BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kwalitas daya yang dikirimkan dari sumber ke beban. Filter sistem tenaga listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kwalitas daya yang dikirimkan dari sumber ke beban. Filter sistem tenaga listrik"

Transkripsi

1 BAB TINJAUAN PUSTAKA. Filer Akif Filer Akif adalah suau perangka elekronik yang dapa memperbaiki kwalias daya yang dikirimkan dari sumber ke beban. Filer sisem enaga lisrik biasanya erdiri dari Filer Akif dan Filer Pasif. Menuru Izhar e al, pemakaian Filer Akif pada sisem enaga lisrik lebih fleksibel daripada Filer Pasif karena dari segi penggunaan dan unjuk kerja (performance) Filer Akif lebih ekonomis [9]. Unuk mengurangi permasalahan yang diimbulkan oleh kwalias daya pada sisem enaga erganung pada koneksi Filer Akif yang diperlihakan pada Tabel.. Tabel. Aplikasi filer akif erganung pada permasalahan kwalias daya [] Koneksi Filer Akif Shun Sumber Permasalahan Efek Beban erhadap Suplai Efek Suplai Arus Bolak-Balik Arus Bolak Balik erhadap Beban - Memfiler Arus Harmonisa - Kompensasi Arus Reakif - Arus Tak Seimbang - - Flicker Tegangan Seri Seri Shun - Memfiler Arus Harmonisa - Kompensasi Arus Reakif - Arus Tak Seimbang - Tegangan Flicker - Tegangan ak seimbang - Filer Arus Harmonisa - Kompensasi Arus Reakif - Arus Tak Seimbang - Tegangan Flicker - Tegangan ak seimbang - Tegangan Sag/Swell - Tegangan Tak Seimbang - Disorsi Tegangan - Tegangan Noching - Tegangan Flicker - Tegangan Sag/Swell - Tegangan Tak Seimbang - Disorsi Tegangan - Noching Tegangan - Tegangan Flicker 8

2 9 Filer Akif biasanya menggunakan perangka swiching berupa pengaur modulasi lebar pulsa egangan aau arus yang disebu Pulse Widh Modulaion Volage Source Inverer (PWM VSI) aau Curren Source Inverer (PWM CSI) yang dihubungkan ke level sisem egangan rendah dan juga egangan inggi erganung pada permasalahan kwalias daya []. Menuru Akagi pada dasarnya Filer Akif dalam sisem enaga dibagi dalam opologi yaiu opologi secara paralel disebu Shun Acive Filer dan secara seri disebu Series Acive Filer []... Filer Akif Paralel (Shun Acive Filer) Prinsip dasar Filer Akif Paralel adalah memfiler arus harmonisa dengan menghasilkan arus filer kompensasi (i filer ) yang berbanding secara erbalik arus harmonisa beban (i beban ). Saa fasa arus Filer Akif Shun dan fasa arus beban mempunyai fasa yang sama aaupun fasanya berlawanan pada frekwensi harmonisa maka kedua fasa akan saling meniadakan sehingga jumlah vekor arus menjadi nol pada suplai arus (i suplai ) di Poin of Common Coupling (PCC) sehingga arus suplai mendekai sinusoidal [],[], seperi diperlihakan pada Gambar. [3] dan Gambar. [] merupakan opologi Filer Akif Paralel (Shun) dan benuk gelombangnya.

3 Suplai isuplai ibeban Beban Non Linear PCC i filer Lf Filer Akif Gambar. Topologi filer akif paralel (Shun) [3] Filer Akif Paralel erdiri dari inverer, oupu inverer dihubung dengan L aaupun LC dipasang secara paralel dengan beban yang mengandung arus harmonisa sehingga erjadi kompensasi arus. Gambar. Benuk gelombang seelah dipasang filer akif paralel, arus sumber, arus beban non linear dan arus kompensasi []

4 .. Filer Akif Seri (Series Acive Filer) Filer Akif Seri banyak digunakan unuk memfiler harmonisa dan memkompensasi disorsi egangan seperi egangan kedip, fliker egangan dan egangan idak seimbang pada level sisem egangan inggi dan egangan rendah. Filer akif seri erdiri dari inverer dan keluaran (oupu) inverer dihubungkan dengan filer L aau LC kemudian dikopling dengan ransformaor. Filer Akif Seri dihubungkan secara seri dianara suplai dengan beban seperi diperlihakan pada Gambar.3 [3]. Vsuplai i suplai V Beban Non Linear Vload Suplai Vfiler Filer Akif Gambar.3 Topologi filer akif seri (Series) [3] Dalam memfiler arus harmonisa, inverer menghasilkan egangan keluaran (v filer ) yang sebanding erhadap arus harmonisa sumber (i suplai ). Pada egangan keluaran (v ) kopling ransformaor sisi sekunder sebanding erhadap rasio ransformaor kopling. Pada dasarnya benuk gelombang egangan dan arus lisrik dalam sisem enaga merupakan gelombang sinusoidal murni. Dengan perkembangan

5 beban lisrik semakin kompleks eruama penggunaan beban lisrik ak linear sehingga menimbulkan erjadi perubahan disorsi benuk gelombang egangan dan arus. Tegangan sisi sekunder (v ) ransformaor kopling adalah sebanding erhadap arus mengalir melalui ransformaor kopling aau disebu ahanan akif pada frekwensi harmonisa. Arus harmonisa pada sumber akan berkurang dengan naiknya impedansi frekwensi harmonisa sumber yang disebabkan oleh ahanan akif. Unjuk kerja Filer Akif Seri sanga efekif mengurangi harmonisa pada impedansi beban rendah dibandingkan dengan impedansi beban inggi [4]. Seperi elah disebukan di aas, menuru Tung e al [5], Filer Akif Seri juga digunakan unuk memfiler harmonisa egangan dan kompensasi kedip egangan. Benuk suplai gelombang egangan seelah pemasangan filer akif seri diperlihakan pada Gambar.4, di mana egangan suplai mendekai egangan gelombang sinusoidal dan egangan beban non linear mendekai benuk gelombang square wave. Sedangkan egangan filer akif seri mempunyai benuk gelombang oupu kompensasinya erdisorsi.

6 3 Gambar.4 Benuk gelombang seelah dipasang filer akif seri, egangan suplai, egangan beban non linear dan egangan kompensasi [6]..3 Topologi Filer Akif Seri Pada peneliian merancang model Filer Akif Seri dengan memakai inverer VSI iga fasa seperi diperlihakan pada Gambar.5 di bawah ini. Vs PCC Zs I S I NL IF Z F I NL Rangkaian Konrol IGBT Power Elekronik Gambar.5 Topologi filer akif seri sau garis

7 4. Prinsip Inverer VSI 6 Pulsa Definisi secara umum dari inverer adalah peralaan elekronika daya yang berfungsi mengubah egangan searah (DC) menjadi egangan bolak-balik (AC). Tipe inverer ada dua jenis yaiu inverer sumber egangan (VSI) dan inverer sumber arus (CSI). Inverer VSI seperi diperlihakan pada Gambar.6 [7] dibawah ini. 3 Vs + - Cd a n 4 Gambar.6 Inverer VSI (Volage Source Inverer) [7] Inverer CSI pada dc bus dilengkapi dengan Indukansi seperi diperlihakan pada Gambar.7 [7]. 3 Vs + - a n 4 Gambar.7 Inverer CSI (Curren Source Inverer) [7] Inverer 3 fasa dapa dibenuk dengan 3 kali inverer fasa erdiri dari 6 semikondukor dengan ipe sinyal konrol yang dapa dipakai yaiu konduksi aau 8. Dalam perancangan filer akif seri ini digunakan inverer 3 fasa sumber egangan (VSI). Konfigurasi dasar inverer 3 fasa aau VSI 6 pulsa yang erhubung ke

8 5 sumber egangan AC melalui ransformaor kopling. Device elekronik VSI menggunakan ransisor IGBT. IGBT dianggap sebagai saklar yang berfungsi sebagai inverer dan dioda ani paralel sebagai jalur unuk pemindahan energi dari sisi AC ke DC unuk mengisi kapasior. Proses penyaklaran (swiching) yang epa pada inverer akan menghasilkan gelombang egangan AC iga fasa pada erminal egangan keluaran inverer (Vo). Penyaklaran inverer dapa dilakukan pada konduksi aau 8. Unuk konduksi 8 ada 3 buah saklar yang menyala pada seiap waku, penyaklaran konduksi 8 lebih baik dan disukai daripada konduksi [7]. Pada konduksi 8 ada 6 mode operasi dalam sau siklus dengan durasi seiap mode 6 dan saklar dinomori dengan uruan penyaklarannya yaiu 3, 34, 345, 456, 56 dan 6 [7]. Pada saa peralihan cepa saklar bekerja, dan egangan dc pada kapasior harus dijaga konsan. Meode konduksi 8 pada inverer 6 pulsa dan benuk gelombang keluarannya seperi diperlihakan pada Gambar.8,.9 dan.. Tiap gae diakifkan dengan sinyal pulsa yang dihasilkan oleh rangkaian pembangki pulsa PWM. + _ + Vs/ _ Vs + Vs/ _ Q C C Q4 D D4 A Q3 Q6 D3 B D6 Q5 Q D5 C D Vo Gambar.8 Rangkaian Inverer VSI 6 Pulsa 3 Fasa [7]

9 6 g g /3 g 3 /3 g 4 g 5 g 6 Vab Vs Vbc Vs Vca Vs Gambar.9 Inverer 6 Pulsa konduksi 8 [7] Van Vs/3 Vs/3 3 Vbn Vs/3 - Vs/3 3 Vcn Vs/3 3 - Vs/3 Gambar. Benuk gelombang keluaran fasa egangan Inverer 6 Pulsa konduksi 8 [7]

10 7.3 Teknik Modulasi Lebar Pulsa (PWM) Konrol egangan keluaran VSI adalah dengan memanfaakan penyaklaran (swiching) frekwensi inggi menggunakan eknik modulasi lebar pulsa (PWM) pada sumber egangan dc yang dijaga konsan, kemudian diambil raa-raa dari benuk gelombang keluaran unuk mendapakan komponen fundamenal egangan yang diaur magniudanya. Teknik PWM memberikan keunungan di mana komponen harmonisa uruan komponen rendah berkurang sehingga akan mengurangi jumlah harmonisa dan memfiler harmonisa. Semakin inggi rasio frekwensi swiching erhadap frekwensi fundamenal maka semakin berkurang komponen harmonisa yang muncul. Ada beberapa eknik PWM yang sering digunakan sebagai beriku [7]:. Single Pulse Widh Modulaion.. Muliple Pulse Widh Modulaion. 3. Sinusoidal Pulse Widh Modulaion..3. Single Pulse Widh Modulaion Meode Single pulse widh modulaion hanya ada sau pulsa seiap seengah siklus dan lebar pulsa variasi unuk mengaur egangan keluaran inverer. Sinyal gaing dibangkikan dengan membandingkan sinyal referensi segiempa (recangular) berampliudo Ar erhadap sinyal segi-iga pembawa (riangular carrier) berampliudo Ac. Frekwensi fundamneal egangan keluaran Vo. Rasio Ar erhadap Ac adalah merupakan variabel pengauran juga disebu indeks modulasi (M) yang diberikan seperi pada Persamaan (.)[7] sebagai beriku:

11 8 M = Ar Ac (.) Dengan merubah nilai Ar dari nol hingga Ac, lebar pulsa δ dapa berubah dari sampai 8 dan egangan rms keluaran Vo bervariasi dari nol sampai Vs seperi pada Persamaan (.) [7] yaiu:,5 ( δ Vo = + ) / Vs d( ) = Vs ( δ ) / δ.... (.) Inverer sau fasa jembaan gelombang penuh yang erdiri dari dari 4 buah ransisor dengan sumber egangan Vs seperi diperlihakan pada Gambar.[7],[8]. Gambar. [7],[8] adalah sinyal gaing dan egangan keluaran Vo. Uruan penyaklaran ransisor ersebu, 3, 34 dan 4. Komponen harmonisa yang lebih dominan muncul uruan keiga pada egangan keluaran Vo dibandingkan komponen uruan harmonisa lainnya. + _ + Vs/ _ Vs C Q a D D3 Load b Q3 + Vs/ _ C Q4 D4 D Q Gambar. Inverer fasa jembaan gelombang penuh [7][8]

12 9 A c A r e A r A c α α Carrier signal Reference signal g δ Gae signal for ransisor Q g 4 δ δ + Vo Vs Gae signal for Q4 δ -Vs δ δ + 3 Gambar. Sinyal gaing dan egangan keluaran Inverer Single Pulse Widh Modulaion [7][8].3. Muliple Pulse Widh Modulaion Teknik muliple pulse widh modulaion dapa mengurangi kandungan harmonisa dengan membangki beberapa pulsa yang menggunakan seengah siklus egangan keluaran seperi diperlihakan pada Gambar.3 [7]. Sinyal gaing dibangkikan dengan membandingkan sinyal referensi segiempa (square) berampliudo Ar erhadap sinyal segiiga (riangular) pembawa berampliudo Ac. Frekwensi dari sinyal referensi menenukan frekwensi oupunya f o, dan sinyal frekwensi pembawa (carrier) f c menenukan jumlah pulsa p selama seengah siklus. Rasio Ar ehadap Ac merupakan variabel pengauran disebu indeks modulasi M, yang menenukan egangan keluaran Vo. Jumlah pulsa p unuk seengah siklus seperi pada Persamaan (.3) [7] adalah:

13 Di mana m f fc p = =.... (.3) fo fc mf = didefinisikan sebagai rasio frekwensi modulasi. fo A c A r fc α α α 3 α 4 α 5 α 6 α 7 α 8 α 9 α Carrier Signal Refrence Signal (a) Gae signal generaion g g 4 V s -V s Vo α m δ α + m δ α m + (b) Gae signals α m + + δ (c) Oupu Volage Gambar.3 Sinyal gaing dan egangan keluaran Inverer Muliple Pulse Widh Modulaion Fasa [7] Bila δ dianggap lebar dari seiap pulsa maka egangan rms keluaran Vo adalah: p ( Vo = ( / p+ δ ) / / p δ ) / Vs d( ),5 = Vs pδ (.4)

14 .3.3 Sinusoidal PWM Pada Sinusoidal PWM aau SPWM lebar pulsa sinyal gaing dibangkikan dengan membandingkan sinyal referensi sinusoidal erhadap sinyal segiiga pembawa frekwensi fc yang diperlihakan pada Gambar.4 [7]. Teknik SPWM sanga banyak dipergunakan pada aplikasi indusri. Frekwensi sinyal referensi fr menenukan frekwensi keluaran inverer fo, ampliudo sinyal referensi Ar menenukan indeks modulasi (M) yang mempengaruhi egangan rms keluaran Vo. Jumlah pulsa unuk seiap seengah siklus erganung pada frekwensi pembawa fc. Harmonisa dan komponennya yang muncul pada egangan keluaran PWM berada di sekiar penyaklaran inverer. Tegangan rms keluaran Vo dapa divariasikan dengan merubah indeks modulasi (M). Bila δ m adalah lebar dari pulsa ke m, maka Persamaan (.4) dapa dikembangkan unuk mendapakan egangan rms keluaran Vo yang diberikan seperi Persamaan (.5) [7] yaiu: p δ m Vo = Vs m=, (.5)

15 Ac v Vcr Carrier Signal Vr Reference Signal (a) g fc g 4 (b) Vo Vs δ m (c) α m -Vs (d) Ac Ar v Ar M = Ac Gambar.4 Sinyal gaing dan egangan keluaran Inverer Sinusoidal PWM Fasa [7].4 Inverer Sinusoidal PWM 3 Fasa Inverer 3 fasa dapa diperimbangkan sebagai 3 gabungan dari 3 buah inverer fasa di mana egangan keluaran (oupu) masing-masing inverer fasa bergeser. Pembangkian sinyal gaing inverer SPWM 3 fasa yang diperlihakan pada Gambar.5(a) [7]. Ada 3 sinyal referensi sinusoidal (Vra, Vrb, Vrc) yang berbeda fasa. Sinyal pembawa dibandingkan dengan sinyal referensi (Vra, Vrb, Vrc) unuk menghasilkan sinyal gaing. Sinyal pembawa (Vcr) dibandingkan dengan sinyal referensi fasa (Vra, Vrb, Vrc) menghasilkan sinyal gaing beruruan g,g 3 dan

16 3 g 5 yang diperlihakan pada Gambar.5(b) [7]. Tegangan keluaran sesaa Vab = Vs(g g 3 ) seperi diperlihakan Gambar.5(c) [7]. Tegangan rms fasa - fasa (Vab) keluaran (oupu) inverer adalah fungsi egangan dc bus dan indeks modulasi (M) diberikan seperi pada Persamaan (.6) sebagai beriku [7],[8],[9]: M 3 V abrms = Vs = M, 6 Vs.... (.6) Daya oupu inverer: 3 S = Vdc Ipeak. (.7) Ac e Vra Vrb Ar Vrc (a) g g 3 (b) Vab Vs (c) -Vs Gambar.5 Sinyal gaing dan egangan keluaran Inverer SPWM 3 Fasa [7]

17 4.5 Harmonisa Sisem Harmonisa adalah caca gelombang yang disebabkan oleh ineraksi anara benuk gelombang sinus sisem dengan komponen gelombang lain yaiu komponen gelombang lain yang mempunyai frekwensi kelipaan bilangan dasar dari komponen fundamenalnya. Benuk gelombang harmonisa ersebu yang diperlihakan pada Gambar.6 [] dibawah ini. Gambar.6 Gelombang harmonisa dan komponennya [] Pada dasarnya benuk gelombang egangan dan arus lisrik dalam sisem enaga merupakan gelombang sinusoidal murni. Dengan perkembangan beban lisrik semakin kompleks eruama penggunaan beban lisrik ak linear sehingga menimbulkan pada perubahan benuk gelombang egangan dan arus. Unuk mengambarkan hubungan anara aliran daya pada frekwensi fundamenal dan aliran daya pada frekwensi harmonisa, dapa diliha pada Gambar.7 [] dan Gambar.8 []. Sisem mempunyai sumber egangan dari generaor yang memberikan suplai daya egangan sinusoidal murni, daya dialirkan melalui

18 5 suau jaringan lisrik dengan impedansi R s + jx s. Beban sisem ini merupakan beban konverer yang mengonrol beban R L. P S Z h R s + jx s P G P C R L P L Gambar.7 Aliran daya [] Z h I h R s +jx s Rg +jxg P gh P sh P lh R L Gambar.8 Aliran daya harmonisa [] Aliran daya pada sisem enaga lisrik arus bolak balik AC, erdiri dari aliran daya fundamenal dan aliran daya harmonisa. Konverer dianggap sebagai sumber arus harmonisa. Selama egangan generaor sinusoidal murni maka generaor hanya menyuplai daya fundemenal dan digambar sebagai impedansi pada frekwensi harmonisa. Sebagian daya fundamenal diransformasikan dalam benuk daya harmonisa, adalah benuk P sh (resisansi sisem) dan P gh (resisansi generaor) dan sebagian lagi mengalir kebeban yaiu P lh.

19 6.6 Toal Disorsi Harmonisa Pada sisem enaga lisrik unuk meliha kandungan disorsi harmonisa pada komponen fundamenalnya diisilahkan dengan THD aau Toal Harmonic Disorion [],[]. Persenase Toal Disorsi Harmonisa aau Toal Harmonic Disorion (THD) egangan dan arus dirumuskan seperi pada Persamaan (.8) dan Persamaan (.9) sebagai beriku [],[]: Di mana: h Vh THD = % (.8) V V V h V = Komponen harmonisa egangan ke-h = Tegangan frekwensi fundamenal (rms) THD I = h I I h % (.9) Di mana: I h I = Komponen harmonisa arus ke-h = Arus frekwensi fundamenal (rms) Menuru Sandar IEEE 59 99, unuk oal disorsi harmonisa aau caca gelombang sinusoidal diperlihakan pada Tabel. dan Tabel.3 sebagai berku:

20 7 Tabel. Baas disorsi harmonisa arus unuk sisem egangan V sampai 69 kv[] Maximun Harmonic Curren Disorion in Percen of I L Individual Harmonic Order (Odd Harmonic) I SC /IL < h 7 7 h 3 3 h h THD (%) < 4,,5,6,3 5, ,5,5,,5 8, 5-4,5 4,,5,7, - 5,5 5,,, 5, > 5 7, 6,,5,4, THD arus harmonisa uruan genap dibaasi 5% dari harmonisa uruan ganjil diaas, Disorsi arus yang disebabkan sebuah penyearah seengah gelombang dc idak diizinkan aau idak ermasuk pada abel diaas. Semua peralaan enaga dibaasi unuk besar disorsi arus ersebu anpa memperhaikan akual Isc/I L. dimana: I SC : Maksimun arus shor circui PCC IL : Maksimun arus perminaan beban (komponen frekwensi fundamenal) di PCC

21 8 Unuk sandar pambaasan disorsi egangan di PCC diperlihakan pada Tabel.3. Tabel.3 Baas Disorsi Tegangan [] Bus Volage a PCC Individual Volage Disorion (%) THD (%) 69 kv and below 3, 5, 69, kv hrough 6 kv,5,5 6, kv and above,,5.7 Resonansi Efek disorsi gelombang sinusoidal pada sisem menyebabkan erjadinya resonansi, yaiu adanya kapasior pada jaringan sisem egangan rendah yang biasanya dipakai unuk memperbaiki power fakor dapa menimbulkan resonansi pada sisem lokal yang diikui dengan naiknya arus yang sanga besar yang merugikan kapasior iu sendiri. Resonansi pada sisem dibagi yaiu resonansi paralel dan resonansi seri []. Resonansi paralel menghasilkan impedansi yang inggi pada frekwensi resonansi. Sumber harmonisa dianggap sebagai arus yang menaikan egangan harmonisa dan arus harmonisa yang inggi pada seiap lengan impedansi paralel..7. Resonansi Paralel Resonansi paralel dapa erjadi pada beberapa cara yang paling sederhana mungkin keika sebuah kapasior dihubungkan pada busbar yang sama dengan sumber harmonisa. Dengan asumsi bahwa sumber harmonisa bersifa indukif.

22 9 Sebuah resonansi paralel dapa erjadi dianara sumber dan kapasior dengan frekwensi resonansi seperi diberikan pada Persamaan (.) [] adalah: S S fp = f (.) SC Di mana: f = Frekwensi fundamenal (Hz) fp = Frekwensi resonansi paralel (Hz) S S S C = Raing sumber Shor Circui (VAr) = Raing kapasior (VAr) PCC Ls C Sumber harmonisa Gambar.9 Sisem resonansi paralel pada Poin of Common Coupling (PCC)[] Resonansi paralel erjadi keika sisem pada Gambar.9 [9], arus harmonisa dari konsumen sebagai sumber pembangki harmonisa pada sisem beremu dengan impedansi harmonisa yang inggi pada busbar. Hal ini akan menghasilkan sebuah resonansi anara indukasi sisem (Ls) dan kapasiansi sisem lain aau kapasiansi beban (C L ).

23 3 Unuk menenukan kondisi resonansi yang ada diperlukan pengukuran arus harmonisa pada seiap beban konsumen dan suplai, bersama egangan harmonisa pada busbar. Jika aliran arus yang masuk ke sisem enaga dari busbar adalah kecil keika egangan harmonisa, menandakan resonansi anara indukansi sisem kapasior dan kapasior beban elah erjadi..7. Resonansi Seri Pada resonansi seri yang diperlihakan pada Gambar. [], di mana pada frekwensi yang lebih inggi beban dapa diabaikan sebagai penekan impedansi kapasiif. Pada kondisi frekwensi resonansi seri erjadi seperi diberikan pada Persamaan (.) sebagai beriku []: ST S L fs = f SC ZT SC Di mana: f = Frekwensi dasar (Hz) fs = Frekwensi resonansi (Hz) S T S S Z L C = Raing ransformaor (VA) = Raing beban (VA) = Raing dari kapasior bank (VAr) T = Impedansi ransformaor dalam p.u...(.)

24 3 Ls Bus Subsaion Disribusi Arus harmonisa inggi Sumber harmonisa Disorsi egangan inggi Koreksi power fakor dari konsumen Gambar. Resonansi seri pada sisem disribusi [] Pada kondisi resonansi seri, arus kapasior yang inggi dapa mengalir unuk egangan harmonisa yang relaif kecil. Transformaor (S l, VA) Bank kapasior S, VAr Beban Resisif (S, VA) Gambar. Rangkaian resonansi seri []

25 3.8 Kompensasi disorsi egangan Unuk kompensasi disorsi egangan maka dibenuk suau persamaan seperi pada Persamaan (.) sebagai beriku: V di f = Vc + I f rf L f... (.) d i + Unuk arus inverer dan arus kapasior filer seperi diberikan pada Persamaan (.3) dan (.4) sebagai beriku: I = I + ni... (.3) f c l dvc I c = C f... (.4) d Berdasarkan Persamaan (.) maka dapa dibenuk suau persamaan pengaur egangan V SAF sebagai beriku [3]: V SAF = n V c n r I l + L di d l... (.5) Unuk kompensasi disorsi egangan rendah diberikan seperi Persamaan (.6) yaiu: V = V + SAF... (.6) V 3 Keerangan: V i V c I f I c I l = Tegangan Oupu Inverer = Tegangan Kapasior = Arus Filer = Arus Kapasior = Arus Beban

26 33 L, r = Leakage Indukansi dan Winding Resisansi Transformaor Injeksi L f, r f = Indukansi dan Resisansi Filer C f = Kapasiansi Filer : n = Rasio ransformasi Transformaor Injeksi V SAF = Tegangan Injeksi SAF (Filer Akif Seri) V V 3 = Tegangan Suplai = Tegangan Beban Arus yang dihasilkan oleh masing-masing penyaklaran (swiching) inverer adalah arus maksimun filer LC (I AF ). Dengan menggunakan hukum arus kirchoff pada sumber arus seperi pada Persamaan (.7) sebagai beriku: I = I + I S F NL (.7) Dimana: I S = Arus Sumber I F = Arus Filer Akif INL = Arus Beban Non Linear.9 Transformasi Park (abc ke dq) Tranformasi Park secara maemaik biasanya digunakan pada mesin sinkron 3 fasa yaiu unuk menyerderhanakan ransformasi variabel erenu dari sisem 3 fasa abc ke sumbu dq. Variabel ersebu biasanya berupa arus, egangan aau fluks linkage dalam benuk variabel akual kumparan saor. Kuanias baru didapakan dari proyeksi variabel akual pada keiga sumbu sepanjang sumbu direc kumparan roor

27 34 yang disebu sumbu direc (d), dan sepanjang sumbu neral kumparan medan yang disebu sumbu quadraure aau disebu sumbu sasioner. Unuk memudahkan biasanya sumbu fasa a dianggap sebagai fasa referensi. Dan pergeseran sudu fasa referensi disebu θ. Park ransformasi (dq) adalah unuk menyederhanakan ransformasi semua kuanias saor dari sumbu abc diubah kedalam referensi variabel baru yang disebu roor. Jika kia mempunyai 3 variabel ia, ib dan ic maka kia perlu menggunakan 3 variabel baru sehingga dengan ransformasi Park menjadi variabel baru yaiu variabel komponen i d dan i q dan variabel komponen keiganya aau i adalah arus saioner yang sebanding dengan arus uruan nol. Unuk keiga phasa yang seimbang sumbu nol biasanya dianggap nol. Dibawah ini persamaan persamaan unuk proyeksi perkalian Transformasi Park: id = (/3)[i a cos θ + i b cos(θ - /3) + i c cos (θ + /3)]...(.8) iq = (/3)[i a sinθ + i b sin(θ - /3) + i c sin (θ + /3)]...(.9) Perkalian sisem 3 fasa abc dengan Transformasi Park sebagai beriku: Pi abc = i dq...(.) Beriku ransformasi iabc ke i dq menuru Cai, seperi diberikan pada Persamaan (.)[4]: i i i d q o = cos cos cos i sin sin sin + i / / / i a b c.... (.)

28 Unuk ransformasi invers dari benuk i dq ke i abc seperi diberikan pada Persamaan (.) sebagai beriku [4]: + + = ) 3 sin( 3 cos ) 3 sin( 3 cos sin cos i i i i i i q d c b a... (.) Transformasi egangan V abc ke V dq seperi diberikan pada Persamaan (.3)[4]: ( ) ( ) ( ) ( ) + + = c b a o q d v v v v v v / / / cos cos cos sin sin sin 3... (.3) Transformasi invers V dqo ke benuk V abc seperi diberikan pada Persamaan (.4)[4]: ( ) ( ) ( ) ( ) + + = cos sin cos sin cos sin v v v v v v q d c b a (.4) Dengan menggunakan ransformasi Park aau abc ke dq ini diperlukan unuk sisem konrol unuk mendapa model konrol sudu fasa dari sumber ke beban dalam kondisi closed loop.. Filer Pasif Unuk menenukan oupu filer dari inverer erlebih dulu filer pasif di ala pada salah sau frekwensi biasanya pada frekwensi harmonisa keiga aau harmonisa 35

29 36 kelima unuk menenukan kwalias dari filer (Q). Fakor kwalias Q menenukan keajaman uning ke salah sau nilai Q frekwensi rendah aau frekwensi yang inggi. C L R Gambar. Rangkaian Single Tuned Filer Z PB R R r Gambar.3 Impedansi vs frekewensi Single Tuned Filer Gambar.3 Filer Pass Band (PB) didefinisikan pembulaan frekwensi dari reakansi filer dengan ahanannya filer sudu impedansi 45 dan besarnya impedansi R. Hubungan fakor kwalias dan Pass Band (PB) sebagai beriku: o Q =...(.5) PB Di mana adalah frekwensi sudu penalaan rad/deik

30 37 Tuning filer Q didefinisikan rasio indukansi aau kapasiansi erhadap frekwensi resonansi. Xo Q =...(.6) R Sedangkan frekwensi resonansi menggunakan Persamaan (.6) dibawah ini: dan unuk frekwensi resonansi sebagai beriku: =.... (.7) LC f r =....(.8) LC Di mana: = f L = Indukansi filer C = Kapasiansi filer f r = Frekwensi resonansi Besar reakansi kapasior adalah: X C V =...(.9) Q C Di mana: Qc = Daya reakif (kvar) Kapasiansi dari kapasior adalah: Besar reakansi Indukor adalah: C =...(.3) f X C

31 38 X L Besar ahanan indukor adalah: Di mana: Q = fakor kwalias X/R. Fakor Tuning filer: = f L...(.3) Xn R =... (.3) Q δ = δ + δ L + δ C ( )... (.33) Di mana: δ δ δ L C = Perubahan frekwensi = Toleransi indukor = Toleransi kapasior Order Tuning Filer: hr h n =...(.34) +δ Di mana: h n = Uruan harmonisa hr = Resonansi harmonisa δ = Deviasi relaif frekwensi Unuk menghiung variabel L dan C maka perama dihiung kapasias kapasior menggunakan Persamaan (.35). Q C { pf ) an(cos pf )} = P an(cos......(.35)

32 39. Tegangan Injeksi Tegangan injeksi filer akif yang dibangkikan ke sisem saluran egangan rendah pada rangkaian filer akif seri maka dapa dibua diagram sau garis seperi diperlihakan Gambar.4 sebagai beriku: V SAF Beban Vsuplai Zs Vload P L VSI Gambar.4 Diagram sau garis filer akif seri koneksi ke sisem egangan Zs merupakan impedansi sisem dari sisem saluran egangan. Kemudian, Zs = Rs + jxs... (.36) V L + ZsI L = V SAF + Vs.... (.37) Saa erjadi disorsi egangan pada VL maka egangan fundamenal erjadi urun aau naik sehingga V SAF akan menginjeksikan aau memperbaiki kekurangan egangan pada Vs suplai sehingga Vs suplai idak erdisorsi. V SAF = V L + ZsI L V (.38) S kemudian arus beban I L sebagai beriku: I L P = V L L (.39)

33 4 Berdasarkan Persamaan (.39) ersebu V L dianggap sebagai referensi egangan disorsi. Keerangan: V SAF V = Tegangan kompensasi filer akif seri = Tegangan suplai V I L L = Tegangan beban = Arus beban Maka daya filer akif seri yang dihasilkan: S = V SAF x I L (.4) SAF. Diagram sau garis sisem saluran egangan rendah yang diinjau Seelah dilakukan sudi lieraur pada jaringan disribusi maka perimbangan peneliian diinjau hanya pada jaringan egangan rendah 38 V, daa sekunder berupa benuk jaringan dan ransformaor disribusi 6 kva /.38 kv, impedansi shor circui ransformaor disribusi, kabel saluran disribusi egangan rendah. Beban ada jenis dalam kondisi linear dan kondisi beban non linear digunakan dioda seperi diperlihakan pada Gambar.5. Pada peneliian ini penempaan Filer Akif Seri dileakkan pada sisi sekunder ransfomaor disribusi. Penempaan Filer akif ersebu unuk mengisolir disorsi egangan dan arus disebabkan oleh beban linear.

34 4 Sumber Tegangan 6 kva Transformaor yang diamai disorsi Tegangan akiba arus harmonisa kv Disorsi Tegangan PCC 38 V Non linear Linear Gambar.5 Sisem saluran egangan rendah.3 Model Malab/Simulink unuk sisem saluran egangan rendah dan beban non linear Model simulasi jaringan saluran egangan rendah dan beban non linear mempergunakan Malab/Simulink PSB. Gambar.6 memperlihakan suau model sisem saluran egangan rendah dengan menggunakan beban linear berupa resisor dan beban dioda berupa jembaan gelombang penuh (fullwave) secara individual pada masing - masing fasa sehingga membangkikan arus harmonisa yang mengalir ke egangan suplai (V ) sehingga menyebabkan disorsinya egangan suplai (V ) pada bus.

35 4 Gambar.6 Model Malab/Simulink PSB sisem saluran egangan rendah beban linear dan beban non linear

Desain dan Simulasi Inverter Tiga Fase Sumber Arus Menggunakan Metode Current Space Vector Modulation (CSVM) Untuk Aplikasi UPS

Desain dan Simulasi Inverter Tiga Fase Sumber Arus Menggunakan Metode Current Space Vector Modulation (CSVM) Untuk Aplikasi UPS Desain dan Simulasi Inverer Tiga Fase Sumber Arus Menggunakan Meode Curren Space Vecor Modulaion (CSVM) Unuk Aplikasi UPS Haris Amrullah, Mochamad Ashari, Heri Suryoamojo. Bidang Sudi Teknik Sisem Tenaga

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harmonisa adalah satu komponen sinusoidal dari satu perioda gelombang

BAB II LANDASAN TEORI. Harmonisa adalah satu komponen sinusoidal dari satu perioda gelombang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harmonisa Harmonisa adalah satu komponen sinusoidal dari satu perioda gelombang yang mempunyai satu frekuensi yang merupakan kelipatan integer dari gelombang fundamental. Jika

Lebih terperinci

Regulator Tegangan. Regulator Tegangan Continuous. Regulator Tegangan Switched. Kuliah 8-1. Penyearah. Filter. Switching. Filter Regulator Beban

Regulator Tegangan. Regulator Tegangan Continuous. Regulator Tegangan Switched. Kuliah 8-1. Penyearah. Filter. Switching. Filter Regulator Beban Kuliah 8 1 Regulaor Tegangan Regulaor Tegangan Coninuous vac vfil Transformaor Penyearah Filer Regulaor Beban vrec vreg Regulaor Tegangan Swiched jalajala jalajala Penyearah Filer Swiching Filer Regulaor

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA Arif Hermawan Jurusan Teknik Elekro FTI, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

MODUL 1 MODULASI ANALOG

MODUL 1 MODULASI ANALOG Uni I Ampliude Modulaion MODUL 1 MODULASI ANALOG Tujuan Prakikum 1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Ampliude Modulaion (AM) dan Frequency Modulaion (FM). Dapa menganalisa pengaruh index

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPI MESIN ARSITEKTUR EEKTRO SIMUASI PENYEARAH MODUASI EBAR PUSA SATU FASA JEMBATAN PENUH DENGAN KENDAI SATU SIKUS PADA KONDISI TEGANGAN MASUK BERUBAH-UBAH Idham Khalid * Absrac The performance of a

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. rendah banyak dibahas dalam forum-forum kelistrikan. Permasalahan kualitas daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. rendah banyak dibahas dalam forum-forum kelistrikan. Permasalahan kualitas daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, permasalahan kualitas daya pada sistem tegangan rendah banyak dibahas dalam forum-forum kelistrikan. Permasalahan kualitas daya sistem disebabkan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

HAL HAL PRAKTIS DALAM PERANCANGAN DC CHOPPER UNTUK PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC BERDAYA RENDAH. 2. Untai DC Chopper untuk motor DC berdaya rendah

HAL HAL PRAKTIS DALAM PERANCANGAN DC CHOPPER UNTUK PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC BERDAYA RENDAH. 2. Untai DC Chopper untuk motor DC berdaya rendah Hal Hal Prakis dalam Perancangan DC Chopper unuk Pengauran Puaran Moor DC erdaya Rendah (Okki Doku) HAL HAL PRAKTIS DALAM PERANCANGAN DC CHOPPER UNTUK PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC ERDAYA RENDAH Okki Doku

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK AUS DAN TEGANGAN BOAK BAK GG nduksi yang dihasilkan jika kuparan berpuar di dala edan agne aau kuparan yang dipengaruhi oleh perubahan fluks agneik, berupa egangan yang arah nya berubah ubah seiap seengah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY

SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulaion) & FM (Frequeny Modulaion) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY PENDAHULUAN Lahirnya Konsep modulasi rekuensi diurunkan dari konsep modulasi sudu/asa Apa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

SOFT STARTING PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA

SOFT STARTING PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA Seminar Tugas Akhir SOFT STARTING PADA MOTOR INDUKSI FASA Oleh: Dwi Riyadi H. LF 96 8 ABSTRAK Pada moor induksi yang diam apabila egangan normal diberikan ke saor maka akan diarik arus yang besar oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open Course Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku () Oleh: Sudaryano Sudirham Penganar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian lisrik di kawasan waku dalam kondisi manap Kuliah ini merupakan ahap

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik? 2. Dapakah kalian membukikannya? 3. Bagaimana caranya kia mengukur hambaan lampu

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Amai lampu pijar! nformasi apa yang dapa kamu emukan? Dan apa ari informasi ersebu! 2. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Published: TEKNIK Journal, August 2008, SRIWIJAYA POLYTECHNIC THE CONTROLLING OF SINGLE PHASE AC VOLTAGE BY SETTING THE TRIGGER VOLTAGE OF THYRISTOR

Published: TEKNIK Journal, August 2008, SRIWIJAYA POLYTECHNIC THE CONTROLLING OF SINGLE PHASE AC VOLTAGE BY SETTING THE TRIGGER VOLTAGE OF THYRISTOR Published: TEKNIK Journal, Augus 2008, SRIWIJAYA POLYTECHNIC 1 THE CONTROLLING OF SINGLE PHASE AC VOLTAGE BY SETTING THE TRIGGER VOLTAGE OF THYRISTOR A.N. Afandi, Senior Member IAEng Power Sysem and Conrolling

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

Analisis Susut Daya Generator Sinkron Pada Beban Nonlinier

Analisis Susut Daya Generator Sinkron Pada Beban Nonlinier Analisis Susu Daya Generaor Sinkron ada Beban Nonlinier Dadan Nurafia/34 Sekola Teknik Elekro dan Informaika, Insiu Teknologi Bandung Jalan Ganesa Bandung dadan_nurafia@yaoo.com Absrak eneliian ini membaas

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB 3PERANCANGAN SISTEM

BAB 3PERANCANGAN SISTEM 16 BAB 3PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sensor Cahaa ATMEGA8535 DRIVER LAMPU LAMPU LED DC LCD Gambar 3.1.Diagram Blok Beriku deskripsi fungsi seiap blok : 1 Blok Sensor Cahaa (TSL2561) : sensor cahaa

Lebih terperinci

BAB II MODULASI AMPLITUDO

BAB II MODULASI AMPLITUDO BAB II MODULASI AMPLITUDO Secara umum, modulasi adalah suau proses dimana properi aau parameer dari suau gelombang divariasikan secara proporsional erhadap gelombang yang lain. Parameer yang diubah erganung

Lebih terperinci

AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR (AVR) BERBASIS KOMPENSASI TEGANGAN SERI DENGAN AC CHOPPER

AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR (AVR) BERBASIS KOMPENSASI TEGANGAN SERI DENGAN AC CHOPPER JURNA TEKNIK POMITS l. 1, No. 1, (213) 1-6 1 AUTOMATI TAGE REGUATOR (AVR) BERBASIS KOMPENSASI TEGANGAN SERI DENGAN A HOPPER Galih Wicaksono Triyogi Jurusan Teknik Elekro, Fakulas Teknologi Indusri, Insiu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TOPOLOGI INVERTER MULTILEVEL TIGA TINGKAT SATU FASA TIPE DIODE CLAMPED DENGAN MEREDUKSI KOMPONEN SAKLAR DAYA

PENGEMBANGAN TOPOLOGI INVERTER MULTILEVEL TIGA TINGKAT SATU FASA TIPE DIODE CLAMPED DENGAN MEREDUKSI KOMPONEN SAKLAR DAYA PENGEMBANGAN TOPOLOGI INERTER MULTILEEL TIGA TINGKAT SATU FASA TIPE DIODE CLAMPED DENGAN MEREDUKSI KOMPONEN SAKLAR DAYA Hendi Maalaa* dan Muh.Imran Hamid Jurusan Teknik Elekro, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013 ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013 Nurul Azizah, Onoseno Penangsang, Adi Soeprijano Jurusan Teknik Elekro-TI ITS Absrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 2 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (2 Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB VIII DAYA PADA RANGKAIAN RLC

BAB VIII DAYA PADA RANGKAIAN RLC 8 BAB DAYA PADA ANGKAAN L Pengerian daya : perkalian anara egangan yang diberikan dengan hasil arus yang engalir. Secara aeais : P suber searah aau D Daya dikaakan psiif, keika arus yang engalir bernilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM KENDALI SPACE VECTOR PULSE WIDTH MODULATION SEBAGAI PENGENDALI MOTOR INDUKSI 3 FASA

KAJIAN SISTEM KENDALI SPACE VECTOR PULSE WIDTH MODULATION SEBAGAI PENGENDALI MOTOR INDUKSI 3 FASA KAJIAN SISTEM KENDALI SPACE VECTOR PULSE WIDTH MODULATION SEBAGAI PENGENDALI MOTOR INDUKSI 3 FASA Emmanuel Agung Nugroho *), Joga Dharma Seiawan Program Sudi Magiser Teknik Mesin Spesialisasi Mekaronika

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci