PERHITUNGAN KESETIMBANGAN UAP - CAIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN KESETIMBANGAN UAP - CAIR"

Transkripsi

1 ERHITUNGAN KESETIMBANGAN UA - CAIR Tujuan Instruksonal Khusus :. Mahasswa dapat menjelaskan prnsp-prsp dasar kesetmbangan fasa uap-car, aturan fasa dan prlaku kesetmbangan. Mahasswa dapat menggunakan hukum Rault dan hukum Henry dalam perhtungan ttk gelembung dan ttk embun 3. Mahasswa dapat membuat kurva kesetmbangan dua fase sstem bner dengan hubungan hukum Roult 4. Mahasswa dapat menggunkan hubungan nla K dalam perhtungan ttk gelembung dan ttk embun serta perhtungan klat. Model ersamaan Kesetmbangan Uap-Car (VLE) Sederhana Ketka termodnamka dterapkan untuk kesetmbangan uap-car, tujuannya adalah menemukan temperature, tekanan, dan komposs fasa dalam kesetmbangan dengan perhtungan. Sesungguhnya, termodnamka menyedakan ruang lngkup kerja matemats untuk hubungan sstemats, ekstens, generalsas, avaluas, dan nterpretas data. Lebh dar tu, n berart dengan predks berbaga teor fska molekular dan mekank statstk dapat dterapkan untuk tujuan prakts. Tak upun n dapat dselesakan tanpa model untuk prlaku sstem dalam kesetmbangan uapcar. Dua model yang palng sederhana adalah Hukum Raoult dan Hukum Henry. Hukum Raoult Dua asums utama yang dperlukan untuk mereduks perhtungan VLE terhadap hukum Raoult adalah: Fasa uap adalah gas deal Fasa car adalah larutan deal Asums pertama berart bahwa hukum Raoult dapat dterapkan untuk tekanan rendah sampa menengah. enerapan kedua bahwa n memlk perkraan valdtas hanya ketka komponen yang menyusun sstem sama secara kma. Hanya saja sebaga gas deal yang menjalan prlaku sepert prlaku gas nyata pada keadaan standar yang dapat dperbandngkan, larutan deal merepresentaskan prlaku menuju prlaku larutan nyata yang dapat dperbandngkan. rlaku larutan deal serng dperkrakan dengan fasa car dmana speses/komponen molekular tdak Her Rustamaj Teknk Kma Unla

2 terlalu berbeda dalam ukuran dan sfat kmanya sama. Oleh Karena tu, campuran somer, sepert orto-, meta-, dan para-xylena, sangat memenuh terhadap prlaku larutan deal. Begtu juga campuran anggota deret homolog sepert, n-heksan/nheptan, etanol/propanol, dan benzene/toluen. Contoh lan adalah aseton/asetontrl dan asetontrl/ntrometan. Ekspres matemats yang mereflekskan dua daftar asums dan member ekspres kuanttatf terhadap hukum Raoult adalah: y x ( =,,...,N) () dmana x adalah mol fraks fase car, y adalah mol fraks fase uap dan adalah tekanan uap murn speses pada temperature sstem. roduk y pada ss kr () dkenal sebaga tekanan parsal speses. Model sederhana untuk VLE persamaan () menyedakan deskrps realsts prlaku aktual untuk kelas sstem yang relatf kecl. Namun demkan, n berguna untuk menamplkan sstem yang lebh kompleks. Batasan hukum Raoult adalah bahwa n dapat dterapkan hanya terhadap speses untuk yang tekanan uapnya dketahu dan n memerlukan bahwa speses adalah subkrtkal, yatu temperature aplkas d bawah temperature krts speses. enampakan pentng dan berguna hukum Rault adalah bahwa hal n vald untuk beberapa speses yang ada pada keuan pendekatan mol fraks, menyedakan hanya bahwa fasa gas adalah gas deal. erhtungan Dewpont dan Bubblepont dengan Hukum Raoult Walaupun masalah VLE dengan kombnas varabel lan memungknkan, ketertarkan teknk memukan pada perhtungan ttk embun (dewpont) dan ttk gelembung (bubblepont); terdapat empat jens: BUL ; DEW ; BUL T ; DEW T ; Menghtung {y}dan, dberkan {x} dan T Menghtung {x}dan, dberkan {y} dan T Menghtung {y}dan, dberkan {x} dan Menghtung {x}dan, dberkan {y} dan Her Rustamaj Teknk Kma Unla

3 Dalam setap kasus nama menyarankan kuanttas yang dhtung: salah u komposs BUBL (uap) atau DEW (car) dan salah u dar atau T. Oleh karena tu harus tertentu salah u dar komposs fasa car atau fasa uap dan salah u atau, karena tu penetapan + (N ) atau N varabel aturan fasa, secara past jumlah derajat bebas F dbutuhkan oleh aturan fasa untuk kesetmbangan uap-car. ersamaan untuk larutan kuat masalah VLE memlk fungsonaltas kompleks, dan kegunaannya untuk menentukan ttk gelembung dan ttk embun memerlukan perhtungan teras yang kompleks. ada seks n perhtungan dbuat untuk konds dmana penyederhanaan asums berlaku. rosedur umum untuk menyelesakan masalah VLE menjad jelas melalu perhtungan yang relatve sederhana. ertama kta memfokuskan kepada aplkas hokum Rault. Fraks-fraks mol dalam tap fasa berjumlah u. Karena untuk fasa uap persamaan () dapat djumlahkan seluruh speses menghaslkan: dar T y =, x () ersamaan n menemukan aplkas dalam perhtungan ttk gelembung, dmana komposs fasa uap tdak dketahu. Untuk sstem bner dengan x = x, x -x dan plot vs x pada temperature konstan adalah gars lurus yang menghubungkan pada x = 0 dengan pada x =. dengan ers. () juga dapat dselesakan untuk x dan menjumlahkan semua speses. x =, menghaslkan: persamaan tersebut berlaku dalam perhtungan ttk embun, dmana komposs fase car tdak dketahu. x x x y (3) Her Rustamaj Teknk Kma Unla 3

4 Contoh. Sstem bner asetontrl ()/ntrometana () memenuh hokum Raoult. Tekanan uap untuk speses murn dberkan dengan persamaan Antone berkut: ln ln.945,47 /ka 4,74 o t C 4.97,47 /ka 4,043 o t C 09 (a) Sapkan grafk yang menunjukkan vs x dan vs y untuk temperature 75 o C (b) Sapkan grafk yang menunjukkan t vs x dan t vs y untuk tekanan 70 ka. enyelesaan (a) Untuk memperoleh hubungan vs x bentuk persamaan sstem bner dmana: x ada temperature 75 o C, dengan persamaan Antone dperoleh = 83, ka dan = 4,98 ka erhtungannya sederhana, kta msalkan x = 0,6 ; maka nla : = 4,98 + (83, 4,98) (0,6) = 66,7 ka nla y dcar dengan hubungan per.0.: y 0,6 83, = 66,7 dperlukan perhtungan BUBL. dasarnya adalah = 0,7483 Hasl n berart bahwa pada temperature 75 o C campuran caran 60%mol asetontrl dan 40% mol ntrmetana adalah dalam kesetmbangan dengan uap yang mengandung 74,83% mol asetontrl pada tekanan 66,7 ka. Hasl perhtungan untuk 75 o C pada sejumlah nla x dtabulaskan berkut: x x y p/ka x y /ka (A) 0,0 0,0000 4,98 0,6 0, ,7 0, 0,333 50,3 0,8 0, ,96 0,4 0,569 58,47,0, , Hasl yang sama juga dtunjukkan dengan dagram -x -y Gambar. Gambar n adalah dagram fasa yang mana gars lurus dtanda -x merepresentaskan keadaan caran jenuh (urated lqud); daerah caran subcoold (subcoold lqud) terletak d atas gars n. Kurva yang dtanda -y merepresentaskan keadaan uap jenuh (urated vapor); daerah uap superjenuh (superheated vapor) terletak d bawah kurva. Ttk-tk yang terletak antara gars caran jenuh dan uap jenuh adalah daerah dua fasa, dmana caran jenuh dan uap jenuh berada dalam Her Rustamaj Teknk Kma Unla 4

5 kesetmbangan. Gars -x dan -y bertemu pada tep/ujung dagram, dmana caran jenuh dan uap jenuh speses murn berada dalam tekanan uap dan. Untuk menglustraskan sfat prlaku fasa dalam system bner n kta mengkut kursus proses temperature konstan pada dagram -x -y. Bayangkan campuran caran subcooled 60%mol asetontrl dan 40% ntrometana berada dalam susunan pston pada 75 o C. Keadannya drepresentaskan dengan ttk a pada gambar. enganblan pston secara cukup pelan menurunkan tekanan sementara penjagaan sstem pada kesetmbangan pada 75 o C. Karena sstem tertutup, komposs keseluruhan tetap konstan selama proses, dan keadaan sstem sebaga keseluruhan jatuh pada gars vertkal yang menurun dar ttk a. Ketka tekanan mencapa nla pada ttk b, sstem adalah caran jenuh pada ambang penguapan. enurunan tekanan yang amat kecl menghaslkan gelembung uap yang drepresentaskan oleh ttk b. Dua ttk b dan b (x = 0,6, = 66,7 ka, dan y = 0,7483) bersama-sama merepresentaskan keadaan yang dtentukan dengan perhtungan terdahulu. Ttk b adalah ttk gelembung, dan gars -x adalah gars ttk gelembung. Sebagamana tekanan dturunkan, jumlah uap menngkat dan jumlah caran menurun, dengan kadaan dua fasa mengkut jalur b c dan bc. Gars putus-putus dar ttk b ke ttk c merepresentaskan keadaan keluruhan sstem dua fasa. Akhrnya, sebagamana ttk c ddekat, fasa caran, drepresentaskan ttk c, hampr tdak terlhat, dengan hanya tetesan (dew) yang tertnggal. Ttk c adalah ttk embun, dan kurva -y adalah gars ttk embun. Sekal lag embun telah teruapkan, hanya uap jenuh pada ttk c yang tertngggal, penurunan tekanan berkutnya menghaslkn uap superjenuh pada ttk d. Komposs uap pada ttk c adalah y = 0,6, namun komposs caran pada ttk c dan tekanan harus dbaca dar grafk atau dhtung. Berkut n adalah perhtungan DEW, dan pers. 0.3, y y untuk y = 0,6 dan t = 75 o C, 0,6 83, 0,4 4,98 dengan persamaan 0. x = 59,74 ka 0,6 59,74 = 83, n adalah komposs caran pada ttk c. y = 0,4308 Her Rustamaj Teknk Kma Unla 5

6 (b) Ketka tekanan dtetapkan, temperature berubah sepanjang x dan y. Untuk tekanan yang dberkan, range temperatur dbatas oleh temperature t dan t, temperature yang mana speses murn mendesak tekanan uap sama dengan. Untuk system yang ada, temperature n dhtung dar persamaan Antone: t untuk = 70 ka, t mentapkan dagram t x -y x dengan pers (A), dtuls x sebaga contoh, pada 78 o C, 70 48,84 9,76 46,84 = 69,84 o C dan t = 89,58 o C. Cara palng sederhana untuk adalah memlh nla t antara kedua temperature, dan evaluas x = 0,556 Dengan per. 0. y A x B C ln = 9,76 ka, = 0,556 9,76 70 = 0,6759 = 46,84 dan hasl perhtungan yang sama untuk = 70 ka adalah berkut: x y t/ o C x y t/ o C 0,0000 0,44 0,384 0,0000 0,40 0,474 89,58( t ) ,556 0,7378,0000 0,6759 0,7378, ,84 ( t ) Gambar () adalah dagram t-x -y menunjukkan hasl d atas. Dalam dagram fasa n dgambar untuk tekanan lonstan 70 ka, kurva t-y merepresentaskan keadaan uap jenuh, dengan keadaan uap superjenuh terletak d atasnya. Kurva t-x merepresentaskan keadaan caran jenuh, dengan keadaan caran subcooled terletak dbawahnya. Daerah dua fasa terletak antara kurva n. Dengan referens Gambar () anggaplah proses pemanasan pada tekanan konstan yang dhaslkan dar keadaan caran subcooled pada ttk a menuju keadaan uap superjenuh pada ttk d. Jalur yang dtunjukkan pada gambar adalah untuk komposs konstan keseluruhan 60% mol asetontrl. Temperatur caran nak sebaga hasl pemanasan dar Her Rustamaj Teknk Kma Unla 6

7 00 t =75 o C 80 a = 83, /ka 60 caran subcoold -x c' b c b' 40 = 4,98 -y uap superjenuh d 0 0 0, 0,4 0,6 0,8 x, y Gambar. Dagram xy untuk asetrontrl ()/ntrometana () pada 75 o C sepert dberkan hukum Raoult ttk a ke ttk b, dmana gelembung uap pertama nampak. Oleh karena tu ttk b adalah ttk gelembung dan kurva t-x adalah gars ttk gelembung. 90 t = 89,58 =70 ka 85 t-y uap superjenuh d 80 t-x c' c t/ o C 75 caran subcoold b b' 70 a t = 89, , 0,4 0,6 0,8 x, y Gambar. Dagram txy untuk asetrontrl ()/ntrometana () pada 70 ka sepert dberkan hukum Raoult Untuk x = 0,6 dan = 70 ka, t dtentukan dengan perhtungan BUBL T yang memerlukan teras. ersamaan () dtuls: Her Rustamaj Teknk Kma Unla 7

8 dmana α xα x. engurangan ln persamaan Anton menghaslkan :.945,47.97,64 ln α 0,068 t 4 t 09 dar ln (B) sebagamana dberkan oleh Alasan memperkenalkan α adalah bahwa sebaga varable pengontrol n jauh kurang senstf terhadap t darpada tekanan uap ndvdual. Nla awal α dtemukan untuk temperature pertengahan yang berubah-ubah. Iteras kemudan mengkut: Dengan nla langsung α htung dengan pers (B). Htung t dar persamaan Antone untuk speses/komponen..97,64 t 4,043 ln 09 Temukan nla baru α dengan pers. (C) Kembal ke langkah awal dan teras kembal sampa nla t konvergen (mendekat konstan) Haslnya adalah t = 76,4 o C, temperature ttk b dan b. Dar persamaan Antone, = 87,7 ka, dan dengan persamaan () komposs pada ttk b adalah: y 0,6 87,7 = 70 = 0,747 enguapan campuran pada tekanan konstan, tdak sepertpenguapan speses murn, tdak terjad pada temperature konstan. Sebagamana proses pemanasan berlanjut dluar ttk b, temperature nak, jumlah uap menngkat, dan jumlah caran menurun. Sepanjang proses n komposs fase uap dan fase car berubah sebagmana ddndkaskan dengan jalur b c dan bc, sampa ttk embun dcapa pada ttk c, dmana tetesan caran tdak nampak. Kurva t-y adalah gars ttk embun. Komposs uap pada ttk c adalah y = 0,6 ; karena tekanan juga dketahu ( = 70 ka), perhtungan DEW T memungknkan. Dengan α persamaan (3) dtuls: y yα Tahap teras adalah sebagamana sebelumnya, namun berdasarkan pada, dengan : x (C) dar pada Her Rustamaj Teknk Kma Unla 8

9 .945,47 t 4,74 ln 4 haslnya adalah t = 79,58 o C, temperetur ttk c dan c. dar pers. Antone persamaan () memberkan komposs pada ttk c : x y = 0, ,53 = 0,435 = 96,53 ka dan oleh karena tu tempertur nak dar 76,4 menjad 79,58 o C selama tahap penguapan dar ttk b menuju ttk c. emanasan sederhana berlanjut menyuperjenuhkan uap ke ttk d. Hukum Henry Aplkas hukum Rault untuk speses memerlukan nla aplkas, dan oleh pada temperatur karena tu tdak sesua untuk speses yang memlk temperatur krts kurang dar temperatur aplkas. Jka suatu sstem udara kontak dengan caran ar dperkrakan pada kesetmbangan, selanjutnya udara djenuhkan dengan ar. Fraks mol uap ar dalam udara basanya dtemukan dar hukum Rault yang dterapkan ke ar dengan asums bahwa tdak ada udara yang terlarut dalam fasa car. Oleh karena tu, caran ar danggap murn (x =) dan hukum Rault untuk ar (speses ) menjad y. ada 5 o C dan tekanan atmosferk, persamaan n menghaslkan: y 3,66 0,33 0,03 damana tekanan dalam uan ka dan dar tabel steam. Jka kta akan menghtung fraks mol udara yang terlarut dalam ar, hukum Rault tdak dapat dterapkan, karena temperatur krts udara lebh rendah dar 5 o C. ermasalahan n dapat dselesakan dengan hukum Henry, dterapkan untuk tekanan cukup rendah yang fasa uapnya dapat dasumskan sebaga gas deal. Untuk speses yang ada sangat encer dalam fasa car, hukum Henry kemudan menyatakan bahwa tekanan parsal speses dalam fasa uap adalah perbandngan langsung terhadap mol fraks carannya. Oleh karena tu; y x Η (4) Her Rustamaj Teknk Kma Unla 9

10 damana H adalah konstanta Henry. Nla H dperoleh dar ekspermen, dan pada Tabel terdaftar nla pada 5 o C untuk sedkt gas yang terlarut dalam ar. Untuk sstem udara/ar pada 5 o C dan tekanan atmosfer, hukum Henry dterapkan terhadap udara (speses ) dengan y = 0,03 = 0,9688 menghaslkan: y H x = 5 0,9688 0,33,35 x Hasl n membenarkan asums yang dbuat dalam aplkas hukum Rault terhadap ar. Contoh. Asumskan bahwa ar karbonat hanya mengandung CO dan H O, tentukan komposs uap dan caran dalam kaleng soda tersegel dan tekanan yang mendorong kaleng pada 0 o C. Konstanta Henry untuk CO dan ar pada 0 o C sektar 990 bar. enyelesaan : Ambl speses sebaga CO dan speses sebaga ar. Hukum Henry untuk speses dan hukum Rault untuk speses dtuls: y x Η y x persamaan n djumlahkan menghaslkan : xh x Asumskan untuk sesaat bahwa fraks mol CO dalam caran adalah 0,0. Dengan H = 990 bar dan = 0,07 bar (dar tabel steam pada 0 o C), = (0,0)(990) + (0,99) (0,07) = 9,9 bar Hasl n dgunakan dalam hokum hnery untuk menentukan nla baru x. Dengan y, H 9,9 x = 0, yang sesua dengan asums awal.selanjutnya dengan hukum Rault persamaan () untuk speses dtuls, y x 0,990,07 9,9 0,00 Selanjuynya y = - y = 0,00 = 0,9988, dan fasa uapmendekat CO murn, sebagamana yang dasumskan. Her Rustamaj Teknk Kma Unla 0

11 . VLE Hukum Rault Termodfkas Untuk takanan rendah sampa moderat persamaan lebh realsts untuk hasl VLE ketka asums dasar kedua hukum Rault dtngalkan dan perhtungan dambl devas-devas dar kedealan larutan dalam fasa car dengan faktor yang dsspkan kedalam hukum Rault, Faktor xγ y ( =,,,N) (5) γdsebut sebaga koefsen aktvtas. erhtungan ttk gelembung dan ttk embun dbuat dengan persamaan n hanya sedkt lebh kompleks darpada perhtungan yang sama yang dbuat dengan Hukum Rault. Koefsen aktvtas adalah fungs temperatur dan komposs fasa car dan berdasarkan ekpermen. Karena, y, persamaan (5) dapat djumlahkan keseluruhan speses menghaslkan: xγ (6) secara alternatf persamaan (5) dapat dselesakan untuk x, dengan menjumlahkan speses menghaslkan: (7) y γ Contoh 3. Untuk sstem metanol ()/metl asetat (), persamaan berkut menyedakan korelas koefsen aktvtas: ln γ Ax ln γ Ax dmana A,77 0, 0053T Tambahan pula, persamaan Anton berkut menyedakan tekanan uap: ln 3.643,3 6,5958 T 33,44 dan ln.6665,54 4,536 T 53,44 dmana T dalam Kelvn dan tekanan uap dalam uan ka. Htunglah: (a) dan {y }, untuk T = 38,5 K dan x = 0,5 (b) dan {x }, untuk T = 38,5 K dan y = 0,06 (c) T dan {y }, untuk = 0,33 ka dan x = 0,85 (d) T dan {x }, untuk = 0,33 ka dan y = 0,40 (e) Tekanan azeotrop, dan komposs azeotrop untuk T =38,5 K Her Rustamaj Teknk Kma Unla

12 enyelesaan : (a) erhtungan BUBL. untuk T = 38,5 K, persamaan anton menghaslkan = 44,5 dan = 65,64 ka koefsen aktvtas dhtung dar hubungan persamaan : A =,77 (0,0053) (38,5) =,07 γ γ exp Ax = exp,070,75 exp Ax Her Rustamaj Teknk Kma Unla =,864 = exp,070,5 tekanan dberkan oleh persamaan (6) =,07 = (0,5)(,864)(44,5( + (0,75)(,07)(65,64) = 73,50 ka ersamaan (5) dtuls, y y = x γ 0,5,864 44,5 73,50 = 0,8 dan y = - 0,8 = 0,78 (b) erhtungan DEW. Ddengan T tdak berubah dar (a), nla untuk T = 38,5 K, persamaan anton menghaslkan dan A tdak berubah. Namun demkan komposs uap-car d sn tdak dketahu, tap dbutuhkan dalam perhtungan koefsen aktftas. rosedur teras dlakukan dan nla awal kta set γ γ. Dperlukan tahapan yang dlaksanakan dengan nla Htung dengan persamaan (7), yang dtuls: y γ y γ Htung x dengan persamaan (5): y x selanjutnya x = - x γ γ dan γ, sebag berkut: Evaluas koefsen aktvtas; kembal ke tahap awal; lanjutkan sampa konvergen, Saat dlakukan, proses teras menghaslkan nla akhr: = 6,89 ka, x = 0,869,, 0378, 0935 (c) erhtungan BUBL T. Nla awal untuk temperatur yang tdak dketahu dperoleh dar penjenuhan temperatur speses murn pada tekanan yang dketahu. ersamaan Antone, yang menyelesakan T, menjad : T B C A ln

13 Aplkas untuk = 0,33 ka, menghaslkan: T 337,7 K dan T 330,08 K fraks mol terberat rata-rata nla n selanjutnya menyedakan T awal: rosedur teras terdr tahapan berkut: Untuk nla T htung nla A, γ, γ, dan α dar persamaan yang dberkan. Dapatkan nla baru x γ x γ dar persamaan (5) yang dtuls : /α Dapatkan nla baru T dar persamaan antonyang dtuls untuk speses : T B C A ln Kembal ke tahap awal, ulang sampa nla T konvergen. roses teras menghaslkan nla akhr : T = 33, K = 95,4 = 48,73 ka A =,0388 γ =,036 γ =,8 (d) erhtungan DEW T. Karena = 0,33 ka, penjenuhan temperatur sama sepert bagan (c), dan nla awal temperatur yang tdak dketahu ddapatkan sebaga mol fraks nla tersebut: T = (0,40)(337,7) + (0,60)(330,08) = 333,3 K Karena komposs fasa caran tdak dketahu, koefsen aktvtas dawal dengan γ = γ =. Sepert bagan (c) prosedur teras adalah: Evaluas A, Anton., dan Htung x dengan persamaan (5); y x selanjutnya x = - x γ Htung nla γ dan γ persamaan yang berhubungan Dapatkan nla baru dar persamaan (7) y γ y α γ pada nla T dar persamaan Dapatkan nla baru T dar persamaan Anton yang dtuls untuk speses : Her Rustamaj Teknk Kma Unla 3

14 T B C A ln Kembal ke tahap awal dan ulang dengan nla γ dan γ sampa proses konvergen pada nla akhr T. roses teras menghaslkan nla akhr: T = 36,7 K = 64,63 ka A =,064 γ =,369 γ =,53 x = 0,460 x = 0,5398 = 90,89 ka (e) ertama kal tentukan apakah keadaan azeotrop terjad atau tdak pada temperatur yang dketahu. erhtungan n ddukung dengan defns kuanttas yang dsebut dengan volatvtas relatf (relatve volatvty), yatu α y y x x (8) ada azeotrop y = x, y = x, dan α =. Dengan persamaan (5), y x Oleh karena tu, γ γ α (9) γ Hubungan persamaan untuk koefsen aktvtas menunjukkan bahwa ketka x = 0, γ =, dan γ = exp(a); ketka x =, γ = dan γ = exp(a). Oleh karena tu pada batasan n, α Nla x 0, Batasan nla α exp A dan α x Her Rustamaj Teknk Kma Unla 4 exp A, dan Ar dberkan pada bagan (a) untuk temperatur yang sama. adalah sebaga berkut: 44,5 exp,07 α x 0 =,05 65,64 44,5 α = 0,4 x 65,64 exp,07 Karena nla pada salah u batas lebh besar dar, sementara nla batas yang lan kurang dar, maka konds azeotrop terjad, karena α merupakan fungs kontnyu x dan harus melewat nla pada beberapa komposs ntermedate. Untuk azeotrop, α =, dan persamaan (9) menjad:

15 γ γ = = γ γ az az = az az 64,65 =, ,5 erbedaan antara hubungan persamaan untuk ln γ dan ln γ menyedaan hubungan umum: γ ln Ax Ax =A(x x )(x + x ) = A(x x ) = A( x ) γ Oleh karena tu komposs azeotrop adalah nla x yang cocok untuk persamaan n dan ketka raso koefsen aktvtas memlk nla azeotrop,4747, yang mana: γ ln ln,4747 = 0,388 = A( x ) γ penyelesaan persamaan menghaslkan aktvtas, = exp A az az persamaan (5) menjad: az az γ = (,657)(44,5) =73,76 ka Oleh karena tu, az az x = 0,35. Nla az x x = exp[(,07)(0,675) ] =,657. Dengan 73,76 ka dan az x = y az = 0,35 = 0,675. Nla koefsen az x = az y, Contoh 4. Buatlah dagram -x-y untuk sstem skloheksana ()/benzena () pada 40 o C. Tekanan uap untuk speses murn dberkan dengan persamaan Antone berkut: ln ln.945,47 /ka 4,74 o t C 4 /ka 3,8594 t o.773,78 C 0,07 Dengan persamaan koefsen aktftas: ln 0,458x ln 0,458x enyelesaan : errsamaan VLE: y x y x x x Her Rustamaj Teknk Kma Unla 5

16 x x x exp 0,548x x exp 0,548 x exp 0,548x γ Hasl perhtungan dar persamaan d atas dperoleh Gambar 3. 8 T konstan = 40 o C 7 -y -y (ka) 6 -x -x 5 Kurva ttk gelembung dar hukum Rault 4 0 0, 0,4 0,6 0,8 fraks mol skloheksana Gambar 3. Dagram xy untuk skloheksana ()/benzene pada T= 40 o C. 5. VLE dar Korelas Nla K enggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam pembuatan prosesproses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kmayang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam u atau lan fasa kesetmbangan. Sebuah ukuran yang nudah terhadap kecenderungan n berkenaan dengan VLE yatu raso kesetmbangan K, yang dapat dnyatakan sebaga sebuah fungs dar varabel-varabel termodnamk melalu : K y x (0) Her Rustamaj Teknk Kma Unla 6

17 Manfaat K untuk mewakl raso y/x sangat umum bahwa besaran n basanya dsebut sebuah nla K kesembangan (K-value); nama lannya yatu koefsen dstrbus uap/car. Meskpun pengenalan nla K tdak menambah apa-apa pada pengetahuan termodnamk kta tentang VLE, sebuah nla K berlaku sebaga ukuran kernganan sebuah komponen, yatu kecenderungannya untuk terkonsentras dalam fasa uap. Jka K lebh besar dar u, komponen terkonsentras dalam fasa uap; jka K kurang dar u, komponen terkonsentras dalam fasa car, dan danggap sebaga sebuah komponen berat. Lebh dar tu, penggunaan nla K membuat perhtungan tepat, memungknkan elmnas salah u {y} atau {x} dalam uap lannya. ersamaan () menunjukkan bahwa nla K untuk hukum Raoults adalah: K () dan menurut persamaan (5) menunjukkan bahwa untuk hukum Rault termodfkas persamaan nla K adalah: K () Berdasarkan persamaan (0), y = Kx; karena y, selanjutnya K x (3) ersamaan (3) untuk perhtungan ttk gelembung, dmana x dketahu, permasalahan adalah menemukan nla K yang sesua dengan persamaan (3). Alternatf lan persamaan (0) dapat dtuls, x = y/k; karena y, selanjutnya; K y = (4) ersamaan (4) adalah untuk menghtung ttk embun, dmana y masalahnya adalah menemukan nla K yang sesua persamaan (4) dketahu, ersamaan () dan persamaan () bersama-sama dengan persamaan (0) merepresentaskan bentuk alternatf hukum Rault dan hukum Rault termodfkas. Daya tark besar hukum rault adalah bahwa hal n menyatakan nla K hanya sebaga fungs T dan, tdak tergantung komposs fasa uap dan car. Her Rustamaj Teknk Kma Unla 7

18 Contoh 5. Untuk campuran 0 % mol metana, 0 % mol etana, dan 70% mol propana pada 50 o F. Tentukan; (a) Tekanan ttk embun (b) Tekanan ttk gelembung Nla K dberkan pada Gambar 4. Gambar 4. Nla K hdrokarbon pda suhu rendah enyelesaan: (a) Ketka sstem pada ttk embunnya hanya sedkt jumlah caran yang ada, dan fraks mol yang dberkan adalah nla y. Untuk temperatur yang dberkan, nla K tergantung pada pemlhan, dan dengan tral kta car nla yang sesua persamaan (4). Hasl untuk beberapa nla dberkan berkut: = 00(psa) = 50(psa) = 6(psa) Speses y K y /K K y /K K y /K Metana 0,0 0,00 0,005 3, 0,008 6,00 0,006 0,0 3,5 0,06,5 0,089,65 0,075 Her Rustamaj Teknk Kma Unla 8

19 Etana ropana 0,80 0,9 0,76 0,65,077 0,76 0,99 (y /K ) = 0,88 (y /K ) =,74 (y /K ) =,000 Hasl yang dberkan pada dua kolom terakhr menunjukkan bahwa persamaan (4) sesua ketka =6(psa). In adalah tekanan dewpont, komposs dew dberkan oleh nla x = y /K tertera d kolom terakhr tabel. (b) Ketka sstem hampr terkondensas seluruhnya, konds n merupakan ttk gelembungnya, dan fraks mol yang dberkan sebaga nla x. Dalam kasusu n kta mencar dengan tral nla yang nla K-nya sesua persamaan (3). Hasl untuk beberapa dberkan pada tabel berkut: = 380(psa) = 400(psa) = 385(psa) Speses Metana Etana ropana x K K x K K x K K x 0,0 0,0 0,80 5,60, 0,335 0,560 0, 0,35 5,5,07 0,3 0,55 0,4 0,4 5,49,0 0,33 0,549 0,0 0,3 (K x ) =,07 (K x ) = 0,963 (K x ) =,000 ersamaan (3) sesua ketka = 385(psa). In adalah tekanan bubbepont. Komposs gelembung uap dberkan dengan y = K x, dtunjukkan pada kolom terakhr. ehtungan Klat Teorma Duhem menyatakan bahwa keadaan kesembangan sebuah sstem VT tertutup, yang terbentuk dar jumlah awal tertentu zat kma yang dcampurkan, dtentukan sepenuhnya oleh dua sfat sstem sembarang, asalkan dua sfat n merupakan varabel bebas pada kesembangan. Suhu dan tekanan memenuh syarat sebag sfat sepert tu, untuk semua sstem yang terdr dar lebh u komponen. Maka, menurut teorema Duhem, secara prnsp kta dapat menghtung komposs fase-fase kesembangan pada t dan tertentu, jka kta tahu seluruh fraks mol z, z,,zm dar m komponen. Komputas jens n apabla dkerjakan untuk sebuah VLE dsebut perhtungan klat (flash calculaton). Istlah n lahr dar kenyataan bahwa sebuah campuran car pada suatu tekanan d atas tekanan ttk gelembungnyaakan berklat atau teruapkan sebagan jka tekanannya dturunkan sampa suatu harga antara tekanan ttk gelembung dan ttk embun. roses sepert n dapat dkerjakan terus menerus, jka suatu caran dsemburkan Her Rustamaj Teknk Kma Unla 9

20 melalu sebuah lubang ke dalam sebuah tangk yang djaga pada tekanan yang sesua. Fase-fase car dan uap yang terbentuk d dalam tangk klat yatu fase-fasa kesembangan yang berada pada T dan tertentu. Nla x dan y yang dhaslkan dar sebuah perhtungan klat past memenuh krtera kesembangan sepert yang dnyatakan oleh persamaan (0); sebaga tambahan nla nla tu harus memenuh syarat-syarat kesembangan materal tertentu, yang dturunkan sebaga berkut. ada T dan tertentu, u mol campuran dengan komposs z, z,..., zn, akan dpsahkan menjad L mol caran dengan komposs x, x,..., xn, dan V mol uap dengan komposs y, y,..., yn. Suatu kesembangan mol menyeluruh menyaratkan bahwa = L + V (m) dan kesembangan mol komponen yatu: z = xl + y V ( =,,..., N) (5) Elmas L antara kedua persamaan menghaslkan : z = x( V) + yv ( =,,..., N) Kn dengan mensubttuskan x = y/k dan menyelesakan untuk y, kta peroleh: zk y ( =,,..., N) (6) V K Karena y, persamaan (6) djumlahkan seluruh speses: z K V K (7) Dengan analog yang sama elmnas V persamaan (5) dperoleh: z = y( L) +xl ( =,,..., N) Kn dengan mensubttuskan y = Kx dan menyelesakan untuk x, kta peroleh: x z L K L ( =,,..., N) (8) Karena x, persamaan (8) djumlahkan seluruh speses: z L K L (9) ersamaan (6) dan (7) untuk V dan y atau persamaan (8) dan (9) untuk L dan x, merupakan bagan kesetmbangan materal dar sebuah perhtungan klat. Her Rustamaj Teknk Kma Unla 0

21 Contoh 6. Sstem aseton ()/asetontrl (3) pada 80 o C dan tekanan 0 ka mempunya komposs enyelesaan : keseluruhan z = 0,45; z = 0,35; z 3 = 0,. Asumskan bahwa hukum Rault berlaku untuk sstem n tentukan L, V, {x } dan {y }. Tekanan uap komponen murn pada 80 o C dalah : 95,75 97, 84 50, 3 ka ertama lakukan perhtungan BULB dengan {z } = {x } utnuk menentukan bulb. Degan eraasamaam () bubl x x x3 3 = (0,45)(97,75) + (0,35)(97,84) + (0,0)(50,3 = 3, 40 ka Kedua lakukan perhtungan DEW dengan {z } = {y } untuk menemukan dew. Dengan ersamaan (3) : dew = y y y3 3 = (0,45) (95,75) (0,35) (97,84) (0,0) (50,3) =0,5 ka Karena tekanan yang dberkan terletak antara dew dan bubl, sstem dalam dua fasa dan perhtungan klat dapat dlakukan. Dengan persamaan (), K ; sehngga, K =,7795 K = 0,8895 K 3 = 0,4575 Subttus persamaan yang dketahu ke persamaan (7) (0,45)(,7795) (0,35)(0,8895) (0,0)(,4575) 0,7795V 0,05V 0,7795V enyelesaan V dengan tral error menghaslkan: V = 0,7364 mol dan L = 0,7364 = 0,636. erasamaan (6) menunjukkan bahwa setap bagan d ss kr persamaan (A) adalah ekspres untuk y. Evaluas bagan n memberkan: y = 0,5087 y = 0,3389 y 3 = 0,54 Selanjutnya dengan persamaan (0), x = y /K I ; sehngga: x = 0,859 x = 0,859 x 3 = 0,859 Karena y x. rosedur contoh n vald untuk sejumlah speses yang ada. Contoh 7. Untuk sstem pada contoh 4, berapa fraks sstem uap ketka tekanan 00 (psa) dan enyelesaan: berapa komposs kesetmbangan fasa uap dan car. Her Rustamaj Teknk Kma Unla

22 Tekanan yang dberkan terletak antara tekanan ttk embun dan ttk gelembung sesua untuk sstem dalam contoh 4. Oleh karena tu sstem terdr dua fasa. Nla K dperoleh dar Gambar 4, prosedur adalah menacar nla V dengan tral yang sesua dengan persamaan (7). Hasl untuk beberapa tral dtunjukkan d tabel berkut. Kolom yang bagan y memberkan nla stlah dalam penjumlahan persamaan (7), karena setap stlah merupakan fakta nla y. Metana Etana ropana x K V =0,35 y untuk 0,0 0,0 0,80 0,,76 0,5 0,4 0,78 0,438 y untuk V =0,35 0,308,9 0,44 y untuk V =0,35 0,89 0,9 0,49 x=y/k untuk V =0,35 0,09 0,66 0,805 y = 0,957 y =,08 y =,000 y =,000 ersamaan (7) sesua pada saat V = 0,73. Komposs fasa dberkan d kolom terakhr tabel. Her Rustamaj Teknk Kma Unla

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn Referens: 1) Smth Van Ness. 2001. Introducton to Chemcal Engneerng Thermodynamc, 6th ed. 2) Sandler. 2006. Chemcal, Bochemcal adn Engneerng Thermodynamcs, 4th ed. 3) Prausntz. 1999. Molecular Thermodynamcs

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i

(i : 1, 2,.,N) (1) (2) II i. II i. II i. I i. II i. I i Banyak campuran zat kma yang bercampur membentuk satu fasa car pada ksaran komposs tertentu yang tdak akan sesua dengan krtera stabltas. Sehngga sstem tersebut terpsah dalam dua fasa car dengan komposs

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan 1 1 *Emal: reza.fauzan@gmal.com Abstrak Peneltan tentang penngkatan jumlah produks mnyak yang dperoleh dar sumur produks

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN Tujuan Instruksonal Umum :. Mahasswa mampu memaham apa yang dmaksud dengan ukuran penyebaran. Mahasswa mampu memaham berbaga pengukuran untuk mencar nla ukuran penyebaran

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

DISTRIBUSI FREKUENSI

DISTRIBUSI FREKUENSI BAB DISTRIBUSI FREKUENSI Kompetens Mampu membuat penyajan data dalam dstrbus frekuens Indkator 1. Menjelaskan dstrbus frekuens. Membuat dstrbus frekuens 3. Menjelaskan macam-macam dstrbus frekuens 4. Membuat

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP)

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) by: st dyar kholsoh Mater Kulah: Pengantar; Metode Euler; Perbakan Metode Euler; Metode Runge-Kutta; Penyelesaan Sstem Persamaan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode adalah suatu cara yang dtempuh untuk mencapa suatu tujuan. Sepert yang dpaparkan oleh Surakhmad (985:3) yatu Metode merupakan cara utama yang dpergunakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci