HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada umur 4 MSP (minggu setelah perlakuan) dan tungau merah Tenuipalpus menyebabkan daun pacificus (Gambar 4). Serangan hama kutu putih menjadi menguning, sedangkan hama tungau merah menyebabkan daun seperti bergambar peta dengann adanya garis-garis putih keperakan yang berliku-liku (Sandra, 2010). a b Gambar 4. Planlet Anggrek Dendrobium lasianthera Terserang Hama Kutu Putih (a); Planlet Anggrek Dendrobium lasianthera Akibat Terserang Hama Tungau Merah (b). Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan larutan Agrept dengan konsentrasi 1 g/l dan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 1 g/l. Larutan tersebut disemprotkan ke seluruh permukaaan planlet seminggu sekali. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiramann dan pemupukan. Frekuensi penyiraman dilakukan satu kali setiap hari dengan menyempotkan air ke seluruh permukaan planlet dan media tanam hingga basah. Pemupukan dilakukan satu minggu sekali dengan menyemprotkan larutan pupuk daun konsentrasi 1 g/l. Persentase tanaman yang hidup hingga akhir penelitian dari seluruh perlakuan lebih dari 70% %. Tanaman yang diberi perlakuan

2 17 paclobutrazol umumnya memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman control (tanpa aplikasi paclobutrazol). Hasil Berdasarkan hasil rekpitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 1), diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun total dan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Pada peubah jumlah daun total dan lebar daun berpengaruh nyata pada 6 MSP dan berpengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MSP. Paclobutrazol tidak memberikan respon yang nyata pada peubah persen tumbuh, panjang daun, pertambahan jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, diameter sel palisade, warna daun, tinggi tanaman, dan bobot segar tanaman. Jumlah stomata berkisar antara hingga per mm 2, jumlah sel palisade berkisar antara hingga per mm 2 dan jumlah klorofil (a+b) berkisar antara hingga mg/g. Persentase Tumbuh Planlet Persen tumbuh pada data hasil analisis (Tabel 1) menunjukkan bahwa persentase tumbuh planlet tidak berbeda nyata antar perlakuan. Perlakuan dengan aplikasi paclobutrazol tidak meningkatkan persen tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera. Planlet anggrek Dendrobium lasianthera cenderung mengalami penurunan daya tumbuh selama delapan minggu selama pengamatan. Persen tumbuh planlet yang diberi aplikasi paclobutrazol masih tinggi (mencapai 90%) sampai 3 MSP.

3 Tabel 1. Rata-Rata Persentase Tumbuh Planlet Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol Waktu pengamatan (MSP) (ppm) % Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK Keterangan : tn = tidak berbeda nyata 18 Jumlah Daun Total Jumlah daun total diamati setiap minggu hingga 8 MSP, jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Aplikasi paclobutrazol terhadap jumlah daun total tidak berpengaruh nyata pada 1 hingga 5 MSP (Tabel 2). Hasil analisis statistik pada 8 MSP menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 10 ppm berbeda nyata dengan semua perlakuan dengan jumlah daun total tanaman 6 helai. Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun Total Anggrek Dendrobium lasinathera Paclobutrazol Waktu pengamatan (MSP) (ppm) helai b 5b 5.16b ab 5.28b 5.52b a 5.8a 6a b 5.04b 5.36b ab 5.2b 5.52b Uji F tn tn tn tn tn * ** ** KK Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5% ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn = tidak berbeda nyata MSP = Minggu Setelah Perlakuan

4 19 Panjang Daun Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata menghambat panjang daun (Tabel 3). Sejak minggu awal setelah perlakuan, rata-rata panjang daun tanaman cenderung meningkat hingga akhir pengamatan. Tabel 3. Rata-Rata Panjang Daun Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol Waktu pengamatan (MSP) (ppm) cm Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK Keterangan : tn = tidak berbeda nyata Lebar Daun Lebar daun tidak dihambat oleh pemberian paclobutrazol pada 1 hingga 5 MSP (Tabel 4). Konsentrasi paclobutrazol 15 ppm berbeda nyata dengan perlakuan 0 ppm, dan 5 ppm. Perlakuan paclobutrazol 15 ppm menghasilkan lebar daun terkecil pada 8 MSP, dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pemberian paclobutrazol menunjukkan respon linier pada 6 dan 7 MSP, serta respon kuadratik pada 8 MSP. Respon linier pada 7 MSP memiliki persamaan y = x, dengan R 2 = 0.46 (Gambar 6). Respon kuadratik pada 8 MSP memiliki persamaan y = x x 2, dengan R 2 = 0.54 (Gambar 7). Pemberian paclobutrazol menurunkan lebar daun anggrek Dendrobium lasianthera pada 6 dan 7 MSP.

5 Tabel 4. Rata-Rata Lebar Daun Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol Waktu pengamatan (MSP) (ppm) cm a 0.76a 0.79a ab 0.67ab 0.70ab bc 0.60bc 0.62bc c 0.52c 0.56c bc 0.57bc 0.61bc Uji F tn tn tn tn tn * ** ** KK Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5% ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn = tidak berbeda nyata MSP = Minggu Setelah Perlakuan 20 y = x Gambar 5. Respon Lebar Daun terhadap Pemberian Paclobutrazol pada 7 MSP. y = X x 2 Gambar 6. Respon Lebar Daun terhadap Pemberian Paclobutrazol pada 8 MSP

6 21 Pertambahan Jumlah Tunas Baru Tunas baru pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera mulai muncul pada 5 MSP (Tabel 5). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol tidak nyata meningkatkan pertambahan jumlah tunas baru pada 5 hingga 8 MSP. Jumlah tunas baru yang dihasilkan tanaman rata-rata tertinggi terdapat pada 5 MSP. Tabel 5. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Tunas Baru Anggrek D. lasianthera Paclobutrazol Waktu pengamatan (MSP) (ppm) Uji F tn tn tn tn KK Keterangan : tn = tidak berbeda nyata Jumlah Akar, Panjang Akar, dan Diameter Akar Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah, panjang, dan diameter akar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera (Tabel 6). Panjang akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 0 ppm yaitu sebesar 3.85 cm. Pada perlakuan 20 ppm memiliki rata-rata panjang akar terkecil yaitu 3.03 cm. Diameter akar terbesar terdapat pada tanaman kontrol yaitu sebesar 0.17 cm dan terkecil pada perlakuan 5 ppm yaitu sebsar 0.11 cm. Pada penelitian ini pemberian paclobutrazol menginduksi terbentuknya akar lateral tanaman. Akar lateral terdapat pada seluruh perlakuan dengan paclobutrazol, 5, 10, 15, dan 20 ppm. Tanaman kontrol menunjukkan tidak terdapat akar lateral (Gambar 8).

7 22 Tabel 6. Rata-Rata Jumlah Akar, Panjang Akar, dan Diameter Akar Anggrek Dendrobium lasiantheraa pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Uji F KK Keterangan : tn KK Jumlah akar tn 8.50 = tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman Panjang akar primer (cm) tn 5.68 Diameter akar (cm) tn ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm Gambar 7. Penampilann Akar Anggrek Dendrobium lasianthera Warna Daun Warna daun anggrek Dendrobium lasianthera diamati pada akhir pengamatan 8 MSP, dengan menggunakan alat SPAD (Soil Plant Analysis Development). Pengamatan warna daun bertujuan untuk melihat tingkat hijau

8 23 daun pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah diberikan aplikasi paclobutrazol. Rata-rata warna daun tertinggi terdapat pada perlakuan 20 ppm yaitu sebesar (Tabel 7). Tabel 7. Rata-Rata Warna Daun Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Warna daun Uji F tn KK Keterangan : tn = tidak berbeda nyata Jumlah Klorofil Hasil uji klorofil anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP menunjukkan jumlah klorofil a, b, dan jumlah klorofil (a+b) pada semua perlakuan paclobutrazol memiliki jumlah klorofil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa paclobutrazol (Tabel 8). Tabel 8. Nilai Uji Klorofil a dan b Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Klorofil a Klorofil b Klorofil (a+b) mg/g Kerapatan Stomata Kerapatan stomata anggrek Dendrobium lasianthera diamati pada 8 MSP. menunjukkan bahwa kerapatan stomata daun anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 50 hingga 86 stomata, dengan perbesaran 40x di bawah mikroskop (Gambar 9).

9 24 Tabel 9. Kerapatan Stomata Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Kerapatan stomata (per mm 2 ) ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm Gambar 8. Stomata dun anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP.

10 25 Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade Kerapatan sel palisade diamati pada 8 MSP, dengan pengamatan dibawah mikroskop pada perbesaran 40x (Gambar 10). Kerapatan sel palisade berkisar antara hingga (Tabel 11). Pada perlakuan kontrol kerapatan sel palisade dan diameter sel palisade menunjukkan nilai terkecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tabel 10. Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol Kerapatan sel palisade (per mm 2 ) Diameter sel palisade (nm) (ppm) Uji F tn KK 8.46 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata 0 ppm 5 ppm

11 26 10 ppm 15 ppm 20 ppm Gambar 9. Sel palisade daun anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP. Tinggi Tanaman Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tanpa aplikasi paclobutrazol (0 ppm) dan seluruh konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata dalam menghambat tinggi tanaman anggrek Dendrobium lasianthera, pada 4 MSP dan 8 MSP.

12 27 Tabel 11. Rata-Rata Tinggi Tanaman Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm) Waktu pengamatan (MSP) Uji F tn tn KK Keterangan : tn = tidak berbeda nyata Bobot Segar Tanaman Bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera diamati pada 8 MSP. Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot segar tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi paclobutrazol yang diberikan (Tabel 12). Bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 0.60 hingga 0.86 g. Tabel 12. Rata-Rata Bobot Segar Tanaman Anggrek D. lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Bobot (g) Uji F tn KK 4.04 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata Pembahasan Aklimatisasi adalah suatu proses dari suatu organisme untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan (Dinarti et al., 2007). Keberhasilan aklimatisasi akan menentukan persentase tumbuh bibit di lapangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera selama 4 MSP dengan pemberian paclobutrazol 5-20 ppm, menunjukkan persentase tumbuh yang tinggi yaitu diatas 90%, sedangkan pada tanaman kontrol penurunan persen tumbuh mulai terlihat sejak 3 MSP.

13 28 Persentase tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera terus mengalami penurunan pada seluruh perlakuan dari 5 hingga 8 MSP, dan rata-rata mencapai 78 % pada 8 MSP. Penurunan persentase tumbuh diduga karena suhu di dalam green house yang berkisar antara o C dan kelembaban berkisar 52-75%. Tingginya suhu dan rendahnya kelembaban udara di green house menyebabkan tanaman anggrek Dendrobium lasianthera layu, sehingga mengalami kematian. Anatomi daun anggrek dari perbanyakan in vitro yang memiliki lapisan kutikula kurang berkembang menyebabkan laju transpirasi tanaman tinggi, dan tidak adaptif terhadap kondisi in vivo, sehingga efektivitas paclobutrazol masih rendah. Efektivitas paclobutrazol ditentukan oleh cara aplikasi dan konsentrasi yang diberikan. Cara aplikasi melalui perendaman yang diduga kurang efektif dan konsentrasi paclobutrazol yang masih rendah, membuat persen tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera belum maksimal. Planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah aklimatisasi diharapkan memiliki persentase tumbuh yang tinggi, hijau daun meningkat, dan memiliki jumlah akar hidup yang optimal. Hasil penelitian Syahid (2007) menunjukkan pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro, pada tahap aklimatisasi di rumah kaca pada umur 2 bulan cukup tinggi karena bibit dapat tumbuh dan hidup dengan baik, serta berkembang dengan sempurna secara morfologi baik dalam bentuk batang dan daun tanpa menunjukkan adanya penyimpangan dalam penampilannya secara visual di rumah kaca. Jumlah daun total anggrek Dendrobium lasianthera pada akhir pengamatan menunjukkan bahwa tanaman kontrol (0 ppm) memiliki jumlah daun paling sedikit dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan 10 ppm yang memberikan jumlah daun terbanyak sebesar 6 helai. Hal yang berbeda ditemukan pada penelitian Syahid (2007) konservasi in vitro temulawak, jumlah daun temulawak yang dihasilkan tidak berbeda pada berbagai konsentrasi paclobutrazol. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena jumlah daun dihitung dari jumlah tunas awal dan tunas baru yangg muncul, berdasarkan jumlah tunas yang diberi aplikasi paclobutrazol cenderung mempunyai jumlah daun lebih

14 29 banyak dibandingkan dengan kontrol. Krishnamoorthy (1981) menyatakan bahwa retardan merupakan senyawa kimia yang mempunyai efek fisiologis menghambat pemanjangan sel di meristem apikal, sedangkan jumlah daun tidak dipengaruhinya. Pemberian paclobutrazol dalam penelitian ini tidak mempengaruhi jumlah daun anggrek Dendrobium lasianthera. Pemberian paclobutrazol yang semakin tinggi menurunkan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Tanaman kontrol memiliki ukuran lebar daun lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol. Sesuai dengan pernyataan Wattimena (1988) bahwa pengaruh pemberian retardan dapat menghambat proses sintesis giberelin, atau biasa disebut anti giberelin. Paclobutrazol menghambat sintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat. Terhambatnya sintesis giberelin mengakibatkan pemanjangan sel pada meristem sub apikal berjalan lambat (Khrisnamoorthy, 1981). Pada 8 MSP terdapat respon kuadratik yang diduga efektivitas paclobutrazol mulai menurun, dengan ditunjukkan oleh lebar daun tanaman yang mengalami peningkatan. Panjang daun dalam penelitian ini tidak dihambat oleh paclobutrazol. Hal tersebut menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol tidak menghambat pemanjangan sel daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Panjang daun yang tidak terhambat akan memberikan respon baik terhadap tanaman, sehingga tanaman tetap dapat hidup dan tumbuh normal tanpa adanya penghambatan. Pertumbuhan tunas yang terdapat pada meristem apikal tidak dipengaruhi oleh pemberian paclobutrazol. Pada penelitia ini aplikasi paclobutrazol tidak menekan pertambahan jumlah tunas baru anggrek Dendrobium lasianthera. Hal berbeda ditemukan pada hasil penelitian Syahid (2007) pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro, konsentrasi tinggi paclobutrazol 5.0 mg/l mampu menekan jumlah tunas yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa paclobutrazol. Pada semua perlakuan paclobutrazol, tunas-tunas baru masih bertambah sampai kultur berumur tujuh bulan walaupun dalam jumlah sedikit. Menurut Syahid (2007) bertambahnya jumlah tunas diduga kandungan sitokinin endogen di dalam jaringan cukup tinggi sehingga pada perlakuan

15 30 tersebut tunas baru masih terbentuk. Hasil yang sama pada penelitian ini diduga sitokinin endogen cukup tinggi, sehingga petambahan jumlah tunas masih terlihat. Akar pada tanaman merupakan bagian terpenting dalam penyerapan hara. Jumlah akar yang semakin banyak memungkinkan penyerapan hara dan pertumbuhan tanaman lebih baik. Akar merupakan jaringan tanaman yang berasal dari meristem apikal, sedangkan paclobutrazol bekerja pada meristem sub apikal. Pada hasil penelitian ini pemberian paclobutrazol tidak menurunkan jumlah, panjang, dan diameter akar anggrek Dendrobium lasianthera. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Syahid (2007) pada tanaman temu lawak dan Rosita et al. (2008) pada tanaman nilam bahwa pemberian beberapa konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tiga varietas nilam memberikan pengaruh yang tidak berbeda. Pada penelitian ini pengaruh paclobutrazol menginduksi terbentuknya akar lateral anggrek Dendrobium lasianthera. Akar lateral terdapat pada seluruh perlakuan konsentrasi paclobutrazol 5, 10, 15, dan 20 ppm. Tanaman kontrol tidak menghasilkan akar lateral (Gambar 8). Menurut Early dan Martin (1988) pemberian paclobutrazol meningkatkan ketebalan akar dan menyebabkan munculnya akar lateral pada daerah dekat ujung akar. Terbentuknya akar lateral akan meningkatkan ketegaran tanaman, sehingga potensi tumbuh akan lebih baik. Munculnya akar lateral diduga karena efektivitas fotosintesis yang meningkat, secara tidak langsung akan meningkatkan sinsetis auksin endogen. Auksin disintesis pada apeks tajuk dan ujung akar dan salah satu peran fisiologis auksin adalah inisiasi akar lareral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar lateral, kerapatan stomata, dan warna daun tertinggi terdapat pada aplikasi paclobutrazol 20 ppm. Akar lateral, kerapatan stomata, dan warna daun yang meningkat diduga akan meningkatkan asimilat yang dihasilkan dan secara tidak langsung akan meningkatkan potensi hidup lebih baik bagi tanaman. Warna daun tanaman berkisar antara dan warna daun terendah ditunjukkan pada tanaman kontrol. Warna daun mencerminkan kandungan klorofil pada daun. Mattjik et al., (1994) menyatakan bahwa retardan merupakan zat pengatur tumbuh yang telah dibuktikan dapat mempengaruhi ketegaran planlet dan menambah butir-butir klorofil. Harjadi (2009) menyatakan bahwa

16 31 tanaman yang diberi zat penghambat tumbuh (retardan) menunjukkan daun yang lebih hijau. Jumlah klorofil a, klorofil b, dan klorofil (a+b) cenderung lebih tinggi pada tanaman yang diberi paclobutrazol dibandingkan dengan tanaman kontrol. Jumlah klorofil yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan efektivitas proses fotosintesis pada daun, yang kemudian akan meningkatkan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera. Jumlah sel palisade berkisar hingga Semakin besar jumlah sel palisade dalam sel tanaman, diduga tebal daun, kandungan klorofil dan ketegaran daun akan semakin meningkat. Menurut pendapat Wattimena (1988) pemberian paclobutrazol dapat menyebabkan perubahan karakteristik daun seperti penurunan ukuran sel, ruang interseluler, meningkatkan kandungan klorofil, jumlah sel parenkim palisade dan menahan pembukaan stomata. Sel palisade berbentuk seperti tiang atau berbentuk seperti pagar yang terdiri dari satu atau beberapa lapis sel yang mengandung kloroplas. Fungsi dari sel palisade terspesialisasi untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis. Bentuk dan susunan sel palisade memungkinkan kloroplas terlokalisasi pada posisi strategis untuk menyerap cahaya matahari secara maksimal. Area permukaan sel yang bebas dari kontak dengan sel lain merupakan faktor yang menentukan tingginya efisiensi fotosintesis (Iriawati, 2009). Besarnya diameter sel palisade berhubungan dengan kandungan klorofil pada daun tanaman. Diameter sel palisade yang semakin besar diduga akan meningkatkan kandungan klorofil dalam sel. Jumlah stomata tanaman anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara per mm 2. Fungsi dari stomata adalah (1) sebagai jalan masuk dan keluarnya CO 2 maupun O 2 dari udara pada waktu proses fotosintesis dan respirasi, (2) sebagai jalan penguapan (transpirasi), (3) serta sebagai jalan masuk unsur hara yang diberikan melalui daun. Semakin banyak dan besar ukuran stomata daun semakin tinggi laju transpirasi pada daun sehingga akan mempengaruhi laju transportasi zat hara dari akar ke daun (Pandey dan Sinha, 1972). Aplikasi paclobutrazol tidak menurunkan tinggi dan bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Hal ini sejalan dengan penelitian Rosita et al. (2008) pemberian paclobutrazol pada tiga varietas nilam memberikan pengaruh

17 32 yang tidak berbeda terhadap karakter tinggi tunas dan bobot basah planlet nilam dan Satjapradja (2006) pada Agathis loranthifolia. Tanaman anggrek tergolong tanaman yang cukup lambat dalam pertumbuhannya, sehingga pemberian paclobutrazol tidak menghambat pertumbuhan tanaman. Aplikasi paclobutrazol memberikan respon positf terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera. Respon positif dari aplikasi paclobutrazol ditunjukkan dengan munculnya akar lateral, meningkatnya warna hijau daun, meningkatnya kerapatan stomata dan diameter sel palisade, tidak menghambat panjang daun dan tinggi tanaman. Pengaruh positif tersebut diduga membuat kondisi tanaman menjadi lebih tegar dan kokoh, sehingga potensi hidup dan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah aklimatisasi akan lebih baik.

ALINE SISI HANDINI A

ALINE SISI HANDINI A PENGARUH PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK Dendrobium lasianthera PADAA TAHAP AKLIMATISASII ALINE SISI HANDINI A24080102 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe 23 hasil rimpang ini selain karena keterbatasan suplai air dari media, juga karena tanaman mulai memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air dalam media mempengaruhi perkembangan luas daun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

RESPON PLANLET ANGGREK Dendrobium spectabile PADA PEMBERIAN BEBERAPA TARAF PACLOBUTRAZOL SELAMA TAHAP AKLIMATISASI YUSI NURMALITA ANDARINI

RESPON PLANLET ANGGREK Dendrobium spectabile PADA PEMBERIAN BEBERAPA TARAF PACLOBUTRAZOL SELAMA TAHAP AKLIMATISASI YUSI NURMALITA ANDARINI RESPON PLANLET ANGGREK Dendrobium spectabile PADA PEMBERIAN BEBERAPA TARAF PACLOBUTRAZOL SELAMA TAHAP AKLIMATISASI YUSI NURMALITA ANDARINI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Nilam 1 sampai 11 MST Hasil pengamatan tentang tinggi tanaman nilam pada umur 1 sampai dengan 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 2. Sidik ragam

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Januari 2011 sampai bulan Mei 2011. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Jumlah Daun Tanaman Nilam (helai) pada umur -1. Berdasarkan hasil analisis terhadap jumlah daun (helai) didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1. di bawah ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpanan In Vitro Bobot Basah

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpanan In Vitro Bobot Basah 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpanan In Vitro Hasil penelitian sebelumnya tentang penyimpanan in vitro kultur purwoceng menunjukkan bahwa pemberian ancimidol 1.5 ppm maupun paklobutrazol 5 ppm dalam media

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Eksplan Secara Umum Pertumbuhan eksplan kentang (Solanum tuberosuml.) mulai terlihat pada satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

HASIL. E0N1P2: tanpa endofit + kompos + penyiraman dua minggu sekali E0N2P1: tanpa endofit + NPK + penyiraman

HASIL. E0N1P2: tanpa endofit + kompos + penyiraman dua minggu sekali E0N2P1: tanpa endofit + NPK + penyiraman 3 Kandungan klorofil total (C) dalam g/l : C = Ca + Cb C =.22 A 64 +.82 A 663 Kandungan klorofil total (C) dalam mg/l : C = 2.2 A 64 + 8.2 A 663 Keterangan : Ca = kandungan klorofil a (g/l) Cb = kandungan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bisnis bunga pot menjadi salah satu usaha yang banyak dikembangkan karena memiliki daya tarik. Bunga pot dapat dijadikan sebagai penghias dalam ruangan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.) Kultur jaringan merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktifitas tanaman.

Lebih terperinci

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar Lampiran 1. Deskripsi Varietas kailan Varietas Tropica Sensation Asal Silsilah Golongan Varietas Umur mulai panen Tipe tanaman Tinggi tanaman Bentuk batang Diameter batang Warna batang Bentuk daun Tepi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm. PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan ketiga sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Keragaman mutu tiga jenis jahe (dalam %, pada lokasi 450 mdpl) Oleoresin Gingerol Pati Serat Air Abu Sari dalam air

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Keragaman mutu tiga jenis jahe (dalam %, pada lokasi 450 mdpl) Oleoresin Gingerol Pati Serat Air Abu Sari dalam air 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jahe (Zingiber officinale Roxb.) Menurut klasifikasi tanaman, jahe adalah tanaman herba tahunan yang termasuk famili Zingiberaceae. Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna kulit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Pertumbuhan Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, bobot segar akar, dan bobot

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI ABSTRAK

AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI ABSTRAK AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI Martua Ferry Siburian 1, Fitri Damayanti 2 1,2 Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta email korespondensi: ferrysiburian79@gmail.com ABSTRAK Keberhasilan

Lebih terperinci

AKLIMATISASI PLANLET DAN UMBI LAPIS MIKRO BAWANG MERAH (ACCLIMATIZATION OF SHALLOT PLANLET AND MICRO BULB) Abstrak

AKLIMATISASI PLANLET DAN UMBI LAPIS MIKRO BAWANG MERAH (ACCLIMATIZATION OF SHALLOT PLANLET AND MICRO BULB) Abstrak AKLIMATISASI PLANLET DAN UMBI LAPIS MIKRO BAWANG MERAH (ACCLIMATIZATION OF SHALLOT PLANLET AND MICRO BULB) Abstrak Tahap aklimatisasi merupakan tahap yang kritis untuk mengadaptasikan planlet dan umbi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Percobaan I: Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Perkembangan Ovari menjadi buah (polong buah). Teknik penyilangan anggrek mudah dipelajari,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan petani, bahkan pada lokasi yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan utama ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Ubi kayu yang berasal dari Brazil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widdy Hardiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Widdy Hardiyanti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki masyarakat yang banyak bekerja di bidang pertanian. Tanaman holtikultura merupakan salah satu tanaman yang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang

Lebih terperinci

pengaruh cahaya terhadap tumbuhan kacang hijau

pengaruh cahaya terhadap tumbuhan kacang hijau MAKALAH PRAKTIKUM BIOLOGI pengaruh cahaya terhadap tumbuhan kacang hijau TO: SULASFRI, S.Pd NAMA KELOMPOK: ASEP ASTRIANTO (31) BAGUS MASITTO PUTRA (04) 1 SMA NEGERI 1 SEKARAN ( pengaruh cahaya terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri dari 2 percobaan yaitu: 1. Pengaruh konsentrasi BA dan varietas pisang (Ambon Kuning dan Raja Bulu)

Lebih terperinci

Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek

Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek Potensi ekonomi anggrek sebagai salah satu komoditas tanaman hias telah banyak dimanfaatkan dan dikembangkan oleh banyak negara. Di Indonesia, potensi

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO ABSTRAK Ernitha Panjaitan Staf Pengajar Fakultas Pertanian UMI Medan Percobaan untuk mengetahui respons

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hama Keong. memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hama Keong. memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hama Keong Hasil sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi larutan garam memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian hama keong

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Hidup Eksplan Jumlah eksplan jelutung yang ditanam sebanyak 125 eksplan yang telah diinisiasi pada media kultur dan diamati selama 11 minggu setelah masa tanam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan Juni 2014. (Gambar 7). Gambar 7. Rumah Kaca Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Saat Muncul Tunas (hari) Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis secara statistik menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 5). Data hasil uji

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

III. INDUKSI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN KAKAO. Abstrak

III. INDUKSI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN KAKAO. Abstrak III. INDUKSI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN KAKAO Abstrak Kakao merupakan komoditas penting bagi Indonesia, baik secara ekonomi maupun sosial. Namun demikian, produktivitas perkebunan kakao di Indonesia masih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae) 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Proliferasi Kalus Embriogenik Kalus jeruk keprok Garut berasal dari kultur nuselus yang diinduksi dalam media dasar MS dengan kombinasi vitamin MW, 1 mgl -1 2.4 D, 3 mgl -1 BAP, 300

Lebih terperinci