HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Liani Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda sehingga mudah dikelompokkan dan memiliki ciri khas tersendiri atau penampilannya cenderung tetap walaupun berada dalam lingkungan yang berbeda. Karakter-karakter ini dikendalikan oleh gen-gen yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penampilan (gen mayor), sehingga pengaruh lingkungan terhadap karakter tersebut kecil. Penentuan warna petiol tiap genotipe diambil dari daun kesepuluh yang dihitung dari ujung batang agar lebih mudah dan seragam karena dalam satu tanaman warna petiolnya tidak sama tergantung kemasakan daun, semakin masak atau tua daun maka warna petiol akan semakin merah keunguan. Deskripsi karakter warna petiol enam genotipe pepaya yang diuji disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Karakter Warna Petiol pada Fase Vegetatif Kode Warna Petiol IPB 1 CCCC00 IPB 3 CCCC66 IPB 9 CCFF33 IPB 9 x IPB 1 CCCC66 IPB 9 x IPB 3 CCFF00 IPB 3 x IPB 9 CCCC66 Tabel 1 menunjukkan bahwa tiga genotipe tetua yang diuji memiliki karakter warna petiol yang beragam. IPB 9 x IPB 1 memiliki warna yang sama dengan genotipe IPB 3 x IPB 9. Warna petiol dari genotipe IPB 9 x IPB 1 lebih mendekati warna petiol salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 1 dibandingkan dengan tetuanya yang lain yaitu genotipe IPB 9. Hal ini menunjukkan bahwa pada hasil persilangan antara genotipe IPB 9 dengan IPB 1, ekspresi warna petiol dari genotipe IPB 1 lebih dominan dibandingkan dengan ekspresi warna petiol genotipe IPB 9 pada genotipe IPB 9 x IPB 1 walaupun efek dominansi tidak bersifat penuh. IPB 9 x IPB 1 memiliki warna petiol yang lebih cerah dari warna petiol salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 1 tetapi
2 18 apabila dibandingkan dengan kedua tetuanya, genotipe IPB 9 x IPB 1 memiliki warna petiol yang berada diantara warna petiol genotipe IPB 9 dan IPB 1. Perbandingan warna petiol antara genotipe IPB 9 x IPB 1 dengan kedua tetuanya disajikan pada Gambar 1. IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 1 Gambar 1. Perbandingan Warna Petiol IPB 9 x IPB 1 dengan Kedua Tetuanya Warna petiol dari genotipe IPB 9 x IPB 3 lebih mendekati warna petiol salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 9 dibandingkan dengan tetuanya yang lain yaitu genotipe IPB 3. Hal ini menunjukkan bahwa pada hasil persilangan antara genotipe IPB 9 dengan IPB 3, ekspresi warna petiol dari genotipe IPB 9 lebih dominan dibandingkan dengan ekspresi warna petiol genotipe IPB 3 pada genotipe IPB 9 x IPB 3 walaupun efek dominansi tidak bersifat penuh. Perbandingan warna petiol antara genotipe IPB 9 x IPB 3 dengan kedua tetuanya disajikan pada Gambar 2. IPB 9 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 Gambar 2. Perbandingan Warna Petiol IPB 9 x IPB 3 dengan Kedua Tetuanya IPB 9 x IPB 3 memiliki warna petiol yang lebih gelap dibandingkan dengan salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 9.
3 19 IPB 9 x IPB 3 memiliki warna petiol yang berada diantara warna petiol kedua tetuanya yaitu genotipe IPB 9 dan IPB 3. IPB 3 x IPB 9 memiliki warna yang sama dengan salah satu tetuanya yaitu genotipe IPB 3. Hal ini menunjukkan bahwa pada hasil persilangan antara genotipe IPB 3 dengan IPB 9, ekspresi warna petiol dari genotipe IPB 3 lebih dominan dibandingkan dengan ekspresi warna petiol genotipe IPB 9 pada genotipe IPB 3 x IPB 9 dan efek dominansinya bersifat penuh. Perbandingan warna petiol antara genotipe IPB 3 x IPB 9 dengan kedua tetuanya disajikan pada Gambar 3. IPB 3 IPB 3 x IPB 9 IPB 9 Gambar 3. Perbandingan Warna Petiol IPB 3 x IPB 9 dengan Kedua Tetuanya tetua IPB 9 mempunyai ciri khas tersendiri pada penampilan fenotipe daunnya yaitu memiliki daun bendera yang muncul pada titik pertemuan antara jari tengah tulang daun. Keragaan genotipe pepaya yang memiliki daun bendera disajikan pada Gambar 4. IPB 9 x IPB 1 IPB 9 IPB 9 x IPB 3 Gambar 4. Keragaan Daun Pepaya yang Memiliki Daun Bendera IPB 9 x IPB 1 dan genotipe IPB 9 x IPB 3 memiliki daun bendera yang mencirikan kesamaan dengan penampilan fenotipe salah satu tetuanya yaitu
4 20 IPB 9, sedangkan pada genotipe IPB 3 x IPB 9 tidak ditemukan adanya daun bendera. Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi genotipe tetua IPB 9 lebih dominan pada genotipe IPB 9 x IPB 1 dan genotipe IPB 9 x IPB 3 dibandingkan dengan genotipe IPB 3 x IPB 9. Deskripsi Kuantitatif Rekapitulasi sidik ragam pada enam genotipe pepaya untuk peubah-peubah yang diamati disajikan pada Tabel 2. Hasil sidik ragam untuk semua karakter disajikan pada Lampiran Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam untuk Semua Karakter Kuantitatif pada Minggu Saat Berbunga Pertama No. Peubah F-Hitung Peluang KK (%) 1 Tinggi tanaman ** < Jumlah daun 1.78 tn Diameter batang 5.66 ** Panjang petiol 4.59 ** Panjang daun 4.16 * Lebar daun 5.01 ** Tinggi kedudukan bunga pertama ** < Waktu berbunga pertama 8.70 ** Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata, * berpengaruh nyata, tn tidak berpengaruh nyata Peubah Vegetatif Perkecambahan Pengamatan morfologi tanaman pepaya khususnya pada fase vegetatif dilakukan mulai dari saat benih pepaya mulai berkecambah hingga saat bunga pertama muncul. Ketiga genotipe tetua masing-masing merupakan benih tahun 2010, sedangkan ketiga genotipe hibrida masing-masing merupakan benih tahun 2007 (genotipe IPB 9 x IPB 1), tahun 2008 (genotipe IPB 9 x IPB 3), dan tahun 2006 (genotipe IPB 3 x IPB 9), yang merupakan benih koleksi Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Ketiga genotipe tetua memiliki persentase daya berkecambah masing-masing sebesar 37.5% (genotipe IPB 1), 69.88% (genotipe IPB 3), dan 41.81% (genotipe IPB 9) dari total benih yang ditanam yaitu sebanyak 192 benih. Ketiga genotipe hibrida masing-masing memiliki persentase
5 21 daya berkecambah sebesar 8.68% (genotipe IPB 9 x IPB 1), 14.76% (genotipe IPB 9 x IPB 3), dan 1.88% (genotipe IPB 3 x IPB 9) dari total benih yang ditanam yaitu sebanyak 192 benih. Persentase daya berkecambah benih pepaya hibrida tergolong rendah karena periode penyimpanan benih yang sudah lama yang mengakibatkan vigor daya simpan benih rendah. Hasil penelitian Sari et al. (2007) menunjukkan benih pepaya genotipe IPB 1 mengarah pada sifat ortodoks tetapi secara umum daya simpan benih pepaya tergolong relatif singkat dibandingkan dengan benih ortodoks lainnya. Hasil penelitian Wulandari (2008) juga menunjukkan benih pepaya genotipe IPB 9 menunjukkan sifat benih ortodoks. Perkecambahan tidak ikut diuji karena kondisi benih yang sudah lama dan umur benih yang tidak seragam. Penambahan jumlah bibit dengan umur dan genotipe yang sama dilakukan untuk mengantisipasi agar jumlah tanaman yang diamati tercukupi. Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman semua genotipe tidak berbeda kecuali genotipe IPB 1 dengan IPB 3 x IPB 9 pada pengamatan terakhir di polybag yakni ketika bibit berumur 7 MST. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Pepaya yang Diuji Tinggi Tanaman (cm) 7 MST 14 MST IPB a a IPB ab a IPB ab b IPB 9 x IPB ab b IPB 9 x IPB ab b IPB 3 x IPB b bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. IPB 1 memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan genotipe IPB 3 tetapi berbeda dengan genotipe IPB 9, IPB 9 x IPB 3, IPB 9 x IPB 1, dan IPB 3 x IPB 9 saat tanaman berumur 14 MST. Hasil pengamatan pada karakter tinggi tanaman saat berumur 14 MST menunjukkan bahwa genotipe IPB 1 memiliki penampilan lebih tinggi. yang memiliki
6 22 penampilan relatif lebih pendek adalah genotipe IPB 9. IPB 9 x IPB 3 memiliki penampilan lebih rendah dibandingkan dengan dua genotipe hibrida lain yaitu cm tetapi nilainya tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 x IPB 1 yang memiliki tinggi tanaman cm. Hasil sidik ragam untuk karakter tinggi tanaman pada akhir pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil evaluasi pertumbuhan bibit pepaya pada karakter tinggi tinggi tanaman disajikan pada Gambar Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) IPB 1 IPB 3 IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 x IPB Minggu Setelah Tanam Gambar 5. Peningkatan Tinggi Tanaman Enam Pepaya Grafik tersebut memperlihatkan bahwa mulai dari 8 MST, genotipe IPB 1 dan IPB 3 cenderung mengalami peningkatan tinggi bibit yang lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe lain. Jumlah Daun Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa semua genotipe tidak berbeda pada jumlah daun pada pengamatan terakhir di polybag yakni ketika tanaman berumur 7 MST. IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 x IPB 1 memiliki rata-rata jumlah daun yang tidak berbeda pada pengamatan terakhir di lapangan yakni ketika tanaman berumur 14 MST. IPB 3 juga memiliki rata-rata jumlah daun yang tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 dan IPB 3 x IPB 9. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter jumlah daun disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik ragam untuk karakter jumlah daun dapat dilihat pada Lampiran 6.
7 Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Pepaya yang Diuji Jumlah Daun 7 MST 14 MST IPB ab IPB bc IPB c IPB 9 x IPB a IPB 9 x IPB abc IPB 3 x IPB c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Hasil evaluasi pertumbuhan bibit pepaya pada karakter jumlah daun disajikan pada Gambar 6. Grafik tersebut memperlihatkan terjadi penurunan rata-rata jumlah daun sekitar 5 hingga 8 MST. Penurunan ini terjadi karena iklim yang tidak menentu serta adanya serangan hama dan penyakit sehingga daun mengalami kerontokan Rata-rata Jumlah Daun IPB 1 IPB 3 IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 x IPB Minggu Setelah Tanam Gambar 6. Peningkatan Jumlah Daun Enam Pepaya Hama dan penyakit yang menyerang tanaman pepaya antara lain kutu putih, tungau merah, busuk akar, dan busuk batang. Tanaman yang terserang kutu putih daunnya menguning dan mengkerut, bagian tanaman yang terserang menjadi abnormal, serta daun gugur prematur. Tanaman yang terserang hama tungau daunnya menguning dan mengeriting. Beberapa tanaman dari tiap genotipe pepaya yang terserang penyakit busuk akar dan busuk batang menjadi layu dan
8 24 akhirnya mati. -genotipe pepaya yang diuji sebagian besar terserang hama kutu putih. Pengendalian hama kutu putih ini dilakukan secara manual dengan membersihkan koloni kutu putih pada permukaan tanaman. Hama tungau merah menyerang beberapa tanaman pepaya diantaranya genotipe IPB 3, IPB 9, IPB 9 x IPB 1, dan IPB 9 x IPB 3. Tanaman pepaya yang terserang hama dan penyakit disajikan pada Gambar 7. (a) (b) (c) (d) Gambar 7. Serangan Hama dan Penyakit. (a) IPB 1 yang terserang kutu putih, (b) IPB 9 x IPB 1 yang terserang tungau merah, (c) IPB 9 x IPB 3 yang terserang busuk akar, (d) IPB 3 x IPB 9 yang terserang busuk batang Tinggi Tanaman dan Diameter Batang saat Berbunga Pertama Tinggi tanaman dan diameter batang saat berbunga pertama berkisar antara cm dan 2-3 cm. Pengamatan diameter batang dilakukan hanya sekali yaitu pada saat bunga pertama sudah terlihat atau muncul yakni pada waktu tanaman berumur sekitar 14 MST. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter tinggi tanaman dan diameter batang saat berbunga pertama disajikan pada Tabel 5. Hasil sidik ragam untuk karakter diameter batang dapat dilihat pada Lampiran 7.
9 Tabel 5. Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Pepaya saat Berbunga Pertama Tinggi Tanaman Diameter Batang..cm IPB a 3.00 a IPB b 2.94 ab IPB c 1.91 b IPB 9 x IPB bc 2.94 a IPB 9 x IPB bc 2.49 ab IPB 3 x IPB bc 2.67 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. IPB 1 memiliki rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih tinggi yaitu cm dan 3 cm pada waktu berbunga pertama. IPB 9 memiliki rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang saat berbunga pertama yang lebih rendah yaitu cm dan 1.91 cm. Magandhi (2005) melaporkan bahwa genotipe IPB 1 memiliki diameter batang yang besar dan karakter tinggi tanaman saat berbunga yang tinggi. IPB 9 x IPB 3 memiliki penampilan yang relatif lebih rendah pada saat berbunga pertama dibandingkan dengan dua genotipe hibrida lain yaitu cm tetapi nilainya tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 x IPB 1 yang memiliki tinggi tanaman cm. IPB 9 x IPB 1 memiliki diameter batang saat berbunga pertama yang lebih besar diantara genotipe hibrida lain yaitu sebesar 2.94 cm. 25 Panjang Petiol, Panjang Daun, dan Lebar Daun saat Berbunga Pertama IPB 3 x IPB 9 memiliki ukuran petiol lebih tinggi yaitu cm. IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 x IPB 1 tidak berbeda pada karakter panjang petiol. yang memiliki ukuran petiol lebih pendek adalah genotipe IPB 9 yaitu cm, sedangkan pada genotipe hibrida yang memiliki ukuran petiol lebih pendek adalah genotipe IPB 9 x IPB 3 yaitu cm. Hasil sidik ragam untuk karakter panjang petiol dapat dilihat pada Lampiran 8. Panjang daun dari genotipe yang diuji berkisar antara cm dan lebar daun berkisar antara cm. yang memiliki ukuran daun yang lebih kecil yaitu genotipe IPB 9 dengan rata-rata panjang dan lebar daun masing-masing cm dan cm, sedangkan pada genotipe hibrida yang memiliki ukuran
10 daun lebih kecil yaitu genotipe IPB 9 x IPB 3 dengan rata-rata panjang dan lebar daun masing-masing cm dan cm. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk karakter panjang petiol, panjang daun, dan lebar daun disajikan pada Tabel 6. Hasil sidik ragam untuk karakter panjang daun dan lebar daun dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Tabel 6. Panjang Petiol, Panjang Daun, dan Lebar Daun Pepaya saat Berbunga Pertama Panjang Petiol Panjang Daun Lebar Daun...cm... IPB ab ab ab IPB ab bc c IPB c c c IPB 9 x IPB ab a a IPB 9 x IPB bc bc bc IPB 3 x IPB a abc ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Muliyani (2010) melaporkan bahwa tanaman pepaya yang memiliki ukuran daun dan petiol yang pendek akan menguntungkan dalam budidaya, karena jarak tanam yang digunakan akan lebih rapat sehingga populasi tanaman menjadi lebih banyak dan produktivitas tanaman bertambah. Ukuran petiol yang panjang dapat menyebabkan daun menumpuk, sehingga penerimaan cahaya menjadi tidak merata dan proses fotosintesis menjadi tidak efisien. 26 Peubah Generatif Waktu Berbunga Pertama dan Tinggi Kedudukan Bunga Pertama Hasil pengamatan menunjukkan bahwa genotipe IPB 1 cenderung lebih lambat berbunga dibandingkan dengan genotipe-genotipe lain yang diuji. IPB 3, IPB 9, dan IPB 9 x IPB 3 mulai berbunga pada MST. IPB 9 x IPB 1 dan IPB 3 x IPB 9 masing-masing mulai berbunga pada MST dan MST, sedangkan genotipe IPB 1 baru mulai berbunga pada 18 MST. Hasil analisis ragam enam genotipe pepaya untuk waktu berbunga pertama dan karakter tinggi kedudukan bunga pertama disajikan pada Tabel 7. Hasil sidik ragam untuk karakter waktu berbunga pertama dapat dilihat pada Lampiran 11.
11 Tabel 7. Waktu Berbunga Pertama dan Tinggi Kedudukan Bunga Pertama Waktu Berbunga Pertama Tinggi Kedudukan Bunga Pertama (MST) (cm) IPB a a IPB b b IPB b c IPB 9 x IPB b c IPB 9 x IPB b c IPB 3 x IPB b bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. IPB 1 memiliki karakter tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih tinggi dibanding genotipe IPB 3, IPB 9, dan IPB 9 x IPB 3 yaitu cm. IPB 9 x IPB 1 memiliki tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih rendah dibandingkan dengan dua genotipe hibrida lain yang diuji dengan ketinggian cm. Berdasarkan hasil penelitian Magandhi (2005), secara umum genotipe IPB 1 juga memiliki umur berbunga yang dalam. Hasil sidik ragam untuk karakter tinggi kedudukan bunga pertama dapat dilihat pada Lampiran Ekspresi Seks Hasil pengamatan menunjukkan genotipe IPB 9 x IPB 1 menghasilkan 73.08% tanaman hermafrodit dan 26.92% tanaman betina dari total 26 tanaman yang ada. IPB 9 x IPB 3 menghasilkan 75% tanaman hermafrodit dan 25% tanaman betina dari total 24 tanaman yang ada. IPB 3 x IPB 9 menghasilkan 71.43% tanaman hermafrodit dan 28.57% tanaman betina dari total 7 tanaman yang ada. yang lebih banyak menghasilkan tanaman hermafrodit adalah IPB 1 dengan persentase 80.43% dan tanaman betina 19.56% dari total 46 tanaman yang ada. IPB 3 menghasilkan 75.55% tanaman hermafrodit dan 24.44% tanaman betina dari total 45 tanaman yang ada. IPB 9 menghasilkan tanaman hermafrodit yang lebih sedikit dibandingkan genotipe lain dengan persentase tanaman 67.92% dan tanaman betina 32.07% dari total 53 tanaman yang ada. Rata-rata persentase jenis bunga pada semua genotipe yang diuji disajikan pada Gambar 8.
12 28 Persentase Tanaman (%) Hermafrodit Betina 0 IPB 1 IPB 3 IPB 9 IPB 9 x IPB 1 IPB 9 x IPB 3 IPB 3 x IPB 9 Gambar 8. Rata-rata Persentase Ekspresi Seks Pepaya Hasil pengamatan yang dilakukan Sujiprihati et al. (2007) menunjukkan bahwa pada suatu populasi tanaman pepaya selalu terdapat tanaman betina diantara tanaman pepaya hermafrodit, dan kadang-kadang terdapat tanaman jantan. Semua bagian buah atau biji dalam satu buah mempunyai peluang yang sama dalam menghasilkan tanaman hermafrodit dan betina. Tanaman yang dihasilkan dari selfing bunga hermafrodit adalah tanaman hermafrodit dan betina. Perbandingan tanaman hermafrodit dengan betina mendekati perbandingan 2:1 atau 3:1. Pada penelitian ini jumlah tanaman hermafrodit dan tanaman betina tidak dapat dibandingkan karena benih yang digunakan tidak berasal dari satu buah. Korelasi antar Karakter Tanaman Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi tanaman pepaya maka karakter-karakter yang berkorelasi positif dengan karakter tersebut seperti karakter diameter batang, panjang petiol, panjang daun, lebar daun, dan tinggi kedudukan bunga pertama akan meningkat serta waktu berbunga pertama akan lebih lama. Peningkatan jumlah daun berbanding lurus dengan peningkatan panjang petiol, panjang daun, dan lebar daun sehingga seiiring dengan peningkatan jumlah daun maka ukuran petiol dan daun akan semakin meningkat. Hasil penelitian Irianti (2010) menunjukkan antara parameter tinggi tanaman dengan parameter diameter batang pada tanaman pepaya berkorelasi positif.
13 Parameter jumlah daun juga menunjukkan korelasi yang positif positif dengan perkembangan diameter batang dari umur tanaman 3-52 MST. Jumlah daun sangat berpengaruh pada perkembangan organ lain tanaman pada fase bibit (vegetatif). Hasil uji korelasi menunjukkan peningkatan diameter batang berbanding lurus dengan peningkatan karakter panjang petiol, panjang daun, lebar daun, dan tinggi kedudukan bunga pertama. Peningkatan ukuran petiol berbanding lurus dengan karakter panjang daun, lebar daun, dan tinggi kedudukan bunga pertama sehingga semakin besar ukuran diameter batang maka ukuran petiol akan semakin panjang, ukuran daun serta tinggi kedudukan bunga pertama juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian Rosa (2004) menunjukkan ukuran petiol tanaman pepaya berkorelasi positif dengan ukuran daun. Hasil penelitian Tyas (2008) juga menunjukkan terdapat korelasi positif antara karakter panjang petiol, panjang daun, dan lebar daun. Karakter panjang daun berkorelasi positif dengan karakter lebar daun dan tinggi kedudukan bunga pertama. Karakter tinggi kedudukan bunga pertama berbanding lurus dengan waktu berbunga pertama sehingga semakin besar ukuran daun maka tinggi kedudukan bunga pertama akan meningkat dan waktu berbunga pun akan lebih lama. Hasil uji korelasi antar peubah tanaman disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Koefisien Korelasi antar Peubah Pengamatan TT JD DB PP PD LD TKBP WBP TT - JD 0.07 tn - DB 0.61 ** 0.48 ** - PP 0.60 ** 0.52 ** 0.62 ** - PD 0.54 ** 0.38 * 0.60 ** 0.72 ** - LD 0.37 * 0.48 ** 0.54 ** 0.73 ** 0.86 ** - TKBP 0.98 ** tn 0.53 ** 0.58 ** 0.50 ** 0.32 tn - WBP 0.60 ** tn 0.23 tn 0.17 tn 0.27 tn 0.08 tn 0.57 ** - Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tunggal tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. TT = Tinggi Tanaman JD = Jumlah Daun PP = Panjang Petiol PD = Panjang Daun DB = Diameter Batang LD = Lebar Daun TKBP = Tinggi Kedudukan Bunga Pertama WBP = Waktu Berbunga Pertama 29
14 30 Nilai Heterosis Tinggi Tanaman Saat Berbunga Pertama Nilai heterosis yang dicari pada karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama adalah nilai heterosis yang negatif karena karakter tinggi tanaman pepaya yang diinginkan adalah yang berpenampilan rendah. Nilai heterosis untuk ketiga genotipe pepaya hibrida yang diuji bernilai negatif. Nilai heterosis yang negatif menunjukkan bahwa genotipe pepaya hibrida memiliki keragaan yang lebih pendek dari tetuanya, tetapi ketiganya masih memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dari salah satu tetua terbaiknya yang ditunjukkan dengan nilai heterobeltiosis yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman ketiga genotipe pepaya hibrida masih berada diantara rata-rata kedua genotipe tetuanya yang diduga akibat peran gen dominan positif tidak sempurna. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 9. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Tinggi Tanaman Pepaya saat Berbunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB IPB 9 x IPB IPB 3 x IPB Nilai heterosis terendah hasil persilangan untuk karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama dimiliki oleh genotipe IPB 9 x IPB 1 yaitu %, artinya karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama pada genotipe ini mengalami penurunan sebesar 27.74% dari rata-rata tinggi tanaman kedua genotipe tetuanya sehingga akan memiliki kedudukan buah yang juga lebih rendah dari rata-rata kedudukan buah kedua genotipe tetuanya. Nilai heterosis tertinggi hasil persilangan untuk karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama dimiliki oleh genotipe IPB 3 x IPB 9 yaitu -1.39%, artinya nilai tengah genotipe tersebut mengalami penurunan sebesar 1.39% dari rata-rata kedua genotipe tetuanya yaitu genotipe IPB 3 dan genotipe IPB 9 masing-masing cm dan cm.
15 31 Berdasarkan hasil penelitian Magandhi (2005) tidak semua genotipe hibrida memiliki nilai heterosis positif memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dari kedua genotipe tetuanya dan nilai heterosis negatif tidak selalu memiliki nilai tengah yang lebih kecil dari kedua genotipe tetua ataupun genotipe tetua terendahnya. Menurut Sukartini et al. (2009) aksi dan interaksi gen yang berbeda akan membuat pola segregasi yang berbeda. Aksi gen dominan negatif tidak sempurna pada F 1 mengakibatkan ukuran F 1 lebih kecil dari rata-rata kedua tetua dan aksi gen dominan positif tidak sempurna menyebabkan ukuran F 1 berada diantara rata-rata kedua tetuanya, sedangkan aksi gen overdominance mengakibatkan ukuran F 1 berada di atas rata-rata kedua genotipe tetua atau genotipe tetua terbaiknya. Jumlah Daun Saat Berbunga Pertama Nilai tengah genotipe tetua dan genotipe hasil persilangan untuk karakter jumlah daun saat berbunga pertama berkisar antara cm dan cm. Nilai heterosis dan heterobeltiosis hasil persilangannya berkisar antara 3.14% hingga 23.64% dan 0.00% hingga 26.07%. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter jumlah daun saat berbunga pertama ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Jumlah Daun Pepaya saat Berbunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB IPB 9 x IPB IPB 3 x IPB Nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi hasil persilangan untuk karakter ini dimiliki oleh genotipe IPB 9 x IPB 1 yaitu 23.64% dan 26.07%. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe ini lebih subur atau pertumbuhan vegetatifnya lebih baik yang dapat dilihat dari jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua genotipe tetuanya akibat aksi gen overdominance. Menurut Irianti (2010) pada fase bibit (vegetatif) jumlah daun sangat berpengaruh pada perkembangan organ lain pada tanaman.
16 Diameter Batang Saat Berbunga Pertama Nilai tengah genotipe tetua dan genotipe hasil persilangan untuk karakter diameter batang tanaman saat berbunga pertama berkisar antara cm dan cm. Nilai heterosis dan heterobeltiosis hasil persilangan berkisar antara 13.16% hingga 21.18% dan -1.89% hingga 7.09%. IPB 3 x IPB 9 memiliki nilai heterosis tertinggi tetapi nilainya tidak berbeda dengan genotipe IPB 9 x IPB 1. Kedua genotipe ini masing-masing mengalami peningkatan ukuran diameter batang sebesar 21.18% dan 19.84% dari rata-rata diameter batang kedua genotipe tetuanya. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter diameter batang saat berbunga pertama disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Diameter Batang Pepaya saat Berbunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB IPB 9 x IPB IPB 3 x IPB IPB 3 x IPB 9 memiliki nilai heterobeltiosis tertinggi yaitu 7.09% yang menunjukkan genotipe ini mengalami peningkatan ukuran diameter batang sebesar 7.09% dari ukuran genotipe tetua tertingginya. IPB 3 x IPB 9 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang positif akibat aksi gen overdominance. IPB 9 x IPB 1 mengalami penurunan ukuran diameter batang dari ukuran genotipe tetua tertingginya tetapi masih tergolong sangat rendah yaitu sebesar 1.89% dan apabila dibandingkan dengan dua genotipe pepaya hibrida lain, genotipe ini memiliki rata-rata ukuran diameter batang yang lebih besar. IPB 3 x IPB 9 dan IPB 9 x IPB 1 sama-sama mengalami peningkatan ukuran terhadap kedua genotipe tetuanya sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memperoleh hibrida yang memiliki karakter batang yang lebih besar dan kokoh. 32 Tinggi Kedudukan Bunga Pertama Nilai tengah genotipe tetua dan genotipe hasil persilangan untuk karakter tinggi kedudukan bunga pertama berkisar antara cm dan
17 cm. Nilai heterosis dan heterobeltiosis hasil persilangan berkisar antara % hingga -1.66% dan 16.55% hingga 28.27%. Nilai heterosis untuk ketiga genotipe pepaya hibrida yang diuji bernilai negatif, berarti ketiga genotipe tersebut memiliki tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih rendah dari ratarata kedua genotipe tetuanya, tetapi masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan masing-masing genotipe tetua terbaiknya karena memiliki nilai heterobeltiosis yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi kedudukan bunga pertama ketiga genotipe pepaya hibrida masih berada diantara rata-rata kedua genotipe tetuanya yang diduga akibat peran gen dominan positif tidak sempurna. Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter tinggi kedudukan bunga pertama disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter Tinggi Kedudukan Bunga Pertama P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis (cm) (cm) (cm) (%) (%) IPB 9 x IPB IPB 9 x IPB IPB 3 x IPB yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang paling rendah adalah genotipe IPB 9 x IPB 1. ini mengalami penurunan tinggi kedudukan bunga pertama sebesar 28.51% dari rata-rata kedua genotipe tetuanya. ini dapat dijadikan sebagai alternatif calon hibrida karena memiliki rata-rata tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih rendah sehingga akan memiliki kedudukan buah yang juga lebih rendah walaupun masih mengalami peningkatan tinggi kedudukan bunga pertama dari genotipe tetua terendahnya yaitu sebesar 16.55%. Peningkatan tinggi kedudukan bunga pertama dari genotipe tetua terendahnya masih tergolong rendah sehingga dapat dikatakan tidak terlalu berpengaruh. Hasil pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis pada karakter tinggi tanaman saat berbunga pertama, jumlah daun saat berbunga pertama, diameter saat bunga pertama, dan tinggi kedudukan bunga pertama menunjukkan bahwa efek heterosis yang didapatkan rendah. Latar belakang genetik genotipe tetua IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 diduga relatif tidak berbeda. Menurut Ruswandi et al. 33
18 34 (2005) hibrida yang berasal dari persilangan antar galur yang memiliki latar belakang genetik yang jauh akan menghasilkan efek heterosis yang tinggi. Tipe tanaman pepaya unggul yang diinginkan antara lain memiliki karakter pohon yang rendah, masa pembungaannya cepat (genjah), produktivitasnya tinggi, dan tahan terhadap hama penyakit (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Pemuliaan pepaya umumnya mencari varietas yang berumur genjah dan berperawakan pendek. Hibrida-hibrida yang dihasilkan dicari yang memiliki nilai heterosis yang negatif untuk peubah tinggi kedudukan bunga pertama, umur munculnya bunga fertil pertama, tinggi letak buah pada panen pertama, dan umur panen buah pertama (Sulistyo, 2006). Keragaan tiga genotipe tetua dan tiga genotipe hibrida dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang
I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan viabilitas diperlukan untuk menduga keberhasilan proses fertilisasi atau viabilitas suatu polen yang ditunjukkan oleh diameter polen pepaya, daya berkecambah polen pepaya,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani
3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi Keberhasilan Hibridisasi Buatan Keberhasilan suatu hibridisasi buatan dapat dilihat satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Pada hibridisasi buatan kacang tanah,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciPENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.)
i PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.) VICKY OCTARINA CHAIRUNNISSA A24070121 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 EXAMINATION
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae dan genus Carica. Famili Caricaceae ini terdiri dari empat genus yaitu Carica, Jarilla dan Jacaratial yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi tanaman, tinggi tongkol
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data
17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan
Lebih terperinciLampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)
Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1 Dilepas tahun : 2008 Nama galur : MMC 157d-Kp-1 Asal : Persilangan buatan tahun 1996 Tetua jantan : VC 1973 A Tetua betina : VC 2750A Potensi
Lebih terperincimelakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter
PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum
Lebih terperinciPEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang
32 PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang Berdasarkan pengamatan visual bentuk ujung daun pada dua minggu setelah tanam, genotipe SD-3 menunjukkan bentuk
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari
Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Persentase daya berkecambah menunjukkan hasil yang baik, yaitu berada diatas 80 %. Penyakit yang menyerang bibit di persemaian adalah rebah kecambah (Pythium sp.) dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida
TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol
80 Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol Perlakua Tolok Hasil Analisis Regresi Peluan Kode**/*/NS Nilai b Persamaan Anov Kode
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang
HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai
3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,
Lebih terperinciKebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =
LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinci( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan
PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai
3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan
Lebih terperinciSiti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)
Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah Bogor pada Dua Musim (Morphological Performance and Fruit Quality of Papaya on Four Locations at Bogor Areas in Two Seasons) Siti
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Lokasi penelitian mempunyai topografi lahan datar dengan tekstur tanah yang remah dengan jenis tanah inseptisol. Pohon aren yang terseleksi untuk sampel
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis
I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga
Lebih terperinciMETODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian
3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai
3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri
Lebih terperincigabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh
81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O
Lebih terperinciLampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Jenis Kegiatan Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Persiapan Lahan X Penanaman X Penjarangan X Pemupukan X X Aplikasi Pupuk Hayati X X X X Pembubunan
Lebih terperinciBlok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1
Lampiran 1. Bagan Penelitian a Blok I Blok II Blok III V 2 P 0 b V 1 P 1 V c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 e d V 3 P 1 V 4 P 0 V 3 P 1 V 2 P 1 V 1 P 0 V 2 P 1 V 3 P 0 V 5 P 1 V 5 P 0 V 4 P 1 V 3 P 0 V
Lebih terperinciPARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi
PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PENDAHULUAN Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam
4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi
TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan
Lebih terperinciHasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya
3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman asli Amerika tropis yang dibawa ke Kepulauan Karibia dan Asia Tenggara semasa penjajahan Spanyol pada abad ke-16.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi
3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara
Lebih terperinciV. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,
4.1 Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada kedua galur murni G.180 dan menunjukkan hasil yang optimal pada berbagai pertumbuhan tanaman, dengan parameter pengamtan seperti
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum
26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor yang berada pada ketinggian 216 m di atas permukaan laut, 06.55 LS dan 106.72 BT pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan
Lebih terperinciLampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Studi Fenologi Pembungaan
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Fenologi Pembungaan Studi fenologi pembungaan jarak kepyar dilaksanakan di Kebun Raya Bogor, dengan ketinggian lahan ± 260 m di atas permukaan laut (Subarna 2003). Curah hujan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai
3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai sayuran maupun
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
Lebih terperinci