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa interaksi pupuk kompos TKS dengan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang tidak nyata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem 14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret di daerah Jumantono, Karanganyar, dengan jangka waktu penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci