STUDI EMPIRIS DEPRESIASI NILAI TUKAR RIIL PADA REZIM NILAI TUKAR MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI EMPIRIS DEPRESIASI NILAI TUKAR RIIL PADA REZIM NILAI TUKAR MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA"

Transkripsi

1 Jurnal Eonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014, hlm STUDI EMPIRIS DEPRESIASI NILAI TUKAR RIIL PADA REZIM NILAI TUKAR MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA Romi Bhati Hartarto Macquarie University Sydney NSW 2109, Australia, Phone: orespondensi: Nasah diterima: September 2013; disetujui: Februari 2014 Abstract: This study aims to analyze the relationship of real exchange rate depreciation with trade balance and national output as economic indicators in floating exchange rate regime. This study also observes whether J-curve phenomenon exists in Indonesia or not. This study employs quarterly data from year 2000:1 to 2010:4 as representation of floating exchange rate regime. Vector Error Correction Model is applied as an analytical tool by emphasizing on impulse response function to find out the response of one variable as caused by any shoc from other variables in the model and variance decomposition to trace the relative contribution of one variable toward the variability of other variables in the model. This study demonstrates that real exchange rate depreciation contributes positively toward trade balance in longer time horizon. Nevertheless, national output does not respond positively toward real exchange rate depreciation. Another empirical finding suggests that there is no strong evidence of J-Curve phenomenon during free floating exchange rate regime in Indonesia. Keywords: J-Curve; exchange rate; trade balance; output; impulse response JEL Classification: E42, E63 Abstra: Tujuan studi ini ialah untu menganalisis respon yang diterima oleh neraca perdagangan dan output nasional aibat depresiasi nilai tuar riil selama rezim nilai tuar mengambang bebas. Studi ini juga mencaritahu ada tidanya fenomena urva-j di Indonesia. Ada pun basis data yang digunaan pada studi ini ialah uartalan dengan data observasi pada tahun 2000:1 hingga 2010:4 sebagai representasi periode rezim nilai tuar mengambang bebas. Studi ini menggunaan alat analisis Vector Error Correction Model yang lebih diteanan pada fungsi impulse response untu mengetahui respon yang diterima oleh suatu variabel aibat gejola variabel lain dalam model dan deomposisi varian untu mengetahui ontribusi suatu variabel terhadap variabilitas variabel lain dalam model. Hasil dari studi ini menunjuan bahwa depresiasi nilai tuar riil berhubungan positif dengan neraca perdagangan dalam horizon watu yang lebih panjang. Sementara itu, depresiasi nilai tuar riil justru berhubungan negatif dengan output nasional. Temuan lain studi ini adalah tida adanya buti uat yang menunjuan fenomena urva-j di Indonesia selama rezim nilai tuar mengambang bebas. Kata unci: Kurva-J; nilai tuar; neraca perdagangan; output; impulse response Klasifiasi JEL: E42, E63 PENDAHULUAN Sejarah Indonesia telah tercatat sebanya tiga ali mengganti rezim nilai tuarnya semenja tahun 1965 hingga searang, yani rezim nilai tuar tetap, mengambang terendali, dan mengambang bebas. Rezim nilai tuar tetap merupaan suatu sistem di mana pemerintah mengaitan mata uang Rupiah terhadap US Dolar pada patoan tertentu tanpa memperhatian permintaan atau penawaran terhadap

2 valuta asing. Dalam hal ini, pemerintah melauan intervensi atif dengan melauan jual beli valuta asing yang bertujuan untu menstabilan urs sesuai dengan nilai yang telah ditetapan jia sewatu-watu terjadi goncangan penawaran dan permintaan valuta asing. Rezim selanjutnya ialah rezim nilai tuar mengambang terendali yang ditetapan pada tahun 1978 dan diterapan guna stabilisasi moneter dan neraca pembayaran. Pada sistem ini nilai tuar rupiah diambangan terhadap seeranjang mata uang mitra dagang utama Indonesia dan dalam sistem ini pemerintah menetapan urs indiasi beserta rentang pergeraannya. Pemerintah aan melauan intervensi etia urs bergola di luar rentang yang telah ditentuan. Tanggal 14 Agustus 1997 hingga searang, Indonesia menganut rezim nilai tuar mengambang bebas, yani nilai tuar sepenuhnya diserahan pada pergeraan di pasar valuta asing tanpa adanya intervensi pemerintah. Perubahan rezim nilai tuar ini diawali oleh risis nilai tuar di Thailand pada tahun 1997 yang menyebar e negara ASEAN lainnya termasu Indonesia yang juga mengalami teanan depresiatif pada mata uangnya. Bahan, teanan tersebut diperberat oleh pelarian arus modal besar-besaran aibat hilangnya epercayaan investor disertai teanan speulatif yang membuat Rupiah terdepresiasi hingga 75 persen sehingga Ban Indonesia memutusan untu menghapus rentang intervensi dan mata uang Rupiah dibiaran mengambang bebas guna mengamanan cadangan devisa. Aibat flutuasi nilai tuar terait dengan strutur elembagaan dan pasar euangan di negara berembang yang masih sederhana menyebaban timbulnya persoalan bagi Indonesia. Flutuasi nilai tuar aan menimbulan etidastabilan dalam lalu lintas pembayaran internasional terait isu speulasi yang pada gilirannya aan mengurangi volume perdagangan. Bagi Indonesia yang merupaan negara ecil dengan pereonomian terbua, perubahan nilai tuar aan mengaibatan perubahan harga dalam negeri yang nantinya aan mempengaruhi output nasional dan epercayaan masyaraat aan mata uang domesti. Pengaruh nilai tuar terhadap pereonomian ditransmisian oleh ebijaan moneter melalui dua jalur, yani jalur langsung atau dari sisi penawaran melalui barang impor dan jalur tida langsung atau dari sisi permintaan melalui daya saing espor. Melalui jalur langsung, depresiasi nilai tuar aan menaian biaya bahan bau impor yang menurunan produsi output dan pada gilirannya memicu enaian harga secara umum. Sementara, melalui jalur tida langsung, depresiasi nilai tuar aan menyebaban harga barang luar negeri relatif lebih mahal dibanding barang domesti sehingga permintaan aan barang dalam negeri meningat yang mencerminan adanya enaian volume espor sementara permintaan aan produ luar negeri menjadi turun yang mengindiasian penurunan impor. Kenaian espor dan penurunan impor tersebut belum tentu secara otomatis aan memperbaii posisi neraca perdagangan. Efe neto dari depresiasi nilai tuar terhadap output tergantung dari euatan relatif edua sisi penawaran dan permintaan tersebut. Posisi neraca perdagangan aan meningat setelah depresiasi nilai tuar riil. Nilai tuar riil adalah merupaan harga riil mata uang terhadap mata uang lainnya (Prawoto, 2003). Depresiasi nilai tuar rill hanya jia ondisi Marshall- Lerner terpenuhi, yani apabila volume espor dan impor pereonomian suatu negara cuup elastis terhadap perubahan nilai tuar riil tersebut, dalam hal ini jumlah elastisitas espor dan elastisitas impor terhadap nilai tuar riil lebih besar dari satu. Pengaruh perubahan nilai tuar riil terhadap neraca perdagangan terbagi melalui dua cara, yani pengaruh volume dan pengaruh nilai. Menurut ondisi Marshall-Lerner, pengaruh volume aan mendominasi pengaruh nilai arena mesipun nilai impor nai dan nilai espor turun namun enaian volume espor dan penurunan volume impor aan dominan sehingga neraca perdagangan aan membai secara eseluruhan. Namun, terdapat ecenderungan bahwa elastisitas aan lebih rendah dalam janga pende sehingga ondisi Marshall-Lerner hanya dapat terpenuhi dalam janga panjang. Fenomena inilah yang disebut dengan urva-j di mana depresiasi nilai tuar riil aan memperburu posisi neraca perdagangan yang pada giliran selanjutnya aan meningat secara permanen.penyebab fenomena urva-j ialah volume espor dan volume 38 Jurnal Eonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 37-47

3 impor tida banya berubah dalam janga pende dan pengaruh harga lebih dominan sehingga dalam janga pende neraca perdagangan memburu. Salah satunya dapat diaibatan oleh ontra perdagangan internasional yang tida dapat menyesuaian secara langsung perubahan nilai tuar. Arintoo dan Wijaya (2005) mencoba menganalisis pengaruh perubahan nilai tuar Rupiah terhadap neraca transasi berjalan antara Indonesia dan Ameria Seriat dengan data runtut watu uartalan pada periode 1990:1 hingga 2004:2 menggunaan model VAR dan ECM. Studi empiris ini menemuan sediit buti bahwa depresiasi Rupiah menyebaban defisit neraca transasi berjalan secara bilateral antara Indonesia dengan AS dalam janga pende dan tida ditemuan buti bahwa nilai tuar Rupiah berpengaruh terhadap neraca transasi berjalan Indonesia dalam janga panjang. Studi ini juga menemuan buti lemah adanya efe urva-j terhadap neraca transasi berjalan di Indonesia. Husman (2005) melauan studi empiris mengenai pengaruh nilai tuar riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan delapan negara mitra dagang utamanya menggunaan data runtut watu uartalan pada periode 1993:1 hingga 2004:4 yang dianalisis dengan model VECM. Hasilnya adalah ondisi Marshall-lerner terpenuhi pada periode 1993:1 hingga 2004:4 secara eseluruhan. Dalam hal ini, depresiasi nilai tuar riil aan memperbaii neraca perdagangan Indonesia. Secara agregat, fenomena urva-j tida ditemuan dalam penyesuaian dinamis sehingga depresiasi riil aan langsung memperbaii neraca perdagangan Indonesia terhadap edelapan mitra dagang tersebut. Studi empiris ini juga menemuan bahwa mesipun ondisi Marshall-Lerner terpenuhi, pengaruh depresiasi nilai tuar riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia relatif ecil. Astiyah dan Santoso (2007) menguji hubungan antara nilai tuar dan arus perdagangan melalui data runtut watu bulanan pada Januari 2002 hingga Maret 2005 dengan alat analisis regresi panel. Hasil estimasi menunjuan bahwa studi ini tida menduung adanya ondisi Marshall-Lerner untu janga pende tetapi untu janga panjang ondisi tersebut terpenuhi. Studi ini juga menyimpulan bahwa depresiasi nilai tuar riil tida aan memperbaii inerja neraca perdagangan bai dalam janga pende maupun dalam janga panjang. Studi empiris serupa juga pernah dilauan di berbagai negara. Khatoon dan Rahman (2009) mencoba mengestimasi pengaruh depresiasi Taa terhadap neraca perdagangan Bangladesh, bai dalam janga pende maupun janga panjang, dengan data runtut watu tahunan pada periode 1972 hingga Hasilnya ialah bai dalam janga pende maupun janga panjang, devaluasi meningatan posisi neraca perdagangan. Uji ausalitas Granger juga menduung adanya hubungan ausalitas dua arah antara devaluasi dan neraca perdagangan. Ahmad dan Yang (2004) melauan investigasi mengenai esistensi urva-j dalam data runtut watu perdagangan bilateral Cina dengan negara-negara G-7. Studi ini menggunaan pendeatan ointegrasi dan uji ausalitas untu mengetahui hubungan janga panjang dan pergeraan dinamis janga pende antara nilai tuar, pendapatan nasional, dan neraca perdagangan. Ditemuan pula buti bahwa depresiasi nilai tuar riil aan meningatan neraca perdagangan dengan beberapa negara, namun tida ada indiasi berupa respons negatif dalam janga pende sebagai ciri dari urva-j. Lain halnya dengan Onafowora (2003) yang menguji pengaruh janga pende dan janga panjang perubahan nilai tuar riil terhadap neraca perdagangan tiga negara ASEAN, yani Malaysia, Indonesia, dan Thailand dengan partner dagangnya, yani US dan Jepang melalui VECM dan generalized impulse response dengan data runtut watu dari tahun 1980:1 to 2001:4. Studi ini berhasil menemuan bahwa terdapat efe urva-j dalam janga pende antara perdagangan Indonesia, Malaysia, dan Thailand dengan US di mana pengaruhnya memperburu neraca perdagangan selama empat uartal yang diiuti oleh enaian posisi neraca perdagangan dalam janga panjang. Sementara, untu asus Thailand dengan Jepang justru mengiuti pola efe urva-s di mana depresiasi nilai tuar riil awalnya aan memperbaii posisi neraca perdagangan, lalu memperburu, dan selanjutnya embali menai. Fenomena urva-j juga ditemuan dalam Depresiasi Nilai Tuar Riil... (Romi Bhati Hartarto) 39

4 studi empiris Petrović dan Gligorić (2009) di Serbia dengan data runtut watu bulanan mulai Januari 2002 hingga September 2007 dan alat analisis yang digunaan ialah ointegrasi dan Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Temuan utama dari studi ini ialah depresiasi nilai tuar riil berpengaruh signifian dalam janga panjang terhadap neraca perdagangan Serbia, dan awalnya memburu sebelum meningat embali dalam janga pende. Depresiasi nilai tuar riil memperburu neraca perdagangan pada lima bulan awal dan selanjutnya mencapai nilai eseimbangan baru dalam watu lebih dari setahun. Temuan lain studi ini ialah GDP mendorong peningatan neraca perdagangan melalui peningatan espor melebihi impor. Pengaruh lain adanya depresiasi Rupiah terhadap output sendiri ialah etia terjadi pergantian rezim nilai tuar menjadi mengambang bebas ialah adanya ontrasi output. Sebagaimana dalam studi Darwanto (2007), depresiasi rupiah mengaibatan barang-barang modal yang dibutuhan industri dalam negeri mengalami lonjaan harga. Hal ini memicu perusahaan dalam negeri mengurangi produsi yang ahirnya berujung pada ontrasi output. Studi oleh Suselo, Sihaloho, dan Tarsidin (2008) juga memberian hasil serupa. Dengan melauan regresi data uartalan dari Januari 1990 hingga Desember 2005 melalui metode GMM, depresiasi nilai tuar, bai riil maupun nominal, aan menurunan tingat pertumbuhan eonomi. Hal ini disebaban oleh menurunnya tingat investasi arena semain mahalnya barang modal dan fator produsi. Peningatan espor netto aibat depresiasi mata uang Rupiah diperiraan lebih ecil daripada penurunan investasi sehingga efe nettonya bagi pertumbuhan eonomi ialah negatif. Husman (2007) mencoba menguji pengaruh flutuasi nilai tuar terhadap output melalui data runtut watu uartalan yang dibagi menjadi dua periode pengamatan, yani periode mengambang terendali pada periode 1990:1 hingga 1997:2 dan periode mengambang bebas pada 1997:3 hingga 2006:2. Hasilnya adalah perubahan rezim nilai tuar mempengaruhi pertumbuhan output. Pada periode mengambang terendali, perubahan nilai tuar tida memberian dampa signifian terhadap output. Sementara dari sisi dampa nilai tuar terhadap pertumbuhan output, perubahan output lebih didominasi dari sisi permintaan melalui peningatan daya saing dibandingan dari sisi penawaran melalui peningatan biaya bahan bau impor terlihat dari positifnya dampa netto depresiasi nilai tuar terhadap pertumbuhan eonomi. Oleh arena itu, fenomena ini menari untu ditelusuri relevansinya dengan teori eonomi mengenai bagaimana pereonomian yang dicerminan oleh output nasional dan neraca perdagangan merespon perubahan nilai tuar riil, dan apaah terjadi fenomena urva-j di Indonesia selama rezim nilai tuar mengambang bebas yang membiaran nilai tuar terus berflutuasi. METODE PENELITIAN Studi ini dilandasi dengan adanya hubungan timbal bali antarvariabel bai secara langsung maupun tida langsung. Pada gambar 1, garis lurus menggambaran hubungan antar variabel secara langsung, yani perubahan nilai tuar riil aan berpengaruh terhadap neraca perdagangan dan sebalinya. Dasar pemiiran dalam sema ini mengacu pada hipotesis urva-j, yani depresiasi nilai tuar riil aan memperburu posisi neraca perdagangan dalam janga pende namun pengaruhnya aan membai dalam janga panjang arena peningatan daya saing yang selanjutnya mendorong espor. Nilai tuar riil Neraca perdagangan Output nasional Gambar 1. Sema hubungan antarvariabel Membainya posisi neraca perdagangan mendorong penguatan nilai mata uang domesti sehingga proses penyesuaian antara neraca perdagangan dan nilai tuar riil berlangsung secara terus menerus. Perubahan neraca perdagangan juga turut berpengaruh terhadap output 40 Jurnal Eonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 37-47

5 nasional dan hal ini berlau sebalinya. Membainya posisi neraca perdagangan melalui peningatan espor aan meningatan output nasional. Di lain piha, meningatnya output nasional aan meningatan impor dan jia peningatan espor tida melebihi impornya maa posisi neraca perdagangan aan turun. Aibatnya, dalam hal ini, perubahan nilai tuar riil juga turut mempengaruhi output nasional secara tida langsung dan juga sebalinya yang tergambar melalui garis putus-putus dalam sema. Sehingga, untu mengatasi esulitan mengenai pembedaan antara variabel endogen dan esogen dalam studi ini dipergunaanlah model VAR (Vector Autoregression) yang tida membedaan antara variabel endogen dan esogen dalam suatu sistem persamaan. Seluruh variabel dalam model diperlauan sebagai variabel endogen yang memilii hubungan dinamis di mana setiap variabel dijelasan oleh pergeraan variabel tersebut di masa lalu dan seluruh variabel lain di dalam sistem persamaan. Model dasar yang dipergunaan dalam studi ini mengacu pada model yang sebelumnya diembangan oleh Arintoo dan Wijaya (2005) di mana perbedaannya terleta pada pemilihan variabel yang dipergunaan dalam model, yani sebagai beriut: LTB LTB LRER LRER LTB LRER LGDPt LTB LRER t 1 1j t j 1j t j j 1 j 1 1jLGDPt j e 1) 1t j 1 t 2 2j t j 2j t j j 1 j 1 2jLGDPt j e 2) 2t j 1 3 3j t j 3j t j j 1 j 1 3jLGDPt j e 3) 3t j 1 Dalam hal ini, variabel LTB merupaan neraca perdagangan, variabel LRER merupaan nilai tuar riil, dan variabel LGDP merupaan output nasional di mana masing-masing di antaranya dinyataan dalam bentu logaritma. Ada pun, semua variabel dinyataan dalam bentu logaritma dengan tujuan untu memperhalus data (smoothing) sehingga dapat mengurangi variasi data yang dipergunaan dalam studi. Selain itu, di dalam model, t menunjuan indes watu uartalan; j menunjuan jumlah lag (elambanan) uartal yang terpilih berdasaran estimasi terbai; β, φ, δ menunjuan parameter masing-masing variabel; dan e 1t, e 2t, e 3t merupaan omponen galat. Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR ialah semua variabel bersifat stasioner dan semua residual memilii mean, varian, ovarian yang onstan, serta tida ada orelasi antar variabel. Jia ternyata data tida stasioner pada derajat level, maa data tersebut harus mengalami proses diferensi hingga stasioner. Stasioneritas data melalui proses diferensi belum cuup sehingga perlu dipertimbangan eberadaan hubungan janga panjang dan pende dalam model. Jia ternyata ditemuan eberadaan ointegrasi, maa dapat diterapan sistem persamaan VECM (Vector Error Correction Model) sebagai bentu VAR yang terestrisi. Sehingga, studi ini lebih diarahan pada VAR dalam bentu VECM arena diduga variabel yang diteliti tida stasioner pada derajat level dan terdapat eberadaan ointegrasi. Namun demiian, ternyata terdapat elemahan dari VECM sama halnya dengan VAR menurut Gujarati (2004) arena VECM dinilai urang coco jia digunaan dalam analisis ebijaan, dengan dalih sifatnya yang ateori dan lebih meneanan pada peramalan. Sehingga, analisis VECM dalam studi ini lebih diteanan pada pendeatan Impulse Response Function (IRF) yang melaca respon saat ini dan masa depan setiap variabel aibat perubahan variabel tertentu dan Variance Decomposition yang mempredisi ontribusi persentase varians masing-masing variabel terhadap perubahan variabel tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Stasioneritas Data Uji stasioneritas data yang dilauan dalam studi ini menggunaan uji ADF (Augmented Dicey Fuller). Uji ADF sendiri dilauan dengan menghitung nilai t statisti Depresiasi Nilai Tuar Riil... (Romi Bhati Hartarto) 41

6 yang dihitung melalui formula beriut: tα = α α di mana α adalah nilai estimasi untu α dan α adalah oefisien standard error. Nilai t statisti yang diperoleh emudian dibandingan dengan nilai ritismc Kinnon. Jia nilai t statisti lebih besar dari nilai ritis Mc Kinnon, maa hipotesis H 0 diterima sehingga dapat diinterpretasian bahwa data tersebut tida stasioner arena disinyalir memilii aar unit. Sebalinya, jia nilai t statisti lebih ecil dari nilai ritis McKinnon, maa hipotesis H 0 tida diterima sehingga cuup buti untu menola hipotesis nol bahwa data tersebut mengandung aar unit atau dapat diinterpretasian bahwa data stasioner. Uji stasioneritas variabel nilai tuar riil (LRER), output nasional (LGDP), dan neraca perdagangan (LGDP) pada derajat level dan seluruh data belum stasioner pada derajat level I(0). Uji Derajat Integrasi Jia ternyata data pada uji aar unit sudah stasioner pada derajat level I(0), maa tida perlu lagi dilauan uji derajat integrasi. Namun, jia data yang diuji belum stasioner pada derajat level I(0), maa perlu dilauan uji derajat integrasi melalui proses diferensiasi data. Jia data sudah stasioner pada derajat diferensi satu, maa data tersebut sudah terintegrasi pada derajat I(1). Jia ternyata belum stasioner, maa berlanjut pada proses diferensi edua. Jia ternyata data sudah stasioner pada derajat diferensi dua, maa data tersebut sudah terintegrasi pada derajat I(2). Uji stasioneritas variabel nilai tuar riil (LRER), output nasional (LGDP), dan neraca perdagangan (LGDP) pada derajat I(1). Hasil uji aar unit menunjuan bahwa seluruh variabel telah stasioner pada derajat diferensi satu atau I(1) setelah melalui proses diferensi. Penentuan lag optimal Penentuan lag optimal pada studi ini dilauan melalui dua tahap pengujian, yanimemilih lag optimal berdasaran riteria tertentu dan 4) mendetesi panjang lag optimal sistam VAR yang stabil melalui nilai aar inversi arateristi AR polinomialnya. Suatu sistem VAR dapat diataan stabil jia seluruh aarnya memilii modulus urang dari satu dan semuanya terleta di dalam lingaran unit. Ada pun penentuan lag optimal pada sistem persamaan VAR yang dibangun dengan variabel LRER, LGDP, dan LTB etiganya meruju lag 5 sebagai lag optimal dalam sistem VAR. Sementara itu, untu menguji apaah lag 5 sudah stabil atau belum, maa dapat dilihat nilai modulusnya yang menunjuan bahwa sistem VAR yang dibangun dengan lag 5 sudah stabil arena seluruh aarnya memilii modulus urang dari satu. Namun, terdapat perbedaan jumlah lag antara VAR dengan VECM, yani etia lag optimal pada VAR adalah p, maa lag pada VECM adalah p-1 (Nelmida, 2009). Sehingga, lag optimalnya adalah 4. Pemilihan lag pada studi ini ternyata sesuai jia didasaran pada pendeatan sto, yani dengan rumus = N 1/3 di mana N adalah jumlah observasi. Sehingga, lag yang dipergunaan dalam studi ini ialah lag 4 arena dinilai sudah cuup untu menangap sistem dinamis dengan basis data uartalan. Uji Kointegrasi Hasil uji ointegrasi dalam studi menunjuan bahwa menurut riteria AIC, spesifiasi deterministinya adalah Quadratic intercept and trend. Setelah tren data dietahui, langah beriutnya ialah menentuan apaah data terointegrasi atau tida. Jia nilai Max-Eigen dan nilai tracenya lebih besar daripada nilai ritis 1% atau 5%, maa dapat diataan data terointegrasi. Berdasaran pengujian nilai statisti Trace yang ditunjuanlebih besar dari nilai ritis 5% dan 1%. Sementara, nilai statisti Max-Eigen juga lebih besar dari nilai ritis 5%, sehingga dapat disimpulan bahwa data tersebut terointegrasi yang menandaan bahwa terdapat hubungan janga panjang antara variabel nilai tuar riil, neraca perdagangan, dan output nasional. Satu vetor ointegrasi, atau setidanya terdapat satu ombinasi linier independen dari variabelvariabel yang terdapat dalam model tersebut. Terointegrasinya data memberian sinyal yang tepat untu menggunaan metode VECM. 42 Jurnal Eonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 37-47

7 Estimasi VECM Apabila suatu data runtut watu model VAR terbuti terdapat hubungan ointegrasi, maa VECM dapat dipergunaan untu mengetahui tingah lau janga pende suatu variabel terhadap nilai janga panjangnya. Perilau dinamis dari VECM dapat dilihat dari respon masing-masing variabel endogen terhadap ejutan variabel tersebut maupun terhadap variabel endogen lain. Karena secara individual oefisien dalam model VECM sulit diinterpretasian, maa terdapat dua cara untu melihat arateristi dinamis VECM, yani melalui impulse response dan deomposisi varian. Fungsi Impulse Response Fungsi impulse response melaca respon dari variabel endogen dalam sistem VECM arena adanya perubahan omponen galat yani dengan menggambaran periraan -periode di masa mendatang melalui esalahan predisi suatu variabel aibat inovasi dari variabel lain. Pembahasan mengenai IRF dalam studi ini lebih difousan terhadap respon neraca perdagangan dan output nasional aibat perubahan variabel nilai tuar riil. Hasil IRF tersebut, respon neraca perdagangan dan output nasional aibat gejola nilai tuar riil dapat diinterpretasian lebih lanjut. Gejola variabel nilai tuar riil mula-mula tida langsung direspon oleh neraca perdagangan pada uartal pertama. Hingga emudian, pada uartal edua, gejola nilai tuar riil direspon positif oleh neraca perdagangan sebesar 0,045 SD. Namun pada uartal etiga dan eempat, respon neraca perdagangan emudian menjadi negatif. Hingga uartal elima, respon neraca perdagangan embali meningat dan cenderung stabil pada uartal beriutnya pada isaran 0,015 SD. Sehingga, depresiasi nilai tuar pada awalnya memilii hubungan positif terhadap neraca perdagangan, namun emudian hubungannya negatif dalam janga pende hingga dampa ahirnya berhubungan positif dalam janga panjang mesipun respon yang diterima Response to Nonfactorized One S.D. Innovations Response of LRER to LRER Response of LRER to LGDP Response of LRER to LTB Response of LGDP to LRER Response of LGDP to LGDP Response of LGDP to LTB Response of LTB to LRER.20 Response of LTB to LGDP.20 Response of LTB to LTB Gambar 2. Impulse response antara variabel nilai tuar riil, neraca perdagangan, dan output nasional Depresiasi Nilai Tuar Riil... (Romi Bhati Hartarto) 43

8 tida begitu besar. Sehingga, tida ditemuan buti uat yang menduung adanya fenomena urva-j. Hasil dari studi ini justru menyerupai pola urva-s sebagaimana dalam studi Onafowora (2003) untu asus Thailand dengan Jepang. Penjelasan dari pola ini lebih epada alasan perilau para esportir. Indonesia merupaan negara dengan andungan bahan bau impor cuup tinggi pada produ espornya, terutama pada setor industri. Pada saat terjadi depresiasi nilai tuar riil, daya saing produ domesti di pasar internasional meningat. Dengan asumsi bahwa sto bahan bau impor untu produsi barang espor mencuupi, esportir aan merespon ondisi tersebut dengan meningatan espor produnya menggunaan sto bahan bau impor yang tersedia sehingga esportir tida perlu mengimpor bahan bau dalam jumlah banya. Dalam hal ini, enaian espor melebihi enaian impor sehingga posisi neraca perdagangan mula-mula meningat. Kemudian pada periode selanjutnya, sto bahan bau impor yang tersedia teruras aibat penggunaan pada periode sebelumnya sehingga terjadi penurunan espor dibanding periode sebelumnya arena urangnya bahan bau impor untu memprodusi barang espor. Dan pada saat yang sama esportir merespon hal tersebut dengan mengimpor bahan bau lebih banya untu mencuupi produsi barang espor pada periode selanjutnya sehingga enaian impor melebihi enaian espor yang menyebaban terjadi penurunan posisi neraca perdagangan. Hingga pada periode-periode beriutnya, esportir aan terus melauan penyesuaian dengan mengespor lebih banya aibat peningatan daya saing produ domesti dan lebih sediit mengimpor aibat relatif mahalnya bahan bau impor. Hal ini menyebaban enaian espor melebihi enaian impor dan secara terus menerus proses penyesuaian ini aan embali pada posisi neraca perdagangan yang ian membai. Maa dari itu, terdapat hubungan positif antara depresiasi nilai tuar riil dengan neraca perdagangan pada horizon watu lebih panjang mesipun pengaruhnya relatif ecil. Impliasinya adalah terdapat fator lain selain nilai tuar yang mempengaruhi inerja espor, terutama dari sisi penawaran semisal ontrol ualitas produ, efisiensi sistem produsi, besarnya andungan impor, dan ebijaan pemerintah semisal penciptaan ilim persaingan usaha. Sementara, respon output nasional sendiri terhadap depresiasi nilai tuar riil ialah negatif semenja uartal edua hingga seterusnya. Kenaian variabel nilai tuar riil sebesar 1 SD mula-mula tida direspon oleh variabel output nasional hingga pada uartal edua direspon dengan penurunan output nasional sebesar 0,0005 SD di mana cenderung terus mengalami penurunan hingga sebesar 0,0042 pada uartal 11. Sehingga, dalam janga panjang, depresiasi nilai tuar riil memilii hubungan negatif terhadap output nasional. Hasil dari studi ini sejalan dengan studi sebelumnya yang dilauan oleh Suselo, Sihaloho, dan Tarsidin (2008) dan Darwanto (2007) di mana terjadi ontrasi output aibat depresiasi nilai tuar riil. Penjelasan dari hal ini ialah depresiasi nilai tuar riil menyebaban harga bahan bau impor sebagai input produsi industri domesti relatif mahal sehingga menurunan apasitas produsi yang mengaibatan ontrasi output. Selain itu, depresiasi nilai tuar riil menyebaban produ domesti dengan andungan impor tinggi mengalami enaian biaya produsi sehingga harga jual produ tersebut nai. Kenaian harga produ tersebut mengaibatan penurunan onsumsi masyaraat sehingga dalam hal ini, produsen mengalami disinsentif untu berprodusi. Deomposisi Varian Deomposisi varian merupaan properti model VECM yang memisahan varian dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi omponen gejola. Berbeda dengan IRF, deomposisi varian memberian informasi m engenai proporsi dari pengaruh gejola suatu variabel terhadap guncangan variabel lain pada saat ini dan periode mendatang. Ada pun pengaruh gejola variabel nilai tuar riil terhadap gejola variabel neraca perdagangan dapat digambaran pada tabel 8. Tabel 8 menjelasan deomposisi varian dari variabel neraca perdagangan. Pada periode pertama, ontribusi nilai tuar riil dalam menjelasan variabilitas neraca perdagangan cuup 44 Jurnal Eonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 37-47

9 Tabel 8. Deomposisi varian variabel neraca perdagangan Period S.E Dijelasan oleh ejutan Output Nasional Nilai Tuar Riil Neraca Perdagangan 1 0, ,83E-07 12, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,63662 besar, yani sebesar 12,97 persen. Namun, ontribusi ejutan nilai tuar riil terhadap neraca perdagangan terus menurun dalam horizon watulebih panjang. Hal ini berbeda dengan ontribusi output nasional dalam menjelasan variabilitas neraca perdagangan. Pada dua periode awal, ejutan pada output nasional hanya mampu menjelasan urang dari 1% variabilitas neraca perdagangan namun emudian ontribusinya terus mengalami enaian pada janga watu lebih panjang hingga mencapai 6,24 persen pada uartal 12. Tabel 9 menjelasan deomposisi varian dari variabel output nasional. Pada periode pertama, variabel output nasional hanya dipengaruhi oleh variabel itu sendiri. Namun emudian, pengaruh output nasional terhadap dirinya sendiri berurang seiring dengan peningatan ontribusi variabel nilai tuar riil dan neraca perdagangan dalam menjelasan variabilitas output nasional. Pada janga watu lebih panjang, variabilitas output nasional mampu dijelasan oleh ejutan nilai tuar riil dan neraca perdagangan masing-masing sebesar 12,31 persen dan 3,6 persen pada uartal 12. Ditinjau dari tabel 8 dan 9, ontribusi ejutan nilai tuar riil lebih berpengaruh pada variasi output nasional dibandingan neraca perdagangan dalam horizon watu lebih panjang. Sementara untu janga watu lebih pende, ejutan nilai tuar riil lebih mampu menjelasan variabilitas neraca perdagangan dibandingan output nasional. SIMPULAN Kesimpulan yang berhasil diperoleh dari studi ini antara lain: Pertama, depresiasi nilai tuar riil memilii hubungan positif terhadap neraca perdagangan dalam horizon watu yang lebih panjang mesipun pengaruhnya tida begitu besar. Hal ini salah satunya juga diarenaan pengaruh ejutan nilai tuar riil dalam menjelasan variasi neraca perdagangan tida begitu besar. Impliasinya, terdapat fator lain di luar model selain nilai tuar riil yang berpengaruh terhadap neraca perdagangan semisal ontrol ualitas produ, efisiensi sistem produsi, dan besarnya andungan impor produ. Kedua berdasaran analisis IRF, tida ditemuan buti uat bahwa terjadi fenomena urva-j pada studi ini. Studi ini justru menemuan pola yang menyerupai urva-s di mana depresiasi nilai tuar riil pada mulanya memperbaii neraca perdagangan, lalu sesaat emudian menurunan posisi neraca perdagangan, dan selanjutnya terus mengalami penyesuaian hingga posisi neraca perdagangan embali membai dalam horizon watu yang lebih panjang. Ketiga, depresiasi nilai tuar riil memilii hubungan negatif terhadap output nasional atau dalam hal ini justru terait dengan ontrasi output. Pengaruh ejutan nilai tuar riil dalam variasi output nasional tida begitu besar namun ontribusinya semain membesar dalam horizon watu yang lebih panjang. Saran yang dapat dijadian sebagai acuan Depresiasi Nilai Tuar Riil... (Romi Bhati Hartarto) 45

10 atau gambaran bagi pengambil ebijaan menurut hasil studi ini antara lain: pertama, ebijaan yang terait nilai tuar hendanya diiuti oleh ebijaan yang dapat menean dampa jalur langsung nilai tuar terhadap inflasi sehingga ebijaan nilai tuar secara efetif juga merupaan ebijaan nilai tuar riil sehingga ebijaan nilai tuar dapat memperbaii posisi neraca perdagangan dalam horizon watu lebih panjang. Kedua, untu mendorong espor atau meningatan posisi neraca perdagangan, otoritas moneter hendanya tida mempergunaan depresiasi nilai tuar sebagai satu-satunya alat arena dalam rezim nilai tuar mengambang bebas nilai tuar terus berflutuasi. Selain itu juga arena pengaruhnya terhadap neraca perdagangan tida begitu besar dan meanisme penyesuaiannya aga lama. Kebijaan yang diambil untu peningatan daya saing tida hanya dari segi harga murah tetapi juga perbaian ualitas dan ilim usaha bagi esportir. Ketiga, berdasaran hasil studi, depresiasi nilai tuar riil ternyata memilii hubungan negatif terhadap output, yani menyebaban terjadinya ontrasi output. Sehingga dalam hal ini, otoritas moneter harus menjaga agar nilai tuar tida terdepresiasi tajam. DAFTAR PUSTAKA Ahmad dan Yang. (2004). Estimation the J- curve in China. Economic Series No. 67. Arintoo dan Wijaya. (2005). Pengaruh perubahan nilai tuar rupiah terhadap Neraca Transasi Berjalan Indonesia periode 1990.I 2004.II (Kasus Indonesia Ameria Seriat). Buletin Eonomi Moneter dan Perbanan. Astiyah dan Santoso. (2005). Nilai tuar dan trade flows. Buletin Eonomi Moneter dan Perbanan. Darwanto. (2007). Kejutan pertumbuhan nilai tuar riil terhadap inflasi, pertumbuhan output, dan pertumbuhan neraca transasi berjalan di Indonesia. Jurnal Eonomi Pembangunan Vol. 12, No.1. Enders, Walter. (1995). Applied econometric time series. New Yor: John Wiley & Son. Gujarati, Damodar. (2004). Basic econometric, 4 th Edition. Singapore: McGrawHill. Harris, R Cointegration Analysis in Econometric modelling. New Yor: Prentice Hall. Husman, J. A Pengaruh nilai tuar rill terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia: Kondisi Marshall-Lerner dan Fenomena J-curve. Buletin Eonomi Moneter dan Perbanan Julaihah dan Insuindro Analisis dampa ebijaan moneter terhadap variabel maroeonomi di Indonesia Tahun Buletin Eonomi Moneter dan Perbanan. Khatoon dan Rahman Assessing the existence of the J-Curve Effect in Bangladesh. The Bangladesh Development Studies Vol. XXXII, June 2009, No. 2 Onafowora, O. (2003). Exchange rate and trade balance in East Asia: Is there a J curve?. Economics Bulletin, Vol. 5, No. 18 hlm Petrovic dan Gligoric. (2009). Exchange rate and trade balance: J-curve Effect. Panoeconomicus 2010, 1, hlm Prawoto, N. (2003). Pengaruh perubahan urs dan tingat suu bunga terhadap tabungan dan investasi swasta: Studi Empiris di Indonesia Periode Jurnal Eonomi & Studi Pembangunan, Vol 4 No.1 April Suselo, S dan Tarsidin. (2008). Pengaruh volatilitas nilai tuar terhadap pertumbuhan eonomi Indonesia. Buletin Eonomi Moneter dan Perbanan. 46 Jurnal Eonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 37-47

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL A. PENDEKATAN PRODUKSI (PRODUCTION APPROACH) Menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan produsi didasaran atas perhitungan dari jumlah nilai barang-barang

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINASI INFLASI DI INDONESIA

ANALISIS DETERMINASI INFLASI DI INDONESIA ANALISIS DETERMINASI INFLASI DI INDONESIA Ari Mulianta Ginting Peneliti Eonomi dan Kebijaan Publi pada Pusat Pengajian Pengolahan Data dan Informasi, Seretariat Jendral DPR RI e-mail: ari.ginting@dpr.go.id

Lebih terperinci

Dampak Shock Nilai Tukar Riil terhadap Inflasi dan Current Account Indonesia

Dampak Shock Nilai Tukar Riil terhadap Inflasi dan Current Account Indonesia Trionomia Volume, No., Juni 202, Hal. 5 28 ISSN 4-54X Dampa Shoc Nilai Tuar Riil terhadap Inflasi dan Current Account Indonesia Faultas Eonomia dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto, S.H.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang aan dilauan meruju epada beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah dilauan sebelumnya, diantaranya: 1. I Gst. Bgs. Wisuana (2009)

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT EKO-REGIONAL, Vol 2, No.2, September 2007 PENGARUH KAPITAL DAN HUMAN CAPITAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA TAHUN 1970-2005 Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) 1)

Lebih terperinci

WORKING PAPER WP/13/2008

WORKING PAPER WP/13/2008 WORKING PAPER WP/13/2008 Threshold Autoregressive Model of Exchange Rate Pass-Through Effect in Indonesia Meily Ia Permata Juni 2008 ii Threshold Autoregressive Model of Exchange Rate Pass-Through Effect

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (0) -50 (0-9X Print) D- Pendeatan Regresi Nonparametri Spline Untu Pemodelan Laju Pertumbuhan Eonomi (LPE) di Jawa Timur Elfrida Kurnia Litawati dan I Nyoman Budiantara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

Data Deret Waktu PUSTAKA. pertanian

Data Deret Waktu PUSTAKA. pertanian Materi Peruliahan Poo Bahasan Periraan Watu Pendahuluan Metode Pemulusan Rataan Bergera 3 Metode Pemulusan Esponensial dan Metode Winter Konsep Dasar Pemodelan Data Deret Watu Analisis Deret Watu STK3

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK Novhirtamely Kahar, ST. 1, Nova Fitri, S.Kom. 2 1&2 Program Studi Teni Informatia, STMIK

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK Nurul Khotimah *), Farida Hanum, Toni Bahtiar Departemen Matematia FMIPA, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

PENETAPAN TARGET TERHADAP STICKINESS COST

PENETAPAN TARGET TERHADAP STICKINESS COST Jurnal Keuangan dan Perbanan, Vol.17, No.1 Januari 2013, hlm. 71 77 Terareditasi SK. No. 64a/DIKTI/Kep/2010 http://juruban.wordpress.com PENETAPAN TARGET TERHADAP STICKINESS COST Faultas Eonomi UPN Veteran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Jurnal Teni Industri, Vol.1, No., Juni 013, pp.96-101 ISSN 30-495X Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Apriyani 1, Shanti Kirana Anggaraeni,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 ObjePenelitian Obje penelitian merupaan hal yang tida dapat dipisahan dari suatu penelitian. Obje penelitian merupaan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilauan.

Lebih terperinci

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA A. MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Eonomi Maro Kode/ss : MAS4145/3 Semester : Ganjil Status (Wajib/Pilihan) : Pilihan (P) Prasyarat : MAS 4241

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING Konferensi asional Sistem dan Informatia 28; Bali, ovember 15, 28 KS&I8-44 PROGRAM SIMULASI UTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS IFIITE IMPULSE RESPOSE UTUK MEDIA PEMBELAJARA DIGITAL SIGAL PROCESSIG Damar Widjaja

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON M. Sigit Darmawan Dosen Diploma Teni Sipil ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN INDONESIA (THE EXPORT COMPETITIVENESS LEVEL ANALYSIS OF INDONESIAN ESTATE COMMODITY)

ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN INDONESIA (THE EXPORT COMPETITIVENESS LEVEL ANALYSIS OF INDONESIAN ESTATE COMMODITY) AGRISE Volume VIII No. 2 Bulan Mei 2008 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN INDONESIA (THE EXPORT COMPETITIVENESS LEVEL ANALYSIS OF INDONESIAN ESTATE COMMODITY) Rosihan

Lebih terperinci

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure 8/9/01 UJI TUKEY UJI DUNCAN UJI BARTLETT UJI COCHRAN UJI DUNNET Elty Sarvia, ST., MT. Faultas Teni Jurusan Teni Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Macam Metode Post Hoc Analysis The Fisher

Lebih terperinci

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest JMHT Vol. XIV, (2): 81-87, Agustus 28 ISSN: 215-157X Keragaman Strutur Tegaan Hutan Alam Seunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest Abstract Muhdin 1*, Endang Suhendang 1,

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

TEORI PERTUMBUH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM

TEORI PERTUMBUH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM TEORI PERTUMBUH AN EKONOMI DR MOHAMMAD ABDU MUKHI, SE, MM TAHAPAN SEJARAH 1 Kebudayaan Primitif 2 Feodalisme 3 Kapitalisme borjuis 4 Sosialisme dan omunisme 1 Upah dan laba tanpa trend TREND DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice)

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) 6.. UMUM Tujuan: Mengetahui proporsi pengaloasian perjalanan e berbagai moda transportasi. Ada dua emunginan situasi yang dihadapi dalam meramal pemilihan moda:

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

PERAMALAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK ANIZZA RESTRA PUSPARIANTI

PERAMALAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK ANIZZA RESTRA PUSPARIANTI PERAMALAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK ANIZZA RESTRA PUSPARIANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN CAPACITY UTILIZATION BERDASARKAN PENDEKATAN DUAL COST PADA INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA

PENGUKURAN CAPACITY UTILIZATION BERDASARKAN PENDEKATAN DUAL COST PADA INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA Penguuran Capacity Utilization Berdasaran Pendeatan Dual Cost pada Industri Pengolahan di Indonesia 89 PENGUKURAN CAPACITY UTILIZATION BERDASARKAN PENDEKATAN DUAL COST PADA INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja Apliasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai BKKBN Provinsi Kalimantan Timur The Application of Somers d Correlation Analysis at Leadership

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS)

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS) Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 17-18 Juni 2011 MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI

Lebih terperinci

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama BB IV PENGENDLIN TERDESENTRLISSI Untu menstabilan sistem yang tida stabil, dengan syarat sistem tersebut tida mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilauan dengan memberian ompensator terdesentralisasi.

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci