PENGARUH BELANJA MODAL DAN INVESTASI TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH Oleh: Hendri Panggayuh 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BELANJA MODAL DAN INVESTASI TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH Oleh: Hendri Panggayuh 1)"

Transkripsi

1 PENGARUH BELANJA MODAL DAN INVESTASI TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH Oleh: Hendr Panggayuh 1) 1) SMA Neger 1 Teweh Tmur, Baro Utara Emal: hendr.panggayuh@gmal.com ABSTRACT Economc development s currently nfluenced by the nternal polces of local governments, such as the large proporton of government expendure allocated. In order to compensate for the performance of economc development, hence the need for the role of government and the prvate sector need to be mproved, where nvestment as one of the alternatves n order to acheve the economc development. How bg s the mnmal requrements and the extent of correlaton wh ndcators of successful economc development as the human development ndex, the economc growth rate, per capa ncome, poverty, and the open unemployment rate. The ams of ths research are to determne the development of the human development ndex, the rate of populaton growth, per capa ncome, poverty, and the open unemployment rate, determne the effect of capal expendure and nvestment towards human development ndex, the economc growth rate, ncome per capa, the poor, and the open unemployment rate. The analytcal method used to test the hypothess s boxplot analyss, cluster analyss and regresson analyss. Based on the research, s known that there are three classes n the economc development n Central Java provnce, of whch the frst class to have a common ndex of human development, and the growth rate of economcs are n Clacap dstrct, Magelang Cy, Surakarta, Semarang and Cy Pekalongan. Grades two to have smlar levels of percentage of the poor and the jobless rate was n Banyumas, Purbalngga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolal Klaten, Sukoharjo, Wonogr Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pat Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Salatga, Tegal. Grades three to have a hgh per capa ncome only n Kudus. Based on the results of multple lnear regresson analyss can be concluded capex and nvestment affect the human development ndex together, but f only partally affect the human development ndex. Capex wll affect the rate of economc growth partally, whle nvestment dd not affect the rate of economc growth. The allocaton of capal expendures and nvestments affect the ncome per capa together and partally. The allocaton of capal expendures and nvestment affect poor people together, f partally obtaned that the nvestment varables that negatvely affect the percentage of poor people, whle the varable capal expendure does not affect the percentage of poor people. The allocaton of capal expendures and nvestments do not affect the level of unemployment together and partally. Keywords: Capal Expendure, Investments, Economc Development PENDAHULUAN Pelaksanaan pembangunan ekonom daerah dgalakkan oleh pemerntah daerah dengan cara menngkatkan belanja modal. Belanja modal n memlk tngkat efektfas yang besar dalam pembangunan yang haslnya dapat dnkmat secara langsung oleh masyarakat umum sepert pada pembangunan nfrastruktur pentng sepert jalan raya. Adapun belanja pegawa merupakan belanja barang, gaj pegawa neger dan pembayaran utang yang dkategorkan sebaga belanja rutn karena sebagan besar dalokaskan untuk keperluan operasonal d mana belanja rutn memlk tngkat efektfas relatf rendah terhadap pembangunan ekonom daerah. Hal tersebut karena belanja untuk gaj sebagan masuk ke rekenng tabungan pegawa serta sebagan besar dbelanjakan oleh yang bersangkutan untuk konsums rumah tangga. Sedangkan belanja barang dan jasa pemerntah sebagan besar dujukan untuk operasonal kantor dan persedaan barang yang menjad tanggungjawab pemerntah. Phak yang mendapat keuntungan langsung adalah para supler pemerntah sebaga pemenang lelang pengadaan barang. Dengan demkan, apabla propors anggaran belanja modal rendah akan dapat memperlambat proses pembangunan ekonom sehngga perekonoman daerah dmungknkan akan tergantung pada belanja rutn pemerntah yang memlk tngkat efektfas yang rendah. Proses pembangunan ekonom seharusnya ddasarkan atas kemampuan daerah u sendr d mana mengoptmalkan seluruh potens sumber daya yang dmlk. Namun dalam kenyataanya mash banyak daerah yang mengalam hambatan dalam membangun perekonomannya, karena keterbatasan sumber daya, teknolog dan modal. Belanja modal yang seharusnya dapat berkontrbus lebh dalam kenyataannya mash sangat jauh dar yang dharapkan, d mana belanja pegawa mash menjad belanja domnan dalam 27

2 Pengaruh Belanja Modal... (Panggayuh) setap realsas APBD. Dengan demkan, peran swasta memlk kontrbus yang cukup pentng dalam percepatan tercapanya pembangunan ekonom d mana peran swasta melalu Penanaman Modal atau Investas bak yang berasal dar dalam neger maupun luar neger. Investas dengan mendrkan perusahaan baru atau menngkatkan kemampuan produks akan mampu memberkan multpler effect yang besar terhadap penngkatan pembangunan ekonom salah satunya adalah dapat membantu mengurang angka pengangguran dengan terbukanya berbaga kesempatan kerja, sehngga mendorong berkurangnya angka kemsknan. TINJAUAN PUSTAKA Teor ekonom telah menunjukkan bagamana pengeluaran pemerntah bsa menguntungkan atau merugkan pada pertumbuhan ekonom dalam jangka panjang. Menurut Keynesan, banyak macam pembelanjaan pemerntah, yang secara alam dapat mendukung secara posf menuju ekonom pertumbuhan, melalu multpler effect pada permntaan agregat. Pada ss lan, konsums pemerntah bsa mendesak nvestas rumah tangga melcnkan stmulus ekonom dalam jangka pendek dan mengurang akumulas modal dalam jangka panjang. Sebenarnya, pendesakan ada kaannya dengan defs fskal dan yang dhubungkan dengan efek tngkat bunga (Sukrno, 2004: 201). Pengeluaran pemerntah merupakan seperangkat produk yang dhaslkan oleh pemerntah untuk menyedakan barang-barang publk dan pelayanan kepada masyarakat. Total pengeluaran pemerntah merupakan penjumlahan keseluruhan dar keputusan anggaran pada tngkatan pemerntah bak pusat, provns maupun daerah. Pada masng-masng tngkatan dalam pemerntahan n mempunya keputusan akhr yang berbeda dan hanya beberapa hal pemerntah yang d bawahnya dapat dpengaruh oleh pemerntah yang lebh tngg. Oleh karena u, dalam memaham berbaga pengaturan pendanaan bag pemerntah pusat maupun daerah, maka harus mengetahu keragaman fungs yang dbebankannya. Fungs tersebut adalah fungs penyedaan pelayanan yang berorentas pada lngkungan dan kemasyarakatan, fungs pengaturan yakn merumuskan dan menegakkan pusat perundangan, fungs pembangunan, keterlbatan langsung maupun tdak langsung dalam bentukbentuk kegatan ekonom dan penyedaan prasarana, fungs perwaklan yau menyatakan pendapat daerah d luar bdang tanggungjawab eksekutf, dan fungs koordnas yakn melaksanakan koordnas dan perencanaan nvestas dan tata guna tanah regonal (Sodk, 2007: 44) Penngkatan pengeluaran pemerntah akan menyebabkan semakn menngkatkan pendapatan daerah, karena penngkatan aggregat demand akan mendorong kenakan nvestas dan pada akhrnya menyebabkan kenakan produks. Investas merupakan suatu faktor krusal bag kelangsungan proses pembangunan ekonom (sustanable development) jangka panjang. Pembangunan ekonom melbatkan kegatankegatan produks barang dan jasa d semua sektor ekonom. Dengan adanya kegatan produks maka tercptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat menngkat, yang selanjutnya mencptakan dan menngkatkan permntaan d pasar. Pasar berkembang dan berart juga volume kegatan produks kesempatan kerja dan pendapatan d dalam neger menngkat dan seterusnya, maka tercptalah pembangunan ekonom (Tambunan, 2001: 132). Secara lebh spesfk, untuk melhat hubungan belanja modal, nvestas dan pembangunan ekonom dapat ddekat dengan model pertumbuhan ekonom modern yau model pertumbuhan endogen ( endogenous growth model-egm) yang memasuk aspek-aspek endogenas dan eksternalas d dalam proses pertumbuhan ekonom. Sfat keberadaan teknolog tdak lag gven, tetap merupakan salah satu faktor produks yang dnams. Demkan juga halnya dengan faktor manusa, tenaga kerja d dalam fungs produks tdak lag merupakan suatu faktor yang eksogen, tetap bsa berkembang mengkut perkembangan teknolog dan lmu pengetahuan. Kemajuan teknolog dan perkembangan lmu pengetahuan serta penddkan menjad faktor-faktor pertumbuhan yang pentng. EGM juga sangat relevan untuk menganalss laju serta pola pertumbuhan ekonom d Indonesa. Terutama karena dampak dar progres teknolog dan kemajuan lmu pengetahuan serta penngkatan kualas sumber daya manusa terhadap pertumbuhan ekonom d dalam neger semakn tampak jelas saat n dbandngkan msalnya 30 tahun yang lalu. METODE PENELITIAN 1. Analss Boxplot Kelebhan dar penggunaan boxplot yau rngkasan dar data damplkan dalam bentuk 1 grafk yang mengandung nformas mengena locaton, spread, skewness, dan long taledness yang dapat terlhat dengan cepat. Boxplot menunjukkan nformas detal tentang observas pada bagan akhr. Jka terdapat suatu angka yang menark dar observas angka tersebut basanya akan terlhat pada bagan akhr boxplot. Dstrbus dar kumpulan data-data dapat dbandngkan dengan mudah dengan cara memperlhatkan boxplot data-data tersebut secara berdampngan. Boxplot ddesan dengan metode grafk back-of- 28

3 the-envelope, sehngga mudah dhung dan x 1 = data ke- dmplementaskan pada komputer. x = rata-rata data = smpangan baku 2. Analss Cluster c. Melakukan proses clusterng, Setelah data Cluster dapat dartkan kelompok dengan yang danggap mempunya satuan yang demkan pada dasarnya analss cluster akan sangat berbeda dseragamkan dan metode menghaslkan sejumlah cluster atau kelompok. cluster dentukan, langkah selanjutnya Proses pengolahan data sehngga sekumpulan data adalah membuat cluster. Proses clusterng mentah dapat dkelompokkan menjad satu atau adalah pengelompokkan data, terdapat dua beberapa cluster adalah sebaga berkut: metode, dantaranya : a. Menetapkan ukuran jarak antar-data 1) Herarchcal method, metode n Mengukur kesamaan antar-objek ( smlary). memula pengelompokkan dengan dua Sesua prnsp dasar cluster yang atau lebh objek yang mempunya mengelompokkan objek yang mempunya kesamaan palng dekat. Kemudan kemrpan, maka proses pertama adalah proses deruskan ke objek lan yang mengukur seberapa jauh ada kesamaan antarobjek. Ada tga metode yang dgunakan seterusnya sehngga cluster akan mempunya kedekatan kedua. Demkan dantaranya : membentuk semacam pohon d mana 1) Mengukur korelas antara sepasang objek ada herark (tngkatan) yang jelas antarobjek, dar palng mrp sampa palng pada beberapa varabel, d mana jka beberapa data memang akan tergabung tdak mrp. Secara logka semua objek menjad satu cluster, tentulah d antara pada akhrnya hanya akan membentuk data tersebut terdapat hubungan yang sebuah cluster. Dendogram basanya erat. Metode n mendasarkan besaran dgunakan untuk membantu korelas antara data untuk mengetahu memperjelas proses herark tersebut. kemrpan data satu dengan yang lan, jka Secara teor beberapa metode untuk ukuran menggunakan nla mutlak dar proses clusterng dantaranya Sngle korelasnya d mana ukuran kemrpan Lngkage, metode n akan dar objek ke terhadap objek ke j mengelompokkan dua objek yang dnotaskan d j dapat drumuskan sebaga mempunya jarak terdekat terlebh berkut : dahulu. Jka objek A dan B mempunya d j = 1 - r j jarak terdekat (msal 4,2) (1) dbandngkan d mana, r j merupakan nla koefsen jarak A dan C (msal 8) a tau B dan C korelas antara objek ke- dan objek ke-j (msal 5,6), maka proses herark pertama dan merupakan nla mutlaknya. adalah mengelompokkan A B. 2) Mengukur jarak ( dstance) antara dua selanjutnya cluster A B akan objek, pengukuran menggunakan metode menambah anggotanya dengan mencar Eucldean dstance, d mana cara n akan varabel dengan jarak terdekatnya. memasukkan sebuah data ke dalam Complete Lngkage, metode n justru cluster tertentu dengan mengukur jarak akan mengelompokkan dua objek yang data tersebut dengan pusat cluster. Jka mempunya jarak terjauh terlebh data ada dalam jarak yang mash ada dahulu, kemudan proses deruskan dalam batas tertentu, data tersebut dapat untuk jarak antar-varabel yang semakn dmasukkan pada cluster tersebut. dekat. Average Lnkage, metode n akan 3) Mengukur asosas antar-objek, pada mengelompokkan objek berdasarkan dasarnya mengasosaskan sebuah data jarak rata-rata yang ddapat dengan dengan cluster tertentu. melakukan rata-rata semua jarak antar b. Melakukan proses standarsas data jka objek terlebh dahulu. Ward s Method, dperlukan, Setelah cara mengukur jarak metode n jarak dua cluster yang detapkan, hal yang perlu dperhatkan adalah terbentuk dalam sum of squares d apakah satuan data mempunya perbedaan antara dua cluster tersebut. Centrod yang besar, jka hal n terjad maka membuat Method, metode n jarak antara dua perhungan jarak ( dstance) menjad tdak cluster adalah jarak d antara dua vald. Dengan demkan dlakukan proses centrod cluster tersebut. Centrod standarsas dengan mengubah data yang ada adalah rata-rata jarak yang ada pada ke Z-Score. Proses standarsas menjad dua cluster, yang ddapat dengan melakukan data dengan perbedaan satuan yang lebar rata-rata pada semua anggota suatu akan otomats menjad menyemp. Rumus cluster tertentu. Dengan metode n yang dgunakan adalah sebaga berkut: setap terjad cluster baru, segera terjad x x z perhungan ulang centrod, sampa terbentuk cluster tetap. (2) d mana, 29

4 Pengaruh Belanja Modal... (Panggayuh) 2) Non-herarchcal method, berbeda dengan metode herark metode n justru dmula dengan menentukan terlebh dahulu jumlah cluster yang dngnkan. Setelah jumlah cluster dketahu baru proses cluster dlakukan tanpa mengkut proses herark. Metode n basa dsebut dengan K-Means Cluster. d. Melakukan nterpretas (penamaan) terhadap cluster yang telah terbentuk, yang pada ntnya member nama spesfk untuk menggambarkan s cluster tersebut. e. Melakukan valdas dan proflng cluster, cluster yang terbentuk kemudan duj apakah hasl tersebut vald. Kemudan dlakukan proses proflng untuk menjelaskan karakterstk setap cluster berdasar profl tertentu. 3. Spesfkas Model Ekonometrka Model matematk yang dgunakan untuk mengdentfkas hubungan belanja modal dan Investas terhadap pembangunan ekonom kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah terdr dar lma persamaan dengan mengacu ndkator pembangunan ekonom. Adapun model persamaan pembangunan ekonomnya adalah sebaga berkut. a. Model Indkator Indeks Pembangunan Manusa (IPM) IPM BM I 1 IPM : Indeks Pembangunan Manusa BM : Belanja Modal I : Investas α : konstanta α 1 &α 4 : koefsen : daerah t : tahun 1) Model Indkator Pertumbuhan Ekonom (g) g BM I u 1 g : Pertumbuhan Ekonom β : konstanta β 1 & β 2 : koefsen 2) Model Indkator Pendapatan Per Kapa (y) y BM I v 1 y : Pendapatan Per Kapa : konstanta 1 & 2 : koefsen 3) Model Indkator Penduduk Mskn (Pov) Pov BM I w Pov : Kemsknan : konstanta 1 & 2 : koefsen 1 t 1 4) Model Indkator Pengangguran Terbuka (U) U BM I u U : Pengangguran : konstanta 1 & 2 : koefsen 1 t 1 t 1 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengelompokan Kabupaten/Kota Provns Jawa Tengah dengan Menggunakan Analss Cluster Berdasarkan Tabel 1 dapat dketahu terdapat tga cluster (tga kelompok). Kabupaten/kota yang tergabung dalam kelompok satu cenderung memlk kesamaan atau dentas pada varabel ndeks pembangunan manusa dan laju pertumbuhan ekonom. Pada kelompok dua cenderung ada kemrpan dalam dan persentase penduduk mskn, dan tngkat pengangguran terbuka. Kelompok tga cenderung pada pendapatan perkapa. Kabupaten/kota yang terbag dalam tga kelompok tersebut dapat dlhat pada Gambar 1. Kabupaten/Kota yang tergabung (3) dalam kelompok satu adalah Kabupaten Clacap, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Pekalongan. Kelompok satu tersebut merupakan kumpulan kabupaten/kota yang cenderung memlk kesamaan dalam pembangunan manusa dan laju pertumbuhan ekonom. Kelompok dua terdr atas Kabupaten Banyumas, Purbalngga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolal Klaten, Sukoharjo, Wonogr Karanganyar, (4) Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pat Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Salatga, Kota Tegal. Pada kelompok n cenderung memlk kesamaan dalam persentase penduduk mskn, dan tngkat pengangguran terbuka. Kelompok ketga hanya (5) ada satu yau Kabupaten Kudus. Memsahnya Kabupaten Kudus dar kabupaten/kota yang lan karena ada perbedaan dalam pendapatan perkapa. Hal n dsebabkan pendapatan perkapa Kabupaten Kudus dar tahun 2005 sampa dengan tahun 2013 selalu bernla palng besar. Pendapatan (6) perkapa Kabupaten Kudus pada tahun 2005 sebesar 26,54 juta rupah, sedangkan pada tahun 2013 menngkat menjad 50,80 juta rupah. 30

5 Tabel 1 Hasl Analss Cluster Kabupaten/Kota d Provns Jawa Tengah Tahun Cluster Indeks Pembangunan Manusa 72, , ,000 71, , ,3256 Laju Pertumbuhan Ekonom 0,0479 0,0534 0,0395 0,0478 0,0000 0,0394 Pendapatan per kapa , , ,0934 Persentase Penduduk Mskn 0,1021 0,1154 0,1153 0,1816 0,0000 0,1020 Tngkat Pengangguran Terbuka 0,0681 0,1135 0,665 0,0680 0,000 0,0664 Sumber: Data dolah, 2015 Pengelompokan tersebut ddasarkan atas kemrpan varabel yang del. Dalam penelan n terdapat beberapa kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah dengan tngkat pembangunan ekonom tngg yau Kabupaten Kudus dan Kota Semarang yang berada dalam satu kelompok. Hal n menunjukkan Kabupaten Kudus dan Kota Semarang memlk tngkat pembangunan yang lebh bak dbandngkan dengan kabupaten/kota lan d Provns Jawa Tengah. 2. Pengaruh Belanja Modal dan Investas Terhadap Indeks Pembangunan Manusa (IPM) Berdasarkan hasl regres dketahu nla t hung varabel belanja modal sebesar 0,918. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n-k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9785. Nla t hung < nla tabel (0,918 < 1,9785), sehngga t hung berada d daerah penermaan H 0. H 0 derma artnya belanja modal tdak mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap ndeks pembangunan manusa. Varabel belanja modal tdak memlk pengaruh terhadap ndeks pembangunan manusa juga dunjukkan oleh nla sgnfkansnya yang lebh besar dar nla alpha yau 0,360 > 0,05. Nla t hung varabel nvestas sebesar 4,201. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n -k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9785. Karena nla t hung varabel nvestas lebh kecl darpada t tabel (4,201 > 1,9785) sehngga t hung berada d daerah penolakan H 0. H 0 dolak artnya varabel nvestas mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap ndeks pembangunan manusa. Hal tersebut juga ddukung oleh nla sgnfkans varabel nvestas yang lebh kecl dar nla alphanya (0,04 < 0,05). Pengujan Pengaruh alokas belanja modal dan nvestas terhadap ndeks pembangunan manusa (IPM) dlakukan dengan analss regres berganda. Hasl analss menunjukkan adanya pengaruh nvestas terhadap ndeks pembangunan manusa (IPM) secara parsal. Akan tetap alokas belanja modal tdak berpengaruh terhadap ndeks pembangunan manusa. Hal n berart nvestas berperan pentng dalam menngkatkan ndeks pembangunan manusa d kabupaten/kota yang ada d Provns Jawa Tengah, sedangkan belanja modal tdak berperan pentng dalam mewujudkan ndeks pembangunan manusa. Meskpun secara parsal tdak berpengaruh, akan tetap secara bersama-sama keberadaan belanja modal dan nvestas berpengaruh sgnfkan terhadap ndeks pembangunan manusa. Hal n menunjukkan nteraks keberadaan belanja modal dan nvestas secara bersama-sama menentukan terhadap ndeks pembangunan manusa. Berdasarkan hasl pengujan n maka hpotess kedua yang menyatakan alokas belanja modal dan nvestas mempengaruh ndeks pembangunan manusa (IPM) pada kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah derma 3. Pengaruh Belanja Modal dan Investas Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonom Berdasarkan hasl perhungan analss regres dketahu nla t hung varabel belanja modal sebesar 0,000. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n -k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9785. Nla t hung > nla tabel (4,485 >1,9785), sehngga t hung berada d daerah penolakan H 0. H 0 dolak berart belanja modal mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap pertumbuhan ekonom. Varabel belanja modal memlk pengaruh terhadap pertumbuhan ekonom juga dunjukkan oleh nla sgnfkansnya yang lebh kecl dar nla alpha yau 0,000 < 0,05. Nla t hung varabel nvestas sebesar 1,183. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n-k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9785. Karena nla -t hung varabel nvestas lebh besar darpada -t tabel (1,183 > -1,9785) sehngga t hung varabel nvestas berada d daerah penermaan H 0. H 0 derma artnya varabel nvestas tdak mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap pertumbuhan ekonom. Hal tersebut juga ddukung oleh nla sgnfkans varabel nvestas yang lebh besar dar nla alphanya (0,239 > 0,05). Berdasarkan hasl pengujan n maka hpotess ketga yang 31

6 Pengaruh Belanja Modal... (Panggayuh) menyatakan alokas belanja modal dan nvestas mempengaruh laju pertumbuhan ekonom pada kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah dolak 4. Pengaruh Belanja Modal dan Investas Terhadap Pendapatan per Kapa Berdasarkan hasl perhungan analss regres dketahu nla t hung varabel belanja modal sebesar 4,073. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n -k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9785. Karena nla t hung > nla tabel (4,073 > 1,9785), sehngga t hung berada d daerah penolakan H 0. H 0 dolak artnya bahwa belanja modal mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap pendapatan per kapa. Hal tersebut menunjukkan bahwa jka pemerntah Kab/Kota menakkan belanja modal nya akan berdampak pada penngkatan pendapatan per kapa masyarakat. Pengaruh varabel belanja modal terhadap pendapatan per kapa juga dunjukkan oleh nla sgnfkansnya yang lebh kecl dar nla alpha yau 0,000 < 0,05. Nla t hung varabel nvestas sebesar 4,060. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n-k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9785. Karena nla t hung varabel nvestas lebh besar darpada t tabel (4,060 < 1,9785) sehngga nla t hung varabel nvestas berada d daerah penolakan H 0. H 0 dolak mempunya art bahwa varabel nvestas mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap pendapatan per kapa. Hal n menunjukkan bahwa Jka Pemerntah Kab/Kota menngkatkan nvestasnya akan memberkan dampak pada penngkatan pendapatan per kapa masyarakat. Pengaruh varabel nvestas terhadap pendapatan per kapa juga ddukung oleh nla sgnfkans varabel nvestas yang lebh besar dar nla alphanya (0,000 > 0,05). Dengan demkan hpotess keempat yang menyatakan alokas belanja modal dan nvestas mempengaruh pendapatan per kapa pada kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah derma. 5. Pengaruh Belanja Modal dan Investas Terhadap Persentase Penduduk Mskn Berdasarkan hasl perhungan analss regres dketahu nla t hung varabel belanja modal sebesar -1,202. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n -k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9676. Karena nla -t hung > nla t tabel (-1,202 > -1,9676), sehngga nla t hung berada d daerah penermaan H 0. H 0 derma artnya belanja modal tdak mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap persentase penduduk mskn. Varabel belanja modal tdak mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap varabel persentase penduduk mskn juga dunjukkan oleh nla sgnfkansnya yang lebh besar dar nla alpha yau 0,230 > 0,05. Nla t hung varabel nvestas sebesar -2,655. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n -k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar -1,9676. Karena nla -t hung varabel nvestas lebh kecl darpada -t tabel ( - 2,655 < -1,9774) sehngga nla t hung varabel nvestas berada d daerah penolakan H 0. H 0 dolak artnya varabel nvestas mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap persentase penduduk mskn. Hal n menunjukkan bahwa jka pemerntah kabupaten/kota menngkatkan nvestasnya maka persentase penduduk mskn akan mengalam penurunan. Pengaruh varabel nvestas terhadap persentase penduduk mskn juga ddukung oleh nla sgnfkans varabel nvestas yang lebh kecl dar nla alphanya (0,008 < 0,05). Dengan demkan hpotess kelma yang menyatakan alokas belanja modal dan nvestas mempengaruh penduduk mskn pada kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah derma. 6. Pengaruh Belanja Modal dan Investas Terhadap Tngkat Pengangguran Terbuka (TPT) Berdasarkan hasl perhungan analss regres dketahu nla t hung varabel belanja modal sebesar -0,971. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n -k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar -1,9785. Karena nla -t hung < nla t tabel (-0,971 < 1,9785), sehngga nla t hung varabel belanja modal berada d daerah penolakan H 0. H 0 dolak artnya belanja modal mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap tngkat pengangguran terbuka. Pengaruh tersebut menunjukkan bahwa jka Pemerntah Kab/Kota menngkatkan belanja modalnya maka akan menurunkan tngkat pengangguran terbuka. Pengaruh yang sgnfkan varabel belanja modal terhadap tngkat pengangguran terbuka juga dunjukkan oleh nla sgnfkansnya yang lebh kecl dar nla alpha yau 0,552 < 0,05. Nla t hung varabel nvestas sebesar 0,597. Dengan menggunakan tngkat keyaknan 95 persen atau alpha 5 persen dan derajat kebebasan (n -k-1) dperoleh nla t tabel yau sebesar 1,9785. Karena nla t hung varabel nvestas lebh kecl darpada t tabel (0,597 < 1,9785) sehngga varabel nvestas tdak mempunya pengaruh yang sgnfkan terhadap persentase penduduk mskn. Hal tersebut juga ddukung oleh nla sgnfkans varabel nvestas yang lebh besar dar nla alphanya (0,545 > 0,05). Berdasarkan hasl penelan bahwa Kabupaten/Kota d Provns Jawa Tengah dengan tngkat pengangguran terbuka rendah berada d Kabupaten Clacap, Kota Surakarta, Kota Semarang, Kota Pekalongan dan Kabupaten 32

7 Kudus. Kabupaten/Kota yang memlk tngkat pengangguran terbuka rendah d mana peran alokas belanja modal dan nvestas jangka panjang dapat drasakan, dmbang dengan adanya pelabuhan, bandara, dan ndustr pengolahan serta bahan baku yang terseda. Kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah yang memlk tngkat pengangguran terbuka tngg mash pada sektor pertanan dan sektor nformal d mana pengelolaanya mash secara mandr. Dsampng mash berada d sektor pertanan dan nformal, tnggnya tngkat pengangguran terbuka dsebabkan oleh kurang adanya pengembangan dan perluasan kesempatan kerja sepert kegatan faslas penempatan kerja, pengembangan kewrausahaan, dan pemberan faslas guna mendorong sstem pendanaan, pelathan berbass masyarakat, serta kegatan yang fokus pada penyapan tenaga kerja yang kompeten, produktf dan berdaya sang. Dengan demkan hpotess keenam yang menyatakan alokas belanja modal dan nvestas mempengaruh tngkat pengangguran terbuka pada kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah dolak. KESIMPULAN Dar hasl penelan dan pengolahan data, penelan n memperoleh beberapa kesmpulan antara lan: 1. Terdapat beberapa kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah dengan tngkat pembangunan ekonom tngg. Tngkat perekonoman deklompokan dalam tga kelompok, yau Kabupaten/Kota yang tergabung dalam kelompok satu adalah Kabupaten Clacap, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Pekalongan. Kelompok satu tersebut merupakan kumpulan kabupaten/kota yang cenderung memlk kesamaan dalam pembangunan manusa dan laju pertumbuhan ekonom. Kelompok dua terdr atas Kabupaten Banyumas, Purbalngga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolal Klaten, Sukoharjo, Wonogr Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pat Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Salatga, Kota Tegal. Kelompok ketga hanya ada satu yau Kabupaten Kudus. 2. Alokas belanja modal dan nvestas menunjukkan adanya pengaruh terhadap ndeks pembangunan manusa (IPM), d mana nvestas mempengaruh ndeks pembangunan manusa (IPM) secara parsal sedangkan alokas belanja modal tdak berpengaruh terhadap ndeks pembangunan manusa. Hal n berart nvestas berperan pentng dalam menngkatkan ndeks pembangunan manusa d kabupaten/kota yang ada d Provns Jawa Tengah, sedangkan belanja modal tdak berperan pentng dalam mewujudkan ndeks pembangunan manusa. Meskpun secara parsal tdak berpengaruh, akan tetap secara bersama-sama keberadaan belanja modal dan nvestas berpengaruh sgnfkan terhadap ndeks pembangunan manusa. Hal n menunjukkan nteraks keberadaan belanja modal dan nvestas secara bersama-sama menentukan terhadap ndeks pembangunan manusa. 3. Alokas belanja modal menunjukkan pengaruh secara parsal terhadap laju pertumbuhan ekonom. Adapun varabel nvestas tdak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonom secara parsal. Hal n berart laju pertumbuhan ekonom d kabupaten/kota yang ada d Provns Jawa Tengah dentukan oleh belanja modal yang ada d tap kabupaten/kota, sedangkan nvestas tdak djadkan sebaga varabel predktor terhadap laju pertumbuhan ekonom. Secara bersamasama varabel belanja modal dan nvestas dapat djadkan sebaga varabel untuk mempredks laju pertumbuhan ekonom. 4. Terdapat pengaruh alokas belanja modal dan nvestas terhadap pendapatan per kapa bak secara bersama-sama maupun secara parsal. Hal n berart pendapatan per kapa d kabupaten/kota yang ada d Provns Jawa Tengah dentukan oleh belanja modal dan nvestas yang ada d tap kabupaten/kota 5. Tdak adanya pengaruh alokas belanja modal secara parsal. Hal n menunjukkan persentase penduduk mskn yang ada d kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah tdak dentukan oleh perubahan belanja modal yang dkeluarkan oleh pemerntah setap tahun. Hasl analss menunjukkan adanya pengaruh nvestas terhadap penduduk mskn secara parsal. Pengaruh yang terjad adalah pengaruh negatf, artnya penngkatan nvestas mampu menurunkan persentase penduduk mskn. Hasl pengujan pengaruh secara bersamasama dketahu alokas belanja modal dan nvestas mempengaruh penduduk mskn pada kabupaten/kota d Provns Jawa Tengah. Hal n dapat dketahu dar angka kemsknan semakn menurun, jka dbandngkan dengan wlayah perkotaan dan pedesaan bahwa d wlayah perkotaan lebh rendah dbandng d pedesaan. Berdasarkan hasl penelan bahwa, pengeluaran rata-rata penduduk mskn d kota lebh tngg darpada penduduk mskn d desa atau kabupaten. 6. Pengujan pengaruh alokas belanja modal dan nvestas terhadap tngkat pengangguran terbuka menunjukkan tdak adanya bak secara bersama-sama maupun secara parsal. Hal n dkarenakan dalam penenlan n belanja modal berdasarkan laporan realsas APBD yang dpublkaskan oleh BPS dan 33

8 Pengaruh Belanja Modal... (Panggayuh) Kementran Keuangan sedangkan nvestas berasal dar penjumlahan antara realsas nvestas asng (penanam modal asng) dan nvestas dalam neger (penanam modal dalam neger) Kabupaten/Kota d provns Jawa Tengah yang hanya d publkaskan oleh Badan Penanaman Modal Provns. Hal n berart tngkat pengangguran terbuka d kabupaten/kota yang ada d Provns Jawa Tengah tdak dentukan oleh belanja modal dan nvestas yang ada d tap kabupaten/kota, dkarenakan alokas belaja modal dan nvestas yang memlk manfaat jangka panjang belum dapat memberkan pengaruh dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhr, sedangkan belanja pemerntah dan nvestas jangka pendek dan menengah yang dapat memberkan pengaruh. Saran 1. Belanja modal merupakan nstrumen pentng untuk menngkatkan pembangunan ekonom dengan mnmnya belanja modal dharapkan setap Kabupaten/Kota d Provns Jawa Tengah dapat memberkan kebjakan akan penambahan belanja modal guna mempercepat tujuan akan pembangunan ekonom. Hal n terutama d 29 Kabupaten/Kota yang termasuk dalam cluster dua, dantaranya Kabupaten Banyumas, Purbalngga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolal Klaten, Sukoharjo, Wonogr Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pat Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal,Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Salatga, Kota Tegal. Dsampng u Guna mempercepat tujuan akan pembangunan ekonom pemerntah Kabupaten/Kota dapat menngkatkan kegatan pelathan kepada angkatan kerja yang telah terseda sehngga hal n dapat membantu menngkatkan kemampuan dan pengetahuan serta kesehatan dan penddkan sebaga upaya penngkatan dan penyedaan tenaga kerja yang berkualas d masa akan datang. Bagamana agar hasl pembangunan ekonom tdak hanya mengejar pertumbuhan semata, namun penngkatan kualas hdup manusa. Perlu dlakukan penngkatan knerja pemerntah Kabupaten/Kota untuk mampu berskap terbuka dan mampu mengurang masalah lebh sederhana sekalgus tanpa mengorbankan nla dasar pembangunan. 2. Bag penelan selanjutnya dsarankan untuk mengdentfkas varabel bebas serta penambahan penggunaan dan penggabungan varabel ndependen yang bersfat kuantatf dan kualatf yang lebh banyak dalam mempredks varabel ndeks pembangunan manusa, laju Pertumbuhan Ekonom pendapatan perkapa, persentase penduduk mskn dan tngkat pengangguran terbuka serta pengaruhnya terhadap kebjakan pemerntah yang relevan terhadap realsas belanja modal. DAFTAR PUSTAKA Anwar A. dan Had S Perencanaan Pembangunan Wlayah dan Pedesaan. Majalah Kajan Ekonom dan Sosal. Prsma Nomor Khusus 25 Tahun Prsma Arsyad, L Ekonom Pembangunan. Eds Kelma. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Badan Pusat Statstk Jawa Tengah dalam Angka. Badan Pusat Statstk Ketenagakerjaan Penduduk Indonesa. Badan Pusat Statstk Indeks Pembangunan Manusa. Barro, R.J. dan Xaver, S. M Economc Growth. McGraw Hll Inc., New York. Baroroh, A Analss Multvarat dan Tme Seres dengan SPSS 21. PT Elex Meda Komputndo, Jakarta. Boedono, 1988, Teor Pertumbuhan Ekonom: Ser Snopss Pengantar Ilmu Ekonom No.4. BPFE, Yogyakarta. Ghozal I Aplkas Analss Multvarate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerb Undp, Semarang Jhngan, M.L Ekonom Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafndo Persada, Jakarta. Juanda, B Metode Penelan Ekonom dan Bsns. IPB PRESS, Bogor Nachrow dan Hardus, U Pendekatan Populer dan Prakts; Ekonometrka untuk Analss Ekonom dan Keuangan. LPFEUI, Jakarta. Nanga, M Makroekonom: Teor Masalah dan Kebjakan. Eds Kedua. PT. Raja Grafka Persada, Jakarta. Republk Indonesa. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerntah Daerah. Republk Indonesa. Peraturan Pemerntah Nomor 24 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Republk Indonesa. Peraturan Pemerntah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Republk Indonesa. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Republk Indonesa. Peraturan Pemerntah Nomor 71 tahun 2010 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 34

9 Republk Indonesa. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerntah Daerah. Rahardja, P. dan Manurung, M Teor Ekonom Makro: Suatu Pengantar. LPFE-UI, Jakarta. Santoso, S Mengatas Berbaga Masalah Statstk dengan SPSS vers PT Elex Meda Komputndo, Jakarta. 35

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method Model Regres Varabel dengan Metode Selsh Mutlak Moderatng Varable Regresson Model wth an Absolute Dfference Method Desy Ika Rachmawat 1, Des Yunart, dan Darnah And Nohe 3 1 Mahasswa Program Stud Statstka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI

V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI Solmun Program Stud Statstka FMIPA UB 31 V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI A. Pengertan Varabel Moderas Varabel Moderas adalah varabel yang bersfat memperkuat atau memperlemah pengaruh varabel penjelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-324

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-324 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 1, No. 1, (Sept. ) ISSN: 3-98X D-3 Analss Statstk entang Faktor-Faktor yang Mempengaruh Waktu unggu Kerja Fresh Graduate d Jurusan Statstka Insttut eknolog Sepuluh Nopemper

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

Pengaruh Indikator Kependudukan Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia dengan Pendekatan Regresi Panel

Pengaruh Indikator Kependudukan Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia dengan Pendekatan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Prnt) D-3 Pengaruh Indkator Kependudukan Terhadap Tngkat Pengangguran Terbuka d Indonesa dengan Pendekatan Regres Panel Elka Tantr dan Va Ratnasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN PRODUKSI BAWANG PUTIH, BAWANG MERAH, CABE BESAR DAN CABE RAWIT

BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN PRODUKSI BAWANG PUTIH, BAWANG MERAH, CABE BESAR DAN CABE RAWIT Bplot (DahSaftr) BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN PRODUKSI BAWANG PUTIH, BAWANG MERAH, CABE BESAR DAN CABE RAWIT Dah Saftr 1, Supart 2, Est Pratw 3, Tyas

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuh Tugas Matakulah Multvarat yang dbmbng oleh Ibu Tranngsh En Lestar oleh Sherly Dw Kharsma 34839 Slva Indrayan 34844 Vvn Octana 34633 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci