PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik"

Transkripsi

1 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan pada penyemaian bayam adalah modifikasi NFT dengan media kerikil, sedangkan di pembesaran bayam menggunakan sistem aeroponik. Sistem deep flow technique (DFT), modifikasi NFT dengan kerikil, dan modifikasi top feeding dengan arang sekam juga digunakan pada pembesaran bayam, tetapi sistem tersebut lebih diutamakan untuk percobaan dan masingmasing sistem jumlahnya hanya satu bedeng. Teknik budidaya pada beragam sistem hidroponik yang digunakan untuk pembesaran bayam tidak sama. Perbedaan tersebut terlihat pada media, irigasi, bibit, jarak hingga produk bayam yang dihasilkan, akan tetapi umur an sama untuk semua sistem hidroponik yaitu hari di persemaian dan hari di pembesaran. Perbedaan teknik budidaya bayam pada beragam sistem hidroponik di Kebun Parung dapat dilihat pada Tabel 5. Sistem Aeroponik. Bayam yang di dengan sistem aeroponik menggunakan udara sebagai media. Ketinggian bedeng untuk penanaman adalah 50 cm. Bibit bayam yang akan di dibungkus menggunakan rockwool dan jelly cup yang fungsinya untuk menopang bibit agar tidak jatuh saat di pada styrofoam. Banyaknya bibit yang digunakan adalah 3 bibit/jelly cup. Pemberian larutan nutrisi pada sistem aeroponik diberikan dengan cara pengabutan secara otomatis setiap satu menit selama 24 jam. Pengabutan secara otomatis menyebabkan tingginya biaya produksi dan proses produksi sangat bergantung pada listrik. Ketika terjadi listrik padam di siang hari maksimal selama setengah jam an akan layu, sehingga harus segera diatasi dengan penggunaan genset untuk pengabutan larutan nutrisi. Bayam yang di secara aeroponik memiliki akar panjang berwarna coklat. Akar panjang disebabkan oleh perakaran yang menggantung, sedangkan

2 akar berwarna coklat dapat disebabkan oleh penggunaan timer dengan frekuensi satu menit sehingga akar kering dan diduga kekurangan oksigen. Oksigen pada sistem aeroponik diperoleh dari penyemprotan larutan nutrisi, semakin halus semprotan maka oksigen yang dikandung juga semakin banyak (Sutiyoso, 2004). Perakaran bayam yang berwarna coklat dapat menurunkan kualitas produk. Tabel 5. Perbedaan Budidaya Bayam pada Beragam Sistem Hidroponik di Kebun Parung Keterangan Media Irigasi Waktu penyiraman Bibit Bibit per lubang Jarak (cm) Populasi/m² Perakaran Warna akar Aeroponik Deep Flow Technique (DFT) Modifikasi NFT Kerikil 39 Modifikasi Top Feeding Arang Sekam Udara Air Kerikil Arang sekam Pengabutan (otomatis) Tiap 1 menit, selama 24 jam Dibungkus menggunakan rockwool dan jelly cup Menggenang dan mengalir (otomatis) 24 jam Dibungkus menggunakan rockwool dan jelly cup Manual Setiap 15 menit, dari pagi hingga sore Tanpa dibungkus rockwool dan jelly cup Flowrate (otomatis) 2-3 kali dalam sehari Tanpa dibungkus rockwool jelly cup 10 x x x x lubang (243 an) Panjang * Coklat *** Keterangan : * : Baik ** : Sedang *** : Kurang baik 81 lubang (243 an) Sedang ** Putih * 44 lubang (88an) Pendek *** Putih * dan 44 lubang (88 an) Panjang * Agak coklat ** Sistem Deep Flow Technique (DFT). Bayam yang di dengan sistem DFT menggunakan air sebagai media. Air yang digunakan sebagai media kondisinya menggenang dan mengalir. Air yang selalu mengalir dapat

3 40 menjadi sumber oksigen bagi an, jika oksigen kurang dapat digunakan aerator untuk penambah oksigen (Sutiyoso, 2004). Ketinggian bed sistem DFT adalah 15 cm dengan kedalaman larutan nutrisi 7 cm. Bibit bayam yang di pada sistem DFT dibungkus menggunakan rockwool dan jelly cup. Rockwool dan jelly cup berfungsi untuk menopang bibit agar tidak jatuh saat di pada styrofoam. Jumlah bibit yang di adalah 3 bibit/jelly cup. Nutrisi yang diberikan dicampur pada media (air), sehingga air yang kondisinya menggenang dan mengalir pada bedeng sudah mengandung nutrisi yang dapat diserap an untuk proses pertumbuhan. Jika terjadi listrik padam kondisi air hanya menggenang tetapi tidak mengalir, oleh sebab itu saat listrik padam an tidak layu karena masih ada larutan nutrisi yang menggenang di bedeng yang dapat diserap an (Sutiyoso, 2004). Bayam yang di dengan sistem DFT memiliki warna akar putih dan warna batang pucat. Warna akar putih dapat disebabkan oleh perakaran yang selalu tergenang air, sedangkan warna batang pucat diduga karena kandungan airnya tinggi. Modifikasi NFT dan Kerikil. Media yang digunakan pada sistem modifikasi NFT kerikil adalah kerikil. Kedalaman media adalah 3 cm. Bentuk kerikil yang tidak sama dapat menjadi celah untuk masuknya oksigen. Jika terjadi penurunan produksi akibat kotornya kerikil (berlumut), kerikil tidak perlu diganti tetapi dapat diatasi dengan pencucian menggunakan air bersih (Lingga, 1999) Bibit yang digunakan pada sistem modifikasi NFT dan kerikil sebanyak 2 bibit per lubang, dengan jarak 15 cm x 15 cm. Bibit tidak perlu dibungkus dengan rockwool dan jelly cup, karena tanpa penggunaan rockwool dan jelly cup bibit sudah dapat di tegak. Kerikil sebagai media tidak mampu menyerap air dengan baik sehingga untuk mengatasinya pengaliran nutrisi dilakukan secara terus menerus (Lingga, 1999). Pengaliran larutan nutrisi dilakukan secara otomatis

4 41 menggunakan flowrate yang diatur setiap 15 menit. Pengaliran larutan nutrisi dilakukan dari pukul WIB. Jika terjadi listrik padam an tidak langsung layu karena masih ada larutan nutrisi yang menggenang di kerikil yang dapat diserap an. Bayam yang di pada media kerikil memiliki akar pendek berwarna putih dengan batang agak keras. Akar yang pendek dikarenakan tumpukan kerikil sebagai tempat menopang akar tidak terlalu tebal. Penggunaan kerikil yang terlalu tebal akan menambah biaya produksi dan hasilnya pun tidak berbeda jauh. Bayam yang di dengan beragam sistem hidroponik dapat dilihat pada Gambar 20. A B C D Gambar 20. Hasil Bayam pada Beragam Sistem Hidroponik A. Bayam dengan Sistem Aeroponik B. Bayam dengan Sistem DFT C. Bayam dengan Sistem Modifikasi NFT Kerikil D. Bayam dengan Sistem Modifikasi Top Feeding dan Arang Sekam Modifikasi Top Feeding dan Arang Sekam. Media yang digunakan pada sistem modifikasi top feeding dan arang sekam adalah arang sekam. Kedalaman media yang digunakan adalah 5 cm. Arang sekam yang telah dipakai perlu diganti dengan arang sekam baru setelah dua kali pemakaian, karena setelah dua kali pemakaian arang sekam menjadi hancur (Lingga, 1999). Pemberian larutan nutrisi pada sistem modifikasi top feeding dan arang sekam masih manual, yaitu penyiraman menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan 2-3 kali dalam sehari. Penyiraman tidak menggunakan listrik tetapi menggunakan tenaga manusia, sehingga jika listrik padam tidak berpengaruh terhadap proses produksi.

5 42 Bayam yang di dengan media arang sekam memiliki akar panjang dan kurang putih. Ketika bayam dipanen, banyak arang sekam yang menempel di akar sehingga akar perlu dicuci supaya bersih. Arang sekam yang menempel di akar bayam sulit untuk dibersihkan, sehingga menyebabkan banyak yang terbuang. akar rusak dan Produksi Bayam Bobot bayam per an untuk semua sistem yaitu 7-10 g per an, dengan bobot dari masing-masing sistem yang tidak berbeda nyata. masing-masing sistem hidroponik terdapat pada Gambar 21. Bobot Bobot (g) aeroponik DFT kerikil sekam Sistem Hidroponik Gambar 21. Bobot Bayam per Tanaman Tiap Sistem Hidroponik Bayam yang di dengan beragam sistem hidroponik memiliki biaya produksi, keuntungan, dan tingkat kepraktisan budidaya yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Sistem aeroponik mengeluarkan biaya produksi paling tinggi diantara semua sistem hidroponik yang ada di Kebun Parung. Tingginya biaya disebabkan oleh tingginya biaya investasi dan biaya operasional yang digunakan. Biaya yang tinggi pada sistem aeroponik diikuti pula dengan lamanya waktu pengembalian modal (payback period), yaitu selama 9.2 bulan. Sistem DFT mengeluarkan biaya produksi yang cukup tinggi juga tetapi masih di bawah sistem aeroponik, dengan payback period yang lebih cepat yaitu 5.3 bulan.

6 Tabel 6. Perbandingan Biaya Produksi, Keuntungan, dan Kepraktisan Berbagai Sistem Hidroponik di Kebun Parung Sistem Hidroponik Biaya Produksi (Rp) Keuntungan (Rp) Payback Period (bulan) Produktivitas (g/m²) 43 Kepraktisan Aeroponik b Kurang praktis Deep Flow Technique b Sangat praktis Modifikasi a Praktis NFT Kerikil Modifikasi TopFeeding Arang Sekam a Tidak praktis Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sarna pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT tarat 5 % Sistem modifikasi top feeding dan arang sekam mengeluarkan biaya produksi paling rendah dari semua sistem hidroponik yang ada karena biaya operasional yang digunakan sedikit dengan payback period paling cepat, yaitu 4.4 bulan. Sistem modifikasi NFT kerikil juga memiliki biaya yang murah, tetapi masih di atas biaya sistem modifikasi top feeding arang sekam. Payback period pada sistem modifikasi NFT kerikil juga agak lama, yaitu 6.2 bulan. Keuntungan paling besar diperoleh pada sistem modifikasi top feeding arang sekam yaitu sebesar Rp /bulan. Tingginya keuntungan disebabkan oleh tingginya harga jual, sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan rendah. Keuntungan cukup besar juga diperoleh pada sistem modifikasi NFT kerikil dan DFT, keuntungannya yaitu Rp /bulan dan Rp /bulan. Sistem aeroponik memiliki keuntungan paling rendah dari semua sistem hidroponik yang ada, yaitu sebesar Rp /bulan. Rendahnya keuntungan disebabkan oleh tingginya biaya operasional pada sistem aeroponik. berbeda Produktivitas bayam yang di dengan sistem aeroponik dan DFT nyata terhadap sistem modifikasi NFT kerikil dan modifikasi top feeding arang sekam. Pada sistem aeroponik dan DFT produktivitasnya tidak berbeda nyata, begitu pula pada sistem modifikasi NFT kerikil dan modifikasi top feeding arang sekam. Produktivitas sistem aeroponik dan DFT lebih tinggi

7 44 dari sistem modifikasi NFT kerikil dan modifikasi top feeding arang sekam. Produktivitas sistem aeroponik adalah g/m² atau 1.91 kg/m² dan produktivitas sistem DFT adalah g/m² atau 1.97 kg/m², sedangkan produktivitas modifikasi NFT kerikil adalah g/m² atau 0.85 kg/m² dan produktivitas modifikasi top feeding arang sekam adalah g/m² atau 0.87 kg/m². Sistem aeroponik dan DFT menggunakan 3 bibit per lubang dengan jarak sempit sehingga populasi per meter banyak dan produktivitasnya besar, sedangkan pada sistem modifikasi NFT kerikil dan modifikasi top feeding arang sekam bibit yang digunakan adalah 2 bibit per lubang dengan jarak 15 cm x 15 cm (lebih lebar) sehingga diperoleh populasinya lebih sedikit dan produktivitasnya kecil. Sistem DFT merupakan sistem yang paling praktis dari semua sistem hidroponik yang ada di Parung Farm. Pengoperasian alat secara otomatis yaitu hanya dengan menyalakan listrik. Apabila listrik padam dalam jangka waktu yang lama an juga tidak layu karena larutan nutrisi masih tersedia di bedeng (Sutiyoso, 2004). Modifikasi sistem NFT kerikil juga merupakan sistem hidroponik yang praktis, pengoperasiannya dilakukan secara otomatis. Apabila listrik padam an tidak langsung layu karena larutan nutrisi masih ada yang bersisa di bedeng, tetapi jika listrik padam dalam jangka waktu yang lama perlu digunakan genset untuk pengaliran nutrisi. Sistem aeroponik juga termasuk sistem yang praktis, tetapi tingkat kepraktisannya kurang jika dibandingkan sistem DFT dan modifikasi NFT kerikil. Pengoperasian alat pada sistem aeroponik dilakukan secara otomatis, tetapi jika terjadi listrik padam harus segera digunakan genset untuk penyemprotan larutan nutrisi karena jika tidak digunakan genset an akan layu. Sistem modifikasi top feeding arang sekam merupakan sistem yang tidak praktis. Pembudidayaan an sangat bergantung pada manusia karena perawatan an menggunakan tenaga manusia. Pemakaian arang sekam juga harus diganti setelah dua kali pemakaian karena setelah dua kali dipakai arang sekam menjadi hancur (Lingga, 1999). Sistem modifikasi top feeding dengan

8 45 arang sekam tidak bergantung pada listrik, sehingga jika listrik padam tidak berpengaruh pada proses produksi. Pada proses pasca panen, bayam yang di dengan sistem modifikasi top feeding arang sekam harus dicuci karena arang sekam banyak yang menempel di akar, sedangkan pada sistem hidroponik yang lain tidak dilakukan pencucian karena kondisinya bersih. Berdasarkan hasil pengamatan, sistem yang paling tinggi memberikan keuntungan adalah modifikasi top feeding arang sekam. Biaya produksi yang dikeluarkan sistem ini paling sedikit dan waktu pengembalian modal cepat, meskipun produktivitas yang dihasilkan sedikit. Sistem modifikasi top feeding arang sekam merupakan sistem hidroponik yang tidak praktis karena pemeliharaannya manual, arang sekam harus diganti setelah dua kali pemakaian, dan bayam harus dicuci. Kehilangan Hasil Kehilangan hasil yang dialami kebun Parung setiap kali panen berbeda setiap harinya. Rata-rata kehilangan hasil yang dialami kebun Parung sebanyak 47.32%. Sayuran yang tidak layak jual karena mengalami kehilangan hasil dimanfaatkan untuk pakan ikan dan bebek. Banyaknya nilai kehilangan hasil disebabkan oleh sayuran patah, sayuran berukuran kecil, serta serangan hama dan penyakit. a. Sayuran Patah Pemanenan yang kurang hati-hati menyebabkan sayuran patah, sehingga harus dibuang karena tidak layak jual. Banyaknya sayuran yang patah dapat dikurangi dengan pemanenan yang lebih hati-hati. b. Sayuran Kecil Penggunaan jumlah bibit yang beragam dalam satu jelly cup menyebabkan pertumbuhan an tidak seragam, sedangkan saat pemanenan dilakukan sekaligus dalam satu jelly cup sehingga bayam yang berukuran kecil harus dibuang.

9 46 c. Serangan Hama dan Penyakit Sayuran yang rusak karena serangan hama dan penyakit harus dibuang untuk menghindari penolakan pasar. Semakin banyak an yang terbuang semakin tinggi kehilangan hasil. Kebun Parung melakukan pengendalian hama dan penyakit secara mekanis dan tidak menggunakan pestisida dalam proses produksinya. Pengendalian secara mekanis kurang ampuh dalam memberantas hama dan penyakit karena bersifat tidak membunuh sehingga serangan hama dan penyakit dapat muncul kembali. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bayam di Kebun Parung Produksi bayam secara hidroponik di Kebun Parung berfluktuatif di setiap bulannya. Kurang stabilnya produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu intensitas cahaya matahari, hama dan penyakit, suhu udara, serta kultur teknis. 1. Intensitas Cahaya Matahari Intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap proses fotosintesis an. Berkurangnya intensitas cahaya matahari menyebabkan proses fotosintesis kurang optimal sehingga pertumbuhan an terganggu yang mengakibatkan lamanya waktu panen (Lingga, 1999) Produksi (kg) Curah hujan (mm) Bulan Gambar 22. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Curah Hujan terhadap Produksi

10 47 Intensitas cahaya matahari pada musim hujan (Oktober-Maret) lebih rendah dibanding saat musim kemarau (April-September), karena pada musim hujan cahaya matahari tertutup oleh mendung. Pada musim hujan dengan intensitas cahaya matahari rendah bayam dapat dipanen pada umur 18 hari, sedangkan di musim kemarau dengan intensitas cahaya matahari tinggi bayam dapat dipanen pada umur hari. Pengaruh curah hujan dan intensitas cahaya terhadap produksi bayam disajikan pada Gambar Hama dan Penyakit Parung Farm tidak menggunakan pestisida dalam budidaya sayurannya. Hama, penyakit dan gulma yang menyerang an hanya dikendalikan secara mekanis, yaitu dengan membuang hama, penyakit dan gulma yang ada serta membuang an yang terserang agar tidak menular ke an yang lain. Pengendalian secara mekanis kurang ampuh karena bersifat tidak membunuh pathogen sehingga serangan pathogen dapat muncul kembali. Kerusakan pada an terutama disebabkan oleh hama dan penyakit. Jenis hama yang dominan menyerang an adalah ulat grayak (Spodoptera litura F.), ulat penggulung daun (Lamprosema indica F), ulat lompat (Plusia chalsites Esper), kepik, dan belalang. Hama tersebut menyerang an dengan cara memakan daun yang menyebabkan daun berlubang, bahkan daun dimakan hingga habis dan hanya bersisa tulang daunnya. Penyakit yang sering menyerang bayam adalah bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Cercospora longissima Sacc, dan daun keriting yang disebabkan oleh virus Ruga tabaci. Menurut Tim Penulis PS (1995) Cercospora longissima Sacc menyerang an (daun) yang menyebabkan munculnya bercak kecil dan basah yang berkembang ke dalam jaringan dan berubah menjadi kecoklatan, sedangan virus Ruga tabaci menyebabkan daun memiliki warna yang tidak merata, permukaan daun berkerut, keriting, dan posisinya terpuntir, warna daun hijau tua atau pucat dan terhambatnya pertumbuhan an.

11 48 3. Suhu Udara Tinggi Suhu rata-rata di dalam greenhouse kebun Parung berkisar 31 C, sedangkan suhu yang optimal untuk pertumbuhan bayam adalah C. Suhu yang tinggi di dalam greenhouse menyebabkan udara di dalam greenhouse panas, kelembaban berkurang, serta berubahnya ph larutan nutrisi yang menyebabkan larutan nutrisi tidak dapat diserap akar sehingga diduga an mengalami defisiensi unsure hara (Sutiyoso, 2004). Menurut Suhardiyanto (2009) tingginya suhu di dalam greenhouse dapat diatasi dengan pemasangan peralatan seperti exhaust fan, evaporative pad, dan instalasi pengabutan untuk menjaga kondisi lingkungan di dalam greenhouse tetap optimum. 4. Kultur Teknis a. Jumlah Bibit yang Beragam Jumlah bibit yang digunakan adalah tiga bibit per jelly cup, tetapi jika bibit melimpah dan pekerja terburu-buru dalam membungkus bibit maka jumlah bibit yang digunakan lebih dari tiga per jelly cup. Semakin banyak jumlah bibit yang digunakan, maka semakin besar kompetisi antar an yang menyebabkan pertumbuhan an dalam satu jelly cup tidak seragam. Pertumbuhan an dalam satu jelly cup yang tidak seragam terlihat dari ukuran an yang berbeda, an ada yang besar ada pula yang kecil. Tanaman yang berukuran kecil harus dibuang karena tidak layak jual. Semakin banyak an yang terbuang semakin besar pula kehilangan hasil. b. Penggunaan Timer Satu Menit Penggunaan timer satu menit pada pengabutan sistem aeroponik menyebabkan akar kering dan diduga kekurangan oksigen sehingga akar berwarna coklat. Perakaran bayam yang berwarna coklat memang tidak menurunkan produksi secara kuantitas tetapi menurunkan kualitas produk. Perakaran yang berwarna coklat dapat diatasi dengan penggunaan frekuensi timer yang lebih pendek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Proses Produksi

PEMBAHASAN. Proses Produksi PEMBAHASAN Proses Produksi Persemaian dan Nursery Media tanam untuk persemaian berupa rockwool merupakan pilihan yang baik, sebab menurut Resh (2004), rockwool dapat menyediakan oksigen, air, nutrisi dan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL)

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

Hidroponik Untuk Pemula. Feri Ferdinan

Hidroponik Untuk Pemula. Feri Ferdinan Hidroponik Untuk Pemula Feri Ferdinan A. 0813-1100-5930 Hidroponik Bercocok tanam menggunakan media air, hidroponik adalah bercocoktanam tanpa menggunakan media tanah. Soilless 2 Media Tanam Rockwool,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat magang meliputi kegiatan budidaya sayuran aeroponik dan DFT serta kegiatan pemasaran. Kegiatan budidaya tanaman sayuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO PENDAHULUAN Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL), Jurusan Teknik Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penanaman bayam dilakukan sebanyak tiga kali penanaman. Pertumbuhan tanaman bayam baik pada ketiga perlakuan interval pemberian hara.tanaman dibudidayakan dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis antara lain adalah keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik (EC),

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Parung Farm Letak Geografis dan Iklim

PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Parung Farm Letak Geografis dan Iklim 19 PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Parung Farm Parung Farm merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang agribisnis sayuran. Parung Farm mengawali usaha pada November 1998 dengan melakukan pelatihan budidaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang masih satu spesies dengan kol atau kubis (Brassica oleracea) (Pracaya, 2005). Kailan termasuk

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAYAM (var Amaranth 936 white leaf) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PARUNG FARM, BOGOR, JAWA BARAT DESI SAYYIDATI RAHIMAH A

BUDIDAYA BAYAM (var Amaranth 936 white leaf) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PARUNG FARM, BOGOR, JAWA BARAT DESI SAYYIDATI RAHIMAH A BUDIDAYA BAYAM (var Amaranth 936 white leaf) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PARUNG FARM, BOGOR, JAWA BARAT DESI SAYYIDATI RAHIMAH A24060680 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan secara taksonomi (Rukmana, 2003) Caisim diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Sub-Kingdom : Tracheobionta

Lebih terperinci

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Created By  Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY Created By www.penyuluhthl.wordpress.com Pesan bibit cabe kopay. Hub. 081274664892 SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY I. PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan lahan Pengolahan lahan yang sempurna merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Parung Farm Hidroponik

TINJAUAN PUSTAKA Parung Farm Hidroponik 3 TINJAUAN PUSTAKA Parung Farm Parung Farm merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang produksi sayuran yang ditanam secara hidroponik. Parung Farm berlokasi di Jalan Raya Parung-Bogor No. 546,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

BUDIDAYA GREEN BUTTERHEAD (Lactuca sativa var. capitata L.) SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT DENGAN MEDIA TANAM ROCKWOOL

BUDIDAYA GREEN BUTTERHEAD (Lactuca sativa var. capitata L.) SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT DENGAN MEDIA TANAM ROCKWOOL LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA GREEN BUTTERHEAD (Lactuca sativa var. capitata L.) SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT DENGAN MEDIA TANAM ROCKWOOL Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Pilangrejo, Rt 02 / Rw 08, Desa Kemasan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidroponik merupakan salah satu bagian dari hydro-culture. Metode

BAB I PENDAHULUAN. Hidroponik merupakan salah satu bagian dari hydro-culture. Metode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroponik merupakan salah satu bagian dari hydro-culture. Metode hidroponik menggunakan larutan nutrisi mineral dalam air tanpa tanah untuk menumbuhkan tanaman. Tanaman

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

Pupuk hidroponik A-B mix vegetatif merupakan ramuan pupuk untuk. kelompok tanaman vegetatif. Pupuk tersebut mengandung total N 200 ppm

Pupuk hidroponik A-B mix vegetatif merupakan ramuan pupuk untuk. kelompok tanaman vegetatif. Pupuk tersebut mengandung total N 200 ppm 100 Lampiran 1. 1. Cara pembuatan pupuk A-B mix vegetatif Pupuk A-B mix vegetatif merupakan ramuan pupuk untuk kelompok tanaman vegetatif. Pupuk tersebut mengandung total N 200 ppm dengan rasio 7 antara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman

Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman Productivity Increasement and Water Consumption Efficiency

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 16 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan penulis meliputi : penyiraman, pemupukan, pemangkasan, pembersihan gulma, penanaman ulang dan penggantian media tanam, pengendalian hama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PENGAIRAN BAWANG MERAH

PENGAIRAN BAWANG MERAH PENGAIRAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pengairan tanaman bawang merah A. Pengairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lingkungan Penanaman Topografi lokasi penanaman mempunyai ketinggian 1232 mdpl, sedangkan untuk suhu udara pada waktu siang (24 30 C) dan malam (16-22 C) dan jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September Oktober 2012. Tempat penelitian di Kebun Kartini Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING

BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING Deskripsi Singkat BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING Pokok Bahasan : Praktek Pembibitan dan Transplanting Waktu : 2 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, pada bulan Maret

Lebih terperinci

Baiklah sekarang saya lanjut mengenai cara menanam secara hidroponik.

Baiklah sekarang saya lanjut mengenai cara menanam secara hidroponik. BERKEBUN HIDROPONIK 5 LANGKAH MUDAH MEMBUAT KEBUN HIDROPONIK Hai sahabat Paket Berkebun kali ini saya akan membahas mengenai cara menanam yang modern banget nih, yaitu menanam secara hidroponik. Tentu

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan 1717 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

WORKSHOP HIDROPONIK. Ir. Karno, M.Appl.Sc., Ph.D. (Prodi S1 Agroekoteknologi)

WORKSHOP HIDROPONIK. Ir. Karno, M.Appl.Sc., Ph.D. (Prodi S1 Agroekoteknologi) WORKSHOP HIDROPONIK Ir. Karno, M.Appl.Sc., Ph.D. (Prodi S1 Agroekoteknologi) HMJ Pertanian Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro 2017 HIDROPONIK HIDROPONIK HIDROPONIK Hydro (air) Ponos

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci