BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Menurut konsep makroekonomi (Sukirno, 1994) bahwa PDB (Y) terdiri dari konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan net ekspor (X-M) atau (NX) dengan persamaan: Y = C + I + G + (X M) (2.1) 5

2 6 2.2 Faktor Faktor yang Memengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004). Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga dalam perekonomian tergantung kepada pendapatan yang diterimanya. Makin besar pendapatan semakin besar pula pengeluaran konsumsinya. Sifat penting lainnya dari konsumsi rumah tangga adalah hanya sebagian saja dari pendapatan yang terima akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi (Sukirno, 1994) Investasi Investasi merupakan salah satu komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Apabila pengusaha menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Sehingga investasi adalah pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam

3 7 perekonomian. Dengan demikian semakin besar investasi yang ada maka pendapatan, dalam hal ini PDB akan semakin besar (Sukirno,1994). Menurut Samuelson (1993), Investasi merupakan hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat suku bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan. Faktor-faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi dimasa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Beberapa faktor yang memengaruhi investasi dalam perekonomian suatu negara antara lain: 1. Pengaruh Nilai Tukar 2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga 3. Pengaruh Tingkat Inflasi 4. Pengaruh Infrastruktur 5. Pengeluaran pemerintah Pengeluaran Pemerintah Menurut Sukirno (1994) pengeluaran pemerintah dapat dipandang sebagai perbelanjaan otonomi karena pendapatan nasional bukanlah merupakan faktor penting yang akan memengaruhi keputusan pemerintah untuk menentukan anggaran belanja. Pada dasarnya ada tiga faktor penting yang akan menentukan pengeluaran pemerintah pada suatu tahun tertentu, yaitu (1) pajak yang diharapkan akan diterima, (2) pertimbangan-pertimbangan politik, dan (3) persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi.

4 Impor Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara dua negara atau lebih. Impor juga bisa diartikan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah pabeanan Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 2007). Sedangkan dalam keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 850/MPP/Kep/10/1999 pada ketentuan umum disebutkan yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean Indonesia Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. Ekpor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas ekonomi suatu negara dalam meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor. Tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunannya

5 9 melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efesiensi alias produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro & Smith, 2004) Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak merupakan sumber kas negara, tetapi merupakan pengeluaran dari masyarakat. Jika penerimaan pajak ditingkatkan maka penerimaan pemerintah makin meningkat, tetapi sebaliknya pengeluaran masyarakat juga akan makin meningkat sehingga hal ini dapat memengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat. Oleh karena itulah diperlukan sistem perpajakan yang baik agar semuanya dapat berjalan dengan seimbang. Sudut pandang ekonomi menilai pajak sebagai salah satu primadona penerimaan Negara yang paling potensial, sebab peningkatan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak adalah suatu yang wajar karena secara logis jumlah pembayaran pajak dari tahun ke tahun akan semakin besar berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi masyarakat (Krugman dan Obsfeld, 1992).

6 Nilai Tukar/Kurs Menurut Krugman dan Obsfeld, kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Terdapat tiga sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara yaitu: (a) Sistem kurs bebas, dalam sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs. (b) Sistem kurs tetap, dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan. (c) Sistem kurs terkontrol dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksekutif dalam menentukan alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia (Wardhana, 2011). Bertolak dari hal-hal tersebut di atas maka perlu diketahui hubungan komponen Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Ekspor dan Impor terhadap PDB dan hubungan Pajak, PDB, dan Tingkat Inflasi terhadap Investasi. Dalam hal ini apakah komponen-komponen tersebut mampu memberikan stimulus dan kontribusi kepada nilai PDB dan Investasi. a. Hubungan antara Konsumsi Rumah Tangga (C) dengan PDB (Y) Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga dalam perekonomian tergantung kepada pendapatan yang diterima oleh mereka. Makin

7 11 besar pendapatan mereka semakin besar pula pengeluaran konsumsi mereka. Sifat penting lainnya dari konsumsi rumah tangga adalah hanya sebagian saja dari pendapatan yang mereka terima yang akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi (Sukirno, 1994). b. Hubungan antara Pengeluaran Pemerintah (G) dengan PDB (Y) Berdasarkan kajian ekonomi makro, G merupakan komponen dalam Y, terdapat hubungan yang positif antara G dengan Y. (Elfina, 2007) mengemukakan bahwa pemerintah dapat memengaruhi tingkat PDB dengan mengubah persediaan berbagai faktor yang dapat dipakai dalam produksi melalui program-program pengeluaran pemerintah seperti pendidikan. Sementara Atep Adya Barata mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan pemerintah yang mendorong besaran jumlah pengeluaran negara mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat. Menurut Steven A.Y.Lin mengemukakan bahwa pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDB) dengan laju inflasi yang semakin mengecil (Sukirno, 1994). c. Hubungan antara Investasi (I) dengan PDB (Y) Investasi merupakan salah satu komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Apabila pengusaha menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Sehingga investasi adalah pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam

8 12 perekonomian. Dengan demikian semakin besar investasi yang ada maka pendapatan, dalam hal ini PDB akan semakin besar (Sukirno,1994). d. Hubungan antara Ekspor (X) dengan PDB (Y) Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi keluar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun hanya sebagian tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro & Smith, 2004) e. Hubungan antara Impor (M) dengan PDB (Y) Besarnya impor yang melebihi ekspor merupakan bentuk konsumsi domestik yang mengalir keluar negeri sehingga memperkecil output perekonomian (PDB). Sebaliknya besar kecilnya impor dipengaruhi perekonomian dalam negeri, dimana pendapatan (PDB) mencerminkan daya beli masyarakat. Nilai impor juga dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah. Apresiasi nilai tukar akan diikuti oleh naiknya permintaan akan impor terutama untuk impor barang konsumsi. Hal ini karena dengan apresiasi nilai tukar berarti harga barang impor lebih murah sehingga permintaan akan barang tersebut akan meningkat. f. Hubungan antara PDB dengan Investasi (I) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran pendapatan nasional. Yaitu pengeluaran sektor bisnis untuk Investasi. Hubungan antara pendapatan nasional dengan Investasi adalah positif, maka jika ada kenaikan pada

9 13 pendapatan akan menyebabkan adanya kenaikan pada Investasi. Begitupun sebaliknya jika ada penurunan pendapatan nasional maka akan menurun pula pengeluaran pemerintah untuk berinvestasi (Mankiw, 2003). g. Hubungan antara Pajak (T) dengan Investasi (I) Kebijakan dan perilaku pemerintah memengaruhi biaya untuk menjalankan usaha dan karenanya juga dapat memengaruhi sejumlah kesempatan untuk melakukan investasi yang mungkin dapat memberikan keuntungan. Pajak memengaruhi insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif dengan melemahkan antara usaha dengan hasil, serta dengan meningkatkan biaya input yang digunakan dalam proses produksi (Sukirno, 1994). h. Hubungan Kurs dan Investasi (I) Nilai tukar (kurs) merupakan harga mata uang suatu negara untuk ditukarkan dengan mata uang asing. Nilai tukar mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi Investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat hargaharga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat (Sukirno, 1994).

10 Analisis Simultan Persamaan Simultan adalah suatu himpunan persamaan dimana variabel dependen dalam satu atau lebih persamaan juga merupakan variabel independen dalam beberapa persamaan yang lain. Suatu model yang mempunyai hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan variabel independennya, sehingga suatu variabel dapat dinyatakan sebagai variabel dependen maupun independen dalam persamaan yang lain. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan variabel ekonomi tidak hanya bersifat satu arah, tetapi juga bersifat saling memengaruhi. Dalam bahasa ekonometrika-nya satu variabel independen (X1) memengaruhi variabel dependen (Y) dan sebaliknya variabel Y itu sendiri memengaruhi X1. Dalam situasi seperti ini, hubungan kausalitas tidak lagi berarti karena ada hubungan dua arah atau simultan antara X1 dan Y, yang mengakibatkan adanya keraguan mengenai perbedaan antara variabel tak bebas dan variabel yang menjelaskan. Sehingga model ini disebut sebagai model persamaan simultan (simultaneous equation model) Uji Simultanitas Jika tidak ada persamaan simultan atau masalah simultanitas, maka estimator Ordinary Least Square (OLS) menghasilkan estimator yang efisien dan konsisten. Namun jika ada simultanitas maka estimator OLS tidak lagi konsisten, yaitu seberapa besar pun sampel yang digunakan, bias (pendugaan parameter yang diduga berbeda dengan parameter awal) yang terjadi tidak akan hilang. Pada saat ada simultanitas, metode Two Stage Least Square (2SLS) akan menghasilkan

11 15 estimator yang efisien dan konsisten. Masalahnya apabila metode 2SLS ini diterapkan ketika tidak ada simultanitas, maka estimator yang dihasilkan adalah konsisten tetapi tidak efisien (varians yang lebih kecil). Masalah simultanitas muncul karena sebagian variabel dependen nampaknya berkorelasi dengan error term. Oleh karena itu, untuk mengetahui hal tersebut digunakan uji spesifikasi error Hausman atau Hausman s specification error test. Adapun langkah langkahnya sebagai berikut: 1. Dari persamaan awal didapat bentuk reduced- form dari masing-masing persamaan tersebut. 2. Kemudian persamaan tersebut diestimasi dengan OLS lalu disubstitusikan ke persamaan awal. Hipotesis dari uji spesifikasi Hausman adalah: Ho: υ = 0, tidak terjadi simultanitas H1: υ 0, terjadi simultanitas 2.4 Masalah Identifikasi Menurut Gujarati (2003), masalah identifikasi adalah suatu sistem dari persamaan simultan yang berisi dua atau lebih persamaan, jika tidak mendapatkan nilai dari tiap parameter dalam tiap persamaan itu disebabkan persamaan tersebut tidak bisa dibedakan secara observasi, atau nampaknya sangat serupa satu dengan yang lain. Jika model tidak diidentifikasi maka estimasi parameter dari hubungan antar variabel yang diukur dalam sampel mungkin berhubungan dengan model yang bersangkutan atau dengan model lain atau model campuran.

12 16 Model ekonometrika sering kali berbentuk sistem persamaan simultan. Model persamaan ini dapat dikatakan lengkap jika didalamnya mengandung setidaknya persamaan yang terdapat variabel independen dan variabel dependen. Untuk identifikasi model keseluruhan, maka diperlukan model yang lengkap dan setiap persamaan didalamnya dapat diidentifikasi. Untuk memecahkan masalah identifikasi ini harus dilakukan pengujian agar diketahui koefisien persamaan mana yang akan diduga. Ada dua aturan formal yang mengatur kondisi untuk hubungan identifikasi yaitu syarat order dan syarat rank. Sebelum memeriksa kondisi formal tersebut, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memberikan beberapa definisi sederhana yang mengacu pada identifikasi. Dalam teori ekonometrika dua situasi yang mungkin dari identifiability secara sederhana dibedakan menjadi : 1. Persamaan unidentified (tidak dapat diidentifikasikan) 2. Persamaan identified (dapat diidentifikasikan) a. tepat diidentifikasikan (exactly identified). b. terlalu diidentifikasikan (overidentified). Sistem persamaan dikatakan unidentified ketika satu atau lebih persamaan tidak dapat diidentifikasikan. Suatu persamaan yang dapat diidentifikasikan bisa berupa tepat diidentifikasikan (exactly identified) atau terlalu diidentifikasikan (overidentified). Adapun syarat-syarat dalam identifikasi persamaan simultan menurut (Gujarati, 2003) adalah sebagai berikut:

13 17 1. Syarat order Didalam persamaan simultan M, persamaan simultan dapat diidentifikasikan jika jumlah variabel independen yang dikeluarkan dari persamaan tidak boleh lebih dari jumlah variabel dependen yang dimasukkan dalam persamaan dikurangi satu (K-k m-1). i Jika (K-k) < (m-1) maka persamaan tidak dapat diidentifikasikan (unidentified). ii Jika (K-k) = (m-1) maka persamaan tepat diidentifikasikan (exactly identified). iii Jika (K-k) > (m-1) maka persamaan terlalu diidentifikasikan (overidentified). 2. Syarat Rank Didalam persamaan simultan M, suatu persamaan dapat diidentifikasikan jika mengeluarkan paling tidak M-1 variabel (dependen maupun independen). i Jika mengeluarkan tepat sebesar M-1 maka model adalah tepat diidentifikasikan. ii Jika lebih dari M-1 maka model terlalu diidentifikasikan. Dimana: M : banyak variabel endogen di dalam model simultan m : banyak variabel endogen di dalam persamaan tertentu K : banyak variabel eksogen di dalam model simultan k : banyak variabel eksogen di dalam persamaan tertentu

14 18 Variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan di dalam model sedangkan variabel eksogen merupakan variabel yang ditentukan di luar model. 2.5 Metode Ordinary Least Square (OLS) Akibat keterkaitan antara galat stokastik dan variabel penjelas dependen, metode OLS tidak cocok digunakan untuk mengestimasi persamaan dalam sistem persamaan simultan. Jika diaplikasikan secara bebas penduga tidak hanya bias (dalam sampel yang kecil), tetapi juga tidak konsisten, yaitu seberapa besar pun sampel yang digunakan, bias yang terjadi tidak akan hilang. Akan tetapi terdapat suatu situasi yaitu jika persamaan tidak dapat diidentifikasikan (unidentified) maka OLS dapat diaplikasikan secara benar dalam konteks persamaan tersebut. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Dalam penggunaan OLS sebagai suatu metode maka harus dipenuhi asumsi-asumsi agar mencapai hasil yang maksimum. Menurut Gujarati (2003) asumsi yang harus dipenuhi dalam OLS adalah : 1. Model regresi linier, artinya linier dalam parameter 2. X diasumsikan non stokastik artinya nilai X dianggap tetap dalam sampel yang berulang 3. Nilai rata-rata kesalahan adalah nol atau E (μ X i ) = 0

15 19 4. Homoskedastisitas, artinya varian kesalahan sama untuk setiap periode (homo = sama, skedastisitas = sebaran) dinyatakan dalam bentuk matematis : Var (μ X i ) = Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara μ i dan μ j tidak ada korelasinya). Dinyatakan dalam bahasa matematis : Covarians (μ i, μ j ) = 0 6. Antara μ dan X saling bebas, sehingga covarians (μ i, X) = 0 7. Tidak ada multikolinieritas yang sempurna antar variabel bebas 8. Jumlah observasi n harus lebih besar daripada jumlah parameter yang diestimasi (jumlah variabel bebas) 9. Adanya variabilitas dalam nilai X, artinya nilai X harus berbeda (tidak boleh sama semua) 10. Model regresi telah dispesifikasikan secara benar. Dengan kata lain tidak ada bias (kesalahan) spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empiris. 2.6 Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi antar variabel independen. Besaran yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah faktor inflasi ragam (Variance Inflation Factor/VIF). VIF digunakan sebagai kriteria untuk mendeteksi multikolinieritas pada regresi linier yang melibatkan lebih dari dua variabel independen. Adapun batasan yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan suatu variabel mengandung multikolinieritas

16 20 yaitu 4 VIF 10 (O Brien, 2007). VIF untuk koefisien regresi j didefinisikan sebagai berikut : VIF j = 1 1 R j 2 (2.2) Dengan R j 2 adalah koefisien determinasi antara X j dengan variabel independen lainnya pada persamaan/model dugaan regresi dimana j =1,2,..., p. 2.7 Metode Indirect Least Squares (ILS) Metode ini merupakan metode persamaan tunggal yang diterapkan dalam satu persamaan tertentu. Metode ini digunakan untuk mengestimasi parameter struktural dan cocok digunakan ketika model persamaan simultan tepat diidentifikasi (exactly identified). Metode ILS dilakukan dengan cara menerapkan metode OLS pada persamaan reduced-form (bentuk turunan yang digunakan untuk menghilangkan variabel yang memiliki hubungan timbal balik) (Gujarati, 2003). 2.8 Metode Two Stage Least Squares (2SLS) Menurut Koutsoyiannis (1978) metode Two Stage Least Squares (2SLS) ini telah dikembangkan oleh Theil dan secara luas digunakan oleh Basmann. Metode ini merupakan metode persamaan tunggal yang diterapkan dalam satu persamaan tertentu. Metode ini telah memberikan hasil yang maksimal untuk mengestimasi parameter struktural dan cocok digunakan ketika model persamaan simultan terlalu diidentifikasikan (overidentified).

17 21 Secara teoritis Two Stage Least Squares (2SLS) merupakan perluasan dari Inderect Least Squares (ILS) dan metode instrumental variabel (IV). Two Stage Least Squares (2SLS), seperti persamaan simultan lainnya, bertujuan untuk mengestimasi sejauh mungkin bias pada persamaan simultan. Bisa dilihat bahwa sumber bias ini adalah adanya variabel dependen di dalam kumpulan variabel independen di dalam fungsi. Variabel dependen tersebut memiliki komponen sistematis, yang ditentukan oleh variabel independen yang telah ditentukan dari model dan komponen acak. Dan akhirnya menghasilkan ketergantungan pada variabel relatif dengan random term u dari persamaan struktural. Secara umum jika diteliti persamaan bentuk dari model reduced-form dapat dilihat bahwa setiap variabel dependen merupakan fungsi dari semua variabel X yang telah ditetapkan oleh model dan elemen acak (v). y i = π i1 x 1 + π i2 x π ik x k [komponen eksak] + v i [komponen acak] (2.3) Komponen eksak yang dibentuk dari variabel independen x, koefisien reduced form π, sedangkan komponen acak v i adalah fungsi dari variabel acak pada persamaan struktural (u) dan parameter struktural b yaitu: v i = f(u 1 u n ; b 1... b n ) (2.4) Dimana n merupakan angka dari variabel dependen pada model tertentu dan k adalah angka dari variabel independen. Jelas bahwa komponen acak v i menyebabkan munculnya bias pada persamaan simultan dalam estimasi least square, karena berkorelasi dengan u pada persamaan struktural. Jika v i diketahui maka bisa mensubtract elemen acak dari y i dan hanya menggunakan komponen eksak pada persamaan struktural. Namun v i tak teramati dan karena itu komponen

18 22 eksak dari y i tidak ketahui. Estimasi diperoleh pada komponen dari regresi y i pada semua variabel predetermined dalam model, menemukan estimasi y i dan menggunakan nilai ini dalam perhitungan (y i) sebagai variabel dependen dalam persamaan yang sebenarnya bukan dari y i. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa metode 2SLS intinya merupakan penerapan Ordinary Least Squares (OLS) dalam dua tahap. Pada tahap pertama akan diterapkan kuardat terkecil (least square) untuk persamaan reduce-form (bentuk tereduksi) untuk mendapatkan estimasi komponen tetap dan acak dari variabel dependen y i = y i + v i (2.5) y i = π i1 x 1 + π i2 x π ik x k (2.6) Pada tahap kedua persamaan variabel dependen yang berada di sisi kanan diganti dengan nilai estimasi y i = y i v i dan OLS dapat diterapkan pada bentuk aslinya untuk memperoleh estimasi parameter struktural. Dengan demikian persamaan struktural ke-i adalah bentuk umum y i = b i1 y 1 + b i2 y b in y n + γ i1 x γ ik x k + u i (2.7) Keterangan: y i menunjukkan variabel dependen (i = 1,2,... n) x i menunjukkan variabel independen (i = 1,2,... k) b mewakili koefisien dari variabel dependen γ mewakili koefisien dari variabel independen Pada tahap pertama OLS diterapkan pada persamaan reduced-form untuk mendapatkan estimasi dari π

19 23 y 1 = π 11 x 1 + π 12 x π 1k x k + v 1 y 2 = π 21 x 1 + π 22 x π 2k x k + v y n = π n1 x 1 + π n2 x π nk x k + v n (2.8) koefisien reduced-form π digunakan untuk mendapatkan sebuah estimasi dari variabel dependen, y 1, y 2,... y n. Pada tahap kedua y disubtitusikan didalam persamaan struktural dan mendapatkan fungsi dari tranformasi y i = b i1 y 1 + b i2 y b in y n + γ i1 x γ ik x k + u i (2.9) Dimana u i = u i + b i1 v 1 + b i2 v b in v n fungsi aslinya adalah y i = b i1 y 1 + b i2 y b in y n + γ i1 x γ ik x k + u i (2.10) substitusi y 1 = y 1 + v 1, y 2 = y 2 + v 2,..., y n = y n + v n menjadi y i = b i1 (y 1 + v 1 )+... +b in (y n + v n ) + γ i1 x γ ik x k + u i setelah mengatur kembali didapat seperti berikut: y i = b i1 y b in y n + γ i1 x γ ik x k + (u i + b i1 v b in v n ) (2.11) Penerapan OLS pada transformasi persamaan struktural maka didapat estimasi 2SLS pada parameter struktural. Persamaan dari estimasi two stage least squares (2SLS) hampir sama dengan Ordinary Least Squares (OLS) dengan nilai estimasi variabel penjelas (y ) dari variabel endogen yang muncul pada sisi kanan dan variabel eksogen pada

20 24 fungsi. Sehingga untuk persamaan struktural sederhana dengan dua variabel penjelas y 1 = b 2 y 2 + γ 1 x 1 + u persamaan transformasi y 1 = b 2 y 2 + γ 1 x 1 + (u + b 2 v 2 ) dan persamaan normal adalah y 1 y 2=b 2 y 22 +γ 1 x 1 y 2 y 1 x 1 =b 2 x 1 y 2+γ 1 x 1 2} persamaan dari estimasi 2SLS adalah b 2 = y 1y 2 x 1 y 2 y 1 x 1 x 1 2 y 2 2 y 1 y 2 y 1 y 2 x 1 2 dan γ 1 = y 2 2 y 1 y 2 y 1 y 2 y 1 x 1 y 2 2 y 1 y 2 y 1 y 2 x 1 2 atau b 2 = ( y 1 y 2)( x 1 2 ) ( y 22 )( x 1 2 ) ( y 1 y 2) 2 γ 1 = ( y 22 )( y 1 x 1 ) ( y 22 )( x 1 2 ) ( y 1 y 2) 2 Varians dari estimasi 2SLS diperoleh dari perhitungan berikut ini: var(b 2 ) = s 2 u. x 1 2 ( y 22 )( x 1 2 ) ( y 1 y 2) 2 var(γ 1 ) = s u 2. y 22 ( y 22 )( x 2 1 ) ( y 1 y 2) 2 dimana s 2 u = (y 1 b 2 y 2 γ 1 x 1 ) 2 n K Dengan catatan bahwa s u 2 adalah estimasi yang digunakan untuk mengestimsi b 2 dan γ 1 yang didapat dari tahap kedua.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI Oleh : IPA ROMIKA J2E004230 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonometrika merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang menggunakan alat analisis matematika dan statistika dalam menganalisis masalah ekonomi secara kuantitatif

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan 1 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa Khoiruroh, Setiawan Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Model Persamaan Simultan

Model Persamaan Simultan Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML)

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) 3.1 Model Persamaan Simultan Model persamaan simultan adalah suatu model yang memiliki lebih dari satu persamaan yang saling terkait. Dalam model

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 52-58 PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB Soemartini Statistika FMIPA UNPAD Email: tine_soemartini@yahoo.com

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Oleh: Ainul Fatwa Khoiruroh (1310100096) Pembimbing: Dr. Setiawan, M.S. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND ISBN : 9786023610020 ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND Arya Fendha Ibnu Shina 1, Setiawan 2 Mahasiswa Jurusan Statistika Institut Teknologi

Lebih terperinci

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 ISSN: 2303-1751 Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 e-jurnal Matematika, Vol. 1, No. 1, Agustus 2012, 99-102 ISSN: 2303-1751 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PDB INDONESIA DENGAN PERSAMAAN SIMULTAN 2SLS NI MADE

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang menghadapi masalah memelihara kestabilan serta masalah pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia disamping

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel ekonomi tidak hanya bersifat satu arah namun bersifat saling mempengaruhi. Dalam bahasa ekonometrika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi tentang satuan pengukuran,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai

BAB IV METODE PENELITIAN. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai tukar riil dan tingkat suku bunga riil terhadap Indeks Harga Saham

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia tahun 2005-2009 yang diperoleh dari Dirjen Perimbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-200 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 90 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini memuat tentang tingkat pengangguran terbuka yang terjadi di Indonesia selama. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode 1995-2005. Data sekunder yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tahun 1997/1998 merupakan tahun terberat dalam tiga puluh tahun pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis yang berat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian Menurut Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto (1997:8) metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah daya saing produk industri pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah daya saing produk industri pengolahan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah daya saing produk industri pengolahan berupa data time series periode 1988-2008 sebagai variabel yang dipengaruhi (Y). Selain

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatif asosiatif, di mana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam beberapa tahun ini, di dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi linear, metode kuadrat terkecil, restriksi linear, multikolinearitas, regresi ridge, uang primer, dan koefisien

Lebih terperinci

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia (ECONOMETRIC MODEL: SIMUTANEOUS EQUATION MODEL) The title of paper: ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia OLEH: S U R I A N I NIM: 1509300010009 UNIVERSITAS SYIAH KUALA PROGRAM DOKTOR

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tingkat kabupaten/kota tahun 2010, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu daerah atau negara yang diiukur dari perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika 6 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika Serikat periode 1983-006 yang tercermin dari besarnya nilai ekspor non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dengan luar negeri, karena perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. transaksi berjalan di Indonesia periode adalah anggaran pemerintah,

BAB III METODE PENELITIAN. transaksi berjalan di Indonesia periode adalah anggaran pemerintah, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kebijakan fiskal dan transaksi berjalan tergantung pada rasio utang luar negeri terhadap PDB

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah atas dollar Amerika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di Indonesia periode tahun 1988 2007. Sehingga data yang digunakan merupakan data time series

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Departemen Kesehatan. Data yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1999-2013 NASKAH PUBLIKASI DiajukanuntukMemenuhiTugasdanSyarat- SyaratGunaMemperolehGelarSarjanaEkonomiJurusanIlmuEkonomiStudi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data tahunan dari periode 2003 2012 yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada umumnya negara berkembang di dunia mengalami keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada umumnya negara berkembang di dunia mengalami keadaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya negara berkembang di dunia mengalami keadaan perekonomian yang tidak menguntungkan, hal ini telah memacu tingkat inflasi yang tinggi, dan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang 52 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Pertanyaan beranjak dari benarkah semua indikator ekonomi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Korelasi (hubungan) antar variabel independen : signifikansi sebesar < Artinya setiap kenaikan inflasi

BAB V PENUTUP. a. Korelasi (hubungan) antar variabel independen : signifikansi sebesar < Artinya setiap kenaikan inflasi 101 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Korelasi (hubungan) antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Memasuki millennium ke tiga, perdebatan melalui penanaman modal asing

BAB I PEDAHULUAN. Memasuki millennium ke tiga, perdebatan melalui penanaman modal asing BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki millennium ke tiga, perdebatan melalui penanaman modal asing (PMA) menjadi salah satu topik yang menarik terutama di banyak negara-negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari upaya pembangunan secara nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, sehingga tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta dan masyarakat (Saragih, 2009). merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta dan masyarakat (Saragih, 2009). merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang menjadi sumber daya potensial di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota 41 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota meliputi rumah tangga miskin yang dijadikan sampel Susenas di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi.

Lebih terperinci

PERSAMAAN SIMULTAN Latihan Pratikum

PERSAMAAN SIMULTAN Latihan Pratikum PERSAMAAN SIMULTAN Latihan Pratikum Analisis Simultan dengan 2SLS Two Stage Least Square (2SLS) adalah salah satu metode regresi yang termasuk ke dalam kelompok analisis persamaan struktural. Metode ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data IV. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian adalah impor migas Indonesia periode 1988-2007

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1979-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP SUKU BUNGA DEPOSITO DAN DANA DEPOSITO BANK UMUM INDONESIA TAHUN

PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP SUKU BUNGA DEPOSITO DAN DANA DEPOSITO BANK UMUM INDONESIA TAHUN PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP SUKU BUNGA DEPOSITO DAN DANA DEPOSITO BANK UMUM INDONESIA TAHUN 2003 2012 JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: Ratna Damayanti 0910210013 JURUSAN ILMU

Lebih terperinci