Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun"

Transkripsi

1 Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun Nomor Publikasi : Katalog BPS : Jumlah Halaman : 253 halaman NASKAH : Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat GAMBAR KULIT : Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat DITERBITKAN OLEH : BPS Provinsi Jawa Barat Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

2 Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun Pengarah : Gema Purwana, SE, M.Si Editor : Dyah Anugrah Kuswardani, MA Judiharto Trisnadi, S.ST Adang Sutedja, S.Si Ir. Amilija Nurjuliani Penulis : M. Jalaluddin, S.ST, M.Si Dwi Astuty H, S.ST, MP Esti Suciningtyas Pratiwi, S.ST Dra. Mujihartini Renie Wulandari, S.ST Any Heryani, S.ST Partinah Pengolah Data : M. Jalaluddin, S.ST, M.Si Dwi Astuty H, S.ST, MP Esti Suciningtyas Pratiwi, S.ST Dra. Mujihartini Renie Wulandari, S.ST Any Heryani, S.ST Partinah

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan pertolongannya, Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun ini akhirnya dapat diselesaikan. Buku ini tersaji atas kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Barat dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Data yang memuat informasi mengenai kondisi perkembangan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan pembangunan manusia sangat berguna sebagai bahan analisis dan evaluasi program pembangunan. Disamping itu data tersebut juga bermanfaat sebagai bahan perencanaan pembangunan. Publikasi Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun ini sesuai dengan maknanya merupakan data dasar yang memuat gambaran secara makro hasil pembangunan yang telah dicapai Pemerintah Jawa Barat dalam upaya meningkatkan pemberdayaan manusia di Jawa Barat. Publikasi ini diharapkan akan sangat berguna sebagai kerangka konsep pembangunan yang menjadi dasar kebijakan pembangunan manusia. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran Publikasi Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia ( IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun ini kami ucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi banyak pihak. Bandung, November 2012 BPS PROVINSI JAWA BARAT Kepala, Gema Purwana, SE, M.Si Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun i

4 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantari Daftar Isi ii Daftar Tabel iv Daftar Gambarvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Ruang Lingkup dan Sumber Data 3 BAB II METODOLOGI Pengertian Indikator Indikator Pembangunan Manusia Metode Penghitungan IPM Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM Ukuran Perkembangan IPM Beberapa Definisi Operasional Indikator Terpilih 14 BAB III IPM PROVINSI JAWA BARAT TAHUN Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Barat Perkembangan Komponen IPM di Provinsi Jawa Barat Angka Harapan Hidup Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Daya Beli Disparitas Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Capaian IPM Jawa Barat di Tingkat Nasional 40 BAB IV DIMENSI UMUR PANJANG DAN SEHAT Kondisi Input Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB) Sumber Air Minum yang Digunakan Ketersediaan Sarana Kesehatan Tenaga Kesehatan Penolong Kelahiran 59 Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun ii

5 4.2. Kondisi Proses Akses Kesehatan Perilaku Kesehatan Jumlah Kunjungan ke Puskesmas Jumlah Kunjungan ke Rumah Sakit Jumlah Anak yang Mendapat Imunisasi 72 BAB V DIMENSI PENGETAHUAN Kondisi Input Pendidikan Kepala Rumah Tangga Kondisi Proses Jarak Ke Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) 88 BAB VI DIMENSI STANDAR HIDUP LAYAK Kemiskinan Perkembangan Kemiskinan di Jawa Barat Kemiskinan dan Pembangunan Manusia PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi PDRB Per Kapita Pertumbuhan Ekonomi Pekerja Tak Penuh Pengangguran Pengangguran Terbuka Pengangguran Terdidik 113 Lampiran Tabel Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli Halaman 9 (PPP) Tabel 2.2. Nilai maksimun dan Minumum Komponen IPM 12 Tabel 3.1. IPM dan AHH Kabupaten/Kota dibandingkan dengan IPM dan 25 AHH Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Tabel 3.2. IPM dan AHH Kabupaten/Kota dibandingkan dengan IPM dan 26 AHH Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 3.3. IPM dan AMH Kabupaten/Kota dibandingkan dengan IPM dan 28 AMH Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Tabel 3.4. IPM dan AMH Kabupaten/Kota dibandingkan dengan IPM dan 29 AMH Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 3.5. IPM dan RLS Kabupaten/Kota dibandingkan dengan IPM dan 31 RLS Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Tabel 3.6. IPM dan RLS Kabupaten/Kota dibandingkan dengan IPM dan 32 RLS Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 3.7. IPM dan PPP Kabupaten/Kota dibandingkan IPM dan PPP 34 Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Tabel 3.8. IPM dan PPP Kabupaten/Kota dibandingkan IPM dan PPP 35 Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 3.9. Capaian Urutan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan 38 Komponennya Provinsi Jawa Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 Tabel Capaian Urutan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan 39 Komponennya Provinsi Jawa Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponennya 41 Menurut Provinsi Tahun Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun iv

7 Tabel 4.1. Persentase Banyaknya Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota Dan Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 4.2. Persentase Banyaknya Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota Dan Klasifikasi Sanitasi di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 4.3. Persentase Banyaknya Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota Dan Konsumsi Air di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 4.4. Jumlah Sarana Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tabel 4.5. Jumlah Puskesmas dan Rasionya terhadap Penduduk di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tabel 4.6. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tabel 4.7. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Rasionya terhadap Penduduk di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tabel 4.8. Balita Menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Kelahiran Terakhir di Provinsi Jawa Barat Tabel 4.9. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan Bekerja di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tabel Persentase Penduduk yang Berobat Jalan ke Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel Persentase Penduduk yang Berobat Jalan ke Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel Persentase Balita Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Mendapat Imunisasi Provinsi Jawa Barat Tahun Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun v

8 Tabel Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Menurut Kabupaten/Kota Serta Jenis Imunisasi di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel 5.1. Persentase Ijasah yang Dimiliki Kepala Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 5.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 dan 2011 Tabel 5.3. APM Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Tabel 6.1. Pendapatan Perkapita Provinsi Jawa Barat dan Laju Pertumbuhannya Tahun Tabel 6.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel 6.3. Persentase Pekerja Tak Penuh Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel 6.4. Persentase Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang Pendidikan dan Status Wilayah di Provinsi Jawa Barat Tahun Tabel 6.5. Persentase Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun vi

9 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar 3.2. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat per Kabupaten/Kota Gambar 3.3. Gambar 3.4. Perbandingan Capaian Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Jawa Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun Perbandingan Capaian Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Jawa Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun Gambar 3.5. Perbandingan Capaian Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Provinsi Jawa Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun Gambar 3.6. Perbandingan Capaian Daya Beli (PPP) Provinsi Jawa Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun Gambar 3.7. Gambar 3.8. Gambar 3.9. Perbandingan Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun Peta Tematik Capaian Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Peta Tematik Capaian Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Gambar Peta Tematik Capaian Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Gambar Peta Tematik Capaian Daya Beli/Purchasing Power Parity (PPP) Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Gambar Peta Tematik Capaian Angka Indeks Pembangunan (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar 4.1. Persentase Penolong Persalinan (Terakhir) Balita di Provinsi Jawa Barat Tahun Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun vii

10 Gambar 5.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kelompok Umur 7 12 tahun Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 dan 2011 Gambar 5.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kelompok Umur tahun Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 dan 2011 Gambar 5.3. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kelompok Umur tahun Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 dan 2011 Gambar 6.1. Persentase Penduduk Miskin di Indonesia dan Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar 6.2. Gambar 6.3. Gambar 6.4. Gambar 6.5. Gambar 6.6. Gambar 6.7. Gambar 6.8. Gambar 6.9. Persentase Penduduk Miskin Provinsi-provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 dan 2011 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Persentase Kabupaten/Kota Menurut Persentase Penduduk Miskin Bila Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Hubungan IPM dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Barat Tahun LPE Jawa Barat dan Indonesia Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Persen) Persentase Pekerja Tak Penuh Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun Persentase Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun viii

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pembangunan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Sejak era tahun 1990-an UNDP menyatakan bahwa pembangunan manusia adalah menempatkan manusia sebagai titik sentral dari setiap tahapan dan proses pembangunan. Mahbub ul Haq, pendiri the Human Development Report, menyatakan bahwa tujuan pembangunan adalah untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi orang untuk menikmati kehidupan lebih lama, sehat dan kreatif. Pembangunan didasari untuk memperbesar pilihan atau akses rakyat dalam memperoleh ilmu pengetahuan, mendapatkan gizi dan nutrisi yang lebih baik, mendapatkan pelayanan kesehatan, keamanan, mata pencaharian, perlindungan dari kejahatan dan kekerasan fisik, kepuasan berlibur, kebebasan berbudaya dan berpolitik serta berpartisipasi dalam pemerintahan. Manusia tidak lagi hanya sebagai objek pembangunan, melainkan juga sebagai subjek dari pembangunan itu sendiri. Seluruh upaya pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia berdasarkan pada ukuran kualitas kehidupan dan lingkungan, yang pada akhirnya mewujudkan manusia sebagai makhluk yang bermartabat. Menurut UNDP (1995), paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu : (1) Produktivitas, masyarakat harus dapat meningkatkan produktivitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia, (2) Ekuitas, masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempatan ini, (3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup, harus dilengkapi, (4) Pemberdayaan, pembangunan harus Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

12 dilakukan oleh masyarakat dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Paradigma pembangunan menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Alat ukur yang lazim digunakan dalam memantau tingkat pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Indeks ini dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics pada tahun 1990 dan sejak itu dipakai oleh UNDP pada laporan HDI (Human Development Index) tahunannya. Demikian halnya dengan Indonesia beserta Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia, menggunakan indeks ini (IPM) untuk memantau kemajuan dari pembangunan manusia di wilayah Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penyusunan Data Basis IPM ini adalah sebagai berikut : a. Untuk melihat perkembangan pembangunan manusia di Provinsi Jawa Barat. b. Memberikan gambaran yang lebih sederhana dan lengkap dalam melihat dampak pembangunan yang dilaksanakan dan implikasinya terhadap peningkatan kualitas penduduk. c. Sebagai gambaran tentang seberapa besar kemajuan IPM di masing-masing kabupaten/kota setiap tahunnya dan bagaimana kontribusi kabupaten/kota dalam menunjang akselerasi pencapaian IPM Jawa Barat. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

13 Tersedianya informasi tersebut diharapkan dapat membantu berbagai pihak yang berkepentingan dalam menyusun program dan kebijakan di Provinsi Jawa Barat, khususnya yang berkaitan dengan program pembangunan manusia di Jawa Barat Ruang Lingkup dan Sumber Data Perencanaan bagi program-program pelaksanaan pembangunan memerlukan informasi yang dapat menyajikan gambaran sebenarnya di lapangan (represent reality). Semua informasi yang ada tersebut berguna sebagai penunjang bagi analisis, monitoring dan evaluasi suatu kebijakan. Dari sini dapat dilihat pentingnya pemanfaatan data yang relevan dengan kualitas yang baik dan dari sumber yang terpercaya dikarenakan kecermatan dan konsistensi data sangat diperlukan untuk mencegah kekeliruan kesimpulan yang dapat terjadi di kemudian hari secara dini. Ruang lingkup Penyusunan data Basis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2011 ini adalah mencakup seluruh wilayah administratif Provinsi Jawa Barat. Sedangkan rentang isu yang dibahas mencakup aspek kependudukan, sosial budaya, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan perumahan. Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini sebagian besar berasal dari hasil Susenas, Sakernas dan Suseda. Juga dilengkapi dengan data hasil Sensus Penduduk, Sensus Ekonomi, Perhitungan PDRB dan data lain yang dikumpulkan dari berbagai dinas/instansi yang ada kaitannya dengan penulisan analisis ini. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

14 BAB II METODOLOGI Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya guna memperoleh pendapatan untuk mencapai hidup layak, peningkatan derajat kesehatan agar meningkat usia hidup panjang dan sehat dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Menurut UNDP (1990:1), pembangunan manusia secara holistik salah satunya berupa suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia ( a process of enlarging people s choices ). Ini berarti fokus pembangunan adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Pembangunan yang dapat mencapai manusia yang berharga dan diakui kemanusiaannya dan pencapaiannya. Premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya adalah: Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian; Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja; Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal; Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan; dan Pembangunan manusia menjadi dasar dalam Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

15 penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya (UNDP (1995:118). 2.1 Pengertian Indikator Petunjuk yang memberikan indikasi tentang sesuatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut disebut juga sebagai Indikator. Dengan kata lain, indikator merupakan variabel penolong dalam mengukur perubahan. Variabel-variabel ini terutama digunakan apabila perubahan yang akan dinilai tidak dapat diukur secara langsung. Indikator yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: (1) sahih (valid), indikator harus dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya akan diukur oleh indikator tersebut; (2) objektif, untuk hal yang sama, indikator harus memberikan hasil yang sama pula, walaupun dipakai oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda; (3) sensitif, perubahan yang kecil mampu dideteksi oleh indikator; (4) spesifik, indikator hanya mengukur perubahan situasi yang dimaksud. Namun demikian perlu disadari bahwa tidak ada ukuran baku yang benar-benar dapat mengukur tingkat kesejahteraan seseorang atau masyarakat. Indikator bisa bersifat tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu indikator, seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan bersifat jamak (indikator komposit) yang merupakan gabungan dari beberapa indikator, seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari 3 indikator yaitu angka melek huruf (AMH), angka kematian bayi (AKB) dan angka harapan hidup dari anak usia 1 tahun (e1). Menurut jenisnya, indikator dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok indikator, yaitu: 1) Indikator Input, yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan program, seperti: rasio murid-guru, rasio murid-kelas, rasio dokter, rasio puskesmas. 2) Indikator Proses, yang menggambarkan bagaimana proses pembangunan berjalan, seperti: Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), rata-rata jumlah jam kerja, rata-rata jumlah kunjungan ke puskesmas, persentase anak balita yang ditolong dukun. 2) Indikator Output/Outcome, yang menggambarkan bagaimana hasil (output) dari suatu program Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

16 kegiatan telah berjalan, seperti: persentase penduduk dengan pendidikan SMTA ke atas, AKB, angka harapan hidup, TPAK, dan lain-lain. 2.2 Indikator Pembangunan Manusia Upaya untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar kemajuan pembangunan yang telah dicapai suatu wilayah tentunya diperlukan data-data up to date dan akurat. Data-data yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemerintah. Apakah pembangunan di bidang kesehatan telah secara nyata meningkatkan derajat kesehatan masyarakat? Apakah pembangunan di bidang pendidikan telah mampu meningkatkan tingkat partisipasi sekolah dan tingkat pendidikan masyarakat? Apakah program Paket Kejar telah mampu meningkatkan kemampuan baca tulis penduduk secara umum? Dalam konteks tersebut diatas diperlukan pula ukuran-ukuran yang tepat untuk digunakan sebagai indikator. Untuk itu perlu kiranya diketengahkan mengenai berbagai ukuran-ukuran yang biasa digunakan sebagai indikator pembangunan. Berbagai program seperti pengadaan pangan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan dan peningkatan kegiatan olah raga dilaksanakan dalam upaya peningkatan taraf kualitas fisik penduduk. Namun demikian seperti dikatakan Azwini, Karomo dan Prijono (1988:469), tolok ukur yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan (pembangunan) dalam beberapa hal agak sulit ditentukan. Alat ukur yang sering digunakan untuk menilai kualitas hidup selama ini sebenarnya hanya mencakup kualitas fisik, tidak termasuk kualitas non fisik. Kesulitan muncul terutama karena untuk menilai keberhasilan pembangunan non-fisik indikatornya relatif lebih abstrak dan bersifat komposit. Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk. Kualitas fisik; tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai purcashing power parity index (ppp). Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

17 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia/ Human Development Index adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (Davies A and G. Quinlivan-2006, A Panel Data Analysis of The Impact of Trade on Human Development, Journal of Socioeconomics). 2.3 Metode Penghitungan IPM IPM adalah suatu indikator pembangunan manusia yang diperkenalkan UNDP pada tahun IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup layak (decent lving). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity (paritas daya beli dalam rupiah). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitung menggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

18 capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara. Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut : 1. Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas Modul (=A). 2. Mendeflasikan nilai A dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) ibukota propinsi yang sesuai (=B). 3. Menghitung daya beli per unit (=Purchasing Power Parity (PPP)/unit). Metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan nilai PDB suatu negara. 4. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri dari nilai 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul (Tabel 2.1). 5. Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C). 6. Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C. Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus : PPP Unit E( i, j) j p(9, j). q( i, j) j dimana, E ( i, j ) : pengeluaran konsumsi untuk komoditi j di kabupaten ke-i p (9,j) : harga komoditi j di DKI Jakarta (Jakarta Selatan) q ( i,,j ) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten ke-i Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

19 Tabel 2.1. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) Komoditi Unit Sumbangan thd total konsumsi (%) *) (1) (2) (3) Beras lokal Kg 7.25 Tepung terigu Kg 0.10 Ketela pohon Kg 0.22 Ikan tongkol/tuna/cakalang Kg 0.50 Ikan teri Ons 0.32 Daging sapi Kg 0.78 Daging ayam kampung Kg 0.65 Telur ayam Butir 1.48 Susu kental manis 397 gram 0.48 Bayam Kg 0.30 Kacang panjang Kg 0.32 Kacang tanah Kg 0.22 Tempe Kg 0.79 Jeruk Kg 0.39 Pepaya Kg 0.18 Kelapa Butir 0.56 Gula pasir Ons 1.61 Kopi bubuk Ons 0.60 Garam Ons 0.15 Merica/lada Ons 0.13 Mie instant 80 gram 0.79 Rokok kretek filter 10 batang 2.86 Listrik Kwh 2.06 Air minum M Bensin Liter 1.02 Minyak tanah Liter 1.74 Sewa rumah Unit Total *) Berdasarkan data Susenas Sumber : Badan Pusat Statistik Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

20 Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas tempat tinggal. Ketujuh komponen kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor sebagai berikut : 1. Lantai : keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0 2. Luas lantai per kapita : > 10 m2 = 1, lainnya = 0 3. Dinding : tembok = 1, lainnya = 0 4. Atap : kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0 5. Fasilitas penerangan : listrik = 1, lainnya = 0 6. Fasilitas air minum : leding = 1, lainnya = 0 7. Jamban : milik sendiri = 1, lainnya = 0 8. Skor awal untuk setiap rumah = 1 Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. Rumus Atkinson (dikutip dari Arizal Ahnaf dkk, 1998;129) yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebaga berikut : C (i) * = C (i) jika C(i) < Z = Z + 2(C (i) Z) (1/2) jika Z < C (i) < 2Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(C (i) 2Z) (1/3) jika 2Z < C (i) < 3Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(Z) (1/3) +4(C (i) 3Z) (1/4) jika 3Z < C (i) < 4Z Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

21 di mana, C (I) = Z = Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit (hasil tahapan 5) Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan yang dalam laporan ini nilai Z ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,- per kapita setahun, atau Rp 1.500,- per kapita per hari. 2.4 Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM berikut : Rumus penghitungan IPM dikutip dari Arizal Ahnaf dkk (1998;129) yaitu sebagai IPM X ( X 2 ) ( 3) 3 1 X Dimana, X (1) : Indeks harapan hidup X (2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks ratarata lama sekolah) X (3) : Indeks standar hidup layak Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

22 Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut : Indeks X i X X i ( i) maks X X ( i) min ( i)min Dimana, X(i) : Indikator ke-i (i = 1,2,3) X(i)maks : Nilai maksimum X(i) X(i)min : Nilai minimum X(i) Nilai maksimum dan minimum indikator X(i) disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM (=X (i)) Nilai maksimum Nilai Minimum Catatan (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita yang disesuaikan a) b) PDB per kapita riil yang UNDP menggunakan disesuaikan Sumber : Badan Pusat Statistik Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

23 Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1996 di Papua. 2.5 Ukuran Perkembangan IPM Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan reduksi shortfall per tahun (annual reduction in shortfall). Ukuran ini secara sederhana menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100). Prosedur penghitungan reduksi shortfall IPM (=r) (dikutip dari Arizal Ahnaf dkk, 1998;141) dapat dirumuskan sebagai berikut : r IPM IPM t n ideal IPM t x100 IPM t 1/ n dimana, IPM t : IPM pada tahun t IPM t+n : IPM pada tahun t + n IPM ideal : 100 Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

24 2.6 Beberapa Definisi Operasional Indikator Terpilih Untuk bisa melihat dengan jelas dan terarah beragam permasalahan pembangunan manusia selama ini dan bagaimana mengimplementasikan programprogram pembangunan secara baik dan terukur diperlukan ukuran atau indikator yang handal. Beberapa indikator yang sering digunakan diantaranya adalah : Rasio jenis kelamin Perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dikalikan 100. Angka ketergantungan Perbandingan antara jumlah penduduk usia < 15 tahun ditambah usia > 65 tahun terhadap penduduk usia tahun, dikalikan 100. Rata-rata Lama Sekolah Lama sekolah (tahun) penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka Melek Huruf Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis (baik huruf latin maupun huruf lainnya) Angka Partisipasi Murni SD Proporsi penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di SD Angka Partisipasi Murni SLTP Proporsi penduduk usia tahun yang sedang bersekolah di SLTP Angka partisipasi Murni SLTA Proporsi pendudk usia tahun yang sedang bersekolah di SLTA Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

25 Persentase penduduk dengan pendidikan SLTP ke atas Proporsi penduduk yang menamatkan pendidikan SLTP atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi Jumlah penduduk usia sekolah Banyaknya penduduk yang berusia antara 7 sampai 24 tahun Bekerja Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Angka Pengangguran Terbuka Persentase pekerja yang setengah menganggur Persentase pekerja dengan status berusaha sendiri Persentase pekerja dengan status berusaha sendiri dibantu pekerja tidak tetap Persentase pekerja dengan status berusaha dengan buruh tetap Persentase pekerja dengan status berusaha pekerja tak dibayar Melakukan kegiatan/ pekerjaan paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pekerja keluarga yang tidak dibayar termasuk kelompok penduduk yang bekerja. Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja atau mencari pekerjaan. Perbandingan angkatan kerja terhadap penduduk usia 10 tahun Perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap angkatan kerja Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas dengan status berusaha sendiri Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas dengan status berusaha sendiri dibantu pekerja tak dibayar Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang berusaha dengan buruh tetap Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas dengan status pekerja keluarga Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

26 Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis Angka Harapan Hidup waktu lahir Proporsi balita yang kelahirannya ditolong oleh tenaga medis ( dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya ) Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk Angka Kematian Bayi Besarnya kemungkinan bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup. Persentase rumah tangga berlantai tanah Persentase rumah tangga beratap layak Persentase rumah tangga berpeneranganlistrik Persentase rumah tangga bersumber air minum leding Persentase rumah tangga bersumber air minum bersih Persentase rumah tangga berjamban dengan tangki septik Proporsi rumah tangga yang tinggal dalam rumah dengan lantai tanah Proporsi rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak (atap selain dari dedaunan ). Proporsi rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik Proporsi rumah tangga dengan sumber air minum leding Proporsi rumah tangga dengan sumber air minum pompa/sumur/mata air jaraknya lebih besar dari 10 meter dengan tempat penampungan limbah / kotoran terdekat Proporsi rumah tangga yang mempunyai jamban dengan tangki septik Pengeluaran Pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Gini Rasio Ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Nilai Gini Rasio terletak antara 0 yang mencerminkan kemerataan sempurna dan 1 yang menggambarkan ketidak merataan sempurna. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

27 Penduduk Miskin Penduduk yang secara ekonomi tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan setara 2100 kalori dan kebutuhan non makanan yang mendasar. Garis Kemiskinan Suatu batas dimana penduduk dengan pengeluaran kurang dari batas tersebut dikategorikan sebagai miskin. Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu komponen batas kecukupan pangan (GKM), dan komponen batas kecukupan non makanan (GKNM) Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

28 BAB III IPM PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 Pembangunan manusia merupakan model pembangunan yang bertujuan untuk memperluas peluang agar penduduk dapat hidup layak. Tujuan tersebut akan dapat tercapai jika setiap orang memperoleh peluang seluas-luasnya untuk hidup sehat dan panjang umur, untuk berpendidikan dan berketrampilan serta mempunyai pendapatan yang diperlukan untuk hidup. Secara keseluruhan tingkat pencapaian pembangunan manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat selama periode menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari meningkatnya IPM dengan laju tingkat pencapaian menuju sasaran (shortfall reduction) yang cukup besar hampir di seluruh kabupaten/kota. Bab ini akan membahas mengenai perkembangan IPM Jawa Barat dan IPM kabupaten/kota berikut komponennya. Sejak digulirkan pada era 1990-an oleh Mahbub ul Haq dan Amartya Sen, Indeks Pembangunan Manusia yang merupakan indikator untuk memantau kemajuan pembangunan manusia suatu wilayah, menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan. Indikator ini menjadi strategis sebagai indikator yag menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan yang bersifat non fisik. Bagi Indonesia sendiri keberadaan Indeks Pembangunan Manusia menjadi strategis karena : (i) pembangunan pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia, (ii) pembangunan manusia Indonesia masih sangat tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara lain, dan (iii) pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan masih relatif rendah. IPM disusun dan dipublikasikan terutama ditujukan untuk membantu pemerintah yang rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan kesulitan untuk mengembangkan model pembangunan yang secara holistik memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Tidak hanya sekedar mempertinggi pendapatan per kapita yang terkadang malah berdampak pada masalah ketimpangan, tetapi juga memperhatikan kualitas kehidupan manusia. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

29 Berikut adalah perkembangan pembangunan manusia di Provinsi Jawa Barat untuk periode pembangunan Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di seluruh Indonesia, di samping sebagai salah satu daerah penyangga dan perlintasan utama menuju ibukota Negara karena memang dari sisi geografis tidak terlalu jauh dari ibukota. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa Jawa Barat memiliki peluang yang cukup besar bagi industri dan perdagangan untuk bertumbuh kembang, demikian juga perihal penyerapan tenaga kerja dan pendapatan per kapita yang lebih besar. Oleh karena itu perlu diterapkan suatu strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan sekaligus tidak meninggalkan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Fokus pembangunan yang masih berpusat pada daerah-daerah yang cepat pertumbuhan ekonominya, mengakibatkan daerah-daerah yang relative tertinggal seperti di wilayah Jawa Barat bagian selatan menjadi kurang mendapat perhatian. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, peningkatan SDM yang handal bisa menjadi solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan dewasa ini. Upaya peningkatan kualitas SDM yang dalam skala lebih luas disebut sebagai pembangunan manusia mutlak terus dilakukan oleh pemerintah seperti perbaikan derajat kesehatan, tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk serta kemampuan daya beli di masyarakat. Adapun pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat pada kurun waktu menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2010 capaian IPM Provinsi Jawa Barat berada pada posisi 72,29 dan meningkat menjadi 72,73 pada tahun Peningkatan IPM setiap tahunnya ini sebagai dampak dari meningkatnya komponen-komponen penyusun IPM. Selain itu hal ini mungkin disebabkan karena sudah semakin terwujudnya optimalisasi dan sinergitas pola dan Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

30 sasaran pembangunan manusia yang telah dikembangkan oleh Pemerintah Jawa Barat Perkembangan Komponen IPM di Provinsi Jawa Barat Indeks Pembangunan Manusia/Human Development Index terdiri dari tiga komponen penting yaitu komponen kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Untuk komponen pendidikan diperoleh dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Ketiga komponen ini bersinergi dalam IPM sehingga bisa diketahui apakah suatu daerah itu termasuk, daerah maju, berkembang ataukah terbelakang. Berdasarkan hasil Susenas , untuk provinsi Jawa Barat, ketiga komponen penyusun IPM mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berikut akan dijabarkan dari masing-masing komponen tersebut Angka Harapan Hidup Komponen kesehatan mengalami peningkatan sebagai dampak dari meningkatnya angka harapan hidup (AHH) di Jawa Barat. Angka harapan hidup pada tahun 2011 sebesar 68,40, meningkat sebesar 0,20 poin dibandingkan tahun 2010 yaitu 68,20. Peningkatan angka harapan hidup ini bisa menjadi suatu indikasi bahwa ada peningkatan akses masyarakat Jawa Barat terhadap sarana dan fasilitas kesehatan. Ini bisa dikatakan bahwa Pemerintah Jawa Barat telah berhasil dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas dari sarana, fasilitas maupun tenaga kesehatan sehingga segala akses kesehatan bisa sampai ke pelosok-pelosok desa. Di samping itu, upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui penyuluhanpenyuluhan cukup berhasil sehingga bisa merubah sedikit demi sedikit pola pikir masyarakat yang mengesampingkan tentang kesehatan. Keberhasilan yang telah dicapai di atas, sedikit banyak bisa membantu meningkatkan Angka Harapan Hidup. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

31 3.2.2 Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Komponen pendidikan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun Indeks pendidikan meningkat sebesar 0,15 poin dari tahun 2010 ke Indeks pendidikan ini terdiri dari dua komponen penyusun, yaitu indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah, yang mana kedua-duanya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 indeks melek huruf sebesar 96,18 meningkat menjadi 96,29 pada tahun Adapun indeks rata-rata lama sekolah tahun 2010 sebesar 53,48 dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 53,73. Perubahan kedua komponen ini menunjukkan bahwa ada perubahan akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan yang ada. Kondisi ini menunjukkan bahwa program pemerintah dalam upaya pemberantasan buta huruf melalui berbagai programnya telah berhasil meningkatkan angka melek huruf penduduk, atau menurunkan tingkat buta huruf masyarakat. Begitu pula upaya peningkatan rata-rata lama sekolah yang juga berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat untuk bersekolah secara rata-rata Jawa Barat sudah memperlihatkan adanya peningkatan dari tahun Ini bisa menandakan bahwa program untuk peningkatan partisipasi ini seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) agar masyarakat bersekolah dengan biaya gratis, hasilnya dapat terpotret melalui angka rata-rata lama sekolah dikarenakan sasaran utama dari program itu sendiri utamanya adalah penduduk usia SD dan SMP (< 15 tahun) Daya Beli Komponen penyusun IPM lainnya yang tidak kalah penting yaitu paritas daya beli juga mengalami peningkatan pada tahun Indeks paritas daya beli ini menunjukkan kemampuan masyarakat untuk mengakses perekonomian. Pada tahun 2011 indeks paritas daya beli sebesar 63,74 poin, meningkat sebesar 0,83 poin dibandingkan tahun 2010 yaitu 62,91 poin. Jawa Barat yang dilihat dari sisi geografis, termasuk daerah yang dekat dengan ibukota Negara, sudah tentu sektor perekonomian menjadi salah satu hal penting yang Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

32 patut dipertimbangkan dalam rencana pembangunan daerah. Dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, perlu dipikirkan pula bagaimana atau upaya apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, terutama di daerah pelosok yang masih minim saranaa dan prasarananya serta tingkat ekonomi masyarakatnya yang bisa dikatakan masih cukup rendah. Oleh karena itu, diperlukan sinergitas dari semua pihak terkait untuk mengatasi permasalahan ini dan menjadi suatu pekerjaan rumah bagi penentu kebijakan karena daya beli masyarakat bisa menunjukkan sampai seberapa besar tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri yang nantinya akan berpengaruh dengan naik turunnya Indeks Pembangunan Manusia. Gambar 3.1 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya di Provinsi Jawa Barat Tahun ,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli IPM ,000 81,95 62,91 72, ,333 82,10 63,74 72, Sumber : Susenas Disparitas Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Selama dua tahun terakhir yaitu dari tahun , Provinsi Jawa Barat mengalami kemajuan dalam program pencapaian pembangunan manusianya. Ini terlihat dari angka IPM-nya mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 72,29 pada tahun 2010 menjadi 72,73 pada tahun Hal ini tentu saja tidak terlepas Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

33 dari usaha seluruh kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat untuk berusaha meningkatkan tiga komponen yang menjadi tolok ukur IPM itu sendiri. Peningkatan ini juga menunjukkan bahwa program-program pembangunan Jawa Barat dan kabupaten/kota di Jawa Barat bisa dikatakan cukup berhasil. Gambar 3.2 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat per Kabupaten/Kota 80,00 78,00 76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 62,00 60,00 Kabupaten Bogor Kabupaten Sukabumi Kabupaten Cianjur Kabupaten Bandung Kabupaten Garut Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Ciamis Kabupaten Kuningan Kabupaten Cirebon Kabupaten Majalengka Kabupaten Sumedang Kabupaten Indramayu Kabupaten Subang Kabupaten Purwakarta Kabupaten Karawang Kabupaten Bekasi Kabupaten Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Sumber : Susenas IPM tertinggi pada tahun 2011 adalah IPM Kota Depok sebesar 79,36, diikuti oleh Kota Bekasi sebesar 76,68 dan Kota Bandung sebesar 76,39. Untuk IPM terendah ditempati Kabupaten Indramayu sebesar 68,40. Daerah kabupaten/kota yang memiliki capaian IPM lebih tinggi dari capaian IPM Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 ada sebanyak 11 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya. Nilai capaian IPM di kabupaten/kota ini mengindikasikan bahwa masyarakat di daerah ini sudah memiliki akses yang lebih besar untuk melakukan pilihan-pilihan atas sarana kesehatan, pendidikan, dan perekonomian dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat. Sedangkan 15 kabupaten/kota yang lainnya pencapaian IPM masih lebih rendah dari IPM Jawa Barat yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

34 Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kota Banjar. Jika dicermati labih lanjut mengenai hubungan antara capaian masing-masing komponen penyusun IPM di kabupaten/kota dengan capaian IPM Provinsi Jawa Barat akan terlihat posisi masing-masing kabupaten/kota. Dari sini akan diketahui kabupaten/kota yang mengalami capaian IPM dan komponen penyusunnya lebih tinggi dari angka Jawa Barat, capaian IPM lebih tinggi dari angka Jawa Barat dengan capaian komponen penyusun IPM lebih rendah, capaian IPM lebih rendah dengan capaian komponen lebih tinggi serta capaian IPM dengan capaian komponen penyusun IPM yang keduanya lebih rendah dari angka Jawa Barat. Jika dibandingkan antara AHH Jawa Barat dengan AHH kabupaten/kota di Jawa Barat, akan terlihat posisi masing-masing kabupaten/kota terhadap rata-rata AHH di Jawa Barat. Tabel 3.1 dan 3.2 menunjukkan perbandingan antara capaian AHH dan IPM kabupaten/kota dengan capaian IPM dan indeks kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2010 dan Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa terdapat 11 (sebelas) kabupaten/kota yang memiliki AHH dan IPM lebih tinggi dari capaian Jawa Barat atau dikategorikan berada pada kuadran I. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.1137 : 4716 3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 70 + vi Naskah :

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2012

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2012 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang 2011 dapat disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Katalog BPS: 1413.3204 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2009 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang 2009 dapat disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 KERJASAMA:

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 KERJASAMA: INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 KERJASAMA: Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Bandung Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.12.70 : 1413.3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 81 + viii Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya beli masyarakat berkaitan erat dengan pendapatan perkapita, Sedangkan pendapatan perkapita dipengaruhi oleh penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini pembangunan bukan hanya ditujukan dalam wujud pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana infrastruktur, tetapi dalam cakupan yang lebih luas seperti yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan penting yang menjadi prioritas utama pemerintah Kabupaten Bandung adalah pembangunan yang seimbang antara pembangunan fisik dan pembangunan sumber

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

Bupati Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 Katalog BPS: 1413.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 BADAN PUSAT STATISTIK DAN BAPPEDA KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 No. Publikasi : 35230.0310 Katalog

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011 No. Publikasi /Publication Number : 3319.0612 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1413.3319 Ukuran Buku/Book Size : 14.8 x 21 cm Jumlah Halaman/Number

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 38/07/32/Th. XVIII, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Katalog BPS : 4102002.1404 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : 979 484 930 8

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 21/4/32/Th XIX, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah ( Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2016

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2016 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang 2015 dapat disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii SAMBUTAN i DAFTAR ISI HALAMAN SAMBUTAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4102002.1118 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA KATA SAMBUTAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya ini disusun

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PASER

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PASER Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Paser 2014 i INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PASER TAHUN 2014 Ukuran buku : 21 cm x 28 cm Jumlah halaman : 56 halaman Naskah : Tim Penyusun Publikasi Penyunting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN 2007-2011 Oleh : Drs. H. MARDJOEKI MM. Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNTAG

Lebih terperinci

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) Katalog BPS : 4102002.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tapanuli Tengah 2011 No. Katalog : 4102002.1204 No.

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PASER

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PASER INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 28 cm Jumlah halaman : 62 halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perkembangan Kemiskinan, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah, Daya Beli, dan Infrastruktur Sosial di Propinsi Jawa Barat Gambaran perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SUMEDANG 2013

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SUMEDANG 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 No. Katalog / : 1413.3211 Catalogue Number Ukuran Buku / Book Size Jumlah Halaman / Number of pages : 176 x 250 mm

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2014 sebesar 412,79 ribu orang (4,09 persen). Dibandingkan dengan Maret 2014 (393,98 ribu orang atau 3,92 persen), jumlah

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

P e n d a h u l u a n

P e n d a h u l u a n 1 P e n d a h u l u a n LATAR BELAKANG Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Magelang suatu wilayah. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun mampu mengukur semua

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2013 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2013 Halaman i INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2013 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2013 Halaman i INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th XVIII, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2016 sebesar 384,30 ribu orang (3,75 persen).

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012 pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013 No. 04/01/31/Th. XVI/ 2 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2013 sebesar 375,70 ribu orang (3,72 persen).

Lebih terperinci

Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia

Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia M. Faqihudin Progdi Manajemen FE. UPS Tegal m.faqihudin@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN TAMBRAUW 2009 Nomor Katalog / Catalog Number : 9105.9109 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 9109.10.01 Ukuran Buku / Book Size Jumlah Halaman / Page Number

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 3205011.32 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 Katalog BPS : 3205011.32 No. Publikasi : 32520.1701 Ukuran Buku : 18,2 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG Pada bulan September 2012, jumlah penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli 2017 1. PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 325.600 ORANG (17,03 PERSEN) PERSENTASE KEMISKINAN SEPTEMBER 2016 TURUN JIKA DIBANDINGKAN

Lebih terperinci