IV. METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu, idealnya yang ditampilkan adalah komponenkomponen utama dari fenomena nyata yang diamati, sehingga dapat dilakukan estimasi secara akurat. Salah satu model pendekatan kuantitatif yang dipakai untuk menganalisis masalah ekonomi adalah model ekonometrika (Hallam, 1990 dalam Purba, 1999). Pembentukan model dimulai dari identifikasi masalah aktual yang terjadi, lalu dipilih metode pendekatan masalah yang digunakan, yaitu model ekonometrika. Langkah-langkah yang ditempuh adalah spesifikasi, identifikasi dan metode pendugaan model. Selanjutnya melakukan evaluasi hasil untuk menentukan apakah parameter-parameter yang diduga bermakna dilihat dari kriteria ekonomi dan memuaskan dilihat dari kriteria statistika dan ekonometrika. Langkah selanjutnya adalah penerapan model dalam bentuk simulasi kebijakan. Tahapan pembentukan model ini merupakan suatu proses berulang (iteratif) sampai diperoleh suatu model yang lebih sahih yang bisa menangkap permasalahan yang ada. Model ekonometrika adalah merupakan suatu model statistika yang menghubungkan peubah-peubah ekonomi yang mencakup unsur statistika (Intriligator, 1978). Koutsoyiannis (1977) lebih lanjut menyatakan bahwa suatu model yang baik seharusnya dapat memenuhi kriteria ekonomi, statistika dan ekonometrika.

2 56 Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga pasar, yaitu: (1) pasar jagung, (2) pasar pakan dan (3) pasar daging ayam. Volume dan harga yang terjadi pada masing-masing pasar tidak ditentukan oleh pasar yang bersangkutan saja, namun ditentukan secara bersama-sama dengan pasar lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan di ketiga pasar yang dikaji. Setiap komponen dalam masing-masing pasar diwakili oleh sebuah peubah endogenous, sedangkan instrumen faktor internal seperti suku bunga, nilai tukar, tarif impor dan depresiasi rupiah merupakan peubah exogenous dalam model pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Perubahan faktor internal dan eksternal akan berdampak terhadap kinerja di ketiga pasar yang dikaji. Adanya perubahan faktor internal seperti perubahan tarif impor jagung dan daging ayam akan menyebabkan perubahan harga serta volume impor jagung dan daging ayam. Perubahan tersebut akan mempengaruhi volume dan harga pakan di pasar pakan dan selanjutnya mempengaruhi volume dan harga jagung di pasar jagung. Berubahnya harga dunia akan mempengaruhi harga impor dan selanjutnya akan mempengaruhi produksi, permintaan dan harga di ketiga pasar domestik, namun tidak berlaku sebaliknya karena Indonesia merupakan negara kecil (small country) dalam perdagangan jagung dan daging ayam dunia. Model pasar jagung, pakan dan daging daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.

3 Gambar 5. Model Pasar Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras di Indonesia 57

4 Persamaan Pasar Jagung Produksi Jagung Produksi jagung merupakan fungsi dari perubahan harga riil jagung domestik, luas areal panen jagung, harga riil pupuk, upah tenaga kerja, tingkat suku bunga riil Bank Indonesia, dummy krisis moneter, trend waktu dan produksi jagung tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: PJI t = a 0 + a 1 (HJDR t HJDR t-1 ) + a 2 LAJ t + a 3 HPKR t + a 4 WR t + a 5 SBR t + a 6 D t + a 7 T t + a 8 PJI t-1 + u 1... (38) PJI t = Produksi jagung (000 ton) HJDR t = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) HJDR t-1 = Peubah bedakala HJDR t (Rp/kg) LAJ t = Luas areal panen jagung (Ha) HPKR t = Harga riil pupuk (Rp/kg) WR t = Upah tenaga kerja (Rp/ha) SBR t = Tingkat suku bunga riil Bank Indonesia (%/tahun) D t = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) Tt = Trend waktu PJI t-1 = Peubah bedakala PJI t (000 ton) u 1 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: a 3, a 4, a 5, a 6 <0 ; a 1, a 2, a 7 >0 ; 0<a 8 < Penawaran Jagung Penawaran jagung merupakan persamaan identitas, dimana penawaran jagung merupakan penjumlahan dari produksi jagung dengan volume impor jagung dikurangi dengan ekspornya. Persamaannya adalah sebagai berikut: SJI t = PJI t + MJI t - XJI t... (39) SJI t PJI t MJI t XJI t = Penawaran jagung (000 ton) = Produksi jagung (000 ton) = Impor jagung (000 ton) = Ekspor jagung (000 ton)

5 Permintaan Jagung Industri Pakan Permintaan jagung oleh industri pakan dipengaruhi oleh harga riil jagung domestik, rasio harga riil pakan domestik tahun sebelumnya dengan harga riil jagung domestik tahun sebelumnya, rasio harga riil kedelai tahun sekarang dengan harga riil kedelai tahun sebelumnya, dan permintaan jagung industri pakan tahun sebelumnya. Meningkatnya harga riil jagung akan menyebabkan menurunnya permintaan terhadap jagung, sebaliknya meningkatnya harga riil pakan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap jagung. Dalam produksi pakan, kedelai merupakan barang komplementer dari jagung, sehingga jika harga kedelai meningkat maka permintaan jagung akan berkurang. Dengan demikian persamaannya adalah: DJP t = b 0 + b 1 HJDR t + b 2 (HPDR t-1 / HJDR t-1 ) + b 3 (HKDR t / HKDR t-1 ) + b 4 DJP t-1 + u 2...(40) DJP t = Permintaan jagung industri pakan (000 ton) HJDR t = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) HJDR t-1 = Peubah bedakala HJDR t (Rp/kg) HPDR t-1 = Peubah bedakala HPDR t (Rp/kg) HKDR t = Harga riil kedelai (Rp/kg) HKDR t-1 = Peubah bedakala HKDR t (Rp/kg) DJP t-1 = Peubah bedakala DJP t (000 ton) u 2 = Peubah penggangu Tanda parameter yang diharapkan: b 1, b 3 <0 ; b 2 >0 ; 0<b 4 < Permintaan Jagung Permintaan jagung merupakan suatu persamaan identitas, dimana permintaan jagung merupakan penjumlahan dari permintaan jagung industri pakan, permintaan jagung konsumsi langsung, dan permintaan jagung industri pangan. Persamaannya adalah sebagai berikut:

6 60 DJI t = DJP t + DJM t + DJIP t... (41) DJI t DJP t DJM t DJIP t = Permintaan jagung (000 ton) = Permintaan jagung industri pakan (000 ton) = Permintaan jagung konsumsi langsung (000 ton) = Permintaan jagung industri pangan (000 ton) Harga Jagung Domestik Secara umum harga komoditas di pasar ditentukan oleh permintaan dan penawarannya (Henderson and Quant,1980). Dengan demikian harga riil jagung domestik merupakan fungsi dari rasio penawaran jagung tahun sekarang dengan penawaran jagung tahun sebelumnya, permintaan jagung, harga riil jagung dunia dan harga riil jagung domestik tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HJDR t = c 0 + c 1 (SJI t / SJI t-1 ) + c 2 DJI t + c 3 HJWR t + c 4 HJDR t-1 + u 3... (42) HJDR t = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) SJI t = Penawaran jagung (000 ton) SJI t-1 = Peubah bedakala SJI t (000 ton) DJI t = Permintaan jagung (000 ton) HJWR t = Harga riil jagung dunia (USD/kg) HJDR t-1 = Peubah bedakala HJDR t (Rp/kg) u 3 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: c 1 <0 ; c 2, c 3 >0 ; 0<c 4 < Impor Jagung Impor jagung merupakan salah satu komponen penawaran yang berasal dari luar negeri yang dilakukan karena permintaan jagung tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri (Labys,1973). Impor jagung ditentukan oleh harga riil jagung domestik tahun sebelumnya, harga riil jagung dunia, nilai tukar riil,

7 61 populasi penduduk, rasio produk domestik bruto tahun sekarang dengan produk domestik bruto tahun sebelumnya, perubahan tarif impor jagung dan impor jagung tahun sebelumnya. Meningkatnya harga riil jagung impor menyebabkan penurunan volume impor komoditas ini. Sebaliknya peningkatan harga riil jagung impor dan menguatnya kurs rupiah akan menyebabkan meningkatnya volume impor. Persamaannya adalah sebagai berikut: MJI t = d 0 + d 1 HJDR t + d 2 HJWR t + d 3 NTR t + d 4 POP t + d 5 (PDBR t / PDBR t-1 ) + d 6 (TJ t - TJ t-1 ) + d 7 MJI t-1 + u 4. (43) MJI t = Impor jagung (000 ton) HJDR t = Harga riil jagung domestik (Rp/kg) HJWR t = Harga riil jagung dunia (USD/kg) NTR t = Nilai tukar riil (Rp/USD) POP t = Populasi penduduk (000 jiwa) PDBR t = Produk domestik bruto (Rp milyar) PDBR t-1 = Peubah bedakala PDBR t TJ t = Tarif impor jagung (%) TJ t-1 = Peubah bedakala TJ t (%) MJI t-1 = Peubah bedakala MJI t (000 ton) u 4 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: d 2, d 3, d 6 <0 ; d 1, d 4, d 5 >0 ; 0<d 7 < Ekspor dan Impor Jagung Dunia Pergerakan harga jagung dunia dipengaruhi oleh volume ekspor dan impor dari nagara eksportir dan importir utama dunia melalui jumlah ekspor dan impor dunia. Dalam perdagangan jagung dunia, negara eksportir dan importir utama adalah Amerika Serikat dan Jepang, sedangkan posisi Indonesia dalam perdagangan jagung dunia adalah negara net importer. Dengan demikian bentuk persamaan ekspor dan impor jagung dunia merupakan persamaan identitas yang dirumuskan sebagai berikut:

8 62 1. Ekspor Jagung Dunia XJW t = XJUS t + XJI t + XJRW t... (44) XJW t = Ekspor jagung dunia (000 ton) XJUS t = Ekspor jagung Amerika Serikat (000 ton) XJI t = Ekspor jagung Indonesia (000 ton) XJRW t = Ekspor jagung sisa dunia (000 ton) 2. Impor Jagung Dunia MJW t = MJI t + MJJ t + MJRW t... (45) MJI t = Impor jagung Indonesia (000 ton) MJW t = Impor jagung dunia (000 ton) MJJ t = Impor jagung Jepang (000 ton) MJRW t = Impor jagung sisa dunia (000 ton) Harga Jagung Dunia Pergerakan harga jagung dunia ditentukan oleh rasio jumlah penawaran (ekspor) jagung dunia tahun sekarang dengan ekspor jagung dunia tahun sebelumnya, permintaan (impor) jagung dunia, trend waktu dan harga jagung dunia tahun sebelumnya. Adanya kenaikan jumlah ekspor jagung dunia akan menyebabkan harga jagung dunia cenderung menurun, sebaliknya adanya kenaikan impor jagung dunia akan menyebabkan meningkatnya harga jagung dunia. Dengan demikian, persamaan harga jagung dunia dirumuskan sebagai berikut: HJWR t = e 0 + e 1 (XJW t / XJW t-1 ) + e 2 MJW t + e 3 T t + e 4 HJWR t-1 + u 5... (46) HJWR t = Harga riil jagung dunia (USD/kg) XJW t = Ekspor jagung dunia (000 ton) XJW t-1 = Peubah bedakala XJW t MJW t = Impor jagung dunia (000 ton)

9 63 T t = Trend waktu HJWR t-1 = Peubah bedakala HJWR t (USD/kg) u 5 = Peubah pengganggu Tanda parameter yang diharapkan: e 1, e 3 <0 ; e 2 >0 ; 0<e 4 < Persamaan Pasar Pakan Ayam Ras Produksi Pakan Ayam Ras Produksi pakan ayam ras dipengaruhi oleh harga riil pakan domestik tahun sebelumnya, harga riil jagung domestik tahun sebelumnya, harga riil komponen pakan impor tahun sebelumnya, tingkat suku bunga riil Bank Indonesia tahun sebelumnya, trend waktu, dan produksi pakan ayam ras tahun sebelumnya. Persamaannya dirumuskan sebagai berikut: PPD t = f 0 + f 1 HPDR t-1 + f 2 HJDR t-1 + f 3 HKIR t-1 + f 4 SBR t-1 + f 5 T t + f 6 PPD t-1 + u 6... (47) dimana : PPD t = Produksi pakan (000 ton) HPDR t-1 = Peubah bedakala HPDR t (Rp/kg) HJDR t-1 = Peubah bedakala HJDR t (Rp/kg) HKIR t-1 = Peubah bedakala HKIR t (USD/kg) SBR t-1 = Peubah bedakala SBR t (%/tahun) T t = Trend waktu PPD t-1 = Peubah bedakala PPD t (000 ton) u 5 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: f 2, f 3, f 4 <0 ; f 1, f 5 >0 ; 0<f 6 < Permintaan Pakan Ayam Ras Permintaan pakan ayam ras dipengaruhi oleh harga riil pakan ayam ras domestik, harga riil daging ayam ras domestik, jumlah populasi ayam ras dan permintaan pakan ayam ras tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: DPI t = g 0 + g 1 HPDR t + g 2 HDDR t + g 3 PA t + g 4 DPI t-1 + u 7... (48)

10 64 DPI t = Permintaan pakan ayam ras (000 ton) HPDR t = Harga riil pakan ayam ras domestik (Rp/kg) HDDR t = Harga riil daging ayam ras domestik (Rp/kg) PA t = Populasi ayam ras (000 ekor) DPI t-1 = Peubah bedakala DPI t (000 ton) u 7 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: g 1 <0 ; g 2, g 3 >0 ; 0<g 4 < Penawaran Pakan Ayam Ras Jumlah penawaran pakan ayam ras di Indonesia merupakan penjumlahan dari produksi pakan ayam ras dan stok pakan ayam ras pada akhir tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: SPI t = PPD t + STP t-1... (49) SPI t PPD t STP t-1 = Penawaran pakan ayam ras (000 ton) = Produksi pakan ayam ras (000 ton) = Stok pakan ayam ras pada tahun sebelumnya (000 ton) Harga Pakan Ayam Ras Domestik Harga riil pakan ayam ras terbentuk dari rasio permintaan dengan penawaran pakan ayam ras, dummy krisis moneter, trend waktu serta harga pakan ayam ras domestik tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HPDR t = h 0 + h 1 (SPI t / DPI t ) + h 2 D t + h 3 T t + h 4 HPDR t-1 + u 8... (50) HPDR t = Harga riil pakan ayam ras domestik (Rp/kg) SPI t = Penawaran pakan ayam ras (000 ton) DPI t = Permintaan pakan ayam ras (000 ton) D t = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) T t = Trend waktu HPDR t-1 = Peubah bedakala HPDR t (Rp/kg) u 8 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: h 1, h 3 <0 ; h 2 >0 ; 0<h 4 <1

11 Persamaan Pasar Daging Ayam Ras Produksi Daging Ayam Ras Produksi daging ayam ras dipengaruhi oleh rasio harga riil daging ayam ras domestik terhadap perubahan harga riil daging ayam ras domestik, perubahan harga riil DOC, perubahan harga riil pakan ayam ras domesik, populasi ayam ras, rasio tingkat suku bunga riil Bank Indonesia tahun sekarang dengan suku bunga riil Bank Indonesia tahun sebelumnya, trend waktu dan produksi daging ayam ras tahun sebelumya. Peningkatan harga daging ayam ras domestik menyebabkan peningkatan produksi daging ayam ras. Meningkatnya harga pakan dan suku bunga bank akan menurunkan produksi daging ayam ras dan demikian juga sebaliknya. Persamaannya adalah sebagai berikut: PDD t = i 0 + i 1 (HDDR t / (HDDR t - HDDR t-1 ) + i 2 (HDOCR t / HDOCR t-1 ) + i 3 (HPDR t / HPDR t-1 ) + i 4 PA t + i 5 (SBR t / SBR t-1 ) + i 6 T t + i 7 PDD t-1 + u 9... (51) dimana : PDD t = Produksi daging ayam ras (000 ton) HDDR t = Harga riil daging ayam ras domestik (Rp/kg) HDDR t-1 = Peubah bedakala HDDR t (Rp/kg) HDOCR t = Harga riil DOC (Rp/kg) HDOCR t-1 = Peubah bedakala HDOCR t (Rp/kg) HPDR t = Harga riil pakan ayam ras domestik (Rp/kg) HPDR t-1 = Peubah bedakala HPDR t (Rp/kg) PA t = Populasi ayam ras (000 ekor) SBRt = Tingkat suku bunga riil Bank Indonesia (%/tahun) SBR t-1 = Peubah bedakala SBR t (%/tahun) T t = Trend waktu PDD t-1 = Peubah bedakala PDD t (000 ton) u 9 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: i 2, i 3, i 5 <0 ; i 1, i 4, i 6 >0 ; 0<i 7 < Permintaan Daging Ayam Ras Permintaan daging ayam ras dipengaruhi oleh harga riil daging ayam ras tahun sebelumnya, harga riil telur tahun sebelumnya, harga riil ikan tahun

12 66 sebelumnya, harga riil daging sapi, pendapatan per kapita, dummy krisis moneter dan permintaan daging ayam ras tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: DDD t = j 0 + j 1 HDDR t-1 + j 2 HTR t-1 + j 3 HIR t-1 + j 4 HSDR t + j 5 PPK t + j 6 D t + j 7 DDD t-1 + u (52) DDD t = Permintaan daging ayam ras (000 ton) HDDR t-1 = Peubah bedakala HDDR t (Rp/kg) HTR t-1 = Peubah bedakala HTR t (Rp/kg) HIR t-1 = Peubah bedakala HIR t (Rp/kg) HSDR t = Harga riil daging sapi (Rp/kg) PPK t = Pendapatan per kapita (Rp juta/kapita/tahun) D t = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) DDD t-1 = Peubah bedakala DDD t u 10 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: j 1, j 6 <0 ; j 2, j 3, j 4, j 5 >0 ; 0<j 7 < Penawaran Daging Ras Ayam Penawaran daging ayam ras merupakan suatu persamaan identitas, yang merupakan penjumlahan dari produksi daging ayam ras dan volume impor daging ayam ras dikurangi dengan volume ekspornya. Persamaannya adalah sebagai berikut: SDD t = PDD t + MDI t - XDI t... (53) SDD t = Penawaran daging ayam ras (000 ton) PDD t = Produksi daging ayam ras (000 ton) MDI t = Impor daging ayam ras (000 ton) XDI t = Ekspor daging ayam ras (000 ton) Harga Daging Ayam Ras Domestik Harga riil daging ayam ras domestik merupakan fungsi dari penawaran dan permintaan daging ayam ras, harga riil daging ayam ras dunia tahun

13 67 sebelumnya, dummy krisis moneter dan harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HDDR t = k 0 + k 1 SDD t + k 2 DDD t + k 3 HDWR t-1 + k 4 D t + k 5 HDDR t-1 + k (54) HDDR t = Harga riil daging ayam ras domestik (Rp/kg) SDD t = Penawaran daging ayam ras (000 ton) DDD t = Permintaan daging ayam ras (000 ton) HDWR t-1 = Peubah bedakala HDWR t (USD/kg) D t = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) HDD t-1 = Peubah bedakala HDDR t (Rp/kg) u 11 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: k 1 <0 ; k 2, k 3, k 4 >0 ; 0<k 5 < Impor Daging Ayam Ras Jumlah impor daging ayam ras Indonesia dipengaruhi oleh perubahan harga riil daging ayam ras impor, harga riil daging ayam ras domestik, rasio permintaan daging ayam ras tahun sekarang dengan permintaan daging ayam ras tahun sebelumnya, rasio PDB riil tahun sekarang dengan PDB riil tahun sebelumnya, rasio populasi penduduk terhadap perubahan populasi penduduk, tarif impor daging ayam ras tahun sebelumnya, nilai tukar riil dan jumlah impor daging ayam ras sebelumnya. Meningkatnya harga daging ayam ras impor dan tarif menyebabkan penurunan impor daging ayam ras. Sebaliknya peningkatan harga riil daging ayam ras, menguatnya kurs rupiah dan PDB akan menyebabkan peningkatan volume impor. Persamaannya adalah sebagai berikut: MDI t = l 0 + l 1 (HDMR t - HDMR t-1 ) + l 2 HDDR t + l 3 (DDD t / DDD t-1 ) + l 4 (PDBR t / PDBR t-1 ) + l 5 (POP t / (POP t - POP t-1 )) + l 6 TA t-1 + l 7 NTR t + l 8 MDI t-1 + u (55) MDI t = Impor daging ayam ras (000 ton) HDMR t = Harga daging ayam ras impor (USD/kg)

14 68 HDMR t-1 = Peubah bedakala HDMR t HDDRt = Harga daging ayam ras domestik (Rp/kg) DDD t = Permintaan daging ayam ras (000 ton) DDD t-1 = Peubah bedakala DDD t (000 ton) PDBR t = Produk domestik bruto riil (Rp milyar) PDBR t-1 = Peubah bedakala PDRB t (Rp milyar) POP t = Populasi penduduk (000 jiwa) POP t-1 = Peubah bedakala POP t (000 jiwa) TA t = Tarif impor daging ayam (%) NTR t = Nilai tukar riil (Rp/USD) MDI t-1 = Peubah bedakala MDI t (000 ton) u 12 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: l 1, l 6 <0 ; l 2, l 3, l 4, l 5, l 7 >0 ; 0<l 8 < Ekspor Daging Ayam Ras Ekspor daging ayam ras dipengaruhi oleh rasio produksi daging ayam ras tahun sekarang dengan produksi daging ayam ras tahun yang lalu, rasio harga riil daging ayam domestik dengan perubahan harga riil daging ayam ras domestik, harga riil daging ayam ras dunia, rasio nilai tukar riil terhadap perubahan nilai tukar riil, dummy krisis mometer, trend waktu dan ekspor daging ayam ras tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: XDI t = m 0 + m 1 (PDD t / PDD t-1 ) + m 2 (HDDR t / (HDDR t - HDDR t-1 )) + m 3 HDWR t + m 4 (NTR t / (NTR t - NTR t-1 )) + m 5 D t + m 6 T t + m 7 XDI t-1 + u (56) XDI t = Ekspor daging ayam ras (000 ton) PDD t = Produksi daging ayam ras (000 ton) PDD t-1 = Peubah bedakala PDD t (000 ton) HDDR t = Harga daging ayam ras domestik (Rp/kg) HDDR t-1 = Peubah bedakala HDDR t (Rp/kg) HDWR t = Harga riil daging ayam ras dunia (USD/kg) NTR t = Nilai tukar riil (Rp/USD) NTR t-1 = Peubah bedakala NTR t (Rp/USD) D t = Dummy krisis moneter (sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1) T t = Trend waktu XDI t-1 = Peubah bedakala XDI t (000 ton) = Peubah pengganggu u 13

15 69 Tanda parameter dugaan yang diharapkan: m 2, m 4 <0 ; m 1, m 3, m 5, m 6 >0 ; 0<m 7 < Harga Daging Ayam Ras Impor Harga riil daging ayam ras impor Indonesia dipengaruhi oleh perubahan harga riil daging ayam ras dunia, nilai tukar riil, trend waktu dan harga riil daging ayam ras impor tahun sebelumnya. Persamaannya adalah sebagai berikut: HDMR t = n 0 + n 1 (HDWR t - HDWR t-1 ) + n 2 NTR t + n 3 T t + n 4 HDMR t-1 + u (57) HDMR t = Harga riil daging ayam ras impor (USD/kg) HDWR t = Harga riil daging ayam ras dunia (USD/kg) HDWR t-1 = Peubah bedakala HDWR t (USD/kg) NTR t = Nilai tukar riil (Rp/USD) T t = Trend waktu HDMR t-1 = Peubah bedakala HDMR t (USD/kg) u 14 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: n 3 <0 ; n 1, n 2 >0 ; 0<n 4 < Ekspor dan Impor Daging Ayam Ras Dunia Dalam perdagangan daging ayam ras dunia, negara eksportir utama adalah Amerika Serikat, sedangkan negara importir utama adalah Cina dan Jepang. Indonesia merupakan negara net importer dalam perdagangan daging ayam ras dunia. Dengan demikian, bentuk persamaan ekspor dan impor daging ayam dunia merupakan suatu persamaan identitas, dimana persamaannya adalah sebagai berikut: 1. Ekspor Daging Ayam Ras Dunia XDW t = XDUS t + XDI t +XDRW t... (58) XDW t = Ekspor daging ayam ras dunia (000 ton) XDUS t = Ekspor daging ayam ras USA (000 ton)

16 70 XDI t = Ekspor daging ayam ras Indonesia (000 ton) XDRW t = Ekspor daging ayam ras sisa dunia (000 ton) 2. Impor Daging Ayam Ras Dunia MDW t = MDC t + MDJ t +MDI t + MDRW t... (59) MDW t = Impor daging ayam ras dunia (000 ton) MDC t = Impor daging ayam ras Cina (000 ton) MDJ t = Impor daging ayam ras Jepang (000 ton) MDI t = Impor daging ayam ras Indonesia (000 ton) MDRW t = Impor daging ayam ras sisa dunia (000 ton) Harga Daging Ayam Ras Dunia Pergerakan harga daging ayam ras dunia ditentukan oleh volume ekspor, impor dan produksi dari komoditas tersebut. Meningkatnya impor daging ayam ras dunia akan berpengaruh terhadap peningkatan harga daging ayam ras dunia. Sebaliknya meningkatnya ekspor daging ayam ras dunia cenderung menyebabkan penurunan harga daging ayam ras dunia. Persamaannya adalah sebagai berikut: HDWR t = o 0 + o 1 XDW t + o 2 MDW t-1 + o 3 PDW t + o 4 T t + o 5 HDWR t-1 + o (60) HDWR t = Harga riil daging ayam ras dunia (USD/kg) XDW t = Ekspor daging ayam ras dunia (000 ton) MDW t-1 = Peubah bedakala MDW t (000 ton) PDW t = Produksi daging ayam ras dunia (000 ton) T t = Trend waktu HDWR t-1 = Peubah bedakala HDWR t (USD/kg) u 15 = Peubah pengganggu Tanda parameter dugaan yang diharapkan: o 1,o 3 <0 ; o 2,o 4 >0 ; 0<o 5 <1

17 Prosedur Analisis Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data yang sifatnya dapat mewakili kondisi secara umum di Indonesia berupa data sekunder selama 26 tahun terakhir (tahun ) yang merupakan data deret waktu (time series data) dari berbagai sumber diantaranya adalah dari BPS, FAO, IMF, Statistik Peternakan dan lain sebagainya, disamping data kualitatif yang dikumpulkan dari berbagai pihak terkait dengan kegiatan impor jagung dan daging ayam. Data kualitatif meliputi identifikasi permasalahan, kendala, serta alternatif yang dapat direkomendasikan dalam rangka kebijakan impor jagung dan daging ayam Identifikasi Model Setelah menduga model persamaan simultan dilakukan identifikasi model. Rumus identifikasi model struktural berdasarkan order condition menurut Koutsoyiannis (1977): (K M) (G 1)... (61) K : Total peubah dalam model (peubah endogen dan predetermine) M : Jumlah peubah endogen dan eksogen dalam persamaan yang diidentifikasi G : Total persamaan (jumlah peubah endogen) dalam model Jika (K M) = (G 1), persamaan dalam model exactly identified (K M) < (G 1), pesamaaan dalam model unidentified (K M) > (G 1), pesamaaan dalam model over identified Model analisis pasar jagung, pakan, dan daging ayam ras di Indonesia terdiri dari 15 persamaan struktural dan 8 persamaan identitas. Model terdiri dari 23 peubah current endogenous, 15 peubah lag endogenous, 36 peubah exogenous,

18 72 sehingga ada 51 peubah predetermine. Hasil identifikasi dalam model tersebut adalah over identified, dengan perhitungan (74-8) > (23-1) Metode Pendugaan Model Persamaan yang over identified dapat diduga dengan menggunakan metode pendugaaan 2SLS, 3SLS, LIML, atau FIML. Dalam penelitian digunakan metode pendugaan 2SLS, karena dapat manghasilkan hasil dugaan parameter yang lebih efisien dengan asumsi: 1. Peubah-peubah pengganggu harus memenuhi asumsi stokastik. 2. Spesifikasi model dianggap benar. 3. Jumlah pengamatan contoh lebih besar dari jumlah peubah predetermined dalam model. 4. Peubah penjelas tidak mengalami kolinearitas sempurna. Penelitian ini menggunakan data urut waktu time series maka dilakukan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada tidaknya korelasi serial yang serius. Namun uji ini tidak valid digunakan untuk persamaan yang mengandung peubah endogen bedakala, seperti pada model persamaan simultan pada penelitian ini. Oleh sebab itu pengujian kondisi korelasi serialnya akan menggunakan statistika Durbin-h (Pindyck and Rubinfeld, 1991) h = [1-0.5 DW] [T/{(1-t) * (Var Bhat)}] (62) dimana : h T Var Bhat DW : Angka Durbin h Statistik : Jumlah pengamatan contoh : Varians dari koefisien lagged endogenous variables : Nilai statistik Durbin-Watson Uji statistik Durbin-h tidak valid apabila hasil kali T (Var Bhat) lebih besar dari nilai krisis distribusi normal, maka model tidak mengalami korelasi

19 73 serial. Suatu persamaan dapat dikatakan tidak mengalami masalah autokorelasi pada kondisi nomal yakni taraf nyata 5 persen, dan nilai h hitung berada diantara dan Validasi Model Untuk mengetahui apakah suatu model cukup valid untuk membuat suatu simulasi alternatif kebijakan dan non kebijakan, maka perlu dilakukan suatu validasi model dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana persamaan tersebut dapat mewakili dunia nyata. Kriteria statistika yang digunakan untuk validasi model nilai pendugaan model ekonometrika adalah Root Mean Square Error (RMSE), Root Mean Square Percent Error (RMSPE) dan Theil s Inequality Coefficient (U). Kriteria-kriteria tersebut dirumuskan sebagai berikut: ( ) 0.5 T 2 RMSE= 1 s a / T Y t Y... (63) t t 1 T RMSPE= 1 s a a / T {( Yt Yt )/( Yt ) }... (64) t 1 U= 1/ T 1/ T T s a ( Yt Yt ) T T s 2 a ( Tt ) + 1/ T ( Yt ) t 1 t 1 2 t (65) RMSE = Akar tengah kuadrat galat simulasi (Root Mean Square Error) RMSPE = Akar tengah kuadrat persen galat (Root Mean Square Percent Error) U = Koefisien ketidaksamaan Theil (Theil s Inequality Coefficient) s Y t = Nilai pendugaan model a Y t = Nilai pengamatan contoh T = Jumlah pengamatan dalam simulasi

20 74 Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari nilai aktualnya dalam ukuran relatif (persen) atau seberapa dekat nilai dugaan tersebut mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Sedangkan nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model dalam menganalisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 0 dan 1. Jika U = 0 maka pendugaan model tersebut sempurna dan jika U = 1 maka pendugaan model naïf. Untuk melihat keeratan arah (slope) antara nilai aktual dengan hasil yang disimulasi, ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasinya (R 2 ). Pada dasarnya semakin kecil nilai RMSPE dan U-Theil s serta makin besar R 2, maka pendugaan model semakin baik Simulasi Model Analisis simulasi model dibedakan menjadi simulasi faktor internal dan faktor eksternal. Simulasi model ini dibedakan untuk menerangkan perilaku penawaran, permintaan, dan harga jagung, pakan dan daging ayam ras terhadap perubahan faktor internal dan eksternal serta dampaknya terhadap surplus produsen dan konsumen serta penerimaan pemerintah Simulasi Faktor Internal Simulasi faktor internal adalah: (1) penurunan tingkat suku bunga bank 30 persen dan depresiasi rupiah 20 persen, (2) peningkatan harga DOC 25 persen dan penurunan tingkat suku bunga bank 20 persen, (3) peningkatan harga pakan dan DOC masing-masing 25 persen, (4) peningkatan harga jagung, pakan dan daging

21 75 ayam ras masing-masing 25 persen dan (5) penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras serta depresiasi rupiah 20 persen. Penurunan tingkat suku bunga bank 30 persen. Suku bunga bank merupakan faktor input bagi usaha yang menggunakan jasa bank untuk mendapatkan modal. Dalam upaya memacu produksi jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, penurunan suku bunga sebesar 30 persen diduga dapat merangsang peningkatan produksi jagung, pakan dan daging ayam ras. Depresiasi rupiah 20 persen. Berubahnya nilai tukar Rp/USD berdampak pada perubahan harga impor pada pasar jagun dan daging ayam. Pada analisis ini depresiasi rupiah yang terjadi sebesar 20 persen, atas dasar pertimbangan bahwa dalam periode rupiah terdepresiasi stabil pada kisaran 20 persen. Peningkatan harga jagung 25 persen. Pada saat terjadi krisis moneter tahun 1997, pemerintah didesak oleh IMF untuk menghapuskan subsidi sektor pertanian. Pada tahun 1998 pemerintah mulai menghapus subsidi pupuk yang menyebabkan harga pupuk meningkat, khususnya TSP dan urea yang diperlukan dalam produksi jagung. Peningkatan harga pakan 25 persen. Kenaikan harga jagung akibat penghapusan subsidi pupuk akan mengakibatkan kenaikan harga pakan, karena komposisi jagung sangat besar dalam proses pembuatan pakan. Simulasi peningkatan harga pakan 25 persen dinilai relevan dilakukan mengingat trend harga input juga mengalami peningkatan dari tahun Peningkatan harga DOC 25 persen. Kenaikan harga jagung dan pakan juga turut berperan dalam kenaikan harga DOC, karena usaha pembibitan DOC juga tergantung dari pakan yang dikonsumsi oleh ayam ras dalam menghasilkan DOC.

22 76 Hal ini juga diikuti dengan trend peningkatan harga DOC dari tahun Oleh karena itu sangat relevan dilakukan simulasi peningkatan harga DOC sebesar 25 persen. Peningkatan harga daging ayam ras 25 persen. Kenaikan harga pakan karena adanya peningkatan harga jagung akan mempengaruhi biaya produksi industri ayam ras. Hal ini dikarenakan karena produksi daging ayam ras sangat tergantung pada pakan yang digunakan, yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan harga daging ayam ras Simulasi Faktor Eksternal Simulasi faktor eksternal adalah: (1) peningkatan ekspor jagung AS 30 persen, (2) peningkatan impor jagung Jepang 30 persen, (3) peningkatan ekspor daging ayam AS 30 persen dan (4) peningkatan impor daging ayam Cina dan Jepang masing-masing 30 persen. Pertimbangan memasukkan negara-negara tersebut dalam simulasi karena negara-negara tersebut merupakan negara eksportir dan importir utama jagung dan daging ayam di pasar dunia. Jika terjadi perubahan ekspor dan impor dari negara-negara tersebut akan berdampak lebih besar dibanding dengan negara lainnya terhadap kinerja pasar domestik. Besarnya perubahan sebesar 30 persen berdasarkan kecenderungan adanya peningkatan volume ekspor atau impor dari negara yang bersangkutan mendekati 30 persen Analisis Surplus Produsen dan Surplus Kosumen Indikator tingkat kesejahteraan yang digunakan adalah surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam di Indonesia. Nilai surplus produsen dan konsumen akan digunakan sebagai dasar evaluasi alternatif

23 77 kebijakan yang diambil. Analisis surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras dapat dirumuskan sebagai berikut (Sinaga 1989): 1. Perubahan Surplus Produsen Domestik. a. Jagung SJI b (HJD s HJD b ) + ½ (SJI s SJI b )(HJD s HJD b ). (66) b. Pakan SPI b (HPD s HPD b ) + ½ (SPI s SPI b )(HPD s HPD b ) (67) c. Daging Ayam Ras SDD b (HDD s HDD b ) + ½ (SDD s SDD b )(HDD s HDD b ).. (68) 2. Perubahan Surplus Konsumen Domestik a. Jagung DJI b (HJD s HJD b ) + ½ (DJI s DJI b )(HJD s HJD b )... (69) b. Pakan DPI b (HPD s HPD b ) + ½ (DPI s DPI b )(HPD s HPD b )... (70) c. Daging Ayam Ras DDD b (HDD s HDD b ) + ½ (DDD s SDD b )(DDD s HDD b ) (71) 3. Perubahan Pengeluaran Devisa Negara. a. Jagung (MJI s* HJW s* TJ s ) (MJI b * HJW b* TJ b )... (72) b. Daging Ayam Ras (MDI s* HDW s* TA s ) (MDI b* HDW b* TA b )... (73) subskrip b subskrip s = menyatakan nilai simulasi dasar = menyatakan nilai simulasi kebijakan

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI ARISTO EDWARD

MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI ARISTO EDWARD MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI ARISTO EDWARD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan ini sebenar-benarnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode 1995-2005. Data sekunder yang

Lebih terperinci

MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI ARISTO EDWARD

MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI ARISTO EDWARD MODEL PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: SUATU ANALISIS SIMULASI ARISTO EDWARD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan ini sebenar-benarnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series 35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai 2010. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Model dapat diartikan sebagai suatu penjelasan dari fenomena nyata sebagai suatu sistem atau proses yang sistematis (Koutsoyiannis, 1977). Suatu model merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan Kementrian Keuangan. Data yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia tahun 2005-2009 yang diperoleh dari Dirjen Perimbangan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1. Spesifikasi Model Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 55 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka, teori-teori ekonomi makro, dan kerangka logika yang digunakan, terdapat saling keterkaitan antara komponen perekonomian makro

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU PASAR PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: PENDEKATAN MODEL EKONOMERIKA SIMULTAN

ANALISIS PERILAKU PASAR PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: PENDEKATAN MODEL EKONOMERIKA SIMULTAN ANALISIS PERILAKU PASAR PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA: PENDEKATAN MODEL EKONOMERIKA SIMULTAN (Feed and Chicken Meat Markets Behavior Analysis in Indonesia: Simultaneous Econometric Model Approach))

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber. Data deret waktu (time series) meliputi data tahunan dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil mencakup wilayah Indonesia dengan basis analisis pada masing-masing sektor yang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015 DAMPAK FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA : ANALISIS MODEL EKONOMETRIKA Zainuddin 1 Abstract Model systems of simultaneous equations were built to analyze the impact

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN (Journal of Agriculture, Resource, and Environmental Economics)

JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN (Journal of Agriculture, Resource, and Environmental Economics) JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN (Journal of Agriculture, Resource, and Environmental Economics) DAMPAK KEBIJAKAN TARIF IMPOR TERHADAP PASAR JAGUNG DI INDONESIA The Impact of Import

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA DI INDONESIA FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF PEPPER IN INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA DI INDONESIA FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF PEPPER IN INDONESIA 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA DI INDONESIA FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF PEPPER IN INDONESIA Hamdani 1), Ermi Tety 2), Eliza 2) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR DAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Rizki Gemala Busyra Fakultas Pertanian Universitas Batnghari Email

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Model dan Data yang Digunakan Model yang digunakan dalam studi penelitian ini mengacu pada sejumlah literatur dan sebuah penelitian yang dilakukan sebelumnya

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

V. ANALISIS MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

V. ANALISIS MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN V. ANALISIS MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN 5.1. Analisis Umum Pendugaan Model Dalam proses spesifikasi, model yang digunakan dalam penelitian ini mengalami beberapa modifikasi karena

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

VII. ANALISIS KEBIJAKAN VII. ANALISIS KEBIJAKAN 179 Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah dari salah satu atau beberapa

Lebih terperinci

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus RINGKASAN NYAK ILHAM. Penawaran dan Perrnintaan Daging Sapi di lndonesia : Suatu Analisis Sirnulasi (dibawah birnbingan BONAR M. SINAGA, sebagsi ketua, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan TAHLIM SUDARYANTO sebagai

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN 6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam analisis ini adalah adanya kesesuaian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE 1980-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model.

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. V. EVALUASI MODEL BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. Pembahasan dibedakan untuk masing-masing blok, yang terdiri dari: (1) blok makroekonomi, (2) blok deforestasi, dan (3) blok

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH Krisis finansial global yang dipicu oleh krisis perumahan di AS (sub prime mortgage) sejak pertengahan

Lebih terperinci

DAMPAK IMPOR TERHADAP PRODUKSI KEDELAI NASIONAL. Import of Soybean and Its Impact on National Production. Zakiah 1 ABSTRAK

DAMPAK IMPOR TERHADAP PRODUKSI KEDELAI NASIONAL. Import of Soybean and Its Impact on National Production. Zakiah 1 ABSTRAK DAMPAK IMPOR TERHADAP PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Import of Soybean and Its Impact on National Production Zakiah 1 ABSTRAK This study examine import affect on soybean production in Indonesia. The study uses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 101 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan gula Indonesia dalam penelitian

Lebih terperinci

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2) ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun. 20 III. METODE PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis data 1. Batasan Operasional Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan datang berdasarkan data yang ada dengan menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (The Impacts of Government s Policies on Cassava Economic Stockhorders Welfare In Lampung Provience) Septaria

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

30 Dampak Revitalisasi Perkebunan pada Komoditas Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Provinsi Jambi

30 Dampak Revitalisasi Perkebunan pada Komoditas Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Provinsi Jambi DAMPAK REVITALISASI PERKEBUNAN PADA KOMODITAS KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Rizki Gemala Busyra 1 Abstract In 2006 minister of agriculture policy, the Jambi province activities focused

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena kedudukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

Dampak Pengembangan Komoditas Kelapa Dalam Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi

Dampak Pengembangan Komoditas Kelapa Dalam Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITAS KELAPA DALAM TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Rizki Gemala Busyra 1) Abstract Jambi is one of the central of estate crop productions in Indonesia. In 2006, the Minister

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis simulasi beberapa alternatif kebijakan dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG DI INDONESIA FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PASAR JAGUNG I INONESIA Ketut Kariyasa 1) dan Bonar M. Sinaga 2) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jl. A. Yani 70 Bogor 2) Institut

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN seperti tertuang pada beberapa peraturan pemerintah yaitu Keppres No 117 tahun 1999 tentang prosedur permohonan PMDM dan PMA, Permen KP No 50 tahun 2011 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 6, Nomor 1, Juli 2015 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS RESPON PENAWARAN DAN PERMINTAAN KARET ALAM INDONESIA Agrippina Sinclair,* Djaimi Bakce,** dan Jum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari berbagai lembaga pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi

Lebih terperinci

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1. Perumusan Model Input-Output Ekonometrika Indonesia Model dalam penelitian ini terdiri atas 20 sektor perekonomian yaitu: (01) padi, (02) palawija, (03) hortikultur

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu

VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL 6.1. Dampak Kebijakan Makroekonomi Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu penawaran uang, dan kebijakan fiskal, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penelitian ada tiga jenis, yaitu data deret waktu (time series), data silang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penelitian ada tiga jenis, yaitu data deret waktu (time series), data silang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam analisis perekonomian, ketersediaan data yang sesuai sangat mempengaruhi hasil analisis yang diperlukan. Data yang biasa digunakan dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam

IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam IV. METODE PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam menganalisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap makroekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

DAMPAK TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO,PAJAK, INVESTASI, DAN UPAH DI KOTA BATAM

DAMPAK TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO,PAJAK, INVESTASI, DAN UPAH DI KOTA BATAM DAMPAK TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO,PAJAK, INVESTASI, DAN UPAH DI KOTA BATAM Albert Gamot Malau (Albert@ut.ac.id) Program Studi Agribisnis - Universitas Terbuka

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA 233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang secara otomatis akan terjadi. Perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Sampel, Sumber Data dan Pengumpulan Data Penelitian kali ini akan mempergunakan pendekatan teori dan penelitian secara empiris. Teori-teori yang dipergunakan diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN PENINGKATAN EKSPOR MANGGIS INDONESIA POLICIES SIMULATION ANALYSIS TO INCREASE INDONESIAN MANGOSTEEN EXPORT

ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN PENINGKATAN EKSPOR MANGGIS INDONESIA POLICIES SIMULATION ANALYSIS TO INCREASE INDONESIAN MANGOSTEEN EXPORT Habitat Volume XXVI, No. 1, Bulan April 2015, Hal. 61-70 ISSN: 0853-5167 ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN PENINGKATAN EKSPOR MANGGIS INDONESIA POLICIES SIMULATION ANALYSIS TO INCREASE INDONESIAN MANGOSTEEN

Lebih terperinci