PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL"

Transkripsi

1 PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL A. PENDEKATAN PRODUKSI (PRODUCTION APPROACH) Menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan produsi didasaran atas perhitungan dari jumlah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilan oleh masyaraat dalam suatu pereonomian atau Negara pada periode tertentu. Dalam menghitung pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan produsi, harus dihindaran terjadinya penghitungan ganda (double counting) yang disebaban oleh adanya beberapa output dari suatu jenis usaha dijadian input bagi jenis usaha lain. Untu menghindari penghitungan ganda tersebut, penghitungan pendapatan nasional dilauan dengan dua cara, yaitu dengan menghitung nilai ahir (final goods) atau dengan menghitung nilai tambah (value added). Nilai ahir suatu barang adalah nilai barang yang siap dionsumsi oleh onsumen ahir. Sedangan nilai tambah suatu barang adalah selisih antara nilai suatu barang dengan biaya yang dieluaran untu memprodusi barang tersebut, termasu nilai bahan bau yang digunaan. Besarnya anga pendapatan nasional yang diuur dari menghitung nilai ahir dan jumlahan nilai tambah aan diperoleh anga yang sama. B. PENDEKATAN PENDAPATAN (INCOME APPROACH) Menghitung pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan ini adalah dengan menjumlahan semua pendapatan yang diperoleh oleh semua pelau eonomi dalam suatu masyaraat atau Negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa sewa, bunga, upah, euntungan dan lain sebagainya. Anga yang diperoleh dari penghitungan pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan ini menunjuan besarnya pendapatan nasional (national income = NI). C. PENDEKATAN PENGELUARAN (EXPENDETURE APPROACH) Menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan ini adalah dengan menjumlahan seluruh pengeluaran yang dilauan oleh semua sector eonomi, yaitu sector rumahtangga, sector perusahaan, sector pemerintah dan sector luar negeri pada suatu masyaraat atau Negara pada periode tertentu. Anga yang diperoleh dari penghitungan pendapatan nasional dengan pendeatan ini menunjuan besarnya Produsi Nasional Bruto (Gross national Product = GNP) masyaraat dalam pereonomian tertentu.

2 KESEIMBANGAN UMUM PASAR BARANG DAN PASAR UANG Keseimbangan umu dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang berada dalam eseimbangan secara bersama-sama. Dalam eseimbangan umum ini besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingat bunga (i) yang terjadi aan mencerminan pendapatan nasional (Y) dan tingat bunga (i) eseimbangan bai di pasar barang maupun di pasar uang. Untu menentuan besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingat bunga (i) yang menjamin eseimbangan bai di pasar barang maupun di pasar uang dapat dilauan dengan menentuan titi potong antara urva IS dan urva LM. Misalan eadaan setor riil (pasar barang) digambaran oleh urva IS 0 dan eadaan di setor moneter (pasar uang) digambaran oleh urva LM 0. Apabila pemerintah melauan ebijaan fiscal yang espansif (misalan pengeluaran pemerintah nai), maa urva IS bergeser e anan atas menjadi IS 1. Keseimbangan pada pereonomian aan berubah. Tingat bunga eseimbangan nai menjadi i 1 dan pendapatan nasional eseimbangan nai menjadi Y 1. Keadaan ini aan sebalinya apabila pemerintah melauan ebijaan fiscal yang ontratif (misalan mengurangi pengeluaran pemerintah). Apabila pemerintah melauan ebijaan moneter yang espansif (jumlah uang beredar nai), maa urva LM bergeser e anan bawah menjadi LM 1. Aibat dari adanya ebijaan ini eseimbangan pada pereonomian aan berubah. Tingat bunga eseimbangan aan turun menjadi i 2 dan pendapatan nasional aan nai menjadi Y 2. Keadaan ini aan sebalinya apabila pemerintah melauan ebijaan moneter yang ontratif. Untu menentuan eadaan eseimbangan, bai di pasar barang maupun di pasar uang dapat dilauan dengan mencari titi potong antara persamaan urva IS dan persamaan urva LM. Caranya adalah dengan mensubstitusian edua persamaan tersebut.

3 Dietahui : C = ,75 Y I = i Y = C + I = ,75 Y i Y 0,75 Y = i 0,25 Y = i Y = i atau i = 0,80 0,00125 Y Dari persamaan di atas diperoleh persamaan urva IS : Y = i. (8-1) m s = 500 m d = m 1 + m 2 = 0,2 Y i m s = m d i = 0,2 Y 500 = 0,2 Y i 0,2 Y = i Y = i Dari persamaan di atas diperoleh persamaan urva LM : Y = i.. (8-2) Seperti yang telah diemuaan di atas, untu menentuan titi eseimbangan pada dua pasar tersebut dengan cara mensubsitusian persamaan (8-1) dan persamaan (8-2). IS : Y = i LM : Y = i - 0 = i 2800 i = 280

4 Ieq = Y = i = 0,1 i = 10 % = (0,1) = Y eq = 560 Apabila pemerintah meningatan pengeluaran pemerintah (G) sebesar Rp 20 milyar, maa urva IS aan bergeser e anan, menjadi : Y = C + I + G = ,75 Y i + 20 Y 0,75 Y = i 0,25 Y = i Y = i atau I = 0,90 0,00125 Y.(8-3) Untu mencari titi eseimbangan yang baru (titi A) maa ita substitusian persamaan (8-3) e persamaan (8-2) :

5 Y = i = (0,90 0,00125 Y) = ,5 Y 3,5 Y = 2160 Y eq1 = 617,14 Menentuan tingat bunga eseimbangan : i = 0,90 0,00125 (617,14) i eq1 = 0,128 jadi tingat bunga eseimbangan (i eq1) adalah 12,8% seandainya pemerintah menambahan jumlah uang yang beredar (m s) dari 500 menjadi 550, maa ebijaan moneter yang espansif ini aan menyebaban urva LM bergeser e anan sehingga eseimbangan aan terjadi di titi B. mencari urva LM yang baru (LM 1) : m s = 550 m d = m 1+ m 2 = 0,2 Y i m s = m d 550 = 0,2 Y i i = 0,2 Y i = 0,2 Y -0,2 Y = i Y = i Kurva LM 1 i = -0, ,0005 Y (8-4) Dengan mensubsitusian persamaan (8-4) e persamaan (8-1), maa ita aan memperoleh Y eq dan i eq pada titi eseimbangan B : Y = (-0, ,0005 Y) = ,4 Y

6 1,4 Y = 884 Y eq = 631,43 Dari urva IS 1 : i = 0,80 0,00125 Y = 0,80 0,00125 (631,43) = 0,80 0,789 I eq = 0,011 Tingat bunga eseimbangan (i eq) menjadi 1,1 % Jadi, dari contoh di atas, ita dapat melihat perbedaan dampa antara ebijaan fiscal dan ebijaan espansif. Pada ebijaan fiscal yang espansif dampanya adalah enaian tingat bunga dan pendapatan nasional, sedangan pada ebijaan moneter yang espansif dampanya adalah penurunan tingat bunga dan enaian pendapatan nasional. Apabila ebijaan fiscal yang espansif digunaan bersama-sama dengan ebijaan moneter yang espansif, maa dampanya adalah enaian tingat pendapatan secara lebih besar daripada apabila ebijaan moneter dan ebijaan fiscal digunaan sendiri-sendiri. Aan tetapi dampanya terhadap tingat bunga tida jelas, apaah aan nai atauah aan turun. Nai atau turunnya tingat bunga tersebut tergantung pada dua fator, yaitu : 1. Keuatan relative edua ebijaan tersebut 2. Kepeaan urva IS dan urva LM terhadap tingat bunga. A. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PADA BERBAGAI ASUMSI MONETER Dalam analisis Hics mengenai eseimbangan pada sector moneter, bentu urva LM sangat dipengaruhi oleh preferensi masyaraat mengenai permintaan uang untu tujuan speulasi. Preferensi masyaraat mengenai permintaan uang untu tujuan speulasi, dapat terlihat dari bentu urva permintaan uang untu tujuan speulasi (m 2). Dengan demiian bentu urva LM sangat dipengaruhi oleh bentu urva permintaan uang untu speulasi. Pada tingat bunga yang sangat tinggi, masyaraat beranggapan terlalu besarnya erugian yang terjadi apabila memegang uang tunai dan begitu ecilnya erugian modal (capital loss) yang mungin aan terjadi, sehingga permintaan uang untu speulasi menghilang (tida ada permintaan uang untu tujuan speulasi). Bentu urva permintaan uang untu tujuan speulasi (m 2) seperti gambar, mengaibatan bentu urva LM menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu bagian datar, bagian miring dan bagian tega seperti terlihat pada gambar.

7 Bagian yang datar dari urva LM disebut dengan perangap liuiditas (liquidity trap) atau daerah Keynes, sedangan daerah yang tega pada urva LM disebut dengan daerah lasi. Bagian yang miring disebut dengan tengah (antara) atau intermediate range. Kebijaan fiscal yang espansif sangat efetif dilauan apabila urva IS dan LM berpotongan di Daerah Keynes. Ini dapat dilihat bahwa ebijaan fiscal yang espansif aan menyebaban urva IS bergeser dari IS 0 e IS 1 dan sebagai aibatnya pendapatan nasional aan nai dari Y 0 e Y 1. Sebalinya pada Daerah Klasi ebijaan fiscal sangat tida efetif dalam menaian pendapatan nasional. Dampa ebijaan fiscal aan menyebaban urva IS 3 bergeser e anan menjadi urva IS 4 dan titi eseimbangan berpindah dari D e titi H. jadi ita lihat bahwa ebijaan fiscal di Daerah Klasi hanya aan menaian tingat bunga aan tetapi tida aan meningatan pendapatan nasional. Kebijaan fiscal dan moneter yang diterapan pada saat urva IS dan LM berpotongan di daerah antara (tengah) dapat meningatan pendapatan nasional, dan efetifitas masing-masing ebijaan tergantung pada epeaan urva IS dan urva LM terhadap tingat bunga. Apabila urva IS sangat pea terhadap tingat bunga (yang berarti urva IS sangat landai), maa ebijaan fiscal dan moneter yang relative ecil aan membawa dampa enaian pendapatan nasional yang besar. Dan sebalinya, apabila urva IS sangat tida pea terhadap tingat bunga (berarti urva IS sangat curam), maa edua ebijaan pemerintah urang efetif dalam menaian pendapatan nasional. Apabila dietahui suatu pereonomian yang sangat sederhana : C = a + b Y I = d f i G = G Y = C + I + G m s = m so m1 = Y m2 = 1 i ms = m1 + m2

8 Dari sistem persamaan di atas ita dapat memperoleh urva IS dan urva LM : Y = C + I + G = a + b Y + d f i + G Kurva IS Y = 1 (1 b) + [ ( a + d ) f i + G ] ms = m1 + m2 m s = m so m1 = Y m2 = - l i ms = Y l i Kurva LM Y = mso+l i atau i = mso+ Y l Dengan memasuan nilai I pada urva LM e urva IS maa ita dapatan : Y = 1 ( ms+ Y ) [ (a + d ) f + G ] (1 b) l Y = 1 ( mso+ Y ) [ (a + d ) f + G ] (1 b) l [1 b + f/l ] = [ ( a + d ) + f l mso + G ] Y = 1 [ 1 b + f/l ] [ ( a + d ) + f l mso + G] Y = 1 [ 1 b + f/l ] [ f l mso + G ] Nilai [ 1 b + f / l ] > 0, jadi Y / m so > 0 yang berarti ebijaan moneter aan menaian pendapatan nasional ( Y ). Y / G > 0 yang berarti ebijaan fisal juga aan menaian pendapatan nasional. mso + l i = 1 [ ( a + b ) f i + G ] ( 1 b) ( 1 b)mso + ( 1 b)li = [ ( a + d ) f i + G ]

9 f i + ( 1 b )l i = ( a + d ) + G 1 b mso [ f + ( 1 b )l ] i = ( a + d ) + G 1 b mso i = i = ( a+d)+g ( 1 b )mso/ [ f+( 1 b )l/ G ( 1 b )mso/ [ f+( 1 b )l/ Nilai [ f + ( 1-b) l/ ] > 0, jadi i / G > 0 yang berarti ebijaan fisal aan menurunan tingat bunga (i). Y / mso < 0 yang berarti ebijaan moneter aan menurunan tingat bunga. Kebijaan fisal espansif dan ebijaan moneter espansif apabila digunaan bersama-sama aan menyebaban pendapatan nasional meningat dalam jumlah yang besar, aan tetapi pengaruhnya terhadap tingat bunga ( turun atau nai ) sangat tergantung pada euatan relatif e dua ebijaan tersebut, juga tergantung dari f dan l yang menunjuan epeaan urva IS atau urva Lm terhadap tingat bunga.

Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang. Minggu 12

Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang. Minggu 12 Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang Minggu 12 Pendahuluan Keseimbangan umum terjadi apabila pasar barang dan pasar uang berada dalam keseimbangan secara bersama-sama. Dari keseimbangan tersebut

Lebih terperinci

Keseimbangan Umum IS-LM

Keseimbangan Umum IS-LM Keseimbangan umum terjadi apabila pasar barang dan pasar uang berada dalam keseimbangan secara bersama-sama. Dari keseimbangan tersebut diperoleh keseimbangan pendapatan nasional dan keseimbangan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang aan dilauan meruju epada beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah dilauan sebelumnya, diantaranya: 1. I Gst. Bgs. Wisuana (2009)

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK Novhirtamely Kahar, ST. 1, Nova Fitri, S.Kom. 2 1&2 Program Studi Teni Informatia, STMIK

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

TEORI PERTUMBUH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM

TEORI PERTUMBUH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM TEORI PERTUMBUH AN EKONOMI DR MOHAMMAD ABDU MUKHI, SE, MM TAHAPAN SEJARAH 1 Kebudayaan Primitif 2 Feodalisme 3 Kapitalisme borjuis 4 Sosialisme dan omunisme 1 Upah dan laba tanpa trend TREND DAN SUMBER

Lebih terperinci

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS)

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS) Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 17-18 Juni 2011 MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINASI INFLASI DI INDONESIA

ANALISIS DETERMINASI INFLASI DI INDONESIA ANALISIS DETERMINASI INFLASI DI INDONESIA Ari Mulianta Ginting Peneliti Eonomi dan Kebijaan Publi pada Pusat Pengajian Pengolahan Data dan Informasi, Seretariat Jendral DPR RI e-mail: ari.ginting@dpr.go.id

Lebih terperinci

Materi. Menggambar Garis. Menggambar Garis 9/26/2008. Menggambar garis Algoritma DDA Algoritma Bressenham

Materi. Menggambar Garis. Menggambar Garis 9/26/2008. Menggambar garis Algoritma DDA Algoritma Bressenham Materi IF37325P - Grafia Komputer Geometri Primitive Menggambar garis Irfan Malii Jurusan Teni Informatia FTIK - UNIKOM IF27325P Grafia Komputer 2008 IF27325P Grafia Komputer 2008 Halaman 2 Garis adalah

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

STUDI EMPIRIS DEPRESIASI NILAI TUKAR RIIL PADA REZIM NILAI TUKAR MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA

STUDI EMPIRIS DEPRESIASI NILAI TUKAR RIIL PADA REZIM NILAI TUKAR MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA Jurnal Eonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014, hlm.37-47 STUDI EMPIRIS DEPRESIASI NILAI TUKAR RIIL PADA REZIM NILAI TUKAR MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA Romi Bhati Hartarto Macquarie

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

Dampak Shock Nilai Tukar Riil terhadap Inflasi dan Current Account Indonesia

Dampak Shock Nilai Tukar Riil terhadap Inflasi dan Current Account Indonesia Trionomia Volume, No., Juni 202, Hal. 5 28 ISSN 4-54X Dampa Shoc Nilai Tuar Riil terhadap Inflasi dan Current Account Indonesia Faultas Eonomia dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto, S.H.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA A. MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Eonomi Maro Kode/ss : MAS4145/3 Semester : Ganjil Status (Wajib/Pilihan) : Pilihan (P) Prasyarat : MAS 4241

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K3 Revisi Antiremed Kelas Kimia Persiapan Penilaian Ahir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARKIM0PAS Version : 06- halaman 0. Untu memperoleh onsentrasi Cl - =0,0 M, maa 50 ml larutan CaCl 0,5 M harus

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE Desfrianta Salmon Barus - 350807 Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung Bandung e-mail: if807@students.itb.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 4 TAK DENGAN PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD

ANALISIS UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 4 TAK DENGAN PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD ANALISIS UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 4 TAK DENGAN PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD Abstra Setyawan Beti Wibowo, Soeadgihardo Siswantoro Program Diploma Teni Mesin, Seolah VoasiUniversitas

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

BAB VII Pendapatan Nasional

BAB VII Pendapatan Nasional BAB VII Pendapatan Nasional 7.1. Konsep Pendapatan Nasional Kinerja perekonomian dari suatu negara dalam periode tertentu dapat diukur melalui satu indikator penting yakni data pendapatan nasional. Perhitungan

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 11 Kimia

Kurikulum 2013 Kelas 11 Kimia Kuriulum 03 Kelas Kimia Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARKIM0UAS Version : 06-05 halaman 0. Untu memperoleh onsentrasi Cl - = 0,0 M, maa 50 ml larutan CaCl 0,5 M harus dienceran sampai 500 ml

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (0) -50 (0-9X Print) D- Pendeatan Regresi Nonparametri Spline Untu Pemodelan Laju Pertumbuhan Eonomi (LPE) di Jawa Timur Elfrida Kurnia Litawati dan I Nyoman Budiantara

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

WORKING PAPER WP/13/2008

WORKING PAPER WP/13/2008 WORKING PAPER WP/13/2008 Threshold Autoregressive Model of Exchange Rate Pass-Through Effect in Indonesia Meily Ia Permata Juni 2008 ii Threshold Autoregressive Model of Exchange Rate Pass-Through Effect

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI DAN SKALA USAHA TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon. F) DI SULAWESI SELATAN

EFISIENSI EKONOMI DAN SKALA USAHA TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon. F) DI SULAWESI SELATAN EFISIENSI EKONOMI DAN SKALA USAHA TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon. F) DI SULAWESI SELATAN Ali Musa Pasaribu Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Publi, FISIP Universitas Hang Tuah,

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT EKO-REGIONAL, Vol 2, No.2, September 2007 PENGARUH KAPITAL DAN HUMAN CAPITAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA TAHUN 1970-2005 Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) 1)

Lebih terperinci

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

KOORDINASI SUPPLY CHAIN SATU PABRIK-SATU DISTRIBUTOR PADA MODEL PENENTUAN HARGA & KEPUTUSAN PRODUKSI/ORDER

KOORDINASI SUPPLY CHAIN SATU PABRIK-SATU DISTRIBUTOR PADA MODEL PENENTUAN HARGA & KEPUTUSAN PRODUKSI/ORDER KOORDIASI SUPPLY CHAI SATU PABRIK-SATU DISTRIBUTOR PADA ODEL PEETUA HARGA & KEPUTUSA PRODUKSI/ORDER Evi Yuliawati Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Industri Institut Tenologi Adhi Tama Surabaya Email:

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK Nurul Khotimah *), Farida Hanum, Toni Bahtiar Departemen Matematia FMIPA, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor

Lebih terperinci

SOLUSI BAGIAN PERTAMA

SOLUSI BAGIAN PERTAMA SOLUSI BAGIAN PERTAMA 1. 13.. 931 3. 4 9 4. 63 5. 3 13 13 6. 3996 7. 1 03 8. 3 + 9 9. 3 10. 4 11. 6 1. 9 13. 31 14. 383 8 15. 1764 16. 5 17. + 7 18. 51 19. 8 0. 360 1 SOLUSI BAGIAN PERTAMA Soal 1. Misalan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON M. Sigit Darmawan Dosen Diploma Teni Sipil ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR

BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR 3. Dimensi Partisi Graf Kipas (F n ) Berdasaran Proposisi dan Proposisi, semua graf G selain graf P n dan K n memilii 3 pd(g) n -. Lebih husus, graf Kipas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

PENETAPAN TARGET TERHADAP STICKINESS COST

PENETAPAN TARGET TERHADAP STICKINESS COST Jurnal Keuangan dan Perbanan, Vol.17, No.1 Januari 2013, hlm. 71 77 Terareditasi SK. No. 64a/DIKTI/Kep/2010 http://juruban.wordpress.com PENETAPAN TARGET TERHADAP STICKINESS COST Faultas Eonomi UPN Veteran

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Sutino 1, Helmie Arif Wibawa 2, Priyo Sidi Sasongo 3 123 Jurusan Ilmu Komputer/Informatia, FSM,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 ObjePenelitian Obje penelitian merupaan hal yang tida dapat dipisahan dari suatu penelitian. Obje penelitian merupaan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilauan.

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH)

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Sah Tidanya Sidi Ragam PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 Universitas Haluoleo, Kendari dirvamenaboer@yahoo.com http://dirvamenaboer.tripod.com/

Lebih terperinci

Kampus Unkris Jatiwaringin 2) Program Studi Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana

Kampus Unkris Jatiwaringin   2) Program Studi Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 10-14 Juliantia 1) Budi Tri Rahardjo 2), 1) Program

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN HARGA DAN KEPUTUSAN PRODUKSI/ORDER PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KAPASITAS PRODUKSI ABSTRAK

MODEL PENENTUAN HARGA DAN KEPUTUSAN PRODUKSI/ORDER PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KAPASITAS PRODUKSI ABSTRAK Prosiding Seminar asional anajemen Tenologi VII Program Studi T-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008 ODEL PEETUA HARGA DA KEPUTUSA PRODUKSI/ORDER PADA SUPPLY CHAI DEGA EPERTIBAGKA KAPASITAS PRODUKSI Evi Yuliawati,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar 3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

SETTING RELAI JARAK PADA SISTEM 150 KV

SETTING RELAI JARAK PADA SISTEM 150 KV TUGAS AKHIR SETTING RELAI JARAK PADA SISTEM 150 KV Disusun guna memenuhi persyaratan aademis dan untu mencapai gelar sarjana S-1 pada jurusan Teni Eletro Universitas Mercu Buana Disusun oleh SIGIT SUPRIYANTO

Lebih terperinci

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi :

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi : Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Keranga auan inersial dan Transformasi Lorent Materi : Terdaat dua endeatan ang digunaan untu menelusuri aedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKWENSI PLTGU DI PT INDONESIA POWER UBP PRIOK

ANALISIS GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKWENSI PLTGU DI PT INDONESIA POWER UBP PRIOK ANALISIS GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKWENSI PLTGU DI PT INDONESIA POWER UBP PRIOK ACHMAD FAUZAN, 10402008 Jurusan Teni Eletro, Faultas Tenologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depo 1424

Lebih terperinci

KAJIAN UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS G4 PT INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN BALI

KAJIAN UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS G4 PT INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN BALI JURNAL LOGIC. VOL. 4. NO.. NOPEMBER 04 65 KAJIAN UNJUK KERJA PEMBANGKI LISRIK ENAGA GAS G4 P INDONESIA POWER UNI BISNIS PEMBANGKIAN BALI Yon Eo Saputro ), I Gusti Bagus Wijaya Kusuma ) dan I Made Widiyarta

Lebih terperinci

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest JMHT Vol. XIV, (2): 81-87, Agustus 28 ISSN: 215-157X Keragaman Strutur Tegaan Hutan Alam Seunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest Abstract Muhdin 1*, Endang Suhendang 1,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

ANALISIS VARIANSI (ANOVA)

ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANOVA = Analisis Varians (Anava) = Analisis Ragam = Sidi Ragam Diperenalan oleh R.A. Fisher (195) disebut uji F pengembangan dari uji t dua sampel bebas (independent samples t

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Jurnal Teni Industri, Vol.1, No., Juni 013, pp.96-101 ISSN 30-495X Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Apriyani 1, Shanti Kirana Anggaraeni,

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

PENGUKURAN CAPACITY UTILIZATION BERDASARKAN PENDEKATAN DUAL COST PADA INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA

PENGUKURAN CAPACITY UTILIZATION BERDASARKAN PENDEKATAN DUAL COST PADA INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA Penguuran Capacity Utilization Berdasaran Pendeatan Dual Cost pada Industri Pengolahan di Indonesia 89 PENGUKURAN CAPACITY UTILIZATION BERDASARKAN PENDEKATAN DUAL COST PADA INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

RESPONS ALIRAN MASUK KE DANAU TOWUTI OLEH CURAH HUJAN DI WAWONDULA DAN SEKITARNYA DIANALISA DENGAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

RESPONS ALIRAN MASUK KE DANAU TOWUTI OLEH CURAH HUJAN DI WAWONDULA DAN SEKITARNYA DIANALISA DENGAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK Respons Aliran Masu Danau Towuti..(Kudsy) 87 RESPONS ALIRAN MASUK KE DANAU TOWUTI OLEH CURAH HUJAN DI WAWONDULA DAN SEKITARNYA DIANALISA DENGAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK Mahally Kudsy dan Moh. Husni INTISARI

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGEMBANGAN BUKU KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN NEWTON BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Farida Huriawati 1), Purwandari 1,2), Intan Permatasari 1,3) 1,2,3 Program Studi Pendidian

Lebih terperinci

Metode Penggerombolan Berhirarki

Metode Penggerombolan Berhirarki 4 TINJAUAN PUSTAKA Analisis gerombol dalam bidang riset pemasaran sering diistilahan sebagai analisis segmentasi, merupaan alat statistia peubah ganda yang bertujuan untu mengelompoan n indiidu data e

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY Jurnal Manti Penusa Vol No Desember ISSN 88-9 ANALISIS EPUASAN ONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAET (URIR DENGAN MENGGUNAAN METODE TOPSIS FUZZY Desi Vinsensia Program Studi Teni Informatia

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

Pengukuran Pendapatan Nasional

Pengukuran Pendapatan Nasional 2. Pengukuran Pendapatan Nasional Mengapa Anda Perlu Tahu Pendapatan nasional merupakan indikator besarnya kecilnya perekonomian suatu negara. Sebuah negara dikatakan menguasai perekonomian dunia jika

Lebih terperinci

KONVERGENSI PENDAPATAN REGIONAL KOTA DAN KABUPATEN DI INDONESIA Oleh: Haryo Kuncoro 1)

KONVERGENSI PENDAPATAN REGIONAL KOTA DAN KABUPATEN DI INDONESIA Oleh: Haryo Kuncoro 1) EKO-REGIONAL, Vol.3, No.1, Maret 2008 KONVERGENSI PENDAPATAN REGIONAL KOTA DAN KABUPATEN DI INDONESIA Oleh: Haryo Kuncoro 1) 1) Faultas Eonomi Universitas Negeri Jaarta ABSTRACT This paper aims to explore

Lebih terperinci

AKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA

AKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA AKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA Aris Puji Widodo, Suhartono 2, Eo Adi Sarwoo 3, dan Zulfia Firdaus 4,2,3,4 Departemen Ilmu Komputer/Informatia,

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

Peningkatan Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik 20 kv PT. PLN (Persero) APJ Magelang Menggunakan Static Series Voltage Regulator (SSVR)

Peningkatan Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik 20 kv PT. PLN (Persero) APJ Magelang Menggunakan Static Series Voltage Regulator (SSVR) 1 Peningatan Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listri 20 V PT. PLN (Persero) APJ agelang enggunaan Static Series Voltage Regulator (SSVR) Putty Ia Dharmawati, Sjamsjul Anam, Adi Soeprijanto Jurusan Teni

Lebih terperinci

MODUL V PENCACAH BINER ASINKRON (SYNCHRONOUS BINARY COUNTER)

MODUL V PENCACAH BINER ASINKRON (SYNCHRONOUS BINARY COUNTER) MOUL V PENH INE SINON (SYNHONOUS INY OUNTE) I. Tujuan instrusional husus 1. Membuat rangaian dan mengamati cara erja suatu pencacah iner (inary counter). 2. Menghitung freuensi output pencacah iner. 3.

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT SUNARSIH.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci