III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode Data sekunder yang digunakan berasal dari: Badan Pusat Statistik Pusat Jakarta, Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah, dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah. Jenis dan sumber data tersebut dapat dilihat pada Lampiran Spesifikasi Model Model dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah disusun dalam persamaan simultan. Model dikelompokkan dalam tiga blok yaitu: (1) blok perekonomian daerah, (2) blok penerimaan fiskal daerah, dan (3) blok pengeluaran fiskal Penerimaan Fiskal Daerah Blok penerimaan fiskal daerah terdiri atas dua persamaan struktural yaitu persamaan pajak daerah, dan bagi hasil pajak; dan empat persamaan identitas yaitu penerimaan asli daerah, transfer, bagi hasil dan total penerimaan pemerintah daerah. 1. Pajak daerah (Pajak) PAJAK = a 0 + a 1 PDRB + a 2 KPOP + a 3 LPAJAK + a 4 DDF...(3.1) Parameter estimasi yang diharapkan: a 1, a 2, a 3, a 4 > 0 2. Bagi hasil pajak (BHP) BHP = b 0 + b 1 PDRB + b 2 LBHP + b 3 DDF...(3.2) Parameter estimasi yang diharapkan: b 1, b 2, b 3 > 0

2 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode Data sekunder yang digunakan berasal dari: Badan Pusat Statistik Pusat Jakarta, Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah, dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah. Jenis dan sumber data tersebut dapat dilihat pada Lampiran Spesifikasi Model Model dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah disusun dalam persamaan simultan. Model dikelompokkan dalam tiga blok yaitu: (1) blok perekonomian daerah, (2) blok penerimaan fiskal daerah, dan (3) blok pengeluaran fiskal Penerimaan Fiskal Daerah Blok penerimaan fiskal daerah terdiri atas dua persamaan struktural yaitu persamaan pajak daerah, dan bagi hasil pajak; dan empat persamaan identitas yaitu penerimaan asli daerah, transfer, bagi hasil dan total penerimaan pemerintah daerah. 1. Pajak daerah (Pajak) PAJAK = a 0 + a 1 PDRB + a 2 KPOP + a 3 LPAJAK + a 4 DDF...(3.1) Parameter estimasi yang diharapkan: a 1, a 2, a 3, a 4 > 0 2. Bagi hasil pajak (BHP) BHP = b 0 + b 1 PDRB + b 2 LBHP + b 3 DDF...(3.2) Parameter estimasi yang diharapkan: b 1, b 2, b 3 > 0

3 45 3. Pendapatan asli daerah (PAD) PAD = Retribusi + Pajak + LabaUsaha + PADLain2...(3.3) 4. Transfer (Transf) Transf = DAU + DAK + BH...(3.4) 5. Bagi hasil (BH) BH = BHP + BHB;...(3.5) 6. Total penerimaan daerah (TOTINC) TOTINC = PAD+Transf + Pinjam + RevLain + SisaLebih...(3.6) Pengeluaran Fiskal Daerah Blok pengeluaran fiskal daerah terdiri atas tiga persamaan struktural yaitu: persamaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan pengeluaran pembangunan sektor luar pertanian; dan dua persamaan identitas yaitu persamaan pengeluaran pembangunan dan persamaan total pegeluaran pemerintah daerah. 1. Pengeluaran rutin (EXPR) EXPR = c 0 + c 1 TOTINC + c 2 DDF...(3.7) Parameter estimasi yang diharapkan: c 1, c 2 > 0 2. Pengeluaran pembangunan sektor pertanian (EXPPA) EXPPA = d 0 + d 1 TOTINC + d 2 LEXPPA + d 3 DDF...(3.8) Parameter estimasi yang diharapkan: d 1, d 2, d 3 > 0 3. Pengeluaran pembangunan sektor luar pertanian (EXPPNA) EXPPNA = e 0 +e 1 TOTINC+e 2 DDF...(3.9) e 1, > 0, e 2 < 0

4 45 3. Pendapatan asli daerah (PAD) PAD = Retribusi + Pajak + LabaUsaha + PADLain2...(3.3) 4. Transfer (Transf) Transf = DAU + DAK + BH...(3.4) 5. Bagi hasil (BH) BH = BHP + BHB;...(3.5) 6. Total penerimaan daerah (TOTINC) TOTINC = PAD+Transf + Pinjam + RevLain + SisaLebih...(3.6) Pengeluaran Fiskal Daerah Blok pengeluaran fiskal daerah terdiri atas tiga persamaan struktural yaitu: persamaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan pengeluaran pembangunan sektor luar pertanian; dan dua persamaan identitas yaitu persamaan pengeluaran pembangunan dan persamaan total pegeluaran pemerintah daerah. 1. Pengeluaran rutin (EXPR) EXPR = c 0 + c 1 TOTINC + c 2 DDF...(3.7) Parameter estimasi yang diharapkan: c 1, c 2 > 0 2. Pengeluaran pembangunan sektor pertanian (EXPPA) EXPPA = d 0 + d 1 TOTINC + d 2 LEXPPA + d 3 DDF...(3.8) Parameter estimasi yang diharapkan: d 1, d 2, d 3 > 0 3. Pengeluaran pembangunan sektor luar pertanian (EXPPNA) EXPPNA = e 0 +e 1 TOTINC+e 2 DDF...(3.9) e 1, > 0, e 2 < 0

5 46 4. Total pengeluaran pembangunan (EXPP) EXPP = EXPPA + EXPPNA...(3.10) 5. Total pengeluaran (TOTEXP) TOTEXP = EXPR+EXPP...(3.11) Perekonomian Daerah Blok perekonomian daerah terdiri atas dua persamaan struktural yaitu persamaan produk domestik regional bruto (PDRB) dan total penyerapan tenaga kerja (TTK). 1. Produk domestik regional bruto (PDRB) PDRBA = f 0 + f 1 TKNA + f 2 TKA + + f 3 EXPPA + f 4 EXPPNA + f 5 DDF...(3.12) Parameter estimasi yang diharapkan: f 1, f 2,f 3, f 4 > 0, f 5 <0 2. Total penyerapan tenaga kerja (TTK) TTK = g 0 + g 1 PDRB + g 2 UMR + g 3 DDF...(3.13) Parameter estimasi yang diharapkan: g 1, g 3 > 0, g 3 <0 dimana: Transf = transfer BH = bagi hasil TOTINC = total penerimaan daerah EXPP = pengeluaran pembangunan TOTEXP = total pengeluaran daerah PDRB = produk domestik regional bruto TTK = total penyerapan tenaga kerja KPOP = kepadatan populasi LabaUsaha = laba usaha PADLain2 = pendapatan asli daerah lain yang sah DAU = dana alokasi umum

6 47 PAJAK = pajak BHP = bagi hasil pajak EXPR = pengeluaran rutin EXPPA = pengeluaran pembangunan sektor pertanian EXPPNA = pengeluaran pembangunan sektor luar pertanian PAD = pendapatan asli daerah DAK = dana alokasi khusus BHBP = bagi hasil bukan pajak PINJAM = pinjaman RevLain = penerimaan lainnya SisaLebih = sisa lebih anggaran tahun lalu TKA = penyerapan tenaga kerja sektor pertanian TKNA = penyerapan tenaga kerja sektor luar pertanian LPAJAK = lag pajak LBHP = lag bagi hasil pajak DDF = dummy desentralisasi fiskal 3.3. Prosedur Analisis Identifikasi dan Metode Estimasi Identifikasi model masih merupakan masalah dalam perumusan model, bukan masalah pendugaan ataupun penilaian model (Koutsoyiannis, 1977). Fungsi dari identifikasi model adalah untuk mengetahui apakah model tersebut dapat diduga atau tidak. Setelah mengetahui kondisi estimasi model, maka akan dapat ditentukan juga model estimasi apa yang digunakan dalam mengestimasi model. Identifikasi persamaan-persamaan dalam model adalah dengan syarat order condition. Secara matematis adalah sebagai berikut: (K M) > (G 1)...(3.14)

7 48 Keterangan: = Variabel endogen = Variabel eksogen Gambar 5. Keterkaitan Antar Blok dan Persamaan dalam Model Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah

8 49 dimana: K M G = jumlah total variabel variabel dalam model (endogen dan predetermined) = jumlah variabel (endogen dan eksogen) dalam persamaan yang diidentifikasi = jumlah total persamaan dalam model (jumlah total variabel endogen) Bila hasil identifikasi yang diperoleh (K M) < (G 1), maka persamaan disebut unidentified (tidak teridentifikasi); jika (K M) = (G 1), maka persamaan disebut exactly identified (teridentifikasi secara tepat); dan jika (K M) > (G 1), maka persamaan disebut overidentified (teridentifikasi secara berlebih). Berdasarkan perhitungan dengan metode order condition maka akan diperoleh tiga jenis identifikasi yakni (1) unidentified, (2) exactly identified, dan (3) over identified. Tiga jenis identifikasi tersebut akan menentukan teknik ekonometrik estimasi yang dapat digunakan untuk mengestimasi model. Berdasarkan status identifikasi terhadap persamaan-persamaan dalam model tersebut maka bila persamaan atau model secara keseluruhan under identified, maka model tersebut tidak dapat diduga parameternya dengan teknik ekonometrik manapun. Bila persamaan exactly identified maka teknik yang dapat digunakan dalam estimasi model adalah dengan ILS (inderict least squares) sedangkan jika over identified maka estimasi parameter dapat dilakukan dengan berbagai teknik ekonometrik seperti 2SLS (two stage least squares) atau 3SLS (three stage least squares). Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau overidentified agar dapat menduga parameter-parameternya.

9 50 Berdasarkan order condition, model terdiri dari 13 persamaan atau 13 variabel endogen (G) dan 13 predetermined variable yang terdiri dari 11 variabel eksogen dan 2 lag endogenous variabel. Total variabel dalam model (K) adalah 32 variabel, dengan jumlah variabel dalam persamaan (M) terbanyak adalah 5. hasil identifikasi terhadap persamaan-persamaan dalam model berdasarkan order condition menujukan bahwa setiap persamaan struktural dalam model yang digunakan adalah over identified. Dengan model yang over identified maka estimasi model dapat dilakukan dengan menggunakan 2 SLS (Two Stage Least Squares), 3SLS (Three Stage Least Squares), LIML (Limited Information Maximum Likelihood) atau FIML (Full Information Maximum Likelihood). Dalam penelitian ini, estimasi model yang dipilih adalah 2 SLS karena model ini memiliki kelebihan dari model yang lain yaitu dapat menghasilkan taksiran yang konsisten, lebih sederhana dan lebih mudah (Gujarati, 1999). Estimasi model dilakukan dengan program komputer SAS/ETS versi 8 dengan prosedur SYSLIN (System Linear) seperti yang terlihat pada Lampiran Validasi Model Validasi model bertujuan untuk mengetahui tingkat representasi model dibandingkan dengan dunia nyata sebagai dasar untuk melakukan simulasi. Untuk ini digunakan beberapa kriteria statistik terhadap pendugaan model ekonometrika yang bersangkutan, antara lain Root Mean Squares Error (RMSE), Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) dan U-Theil s Inequality Coefficent (U) (Pindyck and Rubinfield, 1991). RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam

10 51 ukuran relatif (persen), atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Nilai U-Theil s bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien U-Theil s berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan model naif. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U- Theil s maka pendugaan model makin baik. Validasi model dilakukan dengan program komputer SAS/ETS versi 8 dengan prosedur SIMNLIN (Simulation Non Linier) seperti yang terlihat pada Lampiran Simulasi Model Model yang telah divalidasi dan memenuhi kriteria ekonomi dan statistik, digunakan sebagai model dasar untuk analisis simulasi. Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak kebijakan desentralisasi fiskal terhadap peubah terikat. Simulasi dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu simulasi perubahan penerimaan daerah dan simulasi perubahan pengeluaran daerah. Contoh simulasi model dengan program komputer SAS/ETS dapat dilihat pada Lampiran Simulasi Perubahan Penerimaan Fiskal Daerah Persentase perubahan penerimaan fiskal daerah didasarkan pada perkembangan masing-masing peubah tahun Penggunaan data dua tahun terakhir dimaksudkan untuk melihat dampak kebijakan desentalisasi fiskal berupa perkembangan penerimaan pemerintah daerah setelah berjalannya desentralisasi fiskal. Perhitungan dari perubahan persentase ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Simulasi perubahan penerimaan daerah terdiri atas: 1. Peningkatan dana alokasi umum (DAU) sebesar 10 persen 2. Peningkatan pajak daerah sebesar 16 persen

11 52 3. Peningkatan bagi hasil pajak (BHP) sebesar 16 persen 4. Peningkatan retribusi sebesar 15 persen. 2. Simulasi Perubahan Pengeluaran Fiskal Daerah Persentase perubahan pengeluaran fiskal daerah pada simulasi pertama (S1) didasarkan pada perkembangan masing-masing komponen pengeluaran tahun Penggunaan data dua terakhir dimaksudkan untuk melihat dampak kebijakan desentralisasi fiskal berupa perkembangan pengeluaran pemerintah daerah. Pertimbangan persentase perubahan pengeluaran fiskal daerah pada simulasi ke dua (S2) dalah untuk melihat dampak dari realokasi pertumbuhan pengeluaran rutin yang lebih besar ke pengeluaran sektor pertanian, sedangkan pertimbangan persentase perubahan pengeluaran fiskal daerah pada simulasi ke tiga (S3) adalah untuk melihat dampak dari realokasi pengeluaran rutin yang lebih besar ke pengeluaran sektor luar pertanian. Perhitungan dari perubahan persentase ini dapat dilihat pada lampiran 3. Simulasi perubahan penerimaan daerah terdiri atas: 1. Peningkatan pengeluaran rutin sebesar persen, peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar persen, peningkatan pengeluaran sektor luar pertanian sebesar 4.5 persen. 2. Peningkatan pengeluaran rutin sebesar 7.16 persen, peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar persen, dan peningkatan pengeluaran sektor luar pertanian sebesar 10 persen. 3. Peningkatan pengeluaran rutin sebesar 7.16 persen, peningkatan pengeluaran sektor luar pertanian sebesar persen, dan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar persen.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan Kementrian Keuangan. Data yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia tahun 2005-2009 yang diperoleh dari Dirjen Perimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Di dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi daerah seluas-luasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonometrika merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang menggunakan alat analisis matematika dan statistika dalam menganalisis masalah ekonomi secara kuantitatif

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI Oleh : IPA ROMIKA J2E004230 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 55 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka, teori-teori ekonomi makro, dan kerangka logika yang digunakan, terdapat saling keterkaitan antara komponen perekonomian makro

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN 5.1. Hasil Estimasi Model Ekonometrika Setelah dilakukan respesifikasi-respesifikasi terhadap model desentralisasi fiskal Provinsi Riau, diperoleh

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0 12' - 8 lintang selatan dan 116 48' - 122 36' bujur timur. Luas wilayahnya 62 482.54 km². Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML)

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) 3.1 Model Persamaan Simultan Model persamaan simultan adalah suatu model yang memiliki lebih dari satu persamaan yang saling terkait. Dalam model

Lebih terperinci

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2) ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor (nasabah Bank Rakyat Indonesia dijadikan sebagai responden).

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 52-58 PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB Soemartini Statistika FMIPA UNPAD Email: tine_soemartini@yahoo.com

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series 35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai 2010. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

Model Persamaan Simultan

Model Persamaan Simultan Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN Oleh: M. Rondhi, Ph.D Standar Kompetensi Kompetensi dasar Metode Pembelajaran : Mahasiswa dapat menganalisis model simultan : 1. Mahasiswa menjelaskan contoh perekonomian

Lebih terperinci

DAMPAK TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO,PAJAK, INVESTASI, DAN UPAH DI KOTA BATAM

DAMPAK TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO,PAJAK, INVESTASI, DAN UPAH DI KOTA BATAM DAMPAK TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO,PAJAK, INVESTASI, DAN UPAH DI KOTA BATAM Albert Gamot Malau (Albert@ut.ac.id) Program Studi Agribisnis - Universitas Terbuka

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1. Spesifikasi Model Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu

Lebih terperinci

VII. DAMPAK TRANSFER FISKAL TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

VII. DAMPAK TRANSFER FISKAL TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA VII. DAMPAK TRANSFER FISKAL TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA Secara teoritis, tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif atau skenario kebijakan dengan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil mencakup wilayah Indonesia dengan basis analisis pada masing-masing sektor yang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,

Lebih terperinci

IV. KONDISI FISKAL PEMERINTAH DAERAH

IV. KONDISI FISKAL PEMERINTAH DAERAH IV. KONDISI FISKAL PEMERINTAH DAERAH 4.1. Kondisi Penerimaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999, penerimaan pemerintah daerah terdiri atas: (1) pendapatan asli daerah, (2) dana

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber. Data deret waktu (time series) meliputi data tahunan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel ekonomi tidak hanya bersifat satu arah namun bersifat saling mempengaruhi. Dalam bahasa ekonometrika

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. MEODOLOGI PENELIIAN 91 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa engah dengan pertimbangan wilayah Jawa engah merupakan salah satu sentra berbagai kegiatan usaha kecil yang dinamis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Model dapat diartikan sebagai suatu penjelasan dari fenomena nyata sebagai suatu sistem atau proses yang sistematis (Koutsoyiannis, 1977). Suatu model merupakan

Lebih terperinci

4. METODOLOGI. Jenis dan Sumber Data. Cakupan Data

4. METODOLOGI. Jenis dan Sumber Data. Cakupan Data 63 Cakupan Data 4. METODOLOGI Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dari dua sumber utama yaitu Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) dan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang 62 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang berada di sekitar wilayah pembangunan proyek LNG Tangguh yaitu di Desa Tanah

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD

ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD Oleh : Miftakhuddin 1 dan Abdul Kohar Mudzakir 2 1).Lembaga hukom adat laot/panglima laot aceh, Jl. T.Nyak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan mengkaji kinerja perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sebelum desentralisasi fiskal tahun 1994 2000 dan setelah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Studi dilaksanakan pada bulan Februari 004 sampai dengan Maret 004 di Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Sri Menanti, Kecamatan Rumbai, Kota

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015 DAMPAK FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA : ANALISIS MODEL EKONOMETRIKA Zainuddin 1 Abstract Model systems of simultaneous equations were built to analyze the impact

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND ISBN : 9786023610020 ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND Arya Fendha Ibnu Shina 1, Setiawan 2 Mahasiswa Jurusan Statistika Institut Teknologi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

VII. ANALISIS KEBIJAKAN VII. ANALISIS KEBIJAKAN 179 Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah dari salah satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB IV METODA PENELITIAN BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan kateristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Aktivitas ekonomi sangat bergantung kepada minyak bumi. Minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Aktivitas ekonomi sangat bergantung kepada minyak bumi. Minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas ekonomi sangat bergantung kepada minyak bumi. Minyak bumi adalah sumber bahan bakar minyak (BBM) untuk beragam kegiatan ekonomi. Dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

ISSN : INFO KAJIAN

ISSN : INFO KAJIAN .. ISSN : 1693-7422 '. INFO KAJIAN Daftar Isi Pengantar Redaksi... ii 1. Pengembangan Model Investasi Regional... 1 2. Pengembangan Model Analisis Perdagangan dan Investasi... 21 3. Analisis Korelasi Antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Persamaan Simultan Penelitian ini menganalisis perilaku kebijakan fiskal, khususnya komposisi belanja Pemerintah. Permasalahan yang dihadapi adalah format kebijakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Departemen Kesehatan. Data yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam

IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam IV. METODE PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam menganalisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap makroekonomi

Lebih terperinci

ANALISA PERSAMAAN SIMULTAN

ANALISA PERSAMAAN SIMULTAN ANALISA PERSAMAAN SIMULTAN 1. PEMBUATAN MODEL Persamaan simultan merupakan persamaan yang terdiri dari lebih dari satu persamaan, dimana salah satunya merupakann persamaan identitas, sedangkan persamaan

Lebih terperinci

Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian Fiskal adalah:

Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian Fiskal adalah: III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Analisis 3.1.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten di Provinsi Lampung berjumlah 14 kabupaten dan kota. Sampel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan 1 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa Khoiruroh, Setiawan Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan permasalahan jangka panjang yang menjadi tolak ukur dalam mengukur

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Oleh: Ainul Fatwa Khoiruroh (1310100096) Pembimbing: Dr. Setiawan, M.S. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak bergulirnya era reformasi pasca runtuhnya tembok kekuasaan pemerintahan orde baru. Dalam perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN KINERJA FISKAL DAN PENGARUH TRANSFER TERHADAP KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH OLEH KHURUM MAQSUROH H

ANALISIS PEMETAAN KINERJA FISKAL DAN PENGARUH TRANSFER TERHADAP KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH OLEH KHURUM MAQSUROH H ANALISIS PEMETAAN KINERJA FISKAL DAN PENGARUH TRANSFER TERHADAP KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH OLEH KHURUM MAQSUROH H14104008 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE PENDUGAAN 2SLS DAN 3SLS UNTUK KESEJAHTERAAN NELAYAN DI INDONESIA WIDYAWAN CANDRA YUNIANTO

PEMODELAN PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE PENDUGAAN 2SLS DAN 3SLS UNTUK KESEJAHTERAAN NELAYAN DI INDONESIA WIDYAWAN CANDRA YUNIANTO PEMODELAN PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE PENDUGAAN 2SLS DAN 3SLS UNTUK KESEJAHTERAAN NELAYAN DI INDONESIA WIDYAWAN CANDRA YUNIANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 20 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian 205 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis atas data yang telah ditabulasi berkaitan dengan dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB, TENAGA KERJA, DAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB, TENAGA KERJA, DAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB, TENAGA KERJA, DAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH SISKA PERMATA INDAH H14070055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

2. Satu atau Iebih variabel bebas (X): yang menjelaskan. 3. Hubungan sebab akibat hanya satu arah: dan X ke Y Tidak ada feedback

2. Satu atau Iebih variabel bebas (X): yang menjelaskan. 3. Hubungan sebab akibat hanya satu arah: dan X ke Y Tidak ada feedback MODEL PERSAMAAN SIMULTAN Model SATU Persamaan Karakteristik : 1. Satu variabel terikat (Y): yang dijelaskan 2. Satu atau Iebih variabel bebas (X): yang menjelaskan 3. Hubungan sebab akibat hanya satu arah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu asas pembangunan daerah adalah desentralisasi. Menurut ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi yaitu penyerahan

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : S - 10 APLIKASI METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN (Studi Kasus : Data Stok Uang, PDRB, dan Konsumsi Rumah Tangga Di DIY) Eka Septiana 1, Retno

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B ANALISIS KEMANDIRIAN DAN KINERJA KEUANGAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA, SEMARANG, DAN SURAKARTA TAHUN 2001-2006 SKRIPSI Disusun dan diajukan Guna Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

PENGARUH BEA KELUAR MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH TERHADAP HARGA MINYAK GORENG DANDY DHARMAWAN

PENGARUH BEA KELUAR MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH TERHADAP HARGA MINYAK GORENG DANDY DHARMAWAN PENGARUH BEA KELUAR MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH TERHADAP HARGA MINYAK GORENG DANDY DHARMAWAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Model persamaan struktural atau Structural Equation Model (SEM) adalah teknik statistik untuk menguji dan memperkirakan hubungan kausal dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia merupakan upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara secara keseluruhan.

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh dan Kementrian Keuangan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Reformasi yang telah terjadi membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang sentralisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menguji teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR DAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Rizki Gemala Busyra Fakultas Pertanian Universitas Batnghari Email

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H

ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H14053127 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Rohil , , ,596,

LAMPIRAN. Rohil , , ,596, Lampiran. Data Analisis Pembangunan Perikanan di Provinsi Riau LAMPIRAN No Kab/Kota PB RTB PT LPU GP TPI PPI BBI PBI Rohil 764.7,537.00 47,343.70 06.00 3.43 0.00 3.00 0.00 3,596,00.00 Bengkalis,90.00,0.00,345.50

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diambil dari beberapa instansi negara yakni Departemen Keuangan, Badan Kepegawaian

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Disusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan SIMULASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI System of Rice Intensification (SRI) - Non SRI (Studi Kasus di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan) Disusun Oleh: Wenny Mamilianti

Lebih terperinci

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia (ECONOMETRIC MODEL: SIMUTANEOUS EQUATION MODEL) The title of paper: ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia OLEH: S U R I A N I NIM: 1509300010009 UNIVERSITAS SYIAH KUALA PROGRAM DOKTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semenjak reformasi, akuntansi keuangan pemerintah daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi perhatian besar

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-200 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik karena adanya beberapa faktor sumber daya yang mampu menggerakkan jalannya organisasi pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu daerah atau negara yang diiukur dari perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari berbagai lembaga pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menempuh babak baru dalam kehidupan masyarakatnya dengan adanya reformasi yang telah membawa perubahan segnifikan terhadap pola kehidupan baik

Lebih terperinci

DAMPAK PENGEMBANGAN INDUSTRI BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT TERHADAP PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA ABSTRACT

DAMPAK PENGEMBANGAN INDUSTRI BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT TERHADAP PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA ABSTRACT DAMPAK PENGEMBANGAN INDUSTRI BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT TERHADAP PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA IMPACT OF PALM OIL BASED BIODIESEL INDUSTRY DEVELOPMENT ON PALM OIL

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (The Impacts of Government s Policies on Cassava Economic Stockhorders Welfare In Lampung Provience) Septaria

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Pengelolaan Pendapatan Daerah Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara bahwa Keuangan Daerah

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI RIAU. The Impact of Fiscal Policy on Performance of Agriculture in Riau Province

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI RIAU. The Impact of Fiscal Policy on Performance of Agriculture in Riau Province Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (233 248) ISSN 0215-2525 DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI RIAU The Impact of Fiscal Policy on Performance

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari badan pusat statistik (BPS) kabupaten Lampung Tengah. B. Batasan Variabel

Lebih terperinci