BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 62 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif Responden Dari 105 kuesioner yang dikembalikan oleh responden, dapat diketahui bahwa karyawan terbagi dalam beberapa unit kerja di KPSBU Jabar, yaitu unit inseminasi buatan dan kesehatan hewan, pengolahan susu, produksi susu, administrasi dan keuangan, pelayanan keuangan, pengembangan wilayah, waserda, personalia dan kesekretariatan, makanan ternak, laboratorium dan quality control, pembibitan, dan internal audit. Berdasarkan hal tersebut dari pendapat 105 responden yang dilibatkan dalam penelitian ini, dapat memberikan gambaran mengenai model pengembangan modal insani yang dapat memberikan dampak pada peningkatan produktivitas organisasi dan peningkatan pendapatan yang diterima oleh karyawan Jenis Kelamin Responden Dari 105 responden yang merupakan karyawan KPSBU Jabar, bahwa terdapat 15 responden berjenis kelamin perempuan atau sekitar 14% dari responden dan 90 responden berjenis kelamin laki-laki atau sekitar 86%. Jumlah responden laki-laki yang ternyata 6 kali lipat lebih banyak dibandingkan responden yang berjenis kelamin perempuan salah satunya disebabkan oleh jenis pekerjaan yang terdapat di KPSBU Jabar sebagaian besar merupakan jenis pekerjaan lapangan yang membutuhkan tenaga dan keahlian yang dimiliki laki-laki. Seperti misalnya pada unit Produksi susu, Pengolahan susu, Inseminasi Buatan dan Kesehatan Hewan. Berdasarkan hasil wawancara, karyawan berjenis kelamin perempuan lebih banyak dipekerjakan sebagai staf administrasi di kantor KPSBU Jabar Unit Kerja Responden Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang didapat, jumlah 105 responden berasal dari unit kerja yang berbeda. Setiap unit kerja rata-rata terbagi dalam empat klasifikasi posisi, misalnya kepala bagian, kepala sub bagian, kepala urusan, dan staf

2 63 biasa. Unit produksi susu merupakan unit yang memiliki jumlah karyawan terbanyak juga sekaligus yang paling banyak mengumpulkan kuesioner, yaitu sebanyak 36 orang atau 34% dari total responden. Unit kerja produksi susu memiliki jumlah karyawan paling banyak karena pada unit kerja ini membawahi berbagai karyawan dengan berbagai macam jenis pekerjaan misalnya, staf administrasi, petugas CIP/BPS, sopir Jakarta dan daerah, PAD, penyuluh, tester, montir, dan teknisi. Selanjutnya diikuti oleh unit inseminasi buatan dan kesehatan hewan sebanyak 21 orang responden atau 20% dari total responden. Kemudian sebanyak 9% diwakili olah unit pengolahan susu, masing-masing 7% untuk unit personalia dan administrasi keuangan, 4% untuk unit korwil, masing-masing dengan porsi 3% pada unit pelayanan dan keuangan, laboratorium dan quality control, waserda, dan makanan ternak. Sedangkan untuk unit audit internal sebanyak 2% dan sisanya sebanyak 5% merupakan gabungan dari unit lainnya. Secara lebih rinci persentase jumlah responden yang tersebar dalam beberapa unit kerja digambarkan pada Gambar 5 berikut ini. Unit Kerja Responden Series1 Gambar 5. Persentase Unit Kerja Responden

3 Usia Responden Informasi mengenai usia dari karyawan yang bekerja pada KPSBU Jabar didapatkan dari kuesioner yang telah diisi oleh 105 responden. Usia termuda yang didapat dari hasil kuesioner adalah berusia 20 tahun, sedangkan usia paling tua didapat pada rentang di atas 60 tahun. Akan tetapi jumlah tarbanyak yang bekerja pada KPSBU Jabar berada pada rentang usia 21 sampai 30 tahun. Secara lebih rinci informasi mengenai usia karyawan dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini. Kelompok Usia Responden < >60 Series1 Gambar 6. Persentase Kelompok Usia Responden Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini yang berasal dari KPSBU Jabar sebanyak 43% berada pada rentang usia tahun. Selanjutnya sebanyak 35% dari responden berada pada rentang usia tahun, 16% berada pada rentang usia tahun, 4% berada pada rentang usia tahun, sedangkan sebanyak 1% untuk usia di bawah 21 tahun dan sebanyak 1% lagi untuk usia di atas 60 tahun.

4 Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan dari 105 karyawan KPSBU Jabar yang menjadi responden penelitian beragam mulai dari tingkat SD, SMP, SMU, Diploma, dan Sarjana. Berdasarkan informasi yang didapat dari jawaban kuesioner, diketahui bahwa sebagian besar karyawan KPSBU Jabar berasal dari tingkat pendidikan SMU sebanyak 73 orang. Banyaknya karyawan yang memiliki tingkat pendidikan sampai SMU saja disebabkan oleh banyaknya jenis pekerjaan teknis, seperti pada unit Produksi Susu dimana banyak karyawan lapangan yang memerlukan jumlah karyawan yang cukup banyak dan tidak menuntut tingkat pendidikan yang terlalu tinggi karena bersifat keterampilan. Dan keterampilan para karyawan tersebut dapat meningkat seiring dengan lamanya mereka bekerja. Walaupun hanya berlatar belakang pendidikan setingkat SMU, karyawan tersebut tetap mendapatkan pembekalan berupa pelatihan-pelatihan sehingga para karyawan mampu memberikan kinerja yang maksimal bagi KPSBU Jabar. Tingkat pendidikan dari karyawan KPSBU Jabar secara lebih rinci disajikan pada Gambar 7. Pendidikan Responden SD SMP SMU Diploma S1 Series1 Gambar 7. Persentase Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat disimpulkan bahwa dari karyawan KPSBU Jabar yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar yaitu

5 66 sebanyak 69% berada pada tingkat SMU, berikutnya pada tingkat sarjana, yaitu sebanyak 11%, masing-masing sebanyak 9% pada tingkat pendidikan Diploma dan SMP, sedangkan untuk pendidikan SD sebanyak 2%. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh karyawan KPSBU Jabar pada akhirnya dapat menentukan posisi jabatannya. Misalnya saja untuk karyawan yang memiliki tingkat pendidikan terakhir sarjana akan mempunyai peluang menjadi manajer atau kepala bagian pada 0 tahun ia bekerja. Lain halnya dengan lulusan SMU, SMP, dan SD apabila ingin mencapai posisi tersebut. Bagi karyawan yang memiliki pendidikan akhir sampai SMU memiliki peluang untuk menjadi kepala bagian hanya jika karyawan tersebut sudah bekerja selama 10 tahun, bagi pendidikan terakhir SMP harus sudah bekerja selama 15 tahun, sedangkan untuk pendidikan akhir SD harus sudah menempuh 20 tahun bekerja. Akan tetapi pemberian posisi sebagai kepala bagian tidak hanya ditentukan oleh lama bekerja saja tetapi diperhitungkan juga mengenai kompetensi yang dimilikinya Masa Kerja Responden Informasi yang didapat dari responden yang menjawab kuesioner penelitian ini mengenai masa kerja karyawan KPSBU Jabar paling banyak karyawan bekerja lebih atau sama dengan 5 tahun sebanyak 52%. Hal ini disebabkan KPSBU Jabar sudah lama berdiri, yaitu pada tahun 1971 dan tingkat keloyalan karyawan termasuk tinggi. Kemudian selanjutnya di bawah 3 tahun sebanyak 18%, di bawah 5 tahun sebanyak 10%, di bawah 1 tahun sebanyak 3%, dan sebanyak 2% untuk karyawan yang mempunyai masa kerja antara 1 sampai 2 tahun. Secara lebih rinci peresentase masa kerja responden digambarkan pada Gambar 8.

6 67 Masa Kerja Responden < < 3 < 4 < 5 5 TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN Series1 Gambar 8. Persentase Masa Kerja Responden Pendapatan Responden Berdasarkan informasi yang didapat dari responden yang terlibat dalam penelitian ini, jumlah pendapatan karyawan per bulan yang diperoleh dari hasil bekerja di KPSBU Jabar memiliki jumlah yang beragam, yaitu mulai dari di bawah satu juta rupah, di bawah dua juta rupiah, di bawah tiga juta rupiah, di bawah empat juta rupiah, dan di bawah 5 juta rupiah. Beragamnya jumlah pendapatan yang diterima karyawan KPSBU Jabar dapat ditentukan oleh beberapa hal, misalnya saja berdasarkan pendidikan, posisi jabatan pekerjaannya, lama bekerja, dan insentif yang diberikan apabila bekerja lembur. Menurut hasil wawancara, selain program dari pemerintah mengenai kenaikan upah berdasarkan UMR (Upah Minimun Regional) atau UMK (Upah Minimum Kota) bagi karyawan tetap KPSBU Jabar akan diberikan kenaikan gaji, yang dinamakan kenaikan berkala, setiap tahunnya sebesar 5-15% dari gaji pokok berdasarkan masa kerja. Dengan kata lain semakin lama karyawan bekerja maka akan semakin tinggi kenaikan berkala dari pendapatannya. Dari jawaban kuesioner yang didapat tercatat paling banyak karyawan menerima kompensasi atau pendapatan yang berasal dari hasil bekerja di KPSBU Jabar, yaitu sebanyak 62% pada pendapatan kurang dari dua juta rupiah. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya karyawan yang memiliki tingkat pendidikan akhir sampai SMU saja. Kemudian sebanyak 19% pada pendapatan di bawah satu juta rupiah, 14% untuk pendapatan di bawah tiga juta rupiah, 4% untuk pendapatan di bawah empat

7 68 juta rupiah, dan sebanyak 1% untuk pendapatan di bawah 5 juta rupiah. Jumlah pendapatan atau kompensasi yang diterima oleh karyawan KPSBU Jabar yang menjadi responden penelitian ini secara lebih rinci digambarkan pada Gambar 9 berikut ini. Pendapatan Responden < 1 JUTA < 2 JUTA < 3 JUTA < 4 JUTA < 5 JUTA Series1 Gambar 9. Persentase Jumlah Pendapatan Responden Pengeluaran Responden Berdasarkan hasil jawaban dari responden yang menjawab kuesioner, didapat hasil bahwa sebagaian besar rata-rata pengeluaran rutin setiap bulan responden adalah sebesar kurang dari dua juta rupiah, yaitu sebanyak 49%. Selanjutnya diikuti sebanyak 29% dengan pengeluaran di bawah satu juta rupiah. Hal ini dapat disebabkan oleh biaya hidup di daerah Lembang tidak terlalu besar karena Lembang merupakan salah satu wilayah dari kabupaten Bandung yang akan jauh berbeda bila dibandingkan dengan biaya hidup di kota Bandung. Setelah itu, sebanyak 18% dengan pengeluaran rutin kurang dari tiga juta rupiah, 4% dengan pengeluran rutin di bawah empat juta rupiah. Secara lebih rinci persentase jumlah pengeluaran rutin karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 10.

8 69 Pengeluaran Responden < 1 JUTA < 2 JUTA < 3 JUTA < 4 JUTA Series1 Gambar 10. Persentase Jumlah Pengeluaran Rutin per Bulan Responden 5.2 Hasil Analisis Structural Equation Modeling Analisis Kecocokan Model Struktural Penelitian (Goodness of Fit Analysis) Model pengukuran (measurement model) merupakan bagian dari model SEM yang terdiri dari variabel laten dan beberapa indikator. Adapun tujuan dari analisis model pengukuran adalah untuk mengetahui seberapa tepat indikator-indikator tersebut dapat menjelaskan variabel laten yang ada. Dalam praktiknya terdapat beberpa alat uji model yang terbagi dalam: 1. Absolute Fit Indices Pada pengujian dengan alat ini akan membandingkan secara langsung matrik kovarians sampel dengan estimasi. Berdasarkan hal tersebut maka alat pengujian ini merupakan dasar dari semua alat uji yang lain. Salah satu alat uji goodness of fit utama pada absolute fit indices adalah chi square (χ 2 ) yang juga merupakan alat pengujian utama measurement model. Kemudian juga terdapat alat uji, yaitu Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), dan Root Mean Residual (RMR).

9 70 a) Chi Square (χ 2 ) Tujuan dari pengujian chi square adalah untuk mengetahui apakah matriks kovarian sampel berbeda secara signifikan dengan matriks kovarian estimasi. Adapaun proses pengujian chi square, yaitu: 1) Hipotesis H 0 : Matriks kovarians sampel tidak berbeda dengan matriks kovarians estimasi. H 1 : Matriks kovarians sampel berbeda secara signifikan dengan matriks kovarians estimasi. 2) Pembandingan χ 2 tabel dengan χ 2 hitung Dasar pengambilan keputusan pada pembandingan χ 2 tabel dengan χ 2 hitung adalah: Jika χ 2 hitung < χ 2 tabel, maka H 0 diterima. Jika χ 2 hitung > χ 2 tabel, maka H 0 ditolak. 3) Angka probabilitas pada output AMOS Jika p > 0,05 maka H 0 diterima Jika p < 0,05 maka H 0 ditolak Pada penelitian ini, nilai χ 2 yang diperoleh (dalam ouput AMOS disebut dengan CMIN) adalah sebesar 605, 838. Apabila nilai χ 2 pada model penelitian kecil maka akan semakin bagus sehingga dapat disimpulan bahwa nilai χ 2 yang didapat dari model penelitian ini adalah kurang bagus (poor fit). Hal ini didukung melalui pembandingan antara χ 2 tabel (dengan derajat kebebasan 184), yaitu sebesar 216,6492 dengan χ 2 hitung yang ternyata jauh lebih besar serta nilai p yang kurang dari 0,05 (sebesar 0,00). Sehingga berdasarkan pengujian hipotesis pada chi square, H 0 ditolak yang berarti matriks kovarians sampel berbeda secara signifikan dengan matriks kovarians estimasi. Namun, nilai χ 2 sangat sensitif dengan ukuran sampel. Jika semakin besar ukuran sampel maka nilai χ 2 akan semakin besar pula

10 71 (Jöreskog & Sorbom yang disitasi Byrne 2010). Oleh karena itu, pengujian dengan hanya menggunakan nilai χ 2 belum mencukupi untuk menilai suatu model SEM maka dibutuhkan alat uji yang lain. b) Goodness of Fit Index (GFI) dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) (Santoso 2011) Alat uji GFI dan AGFI merupakan ukuran non statistikal yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varian dalam sebuah matriks kovarian sampel. Berdasarkan hasil output AMOS dari penelitian ini, didapat nilai GFI sebesar 0,654 dan AGFI sebesar 0,566 yang menunjukkan bahwa model memiliki tingkat kecocokan yang termasuk dalam kategori sedang (moderate fit). c) Root Mean Residual (RMR) Alat uji ini pada dasarnya menghitung selisih kovarian sampel dengan kovarian estimasi. Tingkat kecocokan model pada uji RMR menunjukkan bahwa semakin kecil nilai RMR maka model tersebut akan semakin baik (good fit). Pada penelitian ini, nilai RMR yang terdapat pada output AMOS menunjukkan 0,143. Mengacu pada kisaran nilai RMR, yaitu antara 0 sampai dengan 1, maka dapat disimpulkan model penelitian ini mempunyai tingkat kecocokan yang baik (good fit). 2. Incremental Fit Indices Alat uji yang digunakan pada kelompok ini adalah dengan cara membandingkan antara model yang diujikan (default model) dengan null model (independence model). Independence model adalah hasil pengujian pada kondisi dimana setiap variabel indikator dianggap tidak berhubungan dengan variabel konstruk (laten) nya; juga tidak ada hubungan antarvariabel konstruk. Beberapa alat uji yang termasuk pada kelompok ini adalah Normed Fit Index (NFI) dan Comparative Fit Index (CFI).

11 72 a) Normed Fit Index (NFI) Indeks ini pada dasarnya membandingkan χ 2 hitung pada berbagai model. Pada output AMOS dari penelitian ini nilai χ 2 hitung untuk default model adalah sebesar 605,838 sedangkan χ 2 hitung untuk independence model adalah sebesar 1313,804 sehingga nilai NFI dapat dihitung dengan cara: NFI = (1313, ,838) = 0, ,838 Angka NFI juga dapat ditemukan pada hasil output AMOS di bagian Baseline Comparison yang menunjukkan nilai sebesar 0,539. Kisaran nilai NFI adalah antara 0 sampai dengan 1, dengan nilai yang lebih tinggi adalah lebih baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan model penelitian ini mempunyai tingkat kecocokan yang sedang (moderate fit). b) Comparative Fit Index (CFI) Indeks ini pada dasarnya membandingkan angka NCP (Non Centrality Parameter) pada berbagai model. Pada output AMOS dari penelitian ini nilai NCP pada default model adalah sebesar 421,838 sedangkan pada independence model adalah sebesar 1103,804 sehingga nilai CFI dapat dihitung dengan cara: CFI = (1103, ,838) = 0, ,804 Angka CFI pada output AMOS di bagian Baseline Comparison juga menunjukkan angka yang sama, yaitu 0,618. Sama halnya dengan NFI, kisaran nilai CFI juga berada antara 0 sampai dengan 1, dengan nilai yang lebih tinggi adalah lebih baik. Sehingga, dapat disimpulkan model penelitian ini mempunyai tingkat kecocokan yang sedang (moderate fit).

12 73 3. Parsimony Fit Indices Alat ukur yang termasuk dalam kategori ini adalah PRATIO (Parsimony Ratio), PNFI, dan PCFI. Hasil output AMOS dari penelitian ini menunjukkan nilai Pratio sebesar 0,871, nilai PNFI sebesar 0,471, dan nilai PCFI sebesar 0,540. Berdasarkan hal tersebut maka model penelitian tetap fit karena angka berada pada range values, yakni antara 0 sampai dengan Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Nilai RMSEA menunjukkan rata-rata perbedaan per degree of freedom yang diharapkan dalam populasi bukan pada sampel. Berdasarkan hasil output AMOS dari penelitian ini, nilai RMSEA yang didapat sebesar 0,149. Kisaran nilai 0,08 RMSEA 0,1 berarti moderate fit; RMSEA 0,1 berarti poor fit (Mac Callum yang disitasi oleh Byrne 2001). Sehingga dapat disimpulkan dengan menggunakan alat uji ini, model penelitian ini termasuk dalam kategori kurang baik (poor fit). 5. Aikake Information Criterion (AIC) AIC merupakan informasi berdasarkan statistical information theory dan digunakan untuk membandingkan beberapa model (saturated dan independence model) dengan jumlah konstruk yang berbeda. AIC tidak berkaitan dengan ukuran sampel. Nilai AIC model yang lebih kecil daripada AIC yang diperoleh pada saturated dan independence model mengindikasikan bahwa model adalah fit. Berdasarkan hasil output AMOS nilai AIC model adalah sebesar 699,136, AIC pada model saturated sebesar 462,000, dan AIC pada model independence sebesar 1355,804. Meskipun nilai AIC model tidak lebih kecil dari model saturated nya tetapi masih dalam range value, sehingga dapat dikatakan moderate fit. 6. Expected Cross-Validation Index (ECVI) Proses pembandingan ECVI sama halnya dengan AIC, yaitu membandingkan antara saturated model dan independence model. Berdasarkan hasil output AMOS nilai ECVI model sebesar 6,722, ECVI pada saturated adalah sebesar 4,442, dan nilai ECVI pada independence model adalah sebesar 13,037.

13 74 Meskipun nilai ECVI model tidak lebih kecil dari model saturated nya tetapi masih dalam range value, sehingga dapat dikatakan moderate fit. Berdasarkan pemaparan di atas, uji kecocokan model penelitian ini (goodness of fit) secara ringkas ditampilkan pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Hasil Uji Kecocokan Model Struktural Goodness of Fit Target tingkat Hasil estimasi Tingkat kecocokan Index kecocokan Poor fit GFI GFI 0,90 (good fit) 0,654 Moderate fit AGFI 0,90 (good AGFI 0,566 Moderate fit fit) Kisaran 0-1; lebih RMR kecil lebaih baik 0,143 Good fit NFI NFI 0,90 0,539 Moderate fit CFI CFI 0,90 0,618 Moderate fit PRATIO Kisaran 0-1 0,871 Close fit RMSEA 0,05: good fit; 0,08 RMSEA 0,149 Poor fit RMSEA 0,1: poor fit Nilai yang kecil dan M: 699,136 AIC mendekati AIC S: 462,000 Moderate fit saturated I: 1355,804 Nilai yang kecil dan M: 6,722 ECVI mendekati ECVI S: 4,442 Moderate fit saturated I: 13,037 Sumber :Byrne (2010) Keterangan : M = Model, S = Saturated, I = Independence Berdasarkan analisis uji kecocokan model (goodness of fit) pada Tabel 10 di Chi square (χ 2 ) RMSEA Nilai yang kecil 0,1: M: 605, 838 moderate fit; I:1313, 804 atas maka dapat disimpulkan bahwa kecocokan model penelitian ini berada pada kategori sedang (moderate fit) sehingga dibutuhkan analisis lebih lanjut. Oleh karena itu, analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis confirmatory factor analysis dan multiple regression analysis.

14 Analisis Hubungan antara Konstruk dan Indikator Analisis hubungan antara konstruk dan indikatornya dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis). Analisis ini merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menguji indikator-indikator yang membentuk variabel laten atau konstruk laten. Dimensi yang digunakan dalam sebuah model perlu dikonfirmasi apakah dimensi tersebut dapat menjelaskan suatu konstruk yang merupakan unobserved variable. Dengan melakukan CFA, dapat saja sebuah indikator dianggap tidak secara kuat berpengaruh atau dapat menjelaskan sebuah konstruk. Dalam penelitian ini, analisis faktor dilakukan pada beberapa konstruk laten, yaitu konstruk sekolah atau pendidikan formal, konstruk pelatihan umum, konstruk pelatihan khusus, konstruk pengetahuan lain, konstruk modal insani, konstruk peningkatan produktivitas dan laba, dan konstruk peningkatan gaji dan pendapatan karyawan Konstruk Sekolah atau Pendidikan Formal Konstruk sekolah atau pendidikan formal terdiri dari 3 indikator, yaitu jabatan/posisi karyawan sesuai dengan latar belakang pendidikan (X 1 ), beban kerja karyawan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan (X 2 ), penetapan gaji karyawan mempertimbangkan latar belakang pendidikan (X 3 ). Pada Tabel 11 disajikan nilai faktor muatan dari indikator-indikator pembentuk sekolah atau pendidikan formal. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel beban kerja karyawan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan (X 2 ) mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi sekolah atau pendidikan formal. Tabel 11. Nilai Muatan Faktor Sekolah atau Pendidikan Formal Variabel Indikator Sekolah atau Pendidikan Formal Nilai X 2 Beban kerja karyawan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan 1,247 X 1 Jabatan/posisi karyawan sesuai dengan latar belakang pendidikan 1,000 X 3 Penetapan gaji karyawan mempertimbangkan latar belakang pendidikan 0,968

15 76 Variabel beban kerja karyawan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan memiliki nilai muatan faktor sebesar 1,247. Nilai ini menunjukkan beban kerja yang diberikan pada karyawan cenderung sangat tinggi berpengaruh terhadap dimensi sekolah atau pendidikan formal. Pemberian beban kerja yang sesuai dengan latar belakang pendidikan karyawan akan membantu karyawan untuk dapat bekerja dengan efektif, sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan tersebut dalam bekerja. Nilai muatan terbesar kedua adalah pemberian jabatan/posisi kerja karyawan dengan nilai muatan sebesar 1,000. Nilai ini menunjukkan pemberian jabatan/posisi kerja yang sesuai dengan latar belakang pendidikan karyawan cenderung tinggi berpengaruh terhadap dimensi sekolah atau pendidikan formal. Pada kenyataannya tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jabatan/posisi kerja dari seseorang yang bekerja pada suatu organisasi. Misalnya di KPSBU, seorang calon pekerja yang memiliki tingkat pendidikan S1 atau sarjana mempunyai peluang lebih besar untuk dapat menempati posisi sebagai manajer atau kepala bagian di 0 tahun dia bekerja. Namun, faktor pengalaman kerja juga dapat mempengaruhi jabatan/posisi kerja yang juga harus diimbangi dengan kinerja karyawan yang tinggi. Penetapan gaji karyawan berdasarkan latar belakang pendidikannya mempunyai nilai muatan sebesar 0,968. Seseorang dengan latar pendidikan tinggi akan diberikan apresiasi yang lebih baik oleh organisasi di mana dia bekerja karena pengetahuan dan wawasan dari seseorang itu merupakan aset yang sangat penting Konstruk Pelatihan Umum Konstruk pelatihan umum terdiri dari 3 indikator, yaitu pengetahuan dan keterampilan umum terkait dengan koperasi yang dimiliki karyawan merupakan hasil pelatihan dan pembelajaran dari atasannya (X 4 ), pengetahuan dan keterampilan umum terkait dengan koperasi merupakan hasil diskusi dan pembelajaran dari rekan kerja (X 5 ), pengetahuan dan keterampilan umum terkait dengan koperasi merupakan hasil pembelajaran dari luar koperasi (X 6 ). Pada Tabel 12 disajikan nilai faktor muatan dari indikator-indikator pembentuk pelatihan umum. Berdasarkan nilai

16 77 tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel pengetahuan dan keterampilan umum terkait dengan koperasi merupakan hasil diskusi dan pembelajaran dari rekan kerja (X 5 ) mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi pelatihan umum. Tabel 12. Nilai Muatan Faktor Pelatihan Umum Variabel Indikator X 5 X 6 X 4 Pelatihan Umum Pengetahuan dan keterampilan umum terkait dengan koperasi merupakan hasil diskusi dan pembelajaran dari rekan kerja. Pengetahuan dan keterampilan umum terkait dengan koperasi merupakan hasil pembelajaran dari luar koperasi. Pengetahuan dan keterampilan umum terkait dengan koperasi yang dimiliki karyawan merupakan hasil pelatihan dan pembelajaran dari atasannya. Nilai 2,694 1,035 1,000 Variabel indikator pengetahuan dan keterampilan umum yang merupakan hasil diskusi dan pembelajaran dari rekan kerja memiliki nilai muatan sebesar 2,964. Nilai ini menunjukkan pengaruh diskusi dan pembelajaran dari sesama rekan kerja terhadap dimensi pelatihan umum cenderung sangat tinggi. Pelatihan umum merupakan jenis pelatihan yang memberikan keterampilan yang dapat dialihkan. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan lebih nyaman berdiskusi dengan temannya daripada dengan atasan dalam mempelajari pekerjaannya. Variabel indikator pengetahuan dan keterampilan umum merupakan hasil pembelajaran dari luar koperasi mempunyai nilai muatan faktor sebesar 1,035 yang menempati posisi kedua. Nilai ini menunjukkan bahwa pembelajaran dari luar koperasi juga dapat mempengaruhi dimensi pelatihan umum selain pelatihan yang ada di dalam organisasi. Variabel indikator hasil diskusi dan pembelajaran dari atasan menempati posisi ketiga dengan nilai muatan sebesar 1,000 yang memberikan pengaruh yang cukup terhadap dimensi pelatihan umum Konstruk Pelatihan Khusus Konstruk pelatihan khusus terdiri dari 3 indikator, yaitu keterampilan dalam melakukan pekerjaan mendapat bimbingan/mentoring khusus dari atasan (X 7 ), peningkatan keterampilan merupakan hasil umpan balik dari penilaian kinerja

17 78 karyawan (X 8 ), kompetensi merupakan hasil pembelajaran dan pelatihan yang ditempuh dengan mendapatkan sertifikasi keahlian khusus (X 9 ). Pada Tabel 13 disajikan nilai faktor muatan dari indikator-indikator pembentuk pelatihan khusus. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel indikator peningkatan keterampilan merupakan hasil umpan balik dari penilaian kinerja karyawan (X 8 ) mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi pelatihan khusus. Tabel 13. Nilai Muatan Faktor Pelatihan Khusus Variabel Indikator X 8 X 7 X 9 Pelatihan Khusus Peningkatan keterampilan merupakan hasil umpan balik dari penilaian kinerja karyawan. Keterampilan dalam melakukan pekerjaan mendapat bimbingan/mentoring khusus dari atasan. Kompetensi merupakan hasil pembelajaran dan pelatihan yang ditempuh dengan mendapatkan sertifikasi keahlian khusus. Nilai 3,983 3,742 1,000 Variabel peningkatan katerampilan merupakan hasil umpan balik dari penilaian karyawan memiliki nilai pengaruh yang sangat tinggi terhadap dimensi pelatihan khusus. Hal ini ditunjukkan dengan nilai muatan sebesar 3,983. Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan organisasi dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Umpan balik kinerja salah satunya bermanfaat bagi karyawan dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja. Oleh karena itu, apabila penilaian kinerja mengindikasikan kinerja yang kurang maka dibutuhkan peningkatan keterampilan karyawan tersebut karena setiap karyawan hendaknya mampu mengembangkan diri. Variabel berikutnya yang memberikan pengaruh terhadap dimensi pelatihan khusus adalah variabel keterampilan dalam melakukan pekerjaan mendapat bimbingan/mentoring khusus dari atasan. Nilai muatan antara variabel keterampilan dalam melakukan pekerjaan mendapat bimbingan/mentoring khusus dari atasan (X 7 ) sebesar 3,742. Hal ini menunjukkan variabel X 7 memberikan pengaruh yang tinggi terhadap dimensi pelatihan khusus. Pelatihan ini dikatakan khusus karena dengan karyawan memahami apa tujuan perusahaan melalui bimbingan/mentoring khusus

18 79 dari atasan- maka karyawan tersebut akan bekerja sesuai tujuan perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan variabel indikator kompetensi merupakan hasil pembelajaran dan pelatihan yang ditempuh dengan mendapatkan sertifikasi khusus memberikan pengaruh yang cukup terhadap dimensi pelatihan khusus dengan nilai muatan sebesar 1,000. Variabel indikator ini mewailiki pengertian pelatihan khusus menurut Becker (1993) bahwa pelatihan khusus mengacu pada pelatihan yang diberikan oleh perusahaan dan keterampilannya sangat terbatas untuk dialihkan dan akan meningkatkan produktivitas dalam konteks tertentu Konstruk Pengetahuan Lain Konstruk pengetahuan lain terdiri dari 3 indikator, yaitu pengetahuan yang dimiliki karyawan merupakan hasil pembelajaran secara mandiri dari sumber lain (X 10 ), pengetahuan penyelesaian masalah pekerjaan diperoleh melalui waktu luang untuk berdiskusi dengan rekan kerja (X 11 ), pengetahuan lainnya di luar bidang pekerjaan karyawan diperoleh melalui saran peningkatan wawasan dan pengembangan diri (X 12 ). Pada Tabel 14 disajikan nilai faktor muatan dari indikatorindikator pembentuk pengetahuan lain. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel pengetahuan lainnya di luar bidang pekerjaan karyawan diperoleh melalui saran peningkatan wawasan dan pengembangan diri (X 12 ) mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi pengetahuan lain. Tabel 14. Nilai Muatan Faktor Pengetahuan Lain Variabel Indikator X 12 X 10 X 11 Pengetahuan Lain Pengetahuan lainnya di luar bidang pekerjaan karyawan diperoleh melalui saran peningkatan wawasan dan pengembangan diri. Pengetahuan yang dimiliki karyawan merupakan hasil pembelajaran secara mandiri dari sumber lain. Pengetahuan penyelesaian masalah pekerjaan diperoleh melalui waktu luang untuk berdiskusi dengan rekan kerja. Nilai 1,123 1,000 0,868 Variabel indikator pengetahuan lain yang didapat karyawan di luar bidang pekerjaan yang diperoleh melalui saran peningkatan wawasan dan pengembangan diri

19 80 memiliki nilai muatan sebesar 1,123. Hal ini menunjukkan variabel X 12 berpengaruh sangat tinggi terhadap dimensi pengetahuan lain. Gomes (1995) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang bersifat formal maupun non formal yang memberikan kontribusi terhadap seseorang di dalam pemecahan masalah termasuk dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan. Variabel indikator selanjutnya adalah pengetahuan yang dimiliki karyawan merupakan hasil pembelajaran secara mandiri dari sumber lain memiliki nilai muatan sebesar 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel indikator ini berpengaruh tinggi terhadap dimensi pengetahuan lain. Indikator ini menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Becker (1993) bahwa seorang karyawan memiliki kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan lain dari berbagai sumber. Kemudian variabel indikator pengetahuan penyelesaian masalah pekerjaan diperoleh melalui waktu luang untuk berdiskusi dengan rekan kerja mempunyai pengaruh yang cukup terhadap dimensi pengetahuan lain dengan nilai muatan sebesar 0,868. Pengetahuan seseorang tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal ataupun pelatihan saja dengan cara berdiskusi mengenai pemecahan masalah pun termasuk dalam pengetahuan Konstruk Modal Insani Konstruk modal insani terdiri dari 3 indikator, yaitu modal insani (human capital) sangat penting untuk karyawan pahami dalam rangka penegmbangan diri (Y 1 ), peningkatan kapasitas aset pada sumber daya manusia secara terus menerus (continuous improvement) telah disadari pentingnya oleh karyawan (Y 2 ), pembuatan rencana pengembangan bagi setiap individu dalam organisasi dan menerapkan organisasi pembelajar telah disadari pentingnya oleh koperasi (Y 3 ). Pada Tabel 15 disajikan nilai faktor muatan dari indikator-indikator pembentuk modal insani. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel peningkatan kapasitas aset pada sumber daya manusia secara terus menerus (continuous improvement) telah disadari pentingnya oleh karyawan (Y 2 ) mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi modal insani.

20 81 Tabel 15. Nilai Muatan Faktor Modal Insani Variabel Indikator Y 2 Y 1 Y 3 Modal Insani Peningkatan kapasitas aset pada sumber daya manusia secara terus menerus (continuous improvement) telah disadari pentingnya oleh karyawan. Modal insani (human capital) sangat penting untuk karyawan pahami dalam rangka pengembangan diri. Pembuatan rencana pengembangan bagi setiap individu dalam organisasi dan menerapkan organisasi pembelajar telah disadari pentingnya oleh koperasi. Nilai 1,107 1,000 0,701 Variabel indikator kesadaran karyawan akan pentingnya peningkatan kapasitas aset pada SDM secara terus menerus memiliki nilai muatan sebesar 1,107. Nilai ini menunjukkan pengaruh peningkatan kapasitas aset pada SDM secara terus menerus terhadap dimensi pelatihan umum cenderung sangat tinggi. Modal insani adalah aset yang paling berharga dalam perusahaan khususnya intellectual capitalnya. Kemampuan modal insani dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan ke dalam pekerjaan mereka yang menjadikan suatu perusahaan memiliki keunggulan dalam bersaing. Berdasarkan hal tersebut, setiap organisasi harus menyadari bahwa faktor sumber daya manusia haruslah dikelola dengan baik. Variabel indikator pentingnya pemahaman karyawan akan modal insani bagi pengembangan dirinya memiliki nilai muatan sebesar 1,000. Nilai ini menunjukkan pengaruh pemahaman karyawan akan modal insani bagi pengembangan diri cukup tinggi. Namun, variabel indikator kesadaran koperasi akan pembuatan rencana pengembangan bagi setiap individu dan menerapkan organisasi pembelajar hanya memberikan pengaruh yang cukup terhadap modal insani yang memiliki nilai muatan sebesar 0, Konstruk Peningkatan Produktivitas dan Laba Konstruk peningkatan produktivitas dan laba organisasi terdiri dari 3 indikator, yaitu peningkatan produktivitas koperasi diperoleh dari program pengembangan diri karyawan dalam bentuk pelatihan untuk peningkatan kompetensi. (Y 4 ), peningkatan kinerja koperasi secara terus menerus sangat penting untuk

21 82 keberlangsungan koperasi. (Y 5 ), keuntungan/laba koperasi dihasilkan dari team work (kerja sama) seluruh karyawan koperasi (Y 6 ). Pada Tabel 16 disajikan nilai faktor muatan dari indikator-indikator pembentuk konstruk peningkatan produktivitas dan laba organisasi. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel peningkatan kinerja koperasi secara terus menerus sangat penting untuk keberlangsungan koperasi (Y 5 ) mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi peningkatan produktivitas dan laba organisasi. Tabel 16. Nilai Muatan Faktor Peningkatan Produktivitas dan Laba Organisasi Variabel Indikator Y 5 Y 6 Peningkatan Produktivitas dan Laba Organisasi Peningkatan kinerja koperasi secara terus menerus sangat penting untuk keberlangsungan koperasi. Keuntungan/laba koperasi dihasilkan dari team work (kerja sama) seluruh karyawan koperasi. Y 4 Peningkatan produktivitas koperasi diperoleh dari program pengembangan diri karyawan dalam bentuk pelatihan untuk peningkatan kompetensi. Nilai 1,497 1,337 1,000 Variabel indikator peningkatan kinerja koperasi secara terus menerus sangat penting untuk keberlangsungan koperasi dapat merefleksikan dimensi peningkatan produktivitas dan laba organisasi dengan sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai muatan sebesar 1,497. Kinerja karyawan merujuk pada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik dalam hal ini adalah peningkatan produktivitas dan memperoleh laba. Akumulasi dari peningkatan kinerja karyawan akan berdampak pada peningkatan kinerja suatu organisasi. Variabel indikator berikutnya yang dapat merefleksikan dimensi peningkatan produktivitas dan laba organisasi adalah keuntungan/laba koperasi dihasilkan dari team work (kerja sama) seluruh karyawan koperasi. Varibel indikator Y 5 memiliki nilai muatan sebesar 1,337. Hal ini berarti variabel keuntungan/laba koperasi dihasilkan dari hasil team work mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap dimensi peningkatan produktivitas dan laba organisasi. Organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara beruang-ulang oleh

22 83 sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, dengan mensinergikan beberapa unit kerja yang terdiri dari beberapa kelompok kerja karyawan maka tujuan perusahaan berupa keuntungan/laba akan tercapai. Nilai muatan sebesar 1,000 diperoleh dari hubungan antara variabel indikator peningkatan produktivitas koperasi diperoleh dari program pengembangan diri karyawan dalam bentuk pelatihan untuk peningkatan kompetensi terhadap dimensi peningkatan produktivitas dan laba organisasi. Mulyadi (2007) menyatakan bahwa sumber utama pemborosan dan rendahnya produktivitas adalah kualitas manusia. Oleh karena itu, jika perusahaan ingin mengurangi biaya dan/atau meningkatkan produktivitas secara signifikan, langkah-langkah strategik yang ditempuh oleh perusahaan perlu diarahkan pada peningkatan kualitas modal insani salah satunya adalah melalui pelatihan Konstruk Peningkatan Gaji dan Pendapatan Karyawan Konstruk peningkatan gaji dan pendapatan karyawan terdiri dari 3 indikator, yaitu standar kehidupan minimum telah terpenuhi oleh gaji koperasi yang karyawan terima saat ini (Y 7 ), standar kehidupan layak telah terpenuhi oleh insentif koperasi yang karyawan terima saat ini (Y 8 ), fasilitas lainnya berupa kompensasi non finansial telah karyawan dapatkan dari koperasi (Y 9 ). Pada Tabel 17 disajikan nilai faktor muatan dari indikator-indikator pembentuk konstruk peningkatan produtivitas dan laba organisasi. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel standar kehidupan layak telah terpenuhi oleh insentif koperasi yang karyawan terima saat ini (Y 8 ) mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi peningkatan gaji dan pendapatan karyawan. Tabel 17. Nilai Muatan Faktor Peningkatan Gaji dan Pendapatan Karyawan Variabel Indikator Y 8 Y 7 Y 9 Peningkatan Gaji dan Pendapatan Karyawan Standar kehidupan layak telah terpenuhi oleh insentif koperasi yang karyawan terima saat ini. Standar kehidupan minimum telah terpenuhi oleh gaji koperasi yang karyawan terima saat ini. Fasilitas lainnya berupa kompensasi non finansial telah karyawan dapatkan dari koperasi. Nilai 1,024 1,000 0,925

23 84 Variabel indikator standar kehidupan layak terpenuhi oleh insentif karyawan mampu mewakili pengaruh yang tinggi terhadap dimensi peningkatan gaji dan pendapatan karyawan. Nilai hubungan ini dikatakan tinggi karena memiliki nilai muatan sebesar 1,024. Nilai muatan terbesar kedua adalah standar kehidupan minimum telah terpenuhi oleh gaji karyawan yang diterima saat ini sebesar 1,000. Nilai ini menunjukkan standar kehidupan minimum telah terpenuhi oleh gaji karyawan yang diterima saat ini cenderung tinggi berpengaruh terhadap dimensi peningkatan gaji dan pendapatan karyawan. Sedangkan variabel fasilitas lain berupa kompensasi non finansial memberikan pengaruh yang cukup tinggi terhadap dimensi peningkatan gaji dan pendapatan karyawan dengan nilai muatan sebesar 0, Analisis Hubungan Antarkonstruk Setelah sebuah model telah diuji kecocokannya maka proses selanjutnya adalah menguji hubungan antar konstruknya. Analisis hubungan antar konstruk dilakukan dengan cara menganalisis regresi berganda (multiple regression). Melalui analisis regresi berganda, kita dapat mengetahui seberapa signifikan hubungan antara variabel-variabel independen (eksogen) dengan variabel dependen (endogen). Hasil pada penelitian ini memberikan informasi bukti hipotesis tentang pengaruh sekolah atau pendidikan formal, pelatihan umum, pelatihan khusus, pengetahuan lainnya terhadap modal insani; pengaruh modal insani terhadap peningkatan produktivitas dan laba organisasi serta pengaruh modal insani terhadap peningkatan gaji dan pendapatan karyawan. Informasi tersebut secara lebih ringkas disajikan pada Tabel 18 berikut ini.

24 85 Tabel 18. Hasil Analisis Regresi Berganda dan Kaitannya dengan Hipotesis Penelitian Hipotesis Path Loading Factor Nilai P Kesimpulan 1 Sekolah atau pendidikan Modal insani -0,111 0,258 Tidak signifikan 2 Pelatihan umum Modal insani 0,091 0,601 Tidak signifikan 3 Pelatihan khusus Modal insani 0,650 0,180 Tidak signifikan 4 Pengetahuan lain Modal insani 0,929 0,000 Signifikan 5 Modal insani Peningkatan produktivitas dan laba 0,312 0,002 Signifikan 6 Modal insani Peningkatan gaji dan pendapatan pegawai 0,111 0,459 Tidak signifikan Pengaruh Sekolah atau Pendidikan Formal terhadap Modal Insani Pengaruh sekolah atau pendidikan formal terhadap modal insani pada penelitian ini menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini berarti ada atau tidak adanya dimensi sekolah atau pendidikan formal tidak memberikan pengaruh apapun pada modal insani. Hubungan variabel ini memiliki nilai P sebesar 0,258. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti pengaruh sekolah atau pendidikan formal terhadap modal insani tidak signifikan. Sedangkan hubungan yang negatif dapat dilihat pada nilai loading factor sebesar -0,111. Berdasarkan hal tersebut hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nadrag & Mitran 2011 yang menyebutkan bahwa pendidikan memainkan peran yang penting dalam pembentukan modal insani. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh banyaknya jenis pekerjaan yang ada pada KPSBU tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi karena pada dasarnya membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi dan juga didukung dengan pengalaman kerja. Hal tersebut didukung dengan informasi karakteristik responden yang sebagian besar berpendidikan sampai SMU atau sederajat saja Pengaruh Pelatihan Umum terhadap Modal Insani Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan umum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap modal insani. Hubungan variabel ini memiliki nilai P

25 86 sebesar 0,601 di mana nilai ini lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ming Au & Altman (2007) yang menyatakan bahwa pelatihan berhubungan positif terhadap investasi pada modal insani. Karyawan yang memiliki keterampilan yang mencukupi akan berdampak positif terhadap modal insaninya. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh model yang dibangun oleh peneliti berbeda dalam pengaruh terhadap modal insani dan juga karakteristik responden yang diteliti pun berbeda. Dengan demikian, pengaruh pelatihan umum di KPBU Jabar tidak berpengaruh secara langsung dan signifikan Pengaruh Pelatihan Khusus terhadap Modal Insani Pengaruh pelatihan khusus terhadap modal insani pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga kesimpulan yang didapat adalah tolak H 0. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P sebesar 0,180 di mana lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dijelaskan oleh Awang et al. (2010) bahwa terdapat bukti empiris mengenai program pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kerja dari karyawan. Hasil penelitian dari Awang et al. (2010) di industri perhotelan dan servis komputer yang berada pada negara Malaysia juga menyebutkan bahwa variabel yang berhubungan dengan pelatihan secara positif dan signifikan berhubungan dengan kinerja kerja karyawan. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh pelatihan tidak berhubungan langsung dengan modal insani melainkan dengan kinerja karyawan dan juga karakteristik responden yang diteliti berbeda. Penelitian ini dilakukan pada sebuah koperasi yang memiliki prinsip yang berbeda dengan organisasi/perusahaan konvensional. Dengan demikian, pengaruh pelatihan khusus di KPSBU Jabar tidak berpengaruh secara langsung dan signifikan Pengaruh Pengetahuan Lain terhadap Modal Insani Berdasarkan model path struktural diperoleh pengaruh pengetahuan lain terhadap modal insani yang positif dan signifikan. Karyawan KPSBU menyadari

26 87 bahwa pengetahuan lainnya seperti pembelajaran secara mandiri dari sumber lain (buku, internet, literatur), diskusi dengan rekan kerja mengenai pemecahan masalah, serta pengetahuan karyawan di luar pekerjaannya direfleksikan oleh saran peningkatan wawasan dan pengembangan diri (kepemimpinan, kewirausahaan, memahami psikologi pelanggan, dan lain-lain) dapat mempengaruhi modal insaninya. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyadi (2007), faktor yang benar-benar menjadikan suatu organisasi berbeda dari perusahaan lain adalah terletak pada kemampuan modal insani dalam memanfaatkan pengetahuan. Demikian juga halnya yang dikemukakan oleh Shape (2001) dari hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang positif antara peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh modal insani suatu perusahaan terhadap profit perusahaan. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, banyaknya karyawan KPSBU Jabar yang direkrut merupakan anak dari anggota KPSBU Jabar. Dengan demikian, pengetahuan mereka tentang persusuan sudah melekat kuat Pengaruh Modal Insani terhadap Peningkatan Produktivitas dan Laba Organisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal insani berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas dan laba suatu organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P dari hubungan modal insani terhadap peningkatan produktivitas dan laba adalah sebesar 0,002, di mana nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan bahwa hubungan tersebut adalah signifikan. Organisasi, dalam hal ini KPSBU, menyadari bahwa keberadaan modal insani akan memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan produktivitas dan laba KPSBU. Seperti yang sudah diulas sebelumnya pada Bab 2 bahwa modal insani merupakan keterpaduan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, kompetensi inti, keterampilan, kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap karyawan yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan salah satu faktor yang paling penting mempengaruhi produktivitas karyawan adalah modal insani. Jika terjadi peningkatan produktivitas individu karyawan maka akan berdampak pada peningkatan produktivitas organisasi yang berhubungan dengan peningkatan laba organisasi tersebut. Hal ini sejalan

27 88 dengan penelitian sebelumnya yang diutarakan oleh Afrooz et al. (2001) menyebutkan bahwa pekerja terdidik dan terampil mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerjanya Pengaruh Modal Insani terhadap Peningkatan Gaji dan Pendapatan Karyawan Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa hubungan modal insani terhadap peningkatan gaji dan pendapatan karyawan memiliki nilai P sebesar 0,459. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti pengaruh modal insani terhadap peningkatan gaji dan pendapatan karyawan tidak signifikan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iqbal & Waqas (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara modal insani dengan peningkatan pendapatan dan gaji seorang karyawan. Hal ini berarti semakin baik modal insani yang dimiliki oleh seseorang akan meningkatkan gaji dan pendapatan orang tersebut. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh model yang dibangun oleh peneliti berbeda dalam pengaruh terhadap peningkatan gaji dan pendapatan karyawan dan juga karakteristik responden yang diteliti juga berbeda. Faktor lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah berdasarkan banyaknya responden yang memiliki tingkat pendidikan akhir sampai SMU saja maka gaji yang diperoleh dari bekerja pada KPSBU hanya sebatas upah minimum regional di mana hal ini belum memuaskan karyawan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nilai muatan faktor yang terdapat pada hubungan antar konstruk dan indikator dengan konstruknya (variabel laten) yang tergambar pada Model SEM Penelitian dan dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini.

28 89 X1 X2 X Y4 Y5 Y6 SPF X PPL X5 X6 X7 X PU PK Y1 Y2 Y MI KETERANGAN: SPF : Sekolah atau Pend. Formal PU : Pelatihan Umum PK : Pelatihan Khusus PL : Pengetahuan Lain MI : Modal Insani PPL : Peningkatan Produktivitas & Laba PGP: Peningkatan Gaji & Pendapatan X9 PL PGP X10 X11 X12 Y7 Y8 Y9 Gambar 11. Model SEM Penelitian

29 Modifikasi Model Penelitian Pada sebuah model SEM yang telah dibuat dan diuji dapat dilakukan berbagai modifikasi. Tujuan modifikasi adalah untuk melihat apakah modifikasi yang dilakukan dapat menurunkan nilai Chi-Square; seperti diketahui semakin kecilnya angka Chi-Square menunjukkan semakin fit model tersebut dengan data yang ada. Berdasarkan hasil penelitian pada KPSBU Jabar dapat diketahui bahwa hanya terdapat satu konstruk yang mempengaruhi modal insani secara positif dan signifikan, yaitu pengetahuan lain dari karyawan, sedangkan konstruk sekolah atau pendidikan formal, pelatihan umum, dan pelatihan khusus tidak berpengaruh signifikan terhadap modal insani. Berdasarkan wawancara, hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya karyawan KPSBU Jabar yang direkrut merupakan anak dari anggota KPSBU Jabar. Dengan demikian, pengetahuan mereka tentang persusuan sudah melekat kuat bahkan pengalaman mereka lebih banyak jika dibandingkan dengan karyawan yang mempunyai pendidikan tinggi, seperti diploma atau sarjana. Sementara itu, dimensi modal insani hanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konstruk peningkatan produktivitas dan laba organisasi tetapi tidak signifikan terhadap peningkatan gaji dan pendapatan karyawan. Hasil analisis hubungan antarkonstruk yang sudah dilakukan sebelumnya memperlihatkan bahwa terdapat beberapa hipotesis yang tidak signifikan sehingga harus dihilangkan guna menghasilkan model yang lebih baik lagi pada kasus KPSBU Jabar. Oleh karena itu, modifikasi model dilakukan pada penelitian ini sehingga model baru penelitian ini seperti yang terlihat pada Gambar 12. 1,16 X12 PL 0,86 1,00 X13 X14 Y1 1,00 1,09 Y2 MI Y3 0,69 1,03 0,31 KETERANGAN: PL: Pengetahuan Lain MI: Modal Insani PPL: Peningkatan Produktivitas dan Laba PPL 1,00 Y4 1,50 1,34 Y6 Y5 Gambar 12. Model Temuan Penelitian

30 91 Setelah didapat model baru maka akan menghasilkan informasi baru terhadap uji kecocokan model dan hubungan antarvariabelnya. Pada Tabel 19 di bawah ini terdapat informasi mengenai uji kecocokan model temuan penelitian yang baru. Tabel 19. Uji Kecocokan Model Temuan Penelitian Goodness of Fit Target tingkat Hasil estimasi Tingkat kecocokan Index kecocokan Good fit GFI GFI 0,90 0,900 Close fit AGFI 0,90 Close fit AGFI 0,820 Chi square (χ 2 ) Nilai yang kecil M: 59, 268 I:371, 005 RMR Kisaran 0-1; lebih Good fit kecil lebaih baik 0,047 NFI NFI 0,90 0,840 Close fit CFI CFI 0,90 0,898 Close fit PRATIO Kisaran 0-1 0,694 Moderate fit RMSEA 0,05: good fit; 0,08 RMSEA RMSEA 0,1: moderate fit; 0,115 Poor fit RMSEA 0,1: poor fit Nilai yang kecil dan M: 99, 268 AIC mendekati AIC S: 90,000 Good fit saturated I: 389,005 Nilai yang kecil dan M: 0,954 ECVI mendekati ECVI S: 0,865 Good fit saturated I: 3,740 Berdasarkan analisis uji kecocokan model (goodness of fit) pada Tabel 19 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecocokan model penelitian ini berada pada kategori mendekati baik (close fit). Sedangkan untuk hubungan antarvariabel terjadi pada konstruk pengetahuan lain terhadap modal insani yang memiliki hubungan yang positif dengan loading factor sebesar 1,03 dan nilai P sebesar 0,00 dimana kurang dari 0,05 sehingga menghasilkan hubungan yang signifikan. Kemudian mengenai pengaruh antara konstruk modal insani dengan peningkatan produktvitas dan laba organisasi tidak mengalami perubahan dengan loading factor sebesar 0,31 dan nilai P sebesar 0,02 yang artinya mempunyai hubungan yang positif dan signifikan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa studi literatur pada bab sebelumnya, bahwa setiap organisasi dalam mempertahankan posisi bersaingnya memerlukan faktor pembeda

Lebih terperinci

With AMOS Application

With AMOS Application ASUMSI DAN PERSYARATAN PADA STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) With AMOS Application Eko Budi Setiawan, S.Kom., M.T. Asumsi dan persyaratan penting saat menggunakan SEM 1. Sample Size 2. Normalitas Data

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 41 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum yang menjadi subyek penelitian, analisis model SEM,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Stuctural Equation Model merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara variabel laten dan indikatornya, variabel laten yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. teknik sampling, definisi operasional variabel dan teknik analisis yang digunakan. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. teknik sampling, definisi operasional variabel dan teknik analisis yang digunakan. A. Desain Penelitian digilib.uns.ac.id 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, definisi operasional variabel dan teknik analisis yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar kuesioner penilaian prestasi kerja dan promosi jabatan karyawan

Lampiran 1. Lembar kuesioner penilaian prestasi kerja dan promosi jabatan karyawan Lampiran 1. Lembar kuesioner penilaian prestasi kerja dan promosi jabatan karyawan KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja terhadap Promosi Jabatan Karyawan PT X Bogor Terima kasih atas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Pre-Test Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu sebelum menyebarkan kuesioner yang sebenarnya kepada

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada 12 Februari 2016 hingga13 April 2016 di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. PROFIL RESPONDEN Kuesioner yang berjumlah 53 pertanyaan dibagikan kepada 70 responden dari Kantor Penjualan Wilayah (KPW) Jakarta PT. Sinar Sosro. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Salah satu merek es krim PT Unilever, Magnum kini hadir dengan varian baru. Magnum bukanlah merek produk es krim yang baru bagi masyarakat. Diluncurkannya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 103 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Survei Dari 25 kantor LPND sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 2005, No. 81 Tahun 2006, No. 08 Tahun 2008, dan No. 09 Tahun 2008,

Lebih terperinci

Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi

Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi Lampiran 1: Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi Raw Data from file 'F:\pa_mughni\PRE.psf' Sample Size = 72 Latent Variables S KI KO Relationships

Lebih terperinci

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Distribusi Responden Berdasarkan Usia V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS DESKRIPTIF 5.1.1 Deskriptif Responden Distribusi Responden Berdasarkan Usia 1% 15% 19% 15-24 25-30 31-44 45-65 65% Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Distribusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Profil Responden Bagian ini akan membahas karakteristik responden. Karakteristik dasar responden yang ditanyakan adalah jenis kelamin, pendidikan formal terakhir, usia, jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Infomedia Solusi Humanika (INSANI) yang beralamatkan di Jl RS Fatmawati No 75 Jakarta Selatan didirikan di Jakarta pada 24 Oktober 2012 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Data penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II (Persero).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh guru PAUD di Salatiga, dengan menggunakan sampel guru PAUD di Salatiga yang diambil dari 3 kecamatan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM) Atribut yang ditetapkan pada variabel kepuasan merupakan atribut mengenai kepuasan konsumen secara keseluruhan (overall satisfaction). Berdasarkan sebaran pilihan responden, lebih dari setengah dari jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Alasan memilih Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah karena untuk memudahkan penulis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian explanatory dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode penelitian explanatory digunakan karena

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA DISKON TERHADAP NIAT BELI MELALUI STORE IMAGE PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA. I. Data Responden Usia :

PENGARUH HARGA DISKON TERHADAP NIAT BELI MELALUI STORE IMAGE PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA. I. Data Responden Usia : PENGARUH HARGA DISKON TERHADAP NIAT BELI MELALUI STORE IMAGE PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA Saya mohon kesediaan Anda untuk berkenan mengisi kuesioner berikut ini mengenai diskon harga, niat beli,

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat diselesaikan oleh persamaan regresi linear. SEM

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER

LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER Kepada : Yth. Responden Dengan hormat, Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden dan secara sukarela mengisi kuesioner ini. Saya mahasiswi Universitas

Lebih terperinci

Uji Measurement Model

Uji Measurement Model Uji Measurement Model Agar tidak kehilangan arah, berikut disertakan kembali proses pengolahan data SEM dengan AMOS: 1. Membuat model sesuai teori tertentu. Model bisa terdiri atas kombinasi: variabel

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Berilah tanda (X) pada satu pilihan yang sesuai dengan jawaban anda. 1. Jenis Kelamin: : a. Laki laki b.

KUESIONER PENELITIAN. Berilah tanda (X) pada satu pilihan yang sesuai dengan jawaban anda. 1. Jenis Kelamin: : a. Laki laki b. 96 A. Karakteristik Responden KUESIONER PENELITIAN Berilah tanda (X) pada satu pilihan yang sesuai dengan jawaban anda 1. Jenis Kelamin: : a. Laki laki b. Perempuan 2. Status : a. Menikah b. Belum Menikah

Lebih terperinci

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi dengan melihat faktor eksternal dan internak yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian penjelasan. Penelitian penjelasan adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan memilih Kabupaten Ngawi, Jawa Timur karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden Pada bab IV ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum objek penelitian dan data deskriptif serta menyajikan hasil komputasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan pembahasannya. Pembahasan diawali dengan dimulai hasil statistik deskriptif yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL. Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI

PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL. Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI PATH ANALYSIS (Path Analysis) : merupakan suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau penelitian terapan yang mana didalamnya terdapat solusi atas suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Survei Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan hotel bintang tiga di wilayah kota Cirebon. Ukuran sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di Badan Pusat Statistik (BPS) sejak sampel. Berikut jumlah perusahaan yang berpartisipasi:

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di Badan Pusat Statistik (BPS) sejak sampel. Berikut jumlah perusahaan yang berpartisipasi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, objek penelitian adalah karyawan-karyawan dengan jabatan manajer pada perusahaan manufaktur yang ada di kota Semarang yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Analisis Kecocokan Pada analisis hasil, bagian utama yang dibahas adalah mengenai tingkat kecocokan antara data dengan model, validitas dan reliabilitas model pengukuran serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis data yang disesuaikan dengan pola penelitian dan variabel yang diteliti. Model yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun 72 KUESIONER Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan anda : I. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin anda? a. Laki-laki b. Perempuan Nama Responden: Tujuan Kuesioner Penelitian Kuesioner ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN PENGETAHUAN DISELARASKAN DENGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA PROSES PEMBENTUKAN TIM PROYEK KONSTRUKSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN PENGETAHUAN DISELARASKAN DENGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA PROSES PEMBENTUKAN TIM PROYEK KONSTRUKSI SIDANG THESIS PENGARUH KEPEMIMPINAN PENGETAHUAN DISELARASKAN DENGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA PROSES PEMBENTUKAN TIM PROYEK KONSTRUKSI (Studi kasus perusahaan konstruksi Sidoarjo-Surabaya) LUAS

Lebih terperinci

UJIAN FINAL MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Dosen Pengampu : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran

UJIAN FINAL MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Dosen Pengampu : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran UJIAN FINAL MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL Dosen Pengampu : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran Nama : Andi Ulfa Tenri Pada Nim : 11701261007 1. Paradigma hubungan antara variabel : Penelitian ini menggunakan data

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG Bab ini akan memaparkan analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang pada pemilik usaha tenun dengan menggunakan Theory Planned

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai pengujian model Theory Planned Behavior dalam menentukan pengaruh sikap siswa, norma subjektif,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Strutural Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel teramati sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Data diambil menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada konsumen Indomaret Point Pandanaran di kota Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini terdiri dari tujauan pustaka, landasan teori dan kerangka pemikiran Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitian sebelumnya dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 118 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada pelaksanaan penelitian ini, lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Propinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan sebagian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

Lebih terperinci

c) Usia: 1. Usia tahun 3. Usia tahun 2. Usia tahun

c) Usia: 1. Usia tahun 3. Usia tahun 2. Usia tahun Lampiran 1 Kuesioner Responden yang terhormat, Perkenankanlah saya, mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, mohon bantuan Anda untuk meluangkan waktu mengisi/menjawab

Lebih terperinci

Tutorial LISREL teorionline

Tutorial LISREL teorionline CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS BY HENDRY Phone : 0856-9752-3260 Email : openstatistik@yahoo.co,id Blog : http://teorionline.wordpress.com/ Seperti dijelaskan sebelumnya, CFA ditujukan untuk menguji validitas

Lebih terperinci

BAB IV BAB ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Kuisioner yang disebar kepada responden sebanyak 120 buah. Pada saat

BAB IV BAB ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Kuisioner yang disebar kepada responden sebanyak 120 buah. Pada saat BAB IV BAB ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. Profil Responden Penelitian Kuisioner yang disebar kepada responden sebanyak 20 buah. Pada saat pengembalian hanya kembali 3 kuesioner, dimana terdapat 4 kuesioner

Lebih terperinci

No. Responden:... (diisi peneliti)

No. Responden:... (diisi peneliti) Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MUSIK DAN PENCAHAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN YANG DIMODERASI EMOSI PADA CHARLES & KEITH GALAXY MALL SURABAYA No. Responden:... (diisi peneliti) Responden yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif 1. Analisis secara deskriptif Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan dari lapangan berdasarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian menggunakan metode Kausalitas, digunakan untuk meneliti pada pupolasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh persepsi atas suatu harga (price

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono,2010).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Ruang

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Ruang BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian pada penelitian ini adalah RSUD Praya. 2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman pada bulan Januari 2016, dengan subjek penelitian adalah Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data Data yang di gunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Menurut Azwar (2009) data primer adalah data yang di peroleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat penelitian, melakukan perumusan masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Gambaran Umum Responden Objek penelitian yang ditetapkan adalah mahasiswa Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti angkatan 2006-2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang akan menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah, objek penelitian yang akan dilakukan menjadi sasaran dalam

Lebih terperinci

PENGANTAR. Yogyakarta, Penulis, Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd. NIDN : /NIRA :

PENGANTAR. Yogyakarta, Penulis, Prof. Dr. H. Siswoyo Haryono, MM, MPd. NIDN : /NIRA : PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah swt, bahwa akhirnya modul atau hand out yang sederhana ini dapat hadir di hadapan pembaca. Buku tersebut merupakan hasil kompilasi dari materi mengajar Metodologi

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu 3.1 Jenis Penelitian BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu merupakaan jenis penelitian untuk mendapatkan penjelasan hubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pada bagian ini dilakukan proses pengumpulan dan pengolahan data tahap awal serta pengumpulan data tahap akhir. Pengumpulan data pada penelitian

Lebih terperinci

UJIAN MID-SEMESTER SEM PATH-ANALYSIS. nonton TV, dan nilai merupakan variabel endogen. Penerapan analisis jalur. X dan belajar X

UJIAN MID-SEMESTER SEM PATH-ANALYSIS. nonton TV, dan nilai merupakan variabel endogen. Penerapan analisis jalur. X dan belajar X UJIAN MID-SEMESTER SEM PATH-ANALYSIS 1. Paradigma hubungan antara variabel : Pada penelitian ini menggunakan data set yang berisi empat variabel yaitu Sadar Ujian Nasional () sebagai variabel eksogen,

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL MELALUI STRES PERAN PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA JAWA TIMUR DI RUNGKUT SURABAYA

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL MELALUI STRES PERAN PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA JAWA TIMUR DI RUNGKUT SURABAYA 78 LAMPIRAN A KUISIONER PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL MELALUI STRES PERAN PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA JAWA TIMUR DI RUNGKUT SURABAYA Yth. Bapak/ Ibu / Saudara / Saudari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1: HASIL OLAHAN DATA EKONOMETRIKA

LAMPIRAN 1: HASIL OLAHAN DATA EKONOMETRIKA 196 LAMPIRAN 1: HASIL OLAHAN DATA EKONOMETRIKA Pengaruh Konversi Lahan, PDRB Sektor Pertanian dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kebercukupan Beras Kawasan I. Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas One-Sample

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil waktu dan lokasi penelitian pada wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN STRUKTURALEQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN. Ananda Sabil Hussein, Ph.D

MODUL PELATIHAN STRUKTURALEQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN. Ananda Sabil Hussein, Ph.D MODUL PELATIHAN STRUKTURALEQUATION MODEL UNTUK PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN Ananda Sabil Hussein, Ph.D Centre for Research and Publication Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2017 Aplikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian yang bertujuan untuk meneliti adanya pengaruh persepsi biaya, persepsi kenyamanan, dan persepsi resiko terhadap minat beli situs tokobagus.com. Karena itulah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisa data Pengaruh Customer Experience dan Perceived Quality terhadap Brand Trust Guna Meningkatkan Customer Loyalty dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Subjek dari penelitian ini adalah konsumen Hero Supermarket di Kota Yogyakarta, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Hero Supermarket di

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Hormat saya, Selvia Indrawati. 1. Karakteristik responden. 1. Usia saya saat ini :

Lampiran 1 Kuesioner. Hormat saya, Selvia Indrawati. 1. Karakteristik responden. 1. Usia saya saat ini : 68 Lampiran 1 Kuesioner Kami mohon kesediaan bapak/ibu untuk berkenan mengisi kuesioner berikut ini dengan judul Pengaruh Brand Affect, Brand Quality, Brand Trust Terhadap Consumer s Brand extention Attitude

Lebih terperinci

Kepada Yth, Bapak/Ibu Pegawai Panin Bank Cabang Utama Palmerah Di Jakarta

Kepada Yth, Bapak/Ibu Pegawai Panin Bank Cabang Utama Palmerah Di Jakarta Jakarta, Mei 2008 Kepada Yth, Bapak/Ibu Pegawai Panin Bank Cabang Utama Palmerah Di Jakarta Dengan hormat, Berikut ini saya sampaikan kuesioner yang terdiri atas 3 (tiga) bagian, yaitu kepemimpinan, motivasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pemecahan masalah dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur yang mencakup kajian teori, penelitian empiris sebelumnya dan model yang relevan dengan masalah penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kemiskinan mempunyai indikator dan faktor penyebab. Mereka adalah sebagian warga miskin kota Depok. Pemerintah Depok menggolongkan mereka ke dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah karyawan Lanang Barbershop yang beroperasi di wilayah Jakarta Tangerang atau seluruh kios.penelitian ini diteliti dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian 84 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian No. Responden :.. KUESIONER PENELITIAN Selamat pagi/siang/sore, sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas partisipasi saudara dalam membantu mengisi kuisioner ini dengan

Lebih terperinci

Tutorial LISREL Teorionline

Tutorial LISREL Teorionline CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS TUTORIAL LISREL BY HENDRY Phone : 0856-9752-3260 Email : openstatistik@yahoo.co,id Blog : http://teorionline.wordpress.com/ Dibagian pertama kita sudah latihan CFA dengan konstruk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Deskripsi data penelitian, mencakup uraian tentang gambaran umum dari setiap variabel penelitian yang terdiri dari: Kinerja Pegawai (Y), Budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menjelaskan hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI 5.1 Deskripsi Umum Sampel Penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden maka hasil kuesioner yang layak dan secara penuh mengisi kuesioner berjumlah 134

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Zalora.co.id Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada akhir 2011 oleh Rocket Internet GmbH, yang mencakup grup retail fashion

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuesioner Faktor-Faktor Pendorong Konsumen Melakukan Impulsive Buying pada Toko-Toko Ritel Fashion di Indonesia.

LAMPIRAN 1 Kuesioner Faktor-Faktor Pendorong Konsumen Melakukan Impulsive Buying pada Toko-Toko Ritel Fashion di Indonesia. 99 LAMPIRAN 1 Kuesioner Faktor-Faktor Pendorong Konsumen Melakukan Impulsive Buying pada Toko-Toko Ritel Fashion di Indonesia Nomor : Tanggal : Responden Yth, Saya adalah Emir Zakiar, mahasiswa program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Nasmoco Bengawan Motor Solo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Nasmoco Bengawan Motor Solo BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Nasmoco Bengawan Motor Solo Baru, Sukoharjo.Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Penelitian survey adalah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MAHASISWA DALAM PEMILIHAN JURUSAN MENGGUNAKAN STRUCTURAL EQUATION MODELING

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MAHASISWA DALAM PEMILIHAN JURUSAN MENGGUNAKAN STRUCTURAL EQUATION MODELING ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MAHASISWA DALAM PEMILIHAN JURUSAN MENGGUNAKAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) (Studi Kasus di Jurusan Statistika Universitas Diponegoro Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dalam mencapai maksudnya. Dalam penelitian ini, metode menjadi alat bantu

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dalam mencapai maksudnya. Dalam penelitian ini, metode menjadi alat bantu BAB III METODA PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metodologi merupakan pengetahuan atau uraian mengenai metode. Metode itu sendiri merupakan cara kerja yang sistematis untuk mempermudah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dari antisipasi teknologi baru. Rancangan penelitian yang disajikan berbentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dari antisipasi teknologi baru. Rancangan penelitian yang disajikan berbentuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Finger et al (203) yang bertujuan untuk mengetahui anteseden dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Lebih terperinci

Mohon berikan tanda ( ) pada jawaban yang anda pilih :

Mohon berikan tanda ( ) pada jawaban yang anda pilih : Lampiran 1 Kuesioner :(Lanjutan) PETUNJUK : Mohon berikan tanda ( ) pada jawaban yang anda pilih : Jenis Kelamin Umur : ( ) Pria ( ) 17-24 ( ) Wanita ( ) 25-34 ( ) 35-49 ( ) 50-64 ( ) 65 tahun keatas Pendidikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian Dengan Hormat, Saya mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, bermaksud mengadakan penelitian guna memenuhi tugas akhir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Martabak Boss merupakan martabak variasi khas Bandung yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Martabak Boss merupakan martabak variasi khas Bandung yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Martabak Boss merupakan martabak variasi khas Bandung yang menawarkan martabak dengan berbagai pilihan rasa. Setiap daerah memiliki namanama khas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa peneliti memilih subyek tersebut karena peneliti menemukan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa peneliti memilih subyek tersebut karena peneliti menemukan bahwa BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek & Subyek Penelitian Obyek dari penelitian ini yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan subyeknya ialah para Mahasiswa Magister UMY. Alasan mengapa peneliti memilih

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PRODUK ORGANIK DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PRODUK ORGANIK DI SUMATERA UTARA 230 Lampiran : 1 Kuesioner Kuesioner ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PRODUK ORGANIK DI SUMATERA UTARA 231 Kepada Bapak/Ibu Responden Penyelidikan di Tempat Kuesioner Penelitian Assalamualaikum., Bersama ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini BMT Marhamah dan subyek dalam penelitian ini adalah karyawan tetap di BMT Marhamah. B. Jenis Data Jenis data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Industri ini mengacu pada kegiatan operasional percetakan dan obyek penelitian ini ialah untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepercayaan Pelanggan dan Kualitas

Lebih terperinci