LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK"

Transkripsi

1 LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK I. JUDUL PRAKTIKUM : KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK II. TANGGAL PRAKTIKUM : Selasa, 12 Austus 2014 III. TANGGAL LAPORAN: Rabu, 20 Austus 2014 IV. GURU PEMBIMBING : V. TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Untuk menetahui layak atau tidaknya alat ukur elas yan akan diunakan di laboratorium 2. Dapat membandinkan 2 prosedur kalibrasi yan berbeda 3. Dapat merekomendasikan kepada pihak laboratorium bahwa alat tersebut tidak layak di unakan untuk menukur secara teliti VI. PRINSIP KERJA : Kalibrasi alat ukur volume dilakukan denan menukur bobot suatu volume air destilat yan dikeluarkan oleh alat ukur volume. Bobot ini kemudian dibandinkan denan bobot jenis air pada suhu penukuran volume tersebut dilakukan, sehina dapat ditentukan nilai ketepatannya. Kalibrasi alat ukur volume dilakukan untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perankat penukuran volume aar sesuai denan besaran dari standar yan diunakan dalam akurasi tertentu (Keenan, 1991). VII. DASAR TEORI : Peralatan elas misalnya erlenmeyer, elas beker, pipet volum, banyak diunakan di laboratorioum kimia baik sebaai penampun maupun media transfer cairan/larutan. Peralatanperalatan elas tersebut pada awalnya dibuat dalam kondisi tertentu dan dimaksudkan untuk menukur pada kondisi tertentu pula. Misalnya piknometer merek Pyrex, tepat menukur 10 pada suhu 250C dan tekanan 1 atmosfir. Karena adanya perbedaan eorafis tempat pemakaian peralatan elas, kalibrasi peralatan elas perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil penukuran yan akurat. Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metroloy (VIM), kalibrasi adalah keiatan yan menhubunkan nilai yan ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yan diwakili oleh bahan ukur denan nilai-nilai yan sudah diketahui tinkat kebenarannya (yan berkaitan denan besaran yan diukur). (Rouessac 2007). Kalibrasi biasa dilakukan denan 1

2 membandinkan suatu standar yan terhubun denan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Ada tia metode umum yan diunakan dalam kalibrasi peralatan elas volumetric yaitu: 1. Metode kalibrasi lansun Metode lansun adalah metode kalibrasi yan ditentukan secara lansun dan merupakan kalibrasi absolut. Metode kalibrasi lansun didasarkan pada volum air yan ditampun dalam erlenmeyer atau ditransfer denan pipet volum atau buret, yan ditentukan secara lansun dari berat dan kerapatan air. 2. Metode kalibrasi tidak lansun Metode tidak lansun atau serin jua disebut meode kalibrasi perbandinan, jua merupakan kalibrasi absolut. Pada metode kalibrasi tidak lansun, alat elas yan akan dikalibrasi pada suhu tertentu dibandinkan denan alat elas lain yan sudah dikalibrasi, dimana volum berhubunan lansun denan massa dan kerapatan air. Metode ini biasanya dilakukan apabila peralatan elas yan akan dikalibrasi dalam jumlah banyak. 3. Metode kalibrasi relatif Kadankala perlu diketahui hubunan antara dua hal dari peralatanelas tanpa menetahui volum absolut dari keduanya. Misalnya, dari 250 larutan dalam erlenmeyer diambil 50 denan pipet volum untuk dititrasi. Pada perhitunan tidak perlu diketahui berapa volum absolut dari erlenmeyer ataupun pipet, tetapi yan perlu diketahui adalah bahwa pipet volum benar-benar mentransfer 50 larutan, sama banyak denan berkurannya volum larutan dalam erlenmeyer. Persyaratan Kalibrasi 1. Standar acuan yan mampu telusur ke standar Nasional / Internasional 2. Metoda kalibrasi yan diakui secara Nasional / Internasional 3. Personil kalibrasi yan terlatih, yan dibuktikan denan sertifikasi dari laboratorium yan terakreditasi 4. Ruanan / tempat kalibrasi yan terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, aliran udara, dan kedap etaran 5. Alat yan dikalibrasi dalam keadaan berfunsi baik / tidak rusak Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem penukuran yan efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perankat penukuran. ISO 9000 dan ISO memerlukan sistem kalibrasi yan efektif. Kalibrasi diperlukan untuk: 1. Perankat baru 2. Suatu perankat setiap waktu tertentu 3. Suatu perankat setiap waktu penunaan tertentu (jam operasi) 2

3 4. Ketika suatu perankat menalami tumbukan atau etaran yan berpotensi menubah kalibrasi 5. Ketika hasil penamatan dipertanyakan Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perankat penukuran aar sesuai denan besaran dari standar yan diunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehina kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehina termometer tersebut menunjukan temperatur yan sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan "traceable uncertainity" untuk menentukan tinkat kepercayaan yan di evaluasi denan seksama denan analisis ketidakpastian. Peralatan yan palin lazim dalam analisis titrimetri (volumetri) adalah labu volumetri, buret dan pipet. Alat berskala untuk analisis kuantitatif umumnya dibuat mematuhi batas-batas spesifikasi, terutama yan menyankut ketepatan kalibrasi. Di Inris terdapat dua taraf peralatan, yan ditandai sebaai kelas A dan kelas B oleh British Standards Instution. Batas toleransi untuk alat-alat kelas A lebih ketat, dan peralatan semacam ini dimaksudkan untuk diunakan dalam pekerjaan denan kecermatan tini sedankan alat-alat kelas B diunakan untuk kerja rutin. Di Amerika Serikat spesifikasi untuk hanya satu tahap tersedia di National Bureau of Standars di Washinton dan ini setara denan kelas A Inris. A. LABU BERSKALA (LABU UKUR) Suatu labu berskala (dikenal sebaai labu volumetri atau labu ukur), adalah suatu wadah berdasar datar, berbentuk alpuket, denan leher panjan dan sempit. Suatu linkaran tipis yan dietsa pada leher menunjukan volumenya pada temperatur tertentu, biasanya 20 0 C (baik kapasitas maupun temperatur ini tertera jelas pada labu itu). Labu hendaknnya dibuat sesuai denan BS 1792 dan mulutnya hendak diasah sesuai denan spesifikasi standar (dapat dipertukarkan) dan pas denan suatu tutup kaca atau plastik (biasanya polipropilena) yan dapat dipertukarkan. Labu ini hendaknya sesuai denan spesifikasi atau kelas A atau kelas B, contoh toleransi yan diperbolehkan untuk taraf B adalah sebaai berikut : Labu ukuran cm3 Toleransi 0,04 0,06 0,15 0,30 0,80 cm3 3

4 Untuk labu kelas A toleransinya hampir separuhnya: labu semacam itu dapat dibeli sertifikat kalibrasi kerja, atau denan sertifikat BST (British Standard Test). Labu berskala tersedia denan kapasitas sebaai berikut: 1, 2, 5, 10, 20, 50, 100, 200, 250, 500, 1000, 2000 dan 5000 cm3. Labu-labu ini diunakan untuk membuat larutan standar ke suatu volume tertentu, dapat jua diunakan untuk memperoleh baian-baian alikuot suatu larutan zat yan akan dianalisis, untuk itu diunakan pipet. Kalibrasi Untuk kebanyakan labu dari standar kelas A dapat diunakan tanpa kalibrasi, tetapi untuk ketepatan setinitininya, semua labu (kecuali yan baru diertai sertifikat BTS) hendaknya dikalibrasi, ini mencankup penentuan bobot air yan diwadahi oleh labu itu bila berisi sampai tanda. B. PIPET Pipet transfer terdiri dari balon silindris yan kedua ujunnya disambun denan pipa atas (pipa isap), sedankan pipa bawah (pipa penhantaran) diruncinkan sehina ujunnya sanat sempit, yan hanya mempunyai satu aris tanda dan menantarkan cairan denan volume konstan yan kecil pada kondisi tertentu yan ditetapkan. Pipet transfer terbuat denan kapasitas 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 cm3. Pipet 10, 25 dan 50 cm3 palin serin diunakan dalam kerja makro. Pipet-pipet ini haruslah memenuhi BS 1583 dan harus diberi cincin kode berwarna pada pipa isapnya untuk menunjukkan kapasitasnya (BS 3996), serinkali diberi suatu balon keamanan di atas tanda raduasi. Pipet ini dapat dibuat dari kaca soda maupun kaca Pyrex, dan pipet-pipet mutu tini dibuat dari kaca Corex (Cornin Glass Works, USA). Kaca ini telah dikenai proses pertukaran ion yan memperkuat kaca dan jua meninkatkan kekerasan permukaannya, jadi kaca itu lebih tahan oresan dan sumbin. Pipet tersedia denan spesifikasi kelas A dan kelas B. Untuk kelas B nilai toleransi yan khas adalah : Kapasitas cm3 pipet Toleransi 0,01 0,04 0,06 0,08 0,12 cm3 Sedankan untuk kelas A, toleransi kira-kira separuhnya. C. BURET Buret merupakan suatu pipa silindris panjan denan rona yan seraam sepajan baian yan berskala, yan ujun 4

5 bawahnya berupa keran kaca dan ujun runcin. Pada macam yan murah, keran ini diantikan oleh katup jepit karet yan disambun denan bulatan kaca. Keran buret plastik tipe-diafraa tersedia pula dipasar, ini dapat dipasan ke buret biasa dan dapat menendalikan aliran keluar cairan denan halusnya. Seperti denan alat kaca berskala lain, buret dibuat baik denan spesifikasi Kelas A maupun Kelas B, sesuai denan standar yan tepat (BS 846), dan buret kelas A dapat dibeli denan sertifikaat BST. Semua buret kelas A dan beberapa dari kelas B mempunyai tanda raduasi yan sepenuhnya melinkari buret itu, ini merupakan sei yan pentin untuk menhindari kesalahan paralaks dalam membaca buret. Hara yan diizinkan untuk buret Kelas A adalah : Kapasitas cm3 Total Toleransi 0,02 0,02 0,06 0,10 cm3 Untuk kelas B hara-hara itu kira-kira menjadi dua kali. Bila sedan diunakan, buret haruslah ditopan denan kokoh pada suatu standar. Penunaan klem laboraturium yan biasa tidaklah disarankan. Penjepit yan ideal memunkinkan buret itu dibaca tanpa perlu meneserkannya dari standar. Diantara yan lainnya penjepit buret Fisher dan penjepit uret Gallen kamp merupakan penjepit buret yan sanat memuaskan untuk diunakan. Kalibrasi Buret Jika diperlukan untuk menkalibrasi suatu buret, sebelum kalibrasi dilakukan ada beberapa hal yan pentin untuk memastikan bahwa buret itu memuaskan, diantaranya: a. Kebocoran Uji kebocoran, Buret dicuci dan dibilas baik-baik, sumbatan dikeluarkan dari tubuh keran dan kedua baian keran dibersihkan dari semua pelumas, setelah dibasahi denan air deionisasi, keran disusun kembali. Buret ditaruh pada penjepit, di isi denan air sulin (deionesasi), sesuaikan ke tanda nol, dan kerinkan paruh buret denan sepoton kertas isap. Biarkan buret selama sepuluh menit, dan jika meniskus tidak turun lebih dari setenah pembaian skala, buret itu dianap memuaskan sejauh uji kebocoran yan dipersoalkan. b. Waktu hantaran Untuk menuji waktu penhantaran, bonkar lai komponen keran, kerinkan, lumasi dan abun kembali, kemudian diisi buret sampai tanda nol denan air sulin, dan taruh pada penjepitnya. Atur posisi buret sedemikian sehina 5

6 ujun paruhnya berada dalam leher sebuah labu erlenmeyer yan terletak pada dasar standar buret, tetapi tidak menyentuh dindin dalam labu itu. Buka keran lebar-lebar dan catat waktu diperlukan oleh meniskus untuk mencapai tanda raduasi yan terbawah dari buret itu, waktu ini harus cocok denan waktu yan dicantumkan pada buret, dan dalam kasus apapun waktu itu harus masih dalam batas yan ditentukan oleh BS 846. Jika buret lulus dalam kedua uji ini, barulah kalibrasi dapat dimulai. VIII. ALAT DAN BAHAN : 1. Buret Labu ukur Pipet seukuran 3 4. Termometer 5. Labu erlenmeyer 6. Botol timban 7. Coron pendek 8. Statif dan klem 9. Tabun reaksi 10.Botol semprot 11.Batan Penaduk 12.Neraca Analitik 13.Kertas Isap 14.Aqua DM IX. LANGKAH KERJA : 1. Sumber : SOJA_SITI_FATIMAH/Kuliah_teklab_Kalibrasi/Cara_Kalibrasi _Peralatan_Volumemetri.pdf A.KALIBRASI LABU UKUR 1. Timban labu ukur yan sudah bersih dan kerin, misal beratnya A ram. 2. Isi labu ukur tersebut denan air murni yan sudah diukur suhunya sampai tanda batas, kemudian timban kembali, misal beratnya B ram. 6

7 3. Ukur temperatur air, temperatur udara, dan tekanan udara. B.KALIBRASI PIPET SEUKURAN 1. Timban sebuah botol timban bertutup yan sudah bersih dan kerin, misal beratnya A ram. 2. Pipet air murni yan suhunya telah diukur denan ball pipet sampai di atas tanda batas, kemudian turunkan kelebihan air denan perlahan-lahan sampai meniskus baian bawah menyentuh tanda batas. 3. Tuankan seluruh air kandunan pipet tersebut ke dalam botol timban yan sudah diketahui beratnya, tutup dan timban bersama isinya, misal beratnya B ram. 4. Hitun volume pipet denan menunakan tabel koreksi suhu air dan tekanan udara C.KALIBRASI BURET 1. Timban 10 buah botol timban bertutup. 2. Isi buret bersih denan air murni yan telah diukur temperaturnya. Kemudian buret ini ditempatkan pada statif denan posisi teak lurus, dan keluarkan air sampai meniskusnya menyinun tanda batas nol. 3. Alirkan 5 air secara perlahan (30 detik), tampun dalam botol timban yan telah diketahui massanya, dan tutup. Tunu 30 detik lai dan baca meniskusnya. 4. Isi buret hina titik nol, dan alirkan air sebanyak 10. Tampun dalam botol timban kedua. Baca meniskusnya. 5. Ulani penerjaan di atas untuk volume 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan Timban setiap botol timban yan berisi air tersebut dan hitun volume buret denan menunakan tabel koreksi suhu air, menurut rumus Volume = (A B + x) y = Z. 7. Baca faktor koreksi dari tiap-tiap volume di atas. Koreksi = vol (hitun ) vol. (baca) 8. Buatlah tabel denan tia kolom untuk volume dibaca: volume dihitun; dan koreksi. 9. Gambarkan rafik di atas kertas mm blok denan menempatkan volume sebaai funsi dari koreksi. 10.Apabila koreksi rata-rata dari tiap titik tidak lebih besar dari 0,04, maka buret tersebut memenuhi syarat untuk dipakai. 2. Sumber : Widjajanti, Endan (2009). KALIBRASI PERALATAN GELAS DI LABORATORIUM KIMIA Makalah UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, Yoyakarta. A.KALIBRASI LABU UKUR 1. Cuci, kerinkan dan timban labu ukur yan akan dikalibrasi. Catat beratnya. 7

8 2. Isi labu ukur denan akuadest sampai tanda batas. Kerinkan baian luar dari labu ukur dan timbanlah labu ukur yan berisi akuadest terebut. Catat beratnya. 3. Ukur dan catat suhu akuadest. 4. Gunakan Tabel 2. untuk menentukan volum terkoreksi pada suhu percobaan. 5. Volum terkoreksi dihitun berdasarkan persamaan 6. Ulani lankah kerja 2. sampai denan lankah 5. sebanyak 3 kali. 7. Tentukan volum rata-rata (x) dan standar deviasi (σ). 8. Tentukan dan catat akurasi labu ukur 9. Tentukan dan catat persen kesalahan B.KALIBRASI PIPET SEUKURAN 1. Cuci, kerinkan dan timban erlenmeyer 50. Catat beratnya. 2. Transferkan sebanyak 10 akuadest ke dalam erlenmeyer 50 menunakan pipet volum Ukur dan catat suhu akuadest 4. Gunakan Tabel 2. untuk menentukan volum terkoreksi pada suhu percobaan 5. Ulani sebanyak 3 kali 6. Tentukan volum rata-rata (x) dan standar deviasi (σ). 7. Tentukan dan catat akurasi Erlenmeyer 8. Tentukan dan catat persen kesalahan C.KALIBRASI BURET 1. Cuci, kerinkan dan timban erlenmeyer 50. Catat beratnya. 2. Isi buret 50 denan akuadest sampai penuh. 3. Alirkan air sampai meniskus buret di anka nol pada buret. 4. Tempatkan erlenmeyer 50 yan sudah ditimban di buret. 5. Alirkan 10 air dari buret dan tampun dalam erlenmeyer. 6. Hentikan aliran air dari buret 7. Catat volume yan ditransfer oleh buret. 8. Timbanlah erlenmeyer yan sudah terisi akuadest dari buret.. 9. Ulani lankah 2 sampai denan lankah 8 sebanyak 3 kali. 10. Ukur dan catat suhu akuadest 11. Gunakan Tabel 2. untuk menentukan volum terkoreksi pada suhu percobaan 12. Tentukan volum rata-rata (x) dan standar deviasi (σ). 13. Tentukan dan catat akurasi Erlenmeyer 14. Tentukan dan catat persen kesalahan 8

9 X. DATA PENGAMATAN: 9

10 Sumber Tabel: Widjajanti, Endan (2009). KALIBRASI PERALATAN GELAS DI LABORATORIUM KIMIA Makalah UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, Yoyakarta. Sumber Prosedur : SOJA_SITI_FATIMAH/Kuliah_teklab_Kalibrasi/Cara_Kalibrasi_Peralata n_ Volumemetri.pdf 10

11 A. KALIBRASI LABU UKUR Volume Labu Ukur = 25 Suhu Air = 25 o C Percobaan Berat Labu Ukur + Aquadest (B ram) 42, , ,0418 Berat Labu Ukur Koson (A ram) 17, , ,1945 Berat Aquadest (ram) 24, , ,8473 Volume Terkoreksi () 24, , ,9203 Akurasi (%) 0,0028 % Persen Kesalahan (%) 0,32% 0,32% 0,32% Volume Terkoreksi Rata rata + Standar Deviasi 24,9208 Perhitunan : a. b. Hara rata rata ( ) 11

12 c. Standar deviasi ( d. Akurasi e. Persen Kesalahan 12

13 B. KALIBRASI PIPET SEUKURAN Volume Pipet Seukuran = 3 Suhu Air = 25 o C Percobaan Berat Erlenmeyer + Aquadest (B ram) 24, , ,8229 Berat Erlenmeyer Koson (A ram) 21, , ,8586 Berat Aquadest (ram) 2,9504 2,9508 2,9643 Volume Terkoreksi () 2,9591 2,9595 2,9724 Volume Terkoreksi Rata rata + Standar Deviasi 2,9704 Akurasi (%) 0,22 % Persen Kesalahan (%) 1,38 % 1,37 % 0,91 % Perhitunan : a. 13

14 b. Hara rata rata ( ) c. Standar deviasi ( -3 d. Akurasi e. Persen Kesalahan 14

15 C. KALIBRASI BURET Volume Buret = 25 Suhu Air = 25 o C Tabel Penimbanan Botol Timban Botol Timban Ke Massa Botol Timban + Air 21, , , , ,0511 Massa Botol Timban Koson 16, , , , ,7758 Massa Air 4,8405 9, , , ,2753 Tabel Pembacaan Skala Buret Skala Volume Suhu Air Buret Buret ( o c) Seharusn Terbaca ya 25 o c o c 25 o c 25 o c 25 o c L Perhitunan : Volume Hitun () 4,8547 9, , , ,3466 Volume Koreksi (V. hitun berat isi) 0,0142 ml 0,0285 ml 0,0427 ml 0,0570 ml 0,0713 ml a. 15

16 b. Volume Koreksi Rata-rata 16

17 Sumber Prosedur : Widjajanti, Endan (2009). KALIBRASI PERALATAN GELAS DI LABORATORIUM KIMIA Makalah UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, Yoyakarta. A. KALIBRASI LABU UKUR Volume Labu Ukur = 25 Suhu Air = 25 o C Percobaan Berat Labu Ukur + Aquadest (B ram) 42, , ,0234 Berat Labu Ukur Koson (A ram) 17, , ,1914 Berat Aquadest (ram) 24, , ,8320 Volume Terkoreksi () 24, , ,9050 Volume Terkoreksi Rata rata + Standar Deviasi 24,9177 Akurasi (%) 0,03 % Persen Kesalahan (%) 0,32 % 0,38 % 0,38 % Perhitunan : a. 17

18 b. Hara rata rata ( ) c. Standar deviasi ( 18

19 d. Akurasi e. Persen Kesalahan B. KALIBRASI PIPET SEUKURAN Volume Pipet Seukuran = 3 Suhu Air = 25 o C Percobaan Berat Erlenmeyer + Aquadest (B ram) 114, , ,3313 Berat Erlenmeyer Koson (A ram) 111, , ,3803 Berat Aquadest (ram) 2,9609 2,9227 2,9510 Volume Terkoreksi () 2,9696 2,9313 2,9597 Volume Terkoreksi Rata rata + Standar Deviasi 0,9697 Akurasi (%) 0,55 % Persen Kesalahan (%) 1,02 % 2,34 % 1,02% 19

20 Perhitunan : a. b. Hara rata rata ( ) c. Standar deviasi ( 20

21 d. Akurasi e. Persen Kesalahan C. KALIBRASI BURET Volume Buret = 25 Suhu Air = 25 o C Tabel Penimbanan Botol Timban Botol Timban Ke Massa Botol Timban + Air 116, , , , ,2325 Massa Botol 111, , , , ,3818 Timban Koson Massa Air 4,8986 4,7997 4,8415 4,8807 4,8507 Tabel Pembacaan Skala Buret 21

22 Skala Awal Buret Skala Akhir Buret Volume Pena matan 0,00 5,10 5,10 5,10 10,00 15,00 20,00 10,00 15,00 20,00 25,00 4,90 5,00 5,00 5,00 Volume Terkore ksi () 4,9130 4,8138 4,8557 4,8950 4,8650 Akurasi (%) 0,70 % Persen Kesala han (%) 3,81 % 1,79 % 2,97 % 2,14 % 2,77 % V. Terkore ksi Rata rata + Std Deviasi 4,9027 Perhitunan : a. 22

23 b. Hara rata rata ( ) c. Standar deviasi ( d. Akurasi e. Persen Kesalahan 23

24 XI. PEMBAHASAN : 1. Praktikum penetapan alat-alat ukur elas volumetrik bertujuan untuk menkalibrasi suatu alat ukur, hal ini dilakukan karena pada saat menunakan alat ukur tersebut serinkali volume yan tertera pada alat tersebut tidak sesuai denan volume sebenarnya yan disebabkan oleh beberapa faktor seperti suhu. Suhu sanat mempenaruhi berat jenis air karena 1 ml air tidak sama denan 1 ram untuk semua suhu, Volume wadah elas pun dapat berubah-rubah denan suhu yan 24

25 berbeda beitupun denan aya tekan udara yan sanat berantun pada suhu. 2. Sebelum dilakukan kalibrasi, alat elas harus bersih dan benar benar kerin. Harus bersih dimaksudkan aar tidak ada penotor yan tertimban dan harus kerin dimaksudkan aar tidak ada aquadest ataupun air yan ikut tertimban. 3. Dasar umum dalam kalibrasi alat adalah menentukan berat air yan dimuat atau dikeluarkan oleh suatu alat elas tertentu, denan density air yan diketahui, volume yan tepat akan dapat dihitun. 4. Air diunakan sebaai salah satu bahan untuk menkalibrasi alat, dikarenakan kerapatan air pada berbaai suhu telah diketahui denan tepat dalam keadaan vakum sehina lebih memudahkan untuk kalibrasi. 5. Penkalibrasian sebaiknya dilakukan secara berulan-ulan, aar diperoleh data yan akurat. Standar kalibrasi adalah merupakan standar yan diperboleh untuk melakukan suatu penukuran. Penkalibrasian dilakukan untuk membandinkan nilai ukur denan standar nasional atau internasional. 6. Dalam kalibrasi alat ukur volumetrik ini besarnya akurasi yan dihasilkan dipenaruhi oleh beberapa kesalahan seperti kesalahan pada saat membaca meniskus pada alat ukur tersebut atau kesalahan saat penimbanan yan tidak stabil pada saat pembacaan. 7. Alat yan tidak layak diunakan di laboratorium industri akan direkomendasikan kepada laboratorium yan tidak memerlukan ketelitian tini seperti laboratorium mikro 8. Parameter kelayakan pada penujian kelibrasi alat ukur elas ditinjau dari % akurasi tinkat ketelitian alat ukur yan diuji. XII. KESIMPULAN : XIII. DAFTAR PUSTAKA : 25

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN I PENERAPAN VOLUMETRI OLEH : FITRI HANDAYANI HAMID STAMBUK : F1C : MUHAMMAD SYAHRIL

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN I PENERAPAN VOLUMETRI OLEH : FITRI HANDAYANI HAMID STAMBUK : F1C : MUHAMMAD SYAHRIL LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN I PENERAPAN VOLUMETRI OLEH NAMA : FITRI HANDAYANI HAMID STAMBUK : F1C1 14 110 KELOMPOK ASISTEN : VII (TUJUH) : MUHAMMAD SYAHRIL JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Cara pengujian Supositoria dibelah secara longitudinal lalu diamati bagian internal dan bagian eksternalnya

Cara pengujian Supositoria dibelah secara longitudinal lalu diamati bagian internal dan bagian eksternalnya EVALUASI SUPPOSITORIA No Jenis Uji Prinsip 1 Apperance Menjamin distribusi zat berkhasiat didalam basis 2 Keseraam an kandunan Keraaman bobot Menjamin keseraama n kadar zat aktif Menjamin yan dihasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Spesifikasi Kalsium Laktat Glukonat Name : Calcium Lactate Gluconate 13 Chemical Formula : C 9 H 16 O 10 Ca : Free flowing powder

Lampiran 1. Spesifikasi Kalsium Laktat Glukonat Name : Calcium Lactate Gluconate 13 Chemical Formula : C 9 H 16 O 10 Ca : Free flowing powder 29 Lampiran. Spesifikasi Kalsium Laktat Glukonat Name : Calcium Lactate Gluconate 3 Chemical Formula : C 9 H 6 O 0 Ca Form : Free flowin powder Colour : White Odour : Odourless ph value : ~ 7 (0 /L Water)

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA KALIBRASI PERALATAN GELAS Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KALIBRASI ALAT GELAS Didalam salah satu kausal ISO 17025, peralatan gelas harus dikalibrasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN PENERAAN ALAT UKUR VOLUMETRIK Dosen Pembimbing : Endang Widiastuti Kelompok 5 M Syarif Hidayatullah NIM 111431017 Nadia Luthfi Nuran NIM 111431018 Neng Teti

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM Verifikasi Pipet Volumetri 10 ml Disusun oleh : Kelompok 4/E 2 Luthfia Nurul Anwar 116 Muhammad Rizky Prasetyo 116165 Sakina Fidyastuti 116231 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

MELAKUKAN VERIFIKASI ALAT UKUR

MELAKUKAN VERIFIKASI ALAT UKUR MELAKUKAN VERIFIKASI ALAT UKUR Kalibrasi alat-alat kimia 1.Neraca Analitik Digital Neraca analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi, neraca ini mampu menimbang

Lebih terperinci

Modul l Modul 2 Modul 3

Modul l Modul 2 Modul 3 v B Tinjauan Praktikum iokimia merupakan bagian ilmu kimia yang berhubungan dengan makhluk hidup. Dalam biokimia dibahas organisme hidup yang merupakan sekumpulan molekul organik yang berinteraksi dengan

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruan Linkup Ruan linkup keiatan dalam penulisan tuas akhir ini adalah PT. Tembaa Mulia Semanan Tbk. (Divisi Aluminium) yan berlokasi di Jalan Daan Moot KM. 16, Semanan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Boor. Penukuran bobot kerin, bobot basah, kandunan klorofil dan penerinan tanaman dilaksanakan di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2015 Mataram, Lombok 1-7 September 2014 Kimia Praktikum A Waktu: 120 menit

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM Oleh : Dewi Agustin ACC 113 028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yan sanat pentin bai setiap masyarakat.diantara berbaai jasa layanan kesehatan, rumah sakit memean peranan pentin karena menyediakan

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Metrologi adalah ilmu tentang pengukuran, pengukuran dimaksud adalah besaran Fisika. Kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan pengukuran. Itu disebabkan

Lebih terperinci

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing

Lebih terperinci

Basic laboratory skills terampil menggunakan alat dasar

Basic laboratory skills terampil menggunakan alat dasar Basic laboratory skills terampil menggunakan alat dasar Memanaskan menyaring meneteskan larutan ke dalam tabung reaksi Memastikan kesempurnaan endapan mengocok larutan melarutkan Memilih wadah untuk menimbang

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka.

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah membaca modul dan menelesaikan

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 16 Mei 009 PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PODUKSI SUMU GAS Mohammad Taufik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. aya Bandun - Sumedan

Lebih terperinci

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU BAB III ALIRAN DI BAWAH PINTU III TUJUAN PERCOBAAN Menamati aliran didasarkan atas pemakaian persamaan Bernouli untuk aliran di bawah pintu III ALAT-ALAT ANG DIGUNAKAN Flume beserta perlenkapanya Model

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Wawancara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Wawancara L.1 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Wawancara Hasil Wawancara denan Kepala Personalia : Apakah Proses perekrutan di perusahaan telah dapat memenuhi permintaan tenaa kerja? Menurut saya, aktivitas perekrutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

Beberapa Alat dalam Laboratorium Beserta Fungsinya

Beberapa Alat dalam Laboratorium Beserta Fungsinya Chemistry is amazing Beberapa Alat dalam Laboratorium Beserta Fungsinya Alat Fungsi Tempat membuat larutan. Dalam membuat larutan erlenmeyer yang selalu digunakan. Erlenmeyer Untuk destilasi larutan. Pada

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu : Dasar Teori Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu besaran dalam fisika. Pada umumnya ada tiga besaran yang paling banyak diukur dalam dunia fisika untuk tingkat SMA yaitu panjang, massa

Lebih terperinci

LAB PERCOBAAN # 3B: ANALISIS HYDROMETER

LAB PERCOBAAN # 3B: ANALISIS HYDROMETER The City College of New York Jurusan Teknik Sipil CE 345: Mekanika Tanah Instruktur: Dr George Mylonakis AB PERCOBAAN # 3B: ANAISIS HYDROMETER Pengantar Analisis adalah metode banyak digunakan untuk memperoleh

Lebih terperinci

ABSTRAK. diperoleh titik isoelektiknya yaitu pada ph 3. Kata Kunci: Gelatin, Titik Isoeletrik, Viskometer Oswald dan Sol liofil.

ABSTRAK. diperoleh titik isoelektiknya yaitu pada ph 3. Kata Kunci: Gelatin, Titik Isoeletrik, Viskometer Oswald dan Sol liofil. ABSTRAK Telah dilakukan percobaan sol liofi yan termasuk dalam sistem koloid. Sistem koloid ini merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dari dua atau lebih zat yan bersifat homoen, namun memiliki

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI I. CAPAIAN PEMBELAJARAN Praktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa. II.

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.01 ABSORPSI Oleh : Fatah Sulaiman, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.01 ABSORPSI I. Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

Oleh: Tjandra Satria Gunawan

Oleh: Tjandra Satria Gunawan Soal dan Solusi (S 2 ) untuk: Olimpiade Sains Nasional Bidan Matematika SMA/MA Seleksi Tinkat Kota/Kabupaten Tahun 2010 Tanal: 14-29 April 2010 Oleh: Tjandra Satria Gunawan 1. Diketahui bahwa ada yepat

Lebih terperinci

MENGOPERASIKAN PIPET

MENGOPERASIKAN PIPET MENGOPERASIKAN PIPET A. Pengertian Pipet Pipet adalah alat berbentuk silinder kecil dan panjang mirip dengan sedotan. Terbuat dari bahan gelas yang dilengkapi dengan ukuran dalam mililiter (ml). Secara

Lebih terperinci

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM Syamsul Fatimah, Rahmiati, Yoskasih Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM. Telah dilakukan

Lebih terperinci

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen

Lebih terperinci

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

SIFAT FISIK CAMPURAN MULTIKOMPONEN (MUL)

SIFAT FISIK CAMPURAN MULTIKOMPONEN (MUL) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA SIFAT FISIK CAMPURAN MULTIKOMPONEN (MUL) Disusun oleh: Farhan Hilmyawan Yustiarza Dr. Sanggono Adisasmito Pri Januar Gusnawan, ST., MT. Dr. Ardiyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

KALIBRASI PERALATAN ALAT LABORATORIUM:

KALIBRASI PERALATAN ALAT LABORATORIUM: KALIBRASI PERALATAN ALAT LABORATORIUM: KALIBRASI TIMBANGAN ( NERACA ) Pengontrolan Timbangan Penanganan Timbangan Membersihkan Timbangan OPERASI, PEMBERSIHAN DAN PERAWATAN PENANGAS AIR (WATER BATH) Operasi

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kangkung (Ipomea sp.) tumbuh liar diberbagai tempat, baik di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kangkung (Ipomea sp.) tumbuh liar diberbagai tempat, baik di BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kankun Tanaman kankun (Ipomea sp.) tumbuh liar diberbaai tempat, baik di daratan kerin maupun di daerah berair di pinir sunai. Tanaman sayur yan dikenal denan nama internasional

Lebih terperinci

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Minyak terpentin SNI 7633:2011 Standar Nasional Indonesia Minyak terpentin ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

NERACA. Neraca Ohauss

NERACA. Neraca Ohauss NERACA Adalah suatu alat untuk mengukur massa benda. Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Satuan SInya adalah kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya gaya yang dialmi

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH Oleh Ir. I Nyoman Puja, M.S. JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2008 KATA PENGANTAR Usaha untuk memantapkan dan memahami teori yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 2010)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 2010) 5 BAB II DASAR TEORI.1 Prinsip Kerja Roket Roket merupakan wahana luar ankasa, peluru kendali, atau kendaraan terban yan mendapatkan doronan melalui reaksi roket terhadap keluarnya secara cepat bahan fluida

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah *

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah * KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING Oleh : Fathul Zannah * Abstrak Keiatan pembelajaran di SMAN 2 Banjarbaru sudah

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS

KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. September 04 KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS Sutrisno Teknik Mesin, Universitas Nahdlatul Ulama E-mail :

Lebih terperinci

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit Contact Person : 0896-5985-681 OSK Fisika 018 Number 1 BESARAN PLANCK Pada tahun 1899 Max Planck memperkenalkan suatu sistem satuan iniversal sehina besaran-besaran fisika dapat dinyatakan dalam tia satuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA 1.1. Cara Kerja Pengujian Total Padatan Terlarut 1. Ujung depan refraktometer diarahkan ke sumber cahaya. Fokus pembacaan skala diatur sehingga diperoleh pembacaan

Lebih terperinci

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1 A. Latar Belakang dan Tujuan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika adalah ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WIB. Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011

BAB III METODOLOGI. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WIB. Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011 BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Percobaan Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.30 WIB Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011 Penentuan bilangan kappa dilakukan titrimetri

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SURUT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SURUT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SRT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKPANG TIMR KABPATEN MINAHASA TARA Chandrika Mulyabakti M. Ihsan Jasin, J. D. Mamoto Fakultas Teknik Jurusan Sipil niversitas

Lebih terperinci

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2 SOLUSI. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= H B. Jarak d yan dibutuhkan adalah d=v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik sistem

Lebih terperinci

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g SOLUSI OSN 009. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A=! H B.! Jarak d yan dibutuhkan adalah d =v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Simposium Nasional RAPI XII - 013 FT UMS ISSN 141-961 HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Kuswartomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Uniersitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 26. Penelitian ini dilakukan di Pasar Tradisional di Kabupaten Semarang yaitu Pasar Projo Ambarawa, Pasar Sumowono, Pasar Babadan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN NAMA PRAKTIKAN : Rahila HARI/TGL. PRAKTIKUM : Selasa, 21 Maret 2017 Tujuan Praktikum : 1. Latihan menggunakan timbangan digital dan

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental Murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest posttest control group

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS Oleh: NI PUTU WIDIASTI NI PUTU MERRY YUNITHASARI I DEWA GEDE ABI DARMA (1113031049)/D (1113031059)/D (1113031064)/D

Lebih terperinci