PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA"

Transkripsi

1 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penuatan Profesi Bidan Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Proram Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015 MAKALAH PENDAMPING KEPENDIDIKAN ISBN : PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Nahadi 1,*, Wiwi Siswaninsih 2, Ia Malia 2 1 Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandun, Indonesia 2 Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandun, Indonesia telp.: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menembankan dan menanalisis tes kimia berbasis open-ended problem untuk menukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Tes yan dikembankan berbentuk soal essay pada topic kimia larutan penyana. Metode penelitian yan diunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan penembanan (R&D) untuk mendapatkan butir soal yan memenuhi syarat sebaai butir soal yan baik ditinjau dari nilai validitas, reliabilitas, tinkat kesukaran dan daya pembeda. Penelitian dan penembanan soal dilakukan sampai pada tahap uji coba terbatas, dimana dilakukan dua kali uji coba terbatas denan menunakan masin-masin 41 dan 34 oran siswa yan sama di salah satu SMA Neeri di Kota Bandun. Berdasarkan hasil analisis terhadapsoal essay yan dikembankan,tesmemiliki validitas butir soal yan beraam yaitu 3 butir soal yan masuk dalam kateori sanat rendah, 5 butir soal dalam kateori rendah, 7 butir soal dalam kateori cukup dan 5 butir soal dalam kateori tini. kan nilai reliabilitas soal pada uji coba II yaitu 0,83 yan terolon dalam kateori sanat tini. Nilai tinkat kesukaran pada masinmasin kateori mudah, sedan dan sukar berturut-turut yaitu 1 butir soal, 16 butir soal, dan 3 butir soal. Nilai daya pembeda butir soal pada uji coba II denan kateori jelek, cukup, dan baik sekali berturut-turut yaitu sebanyak, 8 butir soal, 6 butir soal, dan 6 butir soal. Ditinjau dari kriteria butir soal yan baik (validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tinkat kesukaran), diketahui dari 15 soal yan disiapkan terdapat satu soal yan perlu dibuan/ditolak karena tidak memenuhi syarat butir soal yan baik yaitu butir soal nomor 8. Kata Kunci : Penembanan tes kimia, open-ended problem, berpikir kreatif

2 PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran aar peserta didik secara aktif menembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keaamaan, penendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yan diperlukan dirinya, masyarakat, bansa dan neara. Proses pembelajaran tidak terlepas dari suatu proses evaluasi pembelajaran. Evaluasi adalah proses penukuran hasil belajar siswa terkait denan proses pembelajaran (Sukardi, 2009). Instrumen yan baik adalah instrumen yan memenuhi syarat-syarat atau kaidah tertentu, dapat memberikan data yan akurat sesuai denan funsinya, dan hanya menukur sampel perilaku tertentu (Arifin, 2009). Penembanan suatu instrumen yan dapat menukur ketercapaian tujuan pembelajaran memberikan penaruh terhadap kemajuan proses pembelajaran (Lewis, 2011). Sesuai denan funsi alat evaluasi, saat ini banyak berkemban instrumen untuk menevaluasi kemampuan siswa yaitu denan cara melakukan wawancara, tes openended (soal terbuka), tes pilihan anda, tes pilihan anda denan uraian, dan tes pilihan anda two-tiered (Kutluay, 2005). Setiap jenis tes yan dikembankan di atas memiliki kelebihan dan kekuranannya masin-masin. Salah satu kemampuan berpikir yan inin dikembankan dalam proses pembelajaran kimia adalah proses berpikir kreatif. Evans (1991) memandan berpikir kreatif sebaai kemampuan menemukan suatu hubunan baru, melihat berbaai subjek dari satu perspektif baru dan menemukan kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yan ada. Menurut Lewis et al (2011) Open-ended menyajikan suatu permasalahan yan memiliki beraam penyelesaian/metode penyelesaiannya. Menurut Shimada (Permana, 2010) munculnya openended berawal dari pandanan baaimana menevaluasi kemampuan siswa secara objektif dalam berpikir tinkat tini. Guilford (Munandar, 2009) menatakan bahwa berpikir kreatif sebaai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemunkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yan sampai saat ini masih kuran mendapatkan perhatian dalam pendidikan formal. Hal ini didukun denan hasil wawancara denan beberapa uru SMA di Bandun, diketahui bahwa tipe soal yan biasa diunakan untuk menukur pemahaman siswa pada materi larutan penyana adalah tipe pilihan anda biasa dan uraian terbatas, belum ada bentuk soal khusus yan diunakan untuk menukur spesifik kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajarannya. Selain itu, dari hasil analisis soal larutan penyana yan biasa diunakan pada saat ulanan terlihat bahwa soal yan diunakan tersebut hanya menukur pemahaman siswa secara umum terhadap materi larutan penyana. Penelitian ini bertujuan untuk menembankan dan menanalisis soal larutan penyana berdasarkan open-ended problem untuk menukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Serta untuk menetahui ketercapaian kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi larutan penyana denan menunakan soal

3 yan dikembankan berdasarkan open-ended problem. METODE PENELITIAN Penelitian ini menunakan metode penelitian dan penembanan (R&D) yan diadaptasi oleh Bor dan Gall yan kemudian dimodifikasi oleh Sukmadinata menjadi tia tahapan besar yaitu tahap studi pendahuluan, tahap penembanan dan tahap uji produk. Penelitian ini menembankan 10 soal essay tentan materi larutan penyana berdasarkan open-ended problem untuk menukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini dilakukan sampai pada tahap penembanan khususnya sampai pada tahap uji coba terbatas yan dilakukan sebanyak dua kali denan menunakan masin-masin 41 dan 34 oran siswa yan sama di salah satu SMA Neeri di Kota Bandun. Proses penelitian ini dilakukan studi pendahuluan dimana di dalamnya meliputi studi kepustakaan, analisis kebutuhan dan analisis materi. Analisis kebutuhan dilakukan denan melakukan wawancara beberapa oran uru di Kota Bandun menenai soal yan biasa diunakan untuk menevaluasi kemampuan siswa dalam materi larutan penyana. Selain itu, dilakukan jua analisis soal yan biasa diunakan tersebut sehina dikembankan SKKD yan lebih mencakup aspek yan akan diukur dalam materi larutan penyana. Setelah dikembankan draft soal, dilakukan proses validasi isi yan melibatkan tia oran validator yan kompeten dalam materi tersebut. Hasil validasi tersebut mendapatkan perbaikan dan diunakan dalam uji coba I dan II di lapanan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini ditujukan untuk menembankan 10 butir soal tentan materi larutan penyana berdasarkan open-ended problem untuk menukur kemampuan berpikir kreatif siswa, sebelum dilakukan proses penembanan soal dilakukan proses analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan (need assessment) merupakan salah satu tahapan penelitian yan ditujukan untuk menetahui kebutuhan lapanan akan bentuk instrumen yan akan dikembankan (Sukmadinata, 2010). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yan meliputi wawancara beberapa oran uru kimia, analisis soal standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) pada materi larutan penyana dan analisis bentuk soal ulanan yan biasa diunakan pada materi larutan penyana, diketahui bahwa meman soal bentuk open-ended problem belum pernah diunakan dalam soal larutan penyana. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut diketahui pula bahwa dalam evaluasinya uru tidak secara khusus menukur kemampuan berpikir kreatif siswa dan lebih menekankan pada soal perhitunan serta satu jawaban benar. Soal ulanan yan biasa diunakan oleh uru hanya mencakup perhitunan. Denan demikian, dikembankan soal berdasarkan open-ended problem menacu pada indikatorindikator yan dikembankan oleh peneliti sesuai denan SKKD yan ada pada materi larutan penyana. Jumlah soal yan diininkan dalam proses penembanan soal ini adalah sebanyak 10 butir soal. Untuk menhindari terjadinya hal yan tidak diininkan, maka jumlah soal yan disiapkan adalah sebanyak 15 pokok uji. Hal ini

4 ditujukan untuk mendapatkan 10 pokok uji yan berkualitas sehina soal yan dikembankan dibuat lebih dari 10 butir soal untuk menantisipasi terjadinya kekuranan butir soal setelah menalami proses penujian. Dari 15 soal uraian yan disiapkan, diuji coba terbatas di lapanan selama dua kali didapatkan data yan kemudian diolah dan dianalisis sehina diketahui butir soal yan memenuhi kriteria sebaai soal yan baik denan soal yan kuran memenuhi syarat sehina perlu direvisi lebih lanjut untuk perbaikan atau tidak diunakan sama sekali. Uji coba dilakukan sebanyak dua kali pada sekolah yan sama. Uji coba I dilakukan pada 41 subjek siswa proram IPA pada salah satu SMA Neeri di kota Bandun sedankan uji coba II dilakukan pada 34 subjek siswa pada kelas yan sama. Setelah proses uji coba II, dilakukan proses wawancara pada subjek yan dibai ke dalam kelas tini, sedan dan rendah. Proses pembaian kelas didasarkan pada nilai kimia di raport kelas XI semester I yan diperoleh dari uru kimia subjek penelitian tersebut. Subjek wawancara untuk masin-masin kelas dipilih sebanyak tia oran. Selanjutnya, akan dijelaskan hasil penolahan berdasarkan data yan diperoleh denan menunakan software Anates V4 berupa data hasil uji validitas (validitas soal secara umum, validitas butir soal), reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembeda, dan data hasil wawancara. 1. Validitas Isi Validitas isi berkenaan denan kesanupan alat penilaian dalam menukur isi yan seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu menunkapkan isi suatu konsep atau variabel yan hendak diukur (Sudjana, 2011). Sebelum dilakukan penujian terbatas di lapanan, soal yan dikembankan dalam penelitian ini menalami proses penujian validitas isi (content validity). Validitas isi dilakukan denan meminta pertimbanan/judment pada para ahli sebanyak tia oran yaitu dua oran dosen jurusan Pendidikan Kimia UPI dan satu oran uru kimia di sekolah yan dijadikan tempat penelitian. Para ahli memberikan judment berkaitan denan rancanan instrumen yan diajukan. Dalam hal ini para ahli akan memberikan keputusan, instrumen dapat diunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan munkin dirombak total (Suiyono, 2009). Hasil judment dari para ahli berupa saran-saran untuk memperbaiki kesalahan yan terjadi pada rancanan kisi-kisi soal open-ended problem yan diajukan dilihat dari sei kesesuaian soal maupun kunci jawaban. Hasil judment dari para ahli kemudian direvisi, setelah itu dilakukan proses uji coba I. Setelah didapatkan hasil uji coba I lalu dilakukan uji coba II setelah soal yan sama pada uji coba I diperbaiki kembali keterbacaannya berdasarkan pertanyaan siswa saat berlansunnya uji coba I. Hal ini memudahkan siswa dalam menerjakan soal pada uji coba II karena siswa lebih mudah memahami maksud dari soal yan dikembankan. 2. Validitas Soal Keseluruhan Berdasarkan hasil penujian soal yan dikembankan didapatkan nilai validitas pada masin-masin uji coba I dan II yaitu berturutturut 0,37 dan 0,71. Berdasarkan hasil validitas

5 yan diperoleh validitas soal pada uji coba I dan II terolon kateori cukup dan tini. diteskan pada kelompok yan sama pada waktu atau kesempatan yan berbeda (Arifin,2009). 3. Validitas Butir Soal Validitas butir soal diunakan untuk keperluan menetahui validitas untuk tiap item atau butir soal. Suatu butir soal dapat dikatakan valid apabila mempunyai dukunan yan besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tini atau rendah. Denan kata lain, dapat dikemukakan bahwa sebuah item memiliki validitas yan tini jika skor pada item mempunyai kesejajaran/korelasi denan skor total (Arikunto, 2009). Pada umumnya nilai validitas butir soal pada uji coba II menalami peninkatan dibandinkan denan uji coba I. Akan tetapi, ada beberapa butir soal yan justru menalami penurunan nilai validitas pada uji coba II yaitu pada butir soal nomor 1a, 1d, 2, 5a,dan 7. Meskipun kelima butir soal di atas menalami penurunan nilai validitas akan tetapi kateori nilai validitasnya pada umumnya masih dalam kateori cukup. Sehina masih membutuhkan pertimbanan yan lebih jika soal tersebut inin dibuan. Validitas butir soal yan dikembankan pada uji coba II masin-masin dalam kateori sanat rendah sebanyak 3 butir soal, kateori rendah sebanyak 5 butir soal, 7 butir soal kateori cukup, dan kateori tini sebanyak 5 butir soal. 4. Reliabilitas Tes Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yan sama bila Tabel 1. Nilai Reliabilitas Uji Coba I dan II Uji Coba Nilai Kateori Reliabilitas I 0,54 Cukup II 0,83 Sanat Tini Berdasarkan penolahan data diperoleh hasil reliabilitas uji coba I dan II berturut-turut sebaai berikut 0,54 dan 0,83. Nilai reliabilitas tes pada uji coba I dan uji coba II masin-masin terolon dalam kateori sedan dan sanat tini. Secara nilai, reliabilitas pada uji coba I dan uji coba II menalami peninkatan. Hal ini dikarenakan pada uji coba II, testee menerjakan soal yan sama pada uji I yan telah menalami revisi keterbacaan. Berdasarkan nilai reliabilitas yan diperoleh maka tes open-ended problem yan disusun ini terolon dalam kateori tes yan reliabel. Meskipun nilai reliabilitasnya berbeda akan tetapi nilai reliabilitas pada uji coba II meninkat dan ini disebabkan karena siswa pernah mendapatkan soal yan sama dan munkin sebelum menjalani uji coba II siswa mempelajari kembali materi larutan penyana sehina nilainya pun menalami peninkatan. 5. Tinkat Kesukaran Tes Perhitunan tinkat kesukaran soal adalah penukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tinkat kesukaran seimban (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik (Arifin, 2009). Berikut perbandinan hasil tinkat kesukaran soal pada uji coba I dan II

6 Tabel 2. Tinkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba I dan II Buti Uji Coba I Uji Coba II r Tinkat Tinkat Kateo Kateo Soa kesukara kesukara ri ri l n n 1a 0,2386 Sukar 0,4861 1b 0,1591 Sukar 0,5 1c 0,0909 Sukar 0,6111 1d 0,1818 Sukar 0, ,5795 0,75 Mudah 3 0,3886 0,5444 4a 0,0682 Sukar 0,5972 4b 0,1477 Sukar 0,5 5a 0,2045 Sukar 0,6806 5b 0,25 Sukar 0, ,0682 Sukar 0, ,2045 Sukar 0,2361 Sukar 8 0,2205 Sukar 0,2889 Sukar 9 0,3352 0, ,2443 Sukar 0, ,3182 0, ,25 0, ,0227 Sukar 0,2222 Sukar 14 0,1591 Sukar 0, ,1023 Sukar 0,4028 Pada uji coba I, hampir semua butir soal masuk dalam kateori sukar yaitu sebanyak 15 butir soal dan kateori sedan sebanyak 5 butir soal. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa denan bentuk soal/tes uraian yan dikembankan berdasarkan open-ended problem. Berdasarkan hasil wawancara denan uru mata pelajaran kimia dari siswa yan dijadikan sebaai sampel dan dipilih berdasarkan kelas tini, sedan dan rendah meman jenis soal yan dikembankan oleh peneliti merupakan jenis soal yan belum pernah ditemui dan diunakan dalam tes sebelumnya. Sehina denan demikian bai siswa masih sukar untuk menerjakan jenis soal yan dikembankan tersebut. Pada uji coba ke II terlihat perubahan yan cukup sinifikan, yaitu pada data yan ada menhasilkan tinkat kesukaran yan bervariasi yaitu mudah, sedan dan sukar denan jumlah butir soal masin-masin 1, 16, dan 3 butir soal. Denan hasil tersebut siswa setidaknya telah menenal jenis tes open-ended problem yan dikembankan sehina untuk uji coba II kemunkinan lebih mempersiapkan materi yan akan diujikan denan kriteria soal yan sama. Selain itu, pada uji coba II pun soal yan diunakan telah menalami revisi keterbacaan sehina siswa lebih mudah memahami dan menerjakan soal tersebut dan ini terbukti pada data butir soal lebih dominan kateori sedan dalam tinkat kesukarannya. Menurut Firman (2000) pokok uji untuk suatu tes sumatif sebaiknya lebih banyak menandun pokok uji tinkat kesukaran sedan. Berdasarkan hal tersebut, tes yan dikembankan berdasarkan open-ended problem ini dapat dikateorikan sebaai tes yan baik. 6. Daya Pembeda Soal Perhitunan daya pembeda soal adalah penukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yan sudah menuasai kompetensi denan peserta didik

7 yan belum/kuran menuasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Arifin, 2009). Pada uji coba I terlihat bahwa soal yan dikembankan memiliki daya pembeda soal dalam kateori jelek sebanyak 11 butir soal sedankan pada uji coba II menalami penurunan menjadi sebanyak 8 butir soal saja. Pada uji coba I menunjukkan daya pembeda pada setiap kateori jelek, cukup, baik dan baik sekali berturut-turut 11, 5, 1 dan 3 butir soal. kan pada uji coba II telah menalami sedikit peninkatan pada masin-masin kateori jelek, cukup, dan baik sekali berturutturut yaitu, 8, 6, dan 6 butir soal. Tabel 3. Nilai Daya Pembeda Uji Coba I dan II Uji Coba I Uji Coba II Butir Kate soal DP DP Kateori ori 1a 0,25 Cukup 0,1389 Jelek 1b 0,1818 Jelek 0,0556 Jelek 1c 0,1818 Jelek 0,7778 Sanat Baik 1d 0,2273 Cukup 0,0556 Jelek 2 0,7045 Sana Sanat 0,5 t Baik Baik 3 0,3136 Baik 0,5889 Sanat Baik 4a 0,0682 Jelek 0,1389 Jelek 4b 0,1591 Jelek 0,2778 Cukup 5a 0,41 Sana Sanat 0,5278 t Baik Baik 5b 0,5 Sana Sanat 0,6944 t Baik Baik 6 0,0909 Jelek 0,1944 Jelek 7 0,2273 Cukup 0,1944 Jelek 8 0,0136 Jelek 0,0333 Jelek 9 0,0341 Jelek 0,2778 Cukup 10 0,0341 Jelek 0,125 Jelek 11 0,3182 Cukup 0,5556 Sanat Baik 12 0,1818 Jelek 0,2222 Cukup 13 0,0455 Jelek 0,2222 Cukup 14 0,2273 Cukup 0,25 Cukup 15 0,1136 Jelek 0,3611 Cukup Untuk memenuhi syarat sebaai instrumen yan baik, daya pembeda dari soal open-ended problem yan dikembankan ini pun harus baik. Akan tetapi, denan adanya beberapa butir soal yan memiliki daya pembeda jelek bukan berarti butir soal tersebut buruk secara keseluruhan akan tetapi jua perlu melihat pertimbanan lain untuk memutuskan butir soal tersebut meman buruk dan perlu dibuan atau masih dapat direvisi untuk memperbaikinya. 7. Ketercapaian Berpikir Kreatif Siswa Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir tinkat tini. Dalam berpikir kreatif ada empat indikator yan dapat dicapai yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir merinci (elaboration) dan berpikir orisinil (oriinality). Pada soal open-ended problem yan dikembankan dalam penelitian ini tidak hanya disesuaikan denan indikator pembelajaran akan tetapi disesuaikan pula denan indikator berpikir kreatif di atas. Hal ini ditujukan untuk menetahui sejauh mana tinkat ketercapaian kemampuan berpikir kreatif denan menunakan soal open-ended problem tersebut. Sebaran masin-masin indikator terdapat pada butir soal berikut, fluency (1a, 1b, 1c, 1d, 9, 10, 12, 14), flexibillity (6, 11, 2, 3, 5a, 13, 15), elaboration (5b, 4a, 4b) dan oriinality (7, 8). Gambar 1. Perolehan Kemampuan Berpikir Kreatif pada Penembanan

8 % Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Tes Open-ended Problem fluency flexibility elaboration Oriinality Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif uji coba I uji coba II Berdasarkan hasil penolahan data yan diperoleh selama penelitian berlansun, pada uji coba I, perolehan siswa dalam masinmasin indikator berpikir kreatif pada uji coba I adalah berpikir lancar (fluency) sebesar 23,93%, berpikir luwes (flexibility) sebesar 25,66%, berpikir merinci (elaboration) sebesar 18,03% dan berpikir orisinil (oriinality) sebesar 19,18%. Dari data yan diperoleh terlihat bahwa siswa masih sanat kuran memiliki kemampuan berpikir kreatif sehina masih perlu dilatih dan dikembankan lebih lanjut lai. kan pada uji coba ke II yan diikuti oleh sebanyak 34 siswa terlihat ada peninkatan kemampuan berpikir kreatif. Peninkatan ini terjadi karena siswa mempelajari dari penalaman penerjaan soal sebelumnya sehina lebih mempersiapkan materi untuk uji coba ke dua. Berdasarkan hasil uji coba ke II perolehan pada masin-masin indikator yaitu berpikir lancar (fluency) sebesar 59,46%, berpikir luwes (flexibility) sebesar 50,13%, berpikir merinci (elaboration) sebesar 53,76% dan berpikir orisinil (oriinality) sebesar 31,91%. Meskipun pada uji coba II terlihat ada peninkatan kemampuan berpikir kreatif pada masinmasin indikator, akan tetapi peninkatan ini masih kuran memuaskan. Hal ini menjadi acuan ataupun ambaran kemampuan berpikir kreatif siswa yan masih kuran. Kurannya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif tak lepas dari proses pembelajaran yan berlansun dalam pendidikan formal. Guilford (Munandar, 2009) menatakan bahwa, berpikir kreatif sebaai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemunkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yan sampai saat ini masih kuran mendapatkan perhatian dalam pendidikan formal. 8. Tanapan Siswa terhadap Soal yan Dikembankan Proses wawancara dilakukan setelah siswa menjalani tes uji coba II. Wawancara ditujukan untuk menetahui respon siswa terhadap soal open-ended problem yan telah dikerjakan. Subjek yan diwawancara dipilih masin-masin 3 oran dari kelompok tini, sedan dan rendah. Penentuan kelas tini, sedan dan rendah didasarkan pada nilai kimia pada raport kelas XI semester I yan didapatkan dari uru mata pelajaran kimia. Proses wawancara dapat diunakan bila inin menetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit (Suiyono, 2009). Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir semua siswa dari berbaai kelompok (tini, sedan dan rendah) menanap materi larutan penyana merupakan materi yan tinkat kesulitannya adalah sedan. Selain itu, ada pula sebaian kecil dari siswa yan menjadi responden

9 beranapan bahwa materi larutan penyana merupakan materi yan sukar karena perpaduan dari konsep dan hitunan sehina lebih sulit untuk menyeimbankan keduanya. Hasil wawancara pada kelompok tini, sedan dan rendah menenai soal yan dianap palin mudah dalam tes ini mereka memiliki jawaban yan beraam. Tetapi, pada umumnya mereka menjawab bahwa soal yan palin mudah adalah nomor 1 dan 2 karena kedua nomor tersebut sudah biasa dijelaskan oleh uru mereka. kan saat ditanya menenai soal yan palin susah, pada umumnya menjawab soal nomor 4, 5, 9, 10, 13 dan 15. Meskipun soal yan dianap sulit beraam akan tetapi dari responden memiliki alasan yan hampir sama bahwa mereka merasakan kesulitan menjawab tersebut karena tidak memahami arti dasar dari materi larutan penyana sehina untuk menjawab soal yan berkaitan denan aplikasi dan manfaat larutan penyana tetap merasa kesulitan. Semua responden dari berbaai kelas (tini, sedan dan rendah) menanap bahwa soal open-ended problem yan dikembankan merupakan soal yan sanat berbeda denan bentuk soal ujian yan biasa diunakan oleh uru kimia pada ujian-ujian sebelumnya. Hal ini didukun denan hasil analisis kebutuhan yan dilakukan, bahwa uru tidak pernah menunakan soal uraian terbuka dan hanya menutamakan soal perhitunan saja. Mereka beranapan soal yan biasa diunakan oleh uru untuk ujian merupakan soal yan tidak menuntut analisis dan pemahaman tinkat tini sehina dapat dijawab denan mudah tanpa menalami kesulitan seperti soal yan dikembankan berdasarkan open-ended problem. Oleh karena itu, hampir semua responden menjawab lebih menyukai bentuk soal yan biasa diunakan oleh uru mereka untuk ujian dibandinkan denan bentuk soal open-ended problem yan dikembankan. Akan tetapi, ada masin-masin satu oran siswa dari kelompok tini dan sedan yan menyatakan bahwa ia lebih menyukai soal open-ended problem yan dikembankan sebaai bentuk soal yan diunakan untuk ujian karena berbeda dari soal biasanya sehina bisa lebih menasah kemampuan berpikir tinkat tini siswa dan menantan rasa inin tahu siswa terhadap aplikasi suatu materi dalam kehidupan sehari-hari. Terkait denan kesan responden terhadap soal open-ended problem yan dikembankan ini, seluruh siswa yan menjadi responden menjawab bahwa soal yan dikembankan merupakan soal yan susah dan menantan serta menarik untuk menembankan kemampuan berpikir kreatif, hanya saja soal yan dikembankan dapat lebih baik jika diimbani denan metode pembelajaran yan sesuai yan mendukun pemahaman mendalam tentan materi pembelajaran khususnya materi larutan penyana. KESIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian, proses penolahan data tertulis maupun wawancara selama penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

10 1. Guru pada umumnya menunakan bentuk soal pilihan anda dan esai biasa untuk melakukan evaluasi pada materi larutan penyana. 2. Guru tidak memiliki bentuk soal khusus untuk menukur kemampuan berpikir kreatif siswa. 3. Soal larutan penyana yan dikembankan berdasarkan open-ended problem memiliki validitas isi dan validitas empiris yan memenuhi kriteria sebaai butir soal yan baik. Soal yan dikembankan memiliki nilai validitas secara keseluruhan 0,71 yan masuk dalam kateori tini. Soal yan dikembankan memiliki nilai reliabilitas 0,83 yan termasuk dalam kateori sanat tini. Validitas butir soal yan dikembankan masin-masin dalam kateori kateori sanat rendah sebanyak 3 butir soal, kateori rendah sebanyak 5 butir soal, 7 butir soal kateori cukup, kateori tini sebanyak 5 butir soal. Nilai tinkat kesukaran denan masin-masin kateori mudah 1 butir soal, sedan 16 butir soal dan sukar 3 butir soal. Nilai daya pembeda butir soal yan dikembankan denan masin-masin kateori jelek 8 butir soal, cukup 6 butir soal, dan baik 6 butir soal. 4. Soal larutan penyana yan dikembankan berdasarkan open-ended problem dapat menukur kemampuan berpikir kreatif siswa denan ketercapaian indikator keterampilan berpikir perolehan pada masin-masin indikator yaitu berpikir lancar (fluency) sebesar 59,46%, berpikir luwes (flexibility) sebesar 50,13%, berpikir merinci (elaboration) sebesar 53,76% dan berpikir orisinil (oriinality) sebesar 31,91%. 5. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa siswa memiliki tanapan positif terhadap penunaan soal open ended problem karena dapat melatih siswa dalam meninkatkan kemampuan berpikir. UCAPAN TERIMA KASIH Tim peneliti menyampaikan ucapatn terima kasih kepada semua pihak yan telah mendukun terlaksananya penelitian ini. Ucapan terima kasih disampaikan pada semua tim kelompok bidan kajian asesmen pembelajaran kimia yan telah banyak meninspirasi dan dukunan terhadap penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandun : PT.Remaja Rosdakarya. [2] Arikunto,Suharsimi. (2009). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. [3] Evans, James R. (1991). Creative Thinkin in the Decision and Manaement Sciences. Cincinnati:South-Western Publishin Co. [4] Firman, Harry. (2000). Penilaian Hasil Belajar Dalam Penajaran Kimia. Bandun : Jurusan Pendidikan Kimia UPI. [5] Kutluay,Yasin. (2005). Dianosis of Eleventh Grade Students Misconceptions about Geometric Optic by A Three-Tier Test. The Graduate School of Natural and Applied Sciences. [6] Lewis, Scott. E, Janet L. Shaw and Kathryn A. Freeman. (2011). Establishin open-ended assessments: investiatin the validity of creative exercises. Journal of Chemistry Education Research and Practice. [7] Munandar, Utami. (2009). Penembanan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

11 [8] Permana, R. (2010). Implementasi open-ended untuk meninkatkan pemecahan masalah siswa SMP Kelas VIII. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI : tidak diterbitkan. [9] Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Menajar. Bandun:Remaja Rosdakarya. [10] Suiyono (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandun : Alfabeta. [11] Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. [12] Sukmadinata, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandun : PT.Remaja Rosdakarya. TANYA JAWAB Penanya : Budi Utami c) Penelitian ini tidak sampai pada membahas tinkat konitifnya Penanya : Suwiyono a) Apakah ada upaya di dalam proses uji coba I dan II sehina ada kenaikan anka yan sinifikan? Jawaban : a) Upaya yan dilakukan adalah berupa revisi butir butir soal yan secara nyata masih memiliki indeks minim. Revisi dilakukan baik terhadap redaksi soal, konstruksi soal, atau merevisi konten soal yan belum sesuai Pertanyaan : a) Berapa lama waktu penelitian? b) Berapa jumlah sekolah untuk uji terbatas dan uji luas? c) Pada variasi jawaban, baaimana rubrik (nilai) untuk setiap soal? Jawaban : a) Waktu penelitian 6 bulan b) Pada uji coba I sebanyak 41 siswa, pada uji coba II sebanyak 34 siswa, pada sekolah yan sama di Bandun. c) Soal berbentuk essay denan rubrik yan dikembankan (skor : 0 4) Penanya : Abdul Jamal a) Penelitian dari yan telah saudara lakukan, bila dilihat dari alur penelitian, termasuk penelitian apa? Tolon jelaskan! b) Baaimana denan prosentase tinkat kesukaran? c) Baaimana denan prosentase tinkat konitif? Jawaban : a) Penelitian ini termasuk kateori penelitian RnD, jika dilihat dari produk pendidikan yan dihasilkan. b) Dilihat dari prosentasenya soal ini masih masuk dalam kateori kurva normal sesuai karakter kelas di Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian Uji coba soal tes open-ended problem melibatkan responden siswa SMA kelas XI IPA di sekolah yang berbeda. Untuk uji coba 1 dan uji coba 2 melibatkan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah *

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah * KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING Oleh : Fathul Zannah * Abstrak Keiatan pembelajaran di SMAN 2 Banjarbaru sudah

Lebih terperinci

ANALISIS KREATIVITAS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET

ANALISIS KREATIVITAS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET ANALISIS KREATIVITAS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET 1 Dewi Anreini, 2 Nanin Dyah Asmoro 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Tulunaun 2 Mahasiswa Prodi

Lebih terperinci

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat Penaruh Kecerdasan Emosional, Pola Asuh Orantua, dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas XI IPA SMA Neeri di Kota Parepare Murtafiah Universitas Sulawesi Barat e-mail: murtafiahq@mail.com

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS), Motivasi, Hasil Belajar. Penerapan Metode Pembelajaran. (Risa Rusdiana) PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI

Lebih terperinci

Implementasi Pembelajaran Kooperatif Ni Komang Sukertiasih 69

Implementasi Pembelajaran Kooperatif Ni Komang Sukertiasih 69 GaneÇ Swara Vol. 4 No. Pebruari 2 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE SNOWBALL THROWING PADA POKOK BAHASAN LIMIT FUNGSI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan yaitu di SMA Negeri 1 Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jenis penelitian ini ditinjau

Lebih terperinci

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41 TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 JEMBER, SMP AL FURQAN 1, SMP NEGERI 1 RAMBIPUJI, DAN SMP PGRI 1 RAMBIPUJI Nurul Hidayati Arifani 40, Sunardi 41, Susi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Wawancara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Wawancara L.1 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Wawancara Hasil Wawancara denan Kepala Personalia : Apakah Proses perekrutan di perusahaan telah dapat memenuhi permintaan tenaa kerja? Menurut saya, aktivitas perekrutan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM KOLOID DI KELAS XI SMA OLEH:

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM KOLOID DI KELAS XI SMA OLEH: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM KOLOID DI KELAS XI SMA OLEH: IDA PUSPITA SARI TAMBUNAN A1C113028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPCHART UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN BENCANA GEMPA BUMI PADA SISWA DI SMP N 1 CAWAS

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPCHART UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN BENCANA GEMPA BUMI PADA SISWA DI SMP N 1 CAWAS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPCHART UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN BENCANA GEMPA BUMI PADA SISWA DI SMP N 1 CAWAS Disusun sebaai salah satu syarat menyelesaikan Proram Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola TINJAUAN PUSTAKA Analisis Diskriminan Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) adalah salah satu metode analisis multivariat yan bertujuan untuk memisahkan beberapa kelompok data yan sudah terkelompokkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan pendidikan atau Research and Development. Metode penelitian pengembangan pendidikan adalah metode

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Nuril Maghfiroh 1, Herawati Susilo 2, Abdul Gofur 3 Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini,maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IX.3 SMP NEGERI 2 DENPASAR TAHUN 2012/2013

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IX.3 SMP NEGERI 2 DENPASAR TAHUN 2012/2013 PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IX.3 SMP NEGERI 2 DENPASAR TAHUN 2012/2013 I N Gd. Wiastra, I. M. Goson, I.B. Putrayasa Proram Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi penelitian bertempat di SMK Pertanian di Lembang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Pertanian di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu sekolah SMA Negeri 1 Bandung yang berlokasi di Jl. Ir Juanda no 93. Subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Objek yang dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS 2

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS 2 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS 2 1 Aun Dwi Hariyanto (05018221), 2 Wahyu Pujiyono (0504116601) 1,2 Proram Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yan sanat pentin bai setiap masyarakat.diantara berbaai jasa layanan kesehatan, rumah sakit memean peranan pentin karena menyediakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruan Linkup Ruan linkup keiatan dalam penulisan tuas akhir ini adalah PT. Tembaa Mulia Semanan Tbk. (Divisi Aluminium) yan berlokasi di Jalan Daan Moot KM. 16, Semanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Pelaksanaan penelitian berlokasi di salah satu SMA Negeri di Kab. Bandung Barat pada tahun ajaran 2014-2015. Subjek penelitian ini adalah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Sumedang. Objek pada penelitian ini adalah soal tes open-ended problem materi minyak bumi yang

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERIK SAINS CALON GURU PADA BIDANG ASTRONOMI

PEMBEKALAN KETERAMPILAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERIK SAINS CALON GURU PADA BIDANG ASTRONOMI Prosidin Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 14 Mei 2011 PEMBEKALAN KETERAMPILAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERIK SAINS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2006), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4- TAHUN Evania Suryaninsih, Indri Astuti, Lukmanulhakim PG-PAUD FKIP Universitas Tanjunpura, Ponti email: Eva_Suryaninsih@mail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional Mind Map Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan yang merupakan pendekatan keseluruhan otak yang mampu membuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Negeri 7 Bandung karena sekolah tersebut termasuk ke dalam sekolah kluster 2 yang sudah menggunakan Kurikulum 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain One Group Pretest-Posttest Design (Nazir, 2003)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu sendiri adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ega Taqwali Berman

ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ega Taqwali Berman ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ea Taqwali Berman Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk menanalisis onkos praktikum pemesinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Development and Validation (Pengembangan dan validasi) terdiri dari empat tahap (Adams dan Wieman,

Lebih terperinci

Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli

Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli Saniah Djahuno SMP Negeri 2 Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau produk baru dan juga melihat suatu pola baru antara satu hal dan hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian otentik yang valid dan reliabel dalam menilai pengetahuan dan keterampilan praktikum siswa SMK. Setelah itu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental design (quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental design (quasi 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre experimental design (quasi eksperimen) jenis two group pre-test post-test. Desain ini menempuh tiga

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian kinerja yang valid dan reliabel dalam menilai kinerja siswa pada praktikum identifikasi keberadaan unsur

Lebih terperinci

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014 Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 4 MENGEMBANGKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA TIGA TINGKAT SEBAGAI ALAT EVALUASI MISKONSEPSI MATERI OPTIK Sri Lestari Handayani, Ani Rusilowati dan Sugianto Program

Lebih terperinci

Kata Kunci: instrumen penilaian, benar-salah, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dinamika rotasi, kesetimbangan tegar

Kata Kunci: instrumen penilaian, benar-salah, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dinamika rotasi, kesetimbangan tegar PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BENAR-SALAH UNTUK MENILAI KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Aliyyatus Sa adah, Sugiyanto, S.Pd, M.Si, dan Drs.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa

Lebih terperinci

BAB III METODEI PENELITIAN

BAB III METODEI PENELITIAN BAB III METODEI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Cimahi untuk menguji cobakan produk instrumen penilaia autentik yang telah dikembangkan.

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA/MA. Oleh: TRIHARYATI A1C113019

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA/MA. Oleh: TRIHARYATI A1C113019 ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA/MA Oleh: TRIHARYATI A1C113019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP dengan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP dengan 45 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen mendapatkan perlakuan dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER MAHASISWA BIOLOGI MATA KULIAH BIDANG PENDIDIKANSEMESTER GASAL PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended,

Lebih terperinci

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains Berbentuk Tes Esai untuk Mata Pelajaran Fisika SMA Kelas X

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains Berbentuk Tes Esai untuk Mata Pelajaran Fisika SMA Kelas X Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains Berbentuk Tes Esai untuk Mata Pelajaran Fisika SMA Kelas X Shobhi Al-Ghifari 1), Jufrida 2), dan Fibrika Rahmat Basuki 3) 1) Mahasiswa S1 Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2012: 6) metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat

Lebih terperinci

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain yang 43 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek/Obyek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kualitas validitas isi dan validitas konstruk pada alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan secara matematis fakta dan karrakteristik objek atau subjek

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRATEGI POSITIONING PRODUK TERHADAP CITRA MEREK PADA KONSUMEN SIM Card simpati PT.TELKOMSEL DI KOTA PADANG WELLI MARZENI *)

ANALISIS PENGARUH STRATEGI POSITIONING PRODUK TERHADAP CITRA MEREK PADA KONSUMEN SIM Card simpati PT.TELKOMSEL DI KOTA PADANG WELLI MARZENI *) ANALISIS PENGARUH STRATEGI POSITIONING PRODUK TERHADAP CITRA MEREK PADA KONSUMEN SIM Card simpati PT.TELKOMSEL DI KOTA PADANG WELLI MARZENI *) **)Indra Masrin,SE,MM dan **)Mareta Kemala Sari,SE,MM Staf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN, LOKASI, DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran mengenai kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis instrumen, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Pra-Eksperimental (Pre- Eksperimental Design). Karena perlakuan tidak menggunakan kelas control.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur manipulasi yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis kekeadaan tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, bertujuan membuat gambaran secara sistematis, faktual mengenai fakta dari suatu populasi. Desain penelitian yang

Lebih terperinci

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN DEWASA IBU PAWIYATAN

Lebih terperinci

MEDIA DARI KULIT SINGKONG UNTUK PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae DAN APLIKASI PADA ROTI Mochammad Wachid (1), Diana Ayu Ningrum (2)

MEDIA DARI KULIT SINGKONG UNTUK PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae DAN APLIKASI PADA ROTI Mochammad Wachid (1), Diana Ayu Ningrum (2) MEDIA DARI KULIT SINGKONG UNTUK PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae DAN APLIKASI PADA ROTI Mochammad Wachid (1), Diana Ayu Ninrum (2) 1 Universitas Muhammadiyah Malan, Malan 2 Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di tiga SMA Negeri dan satu SMA Swasta di Kota Bandung. Subjek pada penelitian ini adalah instrumen tes diagnostik yang

Lebih terperinci

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Swasta di Kota Bandung, yaitu di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

TINGKAT ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN

TINGKAT ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN TINGKAT ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-4 BULAN Arimina Hartati Pontoh* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no. Surabaya Email :admin@akbid-riyahusada.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak meluasnya beberapa pengertian dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen Portofolio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Ruseffendi (2005: 3) menyatakan bahwa penelitian adalah salah satu cara pencarian kebenaran atau yang dianggap benar untuk memecahkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Secara khusus rancangan penelitian ini menggunakan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Secara khusus rancangan penelitian ini menggunakan hubungan 8 BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode, Jenis, Bentuk dan Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur manipulasi yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis kekeadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimban : a. dalam ranka usaha menjamin obyektifitas

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN KLASIFIKASI KELULUSAN TES KETERAMPILAN SNMPTN BIDANG OLAHRAGA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN KERNEL

EVALUASI KETEPATAN KLASIFIKASI KELULUSAN TES KETERAMPILAN SNMPTN BIDANG OLAHRAGA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN KERNEL EVALUASI KETEPATAN KLASIFIKASI KELULUSAN TES KETERAMPILAN SNMPTN BIDANG OLAHRAGA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN KERNEL Yosiana Fitria. W, Bamban Widjanarko Otok Mahasiswa Proram Sarjana, Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experiment), dimana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Desain yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CIRC terhadap peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara harfiah metode ini adalah metode penelitian untuk membuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experiment), dimana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengembangan dan validasi (Development and Validation Method). Metode pengembangan dan validasi digunakan untuk menilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 23 Bandung. Dalam penelitian ini jumlah seluruh responden yang mengerjakan soal adalah 40 orang siswa di kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research Development) diawali dengan studi pendahuluan sampai tahap uji produk. Dalam Sugiyono dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio adalah penilaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda maka diperlukan penjelasan mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian melalui definisi operasional

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Funsinya tak hanya untuk memperindah interior dalam rumah tapi jua untuk sebuah estetika yan mencitrakan

Lebih terperinci