PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN
|
|
- Herman Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN Oleh : Drs. H. MARDJOEKI MM. Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNTAG Cirebon ABSTRAKSI Pembangunan manusia merupakan sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar mampu memiliki lebih banyak pilihan, khususnya dalam pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Salah satu tolok ukurnya dapat dilihat melalui Indeks Pembangunan Manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Cirebon tahun dan menganalisis seberapa besar pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Cirebon. Hasil penelitian menunjukan perkembangan IPM mengalami peningkatan dengan kategori IPM menengah selama periode tahun hingga mampu mencapai target IPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan hasil regresi panel menunjukan kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM dan Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM. Kesimpulannya bahwa perkembangan IPM mengalami peningkatan selama tahun , kemiskinan berpengaruh negatif, pertumbuhan ekonomi dan belanja modal berpengaruh positif. Melalui penelitian ini disarankan agar dalam merencanakan kebijakan pemerintah tidak hanya melihat dari pencapaian target peningkatan pertumbuhan ekonomi saja namun juga target peningkatan pembangunan manusia karena pertumbuhan ekonomi sendiri belum memadai untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada aspek pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat. Kata Kunci : Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja serta Indeks Pembangunan Manusia. H a l a m a n 105 JURNAL EKONOMI ISSN: Vol. 7 Edisi 4 September-Desember 2013
2 PENDAHULUAN Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan dari suatu negara. Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 tercantum tujuan bangsa Indonesia bahwa diantaranya yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara sedang berkembang. Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat ini adalah pertumbuhan ekonomi yang di ukur dengan pembangunan manusia yang dilihat dengan tingkat kualitas hidup manusia di tiap-tiap negara. Salah satu tolok ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur melalui kualitas tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi (daya beli). Melalui peningkatan ketiga indikator tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas hidup manusia. Hal ini dikarenakan adanya heterogenitas individu, disparitas geografi serta kondisi sosial masyarakat yang beragam sehingga menyebabkan tingkat pendapatan tidak lagi menjadi tolak ukur utama dalam menghitung tingkat keberhasilan pembangunan. Namun demikian, keberhasilan pembangunan manusia tidak dapat dilepaskan dari kinerja pemerintah yang berperan dalam menciptakan regulasi bagi tercapainya tertib sosial. Menurut Human Development Report , IPM Indonesia sebesar 0,728 pada tahun 2007 dan berada pada peringkat 107 dari 177 negara yang disurvei oleh UNDP. Indeks GDP Indonesia berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) mencapai 0,609 dengan nominalnya sebesar US$ Semakin baik angka PPP mendekati 1 maka kemampuan daya beli masyarakat semakin baik dan begitu pula sebaliknya. Angka harapan hidup orang Indonesia mencapai 69,7 tahun, atau dinyatakan dalam indeks harapan hidup mencapai 0,745. Indeks pendidikan mencapai 0,83 dengan angka melek huruf sebesar 90,4% dan rata-rata rasio masuk sekolah dari SD sampai SMU mencapai 68,2%. Lanjouw dalam Ginting, et al (2008) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena aset utama penduduk miskin adalah tenaga kasar mereka. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia belum secara optimal dilakukan karena hanya terfokus pada pengurangan kemiskinan baik H a l a m a n 106
3 yang berdomisili di Kota Cirebon khususnya maupun di Jawa Barat umumnya. Potensi Kota Cirebon maupun Jawa Barat ditinjau dalam konstelasi Nasional seperti dalam gambaran umum pronvinsi Jawa Barat maupun Kota Cirebon, berikut ini : Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat. 1. Jumlah penduduk tahun 2011, terbanyak ± jiwa (Juni, 2012). 2. Pusat kegiatan Industri Manufaktur dan strategis Nasional 3. Investasi vital nasional (Pendidikan, Litbang, dan Hankam) diantaranya berkelas dunia 4. Berbatasan dengan Ibu Kota Negara 5. Memiliki tiga kegiatan nasional (PKN) dan 2 PKN-P 6. Memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang komplek 7. Curah hujan mm/thn. 8. Memiliki taman nasional, margasatwa dan cagar alam. dan Dilihat Kontribusi Pendapatan Jawa Barat terhadap Nasional, terdiri dari : 1. Berkontribusi terhadap PDB Nasional (14,33 %) 2. Kontribusi terhadap PDB Sektor Industri Manufaktur (60 %) 3. Kontribusi PMA Jawa Barat terhadap Nasional (34,46 %) 4. Menyumbang Produksi Beras Nasional (17,76 %) 5. Provinsi Produsen Komodity Export Nasional (AS 18,4 %, Jepang 12,52 %) Dan Kontribusi Jawa Barat terhada Regional Jawa Bali : 1. Lintasan Utama Arus Regional Jawa Barat barang dan penumpang Jawa Sumatera 2. PMDN tertinggi di Pulau Jawa Bali 3. Penyedia listrik dengan kapasitas daya terpasang MW : PLTA MW, PLT Geotermal MW dan lainnya MW. 4. Luas kawasan hutan terbesar di Jawa Bali sebesar 1,04 juta Ha. 5. Memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) 6. Merupakan tujuan wisata 7. Debirt air permukaan 91 milyar M3/tahun dan air tanah 150 Jt. M3/tahun. Kemudian Kontribusi Jawa Barat terhadap Ibu Kota Negara dalam penyediaaan bahan pangan dan penyediaan lahan serta inprastruktur pendukung aktivitas DKI : 1. Penyediaan air baku untuk DKI H a l a m a n 107
4 2. Penyediaan bahan pangan untuk DKI, dan 3. Penyediaan lahan dan inprastruktur pendukung aktivitas DKI Perkembangan Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Jawa Barat : 1. Jumlah penduduk di Tahun 2011 = 44,3 juta jiwa di Tahun 2013 = 44,9 juta jiwa dan diperkirakan Tahun 2020 berjumlah 54,1 juta jiwa. a. Penduduk Lanjut Usia (lebih dari 60 tahun) = 7,04 % b. Penduduk Balita = 7,80 % c. Penduduk Miskin 10,57 % d. Pengangguran terbuka 9,83 % 2. Luas Provinsi Jawa Barat yang berjumlah ,44 Ha terdiri dari 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan, 638 Kelurahan dan Desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini : TABEL 1. Data IPM Kabupaten/Kota di Jawa Barat,: Ditinjau dari Indeks Pendidikan dan Indeks Rumah Tangga Miskin Penerima BLT APK WKPP 1 IV Tahun 2010/2011 dan Penerima BLT 2008 APK WKPP I Kabupaten/Kota A P K WKPP I Jumlah RT Jawa Bar SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat Miskin Penerima BLT Kab. Cianjur 121,34 89,15 54, Kab. Sukabumi 119,98 78,25 45, Kota. Sukabumi 119,04 128,00 119, Kota Depok 126,29 107,70 96, Kab. Bogor 121,96 87,56 44,22 251,498 Kota Bogor 116,94 87,56 88, RT Jawa Barat Miskin RT Jawa Barat 96,88 94,03 59, APK WKPP II Kabupaten/Kota A P K WKPP II Jumlah RT Jawa Bar SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat Miskin Penerima BLT Kab. Subang 120,96 94,08 54, Kab. Purwakarta 109,99 97,23 84, Kab. Karawang 109,99 97,23 84, Kab. Bekasi 119,96 89,42 50, H a l a m a n 108
5 Kota Bekasi 124,91 107,43 94, RT Jawa Bara Miskin RT Jawa Barat 96,88 94,03 59, APK WKPP III Kabupaten/Kota A P K WKPP III Jumlah RT Jawa Bar SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat Miskin Penerima BLT Kab. Indramayu 118,35 88,49 52, Kab. Majalengka 120,83 92,87 57, Kab. Kuningan 118,85 99,17 73, Kab. Cirebon 118,76 90,36 52,66 251,498 Kota Cirebon 121,54 125,34 108, RT Jawa Bara Miskin RT Jawa Barat 96,88 94,03 59, APK WKPP IV Kabupaten/Kota A P K WKPP IV Jumlah RT Jawa Bar SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat Miskin Penerima BLT Kab. Garut 121,34 89,15 54, Kab. Sumedang 119,98 78,25 45, Kab. Bandung 119,04 128,00 119, Kab. Bandung Barat 71,58 95,94 28,80 95,374 Kota Bandung 126,29 107,70 96, Kota Cimahi 116,94 87,56 88, RT Jawa Bara Miskin RT Jawa Barat 96,88 94,03 59, Sumber data : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat H a l a m a n 109
6 ANGKA IPM BESERTA KOMPONENNYA TAHUN 2010 Kabupaten/Kota IPM AHH AMH RLS IDB PPP Kab. Cianjur 66,14 66,00 37,55 6,82 58,83 614,83 Kab. Sukabumi 70,66 67,06 97,33 6,88 61,70 828,99 Kota. Sukabumi 74,91 69,44 99,66 9,32 63,51 634,82 Kota Depok 79,09 73,09 98,94 10,94 66,83 649,20 Kab. Bogor 72,16 68,86 95,02 7,98 62,31 629,62 Kota Bogor 75,75 68,87 98,77 9,79 66,53 647,89 Kab. Subang 71,14 69,39 32,45 6,32 62,42 630,09 Kab. Purwakarta 71,17 67,06 95,71 7,42 63,12 633,15 Kab. Karawang 69,79 69,70 93,21 6,95 62,31 629,62 Kab. Bekasi 72,93 69,40 94,03 8,33 63,59 835,18 Kota Bekasi 76,36 69,64 98,51 10,53 65,61 643,92 Kab. Indramayu 67,75 66,82 85,65 5,73 63,71 635,67 Kab. Majalengka 70,25 66,35 95,09 6,84 63,24 633,65 Kab. Kuningan 70,89 67,47 96,45 6,95 62,80 631,73 Kab. Cirebon 68,89 65,29 92,33 6,85 62,75 631,55 Kota Cirebon 74,93 68,50 97,05 9,47 66,55 647,96 Kab. Garut 71,35 55,50 98,94 7,34 54,13 535,49 Kab. Sumedang 72,42 67,42 97,73 7,93 63,78 636,01 Kab. Bandung 74,05 69,02 98,72 8,37 64,37 638,5 Kab. Bandung Barat 73,35 68,65 98,51 8,07 63,68 635,56 Kota Bandung 76,06 69,72 99,67 10,44 63,99 636,89 Kota Cimahi 75,51 69,18 99,65 10,50 63,14 633,20 Jawa Barat 72,29 68,20 96,18 8,20 52,91 532,22 Sumber data : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat PEMBAHASAN Dari gambaran umum tersebut dapat dikemukakan realisasi IPM Jawa Barat tahun 2011 dan Target IPM seperti dalam tabel sebagai berikut : H a l a m a n 110
7 Indikator LKPJ 2011 KU APBD KAPB Tahun 2012 Tahun 2013 IPM 72,82 74,04 74,27 74,85 75,03 Indeks Pendidikan 82,55 83,81-84,37 84,70-85,26 a. AMH 96,48 97,41 97,42 97,89 b.rls (tahun) 8,20 8,49-8,74 8,75-9,00 Indeks Kesehatan 72,34 74,17-74,27 75,00 a. AHH 68,40 69,50 69,56 70,00 b.akb (1000 KH) N/ th 2010 c. AKI ( /KH N/A Indeks Daya Beli 63,57 64,15 64,18 63,83 PPP (Rp. 000) 635,10 637, Sumber data : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat. Dari kajian IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2011, Kota Cirebon merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang dalam kaitannya termasuk IPM Kabupaten/Kota di Jawa Barat tergolong tinggi berdasarkan diagram cluster (Sumber :BAPPEDA.Provinsi Jawa Barat). Sedangkan IPM Kota Cirebon secara rinci dapat kami sapaikan ilustrasi perhitungan diambil contoh Kota Cirebon tahun 2004 dengan data sebagai berikut : Rumus ilustrasi perhitungan IPM, adalah : IPM = 1/3 [ X1 + X2 + X3 ]... Dimana : X1 : indeks harapan hidup X2 : indeks pendidikan : 2/3 (indeks melek huruf) 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah) X3 : indeks standar hidup layak Contoh Kota Cirebon tahun 2004 dengan data sebagai berikut : Angka harapan hidup : 69,16 Angka melek huruf : 96,89 Rata-rata lama sekolah : 9,47 Konsumsi per kapita riil yang disesuaikan : Rp. 544,83 Berdasarkan data tersebut di atas dapat dihitung : Indeks angka harapan hidup (69,16 25) / (85-25) = 0,736 H a l a m a n 111
8 Indeks angka melek huruf (96,89 0)/(100 0) = 0,969 Indeks rata-rata lama sekolah (9,47 0)/(15 0) = 0,631 Indeks pendidikan 2/3 (0,969) + 1/3 (0,631) = 0,956 Indeks konsumsi per kapita riil yang disesuaikan : (544,83 300) / (732, ) = 0,566 Catatan perhitungan disajikan dalam (ratusan)., sehingga IPM Kota Cirebon pada tahun 2004, misalnya sebesar 71,94 Untuk ukuran perkembangan IPM dalam kurun waktu digunakan reduksi Sortfall per tahun (annual reduction in shortfall), capaian yang telah ditempuh dan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai (IPM = 100) 1/n (IPMt+n - IPMt) x 100 r = (IPMideal IPMt) Dimana : Xt : IPM pada tahun t Xt n : IPM pada tahun t + n X ideal : IPM = 100 Sebagai ilustrasi IPM Jawa Barat pada tahun 1996 dan tahun 2001 masing masing 69,6 dan 66,1. maka reduksi shaortfall kurun waktu untuk provinsi Jawa Barat adalah : 1/5 (69,6 66,1) x 100) r = = - 1, ,1 Tingkat status pembangunan manusia, UNDP membagi tingkatan status pembangunan manusia suatu negara atau wilayah ke dalam tiga golongan, yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50 80) dan tinggi (80 ke atas). Berdasarkan hal tersebut di atas IPM Kota Cirebon, memilki potensi dan tantangan yang sangat besar, karena Kota Cirebon secara geografi terletak di dataran rendah dan merupakan wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah 37,36 Km², terbagi menjadi 5 Kecamatan dan 22 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Harjamukti 47,15 % dan dari luas wilayah Kota Cirebon. terluas ke dua adalah Kecamatan Kesambi 21,57 %, ke tiga Kecamatan Lemahwungkuk 17,42 %, H a l a m a n 112
9 ke empat Kecamatan Kejaksan 9,68 % dan terahir Kecamatan Pekalipan 4,18 %. Dan jumlah penduduk yang terpadat adalah Kecamatan Pekalipan ,51 jiwa per km² dan terpadat ke dua Kecamatan Kejaksan ,01 jiwa per km² diikuti oleh Kecamatan Kesambi 8,827, 39 jiwa per km², Kecamatan Lemahwungkuk 8.222,73 jiwa per km² dan Kec. Harjamukti 5.876,79 jiwa km². Pertumbuhan ekonomi dimana PDRB merupakan indikator makro yang menunjukkan naik tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi daerah. Selama kurun waktu beberapa tahun ke belakang, seperti tahun 2007 sebesar 6,17 %, 2008 pertumbuhan ekonomi berkisar 5,64 %, ,04 % dan 2010 tumbuh 3,82 %. Jumlah penduduk Kota Cirebon pada tahun 2011, hasil proyeksi dari data sensus penduduk 2010 berjumlah 300,424 orang, dengan komposisi laki-laki dan orang perempuan. Dengan rasio 101 penduduk laki-laki dan 100 penduduk perempuan, meskipun nampaknya hampir sebanding. Adapun laju pertumbuhan penduduk (LPP) periode di Kota Cirebon sebesar 0,84 %. Komposisi umur tahun sebesar 68,13 %, 65 tahun ke atas sebesar 4,35 % berarti struktur umur penduduk Kota Cirebon merupakan struktur transisi dari muda ke usia tua. Pembangunan dibidang kesehatan, ketersediaan fasilitas kesehatan dalam jumlah yang cukup dan layak sangat penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, pada tahun 2011 merujuk tersedianya Rumah Sakit Umum sebanyak 10 RSU per penduduk tersedia 31 tempat tidur, sedangkan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling berjumlah 58 per penduduk tersedia 2 Puskesmas dan dokter yang melayani per penduduk tersedia 9 dokter umum maupun spesialis. Sedangkan pembangunan fasilitas pendidikan dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan layak, pada tahun 2010 jumlah Sekolah Dasar dan Madrasah Iftidaiyah sebanyak 180 gedung sekolah. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 55 gedung dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMA sederajat berjumlah 48 Gedung. Berdasarkan data dan uraian tersebut di atas maka perkembangan IPM Kota Cirebon, dapat dilihat pada tabel seperti berikut di bawah ini : H a l a m a n 113
10 Tabel Perkembangan IPM dan Komponennya di Kota Cirebon Tahun Indikator Komponen IPM Indeks AHH 69,57 69,63 69,72 69,80 69,84 74,28 74,38 74,53 74,66 74,73 AMH 97,64 97,75 97,87 98,12 98,13 97,64 97,75 97,97 98,12 98,13 RLS 10,29 10,31 10,54 10,86 10,90 68,60 68,73 70,27 72,37 72,67 Indeks Pendidikan 87,96 88,08 88,74 89,54 89,64 Daya Beli (ribu) 557,07 560,62 567,75 569,81 580,80 59,41 60,23 61,88 62,35 64,89 IPM 73,88 74,23 75,05 75,52 76,42 Sumber data : BAPPEDA Kota Cirebon. Keterangan : AHH : Angka Harapan Hidup AMH : Angka Melek Huruf RLS : Rata-Rata Lama Sekolah IPM : Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan angka indeks yang tertera pada tabel tersebut di atas perkembangan IPM dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2012 terdapat peningkatan yang perubahannya kecil namun pasti. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi di dasarkan dari daya beli (pendapatan masyarakat) meningkat. PENUTUP a.kesimpulan Dengan IPM dapat diketahui keberhasilan program pembangunan yang telah dilakukan, sehingga dapat diperoleh gambaran taraf kesejahteraan dan kualitas penduduk di Kota Cirebon. Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, seperti berikut ini : 1. Tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan tidak merata, kecamatan Pekalipan terpadat di Kota Cirebon. 2. Jumlah penduduk berusia proporsinya cukup tinggi. H a l a m a n 114
11 3. Pembangunan manusia di Kota Cirebon terus meningkat hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya indeks IPM Kota Cirebon maupun IPM Kecamatan. 4. Indek derajat kesehatan terus meningkat hal ini tercermin dari indeks AHH. 5. Indeks angka melek hurup masih belum mencapai angka ideal (100), hal ini masih bisa ditingkatkan lagi. 6. indeks daya beli kota cirebon baru mencapai 62 %, masih kuarng jauh dari angka ideal. Namun hal ini masih dapat ditingkatkan lagi. b.saran 1. Pertahankan IPM yang sudah dicapai, agar kesejahteraan masyarakat madani dapat terwujud. 2. Tingkatkan pelayanan pendidikan dengan meningkatkan fasilitas sarana maupun prasarana. 3. Meningkatkan kesempatan daya beli dengan memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat yang layak dengan meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Nulhakim A.Soni, Materi Kuliah S2 UNTAG 1945 Cirebon. Profil IPM Kota Cirebon. Susenda Kota Cirebon dari tahun , BAPPEDA Kota Cirebon dan BPS. Susenda Jawa Barat dari tahun , BAPPEDA Jawa Barat dan BPS. H a l a m a n 115
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciBAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
Lebih terperinciBAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT
BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang
56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan
Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kelemahan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan, telah menimbulkan berbagai persoalan yang
Lebih terperinciBAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya beli masyarakat berkaitan erat dengan pendapatan perkapita, Sedangkan pendapatan perkapita dipengaruhi oleh penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan
Lebih terperinciBAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT
BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciSATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong
Lebih terperinciBAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT
BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah
Lebih terperinciV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa
Lebih terperinciDaftar Tabel. Halaman
Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perkembangan Kemiskinan, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah, Daya Beli, dan Infrastruktur Sosial di Propinsi Jawa Barat Gambaran perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Provinsi Jawa Barat Kabupaten dan kota provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupaten/kota yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5.877 desa/kelurahan. Jawa
Lebih terperinciPROFIL PEMBANGUNAN JAWA BARAT
1 PROFIL PEMBANGUNAN JAWA BARAT A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108o48 Bujur Timur, dengan batas
Lebih terperinciDATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017
DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 38/07/32/Th. XVIII, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciRPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar
Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Otonomi daerah
Lebih terperinci2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam melaksanakan fungsi kehidupan tidak terlepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................
Lebih terperinciSebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5
Lebih terperinciPROFIL PROVINSI JAWA BARAT
IV. PROFIL PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciPeraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau
Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan
Lebih terperinciDIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014
TOTAL BAES01 JAWA BARAT 129,401,372,000.00 BELANJA PEGAWAI 100,974,521,000.00 BELANJA BARANG OPERASIONAL 8,203,990,000.00 BELANJA BARANG NON OPERASIONAL 2,838,361,000.00 BELANJA MODAL 17,384,500,000.00
Lebih terperinciBab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan
122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah
Lebih terperinciANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR
ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN
Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN
BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...
Lebih terperinciDalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K
GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN PANAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2006, TAHUN
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 21/4/32/Th XIX, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan
Lebih terperinciDISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015
DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN BARAT,
GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
Lebih terperinciditerangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013
No. 02/11/Th. XIV, 12 November 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Bekasi Tahun 2013 A. Penjelasan Umum IPG merupakan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5
Lebih terperinciHalaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)
Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT
Lebih terperinci4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT
4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT 4.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografi Aspek-aspek geografis yang meliputi posisi, susunan keruangan dan lokasi sangat menentukan langkah-langkah
Lebih terperinciJumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun
Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalamnya. Kota Bandung juga memiliki jumlah penduduk yang banyak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 diharapkan pembangunan di daerah berjalan seiring dengan
Lebih terperinciTIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 15/02/32/Th.XVII, 16 Februari 2014 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III VISI DAN MISI
BAB III VISI DAN MISI 3.1 Visi Berdasarkan capaian pembangunan yang telah diraih pada periode sebelumnya dan tantangan pembangunan yang masih dihadapi, maka dalam kurun waktu periode 2010 2015 mendatang
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciIPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014
IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014
ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2
DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sementara pada waktu yang sama mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar akan menguntungkan bila diikuti dengan kualitas yang memadai. Artinya aspek kualitas penduduk menjadi sangat penting agar jumlah yang besar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50
5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah
Lebih terperinciBAB VII P E N U T U P
BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan
Lebih terperinciKAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN
KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam
V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapita (Irawan dan Suparmoko, 2002). Sedangkan menurut Todaro (2003),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur melalui tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT 2014
OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Alokasi. Dana. SDA. Pertambangan. Panas Bumi. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PMK.07/2012 TENTANG PERKIRAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciVISI PAPUA TAHUN
ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RPJPN) tercantum delapan misi pembangunan nasional Indonesia mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN) tercantum delapan misi pembangunan nasional Indonesia mewujudkan masyarakat berahlak mulia,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...
DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung
Lebih terperinciDINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG
IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan... I-6 1.4. Maksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I 1 1.2. Maksud dan Tujuan... I 4 1.3. Dasar Hukum... I 5 1.4. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan...
Lebih terperinciGAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014
GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012
No. 11/02/31/Th. XV, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 A. Penjelasan Umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator komposit yang mengukur kualitas hidup
Lebih terperinci