IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan yaitu bulan Oktober 2015 sampai Januari Benih kenitu berasal dari Desa Koplak, Kecamatan Siswodipuro, Kabupaten Boyolali. Beberapa jenis tanaman yang terdapat di dalam rumah kaca C yaitu kaktus, seledri, pakchoi, kacang tanah dan salak. Keberadaan tanaman tersebut tidak mempengaruhi hasil pertumbuhan tanaman kenitu. Rata-rata suhu di rumah kaca C yaitu pada pagi hari (pukul WIB) sebesar 34,15ºC, siang hari (pukul WIB) sebesar 36,15ºC, dan sore hari (pukul WIB) sebesar 33,08ºC. Rata-rata kelembaban udara rumah kaca C pada pagi, siang dan sore hari yaitu 69,23%, 63,92% dan 66,46%. Data pengukuran suhu dan kelembaban disajikan dalam lampiran 4. Kelembaban media dipelihara dengan menyiram benih 2-3 hari sekali selama fase kecambah dan 5-7 hari sekali selama fase bibit. Penyiraman bibit menggunakan larutan nutrisi AB mix dengan konsentrasi nitrat (NO 3 - ) 175 ppm dengan EC 1,68 ms - 1,86 ms (lampiran 3, tabel 5). Pengendalian organisme pengganggu tanaman ( OPT) dilakukan secara manual yaitu kutu putih diambil, dijauhkan dari penelitian dan benih yang telah atau belum berkecambah yang terkena jamur segera diambil dan dijauhkan dari benih yang lain. OPT yang terdapat pada benih dan bibit kenitu disajikan pada gambar 2. 19

2 20 (a) (b) Gambar 2. Keadaan benih terkena jamur pada biji (a), kecambah (b) dan kutu putih pada bibit (c). B. Perkecambahan Benih Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Pertumbuhan adalah perubahan secara kuantitatif dalam satu daur hidup yang bersifat irreversible. Pertumbuhan diiringi dengan perkembangan sebagai proses perubahan kualitatif selama daur hidup. Benih mengalami tahap awal pertumbuhan yaitu perkecambahan. Pertumbuhan kecambah dimulai dari retak dan keluarnya radikula sampai terdapat struktur kecambah yang mempunyai akar dan tunas yang telah memanjang. 1. Persentase Perkecambahan (c) Benih merupakan biji yang memiliki daya hidup atau viabilitas benih. Benih yang hidup harus menjanjikan tumbuhnya suatu tanaman (Sadjad et al. 1999) dengan memiliki kekuatan tumbuh atau vigor yang tinggi sehingga mampu tumbuh menjadi tanaman normal meskipun dalam lingkungan suboptimum. Kecambah normal adalah benih yang mampu melakukan metabolisme untuk perkecambahan sampai membentuk fase

3 21 perkecambahan tertentu yang mampu tumbuh normal dan optimum di lapang (Pramudita 2014). Menurut Mugnisjah 1994, kecambah harus memiliki struktur penting untuk memenuhi pertumbuhan yang baik seperti sistem perakaran (akar primer, sekunder), hipokotil, epikotil, dan kotiledon. Kecambah yang normal umumnya memiliki sistem perakaran yang baik terutama akar primer, perkembangan hipokotil yang baik dengan daun hijau dan tumbuh baik, serta memiliki dua kotiledon pada dikotil (Tamin 2007). Kriteria kecambah normal menurut Sutopo (1985) yaitu memiliki perkembangan sistem perakaran, hipokotil, dan plumula yang baik. Gambar kecambah benih kenitu disajikan pada gambar 3 dan kriteria kecambah benih kenitu disajikan pada gambar 4 dan tabel Keterangan: 1. Daun primer 2. Epikotil 3. Kotiledon Hipokotil 5. Akar sekunder 6. Akar primer 7. Plumula 6 Gambar 3. Kecambah kenitu.

4 22 1 a b C d 2 a b C d Gambar 4. Kriteria kecambah normal (1) dan abnormal (2) pada kenitu. Tabel 1. Kriteria kecambah benih kenitu Tipe Kecambah Kriteria Normal a. Semua bagian-bagian penting dari kecambah itu ada seperti akar, hipokotil, dan daun. b. Sistem perakaran berkembang baik terutama akar primer. c. Plumula tumbuh sehat walaupun kotiledon belum membuka. d. Kotiledon membuka dan epikotil tumbuh baik dengan kuncup yang normal. Abnormal a. Akar primer tidak berkembang dengan baik. b. Kotiledon membuka tetapi kering dan plumula tidak tumbuh dengan baik. c. Benih berkecambah tetapi tidak mampu membuka kotiledonnya sehingga epikotil rusak dengan kuncup kering. d. Radikula tumbuh tetapi akar tidak berkembang dan kotiledon tidak membuka.

5 23 Berdasarkan gambar 4 dan tabel 1 diketahui bahwa benih kenitu mampu berkecambah normal dengan ciri bagian penting yaitu akar, hipokotil, dan daun ada, akar primer berkembang, tumbuhnya epikotil dengan kuncup normal ketika kotiledon membuka dan masih dapat dikatakan normal apabila kotiledon belum membuka tetapi plumula tumbuh sehat. Kriteria kecambah abnormal kenitu yaitu akar tidak berkembang, kotiledon membuka tetapi kering dan plumula tidak tumbuh, kotiledon tidak mampu membuka dan epikotil rusak dengan kuncup kering, serta radikula tumbuh tetapi akar tidak berkembang. Kriteria kecambah benih merupakan dasar diperolehnya persentase perkecambahan sebagai parameter viabilitas benih. Persentase perkecambahan merupakan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Sutopo 1985). Hasil analisis ragam persentase perkecambahan (lampiran 5, tabel 7) menunjukkan bahwa pengelompokan berdasarkan ukuran benih tidak berpengaruh nyata dan tidak terjadi interaksi perlakuan skarifikasi dengan macam media tetapi masing-masing perlakuan skarifikasi dan macam media berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan. Persentase Perkecambahan (%) 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0 27,5 a Deoperkulasi 15,8 ab Perendaman KNO3 0,5% Skarifikasi 5,8 b Perendaman air 65 C Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji DMRT taraf α 5% Gambar 5. Pengaruh skarifikasi terhadap persentase perkecambahan.

6 24 Berdasarkan uji DMRT taraf α 5% yang ditunjukkan pada gambar 5 diketahui bahwa perlakuan deoperkulasi memberikan perbedaan persentase perkecambahan secara signifikan dengan perlakuan perendaman air 65 C tetapi tidak memberikan perbedaan secara signifikan dengan perlakuan perendaman KNO3 0,5%. Benih dengan perlakuan deoperkulasi menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan perendaman KNO3 0,5% dan perendaman air 65 C. Hal itu disebabkan oleh hilangnya hambatan masuknya air dan udara ke embrio. Benih yang memiliki kulit keras dan tebal kurang efektif jika pemecahan dormansi menggunakan perendaman dalam air (Yuniarti et al. 2013). Benih dengan perlakuan deoperkulasi dapat mengurangi ketebalan kulit benih dengan cara pengamplasan dan persentase perkecambahan yang diperoleh yaitu 27,5%. Benih dengan perlakuan perendaman KNO3 0,5% mampu melunakkan kulit benih karena KNO3 merupakan asam kuat sehingga dapat melancarkan difusi O2 dalam benih. Persentase perkecambahan yang diperoleh yaitu 15,8% dan persentase perkecambahan perlakuan perendaman air 65 C yiatu 5,8%. Asam kuat dan temperatur tinggi dapat mematahkan dormansi benih karena hambatan difusi O2 pada kulit benih (Purnomo et al. 2010). Media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih. Berdasarkan hasil analisis ragam, persentase perkecambahan kenitu pada media kompos lebih besar dibandingkan dengan media pakis. Hal tersebut diakibatkan oleh tingginya respirasi dan dalam media pakis benih banyak yang mati karena mengalami imbibisi air yang berlebihan dan ada yang terkena jamur. Benih mati memiliki ciri benih lunak, busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan tetapi bukan dalam keadaan dorman (Sutopo 1985). Gambar benih mati disajikan pada gambar 6.

7 25 (a) (b) jamur Gambar 6. Benih busuk (a), dan benih berjamur (b). Benih dorman memiliki laju respirasi lebih lambat, respirasi naik ketika benih mengimbibisi air dan mulai berkecambah (Purnomo et al. 2010). Menurut Sudomo (2012), proses perkecambahan benih tidak hanya membutuhkan air tetapi juga ruang untuk respirasi. Media dengan kemampuan menyerap air yang tinggi akan mengakibatkan terganggunya perkecambahan apabila tidak dibarengi dengan ruang untuk respirasi. Persentase perkecambahan benih pada media kompos lebih tinggi tetapi banyak yang terkena jamur. 2. Laju Perkecambahan Perkecambahan benih yang kuat memerlukan kecepatan yang mana dapat dinyatakan dengan laju perkecambahan (Sutopo 1985). Laju perkecambahan merupakan jumlah hari yang diperlukan untuk memunculkan kecambah normal. Hasil analisis ragam laju perkecambahan (lampiran 5, tabel 8) menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan macam media tidak berpengaruh nyata tetapi pengelompokan berdasarkan ukuran benih berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan.

8 26 Rata-rata Hari 40,00 30,00 20,00 10,00 25,89 a 25,67 a 16,00 b 0,00 Besar Sedang Kecil Berat Benih Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji DMRT taraf α 5% Ganbar 7. Pengaruh ukuran benih terhadap laju perkecambahan. Berdasarkan uji DMRT taraf α 5% yang ditunjukkan pada gambar 7 diketahui bahwa rata-rata hari yang diperlukan benih untuk berkecambah memberikan perbedaan laju perkecambahan secara signifikan. Benih berukuran kecil memiliki laju perkecambahan lebih cepat dan perbedaan secara signifikan dibandingkan dengan benih ukuran besar dan sedang. Laju perkecambahan tinggi apabila rata-rata hari untuk berkecambah rendah. Menurut Sutopo (1985), pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam benih. Benih berukuran kecil mengandung cadangan makanan yang lebih sedikit dibandingkan benih berukuran lebih besar. Perkecambahan tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan cadangan makanan tetapi juga memerlukan air untuk imbibisi. Benih berukuran besar memiliki permukaan kulit yang luas sehingga memerlukan air lebih banyak dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk melunakkan kulit biji. 3. Panjang Hipokotil Kecambah kenitu merupakan tipe epigeal dimana radikel muncul diikuti dengan pemanjangan hipokotil secara keseluruhan serta membawa kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Hipokotil merupakan salah satu struktur penting dari kecambah. Pemanjangan hipokotil merupakan salah satu ciri pertumbuhan akibat aktivitas pembelahan sel pada meristem apikal

9 27 (Nugroho dan Salamah 2015). Menurut Mugnisjah et al. ( 1994), kecambah utuh pada kecambah tipe epigeal memiliki hipokotil ramping, lurus dan mengalami pemanjangan. Panjang hipokotil berkorelasi dengan laju perkecambahan. Laju perkecambahan yang tinggi maka benih akan cepat berkecambah, namun apabila laju perkecambahan rendah maka benih akan lambat berkecambah. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi kulit benih yang impermeabel terhadap air sehingga menghambat proses perkecambahan (Hariyanti 2013). Panjang hipokotil kenitu disajikan pada gambar 8. 7,00 Panjang Hipokotil (cm) 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 5,01 a 4,20 a 4,52 a 3,63 a 3,04 a 4,08 a Pakis Kompos 1,00 0,00 Deoperkulasi Perendaman KNO3 3 0,5% Perendaman air 65 C Gambar 8. Pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap panjang hipokotil. Hasil analisis ragam panjang hipokotil (lampiran 5, tabel 9) menunjukkan bahwa pengelompokan berdasarkan ukuran benih, perlakuan skarifikasi dan media tidak berpengaruh nyata terhadap panjang hipokotil. Panjang hipokotil tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Perlakuan deoperkulasi pada media pakis memiliki rata-rata panjang hipokotil 5,01 cm yaitu lebih panjang meskipun tidak signifikan dibandingkan perlakukan lainnya. Rata-rata panjang hipokotil kenitu yaitu 3,04 5,01 cm.

10 28 C. Pembibitan Bibit mengalami pertumbuhan manakala sel dan atau jaringan meristem aktif sehingga dapat melakukan pembelahan dan pembesaran sel (ukuran dan jumlah). Pertumbuhan dapat diukur sebagai pertambahan panjang, lebar, maupun berat. Bibit tumbuh dan berkembang dengan memacu pembentukan organ (morfogenesis) seperti akar, batang dan daun (Purnomo et al. 2010). Pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh umur bibit, dimana umur bibit yang lebih tua mampu menghasilkan pertumbuhan bibit yang lebih tinggi. Bibit yang memiliki umur lebih tua telah berkecambah dan tumbuh lebih awal (Wardhani 2007). Pengaruh perlakuan terhadap umur bibit disajikan pada tabel 2 dan gambar 9. Tabel 2. Pengaruh skarifikasi dan media terhadap umur bibit Skarifikasi Media N Umur (hari) Rata-rata Standar Deviasi Deoperkulasi Pakis 7 37,86 23,95 Kompos 24 34,50 14,85 Perendaman KNO3 0,5% Pakis 4 56,00 11,80 Kompos 13 29,92 11,96 Perendaman air 65 C Pakis 6 33,00 17,97 Kompos 3 32,00 8,19 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai standar deviasi umur bibit perlakuan deoperkulasi, perendaman KNO3 0,5%, dan perendaman air 65 C cukup tinggi yang memiliki arti bahwa rata-rata umur bibit dibangun dari rentang data besar. Nilai standar deviasi umur bibit perlakuan perendaman KNO3 0,5% dengan kedua media hampir sama. Hasil analisis uji t umur bibit (lampiran 6) menunjukkan bahwa ragam umur bibit antara kedua media pada semua perlakuan skarifikasi sama dan terdapat perbedaan rata-rata umur bibit antara kedua media pada perlakuan perendaman KNO3 0,5%.

11 29 Umur Bibit (HST) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 56,00 a 37,86 b 33,00 c 34,50 b 29,92 d 32,00 c Deoperkulasi Perendaman KNO3 0,5% Perendaman air 65 C 10,00 0,00 Pakis Media Kompos Gambar 9. Pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap umur bibit. Berdasarkan gambar 9 diketahui bahwa pemberian perlakuan deoperkulasi dan perlakuan perendaman air 65 C tidak memberikan perbedaan rata-rata umur bibit secara signifikan di kedua media. Umur bibit dihitung dari benih setelah berkecambah total. Waktu benih berkecambah berbeda-beda sehingga bibit yang diperoleh memiliki umur yang berbeda-beda. Umur bibit perlakuan perendaman KNO3 0,5% pada media pakis lebih tua dari perlakuan lainnya yaitu 56,00 hari karena mengalami pertumbuhan lebih awal. Vigor bibit dapat dilihat dengan mengamati pertumbuhan dan perkembangan bibit dengan mengukur tinggi bibit, jumlah daun, berat brangkasan segar, panjang akar dan jumlah akar. Pengaruh perlakuan terhadap variabel fase bibit disajikan pada tabel 3 dan perbandingan bibit disajikan pada gambar 10.

12 30 Tabel 3. Pengaruh skarifikasi dan media terhadap tinggi bibit, jumlah daun, berat brangkasan segar, panjang akar dan jumlah akar bibit kenitu Skarifikasi Media N Deoperkulasi Perendaman KNO3 0,5% Perendaman air 65 C Pakis 7 Kompos 24 Pakis 4 Kompos 13 Pakis 6 Kompos 3 Tinggi Bibit (cm) Jumlah Daun (helai) Berat Brangkasan Segar (g) Panjang Akar (cm) Jumlah akar 11,99 9,29 4,28 17,17 40,57 3,83 4,11 2,44 7,03 13,18 6,00 1,46 0,72 8,47 13,83 1,70 1,22 0,27 1,96 4,64 14,60 10,75 6,65 21,55 43,50 1,87 3,78 2,21 6,94 11,96 5,48 1,54 0,54 6,18 9,31 1,52 1,45 0,23 1,43 4,23 8,37 7,33 3,36 16,05 37,67 3,56 4,13 2,43 8,60 22,84 5,87 1,33 0,39 6,63 9,00 2,00 1,53 0,07 3,04 2,00 Keterangan: Rata-rata : angka yang dicetak tegak Standar deviasi : angka yang dicetak miring dan tebal Keterangan: S 1M 1 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam pakis cacah. S 2M 1 : Benih direndam dalam KNO 3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam pakis cacah. S 3M 1 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam pakis cacah. Gambar 10. Perbandingan keragaan bibit kenitu. S 1M 2 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam kompos. S 2M 2 : Benih direndam dalam KNO 3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam kompos. S 3M 2 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam kompos.

13 31 1. Tinggi Bibit Pertumbuhan tinggi bibit menunjukkan aktivitas xilem dan pembesaran sel. Kambium terdorong keluar dan terbentuk sel-sel baru di luar lapisanlapisan tersebut sehingga terjadi peningkatan tinggi bibit. Tanaman yang lebih tinggi dapat memberikan hasil pertanaman yang lebih tinggi karena dapat mempersiapkan organ vegetatif yang lebih baik (Wasonowati 2011). Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai standar deviasi tinggi bibit perlakuan perendaman KNO3 0,5% dengan media pakis dan kompos lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya yang memiliki arti bahwa rata-rata tinggi bibit dibangun dari rentang data kecil. Hasil uji t tinggi bibit menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ragam tinggi bibit antara kedua media pada perlakuan deoperkulasi dan terdapat perbedaan rata-rata tinggi bibit antara kedua media pada perlakuan deoperkulasi dan perendaman KNO3 0,5%. Bibit dari benih perlakuan perendaman KNO3 0,5% pada media pakis memiliki rata-rata tinggi bibit lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pertumbuhan tinggi bibit disajikan pada gambar 11 sedangkan pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap tinggi bibit disajikan pada gambar 12.

14 32 16,00 14,00 Tinggi Bibit (cm) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, S1M1 S2M1 S3M1 S1M2 S2M2 S3M2 Keterangan: Hari Setelah Tanam (HST) S 1M 1 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam pakis cacah. S 2M 1 : Benih direndam dalam KNO 3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam pakis cacah. S 3M 1 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam pakis cacah. Gambar 11. Grafik pertumbuhan tinggi bibit kenitu. Tinggi Bibit (cm) ,6 a 11,99 b Pakis 8,37 c Media S 1M 2 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam kompos. S 2M 2 : Benih direndam dalam KNO 3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam kompos. S 3M 2 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam kompos. 6,00 d 5,87 c 5,48 e Kompos Deoperkulasi Perendaman KNO3 KNO3 0,5% Perendaman air 65 C Gambar 12. Pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap tinggi bibit.

15 33 Pertumbuhan bibit pada media kompos semakin lama semakin menurun karena vigor bibit rendah yang ditandai dengan menurunnya kesegaran bibit. Bibit pada media kompos banyak yang terserang cendawan baik terserang dari awal pada fase kecambah maupun terjadi pada fase bibit. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rofik dan Murniati (2008) yang menyatakan bahwa kompos banyak mengandung cendawan dan bakteri sehingga kurang sesuai sebagai media persemaian. Berdasarkan gambar 12 diketahui bahwa pemberian perlakuan perendaman air 65 C tidak memberikan perbedaan rata-rata tinggi bibit secara signifikan di kedua media. Pertumbuhan tinggi bibit sejalan dengan umur bibit, dimana umur bibit semakin tua tinggi bibit semakin bertambah. Bibit perlakuan perendaman KNO3 0,5% pada media pakis memiliki rata-rata umur 56,00 hari dan menghasilkan rata-rata tinggi bibit 14,60 cm. 2. Jumlah Daun Daun merupakan organ vegetatif tanaman yang berperan dalam proses fotosintesis. Daun berasal dari primodia daun yang terdapat pada ujung batang. Primodia daun berkembang menjadi daun melalui beberapa tahap hingga terbentuk helaian daun. Jumlah daun menggambarkan vigor suatu tanaman, semakin banyak jumlah daun suatu tanaman maka menunjukkan semakin tinggi nilai vigor tanaman tersebut (Natasya 2014). Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai standar deviasi jumlah daun pada perlakuan deoperkulasi dengan media kompos dan perlakuan perendaman KNO3 0,5% dengan media pakis lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya yang memiliki arti bahwa rata-rata jumlah daun dibangun dari rentang data kecil. Hasil uji t jumlah daun (lampiran 6) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ragam dan rata-rata jumlah daun antara kedua media pada semua perlakuan deoperkulasi. Rata-rata jumlah daun pada media pakis lebih banyak dari media kompos. Pertumbuhan jumlah daun disajikan pada gambar 13 sedangkan pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap jumlah daun disajikan pada gambar 14.

16 34 Jumlah Daun (helai) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, Hari Setelah Tanam (HST) S1M1 S2M1 S3M1 S1M2 S2M2 S3M2 Keterangan: S 1M 1 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam pakis cacah. S 2M 1 : Benih direndam dalam KNO 3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam pakis cacah. S 3M 1 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam pakis cacah. Gambar 13. Grafik pertumbuhan jumlah daun kenitu. S 1M 2 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam kompos. S 2M 2 : Benih direndam dalam KNO 3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam kompos. S 3M 2 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam kompos. Jumlah Daun (helai) ,75 a 9,29 b 7,33 c 1,54 d 1,46 e 1,33 f Deoperkulasi Perendaman KNO3 0,5% Perendaman air 65 C 0-2 Pakis Media Kompos Gambar 14. Pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap jumlah daun.

17 35 Berdasarkan gambar 14 diketahui bahwa pemberian perlakuan skarifikasi dengan macam media memberikan perbedaan jumlah daun secara signifikan. Pertumbuhan jumlah daun pada media pakis sejalan dengan umur bibit tetapi pada media kompos tidak. Umur bibit perlakuan deoperkulasi pada media kompos lebih tua daripada perlakuan perendaman air 65 C dan perendaman KNO3 0,5% karena deoperkulasi dapat mematahkan dormansi kulit biji yang impermeabel terhadap air (Purnomo et al. 2010) terutama pada benih yang ditanam pada media kompos yang memiliki kadar air rendah (Kristoferyanuar 2010) sehingga benih cepat berkecambah. Cepatnya benih berkecambah belum tentu memiliki vigor bibit yang tinggi. Rata-rata jumlah daun perlakuan deoperkulasi pada media kompos lebih sedikat walaupun umur bibit lebih tua karena benih dengan perlakuan deoperkulasi yang kurang hatihati akan menyebabkan pelukaan berlebihan dan merusak benih sehingga saat berkecambah dan tumbuh menjadi bibit, epikotil terganggu dan pertumbuhan daun terhambat. Perlakuan perendaman KNO3 0,5% pada media pakis memiliki rata-rata jumlah daun lebih banyak dari perlakuan lainnya yaitu 10,75 helai. Jumlah daun berkurang pada 14 HST karena daun paling bawah gugur dan pada 21 HST kuncup daun telah membuka sehingga jumlah daun bertambah. 3. Panjang Akar Akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi menopang tanaman, dan menyerap unsur hara dalam media. Radikula tumbuh secara vertikal ke dalam media menjadi akar. Tumbuhnya akar sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia media (Saleh et al. 2008). Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai standar deviasi panjang akar perlakuan perendaman KNO3 0,5% dengan media pakis dan kompos lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya yang memiliki arti bahwa rata-rata panjang akar dibangun dari rentang data kecil. Hasil uji t panjang akar (lampiran 6) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ragam dan rata-rata panjang akar antara kedua media pada perlakuan deoperkulasi dan perendaman KNO3 0,5%. Rata-rata panjang akar pada media pakis lebih panjang dari media kompos.

18 ,55 a Panjang Akar (cm) ,17 b 16,05 c 8,47 d 6,63 c 6,18 e Deoperkulasi Perendaman KNO3 0,5% Perendaman air 65 C 0 Pakis Kompos Media Gambar 15. Pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap panjang akar. Berdasarkan gambar 15 diketahui bahwa pemberian perlakuan perendaman air 65 C tidak memberikan perbedaan rata-rata panjang akar secara signifikan di kedua media. Pertumbuhan panjang akar sejalan dengan umur bibit, dimana umur bibit semakin tua panjang akar semakin bertambah. Perendaman KNO3 0,5% pada media pakis memiliki rata-rata panjang akar lebih panjang dari perlakuan lainnya yaitu 21,55 cm. Panjang akar yang semakin panjang dapat memperluas jangkauan akar dalam mendapatkan unsur hara (Mardisiwi el al. 2013). Rata-rata panjang akar pada media kompos rendah karena pada saat perkecambahan semakin lama kompos memadat sehingga pertumbuhan akar terhambat. 4. Jumlah Akar Akar yang tumbuh dengan baik ditunjukkan dengan penyebaran merata di permukaan media. Sistem perakaran dengan banyak cabang berarti memperluas daerah perakaran yang memudahkan absorbsi hara secara maksimal (Lestari et al. 2013). Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai standar deviasi jumlah akar pada perlakuan perendaman KNO3 0,5% dengan media pakis dan perlakuan perendaman air 65 C dengan media kompos lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya yang memiliki arti bahwa rata-rata jumlah akar dibangun dari rentang data kecil. Hasil uji t jumlah akar (lampiran

19 37 6) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ragam dan rata-rata jumlah akar antara kedua media pada semua perlakuan skarifikasi. Rata-rata jumlah akar pada media pakis lebih banyak dari media kompos. Jumlah Akar ,67 c Deoperkulasi 43,5 a Perendaman KNO3 0,5% 40,57 b Perendaman air 65 C 13,83 d 9,31 e 9,00 f Pakis Kompos Media Gambar 16. Pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap jumlah akar. Berdasarkan gambar 16 diketahui bahwa pemberian pemberian perlakuan skarifikasi dengan macam media memberikan perbedaan jumlah akar secara signifikan. Pertambahan jumlah akar pada media pakis sejalan dengan umur bibit tetapi pada media kompos tidak. Bibit pada media pakis dengan perlakuan perendaman KNO3 0,5% memiliki jumlah akar lebih banyak daripada perendaman air 65 C walaupun umur bibit lebih muda yaitu 43,50. Media pakis adalah media yang baik karena mampu mempengaruhi penyebaran akar. Jumlah akar yang semakin banyak dapat mempermudah bibit dalam menjarah hara dari lingkungan sekitar perakaran. 5. Berat Brangkasan Segar Berat bibit merupakan parameter kualitas fisik suatu tanaman, semakin berat bibit menunjukkan potensi kualitas tanaman yang baik. Berat bibit merupakan akumulasi terbentuknya fotosintat. Bibit yang memiliki nilai tinggi bibit dan jumlah daun yang tinggi akan menghasilkan jumlah berat bibit yang tinggi pula (Natasya 2014). Gambar brangkasan segar disajikan pada gambar 17.

20 38 Keterangan: S1M1 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam pakis cacah S2M1 : Benih direndam dalam KNO3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam pakis cacah S3M1 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam pakis cacah S1M2 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam kompos S2M2 : Benih direndam dalam KNO3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam kompos S3M2 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam kompos Gambar 17. Perbandingan brangkasan bibit kenitu.

21 39 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai standar deviasi berat brangkasan segar pada perlakuan perendaman KNO3 0,5% dengan media pakis dan perlakuan perendaman air 65 C dengan media kompos lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya yang memiliki arti bahwa rata-rata berat brangkasan segar dibangun dari rentang data kecil. Hasil uji t berat brangkasan segar (lampiran 6) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ragam dan rata-rata berat brangkasan segar bibit antara kedua media pada semua perlakuan skarifikasi. Rata-rata berat brangkasan segar pada media pakis lebih tinggi dari media kompos sehingga potensi kualitas tanaman pada media pakis lebih baik. Berat Brangkasan Segar (g) ,65 a 4,28 b 3,36 c Pakis Media 0,72 d 0,54 e 0,39 f Kompos Deoperkulasi Perendaman KNO3 0,5% Perendaman air 65 C Gambar 18. Pengaruh perlakuan skarifikasi dan media terhadap berat brangkasan segar. Berdasarkan gambar 18 diketahui bahwa pemberian perlakuan skarifikasi dengan macam media memberikan perbedaan berat brangkasan segar secara signifikan. Pertumbuhan bibit pada media kompos terganggu karena terserang cendawan sehingga proses pembentukan fotosintat terganggu dan berat brangkasan segar rendah. Penambahan berat bibit pada media pakis sejalan dengan umur bibit, semakin umur bibit bertambah maka bibit mengalami proses pembentukan dan pembelahan sel sehingga berat bibit bertambah. Media pakis memiliki daya mengikat air yang tinggi, aerasi dan drainase yang baik serta mudah melancarkan air (Lestari et al. 2013), maka kondisi tersebut diduga mendukung penyerapan nutrisi lebih optimal.

22 40 Pertambahan berat brangkasan segar diikuti dengan pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, panjang akar dan atau jumlah akar. Berdasarkan hasil korelasi (lampiran 7) diketahui bahwa terdapat keeratan hubungan secara signifikan antara keempat variabel tersebut. Korelasi bersifat searah, yaitu perubahan berat brangkasan segar berbanding lurus dengan pertambahan tinggi bibit, jumlah daun, panjang akar dan jumlah akar pada bibit kenitu.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3% BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan diperoleh data persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh, benih mati yang disajikan dalam bentuk Tabel 1 berikut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN (Arenga pinnata) Kamaludin Fakultas pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran: 1. Mengidentifikasi faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan 2. Merancang percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan 3. Menentukan

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Tambahan

Pokok Bahasan. Tambahan Kecambah Pokok Bahasan 1. Kecambah 2. Komponen Kecambah 3. Perkecambahan Tambahan 1. Nilai Pembelajaran Kecambah Dalam Kecambah kehidupan adalah tumbuhan sehari-hari (sporofit) istilah kecambah muda sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter persentase perkecambahan Berdasarkan hasil anasisis sidik ragam pada Lampiran 1, perlakuan konsentrasi dan lama perendaman tidak berbeda nyata terhadap persentase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencangkup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman delima diklasifikasikan sebagai berikut kingdom: Plantae, divisio : Spermatophyta, subdivisio : Angiospermae, kelas : Dicotyledonae, ordo : Myrtales, famili : Punicaceae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan seperti berikut ini. Divisio Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Lokasi penelitian mempunyai topografi lahan datar dengan tekstur tanah yang remah dengan jenis tanah inseptisol. Pohon aren yang terseleksi untuk sampel

Lebih terperinci

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum.

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. 1. Kecambah Normal adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. Tiga kategori kecambah yang dapat diklasifikasikan sebagai kecambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kayu Afrika (Maesopsis eminii) Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun tinggi mencapai 45 m dengan batang bebas cabang 2 per 3 dari tinggi total,

Lebih terperinci

XII biologi KTSP & K-13. Kelas PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN. A. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

XII biologi KTSP & K-13. Kelas PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN. A. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan KTSP & K-13 Kelas XII biologi PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian serta perbedaan

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Dormansi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga Maret 2009 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 16 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan petumbuhan jumlah penduduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

Laporan Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Buncis

Laporan Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Buncis Laporan Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Buncis Disusun oleh: Dina Putri Wijayanti/ 06 Retno Dwi Novianti/ 17 Rory Anggi Okta Senora/ 18 Rukmana Puspita Dewi/ 19 MADRASAH ALIYAH NEGERI 2

Lebih terperinci

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGARUH WAKTU PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN BAWANG MERAH Disusun oleh : 1. Muhammad Ikhlas 2. Rahmat Raharjo 3. Fitri Harum Sari 4. Rosma Sari Andani

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN Titik Irawati, SP. MP Retno Dwi Andayani, SP. MP PERTEMUAN KE-1 Kontrak Kuliah dan Pendahuluan MILE STONE Kontrak Kuliah Pendahuluan KONTRAK KULIAH KULIAH Kuliah SELALU menggunakan

Lebih terperinci

Pengujian Daya Berkecambah

Pengujian Daya Berkecambah Pengujian Daya Berkecambah Siti Fadhilah, SP., M.Si Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 2018 Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Petugas Pengambilan Contoh dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah Pepaya Varietas Sukma Rekapitulasi sidik ragam pada pepaya Varietas Sukma baik pada faktor tunggal maupun interaksinya dilihat pada Tabel 1. Faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu, Lama Perendaman dan Interaksi (suhu dan lama perendaman) terhadap Daya Kecambah (Persentase Jumlah Kecambah) Biji Ki Hujan (Samanea saman) Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin KALIN merangsang pembentukan organ Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN Kompetensi Dasar KD 3.1 Menganalisis hubungan antar faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Laporan Praktikum Biologi : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Kelompok : 1 Aditya Dedi Setyawan 2 Ilhamsyah Dwi Kurniawan P 3 Junita Putri 4 Kezia Angelica Suharto 5 Michael Sugita Daftar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna,

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PENGERTIAN DAN PERANANNYA PENGERTIAN Pertumbuhan (growth) adalah dapat diartikan sebagai : Perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Perkembangbiakan pada Tumbuhan

Pertumbuhan dan Perkembangbiakan pada Tumbuhan Pertumbuhan dan Perkembangbiakan pada Tumbuhan Pada kegiatan belajar ini, Anda akan mempelajari pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah diisyaratkan dalam Al-Qur an jauh

Lebih terperinci

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pengertian pertumbuhan adalah Proses pertambahan volume dan jumlah sel sehingga ukuran tubuh makhluk hidup tersebut bertambah besar. Pertumbuhan bersifat irreversible

Lebih terperinci

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ PENDAHULUAN UJI VIABILITAS Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum. - Kondisi optimum : kondisi yang

Lebih terperinci

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU 05115011 Rodiyah TUGAS TIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA 2015 http://narotama.ac.id PERCOBAAN PERTUMBUHAN PERKECAMBAHAN Tujuan : Untuk membandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN HO O S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA HERBISIDA PENDAHULUAN 1 HERBISIDA Zat yang digunakan untuk memberantas gulma (tumbuhan pengganggu) Cara kerja/efek: mematikan langsung menghambat metabolisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode

Lebih terperinci

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi PENGARUH PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI (Coffea liberica var. liberica cv. Liberika Tungkal Jambi) Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 12 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : Pendahuluan Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang (Taiz and Zeiger ). dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max (L). Merrill) Berdasarkan hasil penelitian dan analisis varian (ANAVA) dua jalur 5% menunjukkan bahwa suhu

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera dan Kalimantan, itu pun dalam jumlah sedikit (Sinar Harapan, 2003).

TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera dan Kalimantan, itu pun dalam jumlah sedikit (Sinar Harapan, 2003). TINJAUAN PUSTAKA Penyebaran dan Morfologi Pasak Bumi (E. longifolia) Tanaman ini bisa dijumpai di sekitar Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam. Di Indonesia hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada 2; Faktor Eksternal dan Faktor internal.

BAB I PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada 2; Faktor Eksternal dan Faktor internal. A I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Pertumbuhan adalah proses fisiologis yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dan bertambahnya volume sel yang bersifat irreversible(tidak dapat mengecil kembali).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persentase Perkecambahan 4.1.1. Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Persentase Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.). Berdasarkan hasil uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG 6000 (K) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman tropis penghasil buah yang termasuk dalam famili Caesalpiniaceae. Asam jawa juga dikategorikan pohon multiguna karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak tersebar di kepulauan Samoa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC) di perkebunan besar merupakan teknis baku. Penanaman LCC di perkebunan diantaranya bermanfaat untuk memperbaiki

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat setiap tahunnya justru semakin memperparah permasalahan di bidang pertanian. Bukan hanya dari tingkat kebutuhan beras yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar

Lampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar Lampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar Tahun pelepasan : 1991 Nomor galur : MI-5/Psj. Asal : iradiasi gamma dosis 0,1 Kgy di varietas Manyar Hasil rata-rata : 1-2 ton/ha biji bersih Warna daun

Lebih terperinci

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ PENDAHULUAN UJI VIABILITAS Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum. - Kondisi optimum : kondisi yang

Lebih terperinci