IV. METODE PENELITIAN
|
|
- Hendri Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0 12' - 8 lintang selatan dan ' ' bujur timur. Luas wilayahnya km². Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut Flores di selatan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, Provinsi Sulawesi Selatan terbagi atas 21 kabupaten dan 3 kota dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Selatan dibagi ke dalam 23 kabupaten kota. Kabupaten Tana Toraja Utara dan Kabupaten Tana Toraja dimasukkan dalam kabupaten induknya yaitu Kabupaten Tana Toraja Spesifikasi Model Model merupakan suatu penjelasan dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses, sehingga fenomena aktual direpresentasikan oleh model untuk menjelaskan, memprediksi dan mengontrolnya. Model ekonometrika merupakan gambaran dari hubungan masing-masing variabel penjelas (explanatory variables), terhadap peubah endogen (dependent variables) khususnya yang menyangkut tanda dan besaran (magnitude and sign) dari penduga parameter, sesuai dengan harapan teoritis secara apriori. Model yang baik haruslah memenuhi kriteria teori ekonomi (theoritically meaningful), kriteria statistika yang dilihat dari suatu derajat ketepatan (goodness of fit) yang dikenal dengan koefisien determinasi (R 2 ) serta nyata secara statistik (statistically significant), serta kriteria ekonometrika yang menetapkan apakah suatu taksiran memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan seperti unbiasedness, consistency, sufficiency, dan efficiency. Statistik D w adalah suatu kriteria ekonometrika yang digunakan untuk menguji taksiran, yaitu menguji validitas dari asumsi autocorrelation (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan simultan. Persamaan tunggal adalah persamaan dimana peubah terikat
2 70 dinyatakan sebagai sebuah fungsi dari satu atau lebih peubah bebas, sehingga hubungan sebab akibat antara peubah terikat dan peubah bebas merupakan hubungan satu arah. Sedangkan persamaan simultan adalah suatu persamaan yang membentuk suatu sistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai peubah dalam persamaan tersebut. Dalam bagian ini dirumuskan model ekonometrika dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan, yang merupakan sistem persamaan simultan dengan 35 persamaan yang meliputi; 26 persamaan struktural dan 11 persamaan identitas. Persamaan struktural merupakan representasi dari peubah-peubah endogen dan peubah eksogen yang secara operasional menghasilkan tanda dan besaran nilai-nilai penduga parameter sesuai dengan harapan teoritis secara apriori. Model sistem persamaan simultan yang dibangun dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat blok yaitu: (1) blok fiskal, (2) blok permintaan agregat, (3) blok output, dan (4) blok kinerja perekonomian. Keterkaitan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. I. Blok Fiskal Blok fiskal daerah terdiri dari sub blok penerimaan daerah dan sub blok pengeluaran daerah. Blok fiskal penerimaan daerah terdiri atas 6 persamaan, masing-masing 4 persamaan struktural dan 2 persamaan identitas. Sementara blok pengeluaran daerah terdiri atas 7 persamaan, masing-masing 5 persamaan struktural dan 2 persamaan identitas. Penerimaan Daerah 1. Pendapatan Asli Daerah PAD it = PAJD it + RETD it + BUMD it + PADL it... (4.1) PAD PAJD RETD BUMD PADL : Pendapatan asli daerah : Pajak daerah : Retribusi daerah : Badan usaha milik daerah : Penerimaan asli daerah lain-lain.
3 71 PAJD JKH DBH TPD PAD MT PO PL DAK PADL BUMD RETD DAU LDK PNS BPGW BLL BBJ BMDSP BMDSL BMD TPGD DDTBL KONS NEX TREN IMPD INVS EXPD NTRP SBI INFL INFL MISK TPGP UM PTKSP PDRBSP UNEF AKK PTKNP PTK PDRBBG PDRBTR PDRBTB PDRBLGA PDRBDG PDRBKU PDRBID PDRBJS PDRB PPKT PPDRB Keterangan: Variabel endogen Variabel eksogen Gambar 6 : Keterkaitan Antar Variabel Model Kebijakan Fiskal Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
4 72 2. Pajak Daerah PAJD it = a 0 + a 1 TPGPD it + a 2 MTR it + a 3 JKHL it +a 4 LPAJD it + u 1.. (4.2) parameter estimasi yang diharapkan: a 1, a 2, a 3 > 0; 0 < a 4 < 1 PAJD : Pajak daerah TPGPD : Total pengeluaran pemerintah daerah MTR : Jumlah kendaran bermotor JKHL : Jumlah kamar hotel LPAJD : Pajak daerah tahun sebelumnya. 3. Retribusi Daerah RETD it = b 0 + b 1 PDRB it + b 2 TPGPD it + b 3 POP it + b 4 LRETD it + u 2 (4.3) parameter estimasi yang diharapkan: b 1, b 2, b 3 >0; 0 < b 4 < 1 RETD : Retribusi daerah PDRB : Produk domestik regional bruto POP : Jumlah penduduk TPGPD : Total pengeluaran pemerintah daerah LRETD : Retribusi daerah tahun sebelumnya. 4. Dana Alokasi Umum DAU it = c 0 + c 1 PNS it + c 2 PAD it + c 3 BBJ it + c 4 BLL it +c 5 LDK it + c 6 INFL it + u 3 (4.4) parameter estimasi yang diharapkan: c 1, c 3, c 4, c 5, c 6 >0 ; c 2 < 0 DAU PNS PAD BBJ BLL LDK INFL 5. Dana Bagi Hasil : Dana alokasi umum : Jumlah pegawai negeri sipil. : Pendapatan asli daerah : Belanja barang dan jasa : Belanja lain-lain : Luas daerah kabupaten kota : Inflasi DBH it = d 0 + d 1 PDRB it + d 2 TREN it + d 3 LDBH + u (4.5) parameter estimasi yang diharapkan: d 1, d 2 >0; 0 < d 3 < 1 DBH PDRB TREN LDBH : Dana bagi hasil : Produk domestik regional bruto : Tren (tahun 1,2,3,...,n) : Dana bagi hasil tahun sebelumnya.
5 73 6. Total Penerimaan Daerah TPD it = PAD it + DAU it + DBH it + DAK it + PLD it ) TPD PAD DAU DBH DAK PLD Pengeluaran Daerah 7. Belanja Pegawai : Total penerimaan daerah : Pendapatan asli daerah : Dana alokasi umum : Dana bagi hasil : Dana alokasi khusus : Penerimaan lain daerah. BPGW it = e 0 + e 1 PNS it + e 2 PAD it + e 3 DAU it + e 4 LBPGW it + u 5... (4.7) parameter estimasi yang diharapkan: e 1, e 2, e 3 >0; 0< e 4 <1 dimana BPGW : Belanja pegawai PNS : Jumlah pegawai negeri sipil PAD : Pendapatan asli daerah DAU : Dana alokasi umum LBPGW : Belanja pegawai tahun sebelumnya. 8. Belanja Barang dan Jasa BBJ it = f 0 + f 1 PAD it + f 2 DAU it + f 3 DBH it + f 4 LBBJ it + u 6... (4.8) parameter estimasi yang diharapkan: f 1, f 2, f 3 >0; 0< f 4 <1 BBJ PAD DAU DBH LBBJ 9. Belanja Modal : Belanja barang dan jasa : Pendapatan asli daerah : Dana alokasi umum : Dana bagi hasil : Belanja barang dan jasa tahun sebelumnya. BMD it = BMDSP it + BMDSL it... (4.9) BMD : Belanja modal BMDSP : Belanja modal sektor pertanian BMDSL : Belanja modal sektor lainnya. 10. Belanja Modal Sektor Pertanian BMDSP it = g 0 + g 1 DAK it + g 2 DAU it + g 3 PDRBSP it + g 4 LBMDSP it + u 7 (4.10)
6 74 parameter estimasi yang diharapkan: g 1, g 2, g 3 >0; 0<g 4 <1 BMDSP : Belanja modal sektor pertanian DAK : Dana alokasi khusus DAU : Dana alokasi umum PDRBSP : Produk domestik regional bruto sektor pertanian LBMDSP : Belanja modal sektor pertanian tahun sebelumnya. 11. Belanja Modal Sektor Lainnya BMDSL it = h 0 + h 1 DBH it + h 2 DAK it + h 3 LBMDSL it + u 8 (4.11) parameter estimasi yang diharapkan: h 1, h 2 > 0; 0<h 4 <1 BMDISL : Belanja modal sektor lain DBH : Dana bagi hasil DAK : Dana alokasi khusus LBMDSL : Belanja modal sektor lain tahun sebelumnya. 12. Belanja Lain-lain Pemerintah (BLL) BLL it = i 0 + i 1 DAU it + i 2 DBH it + i 3 PAD it + i 4 LBLL it + u 9... (4.12) parameter estimasi yang diharapkan: i 1, i 2, i 3 >0; 0<i 4 <1 BLL DAU DBH PAD LBLL : Belanja lain-lain pemerintah : Dana alokasi umum : Dana bagi hasil : Pendapatan asli daerah : Belanja lain-lain pemerintah tahun sebelumnya 13. Total Pengeluaran Pemerintah Daerah TPGPD it = BPGW it + BBJ it + BMD it + BLL it... (4.13) TPGPD : Total pengeluaran pemerintah daerah BPGW : Belanja pegawai BBJ : Belanja barang dan jasa BMD : Belanja modal BLL : Belanja lain-lain pemerintah. II. Blok Permintaan Agregat Daerah Blok permintaan agregat daerah terdiri dari 6 persamaan, masing- masing 4 persamaan struktural yaitu; pengeluaran konsumsi, investasi, ekspor daerah, dan
7 impor daerah, serta 2 persamaan identitas yaitu persamaan total pengeluaran pemerintah dan persamaan ekspor bersih. 1. Konsumsi Swasta KONS it = j 0 + j 1 PDRB it + j 2 BBJ it + j 3 BPGW it + j 4 INFL it + j 5 LKONS it + u (4.14) parameter estimasi yang diharapkan: k 1, k 2, k 3, k 5, > 0; k4 < 0 KONS : Konsumsi swasta PDRB : Produk domestik regional bruto BBJ : Belanja barang dan jasa BPGW : Belanja pegawai INFL : Inflasi LKONS : Konsumsi swasta tahun sebelumnya. 2. Investasi Swasta INVS it = k 0 + k 1 BMD it + k 2 PAD it + k 3 KONS + k 4 LINVSW it + u (4.15) parameter estimasi yang diharapkan: k 2, < 0; dan k 1, k 3 > 0; 0<k 4 <1 INVS : Investasi swasta BMD : Belanja modal PAD : Pendapatan asli daerah KONS : Konsumsi LINVS : Investasi swasta tahun sebelumnya. 3. Total Pengeluaran Pemerintah TPGP it = TPGPD it + DDTBL it... (4.16) TPGP : Total pengeluaran pemerintah TPGPD : Total pengeluaran pemerintah daerah DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya. 4. Ekspor Daerah EXPD it = l 0 + l 1 NTRP it + l 2 PDRB it + l 3 INFL + l 4 LEXPD it + u (4.17) parameter estimasi yang diharapkan: l 1, l 3 < 0 dan l 2 > 0; 0<l 4 <1 EXPD : Ekspor daerah NTRP : Nilai tukar rupiah PDRB : Produk domestik regional bruto INFL : Inflasi LEXPD : Ekspor daerah tahun sebelumnya. 75
8 76 5. Impor Daerah IMPD it = m 0 + m 1 PDRB it + m 2 KONS it + m 3 LIMPD it + u (4.18) parameter estimasi yang diharapkan: m 1, m 2 > 0; 0<m 3 <1 IMPD PDRB KONS LIMPD 6. Ekspor bersih : Impor daerah : Produk domestik regional bruto : Konsumsi swasta : Impor daerah tahun sebelumnya. NEXP = EXPD it - IMPD it... (4.19) NEXP EXPD IMPD : Ekspor bersih : Ekspor daerah : Impor daerah III. Blok Output dan Tenaga Kerja Persamaan untuk blok output atau PDRB dan tenaga kerja, terdiri atas tiga belas persamaan, yaitu sebelas persamaan struktural dan dua persamaan identitas. Pesamaan struktural yaitu persamaan output/pdrb masing-masing sektor dan persamaan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan non pertanian, serta dua persamaan identitas, yaitu total produk domestik regional bruto, dan penyerapan tenaga kerja. 1. Output Sektor Pertanian PDRBSP it = n 0 + n 1 PTKSP it + n 2 BMDSP it + n 3 INVS it + n 4 KONS it + n 5 DDTBL it + n 6 LPDRBSP it + u (3.20) parameter estimasi yang diharapkan: n 1, n 2, n 3, n 4, n 5 > 0; 0<n 6 <1 PDRBSP : Produk domestik regional bruto sektor pertanian PTKSP : Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian BMDSP : Belanja modal sektor pertanian INVS : Investasi swasta KONS : Konsumsi swasta DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya LPDRBSP : PDRB sektor pertanian tahun sebelumnya 2. Output Sektor Pertambangan PDRBTB it = o 0 + o 1 PTKNP it + o 2 INVS it + o 3 DDTBL it + o 4 NEXP it + o 5 LPDRBTB it + u (3.21) parameter estimasi yang diharapkan: o 1, o 3, o 2, o 4 > 0; 0<o 5 <1
9 PDRBTB : Produk domestik regional bruto sektor pertambangan PTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian NEXP : Ekspor bersih INVS : Investasi swasta DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya LPDRBTB : PDRB sektor pertambangan tahun sebelumnya. 3. Output Sektor Industri PDRBID it = p 0 + p 1 PTKNP it + p 2INVS it + p 3DDTBL it +p 4BMDSL it + p 5UMP it + p 6INFL it + u (3.22) parameter estimasi yang diharapkan: p 1, p 2, p 3, p 4 > 0; p 5, p 5 < 0 PDRBID PTKNP INVS BMDSL DDTBL UMP INFL : Produk domestik regional bruto sektor industri : Penyerapan tenaga kerja non pertanian : Investasi swasta : Belanja modal sektor lain : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya : Upah minimum provinsi : Inflasi. 4. Output Sektor Listrik Gas dan Air PDRBLGA it = q 0 + q 1 PTKNP it + q 2 INVS it + q 3 DDTBL it + q 4 LPDRBLGA it + u (4.23) parameter estimasi yang diharapkan: q 1, q 2, q 3 > 0; 0<q 4 <1 PDRBLGA : Produk domestik regional bruto sektor listrik gas dan air PTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian INVS : Investasi swasta DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya LPDRBLGA : PDRB sektor listrik gas dan air tahun sebelumnya. 5. Output Sektor Bangunan PDRBBG it = r 0 + r 1 PTKNP it + r 2 INVS it + r 3DDTBL it + r 4 BMDSL it + u (3.24) parameter estimasi yang diharapkan: r 1, r 2, r 3 > 0; r4 < 0. PDRBBG : Produk domestik regional bruto sektor bangunan PTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian INVS : Investasi swasta DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya BMDSL : Belanja modal sektor lain 6. Output Sektor Perdagangan PDRBDG it = s 0 + s 1 PTKNP it + s 2DDTBL it + s 3 INVS it + s 4 INFL it + u (3.25) 77
10 78 parameter estimasi yang diharapkan: s 1, s 2, s 3 > 0 dan s 4 < 0. PDRBDG : Produk domestik regional bruto sektor perdagangan PTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian INVS : Investasi swasta DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya INFL : Inflasi. 7. Output Sektor Transportasi PDRBTR it = t 0 + t 1 PTKNP it + t 2 INVS it + t 3 DDTBL it + t 4 INFL it + u (3.26) parameter estimasi yang diharapkan: t 1, t 2, t 3 > 0 dan t 4 < 0 PDRBTR : Produk domestik regional bruto sektor transportasi PTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian INVS : Investasi swasta DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya INFL : Inflasi. 8. Output Sektor Keuangan PDRBKU it = u 0 + u 1 PTKNP it + u 2 INVS it + u3ddtbl it + u 4 INFL it + u 21.. (3.27) parameter estimasi yang diharapkan: u 1, u 2, u 3 > 0 dan u 4 < 0 PDRBKU : Produk domestik regional bruto sektor keuangan PTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian INVS : Investasi swasta DDTBL : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya INFL : Inflasi. 9. Output Sektor Jasa-jasa PDRBJS it = v 0 + v 1 PTKNP it + v 2 KONS it + v 3 DDTBL it + v 4 INVS it + v 5 INFL it + u (3.28) parameter estimasi yang diharapkan: v 1, v 2, v 3, v4, > 0; v5, < 0 PDRBJS PTKNP KONS DDTBL INVS INFL 10. Total Output : Produk domestik regional bruto sektor jasa-jasa : Penyerapan tenaga kerja non pertanian : Konsumsi swasta : Dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan lainnya : Investasi swasta : Inflasi. PDRB it = PDRBSP it + PDRBTB it + PDRBID it + PDRBLGA it + PDRBBG it + PDRBDG it + PDRBTR it + PDRBKU it + PDRBJS it... (3.29)
11 PDRB : Output/produk domestik regional bruto PDRBSP : PDRB sektor pertanian PDRBTB : PDRB sektor pertambangan PDRBID : PDRB sektor industri PDRBLGA : PDRB sektor listrik, gas, dan air PDRBBG : PDRB sektor bangunan PDRBDG : PDRB sektor perdagangan PDRBTR : PDRB sektor transportasi dan komunikasi PDRBKU : PDRB sektor keuangan PDRBJS : PDRB sektor jasa-jasa 11. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian PTKSP it = w 0 + w 1 AKK it + w 2 INVS it + w 3 LPTKSP it + u (3.30) parameter estimasi yang diharapkan: w 1, w 2 > 0; 0<w 3 <1 PTKSP AKK INVS LPTKSP : Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian : Jumlah angkatan kerja : Investasi swasta : Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun sebelumnya. 12. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor non Pertanian PTKNP it = x 0 + x 1 INVS it + x 2 AKK it + x 3 LPTKNP it + u (3.31) parameter estimasi yang diharapkan: x 1, x 2 > 0; 0<x 3 <1 PTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian INVS : Investasi swasta AKK : Jumlah angkatan kerja LPTKNP : Penyerapan tenaga kerja non pertanian tahun sebelumnya. 13. Total Penyerapan Tenaga Kerja PTKit = PTKSPit + PTKNP... (3.32) PTK PTKSP PTKNP IV. Blok Kinerja Perekonomian : Penyerapan tenaga kerja : Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian : Penyerapan tenaga kerja non pertanian. Blok kinerja perekonomian kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan, dibagi dalam tiga sub blok yaitu (1) pengangguran, (2) kemiskinan, dan (3) inflasi. 79
12 80 1. Pengangguran UNEPit = AKKit - PTKit... (3.33) UNEP : Jumlah pengangguran PTK : Penyerapan tenaga kerja AKK : Jumlah angkatan kerja 2. Kemiskinan MISK it = y 0 + y 1 PDRB it + y 2 POP it + y 3 UNEP it + y 4 LMISK it + u (3.34) parameter estimasi yang diharapkan: y 2, y 3 > 0; y 1 < 0; 0<y 4 <1 MISK PDRB POP UNEP LMISK 3. Tingkat Inflasi : Jumlah penduduk miskin : Produk domestik regional bruto : Jumlah penduduk : Jumlah pengangguran : Jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya. INFL it = z 0 + z 1 TPGPD + z 2 NEXP it + z 3 INVS it + z 4SBI it + z 5 INFLK + u 27. (4.35) parameter estimasi yang diharapkan: z 1, z 2, z 5 > 0; z 3, z 4 < 0 INFL TPDPD NEXP INVS PDRB SBI 4.3. Identifikasi Model : Tingkat inflasi : Total pengeluaran pemerintah daerah : Ekspor bersih : Investasi swasta : Produk domestik regional bruto : Suku bunga Bank Indonesia Identifikasi model ditentukan atas dasar order condition sebagai syarat keharusan dan rank condition sebagai syarat kecukupan. Menurut Koutsoyiannis (1977), rumusan identifikasi model persamaan struktural berdasarkan order condition ditentukan oleh: ( K M ) > ( G 1 )... (4.36) K : Total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah predetermined. M : Jumlah peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model.
13 G : Total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam model. Berdasarkan order condition tersebut, apabila: (K-M) > (G-1) : maka persamaan dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (over identified) (K-M)=(G-1) : maka persamaan dinyatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified) (K-M)<(G-1) : maka persamaan dinyatakan tidak teridentifikasi (unidentified) Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau over identified untuk dapat menduga parameter-parameternya. Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan ini tidak teridentifikasi. Karena itu dalam proses identifikasi diperlukan suatu syarat perlu sekaligus syarat cukup. Hal itu dituangkan dalam rank condition, untuk identifikasi yang menyatakan bahwa dalam suatu persamaan teridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan untuk membentuk minimal satu determinan bukan nol pada order (G-1) dari parameter struktural peubah yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut, atau dengan kata lain kondisi rank ditentukan oleh determinan turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol (Koutsoyiannis, 1977). Dengan mengikuti prosedur identifikasi yang telah diuraikan di atas, maka dari model dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan dapat diketahui, bahwa jumlah predetermined variables adalah 72, sedangkan jumlah persamaan (G) adalah 35 yang terdiri dari 26 persamaan struktural dan 9 persamaan identitas sehingga K = 72, M = 10 dan G = 35, maka K M = = 62 dan G 1 = 35 1 = 34, maka (K M) > (G 1) (62>34). Oleh karena itu berdasarkan kriteria order condition maka persamaan dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (over identified) sehingga dapat diduga parameter-parameternya Metode Pendugaan Model Dari hasil identifikasi model, maka model dinyatakan over identified, sehingga dalam penelitian ini pendugaan model dilakukan dengan metode 2SLS (two stage least squares) karena metode 2SLS cocok untuk persamaan simultan 81
14 82 yang over identified, dapat digunakan pada jumlah sampel yang relatif sedikit dan tidak sensitif terhadap modifikasi (respesifikasi) model, baik untuk analisis struktural maupun untuk analisis simulasi dan peramalan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program software komputer SAS versi 9.0. Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersamasama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik F, dan untuk menguji apakah masing-masing variabel penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik t Validasi Model Untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk membuat suatu simulasi alternatif kebijakan dan peramalan, maka perlu dilakukan suatu validasi model, dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana model tersebut dapat mewakili dunia nyata. Dalam penelitian ini, kriteria statistik untuk validasi nilai pendugaan model ekonometrika yang digunakan adalah root means squares error (RMSE), root means squares percent error (RMSPE) dan theil s inequality coefficient (U) (Pindyck and Rubinfield, 1991). Kriteria-kriteria tersebut dirumuskan sebagai berikut: n RMSE = 1 s a ( Y t Yt ) n t= (4.37) RMSPE = 1 n n t= 1 s Yt Yt a Yt a 2... (4.38) U = 1 n 1 n n s a ( Yt Yt ) t= 1 n n s 2 1 a ( Yt ) + ( Yt ) n t= 1 t= (4.39) s Y t : nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi a Y t : nilai aktual variabel observasi n : jumlah periode observasi
15 83 Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif (persen), atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Sedangkan nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 1 dan 0. Jika U=0 maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan model naif. Untuk melihat keeratan arah (slope) antara aktual dengan hasil yang disimulasi dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R 2 ). Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U-Theil s dan makin besar nilai R 2, maka pendugaan model semakin baik Simulasi Model Simulasi pada dasarnya merupakan solusi matematis (mathematical solution) dari berbagai kumpulan persamaan secara simultan. Dengan demikian simulasi model menunjuk kepada sekumpulan persamaan (set of equations). Simulasi model dilakukan dengan berbagai alasan, misalnya untuk pengujian dan evaluasi model, analisis kebijakan historis dan untuk peramalan (Pindyck dan Rubinfield, 1991). Berdasarkan data empirik dan memperhatikan tinjauan teoritik dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan, maka simulasi kebijakan terutama ditujukan untuk keperluan analisis kebijakan historis (historical policy analysis). Analisis simulasi kebijakan yang dimaksud, untuk melihat dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Oleh sebab itu, simulasi kebijakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu; (1) simulasi kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan variabel pendapatan asli daerah, selanjutnya digunakan untuk meningkatkan belanja modal, terdiri atas 2 simulasi, (2) simulasi kebijakan dengan meningkatkan variabel transfer dana dari pemerintah pusat untuk meningkatkan belanja modal, terdiri atas 2 simulasi, dan (3) simulasi kebijakan realokasi belanja pemerintah daerah, terdiri atas 1 simulasi, dan (4) simulasi
16 84 kebijakan non fiskal yaitu simulasi yang dilakukan untuk melihat dampak kenaikan investasi swasta terhadap perekonomian terdiri atas 1 simulasi. Simulasi kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan variabel pendapatan asli daerah selanjutnya digunakan untuk meningkatkan belanja modal. Simulasi ini didasarkan pada asumsi bahwa variabel-variabel pendapatan asli daerah berupa pajak dan retribusi daerah dapat ditingkatkan. Berdasarkan data historis menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah kabupaten kota umumnya meningkat sekitar 5 sampai 10 persen. Oleh karena itu asumsi yang digunakan dalam simulasi ini yaitu variabel pajak dan retribusi daerah dapat ditingkatkan sampai 10 persen. Dengan meningkatnya penerimaan pajak dan retribusi daerah dapat ditingkatkan sebesar 10 persen, maka dana tersebut cukup untuk digunakan dalam meningkatkan belanja modal pada sektor pertanian maupun non pertanian sebesar 5 persen. Simulasi kebijakan dengan meningkatkan variabel transfer dana dari pemerintah pusat. Simulasi ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah pusat dapat meningkatkan variabel-variabel tranfer fiskal ke daerah berupa dana bagi hasil dan dana alokasi umum. Data historis menunjukkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara umumnya meningkat sekitar 5 sampai 10 persen setiap tahun. Oleh karena itu asumsi yang digunakan dalam simulasi ini yaitu variabel dana bagi hasil dan dana alokasi umum dapat ditingkatkan sampai 10 persen. Dengan meningkatnya penerimaan dari dana alokasi umum 10 persen, maka dana tersebut cukup untuk digunakan dalam meningkatkan belanja modal sampai 20 persen. Demikian halnya dengan meningkatnya penerimaan dari dana alokasi khusus dan dana bagi hasil masing-masing 10 persen, maka dana tersebut cukup untuk digunakan dalam meningkatkan belanja modal sampai 10 persen. Simulasi kebijakan realokasi belanja pemerintah daerah. Simulasi ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah dapat melakukan realokasi anggaran dengan cara menurunkan belanja lain-lain dan belanja barang dan jasa. Pemerintah daerah pada dasarnya dapat melakukan penghematan pada belanja lain seperti mengurangi biaya perjalan dinas, belanja pemeliharaan dan belanja lainnya, sehingga total belanja lain-lain pemerintah daerah dapat dikurangi sampai 20 persen. Di samping belanja lain-lain pemerintah daerah juga dapat
17 85 melakukan penghematan pada belanja barang dan jasa, dengan melakukan penghematan terhadap belanja barang cetak, pengadaan, pemeliharaan rutin, listrik, telepon, sewa, dan lainnya, sehingga total belanja lain-lain pemerintah daerah dapat dikurangi sampai 15 persen. Dengan melakukan penghematan anggaran belanja lain-lain dan dan belanja barang dan jasa tersebut, maka cukup untuk digunakan dalam meningkatkan belanja modal baik pada sektor pertanian maupun non pertanian sampai 25 persen. Simulasi kebijakan non fiskal yang terpilih adalah investasi swasta. Hal tersebut dilakukan untuk melihat dampak kenaikan investasi swasta terhadap perekonomian. Simulasi ini didasarkan pada pertimbangan teoritis bahwa apabila investasi swasta meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Asumsi yang digunakan yaitu berdasarkan data historis, dimana data historis menunjukkan bahwa investasi swasta meningkat rata-rata 5 sampai 15 persen pertahun. Oleh karena itu asumsi yang digunakan dalam simulasi ini adalah investasi swasta meningkat sebesar 10 persen. Dalam simulasi kebijakan ini, kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan di kelompokkan dalam dua kelompok yaitu kabupaten yang berbasis pertanian dan kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Pengelompokan ini didasarkan atas data produk domestik regional bruto. Kelompok pertama yaitu kabupatan kota yang berbasis sektor pertanian terdiri atas 17 kabupaten yaitu; Kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidenreng Rappang, Pinrang, Enrekang, Luwu, Tana Toraja, dan Luwu Utara, hal tersebut disebabkan karena ke 17 kabupaten ini memiliki share produk domestik regional bruto sektor pertanian lebih dari 35 persen dari total produk domestik regional brutonya. Kelompok kedua yaitu kabupaten kota yang berbasis non pertanian terdiri atas enam kabupaten kota yaitu; Kabupaten Luwu Timur, Pangka Je ne Kepulauan, dan Maros, serta Kota Makassar, Pare-pare, dan Palopo. Hal mana ke enam kabupaten kota ini memiliki share produk domestik regional bruto sektor pertanian kurang dari 30 persen. Khusus Kabupaten Maros, walaupun memiliki produk domestik regional bruto sektor pertanian sekitar 35 persen, akan tetapi penulis tetap kategorikan ke dalam kabupaten yang basis non pertanian dengan
18 86 pertimbangan bahwa tren penurunan share PDRB sektor pertanian Kabupaten Maros cukup besar, mengingat kondisi geografis Kabupaten Maros yang berbatasan dengan Kota Makasar, membuat share produk domestik regional bruto sektor jasa, industri, perdagangan, dan bangunan meningkat dengan tajam, sehingga penulis memasukkan Kabupaten Moros sebagai kabupaten yang berbasis non pertanian.
VII. HASIL ESTIMASI MODEL DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH
VII. HASIL ESTIMASI MODEL DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini telah mengalami beberapa kali modifikasi, karena ditemukan beberapa
Lebih terperinciDAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KEMISKINAN PADA SEPULUH KABUPATEN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KEMISKINAN PADA SEPULUH KABUPATEN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Akhmad Dosen Kopertis Wil.IX Sulawesi Dipekerjakan pada STIE-YPUP Makassar akhmad09@yahoo.co.id
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode 1995-2005. Data sekunder yang
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
55 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka, teori-teori ekonomi makro, dan kerangka logika yang digunakan, terdapat saling keterkaitan antara komponen perekonomian makro
Lebih terperinciPENGARUH KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, [ 1-14 ] ISSN : 1979-0058 PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Akhmad*, Noer Azam
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia tahun 2005-2009 yang diperoleh dari Dirjen Perimbangan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan Kementrian Keuangan. Data yang
Lebih terperinciExecutive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan
Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya
Lebih terperinciTinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Di dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi daerah seluas-luasnya,
Lebih terperinciDaftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1
Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain
Lebih terperinciV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN 5.1. Hasil Estimasi Model Ekonometrika Setelah dilakukan respesifikasi-respesifikasi terhadap model desentralisasi fiskal Provinsi Riau, diperoleh
Lebih terperinciPERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN
rektur RS. Kab/Kota Se-Sulsel (daftar terlampir) dalam kegiatan Akreditasi Pelayanan RS dan khususnya yang Pelayanan Kesehatan, : Gedung Fajar, Graha Pena Makassar Narasumber : 1. DR. Minarto, MPS ( DPP
Lebih terperinciVII. ANALISIS KEBIJAKAN
VII. ANALISIS KEBIJAKAN 179 Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah dari salah satu atau beberapa
Lebih terperinciDAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER
P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian
205 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis atas data yang telah ditabulasi berkaitan dengan dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Persamaan Simultan Penelitian ini menganalisis perilaku kebijakan fiskal, khususnya komposisi belanja Pemerintah. Permasalahan yang dihadapi adalah format kebijakan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Berdasarkan analisis rasio ketergantungan daerah, semua pemerintah daerah di Pulau Sulawesi, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun
BAB I PENDAHULUAN LKPJ Tahun 2011 ini merupakan LKPJ tahun keempat dari pelaksanaan RPJMD Sulawesi Selatan tahun 2008-2013. Berangkat dari keinginan Pemerintah agar Sulawesi Selatan sebagai Provinsi sepuluh
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber. Data deret waktu (time series) meliputi data tahunan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/06/73/Th. I, 15Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil mencakup wilayah Indonesia dengan basis analisis pada masing-masing sektor yang
Lebih terperinciIV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS
IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1. Spesifikasi Model Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu
Lebih terperinciVI. ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH
VI. ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH Pada bagian ini, penulis menganalisis pola hubungan antara variabel fiskal terutama belanja modal dengan pertumbuhan PDRB, belanja modal
Lebih terperinciKesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel
Pokok Pikiran: Marsuki Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel Disampaikan pada Seminar Nasional (LP2M Unhas, Yayasan Bakti dan SMERU Reseach Institute) Gedung IPTEKS UNHAS, 9 Mei 2018 Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB
BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 52-58 PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB Soemartini Statistika FMIPA UNPAD Email: tine_soemartini@yahoo.com
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :
57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 1. Pada periode pengamatan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 22/04/73/Th.II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2016 terus
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 65/1/73/Th. VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian
Lebih terperinciDept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)
ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan
Lebih terperinciISSN : INFO KAJIAN
.. ISSN : 1693-7422 '. INFO KAJIAN Daftar Isi Pengantar Redaksi... ii 1. Pengembangan Model Investasi Regional... 1 2. Pengembangan Model Analisis Perdagangan dan Investasi... 21 3. Analisis Korelasi Antara
Lebih terperinciV. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu
V. METODE PENELITIAN 5.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh
Lebih terperinciModel Persamaan Simultan
Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
41 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.Profil Umum Provinsi Sulawesi Selatan 4.1.1 Keadaan Fisik Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak antara 0 0 12 8 0 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam menganalisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap makroekonomi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Model dapat diartikan sebagai suatu penjelasan dari fenomena nyata sebagai suatu sistem atau proses yang sistematis (Koutsoyiannis, 1977). Suatu model merupakan
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,61 persen Jumlah angkatan kerja pada sebanyak 3.812.358 orang, berkurang
Lebih terperinciPengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia
04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu
Lebih terperinci31 Universitas Indonesia
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan
Lebih terperinciVI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN
VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator
Lebih terperinciAnalisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan
Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Oleh: Ainul Fatwa Khoiruroh (1310100096) Pembimbing: Dr. Setiawan, M.S. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,
Lebih terperinciBOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN
BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN PENDAHULUAN Dalam mendorong ekonomi kerakyatan, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mengembangkan Gerakan Pembangunan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciTipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 16/02/73/Th. I, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun
Lebih terperinciSIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,
Lebih terperinciLampiran 1. Nilai Indeks Williamson PDRB per. (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2. Kabupaten/K ota PDRB (000) (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2.
Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson 2004 Kabupaten/K ota PDRB (000) 2004 PDRB per Jumlah kapita Penduduk (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2 (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2 Selayar 317.241 111.458 2,8463 0,0151-0,9043 0,8178
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami
44 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Menurut Laporan Perekonomian Indonesia dari Bank Indonesia (2003-2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,
Lebih terperinci1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan
Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan
300 VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan peramalan tentang dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
V. PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Ekonomi Daerah Kota Magelang Adanya penerapan desentralisasi fiskal diharapkan dapat mendorong perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk meningkatkan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. MEODOLOGI PENELIIAN 91 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa engah dengan pertimbangan wilayah Jawa engah merupakan salah satu sentra berbagai kegiatan usaha kecil yang dinamis
Lebih terperinciIndikator Sosial Ekonomi Makro Kabupaten Pinrang 2015
Indikator Sosial Ekonomi Makro Kabupaten Pinrang 2015 Indikator Sosial Ekonomi Makro Kabupaten Pinrang 2015 ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1301001.7315 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD
ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD Oleh : Miftakhuddin 1 dan Abdul Kohar Mudzakir 2 1).Lembaga hukom adat laot/panglima laot aceh, Jl. T.Nyak
Lebih terperinciBOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH
BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH Krisis finansial global yang dipicu oleh krisis perumahan di AS (sub prime mortgage) sejak pertengahan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan
60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, tingkat suku bunga dunia, nilai dollar dalam rupiah, rasio belanja
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam
V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGAH DAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGGARA DENGAN MENGUBAH UNDANG- UNDANG NO 47 PRP TAHUN
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciVIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa
Lebih terperinci2014/2015 STATISTIK KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI SELATAN. BADAN PUSAT STATISTIK
Katalog : 7203007.73 STATISTIK KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2014/2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN STATISTIK KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciANALISA PERSAMAAN SIMULTAN
ANALISA PERSAMAAN SIMULTAN 1. PEMBUATAN MODEL Persamaan simultan merupakan persamaan yang terdiri dari lebih dari satu persamaan, dimana salah satunya merupakann persamaan identitas, sedangkan persamaan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Studi dilaksanakan pada bulan Februari 004 sampai dengan Maret 004 di Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Sri Menanti, Kecamatan Rumbai, Kota
Lebih terperinciAnalisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan
1 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa Khoiruroh, Setiawan Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KEBIJAKAN FISKAL DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI (Studi Kasus Propinsi Sulawesi Selatan)
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FISKAL DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI (Studi Kasus Propinsi Sulawesi Selatan) Akhmad Dosen Kopertis Wil. IX Sulawesi Dipekerjakan pada STIE-YPUP Makassar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk
Lebih terperinciKlasifikasi Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Menggunakan Logika Fuzzy
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Klasifikasi Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Menggunakan Logika Fuzzy Rifaldy Fajar,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor (nasabah Bank Rakyat Indonesia dijadikan sebagai responden).
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tingkat kabupaten/kota tahun 2010, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012
No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinci4. METODOLOGI. Jenis dan Sumber Data. Cakupan Data
63 Cakupan Data 4. METODOLOGI Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dari dua sumber utama yaitu Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) dan Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
B A B BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berbagai upaya ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah Dalam konteks pembanguan saat ini,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Istilah
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan mengkaji kinerja perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sebelum desentralisasi fiskal tahun 1994 2000 dan setelah
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series
35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai 2010. Data dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah dinyatakan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan
Lebih terperinci