METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel"

Transkripsi

1 33 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada potensi dan merupakan kawasan sentra pengembangan kedelai di Aceh. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 275 orang petani yang diambil dari delapan desa. Pengambilan sampel dilakukan secara acak proporsional (Proportional random sampling), sesuai dengan jumlah petani di setiap desa. Hasil pengambilan sampel diperoleh 70 petani yang menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang diambil ditiap desa dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Distribusi jumlah sampel di Masing-masing Desa Desa Kelompok Tani Populasi Sampel Jaba Jaba Jaya Blang Bati Sampurna Blang Beururu Ingin Jaya 8 32 Jabet Makmu Beurata Garot Bulukat Adang 7 30 Ara Bungong Alue Umpung 9 34 Lawang Tiong 7 31 Hagu Keurawang Beude 7 30 Alue Dama Jumlah Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian yang bersifat deskriptif-korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel terpilih dari karakteristik petani terhadap tingkat kompetensinya.

2 34 Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu faktor internal (X1) yang dan faktor eksternal (X2). Sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah kompetensi petani. Data yang dikumpulkan berbentuk data ordinal, keterangan mengenai variabel, indikator, sub indikator dan cara pengukurannya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Cara Pengukuran Variabel Indikator Sub Indikator Pengukuran Faktor Internal (X1) Umur Usia petani dihitung dari Usia petani dinyatakan dalam Muda: <35 sejak lahir sampai tahun. Sedang: penelitian ini dilakukan tua: >56 Pendidikan Pendidikan formal yaitu Lamanya petani duduk di bangku Rendah: <6 Lama petani duduk di sekolah dihitung dalam tahun. Sedang : 6-9 bangku sekolah Tinggi: >9 Pengalaman Lamanya petani Pengalaman petani dihitung Kategori : Berusahatani berusahatani kedelai dalam tahun. Sedikit: <10,33 Sedang: 10,33-15,67 Banyak: >15.67 Pengalaman Pengalaman yang Pengalaman dalam: manajemen dimiliki petani dalam 1. Perencanaan Sedikit: <6,67 usahatani pengelolaan 2. Pengorganisasian Sedang: 6,67-9,33 usahataninya. 3. Pengawasan Banyak: >9,33 4. Pengendalian 5. Evaluasi Motivasi Faktor yang mendorong Dilihat dari tingkat keberhasilan Rendah:<8,67, petani untuk dan keuntungan yang dirasakan Sedang: 8,67-10,33 berusahatani petani dalam berusahatani Tinggi: >10,33. kedelai Faktor Eksternal Luas lahan Lahan yang Luas lahan yang dimanfaatkan Sempit: <0,63 usahatani dimanfaatkan petani untuk berusahatani kedelai, Sedang: 0,63-0,87 dalam berusahatani dihitung dalam hektar (Ha), Luas: >0,87 kedelai

3 35 Pemanfaatan Frekuensi petani Frekuensi petani dalam sebulan: Kategorinya : media membaca media Membaca koran Rendah: <9,67 tertentu untuk penambahan informasi Mendengarkan radio Menonton televisi Sedang: 9,67-12,33 Tinggi: >12, Intensitas hubungan Frekuensi petani berhubungan dengan Frekuensi petani dalam berhubungan dengan: interpersonal orang lain untuk 1. Penyuluh Rendah: <5,67 menambah informasi 2. Tokoh masyarakat Sedang: 5,67-7,33 3. Sesama petani Tinggi: >7,33 Dukungan sarana dan prasarana produksi Tersedianya sarana dan prasarana dalam mendukung kelancaran Dilihat dari tingkat kemudahan dan keterjangkauan petani dalam memperoleh: Rendah: < 8,00, Sedang: 8,00-9,00 produksi kedelai 1. Benih bermutu Tinggi: > 9, Pupuk 3. Obat-obatan, dan 4. Alat dan mesin petanian Kebijakan Peraturan dan program Ada tidaknya kebijakan Pemerintah dari pemerintah yang pemerintah Rendah: < 6,00 berhubungan dengan Frekuensi penyampaian Sedang: 6,00-7,00 usahatani kedelai kebijakan kepada petani Manfaat kebijakan tersebut yang berkaitan dengan usahatani kedelai Tinggi: >7,00 Pengetahuan Pengetahuan yang Tingkat pengetahuan petani dimiliki petani dalam hal berusahatani diukur berdasarkan jenjang berusahatani kedelai yaitu: Rendah: < 24,33, Sedang: 24,33-26,67 kedelai 1. Pengetahuan tentang teknis budidaya kedelai Tinggi: >26,67 2. Pengetahuan tentang teknis pemasaran Sikap Sikap petani dalam Sikap petani yang diukur adalah: Sikap diukur dengan berusahatani kedelai 1. Sikap petani tentang teknis budidaya kedelai menggunakan skala Likert. Kategorinya : 2. Sikap petani tentang teknis pemasaran Tidak setuju = 1 Kurang setuju = 2 Setuju = 3 Sangat setuju = 4 Keterampilan Ketrampilan yang dimiliki petani dalam Ketrampilan petani yang diukur adalah: Ketrampilan diukur dengan menggunakan berusahatani kedelai 1. Ketrampilan petani skala Likert. tentang teknis budidaya Kategorinya :

4 36 kedelai 2. Ketrampilan petani tentang teknis pemasaran Tidak trampil = 1 Kurang trampil= 2 Trampil = 3 Sangat trampil = 4 Instrumentasi Validitas Instrumen Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur objek/hal ingin diukur (Singarimbun dan Effendi, 1995). Oleh karena itu uji kesahihan alat ukur (validitas) perlu dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang dapat mengukur sesuatu yang seharusnya diukur secara tepat. Uji validitas instrumen meliputi : (1) validitas isi (content validity) merupakan alat pengukur yang dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep, (2) Validitas kerangka (construck validity) yaitu dengan jalan menyusun tolak ukur operasional dari kerangka suatu konsep, dan (3) validitas eksternal, alat ukur baru yang digunakan di mana telah dihubungkan dengan alat lama yang valid. Teknik pengujian validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak, yaitu menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner yang berkaitan dengan semua variable dalam penelitian dengan definisi-definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis dalam literatur. Reliabilitas Instrumen Menurut Singarimbun dan Effendi (1989: 140) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur bila dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan reliabel. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan rumus koefisien alpha, yaitu : k Vi α = 1 k 1 Vt Dimana :

5 37 α k Vi Vt : Reliabilitas alat ukur : Banyaknya butir pertanyaan : Jumlah varians butir pertanyaan : Varians total Uji coba instrumen dilakukan di kecamatan peudada, tepatnya di desa Alue Sijuk pada tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 7 April Petani yang dijadikan sampel sebanyak 30 0rang, selanjutnya petani tersebut tidak dimasukkan dalam responden penelitian. Hasil uji reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh untuk instrumen pengetahuan petani kedelai sebesar 0,84, sedangkan nilai untuk instrumen sikap dan keterampilan masing-masing sebesar 0,80 dan 0,74,. Dengan demikian instrumen ini reliabel digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari petani kedelai yang dijadikan responden dengan menggunakan self adminsitered quesioner, yaitu kepada responden diberikan seperangkat pertanyaan yang kemudiaan diisi sendiri oleh responden. Instrumen daftar pertanyaan terdiri atas pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup, responden memilih jawaban yang tepat dan benar dan pertanyaan terbuka responden mengisi dengan situasi yang sebenarnya pada tempat yang telah disediakan. Data sekunder dikumpulkan melalui pendekatan dari instansi terkait, pengambilan data difokuskan pada data-data yang berhubungan dengan usahatani kedelai. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret, dan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh enumerator. Analisis data Data yang telah dikumpul, ditabulasi dan dianalisis kemudian dilakukan pengkatagorian sesuai dengan skor yang dihasilkan pada masing-masing hasil pengukurannya. Data dianalisis dengan mempergunakan koefisien korelasi spearman, pada taraf 0,01 dan 0,05 selain itu juga dilakukan analisa kualitatif deskriptif

6 38 terhadap beberapa pengamatan dan cacatan selama proses pengumpulan data serta laporan-laporan di daerah penelitian. Perhitungan uji statistik pada penelitian ini digunakan program SPSS versi HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Karakteristik Petani Kedelai Faktor Internal Faktor internal petani kedelai yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) Umur, (2) Pendidikan Formal, (3) Pengalaman berusahatani, (4) Pengalaman Manajemen, dan (5) Motivasi. Hasil selengkapnya seperti pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Distribusi petani kedelai berdasarkan faktor internal No Faktor Internal (X1) 1 Umur (X1.1) Kategori (%) Muda (< 35) 8,57 Sedang (35-43) 44,29 Tua (> 43) 47,14 2 Rendah (< 6) 12,86 Pendidikan Sedang (6-9) 54,29 Formal (X1.2) Tinggi (>9) 32,86 Pengalaman Sedikit (< 10,33) 15,71 3 berusaha tani Cukup (10,33-15,67) 25,71 (X1.3) Banyak ( > 15,67) 58,57 Pengalaman Rendah ( < 6,67) 21,43 4 Manajemen Sedang ( 6,67-9,33) 40,00 (X1.4) Tinggi ( > 9,33 ) 38,57 Rendah ( < 8,67 ) 14,29 5 Motivasi (X1.5) Sedang (8,67-10,33) 22,86 Tinggi ( > 10,33) 62,86 n = 70 Umur Tabel 3 menunjukkan bahwa umur merupakan aspek penting yang mempengaruhi seseorang dalam beraktifitas. Petani kedelai yang ada di wilayah Kecamatan Peudada dari segi usia tergolong sedang dan tua. Rata-rata umur petani adalah 42 tahun dengan kisaran umur antara tahun. Usia petani kedelai yang dijadikan responden umumnya berumur sedang dan tua, dan relatif sedikit petani yang berusia muda. Petani yang masih muda atau berusia muda

7 39 akan mempunyai kemampuan bekerja atau beraktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua. Sektor pertanian dalam konteks beraktivitas idealnya ditekuni oleh usia yang lebih muda, hal ini dikarenakan beraktivitas dalam sektor pertanian harus didukung oleh kekuatan fisik. Kecendrungan lain bahwa dalam proses adopsi inovasi baru, petani yang berumur muda akan lebih tanggap bila dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua. Selanjutnya ada kelemahan dari petani yang berumur lebih tua, disatu sisi sudah berkurangnya kekuatan fisik, ada sisi lain lagi, dimana petani yang lebih tua mempunyai sifat kehati-hatian dan penuh pertimbangan sehingga dalam proses pengambilan keputusan terkesan lambat. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Wiriaatmadja (1986), bahwa umur petani akan mempengaruhi penerimaan petani terhadap hal-hal baru. Pendidikan Formal Tabel 3 menunjukkan rata-rata jumlah tahun pendidikan formal petani kedelai adalah 9 tahun, yang berarti bahwa rata-rata pendidikan formal petani kedelai yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen setara dengan siswa kelas 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau lulus dari SLTP. Kisaran jumlah tahun pendidikan formal petani kedelai adalah 6-12 tahun. Pendidikan terendah petani kedelai di di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen adalah tamat SD sampai dengan pendidikan formal tertinggi yaitu pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Secara lebih detail, dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan formal petani kedelai relatif rendah, hal ini karena tingkat pendidikan sedang berdasarkan kategori dari penelitian ini setara dengan kelas 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dengan tingkat persentasenya mencapai 54,29 persen atau lebih dari setengah responden penelitian yaitu 38 orang dari 70 orang responden yang diteliti, namun demikian dari gambaran tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh responden telah menempuh pendidikan formal, sehingga diharapkan dengan semakin banyaknya petani yang berpendidikan akan memudahkan bagi dirinya dan kelompok masyarakat dalam menerima informasi atau pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber informasi yang dapat memberikan nilai tambah (add value) dalam pengembangan usaha taninya serta dapat meningkatkan kesadaran dalam memperhatikan setiap anjuran di bidang pertanian.

8 40 Pengalaman Berusahatani kedelai. Rata-rata pengalaman petani dalam berusahatani kedelai mendekati 13 tahun dengan kisaran 5 20 tahun. Petani kedelai yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Aceh telah memiliki bekal yang cukup baik untuk menekuni profesi sebagai petani kedelai. Pengalaman berusaha tani kedelai yang lama menggambarkan bahwa petani telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam berusahatani. Berdasarkan hal tersebut, dengan pengalaman berusahatani yang dimiliki responden akan erat kaitannya dengan cara menentukan langkah-langkah dalam melakukan tindakan pengelolaan usahatani dan juga akan efesien dalam mengerjakan sesuatu unit kerja tertentu dalam usahataninya. Menurut Padmowihardjo (1994:19-20) pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Pengalaman seorang petani akan mempengaruhi petani dalam mengelola usahatani kedelai yang dilakukan. Pengalaman berusahatani memiliki peranan yang sangat penting bagi seseorang petani dalam mengembangkan usahataninya, dan menerima serta menerapkan teknologi baru. Pengalaman Manajemen Usaha Tani kedelai. Rata-rata pengalaman manajemen usahatani petani kedelai di Peudada Kabupaten Bireuen skornya adalah 8,76. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen usahataninya sudah baik. Namun bila ditinjau lebih rinci maka secara umum dapat dikatakan bahwa lebih sebagian dari jumlah petani yang dijadikan responden pengalaman manajemen usahatani kedelai dapat dikatakan masih relatif belum baik. Hal ini dilihat berdasarkan persentase petani yang pengalaman manajemen usahataninya baik, tidak mencapai 50 persen. Sebagian besar petani kedelai yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen masih belum memiliki sistem manajemen usahatani yang baik dalam usahataninya.

9 41 Motivasi Petani kedelai. Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata motivasi petani dalam melakukan aktivitas dan proses usahatani kedelai adalah tinggi. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa petani kedelai yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen memiliki motivasi yang tinggi dalam beraktivitas disektor pertanian khususnya usahatani kedelai. Ini merupakan satu modal besar dari dalam diri petani sendiri untuk menunjang suksesnya berusahatani. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Suparno (2001:100) bahwa motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, keadaan sebagian besar petani kedelai yang memiliki motivasi yang tinggi akan sangat mendorong mereka dalam berusaha tani kedelai dan menerima atau mengadopsi informasi atau tehnologi yang baru guna meningkatkan hasil usahataninya. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi: luas lahan usahatani, pemanfaatan media, intensitas hubungan interpersonal, sarana dan prasarana produksi, dan kebijakan pemerintah. Data hasil penelitian secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Distribusi petani kedelai berdasarkan Faktor eksternal No Faktor Eksternal (X2) Kategori (%) 1 Luas Lahan Usahatani (X2.1) 2 Pemanfaatan Media (X2.2) 3 4 Intensitas Hubungan Interpersonal (X2.3) Sarana dan Prasarana Produksi (X2.4) 5 Kebijakan Pemerintah (X2.5) Sempit (< 0,62) 25,71 Sedang (0,63-0,86) 32,86 Luas (> 0,87) 41,43 Rendah (< 9,57) 27,14 Sedang (9,58-12,32) 57,14 Tinggi ( > 12,33) 15,71 Rendah (< 5,66) 40,00 Sedang (5,67-7,32) 38,57 Tinggi (> 7,33) 21,43 Rendah (< 8,00) 24,29 Sedang (8,00-9,00) 27,14 Tinggi (> 9,00) 48,57 Rendah (< 13,32) 31,43 Sedang (13,33-15,66) 38,57 Tinggi (> 15,67) 30,00

10 42 n= 70 Luas Lahan Usahatani Luas lahan usahatani yang dimaksud dalam penelitian adalah luas lahan petani yang dimanfaatkan untuk berusahatani kedelai, yang dihitung dalam hektar (Ha). Pada Tabel 4 menunjukkan luas lahan usahatani petani kedelai dalam wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen adalah tergolong luas. Luas lahan rata-rata adalah 0,78 ha, dengan kisaran antara 0,40-1,2 ha. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan usahatani petani kedelai yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tergolong luas. Pemanfaatan Media massa Pemanfaatan media massa oleh petani yang dimaksud dalam penelitian adalah frekuensi petani mengkonsumsi media massa (koran, majalah, brosurbrosur, radio dan TV), yang dihitung berdasarkan jam/minggu. Berdasarkan penelitian, pemanfaatan media yang masuk dalam kategori rendah adalah skor < 9,57 jam/minggu, kategori sedang skor berkisar antara 9,58-12,32 jam, dan pemanfaatan media dalam kategori tinggi adalah > jam. Pemanfaatan media massa oleh petani kedelai di Peudada masih sangat rendah. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal yang dimaksud dalam penelitian adalah frekuensi petani berhubungan dengan orang lain ( petani, tokoh masyarakat dan penyuluh), yang berkaitan dengan usahatani kedelai, dan diukur berdasarkan hari/bulan. Berdasarkan penelitian, didapat hubungan interpersonal petani masih sangat rendah. adapun yang termasuk dalam kategori rendah skornya adalah < 5,67, kategori sedang skor berkisar antara 5,68-7,32, dan kategori tinggi dengan skor > 7,33. Sarana dan Prasarana Produksi Sarana dan prasarana produksi yang dimiliki oleh petani tergolong sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemilikan akan sarana dan prasarana produksi petani kedelai yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tergolong sedang atau memadai. Kebijakan Pemerintah

11 43 Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa petani menilai terhadap langkahlangkah keputusan yang telah diambil oleh pemerintah daerah (Pemda), terutama dalam pengembangan kedelai masih sangat rendah. dimana sebesar 31,43 persen petani menyatakan rendah terhadap langkah-langkah keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah dalam mendukung usahatani kedelai, sebanyak 38,57 persen petani menyatakan sedang terhadap langkah-langkah keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah, dan sisanya sebanyak 30,00 persen petani menyatakan tinggi terhadap langkah-langkah keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah dalam mendukung usaha tani kedelai. Hasil wawancara, ternyata para petani menyatakan bahwa kebijakan pemerintah hanya mendukung pada proses produksi dengan subsidi sarana dan prasarana produksi, akan tetapi pada saat pemasaran hasil pemerintah sama sekali tidak memberikan dukungan yang nyata, sehingga petani sangat lemah dalam menentukan harga produksi. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam mendukung usahatani kedelai di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, para petani kebanyakan memberikan nilai sedang dan rendah. Kompetensi Petani Kedelai Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (Lasmahadi, 2002:2). Kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas secara efektif dan merupakan refleksi dari kinerja yang dilakukan seseorang dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. Secara sederhana kompetensi dapat didefinisisikan sebagai ciri-ciri khas atau kemampuan seseorang untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan yang bersifat spesifik yang menghasilkan sesuatu yang spesifik dalam satu lingkungan kerja yang diusahakan dengan penuh tanggungjawab. Kompetensi menurut Mulyasa (2002:37), merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Syah (2002:229) menyatakan bahwa pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan dan kecakapan. Kompetensi

12 44 petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, NAD, secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut. Pengetahuan Pengetahuan petani dalam berusahatani kedelai adalah kemampuan kognitif petani dalam budidaya kedelai, dalam penelitian ini ada tujuh bidang utama yang harus diketahui petani dalam berusahatani, ketujuh bidang pengetahuan tersebut adalah: Pemilihan varietas, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan, panen dan pasca panen dan pemasaran hasil. Pengetahuan petani dalam berusahatani kedelai dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Pengetahuan Petani dalam Berusahatani Kedelai Pengetahuan Bidang Pengetahuan R (%) S (%) T (%) Pemilihan Varitas 4,43 7,00 88,57 Penanaman 14,29 5,71 80,00 Pemupukan 7,14 9,00 83,86 Pengendalian Hama Penyakit 4,28 12,86 82,86 Pengairan 2,86 8,57 88,57 Panen dan Pascapanen 11,43 17,14 71,43 Pemasaran hasil 15,72 7,14 77,14 Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan petani dalam berusahatani kedelai di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tergolong tinggi. Bidang pengetahuan yang dikuasai petani berdasarkan persentase tertinggi berturut-turut adalah dalam pemilihan varitas dan pengairan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, penanaman, pemasaran hasil, dan panen dan pasca panen. Berdasarkan hasil penelitian, petani kedelai di Kecamatan Peudada umumnya sangat tinggi pengetahuan mereka dalam pemilihan varitas kedelai,

13 45 sangat mengetahui fungsi dan manfaat pengairan (drainase) untuk tanaman kedelai, mengetahui waktu tanam, jarak tanam dan cara tanam yang sesuai, mengetahui waktu, dosis/takaran dan cara pemupukan yang tepat, mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) baik secara biologis, mekanis dan kimiawi, mengetahui waktu panen, cara panen dan penanganan pasca panen yang tepat untuk kedelai. Sikap Sikap petani dalam berusahatani kedelai adalah reaksi petani dalam memilih berbagai alternatif mana yang diterima atau ditolak yang berhubungan dengan teknis budidaya, khususnya kedelai. Dalam penelitian ini ada tujuh bidang utama yang harus disikapi petani dalam berusahatani, ketujuh bidang tersebut adalah: Pemilihan varietas, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan, panen dan pasca panen dan pemasaran hasil. Sikap petani dalam berusahatani kedelai dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Sikap Petani dalam Berusahatani Kedelai Sikap Bidang Sikap R (%) S (%) T (%) Pemilihan Varitas 7,14 11,43 81,43 Penanaman 8,57 15,71 75,71 Pemupukan 8,57 8,57 82,86 Pengendalian Hama Penyakit 8,57 27,14 64,29 Pengairan 7,14 17,14 75,71 Panen dan Pascapanen 7,14 25,71 67,14 Pemasaran hasil 4,28 14,29 81,43 Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata sikap petani dalam berusahatani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tergolong tinggi. Bidang sikap yang disepakati petani berdasarkan persentase tertinggi berturut-turut adalah dalam pemupukan, pemilihan varitas dan pemasaran hasil, penanaman dan pengairan, panen dan pasca panen, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, petani kedelai di Kecamatan Peudada umumnya sangat tinggi sikap mereka dalam pemupukan yang tepat waktu, tepat

14 46 dosis dan tepat cara, pemilihan varitas kedelai, pemasaran hasil, penanaman yang sesuai ( waktu tanam, jarak tanam dan cara tanam), pengairan dengan sistem drainase, panen dan pasca panen yang baik untuk kedelai serta cara PHT yang sesuai. Keterampilan Keterampilan petani adalah kemampuan psikomotorik petani dalam melakukan aktivitas berusahatani kedelai, dalam penelitian ini ada tujuh bidang utama yang dilihat dalam mengukur keterampilan petani, ketujuh bidang tersebut adalah: Pemilihan varietas, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan, panen dan pasca panen dan pemasaran hasil. Keterampilan petani dalam berusahatani kedelai dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Keterampilan Petani dalam Berusahatani Kedelai Keterampilan Bidang Keterampilan R (%) S (%) T (%) Pemilihan Varitas 2,86 38,57 58,57 Penanaman 7,14 32,86 60,00 Pemupukan 5,71 55,71 38,57 Pengendalian Hama Penyakit 1,43 30,00 68,57 Pengairan 21,43 21,43 57,14 Panen dan Pascapanen 7,14 22,86 70,00 Pemasaran hasil 20,00 47,14 32,86 Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan petani dalam berusahatani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tergolong sedang dibidang: panen dan pasca panen, pengendalian hama penyakit, penanaman, pemilihan varitas dan pengairan. Sedangkan rendah dibidang pemasaran hasil dan pemupukan tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, petani di Kecamatan Peudada umumnya memiliki keterampilan sedang dalam berusahatani kedelai. Namun dalam bidang pemupukan dan pemasaran hasil mereka sangat tidak trampil, meskipun

15 47 pengetahuan dan sikap mereka tentang pemupukan dan pemasaran hasil tergolong tinggi. Umumnya mereka beranggapan bahwa daerah mereka sangat sesuai untuk berusahatani kedelai, terutama tingkat kesuburan tanah yang relatif baik untuk pertumbuhan kedelai, sehingga menurut mereka pemberian pupuk tidak memberikan pengaruh yang berarti. Hubungan Faktor Internal Dengan Kompetensi Petani Dalam penelitian ini, dari sisi internal ada 5 variabel yang digunakan untuk melihat hubungannya dengan kompetensi petani dalam berusahatani kedelai. Lima variabel dimaksud yaitu umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman, pengalaman manajemen dan motivasi. Hubungan Faktor Internal dengan Pengetahuan Petani dalam Berusahatani Hubungan faktor internal dengan pengetahuan petani dalam berusahatani kedelai dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Hubungan Faktor Internal dengan Kompetensi Petani Kompetensi Petani Karakte ristik Pengetahuan Sikap Ketrampilan Internal (X1) Koefisien Koefisien Koefisien p p Korelasi korelasi korelasi P Umur (X1.1) 0,462** 0,000 0,476** 0,000 0,566** 0,000 Pendidikan formal (X1.2) -0,268* 0,025-0,301* 0,011-0,353** 0,003 Pengalaman (X1.3) 0,745** 0,000 0,706** 0,000 0,735** 0,000 Pengalaman Manajemen 0,334** 0,005 0,320** 0,007 0,336** 0,004 (X1.4) Motivasi (X1.5) 0,627** 0,000 0,633** 0,000 0,602** 0,000 Keterangan: n = 70 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa umur, pengetahuan, pengalaman, pengalaman manajemen usahatani, dan motivasi berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani, sedangkan pendidikan formal berhubungan (-) nyata ini berarti semakin bertambah usia seorang petani, maka pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berusaha tani

16 48 kedelai juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan dengan bertambah usia maka petani akan semakin dewasa baik secara psikis, psikologis maupun matang secara sosiologis Dengan kedewasaan, seiring bertambah usia maka petani yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen akan semakin berdaya (kompetensinya semakin tinggi), asalkan dengan bertambahnya usia diikuti dengan proses belajar (learning process) sehingga petani akan memiliki kompetensi yang lebih baik. Padmowihardjo (1994:36) mengatakan umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual dan otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar lainnya. Selanjutnya Wiraatmadja (1986:13) mengemukakan bahwa umur petani akan mempengaruhi penerimaan petani terhadap hal-hal baru. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin dewasa pula sikap mereka dalam menyikapi sesuatu. Soehardjo dan patong (1984:45) mengemukakan bahwa kemampuan kerja petani sangat ditentukan oleh umur petani itu sendiri, sehingga mengkategorikan umur berdasarkan kelompoknya, dimana kisaran umur 0-14 tahun adalah umur non produktif, tahun adalah umur produktif dan kisaran 55 tahun ke atas adalah umur yang kurang produktif. Petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, umumnya masuk dalam kategori usia produktif yaitu umurnya berkisar antara tahun. Kelompok usia produktif menurut Rochaety dkk. (2005:35) adalah mereka yang secara potensial memiliki kesiapan dan menghasilkan pendapatan untuk mendukung kehidupan dirinya, keluarganya dan masyarakatnya. Umur berhubungan sangat nyata dengan keterampilan petani, dimana semakin dewasa umur petani, maka keterampilan mereka dalam berusahatani kedelai juga semakin tinggi. Pendidikan formal berkorelasi negatif secara nyata dengan pengetahuan dan sikap, serta berkorelasi negatif sangat nyata pada tingkat keterampilan petani. Hal ini mencerminkan bahwa semakin tinggi pendidikan formal petani tidak diikuti dengan tingginya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam berusaha tani. Seharusnya seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang tinggi pula, artinya setiap peningkatan pengetahuan

17 49 seseorang pasti tidak terlepas dari andil pendidikan yang mereka telah tempuh. Sejalan dengan hal itu, Winkel (1986: 19-20) mengatakan bahwa pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya. Pendidikan merupakan proses pembentukan watak seseorang sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku (Winkel,1986:19-20). Pengetahuan formal mengindikasikan kemampuan intelektual petani kedelai masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan petani kedelai yang tergolong rendah biasanya kurang berdaya. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan petani yang rendah akan berimplikasi pada kurang berani dalam menanggung risiko untuk mencoba hal-hal baru yang berhubungan dengan aktifitas berusaha tani kedelai. Biasanya tingkat pendidikan petani kedelai yang rendah lebih senang menerapkan teknik berusaha tani kedelai yang telah biasa mereka lakukan secara turun temurun. Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan seorang petani serta akan mempengaruhi cara-cara berpikir seorang petani. Kemampuan petani dan keputusan yang diambil dalam mengelola usaha taninya sangat tergantung pada tingkat pendidikannya. Pada umumnya tingkat pendidikan yang rendah bukan saja menyebabkan petani kurang mengerti informasi yang menyangkut pembaharuan dalam usahataninya, tetapi lebih jauh daripada itu dapat menyebabkan petani sulit menerima apa yang dianjurkan. Sebaliknya, pada petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan lebih banyak dan cakrawala berfikir yang lebih luas sehingga lebih cepat menerima tehnologi baru yang dianjurkan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin efesien dia bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (1995), bahwa pendidikan formal menunjukkan intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman petani kedelai mengenai segala sesuatu, baik peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap petani kedelai. Pendidikan merupakan proses belajar bagi

18 50 petani kedelai mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan taraf hidup petani kedelai. Hampir sejalan dengan umur, pengalaman berusahatani kedelai dan juga berhubungan secara sangat nyata dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam berusahatani. Data ini menunjukkan bahwa semakin berpengalaman petani yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen maka kompetensi petani dalam berusahatani kedelai semakin tinggi. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya pengalaman maka petani yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, memiliki bekal yang cukup baik untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam berusahatani. Hermanto ( ) mengemukakan bahwa petani mengembangkan kemampuan usahataninya dari pengalaman yang diperoleh secara turun temurun. Selanjutnya Kibler (1981: 51-52) mengatakan bahwa seseorang akan memperoleh keuntungan dari pengalamannya, karena dengan pengalaman itu ia akan mempunyai kesempatan melihat, membandingkan dan memilih sehingga mempermudah baginya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Gagne (1967: 32) mengatakan pengalaman adalah akumulasi dari proses belajar yang dialami seseorang, kemudian menjadi pertimbanganpertimbangan baginya dalam menerima ide-ide baru. Selanjutnya Callahan (1966: 11) mengatakan bahwa pengalaman dapat mengarahkan perhatian seseorang pada minat, kebutuhan dan masalah masalah yang dihadapinya. Pengalaman yang dilalui seseorang adakalanya dapat berfungsi membantunya dalam melakukan sesuatu, mendorongnya untuk memperhatikan sesuatu, mengarahkan seseorang agar berbuat secara hati-hati. Petani yang memiliki pengalaman berusahatani cukup lama, maka dalam melakukan aktivitas dalam berusahatani, mereka jauh lebih trampil daripada yang pengalamannya sedang dan sedikit. Middlebrook (1974) menambahkan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap suatu objek secara psikologis cendrung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tertentu. Bagi orang yang telah lama menggeluti suatu pekerjaan akan lebih trampil dan cendrung menghasilkan suatu hasil yang lebih baik daripada orang yang baru. Pengalaman manajemen dalam berusahatani kedelai juga berhubungan secara sangat nyata dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam

19 51 berusahatani, ini menunjukkan bahwa semakin bagus pengalaman manejemen usahataninya maka semakin tinggi kompetensi petani dalam berusaha tani kedelai. Dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam berusaha tani, maka semakin baik pula manajemen usahataninya. Mosher (1977: 33-35) mengatakan peranan lain yang harus dimiliki petani dalam usahataninya adalah sebagai manajer atau pengelola. Sebagai seorang manajer usahatani, petani perlu memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan tentang manajemen usahatani. Ketrampilan sebagai pengelola mencakup kegiatan berpikir yang didorong oleh kemauan, terutama dalam hal pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Sangat penting bagi petani dalam meningkatkan kecakapannya sebagai pengelola, sehingga ia dapat mengambil manfaat dari setiap kesempatan baik, yang terbuka baginya, berusaha membuat usahataninya seproduktif mungkin dengan keuntungan yang terus bertambah. Petani yang memiliki manajemen berusahatani yang baik sangat berhubungan dengan pengambilan sikap mereka dalam melakukan usahatani. Petani merupakan manajer, yang harus bisa mengelola usahanya dengan baik, dimana dalam tahapan-tahapannya mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Umumnya petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, dalam berusahatani, mereka masih memiliki manejemen usahatani yang tergolong sedang dengan pola manajemen yang masih sederhana sekali. Petani sebagai seorang manajer haruslah mampu mengelola usahataninya dengan menerapkan sistem manajemen usahatani yang baik. Manajemen usahatani yang harus diperhatikan petani yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Petani sebagai manajer diharapkan memiliki ketrampilan khusus dalam manajemen usahatani yang digelutinya. Manajemen merupakan rangkaian kegiatan tindakan/proses dalam mengelola suatu usaha agar dapat menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Asngari (2001: 19) mengatakan bahwa petani sebagai manajer diharuskan menguasai ketrampilan pengelolaan usahatani yang dilakukan. Ketrampilan merupakan inti dari kompetensi seseorang pada pekerjaannya. Derajat ketrampilan seseorang merupakan kombinasi komplek dari kognitif,

20 52 afektif dan psikomotorik, semakin lengkap maka semakin sempurna ketrampilan yang dikuasai. Petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen umumnya memiliki motivasi tinggi dalam berusahatani. Motivasi mereka tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dorongan dan kebutuhan. Dorongan yang menjadi pemicu tingginya motivasi petani disebabkan berbagai faktor (multiple factor), dan salah satu faktor yang memegang peranan penting, yaitu tingginya permintaan kedelai oleh konsumen, dan akhirnya berdampak pada tingginya harga jual kedelai di pasaran. Morgan (1961) mengemukakan bahwa konsep motivasi tidak bisa dilepaskan dari adanya motif (motive), dorongan (drive) dan kebutuhan (needs). Tindakan yang bermotif dapat dikatakan sebagai tindakan yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakannya, sehingga tindakan tersebut tertuju ke arah suatu tujuan yang diidamkan (Thantowi, 1993). Selanjutnya Suparno (2000: 83-90) mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu kalau mengharapkan akan melihat hasil, memiliki nilai (value) atau manfaat. Perasaan berhasil (the experience of success) akan menimbulkan motivasi seseorang untuk mempelajari sesuatu. Selain itu seseorang akan termotivasi untuk belajar jika yang dipelajari mendatangkan keuntungan, baik keuntungan dalam nilai ekonomi atau sosial. Motivasi seseorang sangat besar kontribusinya dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengambil suatu keputusan, mempertimbangkan inovasi apa yang harus dia adopsi, dalam usaha pemgembangan usahataninya. Menurut Padmowihardjo (1994:135) motivasi merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan. Selanjutnya Sudjana (1991:162) mengatakan motivasi belajar adalah motivasi insentif. Motivasi tersebut menggambarkan kecendrungan asli manusia untuk menggerakkan, mendominasi dan menguasai lingkungan di sekelilingnya. Semakin tinggi motivasi petani untuk melakukan usahatani, baik dalam hal mencari pengetahuan, memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan khususnya dalam hal adopsi suatu inovasi yang berkaitan dengan pengembangan usahataninya, serta motivasinya dalam merealisasikannya melalui tindakan, maka akan memperoleh keterampilan yang tinggi pula dalam berusahatani. Motivasi sangat besar kontribusinya dalam meningkatkan kompetensi petani di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen dalam berusahatani.

21 53 Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara faktor internal dengan kompetensi petani dalam berusahatani kedelai, diterima. Berdasarkan jawaban hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor internal petani sangat berhubungan nyata dengan dengan kompetensi petani. Faktor internal yang dimaksud meliputi; umur petani, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, pengalaman manajemen dan motivasi. Umur benrhubungan sangat nyata dengan kompetensi petani. semakin bertambah usia seorang petani, maka pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berusaha tani kedelai juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan dengan bertambah usia maka petani akan semakin dewasa baik secara psikis, psikologis maupun matang secara sosiologis Dengan kedewasaan, seiring bertambah usia maka petani yang ada di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen akan semakin berdaya (kompetensinya semakin tinggi), asalkan dengan bertambahnya usia diikuti dengan proses belajar (learning process) sehingga petani akan memiliki kompetensi yang lebih baik. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin dewasa pula sikap mereka dalam menyikapi sesuatu. Soehardjo dan patong (1984:45) mengemukakan bahwa kemampuan kerja petani sangat ditentukan oleh umur petani itu sendiri, sehingga mengkategorikan umur berdasarkan kelompoknya, dimana kisaran umur 0-14 tahun adalah umur non produktif, tahun adalah umur produktif dan kisaran 55 tahun ke atas adalah umur yang kurang produktif. Pendidikan formal berkorelasi negatif secara nyata dengan pengetahuan dan sikap, serta berkorelasi negatif sangat nyata pada tingkat keterampilan petani. Sejalan dengan hal itu, Winkel (1986: 19-20) mengatakan bahwa pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya. Pendidikan merupakan proses pembentukan watak seseorang sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku (Winkel,1986:19-20). Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan seorang petani serta akan mempengaruhi cara-cara berpikir seorang petani. Kemampuan petani dan keputusan yang diambil dalam mengelola usaha taninya sangat tergantung pada tingkat pendidikannya.

22 54 Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman petani kedelai mengenai segala sesuatu, baik peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap petani kedelai. Pendidikan merupakan proses belajar bagi petani kedelai mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan taraf hidup petani kedelai. Hampir sejalan dengan umur, pengalaman berusahatani kedelai dan juga berhubungan secara sangat nyata dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam berusahatani. Hermanto ( ) mengemukakan bahwa petani mengembangkan kemampuan usahataninya dari pengalaman yang diperoleh secara turun temurun. Selanjutnya Kibler (1981: 51-52) mengatakan bahwa seseorang akan memperoleh keuntungan dari pengalamannya, karena dengan pengalaman itu ia akan mempunyai kesempatan melihat, membandingkan dan memilih sehingga mempermudah baginya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengalaman manajemen dalam berusahatani kedelai juga berhubungan secara sangat nyata dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam berusahatani, ini menunjukkan bahwa semakin bagus pengalaman manejemen usahataninya maka semakin tinggi kompetensi petani dalam berusaha tani kedelai. Dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam berusaha tani, maka semakin baik pula manajemen usahataninya. Mosher (1977: 33-35) mengatakan peranan lain yang harus dimiliki petani dalam usahataninya adalah sebagai manajer atau pengelola. Sebagai seorang manajer usahatani, petani perlu memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan tentang manajemen usahatani. Ketrampilan sebagai pengelola mencakup kegiatan berpikir yang didorong oleh kemauan, terutama dalam hal pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Sangat penting bagi petani dalam meningkatkan kecakapannya sebagai pengelola, sehingga ia dapat mengambil manfaat dari setiap kesempatan baik, yang terbuka baginya, berusaha membuat usahataninya seproduktif mungkin dengan keuntungan yang terus bertambah. Petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen umumnya memiliki motivasi tinggi dalam berusahatani. Motivasi mereka tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dorongan dan kebutuhan. Selanjutnya Suparno (2000: 83-90) mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan

23 55 sesuatu kalau mengharapkan akan melihat hasil, memiliki nilai (value) atau manfaat. Perasaan berhasil (the experience of success) akan menimbulkan motivasi seseorang untuk mempelajari sesuatu. Selain itu seseorang akan termotivasi untuk belajar jika yang dipelajari mendatangkan keuntungan, baik keuntungan dalam nilai ekonomi atau sosial. Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kompetensi Petani Kedelai Dalam penelitian ada lima variabel yang dilihat berdasarkan faktor eksternal yang berhubungan dengan kompetensi petani dalam berusahatani kedelai. Adapun lima variabel tersebut adalah yaitu luas lahan, pemanfaatan media massa, hubungan interpersonal, sarana dan prasarana pertanian, dan kebijakan pemerintah. Hubungan faktor eksternal dengan kompetensi petani dalam berusahatani kedelai dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Hubungan Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani Kompetensi Petani Karakteristik Pengetahuan Sikap Ketrampilan Eksternal (X2) Koefisien Koefisien Koefisien P P Korelasi korelasi korelasi p Luas Lahan (X2.1 0,111 0,358 0,194 0,107 0,322** 0,007 Pemanfaatan Media (X2.2) 0,028* 0,815-0,028 0,819-0,299* 0,012 Hubungan Interpersonal -0,359** 0,002-0,364** 0,000-0,437** 0,000 (X2.3) Sarana dan Prasarana 0,542** 0,000 0,574** 0,000 0,493** 0,000 (X2.4) Kebijakan Pemerintah -0,455** 0,000-0,490** 0,000-0,350** 0,003 (X2.5) Keterangan: n = 70 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05 Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana pertanian sangat berhubungan nyata dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani, selanjutnya pemanfaatan media massa berhubungan nyata dengan pengetahuan petani dan berkorelasi negatif nyata dengan keterampilan

24 56 petani, sedangkan hubungan interpersonal dan kebijakan pemerintah berkorelasi negatif sangat nyata dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Sarana dan prasarana produksi sangat dibutuhkan petani dalam melakukan aktivitas pertanian, agar menjadi pendukung dalam peningkatan produksi. Sarana produksi yang mendukung usahatani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen antara lain; tersedianya benih bermutu, pupuk, obat-obatan (pestisida, herbisida dan fungisida), dan peralatan pertanian lainnya, meskipun peralatan yang mereka gunakan umumnya masih sederhana. prasarana pertanian yang sangat memfasilitasi petani dalam berusahatani kedelai adalah adanya pedagang-pedagang saprodi di daerah mereka meski jumlahnya sangat terbatas, melalui pedagang tersebut para petani mendapatkan sarana produksi yang mereka butuhkan. Sedangkan prasarana lainnya, seperti; koperasi atau lembaga-lembaga perkreditan lainnya, sangat dibutuhkan petani, tidak tersedia lagi, transportasi/pengangkutan yang sangat terbatas, jalan-jalan yang belum memadai. semua itu dapat menghambat kreativitas petani dalam mengembangkan produksi. Luas lahan tidak berhubungan atau berkorelasi dengan pengetahuan dan sikap petani, akan tetapi luas lahan berhubungan secara sangat nyata terhadap aspek ketrampilan. Ini berarti semakin luas lahan usahatani kedelai maka semakin tinggi ketrampilan petani dalam mengelola usahataninya. Mardikanto (1993:217), menyatakan bahwa luas lahan usahatani merupakan aset bagi petani dalam menghasilkan produksi total, dan sekaligus sumber pendapatan usahatani. Dengan demikian petani yang memiliki lahan yang lebih luas akan memberikan pengaruh terhadap usahatani yang dilakukan, sehingga cenderung meningkatkan ketrampilan dalam berusahatani untuk menghasilkan produksi total yang tinggi. Pemanfaatan media berhubungan nyata dengan pengetahuan dan berhubungan nyata dengan keterampilan petani.. Akan tetapi pemanfaatan media berkorelasi (-) secara nyata dengan tingkat ketrampilan petani. Berdasarkan penelitian, ditemukan fakta bahwa petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen sangat rendah, bahkan hampir tidak pernah memanfaatkan media massa (baik berupa koran, majalah, brosur-brosur, radio dan tv) dalam hal penambahan informasi mengenai pengembangan usahatani kedelai. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: daerah mereka jauh dari pusat kota, ditambah tidak ada fasilitas angkutan umum yang mudah mereka

25 57 dapatkan, jalan jalan yang menghubungkan antar desa masih kurang memadai, minimnya ketersediaan media massa yang menginformasikan tentang pertanian, khususnya tentang kedelai. Media massa merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi peningkatan kompetensi petani. Melalui media tersebut petani akan mengetahui informasi terbaru, dalam hal ini, yang paling penting adalah teknologi pertanian yang setiap saat berkembang ke arah yang lebih baik, dimana dengan teknologi, petani akan lebih mudah dalam berusahatani. Surat kabar, majalah, radio dan televisi merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media massa dapat digunakan untuk mengubah prilaku, terutama yang kecil dan kurang penting, atau perubahan untuk memenuhi keinginan yang ada(van den Ban dan Hawkins, 1999:150). Selanjutnya Suseno (2003:96-97) mengatakan bahwa beberapa media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi antara lain: surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan yang sejenisnya. Media tersebut selain untuk sumber informasi, juga untuk menyampaikan gagasan, pendapat dan perasaan kepada orang lain. Hubungan interpersonal berkorelasi (-) sangat nyata dengan ketiga unsur kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dari hasil wawancara ternyata petani yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan usaha tani yang sudah mapan, relatif jarang menanyakan masalah usahatani kedelainya kepada petugas penyuluhan dan sesama petani, hal ini karena mereka menganggap bahwa dirinya relatif mampu dalam menjawab persoalan-persoalan yang timbul dalam proses usahatani kedelai. Petani yang maju tidak akan puas dengan hasil yang didapatkan, mereka akan selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi mereka, dan salah satu cara yang paling murah dan mudah adalah dengan sering melakukan hubungan komunikasi yang efektif baik dengan sesama petani, tokoh masyarakat dan penyuluh yang ada di daerah mereka. Hubungan interpersonal merupakan kebutuhan dari setiap individu, karena pada dasarnya manusia memiliki naluriah untuk berkelompok dengan manusia lainnya (Padmowihardjo, 1994) dan melalui interaksi dengan individu lain seseorang akan dapat berkembang untuk dapat menunjukkan eksistensi dirinya. Wiraatmadja (1990:29-30) mengatakan bahwa dalam kegiatan penyuluhan seorang penyuluh harus mengadakan hubungan dengan petani,

26 58 yang dapat menimbulkan komunikasi. Komunikasi yang baik akan menimbulkan timbal balik (feedback). Hal ini penting bagi penyuluh, yaitu untuk dapat mengambil tindakan-tindakan selanjutnya, dengan demikian maka komunikasi akan berjalan dengan baik. Selanjutnya variabel sarana dan prasarana berkorelasi positif dengan ketiga unsur dari kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Korelasi positif secara sangat nyata terhadap pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh petani maka semakin tinggi pula pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang petani kedelai di wilayah Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Menurut Sudjati (1981:83) sarana merupakan alatalat yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Mosher (1973: ) menyatakan bahwa tersedianya sarana merupakan syarat pokok dalam pembangunan pertanian. Ketersediaan sarana produksi mutlak diperlukan agar dapat menjadi pendukung dalam peningkatan produksi. Kebijakan pemerintah merupakan variabel eksternal terakhir yang dikaji hubungannya terhadap kompetensi petani. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah berkorelasi negatif secara sangat signifikan dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Petani kedelai di Kecamatan Peudada kabupaten Bireuen umumnya tidak puas dengan kebijakan pemerintah dalam mendukung kelancaran usahatani mereka. Peran pemerintah sangatlah sedikit dalam upaya peningkatan kompetensi mereka. Kebijakan yang ada hanya berupa program-program yang bersifat insidentil, dimana tujuan dari program tersebut bukan untuk pemberdayaan dan pembinaan petani, sehingga setelah program itu berakhir petani tidak mengalami peningkatan kompetensi yang nyata. Kebijakan yang sangat dibutuhkan petani dalam upaya pengembangan kedelai, meliputi pengadaan dan distribusi sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan kredit usahatani), penyuluhan dan pemasaran hasil melalui sistem kelembagaandan pembinaan dari tingkat pusat dan tingkat desa (Anas, R. Dkk dalam Amang, B., 1996: 419). Penyuluh merupakan jembatan bagi petani untuk dapat menyampaikan aspirasi, atau sekedar mencari solusi dalam masalah yang mereka hadapi, dan juga sebagai sumber informasi terbaru bagi petani. Mereka sangat mengharapkan adanya penyuluh yang profesional, penyuluh yang benar-benar

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan untuk sumber pangan, pakan ternak, sampai untuk bahan baku berbagai industri manufaktur dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian 36 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang homogen yaitu pembudidaya ikan patin yang berada di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2008 di Desa Jono Oge dan Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang dengan metode survei deskriptif-korelasional. Menurut Kerlinger dan Lee (2000), penelitian survei mengkaji populasi (universe) yang besar dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi 41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi a. Motivasi (Y 1 ) r (N=10) Variabel Indikator Pertanyaan Koefisien Korelasi Memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan 0.780 valid Keterangan Dikucilkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kluting Jaya Kecamatan Weda Selatan, yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam remote area lingkaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara.

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat explanatory (penjelasan) dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara variabel-variabel

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Metode

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Metode 46 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Metode survei adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 September 2005, Vol. 1, No.1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA USAHATANI SAYURAN DI KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR Rini Sri Damihartini dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan. 26 III. METODE PENELITIAN A. dan 1. Umur Umur merupakan usia dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun. Umur diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi 27 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah yang menerima fasilitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah yang menerima fasilitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah responden yang terlibat langsung di dalam penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON Risyat Alberth Far-Far Staf Pengajar Prodi Agribisnis FAPERTA UNPATI-AMBON, e-mail: - ABSTRAK Perilaku pemanfaatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang makanan lauk pauk dan sayuran tradisional di SMA N 11 Yogyakarta, maka penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 22 3. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penghargaan masyarakat terhadap PDPT. 4. Terdapat hubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan: 23 KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Suhardjo (1989), latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi berdasarkan konteks dua karakteristik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. METODE PENELITIAN Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting karena hal ini menentukan berhasil atau tidaknya hasil penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah seluruh petani sayuran di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Petani sayuran di Kabupaten Bondowoso

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua nelayan yang seluruh atau sebagian besar aktivitasnya melakukan usaha penangkapan ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang dalam bentuk correlation research yang bertujuan menjelaskan pola hubungan antar peubah melalui pengujian hipotesis. Di dalam penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh: Tri Ratna Saridewi 1 dan Amelia Nani Siregar 2 1 Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

METODE. Desain, Tempat dan Waktu

METODE. Desain, Tempat dan Waktu 25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan

METODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan METODE PENELITIAN Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah Desa Pulosari dan Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan yang termasuk dalam wilayah kerja BKPH Pangalengan, KPH Bandung

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 27 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara minat mahasiswa dalam membaca buku

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu sejak Juni 2008 sampai September 2008 dilakukan di daerah tujuan wisata Jakarta Timur. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS Indra Gunawan, Wasrob Nasruddin, dan Rudi Hartono Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian atau definisi yang dijadikan petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 75 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Statistik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Luas usahatani, Pengalaman usahatani, Lama bermitra, Status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian 37 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian Survei deskriptif korelasional yaitu melihat pada suatu kelompok dengan aspek yang diteliti adalah hubungan antara peubah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 69 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini dimulai dengan pendapat Spencer dan Spencer (1993:9-10) menyatakan bahwa setiap kompetensi tampak pada individu dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA

PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA Oleh Wida Pradiana Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor Corr : wpradiana@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. 44 III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 5 Disain Penelitian.

METODE PENELITIAN. Gambar 5 Disain Penelitian. METODE PENELITIAN Disain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey bersifat explanatory, yaitu penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kejelasan tentang sesuatu yang terjadi di masyarakat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Melati di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten LAMPIRAN 141 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar Peta Provinsi Banten 142 Lampiran 2. Kuesioner penelitian PERSEPSI PENYULUH PERTANIAN LAPANG TENTANG PERANNYA DALAM PENYULUHANPERTANIAN PADI DI PROVINSI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah explanatory (penjelasan) dengan analisis korelasional untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Fokus penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran KOGUPE SMAN 46 Jakarta merupakan koperasi konsumen di kawasan Jakarta Selatan yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan simpan pinjam. Dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI (Oryza sativa L) JAJAR LEGOWO 4 : 1 (Studi Kasus pada Kelompoktani Gunung Harja di Desa Kalijaya Kecamatan

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program Kejar Paket B memiliki sasaran untuk memberikan pendidikan bagi siswa lulus SD dan sederajat yang tidak melanjutkan ke SLTP, serta siswa putus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nasir (1999:64), menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 19 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Prima Tani merupakan salah satu program Badan Litbang Pertanian yang di dalamnya terdapat unsur inovasi. Sebagai suatu inovasi, Prima Tani diperkenalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain III. METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain yang perlu juga dibahas

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metode survai untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Penelitian survai

Lebih terperinci

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Prosiding SNaPP011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 089-590 Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Achmad Faqih Jurusan Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Desa Bugel Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Husni Khamdan Fariz 1, Dedi Herdiansah S

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 39 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di wilayah pertanian hortikulutra di Desa Cipendawa dan Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan

Lebih terperinci