UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EVENNIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker EVENNIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 7 Januari hingga 18 Januari Kegiatan ini dilaksanakan untuk menambah pemahaman, pengetahuan dan keterampilan apoteker dalam dunia kerjanya. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah penulis terima, kiranya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada: 1. Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D., selaku Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2. Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt., M.Biomed., selaku Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian; 3. Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si., selaku Kasubdit Produksi Kosmetika dan Makanan sekaligus selaku Pembimbing, beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis untuk mengenal direktorat ini; 4. Dra. Nadirah Rahim, Apt., M.Kes., selaku Kasubdit Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis; 5. Drs. Riza Sultoni, Apt., M.M., selaku Kasubdit Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus berserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis; 6. Dita Novianti S.A., S.Si, Apt., M.M., selaku Kasubdit Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis; iv

5 7. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi ; 8. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi ; 9. Dr. Anton Bahtiar, M. Biomed., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini; 10. Seluruh staf dan karyawan Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia atas segala keramahan, pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker; 11. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis; 12. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran, dorongan, semangat dan doa yang tidak henti-hentinya; 13. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 atas dukungan dan kerja samanya; 14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan ini. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Evennia NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas laporan praktek saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Periode 7 Januari 18 Januari 2013 beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Depok Pada tanggal: 5 Juli 2013 Yang menyatakan (Evennia) vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM Tinjauan Umum Kementerian Kesehatan Tinjauan Tentang Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN Tugas Pokok dan Fungsi Visi, Misi, dan Strategi Struktur Organisasi Tinjauan Subdirektorat di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN PEMBAHASAN Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian viii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak setiap manusia. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, serta memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan prioritas kebijakan pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah ketersediaan pemerataan obat dan vaksin (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Sasaran program kefarmasian dan alat kesehatan di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan selaras dengan prioritas kebijakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sasaran tersebut adalah meningkatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat dengan indikator programnya yakni persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar seratus persen ditahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 102 tahun 2001 tentang Struktur Organisasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tanggal 19 Agustus 2010 maka Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terbagi menjadi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Farmasi, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, serta Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tanggung jawab mensinergikan kegiatan yang dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan pedoman-pedoman yang dapat dipergunakan, termasuk di dalamnya upaya-upaya peningkatan mutu produksi dan distribusi kefarmasian. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. 1

10 2 Apoteker memiliki tanggung jawab dan fungsi membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang. Apoteker tidak hanya diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga harus mampu memahami penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Oleh karena itu, diadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI untuk mendapatkan gambaran mengenai dunia kerja di lingkungan pemerintahan. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, khususnya di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi kefarmasian bertujuan agar para calon apoteker: 1. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai fungsi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

11 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Umum Kementerian Kesehatan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, dan Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan Institusi Tempat PKPA Praktek kerja profesi apoteker dilaksanakan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang terletak di Jalan H.R. Rasuna Said Blok X 5 Kav. 4-9 Jakarta Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki visi yaitu Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan. Sedangkan misi yang ditetapkan Kementerian Kesehatan sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2012): a. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; b. melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan; c. menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; d. menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik Strategi Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, maka Kementerian Kesehatan merumuskan strategi sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2012): a. meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global; 3

12 4 b. meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif; c. meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional; d. meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu; e. meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; f. meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab Nilai Dalam mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu pro rakyat, inklusif, responsif, efektif, bersih (Kementerian Kesehatan RI, 2011): a. Pro Rakyat Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. b. Inklusif Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

13 5 c. Responsif Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula. d. Efektif Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien. e. Bersih Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel Tugas Pokok Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Pasal 2, Kementerian Kesehatan mempunyai tugas untuk menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan fungsi (Kementerian Kesehatan RI, 2010): a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan; d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di daerah; dan e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

14 Kewenangan Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai kewenangan (Kementerian Kesehatan RI, 2012): a. penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung pembangunan secara makro; b. penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang kesehatan; c. penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan; d. penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan; e. pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang kesehatan; f. pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara di bidang kesehatan; g. penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan; h. penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan; i. penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan; j. penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan; k. penyelesaian perselisihan antar provinsi di bidang kesehatan; l. penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi, dan anak; m. penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat; n. penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan; o. penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan; p. penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan; q. penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi; r. penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan;

15 7 s. surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa; t. penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat esensial (buffer stock nasional); u. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu : a) penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu; b) pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan Susunan Organisasi Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan terdiri atas (Kementerian Kesehatan RI, 2010): a. Sekretariat Jenderal; b. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan; c. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; d. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; e. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; f. Inspektorat Jenderal; g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; i. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; j. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat; k. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan; l. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi; m. Staf Ahli Bidang Mediko Legal; n. Pusat Data dan Informasi; o. Pusat Kerja Sama Luar Negeri; p. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan; q. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; r. Pusat Komunikasi Publik; s. Pusat Promosi Kesehatan; t. Pusat Inteligensia Kesehatan; dan u. Pusat Kesehatan Haji.

16 8 Lampiran 1. Adapun bagan struktur organisasi Kementerian Kesehatan terlampir pada 2.2 Tinjauan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Pasal 525, Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur Jenderal Tugas Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas meningkatkan keamanan dan kemanfaatan penggunaan obat, meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin ketersediaan dan keterjangkauan kebutuhan obat esensial, melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan sebagai penjabaran dari berbagai undang-undang di bidang kesehatan. Kemudian Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami perubahan nama menjadi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. Perubahan tersebut memperluas ruang lingkup kewenangan, tugas pokok dan fungsi, tidak hanya pelayanan kefarmasian namun lebih luas pada pembinaan seluruh aspek kefarmasian dalam upaya membuat rakyat sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

17 Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Pasal 526, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan; dan e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Sasaran dan Kebijakan Sasaran hasil dari Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat dengan indikator programnya yakni persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100% di tahun Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan yang meliputi peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar, peningkatan mutu dan keamanan alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), peningkatan penggunaan obat rasional melalui pelayanan kefarmasian yang berkualitas, peningkatan produksi bahan baku dan obat lokal serta mutu sarana produksi dan distribusi kefarmasian, peningkatan kualitas produksi dan distribusi kefarmasian dan peningkatan produksi bahan baku obat dan obat tradisional produksi di dalam negeri. Dalam upaya peningkatan program tersebut diperlukan dukungan manajemen dalam pelaksanaan tugas teknis pada program kefarmasian dan alat kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

18 Susunan Organisasi Bagan struktur Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas (Kementerian Kesehatan RI, 2010): Sekretariat Direktorat Jenderal a. Tugas dan Fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a) koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran; b) pengelolaan data dan informasi; c) penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional dan hubungan masyarakat; d) pengelolaan urusan keuangan; e) pelaksanaan urusan kepegawaian, tata persuratan, kearsipan, gaji, rumah tangga, dan perlengkapan; dan f) evaluasi dan penyusunan laporan b. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas: a) Bagian Program dan Informasi; b) Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat; c) Bagian Keuangan; d) Bagian Kepegawaian dan Umum; dan e) Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan a. Tugas dan Fungsi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam

19 11 melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi: a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; b) pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; d) penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; e) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; dan f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat b. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri atas: a) Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat; b) Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; c) Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; d) Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; e) Subbagian Tata Usaha; dan f) Kelompok Jabatan Fungsional.

20 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian a. Tugas dan Fungsi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelayanan kefarmasian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian menyelenggarakan fungsi: a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional; b) pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional; c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional; d) pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional; e) pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional; dan f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. b. Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri atas: a) Subdirektorat Standardisasi; b) Subdirektorat Farmasi Komunitas; c) Subdirektorat Farmasi Klinik; d) Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional; e) Subbagian Tata Usaha; dan f) Kelompok Jabatan Fungsional.

21 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan a. Tugas dan Fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi: a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; b) pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; d) penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; e) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; dan f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. b. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas: a) Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan; b) Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; c) Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; d) Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi; e) Subbagian Tata Usaha; dan f) Kelompok Jabatan Fungsional.

22 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. a. Tugas dan Fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi kefarmasian menyelenggarakan fungsi: a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; b) pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; d) penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; e) pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; f) pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan g) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. b. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas: a) Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional; b) Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan; c) Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus; d) Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat; e) Subbagian Tata Usaha; dan f) Kelompok Jabatan Fungsional.

23 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Pasal 608, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Berdasarkan Pasal 609, dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; b. pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; e. pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; f. pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. 3.2 Visi, Misi, dan Strategi Visi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian ialah Industri Farmasi dan Makanan yang Memenuhi Syarat dan Mampu Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri serta Bersaing di Era Globalisasi. Misi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian ialah (Kementerian Kesehatan RI, 2011): a. menciptakan iklim industri yang kondusif melalui penyusunan regulasi, standar, dan pedoman yang dapat mengakomodir pengembangan di bidang farmasi dan makanan; 15

24 16 b. melaksanakan pelayanan publik yang prima dalam bidang produksi dan distribusi kefarmasian dan makanan; c. melaksanakan pembinaan sarana produksi dan distribusi farmasi dan makanan; d. menciptakan kemandirian di bidang kefarmasian. Strategi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian ialah (Kementerian Kesehatan RI, 2011): a. menyusun dan mengembangkan standar dan persyaratan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian dan makanan; b. melaksanakan koordinasi dan pembinaan yang terpadu; c. meningkatkan kapasitas SDM yang kompeten dan profesional; d. membentuk aliansi strategis dan mengintegrasikan sumber daya. 3.3 Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi (Kementerian Kesehatan RI, 2010): 1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional, yang terdiri atas: a. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi. b. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi. 2. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan, yang terdiri atas : a. Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan. b. Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika. 3. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus, yang terdiri atas: a. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. b. Seksi Sediaan Farmasi Khusus. 4. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat, yang terdiri atas: a. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat. b. Seksi Kerjasama. 5. Subbagian Tata Usaha. 6. Kelompok Jabatan Fungsional.

25 17 Bagan struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dapat dilihat pada Lampiran Tinjauan Subdirektorat di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional (Kementerian Kesehatan RI, 2010) Tugas Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Pasal 611, Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional Fungsi Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 611, Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional; b. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional; c. pelaksanaan pemberian izin sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional; d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional; dan e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.

26 Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional a. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi Tugas Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi adalah melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional. b. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi Tugas Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi adalah melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan (Kementerian Kesehatan RI, 2010) Tugas Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Pasal 615, Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi kosmetika dan makanan Fungsi Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 615, Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang produksi kosmetika dan makanan; b. penyiapan bahan penyusunan norma standar, prosedur, dan kriteria di bidang kosmetika dan makanan; c. pelaksanaan pemberian izin sarana produksi kosmetika;

27 19 d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi kosmetika dan makanan; dan e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidnag produksi kosmetika dan makanan Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan terdiri atas: a. Seksi Standarisasi Produksi Kosmetika dan Makanan Tugas Seksi Standarisasi Produksi Kosmetika dan Makanan adalah melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi kosmetika dan makanan. b. Seksi Peizinan Sarana Produksi Kosmetika Tugas Seksi Peizinan Sarana Produksi Kosmetika adalah melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan dibidang sarana produksi kosmetika Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus (Kementerian Kesehatan RI, 2010) Tugas Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Pasal 619, Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus.

28 Fungsi Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 619, Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan makanan; b. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dan pedoman di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan makanan; c. pelaksanaan perizinan produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan makanan; d. penyiapan bahan bimbingan dan pengendalian di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan makanan; dan e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan perizinan produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan makanan Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus a. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Tugas Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi adalah melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi. b. Seksi Sediaan Farmasi Khusus Tugas Seksi Sediaan Farmasi Khusus adalah melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sediaan farmasi khusus dan makanan.

29 Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat (Kementerian Kesehatan RI, 2010) Tugas Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Pasal 623, Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat Fungsi Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 623, Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat menyelengarakan fungsi: a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat; b. penyiapan bahan penyusunan norma standar, prosedur, dan kriteria di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat; c. penyiapan bahan koordinasi serta pelakasanaan kerjasama lintas program dan lintas sektor di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat; d. penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat; dan e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan dibidang kemandirian obat dan bahan baku obat Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat a. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat Tugas Seleksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat adalah melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan,

30 22 evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat. b. Seksi Kerjasama Tugas Seksi Kerjasama adalah melakukan penyiapan bahan koordinasi, pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas sektor, pengendalian serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerjasama di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.

31 BAB 4 PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mahasiswa Apoteker UI angkatan LXXVI yang dilaksanakan di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dibagi menjadi dua periode. PKPA periode pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Januari hingga 18 Januari Pada hari pertama, kegiatan PKPA dimulai dari pukul hingga pukul WIB dan pada hari-hari selanjutnya, jam dimulainya kegiatan disesuaikan dengan jam kerja di masing-masing direktorat yang ditempati. Kegiatan PKPA di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian berlangsung dari pukul hingga pukul WIB. Paparan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: Tanggal Senin, 7 Januari 2013 Kegiatan 1. Penerimaan mahasiswa PKPA UI di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia oleh Bapak Kamit Waluyo, SH, MM. Kegiatan dilakukan di Ruang 805, yaitu Ruang Rapat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2. Perkenalan antara pihak peserta PKPA Apoteker UI dengan pihak Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 3. Pengenalan mengenai Kementerian Kesehatan, meliputi dasar hukum, visi dan misi, nilai-nilai, fungsi, dan struktur organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 4. Penjelasan mengenai struktur organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Kemudian, dilanjutkan dengan penjelasan 23

32 24 mengenai struktur organisasi serta tugas dan fungsi dari sekretariat dan keempat Direktorat di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, yaitu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, dan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. 5. Perkenalan kepada perwakilan dari keempat direktorat yang ada di bawah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 6. Pembagian peserta PKPA ke dalam empat kelompok sesuai penempatannya di masing-masing Direktorat. Kelompok yang ditempatkan di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian diarahkan dan dibimbing oleh Kepala Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan, yaitu Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si. 7. Penjelasan mengenai peraturan pelaksanaan PKPA di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, dilanjutkan dengan penjelasan umum mengenai keempat Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha yang ada di bawah Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian oleh Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si. 8. Penjelasan mengenai Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan, meliputi peraturan yang terkait dengan produksi kosmetika dan makanan dan diskusi mengenai informasi di bidang kosmetika dan makanan, kesehatan, dan kefarmasian bersama Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si.

33 25 Selasa, 8 Januari Pemberian tugas harian oleh Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si. untuk mencari bahan mengenai topik-topik kefarmasian. 10. Pemberian tugas umum. 11. Perkenalan dan penjelasan mengenai Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus, meliputi pembagian seksi di dalam Subdirektorat tersebut, kebijakan mengenai perizinan produksi dan distribusi, dan tugas dari Subdirektorat Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus oleh Bapak Drs. Riza Sultoni, Apt., MM selaku Kepala Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus. 12. Perkenalan dengan Kepala Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional, yaitu Ibu Dra. Nadira Rahim, Apt., M.Kes. dan Kepala Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional, yaitu Ibu Ikka Tjahyaningrum, S.Si., Apt. 1. Penjelasan mengenai Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional oleh Ibu Ikka Tjahyaningrum, S.Si., Apt. Penjelasan yang diberikan meliputi kebijakan mengenai perizinan produksi dan distribusi obat dan obat tradisional, serta tugas dari masing-masing seksi yang ada di bawah Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional. 2. Diskusi mengenai topik-topik kefarmasian bersama Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si dan pemberian tugas untuk mencari bahan mengenai

34 26 topik-topik kefarmasian lainnya. 3. Penjelasan mengenai Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat oleh Ibu Dra. Rostilawati R, Apt. selaku Kepala Seksi Kerjasama Produksi dan Distribusi. Penjelasan yang diberikan meliputi pembagian seksi di dalam Subdirektorat tersebut, serta tugas umum Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan kendala-kendala yang masih dihadapi dalam hal kemandirian obat dan bahan baku obat. 4. Pencarian bahan untuk pembuatan tugas umum. 5. Pembagian tugas khusus dari masing-masing subdirektorat, yaitu sebagai berikut: a. Dari Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional (dikerjakan oleh 2 orang): Membuat leaflet tentang pengenalan obat tradisional, yang terdiri dari jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Membuat booklet tentang bahan kimia obat dalam jamu. b. Dari Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan (dikerjakan oleh 2 orang): Membuat komik mengenai makanan sehat yang ditujukan untuk anak-anak Sekolah Dasar. c. Dari Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus (dikerjakan oleh 2 orang): Membuat laporan mengenai implementasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

35 27 Rabu, 9 Januari 2013 Kamis, 10 Januari 2013 Jumat, 11 Januari 2013 Membuat laporan tentang monitoring penggunaan prekursor di provinsi, kabupaten/kota, apotek, dan PBF. d. Dari Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat (dikerjakan oleh 2 orang): Mencari data tentang besar pasar obat di Indonesia. Mencari data 10 penggunaan obat tertinggi di Indonesia dan daftar recognized supplier di Indonesia. Mencari data seluruh industri obat dan bahan baku obat di Indonesia. 6. Mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengerjakan tugas khusus. 1. Diskusi mengenai topik-topik kefarmasian bersama Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si. 2. Sharing bersama hasil pencarian dari peserta PKPA mengenai topik-topik kefarmasian yang ditugaskan. 3. Mengerjakan tugas umum. 4. Mencari data dan informasi untuk mengerjakan tugas umum. 5. Mengerjakan tugas khusus. 1. Mengerjakan tugas umum. 2. Mengerjakan tugas khusus. 3. Mencari data dan informasi untuk mengerjakan tugas umum. 1. Mengerjakan tugas umum. 2. Mengerjakan tugas khusus. 3. Mencari data dan informasi untuk mengerjakan tugas khusus. 4. Merevisi tugas umum. 5. Diskusi dan pre-test mengenai antibiotik dan obat

36 28 Senin, 14 Januari 2013 Selasa, 15 Januari 2013 Rabu, 16 Januari 2013 Kamis, 17 Januari 2013 Jumat, 18 Januari 2013 generik bersama Bapak Drs. Suhata. 1. Mengerjakan tugas khusus. 2. Mencari data untuk mengerjakan tugas khusus. 3. Diskusi dengan pembimbing tugas khusus mengenai tugas yang sedang dikerjakan. 4. Membantu mengerjakan tugas dari bagian Tata Usaha. 1. Diskusi bersama Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si. 2. Mengerjakan tugas khusus. 3. Diskusi terkait pengerjaan tugas khusus bersama pembimbing tugas khusus. 4. Merevisi tugas umum. 1. Mengerjakan tugas khusus. 2. Merevisi tugas umum. 1. Mengerjakan tugas khusus dan berkonsultasi dengan pembimbing tugas khusus. 2. Merevisi tugas umum. 1. Mengerjakan tugas khusus dan berkonsultasi dengan pembimbing tugas khusus. 2. Merevisi tugas umum. 3. Membantu mengerjakan tugas dari bagian Tata Usaha. 4. Post-test dengan topik mengenai Penggunaan Obat Rasional (POR).

37 BAB 5 PEMBAHASAN Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mencakup empat subdirektorat, yaitu Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional; Subdirektorat Bina Produksi Kosmetik dan Makanan; Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus; dan Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat. Program yang dimiliki direktorat ini diarahkan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi industri farmasi dan makanan, reformasi dan terobosan di bidang obat, obat tradisional, kosmetika, dan makanan (Kementerian Kesehatan RI, 2011). 5.1 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional terdiri atas: a. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi; dan b. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penyusunan NSPK bidang produksi dan distribusi kefarmasian ini dilaksanakan bersama-sama dan dengan melibatkan secara aktif asosiasi terkait seperti Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi), para praktisi yang merupakan perwakilan dunia usaha dan industri farmasi, para pakar dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi farmasi ternama di Jawa dan di luar Jawa sehingga diharapkan dokumen NSPK tersebut objektif dan sesuai dengan kebutuhan dunia farmasi di Indonesia serta sesuai dengan 29

38 30 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dokumen NSPK yang dimaksud adalah buku-buku pedoman seperti Farmakope Indonesia, Farmakope Herbal Indonesia, termasuk suplemen Farmakope Indonesia edisi I-III dan suplemen Farmakope Herbal Indonesia edisi I-II, Pedoman Pelayanan Perizinan Industri Farmasi, Pedoman Pelayanan Perizinan Industri Obat Tradisional, Pedoman Pelayanan Perizinan Pedagang Besar Farmasi, Pedoman Pembinaan Pedagang Besar Farmasi. Dokumen NSPK yang telah diterbitkan oleh direktorat ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman dan panduan bagi tenaga kesehatan dan pelaku usaha di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Dokumen NSPK yang telah diterbitkan oleh Dirjen Binfar Alkes harus disosialisasikan kepada para pejabat Dinas Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Seksi ini menangani perizinan mengenai persetujuan prinsip dan izin industri obat dan obat tradisional, izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat (PBF-BO). Izin mengenai industri farmasi diatur dalam Permenkes No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Izin mengenai obat tradisional diatur dalam Permenkes No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Izin mengenai PBF diatur dalam Permenkes No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi. Semua pemohon mengajukan permohonan izin satu pintu di unit pelayanan terpadu. Subdirektorat Produksi Dan Distribusi Obat Dan Obat Tradisional ini menempati loket satu. Permohonan izin dikenakan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) sebesar Rp ,00 per izin sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan. Semua izin yang diberikan oleh Dirjen Binfar Alkes atas dasar rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Badan POM. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi administrasi (lokasi, penanggung jawab, dan

39 31 sebagainya), sedangkan Badan POM lebih ke arah teknis (CPOB, CPDB, CPOTB, dan sebagainya). Pemasukan berkas perizinan dapat dilakukan secara paralel ke Dirjen Binfar Alkes, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Badan POM. Izin industri obat dan obat tradisional berlaku seterusnya selama industri tersebut masih memenuhi ketentuan yang berlaku. Akan tetapi, khusus untuk PBF, izinnya hanya berlaku 5 tahun dan harus diperpanjang. Selain menangani perizinan, seksi ini juga melakukan bimbingan teknis. Bimbingan teknis dilakukan secara langsung di lapangan ke sarana PBF (pusat dan cabang) dan obat tradisional, sedangkan pada sarana industri farmasi belum dapat dilakukan. Bimbingan teknis yang diberikan berkaitan dengan administrasi perizinan. Bimbingan teknis ini dilakukan menggunakan anggaran yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pengajuan permohonan izin sebaiknya dilakukan oleh pemilik atau penanggung jawab industri langsung sebagai orang yang paling memahami industri yang ingin dijalankan meskipun boleh diwakilkan. Berkas yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu di loket satu oleh petugas loket untuk melihat kelengkapan berkas tersebut. Jika berkas dinyatakan lengkap, pemohon akan dipersilahkan untuk membayar biaya pendaftaran melalui bank. Jika berkas belum lengkap, berkas akan dikembalikan dan pemohon diminta untuk melengkapi berkas tersebut terlebih dahulu. Berkas permohonan izin diselesaikan sesuai dengan urutan berkas masuk. Selama proses permohonan izin, Subdirektorat Obat Dan Obat Tradisional akan memberikan contact person agar pemohon dapat menanyakan sejauh mana proses telah berlangsung dan pemohon memperoleh penjelasan dari petugas apablia terjadi keterlambatan dalam penerbitan izin. Program kerja pada tahun 2013 yang rencananya akan dilaksanakan antara lain: a. pelaksanaan survei kapasitas produksi industri farmasi Pelaksanaan survei kapasitas produksi industri farmasi dilakukan agar industri farmasi dapat memaksimalkan kapasitas produksi industri farmasi sebagai persiapan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). b. pengadaan konsultasi bidang produksi distribusi kefarmasian

40 32 Pengadaan konsultasi bidang produksi distribusi kefarmasian dilakukan agar pihak Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengetahui mengenai CPOB, CPOTB, CPDB, dan sebagainya. Konsultan berasal dari pihak ketiga yang independen. c. pembuatan modul kurikulum. Program pembuatan modul kurikulum dilakukan untuk unit kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan melakukan pelatihan. Kendala yang dihadapi dalam subdirektorat ini adalah kurangnya jumlah sumber daya manusia (SDM). SDM yang ada tidak sebanding dengan jumlah berkas yang masuk sehingga terkadang mengakibatkan keterlambatan dalam persetujuan perizinan yang diajukan pemohon. Dalam satu hari berkas yang masuk sekitar 5-10 berkas. Sistem pendaftaran yang dilakukan masih manual, namun rencananya tahun depan akan diterapkan online system yaitu melalui program E-Licensing. 5.2 Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi kosmetika dan makanan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan terdiri atas: a. Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan; dan b. Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika. Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika Dan Makanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi kosmetika dan makanan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penyusunan NSPK yang telah dilaksanakan lintas sektor, lintas program, dan asosiasi terkait kosmetika dan makanan. Dokumen NSPK yang dimaksud antara lain penyusunan buku Kodeks Kosmetika Indonesia edisi II vol 3, pedoman pembinaan terpadu makanan jajanan anak

41 33 sekolah, modul pelatihan penyuluh keamanan pangan, modul pelatihan pengawas keamanan pangan. Setelah menyusun dokumen NSPK tersebut, maka dilakukan sosialisasi kepada para pejabat Dinas Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian. Pentingnya dibuat NSPK tentang makanan adalah menjaga kesehatan dan menjaga perdagangan yang fair. Sifat NSPK ini adalah voluntary (sukarela), artinya boleh dianut boleh juga tidak. Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sarana produksi kosmetika (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penerbitan izin di bidang produksi kosmetika dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. Izin produksi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi ketentuan yang berlaku. Izin produksi kosmetika dibedakan atas dua golongan, yaitu: a. Golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika. b. Golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan menggunakan teknologi sederhana. Izin produksi industri kosmetika Golongan A diberikan dengan persyaratan: 1. memiliki apoteker sebagai penanggung jawab; 2. memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat; 3. memiliki fasilitas laboratorium; 4. wajib menerapkan Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB). Izin produksi industri kosmetika Golongan B diberikan dengan persyaratan: 1. memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai penanggung jawab;

42 34 2. memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai produk yang akan dibuat; 3. mampu menerapkan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai CPKB. Sistem pendaftaran yang dilakukan masih manual, namun rencananya tahun depan akan diterapkan online system. Selain itu, seksi ini juga melakukan bimibingan teknis. Bimibingan teknis ini langsung diberikan kepada industri kosmetika dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). 5.3 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus terdiri atas: a. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; dan b. Seksi Sediaan Farmasi Khusus. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Seksi ini memiliki kewajiban untuk melaporkan laporan triwulan, semester, dan tahunan serta rencana kebutuhan total secara nasional ke badan narkotika dunia atau The International Narcotics Control Board (INCB). Data untuk rencana kebutuhan didapat dari hasil rekap data Litbang, BNN, BPOM, perusahaan, perguruan tinggi. Program yang dijalankan oleh Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi pada tahun 2012 antara lain:

43 35 a. regulasi untuk perizinan Importir Terdaftar (IT), Importir Produsen (IP), Surat Persetujuan Import (SPI) narkotika, psikotropika, dan prekursor. Narkotika hanya boleh diimpor oleh PT. Kimia Farma, begitu pula dengan distribusinya yang harus mendapatkan izin importir narkotik. Importir terdaftar adalah importir atau PBF yang menyediakan produk untuk end user (industri) yang dapat berjumlah lebih dari satu industri. IT hanya boleh mengimpor atas permintaan industri dan tidak boleh menyimpan produk psikotropika untuk importir tersebut. Importir Produsen (IP) merupakan importir yang menggunakan produk yang diimpor untuk kebutuhan produksi industri tersebut dan tidak boleh menjual produk tersebut. Seluruh perizinan saat ini sudah menggunakan sistem online yang terintegrasi secara nasional (national single window). Jika ingin melakukan pemesanan, PBF membuat permohonan ke Kementerian Kesehatan kemudian setelah disetujui akan didapatkan surat persetujuan impor. SPI hanya berlaku untuk satu kali impor, satu produk, dan satu industri; b. regulasi untuk perizinan Eksportir Terdaftar (ET), Eksportir Produsen (EP), Surat Persetujuan Eksport (SPE) narkotika, psikotropika, dan prekursor; c. koordinasi dengan badan terkait, yaitu Badan Pengawasan Obat Dan Makanan (BPOM) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam regulasi dan penanganan narkotika, psikotropika, dan prekursor; d. pembinaan industri terkait penggunaan prekursor. Sebelum pembinaan dibutuhkan penyusunan kebijakan sebagai alat untuk melakukan pembinaan; e. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang berupa sistem secara online dengan menginput username dan password. Sistem yang telah disosialisasikan adalah sistem Sedangkan program yang akan dilaksanakan di tahun 2013 antara lain: a. sosialisasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dengan perangkat lunak yang diperbaharui di tahun Sosialisasi awal telah dilakukan ke 15 provinsi di Indonesia; b. revisi permenkes tentang prekursor farmasi; c. pembuatan permenkes-permenkes sebagai tindak lanjut dari pasal-pasal dalam UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

44 36 Kendala yang dialami seksi ini adalah kekurangan sumber daya manusia sehingga kurang seimbang dengan deskripsi tugas yang ada; serta kurangnya pemahaman petugas SIPNAP yang pelaporannya membutuhkan ketepatan dan kesesuaian isi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Seksi Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sediaan farmasi khusus dan makanan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Sediaan farmasi khusus merupakan sediaan farmasi yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, tetapi tidak tersedia di pasar Indonesia dan tidak memiliki izin edar produk. Kriteria obat khusus, yaitu obat piatu yang merupakan obat yang sangat dibutuhkan untuk pengobatan penyakit langka (diderita oleh kurang dari penderita di seluruh Indonesia) dan telah dibuktikan keamanan dan efektivitasnya; dan obat yang sangat dibutuhkan, namun tidak mempunyai nilai komersial, meskipun diderita oleh lebih dari penderita di seluruh Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2002). Seksi Sediaan Farmasi Khusus membantu masuknya obat-obatan tersebut dengan mekanisme Special Access Scheme (SAS). Latar belakang regulasi sediaan farmasi khusus tersebut adalah pasar Indonesia bukan merupakan pasar perdagangan bebas; untuk melindungi masyarakat dari uji coba negara asing, persyaratan minimal terdapat nomor registrasi produk di negaranya; serta untuk melindungi produk dan dunia usaha dalam negeri Indonesia. 5.4 Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kemandirian obat dan bahan baku obat serta ketersediaan obat menjadi salah satu indikator pembangunan negara. Kemandirian obat dan bahan baku obat berarti negara dapat memproduksi

45 37 obat dan bahan baku obat sendiri secara mandiri. Kemandirian obat dan bahan baku obat. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat terdiri atas: a. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat; dan b. Seksi Kerjasama. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Seksi Kerjasama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas sektor, pengendalian serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerjasama di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Program Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat yang telah, sedang, dan yang akan dilaksanakan antara lain: a. pengembangan bahan obat dan obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri; b. networking dengan stake holder terkait, meliputi bidang akademis, bisnis, dan pemerintahan. salah satu program yang telah terlaksana adalah kelompok kerja (POKJA); c. memfasilitasi penelitian bahan baku obat dan obat tradisional dengan lembaga penelitian, lembaga pendidikan, dan industri; d. membuat roadmap pengembangan bahan baku obat dan obat tradisional; e. membangun pusat pengolahan pasca-panen tanaman tradisional dan pada tahun 2013 akan dibangun laboratorium mikrobiologi; f. membangun pusat ekstrak daerah; g. mengumpulkan data mengenai jumlah obat yang digunakan di indonesia dengan meminta laporan dari PBF, telah dimulai tahun 2012; h. analisis kondisi industri farmasi. Kendala dalam terwujudnya pelaksanaan tugas Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat antara lain sinergisme yang belum berjalan optimal antara bidang akademis, bisnis, dan pemerintahan; teknologi yang kurang

46 38 memadai; bahan baku impor yang mudah didapatkan dan masuk ke Indonesia; bahan yang meskipun kuantitasnya mencukupi, tetapi kualitasnya di bawah standar.

47 BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Setelah Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penulis menyimpulkan bahwa: 1. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian memiliki tugas untuk menyusun, melakukan sosialisasi, memantau, dan mengevaluasi regulasi bagi produsen dan distributor; melakukan pembinaan kepada produsen, distributor, maupun masyarakat agar mampu memenuhi standar yang ditentukan dan memiliki daya saing; dan mengembangkan kemandirian produksi obat dan bahan baku obat dalam negeri. 2. Peran apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian melakukan tugas dan fungsi direktorat, khususnya tugas dan fungsi subdirektorat sesuai dengan kompetensi apoteker untuk menjalankan tugas kefarmasian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. 6.2 Saran 1. Mempercepat sosialisasi program-program Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian kepada masyarakat di seluruh Indonesia, misalnya dalam hal regulasi perizinan industri obat dan obat tradisional, pedagang besar farmasi; standar-standar seperti Farmakope Indonesia, Farmakope Herbal Indonesia, Kodeks Kosmetik Indonesia, dan Kodeks Makanan Indonesia. 2. Perekrutan sumber daya manusia dengan jumlah yang sesuai dengan beban kerja sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan optimal, menyeluruh, dan tepat waktu. 3. Pelatihan bagi sumber daya manusia sehingga dapat selalu meningkatkan kemampuan dan keterampilan. 39

48 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1379.A/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pengelolaan dan Penggunaan Obat, Alat Kesehatan, dan Makanan Khusus. Jakarta. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2011). Rencana Aksi Program Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun Jakarta. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2012). Laporan Tahunan 2011 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Nilai-nilai Kementerian Kesehatan. Pejabat Pengelola Informasi & Dokumentasi. 10 Januari le&id=51&itemid=60 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Rencana Aksi Program Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta. 40

49 41 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Visi dan Misi. 10 januari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Direktorat Jenderal Bina farmasi dan Alat Kesehatan Tahun Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis Dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan. Jakarta.

50 LAMPIRAN

51 Lampiran 1. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 42

52 Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTUR BINA OBAT PUBLIK & PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTUR BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTUR BINA PRODUKSI & DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTUR BINA PRODUKSI & DISTRIBUSI KEFARMASIAN 43

53 Lampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian 44

54 UNIVERSITAS INDONESIA PROFIL INDUSTRI FARMASI DAN BAHAN BAKU OBAT DI INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EVENNIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

55 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Industri Farmasi di Indonesia Pangsa Pasar Farmasi Indonesia Industri Bahan Baku Obat di Indonesia METODE PENGKAJIAN Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengkajian PEMBAHASAN KESIMPULAN Kesimpulan DAFTAR ACUAN ii

56 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Daftar industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan kepemilikan... 3 iii

57 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi Gambar 2.2. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan kepemilikan Gambar 2.3. Pangsa pasar farmasi Indonesia tahun Gambar 2.4. Pangsa pasar farmasi di segmen obat resep tahun iv

58 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar farmasi nasional pada 2013 diperkirakan tumbuh 12% hingga 14% menjadi 48 triliun Rupiah hingga 49 triliun Rupiah dibandingkan proyeksi tahun 2012 sebesar 43 triliun Rupiah. Proyeksi peningkatan pasar tersebut mendorong ekspansi produsen farmasi sejak tahun Pertumbuhan pasar farmasi pada tahun 2013 seiring kebutuhan obat-obatan dari masyarakat yang terus meningkat (Saksono, 2012). Populasi penduduk yang besar, semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan, perekonomian masyarakat yang semakin baik, dan dukungan program pemerintah di bidang kesehatan menjadi basis tumbuhnya industri farmasi tanah air (PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011). Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan industri farmasi yang sangat tinggi di dunia dengan pertumbuhan rata-rata 14% hingga 16% per tahun. Bersama dengan China, India, Thailand, Vietnam dan Brazil juga tergolong negara pharmerging markets karena memiliki pertumbuhan yang mencapai dua digit. Untuk kawasan Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai 650 juta jiwa, Indonesia memiliki pangsa pasar terbesar yaitu 37% atau jika digabung dengan Thailand dan Filipina menguasai pasar industri farmasi di kawasan ini sebesar 80% (PT. Central Data Mediatama Indonesia, 2012). Sebanyak 90% kebutuhan obat nasional telah dipenuhi industri farmasi di dalam negeri, namun 95% bahan baku obat yang digunakan masih diimpor. Impor bahan baku obat rentan terhadap perubahan harga, kualitas, dan kesinambungan pasokan, padahal obat merupakan komoditas berfungsi sosial dan menentukan hidup orang banyak. Indonesia saat ini mengimpor bahan baku obat terbanyak dari China, India, dan kawasan Eropa. China masih menjadi negara sumber pemasok terbesar kebutuhan bahan baku obat Indonesia, yakni sekitar 6,84 triliun Rupiah (60%), India di posisi kedua dengan nilai 3,42 triliun Rupiah (30%), dan Eropa dengan nilai 1,4 triliun Rupiah (10%) (Anna, 2012; Candra, 2012; PDPERSI, 2012). 1

59 2 1.2 Tujuan 1. Mengkaji industri farmasi yang ada di Indonesia 2. Mengkaji pangsa pasar farmasi Indonesia 3. Mengkaji industri bahan baku obat yang ada Indonesia

60 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi di Indonesia Industri farmasi di Indonesia dapat dibagi, antara lain berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia maupun berdasarkan kepemilikannya. Daftar industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan kepemilikan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan kepemilikan disajikan dalam Gambar 2.1 dan Gambar 2.2. Tabel 2.1. Daftar industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan kepemilikan Provinsi Sumatera Utara Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. BINA FARMA PMDN Jl. Kasuari II/2 (Perumnas II) Medan PT. DEWI TUNJONG PMDN Jl. Komodor Yos Sudarso Km 7,2 Medan PT. INFAR ARISPHARMA PMDN Jl. Tojal 1 Kompleks Industri dan Pergudangan Mabar Hilir, Medan Deli, Medan PT. KIMIA FARMA Plant Medan BUMN Jl. Sisingamangaraja Km 9 No.59 Medan PT. MULIA FARMA SUCI PMDN Jl. Sambas No.46 Medan PT. MUTIFA PMDN Pharmaceutical Laboratories Jl. Raya Medan Namurambe Km 8,5 No.68 Pasar V Kec. Deli Tua, Kab. Deli Serdang 20355, Medan PT. PHEPARIN RIA PMDN Tapian Nauli, Sunggal, Medan Jl. Adam Malik No.68, Medan PT. SINABUNG Pharm. Ind. PMDN Jl. Komodor Laut Yos Sudarso Km 6,8 Medan PT. SINAR MANJUR PMDN Jl. Raya Medan 191 Tanjung Morawa Km 13 Gg. Mardisan, Tanjung Morawa, Medan PT. UNIVERSAL Pharmaceutical Industries PT. VARIA SEKATA Pharmaceutical Laboratories PT. YANTHI INDUSTRI FARMASI PMDN Jl. Yos Sudarso 347 BB Km 8 Tanjung Mulia, Medan PMDN Jl. Letjen Jamin Ginting Km 19,5 Pancur Batu Deli Serdang PMDN Jl. Asia Dalam No.15 K, Medan Provinsi Sumatera Barat Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PMDN PT. NUSANTARA BETA FARMA Jl. Raya Padang Bukit Tinggi Km 25 Kab. Padang Pariaman, Padang 3

61 PT. USAHA BROS UTAMA PMDN Jl. Perintis Kemerdekaan No.35 Kel. Aurtanjunkang Tengah Sawah Guguk Panjang, Bukit Tinggi Provinsi Jambi Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. NEW ASIAPHARM PMDN Jl. Makalam No.10 A RT 17/07 Kel. Cempaka Putih Kec. Jelutung Jambi Provinsi Sumatera Selatan Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. DEXA MEDICA PMDN Jl. Letjen Bambang Utoyo No.138, Palembang PT. KINOL PMDN Jl. Lebak Murni No RT 21 RW 09 Kel. Sako Kantan, Palembang PT. SOYOSAN Pharm. Ind. PMDN Jl. Mayor Santoso (Kamuning) No.2065, Palembang Provinsi Banten Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. APEX PHARMA INDONESIA PMDN Jl. Raya Serang Km 12, Desa Bunder, Cikupa, Tangerang PT. ARTHOIS PHARMACEUTICAL PMDN Jl. Siliwangi 1 Desa Keroncong Kec. Jatiuwung Km Tangerang PT. BIMA MITRA FARMA PMDN Jl. Raya Pasar Kemis, Desa Keroncong, RT 003/04 Kec. Jatiuwung, Tangerang PT. BINTANG KUPU- KUPU PMDN Jl. Gatot Subroto Km 5,5 RT 2/8b Desa Keroncong Jatiuwung, Tangerang PT. CORSA INDUSTRIES LTD PMDN Jl. Raya Serang Km 7,5 Jatake, Tangerang PT. DAHLIA COSMETIC PMDN Desa Gandaria Kec. Jatiuwung, INDONESIA PT. EAGLE INDO Pharmaceutical Laboratories PMDN Banten Jl. Raya Siliwangi No.1 Desa Alam Jaya Kecamatan Jatiuwung, Tangerang PT. GANESHA MULIA PRATAMA PMDN Jl. Gatot Subroto Km 6 Jatake, Tangerang PT. GUARDIAN PHARMATAMA PMDN Kawasan Industri Manis, Jl. Gatot Subroto Km 8,5, Tangerang PT. IMEDCO DJAJA PMDN Jl. Raya Serang Km 25 No.8 Balaraja PT. LAPI LABORATORIES PMDN Jl. Raya Serang Industri Kav.18 Modern Cikande Estate, Serang, Banten PT. MEDIKON PRIMA LABORATORIES PMDN Jl. Raya Serang Km 12, Desa Sukadamai, Kec. Cikupa, Tangerang 15170

62 5 PT. MOLEX AYUS PMDN Jl. Raya Serang Km 11,5 Desa Bunder Cikupa, Tangerang PT. MUDITA KARUNA PMDN Jl. Gatot Subroto Km 5,5 Kp Ledug Desa Keroncong Jatiuwung, Tangerang PT. NEW TOMBAK FARMA PT. ORYZA FARMA INDONESIA PMDN Jl. Raya Serang Km 16,8 RT 02/02 Talaga Cihideung Cikupa, Tangerang PMDN Jl. Industri III Kav.7 Kawasan Industri Modern, Cikande, Serang PT. PRATAPA NIRMALA / FAHRENHEIT PMDN Jl. Industri VI Desa Pasirjaya Kec. Jatiuwung, Tangerang PT. PRIMA MEDIKA LABORATORIES PMDN Jl. Raya Serang, Desa Kadu Jaya RT 017 RW 04 Kec. Curug, Kab. Tangerang, Banten PT. SAMCO FARMA PMDN Jl. Gatot Subroto No.27 Km 1,2, PT. SUNTHI SEPURI Pharmaceutical Manufacturing PMDN Tangerang Jl. Raya Serang Km 17 Cikupa, Tangerang PT. YAHI UTAMA PMDN Jl. Raya Serang Km 12, Desa Bitung Jaya, Kec. Cikupa, Tangerang PT. YANTHI UTAMA PMDN Kawasan Industri Pasar Kemis Jl. Putra Utama Raya Kav.C No.3 Pasir Awi Pasar Kemis, Tangerang PT. YARINDO FARMATAMA PMDN Jl. Modern Industri IV Kav.29 Modern Cikande, Serang Provinsi DKI Jakarta Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. ACTAVIS INDONESIA PMA Jl. Raya Jakarta Bogor Km 28, Jakarta Timur PT. ASTELLAS Pharma Indonesia PMA 11th Floor, Kyoei Prince Building Jl. Jendral Sudirman Kav.3, Jakarta PT. BAYER INDONESIA PMA Jl. Raya Jakarta Bogor Km 38 Cibubur, Jakarta Timur PT. BINTANG TOEDJOE PMDN Jl. Rawa Sumur Barat II/K-9 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur PT. BISON PMDN Jl. Raya Kapuk Kamal No.67 Kel. Kapuk Muara Kec. Penjaringan, Jakarta Utara PT. BROMO Pharmaceutical PMDN Jl. Kartini VIII/5 Jakarta Industries PT. DANKOS FARMA PMDN Jl. Rawa Gatel Blok III S/37-38 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur PT. DUA LIMA FARMA PMDN Jl. Tomang Rawa Kepa Raya 23, Jakarta Barat PT. DUA MENARA PMDN Jl. Pangeran Tubagus Angke 196 RT

63 6 11/6, Jakarta Barat ELI LILLY INDONESIA PMA Gedung Summitmas II Lt.5 EL JI. Jenderal Sudirman Kav.61-62, Jakarta Selatan PT. ETHICA PMDN Jl. Raya Pulo Gadung No.6 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta PT. FINUSOL PRIMA FARMA INTI PMDN Jl. Rawa Gelam V Kav.OR 39 Sapta Mulia Center Lt.4 Pulo Gadung, Jakarta Timur PT. GANDHA PMDN Jl. Pulo Kambing Kav.II-1/No.5 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur PT. GLAXO SMITHKLINE PMA Jl. Pulo Buaran Raya Kav.III DD/2-3-4 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta PT. HARSEN LABORATORIES PT. IKAPHARMINDO PUTRAMAS PT. IKONG Pharmaceutical Industries PT. INDONESIAN PHARMACEUTICAL INDUSTRIES (IPI) PT. INTERNATIONAL CHEMICAL IND. CO. LTD PMDN Jl. Raya Jakarta Bogor Km 24,6 Cijantung, Jakarta Timur PMDN Jl. Raya Pulo Gadung 29 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta PMDN Jl. Petak Asam Gg.Semut No.50, Jakarta Barat PMDN Jl. Industri No.7 Jakarta PMDN Jl. Daan Mogot Km 11 RT 06/03 Kel. Kedaung Kali Angke, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat PT. INTRA ARIES PMDN Jl. Krekot Bunder IV/34F Kel. Pasar Baru Kec. Sawah Baru, Jakarta Pusat PT. JANSSEN-CILAG INDONESIA PMA Wisma Mampang Lt.3 Jl. Mampang Prapatan Raya No.1, Jakarta Selatan PT. KIMIA FARMA BUMN Unit Produksi Formulasi Pulo Gadung, Jl. Rawagelam V No.1 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur PT. LAUREL INDUSTRI FARMASI PMDN Jl. Raya Jakarta Bogor Km 26, Jakarta Timur PT. MAHAKAM BETA FARMA PMDN Jl. Pulo Kambing II/20, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta PT. MECOSIN INDONESIA PMDN Jl. Palmerah Utara 14A, Jakarta PT. MEDISTA KARYA FARMA PMDN Jl. Kakap No.26 Kel. Penjaringan, Jakarta Utara PT. MEGA ESA FARMA Pharmaceutical Industries PMDN Jl. Kapuk Kamal No.66, Jakarta Barat PT. MERCK INDONESIA PMA Jl. T.B.Simatupang No.8 Pasar Rebo, Jakarta PT. MERCK SHARP & DOHME INDONESIA PMA Wisma BNI 46 Lt.27 Jl. Jend. Sudirman Kav.1, Jakarta PT. MESTIKA FARMA PMDN Jl. Kebayoran Lama 557, Jakarta 12220

64 7 PT. NELLCO INDOPHARMA PT. NICHOLAS Laboratories Industries PT. NOVA CHEMIE UTAMA PT. NOVO NORDISK INDONESIA PMDN Jl. Raya Ciracas No.1 Pasar Rebo, Jakarta PMDN Jl. Raya Pulo Gadung Blok FF 12A Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta PMDN Jl. Suci Km 24, Cijantung, Jakarta Selatan PMA Perkantoran Hijau Arkadia Tower B Penthouse Floor Jl. T.B.Simatupang Kav.88, Jakarta PMDN Jl. Raya Jakarta Bogor Km 20 No.113, Jakarta PT. PEMBANGUNAN ROCELLA Laboratories PT. PFIZER INDONESIA PMA Jl. Raya Bogor Km 28, Jakarta PT. PHAROS INDONESIA PMDN Jl. Limo 40 Permata Hijau, Senayan, Jakarta PT. PHYTO KEMO AGUNG FARMA PMDN Jl. Masjid No.90 Susukan Pasar Rebo, Jakarta Timur PT. PROCTER & GAMBLE INDONESIA PMDN Jl. Raya Bekasi Km 25 Ujung Menteng Cakung, Jakarta PT. SAMIE SAHARI PMDN Jl. Gg.Berdikari I No.9 Kapuk Kamal, Jakarta Barat PT. SANOFI-AVENTIS PMA Jl. Jenderal A.Yani Pulomas, Jakarta SANOFI PASTEUR (DIVISI PT. AVENTIS PHARMA) PMA Jl. Jenderal A.Yani Pulomas, Jakarta PT. SCHERING INDONESIA PMA Jl. T.B.Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta PT. SELAMAT SISWANTO PMDN Jl. Telok Gong Raya 89 No.61, Jakarta PT. SERVIER INDONESIA PMA Menara Kadin Indonesia Lt.18 Jl. H.R.Rasuna Said Blok X-5 Kav.2-3, Jakarta PT. SYDNA INDONESIA PMDN Jl. RC Veteran Bintaro Kebayoran Lama, Jakarta PT. SOHO INDUSTRI FARMASI PT. SOLVAY PHARMA INDONESIA PT. TEMPO SCAN PASIFIC PT. TRANSFARMA MEDICA INDAH PMDN PMA PMDN PMA Jl. Raya Pulo Gadung 6 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Wisma 46 Kota BNI 12thF1/suite 1201, Jl. Jend.Sudirman, Jakarta Jl. Letjen Haryono MT No.7, Jakarta Wisma Pondok Indah 1, Lt.1 Unit 103, Jl. Sultan Iskandar Muda Blok V TA, Jakarta Selatan PT. TRIYASA NAGAMAS FARMA PMDN Jl. Raya Udang No.75 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta PT. TUNGGAL IDAMAN ABDI Pharmaceutical PMDN Jl. Jendral A.Yani No.7, Jakarta Enterprises PT. WYETH INDONESIA PMA Gedung Graha Paramita Lt.12 Jl. Denpasar Raya Blok D2 Kuningan, Jakarta 12940

65 8 Provinsi Jawa Barat Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. ABBOTT INDONESIA PMA Jl. Raya Jakarta Bogor Km 30 Cimanggis, Depok PT. AFIAT Pharmaceutical Industries PMDN Jl. Leuwigajah No.110 Cimindi, Cimahi PT. ALFA PRIMA PRATAMA PMDN Jl. Raya Bogor-Sukabumi Km 18 Desa Muncang Caringin, Bogor PT. ARMOXINDO FARMA PMDN Jl. Farmasi No.1 Sukanagalih, Pacet, PT. ASTRAZENECA INDONESIA PMA Cianjur Techno Park Blok B1A-B1B Jababeka Industrial Park Cikarang, Bekasi PT. BAYER INDONESIA PMA Jl. Raya Bogor Km 32, Cisalak, Sukmajaya, Depok PT. BIOFARMA BUMN Jl. Pasteur 28, Bandung PT. BIOLIFE MEDILAB PMDN Jl. Pekopen Kobra No.8 Tambun, Bekasi PT. BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA PMA Jl. Lawang Gintung No.89, Bogor PT. BRISTOL-MYERS SQUIBB INDONESIA PMA Jl. Raya Bogor Km 38 Cilangkap, Bogor PT. CATUR DAKWAH CRANE FARMASI PMDN Jl. Olympic Raya Blok A4-A Kawasan Industri Sentul Babakan Madang, Bogor PT. CENDO PRATAMA PMDN Jl. Moch.Toha Km 6,7, Cisirung, Palasari PT. CHANDRA NUSANTARA PMDN Jl. Terusan Kiaracondong No.440, Bandung PT. COMBIPHAR PMDN Jl. Raya Simpang 383 Padalarang PT. DARYA VARIA LABORATORIES PMDN Jl. Mercedes No.105, Desa Cicadas Gunung Putri, Bogor PT. DAXEN INDONESIA PMDN Jl. Pancasila IV Gunung Putri, Bogor PT. DELTA MULIA CHEMICAL INDUSTRIES PMDN Jl. Leuwigajah No.89A Kel. Cigugur, Cimahi PT. DEXA MEDICA PMDN Jl. Industri Selatan V Blok PP No.7 Jababeka Cikarang, Bekasi PT. DUNIA SEHAT PMDN Jl. Rawakalong Desa Setia Mekar Tambun, Bekasi PT. EISAI INDONESIA PMA Desa Karangasem Barat, Citeureup, Bogor PT. ERRITA Pharmaceutical Industries PMDN Desa Bojongsalam RT 04 RW 07 Kec. Rancaekek Kab. Bandung PT. FARATU PMDN Jl. Raya Narogong Km 13,5, Bekasi PT. FERRON PAR Pharmaceuticals PMDN Jababeka Industrial Estate I Jl. Jababeka VI Blok J3 Cikarang, Bekasi PT. GALENIUM PHAR PMDN Jl. Raya Bogor Km 51,5 Kedunghalang, Bogor

66 9 PT. GEMA MUTIARA PRIMA INDAH PMDN Jl. Mercedes Benz Km 0,5 Desa Tlanjung Udik Gunung Putri, Bogor PT. GLAXO SMITHKLINE BEECHAM PMA Jl. Raya Bogor Km 35, Cimanggis, Sukmajaya, Depok PT. GRACIA PHARMINDO PMDN Kawasan Industri Dwipapuri Blok M-30 Jl. Raya Rancaekek Km 24,5 Bandung PT. HEXPHARM JAYA PMDN Jl. Gadog 1, Cipanas, Sindanglaya PT. HOLI PHARMACEUTICAL INDUSTRIES PMDN Jl. Leuwigajah No.100 Cimindi, Cimahi PT. INDOFARMA BUMN Jl. Indofarma No.1 Cikarang Barat, Bekasi PT. IPHA LABORATORIES PMDN Jl. Raya Batujajar Desa Laksanamekar, Padalarang, Bandung PT. KALBE FARMA PMDN Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H.Thamrin Blok A3-1 Lippo Cikarang, Bekasi PT. KIMIA FARMA BUMN Jl. Cicendo No.43, Bandung LAFI Ditkesad PMDN Jl. Gudang Utara No.25-26, Bandung PT. LANDSON PERTIWI AGUNG PMDN Jl. DDN Sukadanau Cikarang Barat, Bekasi PT. LUCAS JAYA PMDN Jl. Belitung No.7, Bandung PT. MARIN LIZA FARMA PMDN Terusan Kiaracondong No.43, Bandung PT. MECCAYA PMDN Jl. Raya Hasanuddin Km 39 Tambun, Bekasi PT. MEDIFARMA LABORATORIES PMDN Jl. Raya Bogor Km 33 Cimanggis, Bogor PT. MEDION PMDN Jl. Babakan Ciparay No.282, Bandung PT. MEDITRIKA AGUNG INDONESIA PMDN Jl. Cihideung Balong No.32, Tasikmalaya PT. MEPROFARM PMDN Jl. Sukarno Hatta 789, Bandung PT. MERSIFARMA TIRMAKU MERCUSANA PMDN Jl. Raya Pelabuhan Km 18 Cikembar, Sukabumi PT. MINOROCK MANDIRI PMDN Kampung Palsigunung Kelapa Dua 69, Cimanggis, Depok PT. MUGI LABORATORIES PMDN Jl. Akasia II Blok A9-5 Delta Silicon Industrial Park Lippo Cikarang, Bekasi Jl. Pahlawan 25 Desa Karang Asem Timur, Citeureup, Bogor PT. NOVARTIS PMA BIOCHEMIE PT. NOVELL PMDN Jl. Wanaherang Desa Tlanjung Udik, Gunung Putri, Bogor PT. ORANG TUA FARMA PMDN Jl. Kruing Dua Blok L9 No.1 delta Silicon Industrial Park Lippo Cikarang, Bekasi 17550

67 10 PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES Ltd. PMDN Jl. Dr.Setiabudhi Km 12,1, Bandung PT. PALVINDRA PMDN Jl. Wangsareja No.3, Bandung PT. PERDANA SAKTI INDONESIA PMDN Jl. Raya Hanjawar Pacet Km 14 Pacet, Cianjur PT. PHARMACORE LAB. PMDN Jl. Industri Selatan Blok HH No.2-3 Kawasan Industri Cikarang Jababeka, Bekasi PT. PRADJA PHARIN PMDN Desa Karangasem Barat, Kecamatan Citeureup, Bogor PT. PROMED RAHARDJO FARMASI INDUSTRI PMDN Jl. Raya Siliwangi Desa Sundawenang, Parungkota, Sukabumi PT. PYRIDAM FARMA Tbk. PMDN Jl. Hanjawar-Pacet, Desa Cibodas Kec. Pacet, Cianjur PT. RATU INDUSTRIAL PMDN Jl. Raya Narogong Km 13,5 Pangkalan 4, Bekasi PT. ROCHE INDONESIA PMA Jl. Raya Bogor Km.32 Cimanggis, Bogor PT. ROTHO Laboratories Indonesia PMDN Jl. Raya Cimareme 203, Padalarang PT. SAMPHINDO INDUSTRI PMDN Jl. Diponegoro Km 38,5 Desa Setia Mekar, Tambun, Bekasi PT. SANBE FARMA PMDN Jl. Industri I No.9, Desa Utama, Leuwigajah, Cimindi, Cimahi PT. SANDOZ INDONESIA PMDN Jl. Raya Caringin 363, Padalarang PT. SARI ENESIS INDAH PMDN Jl. Kruing I Blok L5 No.5 Delta Silicon Industrial Estate Cikarang, Bekasi PT. SEGER SURYA PMDN Jl. Soekarno Hatta No.76, Bandung PT. SIDOLA PHARMACEUTICAL PT. SIMEX PHARMACEUTICAL INDONESIA PT. SINDE BUDI SENTOSA PMDN Jl. Purnawarman No.52 RT 02/01 Tamansari, Bandung PMDN Jl. Pelabuhan II Km 9 Pasir Malang, Desa Kebon Manggu, Gunung Guruh, Sukabumi PMDN Jl. Diponegoro No.35 Kp. Gedong Gede Desa Setiamekar, Tambun, Bekasi PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA PMDN Jl. Industri Cimareme I/18, Padalarang PT. SUMBER TANUSHU PMDN Jl. Cihanjuang No.28, Cimahi FARMA PT. SUPRA FERBINDO FARMA PMDN East Jakarta Industrial Park Kav.8-C Lemahabang Cikarang, Bekasi PT. TAKEDA INDONESIA PMA Jl. Diponegoro Km 38 Tambun, Bekasi PT. TANABE INDONESIA PMA Jl. Rumah Sakit 104 Ujungberung, Bandung PT. TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. PMDN East Jakarta Industrial Park Plot 1H Lemah Abang Cikarang, Bekasi

68 PT. TROPICA MAS Pharmaceutical Industries PMDN Desa Kademangan Kecamatan Mande Km 8, Cianjur PT. TULUS INDOJAYA PMDN Jl. Raya Bogor Sukabumi Km 18 Desa Pasirmuncang Caringin, Bogor PT. TRIFA RAYA Laboratories PMDN Jl. Sukarno Hatta 219 Bojongloa, Bandung PT. TRIMAN Pharmaceutical Industries PMDN Jl. Peundeuy Km 1, Rancaekek, Bandung PT. ULTRA SAKTI PMDN Jl. Cipendawa RT 04 RW 03 Narogong, Bekasi PT. ULTRA TREND BIOTECH INDONESIA PMDN Jl. Jababeka IV D Blok V No.28 B Cikarang, Bekasi PT. YEE TIN FARMA PMDN Jl. Pekalangan No.2 RT 005/002 Kel. Pekalangan Kec. Pekalipan, Cirebon Provinsi DI Yogyakarta Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. BERLICO MULIA FARMA PMDN Jl. Juwangen Kalasan Km 10,6 Tromolpos No.8, Yogyakarta PT. ETHICA Industri Farmasi PMDN Jl. Nitipuran No.9 Kadipuro Baru, Yogyakarta PT. JOSEPH FARMA PMDN Jl. Godean Km 5 No.52, Yogyakarta PT. MERBABU FALA PMDN Jl. Merbabu No.14, Klaten PT. MIROTA KSM INC. PMDN Jl. Taya Jogjakarta-Solo Km 9 Sambilegi Maguwohardjo Depok, Sleman, Yogyakarta PT. NOVIMEX PMDN Jl. Raya Bantul No.123, Yogyakarta LABORATORIES PT. SARI HUSADA PMDN Jl. Kusumanegara No.135, Yogyakarta Provinsi Jawa Tengah Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. BUFA ANEKA PMDN Jl. Tambak Aji V/4, Semarang PT. CIUBROS FARMA PMDN Jl. Raya Mangkang Barat Km 16 Kec. Tugu, Semarang PT. DEGEPHARM PMDN Jl. Ki Mangunsarkoro No.106, Semarang PT. DELTOMED PMDN Jl. Raya No.267B, Wonogiri LABORATORIES PT. DUTA KAISAR PHARMACY PMDN Jl. Adisucipto No.41 Bulukan Karanganyar, Surakarta PT. EMBA MEGAFARMA PMDN Jl. Semarang-Demak Km 9, Semarang PT. ERELA PMDN Jl. Murbei No.2 Srondol, Semarang PT. ERLIMPEX PMDN Jl. Setiabudhi 130, Semarang PT. GLOBAL MULTI PHARMALAB PMDN Kawasan Industri Terboyo Kav.A Jl. Raya Kaligawe Km 6, Semarang 50118

69 12 PT. GRAHA FARMA PMDN Jl. Dr.Rajiman No.296, Surakarta PT. GRATIA HUSADA FARMA PMDN Jl. Dharmawangsa No.28 Desa Ngempon-Bergas Karangjati, Semarang PT. IFARS Pharmaceutical Laboratories PMDN Jl. Raya Solo Sragen Km 14,9 Kebakkramat, Surakarta PT. INTIJAYA META PMDN Jl. Karang Saru No.12, Semarang RATNA PHARMINDO PT. ITRASAL PMDN Jl. Simongan 96, Semarang PT. KEREP MANUNGGAL FARMA PMDN Jl. Industri XXIV/Lik.Muktiharjo Genuk, Semarang PT. KIMIA FARMA Unit BUMN Jl. Simongan 169, Semarang Plant Semarang PT. KONIMEX PMDN Desa Sanggrahan, Kec. Grogol, Kab. Pharmaceutical Laboratories PT. LIBRACAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES PMDN Sukoharjo, Surakarta Jl. Brotojoyo Timur No.18, Semarang PT. MARGUNA TARULATA APK FARMA PMDN Desa Grobog Kulon, Kec. Pangkah, Tegal PT. META RATNA FARMA PMDN Jl. Raya Semarang Kendal Km 10, Semarang PT. NUFARINDO Pharmaceutical Laboratories PMDN Mangkang Kulon Km 16,5 Kec. Tugu, Semarang PT. PHAPROS BUMN Jl. Simongan No.131, Semarang PT. PHARCO PMDN Jl. Petak RT 03/09 Dadapsari, Semarang PT. SAKA FARMA Laboratories PMDN Jl. Kimar I/275 (Majapahit 75A), Semarang PT. SAMPHARINDO PERDANA PMDN Jl. Tambak Aji Timur 111, Semarang PT. SAPTA USAHA KEMULYAAN PMDN Jl. Kalisari Depan Pasar Kembang, Semarang PT. SEHAT SUMBER BAHAGIA PMDN Jl. Raya Semarang Km 19 Kaliwungu Desa Sumberejo, Kendal PT. SEKAR MIRAH LABORATORIES PMDN Jl. Tambak Aji Timur I/1 Ngaliyan Tugu, Semarang PT. YAKATRIA FARMA PMDN Jl. Mojo 10 Dagen, Jaten, Karanganyar, Surakarta PT. YAKKUM FARMA PMDN Jl. Dagen Kec. Jaten Karanganyar, Surakarta PT. ZENITH PHARMACEUTICAL PMDN Jl. Tambak Aji I/1, Semarang Provinsi Jawa Timur Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. ADITAMARAYA FARMINDO PMDN Jl. Rungkut Industri 2/45 C, Surabaya PT. AFIFAFARMA Laboratories PMDN Jl. Mauni Industri No.8, Kediri 64131

70 13 PT. APMO INDONESIA PMDN Jl. Jendral A.Yani No.17, Mojokerto PT. ARJUNA VALENCIA PMDN Jl. Kenjeran No.65-67, Surabaya PT. BALATIF PMDN Jl. Tenaga Tengah No.5, Malang PT. BEIERSDORF INDONESIA PMDN Desa Randuagung Singosari Km 75, Malang PT. BERKAT SENTRAL ABADI FARMA PMDN Jl. Raya Sadang No.83 Taman Sidoarjo PT. BERNOFARM PMDN Desa Banjarkemantren Km 18, Jl. Gatot Subroto 68 Buduran, Sidoarjo PT. BUSANA UTAMA PMDN Jl. Raya Waru Gedangan Sidoarjo PT. CORONET CROWN Pharmaceutical Industries PMDN Jl. Raya Taman Km 15 Taman Sidoarjo PT. DASA ESA FARMA PMDN Jl. Raya Kamaden, Desa Kamaden, Gresik PT. DURAFARMA JAYA PMDN Jl. Rungkut Industri VIII/22-24, Surabaya PT. FIRST MEDIFARMA PMDN Jl. Raya Sumorame 41, Candi, Sidoarjo PT. HENSON FARMA PMDN Jl. Karangpilang Barat No.200, Surabaya PT. HEROIC PHARMA PMDN Jl. Rungkut Industri VII/8, Surabaya PT. HISAMITSU INDONESIA PMDN Jl. Raya Banjar Kementren Kec. Buduran, Sidoarjo PT. IE DJIEN SAN PMDN Jl. Kembang Jepun No.78, Surabaya PT. IMFARMIND Pharmaceutical Industries PMDN Desa Wonokoyo, Kecamatan Beji, Pasuruan PT. INDO ABADI SARIMAKMUR PMDN Dusun Ngablak, Desa Gempolkurung No.168M Kec. Menganti, Gresik PT. INTAN NOER PMDN Jl. Dinoyo No.64-65, Surabaya AQUASURINDO PT. IRAWAN DJAJA AGUNG PMDN Jl. Raya Sukodono, Kec. Sukodono, Sidoarjo PT. KALIROTO PMDN Jl. Sidorame No.19, Surabaya PT. KASA HUSADA PMDN Jl. Kalmas Barat No.17-19, Surabaya PT. KEMBANG BULAN PMDN Jl. Demak No.275, Surabaya PT. KIMIA FARMA Plant Watudakon BUMN Jl. Watudakon Dusun Bulak, Desa Jomblok Kec. Kesamben, Mojokerto PT. MEIJI INDONESIA PMA Jl. Mojoparon No.1 B, Bangil PT. NEON FARMA PMDN Jl. Raya Sengkaling No.281 RT 4/4 Mulyoagung Dau, Malang PT. NEW INTERBAT PMDN Jl. Raya Buduran Km 20, Sidoarjo PT. NOVAPHARIN Pharmaceutical Industries PMDN Jl. Raya Kepatihan No.112 Menganti, Gresik PT. OTSUKA INDONESIA PMA Jl. Sumber Waras No.25 Lawang, Malang 65112

71 14 PT. PARI ANOM PMDN Jl. Gemblong Tebasan No.18, Surabaya PT. PIM Pharm. Indonesia PMDN Jl. Raya Candiwates, Kec. Prigen, Pandaan, Pasuruan PT. PRESTO MEDICAL PMDN Mojosari, Mojokerto HOUSE PT. RAMA EMERALD PMDN Desa Tenaru, Driyorejo, Gresik MULTI SUKSES PT. RITA SINAR INDAH PMDN Jl. Rungkut Industri IV/24, Surabaya PT. ROI SURYA PRIMA PMDN Jl. Tambak Adi 51, Surabaya PT. SANDAI FARMA PMDN Jl. Kenjeran No.401B, Surabaya PT. SCHERING PLOUGH PMA Jl. Raya Km 48, Pandaan INDONESIA PT. SEGER WARAS PMDN Jl. Raya No.151 Sruni Gedangan, Sidoarjo PT. SEJAHTERA LESTARI FARMA PMDN Dusun Talun, Desa Gunung Gangsir, Kec. Beji, Pasuruan PT. SELPASINDO PMDN Jl. Raya Bebek No.28 Waru, Sidoarjo PHARCO PT. SUMBER PMDN Jl. Welirang , Surabaya KESEHATAN BARU PT. SURABAYA INDAH PERMAI PMDN Jl. Kali Bader Selatan 14 RT 16/03 Kalijaten Taman Sidoarjo PT. SURYA DERMATO MEDICA LABORATORIES PMDN Jl. Rungkut Industri III/31, Surabaya PT. USFI PMDN Jl. Kedungcowek No.345, Surabaya PT. WIDATRA BHAKTI PMDN Jl. Stadion 1, Pandaan PT. WIRO SATIVA FARMINDO PMDN Jl. Raya Taman Km 20, Tanjungsari Taman Sidoarjo Provinsi Bali Industri Farmasi Kepemilikan Alamat PT. KRESNA KARYA PMDN Jl. Raya Gianyar No.100 Batubulan Gianyar, Bali [Sumber: Kulkarni, 2009; Ikatan Apoteker Indonesia, 2010; Purwanto, 2011]

72 Jumlah industri farmasi Gambar 2.1. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi BUMN PMA PMDN Gambar 2.2. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan kepemilikan 2.2 Pangsa Pasar Farmasi Indonesia Struktur pasar industri farmasi bersifat oligopoli. Dalam industri farmasi, terdapat tiga industri terbesar yang menguasai 24% pangsa pasar. Secara keseluruhan pada tahun 2010, Kalbe Group memiliki pangsa pasar farmasi terbesar di Indonesia (14%), diikuti Sanbe (5%), Dexa Medica Group (5%), Soho Group (4%), Tempo Group (4%), Pharos Group (4%), dan GlaxosmithKL Group (3%). Apabila dilihat lebih detail berdasarkan jenis obatnya, pangsa pasar farmasi di segmen obat resep adalah Kalbe Group (13%), Dexa Medica Group (7%),

73 16 Sanbe (6%), Sanofi Aventis Group (4%), Pfizer Group (4%), Fahrenheit (4%), dan Novartis Group (4%). Sedangkan, pangsa pasar farmasi di segmen obat bebas adalah Kalbe Group (15%), Tempo Group (9%), Soho Group (7%), Pharos Group (6%), Abbott Group (5%), Konimex (5%), dan GlaxosmithKL Group (3%). Untuk pasar obat generik, produksi OGB dikuasai oleh BUMN farmasi, yaitu Indofarma dan Kimia Farma (PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011). [Sumber: PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011] Gambar 2.3. Pangsa pasar farmasi Indonesia tahun 2010 [Sumber: PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011] Gambar 2.4. Pangsa pasar farmasi di segmen obat resep tahun 2010

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BIA PRODUKSI DA DISTRIBUSI KEFARMASIA DIREKTORAT JEDERAL BIA KEFARMASIA DA ALAT KESEHATA KEMETERIA KESEHATA REPUBLIK IDOESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DITJEN BINFAR DAN ALKES KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JL. H.R. RASUNA SAID

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. YUDHO PRABOWO, S.Farm ANGKATAN LXXIII

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. YUDHO PRABOWO, S.Farm ANGKATAN LXXIII UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA MENTENG HUIS JALAN CIKINI RAYA NO. 2 JAKARTA PUSAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALANKESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELANYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 BOGOR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORATT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT BINTANG TOEDJOE DI APOTEK ATRIKA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT BINTANG TOEDJOE DI APOTEK ATRIKA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT BINTANG TOEDJOE DI APOTEK ATRIKA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Anita Karlina, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI APOTEK SAFA DI PT. TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA, TBK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN PERIODE 17 MARET 28 MARET 2014

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 DENGAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis ini digunakan dengan pertimbangan bahwa hasil penelitian diharapkan akan mampu memberikan informasi

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Organisasi Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/XI/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KESEHATAN MENTERI

Lebih terperinci

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RANCANGAN REVISI PP 38/2007 DAN NSPK DI LINGKUNGAN DITJEN BINFAR DAN ALKES Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DISAMPAIKAN PADA SEMILOKA REVISI PP38/2007 DAN NSPK : IMPLIKASINYA TERHADAP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/497/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL KE-52 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Lebih terperinci

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan atas berkat dan karunianya Buku Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT. ETERCON PHARMA DI APOTEK KIMIA FARMA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT. ETERCON PHARMA DI APOTEK KIMIA FARMA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT. ETERCON PHARMA DI APOTEK KIMIA FARMA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANATRIA KHOLIYAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PROGRAM DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN TAHUN

RENCANA AKSI PROGRAM DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN TAHUN RENCANA AKSI PROGRAM DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN TAHUN 2015 2019 DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Palu, 31 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

Rencana Aksi Kegiatan Tahun Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019 DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT SOHO INDUSTRI PHARMASI DI APOTEK ATRIKA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT SOHO INDUSTRI PHARMASI DI APOTEK ATRIKA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DI PT SOHO INDUSTRI PHARMASI DI APOTEK ATRIKA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA HASAN,

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang secara khusus

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang secara khusus BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang secara khusus

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional.

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN - 15-1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 1. Penyelenggaraan survailans epidemiologi,

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Padang, 16 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang

Lebih terperinci

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN - 12 - B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN 1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 2. Pengelolaan pencegahan dan penanggulangan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci