National Communication Association (NCA) bersamaan dengan munculnya sejumlah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "National Communication Association (NCA) bersamaan dengan munculnya sejumlah"

Transkripsi

1 1 CETAK BIRU TEORI KOMUNIKASI DAN STUDI KOMUNIKASI DI INDONESIA Oleh: Turnm Rahardj (Pengajar Jurusan Ilmu Kmunikasi FISIP Undip) Disampaikan Dalam Simpsium Nasinal: Arah Depan Pengembangan Ilmu Kmunikasi Di Indnesia. Jakarta, 13 Maret Pengantar: Ada 3 (tiga) isu yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu perkembangan kajian tentang pemikiran teritik kmunikasi, paradigma dalam penelitian kmunikasi dan perkembangan studi kmunikasi di Indnesia. Isu pertama tentang perkembangan kajian teritik kmunikasi diarahkan pada upaya untuk memahami pemikiran filsfis yang menjadi pijakan terciptanya teriteri kmunikasi sekaligus untuk melihat keluasan wilayah dari pemikiran teritik tentang kmunikasi. Sedangkan isu yang kedua, paradigma penelitian kmunikasi, mencba membahas asumsi-asumsi ntlgi, epistemlgi, aksilgi dan metdlgi dalam penelitian kmunikasi yang secara umum terpilah dalam 2 (dua) paradigma, yaitu paradigma psitivisme dan nn psitivisme. Sedangakan isu ketiga, perkembangan studi kmunikasi di Indnesia, mencba mendiskusikan tantangan yang dihadapi leh perguruan tinggi ilmu kmunikasi di Indnesia yang saat ini telah menunjukkan adanya peningkatan yang pesat dari sisi kuantitas lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan ilmu kmunikasi. Dalam catatan sejarah (Littlejhn & Fss, 2005:3), studi akademis tentang kmunikasi telah dimulai setelah PD I ketika kemajuan teknlgi dan melek huruf telah menjadikan kmunikasi sebagai tpik kajian. Setelah PD II, imu-ilmu ssial diakui secara penuh sebagai disiplin yang sah (legitimate), dan perhatian kepada prses-prses psiklgis dan ssial menjadi semakin intensif. Studi-studi kmunikasi dikembangkan pada paruh abad ke 20. Dalam perkembangan sekarang, banyak peneliti telah mengakui kmunikasi sebagai tpik sentral bagi semua pengalaman manusia. Karya-karya dari Internatinal Cmmunicatin Assciatin (ICA) dan Natinal Cmmunicatin Assciatin (NCA) bersamaan dengan munculnya sejumlah

2 2 jurnal memperlihatkan apa yang sedang terjadi dalam kajian kmunikasi. Disiplin ilmu kmunikasi sekarang telah menghasilkan teri-teri baru. Di Indnesia, ilmu kmunikasi telah dipelajari selama kurang lebih setengah abad melalui lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Perguruan tinggi pertama yang menyelenggarakan pendidikan kmunikasi adalah Akademi Ilmu Plitik Ygyakarta pada tahun 1949 yang kemudian menjadi Bagian Ssial Pltik dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Perguruan tinggi ini sekarang kita mengenalnya sebagai Jurusan Ilmu Kmunikasi FISIPOL UGM. Dalam perkembangannya sekarang, jumlah perguruan tinggi di Indnesia yang menyelenggarakan pendidikan kmunikasi semakin meningkat secara kuantitas. Di berbagai wilayah, kita dengan mudah menjumpai perguruan tinggi ilmu kmunikasi, tidak saja di Pulau Jawa, tetapi telah menyebar ke Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Dibalik peningkatan secara kuantitas, ada persalan yang perlu diperbincangkan bersama, yaitu selama kurang lebih 50 tahun kajian tentang ilmu kmunikasi masih terlihat seragam. Hampir seluruh (untuk tidak menyebut semua) perguruan tinggi melaksanakan kegiatan belajar-mengajar bidang-bidang kmunikasi yang kurang lebih sama, yaitu Jurnalistik, Public Relatins, Periklanan, Penyiaran dan Manajemen Kmunikasi. Cetak Biru Teri Kmunikasi: Teri-teri kmunikasi yang dipelajari leh kmunitas kampus (pengajar dan mahasiswa) pendidikan tinggi ilmu kmunikasi maupun para praktisi kmunikasi di Indnesia merujuk pada sumber-sumber pemikiran filsfis (metateri) yang dikenal dengan blue print atau cetak biru. Bagi kita, baik secara individual maupun kelmpk yang selama ini memberi perhatian dan memiliki kepedulian terhadap perkembangan keilmuan kmunikasi, cetak biru teri kmunikasi perlu untuk diketahui, karena cetak biru merupakan sarana yang memungkinkan kita dapat memahami dengan lebih baik perspektif dari setiap pemikiran teritik tentang kmunikasi.

3 3 Pemikiran filsfis tentang teri-teri kmunikasi dapat dicermati dari karyakarya ilmiah Infante dkk. (1990), Stacks dkk. (1991), Littlejhn (1999, 2002), Littlejhn & Fss (2005) dan West & Turner (2007). Karya-karya ilmiah tersebut memilah pemikiran utama tentang teri kmunikasi ke dalam 3 (tiga) perspektif, yaitu Cvering Laws, Rules dan Systems. Pemilahan ke dalam tiga perspektif ini didasarkan pada apa yang dikenal dengan metda eksplanasi. Teri-teri Cvering Laws berpijak pada causal necessity, karena teri-terinya menekankan pada hubungan sebab-akibat. Teri-teri Rules lebih memberi perhatian pada practical necessity, sebab teri-terinya menegaskan bahwa rang akan mengikuti aturanaturan guna mencapai apa yang mereka kehendaki. Diantara kedua tipe di atas terdapat pendekatan Systems yang memusatkan perhatian pada hubunganhubungan lgis diantara elemen-elemen sebuah sistem yang memiliki baik causal necessity maupun practical necessity. Dalam deskripsi yang lebih lengkap, Teri-teri System merupakan pendekatan teritik yang paling umum (general) dalam studi kmunikasi. Pemikiran teritik ini mengarahkan perhatiannya pada interaksi diantara elemen-elemen dalam suatu prses yang lebih besar. Sedangkan Teri-teri Rules menegaskan bahwa eksistensi manusia tidak dapat dipelajari dengan menggunakan mdel-mdel yang dikembangkan leh ilmu-ilmu eksakta, karena manusia secara kualitatif berbeda dengan peristiwa-peristiwa yang bersifat natural. Sifat dari realitas yang sesungguhnya merupakan pengalaman subyektif. Karenanya, untuk memahami sebuah peristiwa kmunikasi, maka kita harus memahami persepsi individu tentang peristiwa tersebut. Dalam teri-teri Cvering Laws, peristiwa kmunikasi dipahami dalam relasi kausalistik (sebab-akibat). Peristiwa yang terjadi (cnsequent event) ditentukan leh kejadian yang mendahuluinya (antecedent). TABEL 1 PENDEKATAN ONTOLOGI TERHADAP KOMUNIKASI Pendekatan Deskripsi Cvering Laws Teritisi Cvering Laws menegaskan bahwa ada relasi yang terpadu antara 2 (dua) atau lebih peristiwa/byek. Cnth: ketika A terjadi, maka B terjadi. Ini merupakan pernyataan sebab-akibat yang mengekspresikan hubungan antara A duengan B. Pernyataan tersebut secara umum dipahami sebagai pernyataan jika-

4 4 maka. Rules System Teritisi Rules menegaskan bahwa banyak dari perilaku manusia merupakan hasil/akibat dari pilihan yang bebas (free chice). Orang membuat pilihan aturanaturan ssial yang mengatur interaksi mereka. Cnth: dalam sebuah interaksi antarpekerja (c-wrkers), banyak interaksi mereka akan dipandu leh aturanaturan mengenai kespanan, gliran berbicara dan lain-lain. Teritisi Systems menegaskan bahwa perilaku manusia merupakan bagian dari sebuah sistem. Cnth: keluarga merupakan sebuah sistem dari relasi keluarga, lebih dari sekadar anggta-anggta secara individual. Pernyataan ini menjelaskan kmpleksitas pla-pla kmunikasi dalam keluarga. Sumber: Richard West & Lynn H. Turner, Intrducing Cmmunicatin Thery, Analysis and Applicatin, Third Editin, 2007: 57. Gagasan metateritik lain tentang teri-teri kmunikasi dapat dicermati dari tulisan Littlejhn (1999: 12-16) tentang genre dalam teri kmunikasi. Genre dipahami sebagai salah satu cara untuk mengrganisasikan teri-teri kmunikasi. Littlejhn mengemukakan ada 5 (lima) genre, yaitu structural and functinal, cgnitive and behaviral, interactinist, interpretive dan critical. Genre structural and functinal menegaskan bahwa struktur-struktur ssial merupakan sesuatu yang nyata dan berfungsi dalam cara-cara yang dapat dibservasi secara byektif. Pemikiran metateritik ini memahami kmunikasi sebagai prses dimana individu-individu menggunakan bahasa untuk menyampaikan makna kepada rang lain. Genre cgnitive and behaviral memberi perhatian pada individu dan psiklgi menjadi sumber utama dalam teri-teri kgnitif dan perilaku. Teri-teri kgnitif tentang kmunikasi akan mengarahkan cara-cara rang mengevaluasi aspek-aspek pesan, seperti misalnya kredibilitas, rganisasi dan agumentasi serta memprediksi jenis-jenis infrmasi yang berdampak pada bagaimana rang berpikir. Genre interactinist memahami kehidupan ssial sebagai suatu prses interaksi. Kmunikasi (interaksi) merupakan sarana kita belajar berperilaku, kmunikasi dipahami sebagai perekat masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa kmunikasi. Struktur-struktur ssial (kelmpk, institusi) diciptakan dan ditpang melalui interaksi. Pemikiran metateritik ini menekankan pada bagaimana bahasa yang dipakai untuk menciptakan struktur-struktur ssial dan bagaimana bahasa dan

5 5 sistem-sistem simbl yang lain direprduksi, dipelihara dan dirubah. Makna bukanlah sesuatu yang byektif, namun diciptakan leh rang melalui kmunikasi. Genre interpretive menjelaskan prses dimana pemahaman (understanding) terjadi dan membuat perbedaan yang jelas antara understanding dengan penjelasan ilmiah (scientific explanatin). Tujuan interpretasi bukan menemukan hukum-hukum yang mengatur kejadian-kejadian, tetapi mengungkap cara-cara rang dalam memahami pengalaman mereka sendiri. Teri-teri interpretif menekankan bahasa sebagai pusat pengalaman, meyakini bahasa akan menciptakan dunia makna dimana rang berada dan melalui mana semua pengalaman dipahami. Genre critical memfkuskan pada isu-isu tentang ketidaksetaraan dan penindasan. Teritisinya tidak hanya melakukan bservasi, tetapi juga memberikan kritik. Banyak teritisi kritikal memberi perhatian pada knflik kepentingan dalam masyarakat dan cara-cara kmunikasi mengekalkan dminasi satu kelmpk terhadap kelmpk yang lain. Perkembangan terbaru gagasan metateritik tentang teri-teri kmunikasi dapat dicermati dari karya Rbert T. Craig (dalam Littlejhn, 2002, Griffin, 2006: 21-33) yang ia sebut dengan cmmunicatin thery as a field. Selama bertahun-tahun, ilmuwan kmunikasi berjuang menghadapi persalan tentang bagaimana memberi karakteristik teri kmunikasi sebagai satu bidang kajian. Craig menegaskan bahwa bidang kajian (kmunikasi) tidak akan pernah dapat disatukan melalui teri-teri, karena teri-teri akan selalu merefleksikan keragaman gagasan tentang kmunikasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga selamanya kita berhadapan dengan bermacam-macam pendekatan. Craig menguraikan 7 (tujuh) tradisi pemikiran dalam teri-teri kmunikasi, yaitu retrika, semitika, fenmenlgi, sibernetika, ssipsiklgi, ssikultural dan kritikal. Tradisi retrika memahami kmunikasi sebagai pidat publik yang indah; tradisi semitika memahami kmunikasi sebagai prses pertukaran makna melalui tanda-tanda; tradisi fenmenlgi memahami kmunikasi sebagai pengalaman diri sendiri dan rang lain melalui dialg; tradisi sibernetika memahami kmunikasi sebagai pemrsesan infrmasi; tradisi ssipsiklgi memahami kmunikasi sebagai pengaruh antarpribadi; tradisi ssikultural memahami kmunikasi sebagai

6 6 penciptaan realitas ssial; dan tradisi kritikal memahami kmunikasi sebagai penlakan reflektif terhadap wacana yang tidak adil. TABEL 2 TRADISI PEMIKIRAN DALAM TEORI KOMUNIKASI Tradisi Pemikiran Deskripsi Retrika Teri-teri dalam tradisi ini memahami kmunikasi sebagai seni praktis (practical art). Kmunikatr (speakers, media prducers, writers) memahami persalan sebagai hal yang perlu diatasi melalui pesan-pesan yang dirancang secara cermat. Kmunikatr mengembangkan strategi, sering memakai pendekatanpendekatan umum (daya tarik lgis dan emsinal) untuk mengarahkan khalayak. Tradisi ini melihat karya kmunikatr diatur leh seni dan metda; bergantung pada perasaan bahwa kata-kata itu memiliki kekuatan, infrmasi berguna untuk membuat penilaian, dan kmunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki. Teri-teri retrika sering menentang pandangan yang menegaskan bahwa kata-kata bukanlah tindakan, penampakan bukanlah realitas, gaya bukanlah hal yang pkk dan pini bukanlah kebenaran. Semitika Memfkuskan pada tanda-tanda dan simbl-simbl; memperlakukan kmunikasi sebagai jembatan antara dunia privat dari individu-individu dengan tanda-tanda untuk mendapatkan makna. Kekuatan semitika bertumpu pada gagasan-gagasan tentang kebutuhan akan bahasa yang sama, identifikasinya tentang subyektivitas menjadi kendala untuk mencapai pemahaman, dan keterikatannya dengan makna yang beragam. Teri-teri semitika sering bertentangan dengan teri-teri yang menekankan bahwa kata-kata memiliki makna yang tepat, tanda-tanda merepresentasikan byek atau bahasa yang bersifat netral. Fenmenlgi Tradisi fenmenlgi memberi perhatian pada pengalaman pribadi. Kmunikasi dilihat sebagai pertukaran pengalaman pribadi melalui dialg. Dalam tradisi ini, wacana yang muncul mencakup istilah-istilah seperti exeperience, self, dialgue, genuine, supprtiveness dan penness. Istilah-istilah tersebut merupakan pendekatan teritik ketika menegaskan kebutuhan akan kntak, penghrmatan, pengakuan adanya perbedaan dan landasan bersama. Sibernetika Kmunikasi dipahami sebagai kegiatan pemrsesan infrmasi, dan persalan-persalan yang dihadapi dikaitkan dengan nise, verlad

7 7 dan malfunctin. Tradisi sibernetika menjadi gagasan yang bisa diterima secara lgis ketika muncul isu-isu yang berkaitan dengan pikiran, rasinalitas dan sistem yang kmpleks. Secara umum, tradisi ini menentang argumen-argumen yang membuat perbedaan antara mesin dengan manusia atau mengasumsikan hubungan liner sebab-akibat. Ssipsiklgi Memusatkan perhatian pada asek-aspek kmunikasi yang mencakup ekspresi, interaksi dan pengaruh. Wacana dan tradisi ini menekankan pada perilaku, variabel, efek, kepribadian dan sifat, persepsi, kgnisi, sikap dan interaksi. Ssipsiklgi menjadi tradisi pemikiran yang kuat, khususnya dalam situasi dimana kepribadian menjadi penting, penilaian menjadi bias leh keyakinan dan perasaan, dan rang memiliki pengaruh yang nyata satu sama lain. Tradisi ssipsiklgi menentang pandangan bahwa rang bersikap rasinal, individu-individu mengetahui apa yang mereka pikirkan, dan persepsi merupakan jalur yang jelas untuk melihat apa yang nyata. Ssikultural Tatanan ssial sebagai pusat kajian dan melihat kmunikasi sebagai perekat masyarakat. Persalan dan tantangannya diarahkan pada knflik, alienasi dan kegagalan untuk melakukan krdinasi. Ilmuwan dalam tradisi ini menggunakan bahasa yang mencakup elemen-elemen seperti masyarakat, struktur, ritual, aturan dan kultur. Ilmuwan tersebut meniadakan argumen-argumen yang mendukung kekuatan dan tanggung jawab individu, penyatuan diri atau pemisahan interaksi manusia dari struktur ssial. Kritikal Cenderung melihat kmunikasi sebagai perencanaan ssial dari kekuasaan dan penindasan. Teri-teri kritikal memberi respn terhadap persalan-persalan idelgi, kekuasaan dan dminasi. Wacana kritikal mencakup istilah-istilah seperti idelgy, dialectic, ppressin, cnsciusness raising, resistance dan emancipatin. Tradisi kritikal merupakan pendekatan terhadap teri dalam situasi yang mencakup pengekalan kekuasaan, nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan. TABEL 3 RANAH KONSEPTUAL TEORI KOMUNIKASI Ranah knseptual Kmunikasi diterikan sebagai Persalan kmunikasi diterrikan sebagai Retrika Seni wacana praktis. Urgensi ssial yang mempersyaratkan pertimbangan klektif yang mendalam.

8 8 Semitika Fenmenlgi Mediasi antarsubyektif melalui tanda-tanda. Pengalaman dari therness, dialg. Kesalahpahaman atau kesenjangan pandangan-pandangan subyektif. Ketiadaan atau kegagalan untuk menpang relasi manusia yang tentik. Sibernetika Pemrsesan infrmasi. Nise, verlad, underlad, malfunctin dalam suatu sistem. Ssipsiklgi Ekspresi, interaksi dan pengaruh. Situasi yang mempersyaratkan manipulasi sebab-sebab perilaku untuk mencapai hasil yang spesifik. Ssikultural (Re)prduksi tatanan ssial. Knflik, pengasingan, kegagalan, krdinasi. Kritikal Refleksi diskursif. Idelgi hegemnik, secara sistematis mendistrsi situasi ujaran. Sumber: Katherine Miller, Cmmunicatin Theries, Perspective, Prcesses, and Cntexts, Secnd Editin, 2005: 13. Sumber-sumber tentang pemikiran teritik kmunikasi di atas merupakan pemetaan (mapping) yang disusun leh para ilmuwan kmunikasi Barat (AS). Teriteri kmunikasi yang dipelajari leh kmunitas pendidikan tinggi ilmu kmunikasi maupun para praktisi kmunikasi di Indnesia selama ini merupakan prduk dari sejarah intelektual Barat. Pemikiran Barat masih mendminasi aktivitas keilmuan kmunikasi hingga sekarang ini. Namun demikian, Kincaid (dalam Littlejhn, 1999: 4-6) menawarkan pemikiran yang berbeda ketika ia menyampaikan gagasan yang cukup menguntungkan bagi kemungkinan munculnya pemikiran teritik tentang kmunikasi dari cara pandang Timur. Ia mengkntraskan pandangan Barat dengan Timur sebagaimana yang terlihat dalam tabel berikut. TABEL 4 TEORI KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN TIMUR Perspektif Barat Perspektif Timur Memberi perhatian pada pengukuran bagian-bagian dan tidak mengintegrasikannya ke dalam sebuah prses yang disatukan. Cenderung memfkuskan pada keseluruhan dan kesatuan. Didminasi leh visi individualisme. Orang dipertimbangkan aktif dalam pencapaian tujuan-tujuan pribadi. Memandang hasil kmunikasi sebagai sesuatu yang tidak direncanakan dan merupakan knsekuensi alami dari suatu

9 9 peristiwa. Didminasi leh bahasa. Lambang-lambang verbal, khususnya ujaran, tidak cukup mendapat perhatian dan dipandang secara skeptis. Hubungan atau relasi muncul diantara dua atau lebih individu. Hubungan bersifat lebih rumit, karena melibatkan psisi ssial tentang peran, status dan kekuasaan. Sumber: Stephen W. Littejhn, Theries f Human Cmmunicatin, Sixth Editin, 1999: 4-6. Dalam catatan Littlejhn (1999: 41), kmunikasi dalam perspektif Timur memiliki kesamaan dengan Teri Sistem, karena cara pandang Timur tentang kmunikasi menekankan pada keseluruhan (whleness) yang menjadi centerpieces dari Teri Sistem. Dalam arti, sistem merupakan keseluruhan yang bersifat unik. Ia mencakup pla hubungan (relatinship) yang berbeda dengan sistem yang lain. Keseluruhan lebih dari sekadar penjumlahan terhadap bagian-bagiannya. Sistem merupakan prduk dari kekuatan-kekuatan atau interaksi diantara bagian-bagiannya. Disamping adanya kesamaan tersebut, perspektif Timur dan Teri Sistem menghindari alasan kausal yang bersifat linier. Menurut pendapat penulis, usaha untuk mengembangkan pemikiran teritik tentang kmunikasi dari perspektif Timur belum menyentuh kesadaran keilmuan kita selama ini, karena aktivitas keilmuan (penelitian) kita masih sebatas melakukan verifikasi terhadap teri-teri kmunikasi dari cara pandang Barat. Artinya, apa yang kita lakukan sekarang ini masih pada tataran melakukan pengujian, mendukung atau menlak teri-teri Barat tersebut. Kita belum sampai pada tahapan untuk mengeksplrasi kearifan lkal (lcal wisdm) yang hingga saat ini masih menunggu aktivitas keilmuan kita. Paradigma Penelitian Kmunikasi: Penelitian kmunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan tunggal yang berbeda karaktersitiknya, yaitu pendekatan kuantitatif (bjectivist) dan pendekatan kualitatif (subjectivist). Secara umum dapat dipahami bahwa penelitian kmunikasi dengan pendekatan bjectivist berhubungan dengan

10 10 pengujian hiptesis dan data yang dikuantifikasikan melalui penggunaan teknikteknik pengukuran yang byektif dan analisis statistik. Sedangkan penelitian kmunikasi dengan pendekatan subjectivist memiliki keterkaitan dengan analisis data visual dan data verbal yang merupakan cerminan dari pengalaman sehari-hari. Perbedaaan antara penelitian kmunikasi bjectivist dengan subjectivist ditandai leh adanya paradigma sebagai pijakan filsfis yang memandu peneliti dalam menjalankan aktivitas penelitiannya. Paradigma dimengerti sebagai sistem keyakinan dasar (basic belief system) yang dicirikan leh asumsi-asumsi ntlgi, epistemlgi, aksilgi dan metdlgi. Asumsi ntlgi berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang sifat realitas (being), asumsi epistemlgi membahas pertanyaan-pertanyaan tentang relasi antara peneliti dengan fenmena yang diteliti (knwing), asumsi aksilgi berhubungan dengan pertanyaanpertanyaan mengenai peran nilai (value) dan asumsi metdlgi mengkaji pertanyaan-pertanyaan tentang prses penelitian. TABEL 5 KARAKTERISTIK PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif Ontlgi Sifat realitas Bersifat byektif dan tunggal, terpisah dari penelitinya. Bersifat subyektif dan banyak, seperti yang dipahami setiap rang. Epistemlgi Hubungan peneliti dengan realitas Bersikap independen terhadap realitas yang diteliti. Berinteraksi dengan realitas yang diteliti. Aksilgi Peran nilai Bebas nilai dan tidak bias. Sarat nilai dan bias. Retrika Bahasa penelitian Frmal, berdasarkan pada seperangkat definisi. Metdlgi Prses penelitian Deduktif, sebab-akibat, disain statis, bebas knteks, generalisasi. Infrmal dan bersifat persnal. Induktif, simultan, disain muncul, terikat knteks, teriteri dikembangkan untuk menciptakan pemahaman. Sumber: Jhn W. Cresswell, Research Design, Qualitative & Quantitative Appraches, 1994: 5.

11 11 Paradigma dalam penelitian kmunikasi tidak bersifat mnlitik. Artinya, terdapat lebih dari 1 (satu) paradigma yang dapat digunakan sebagai pijakan filsfis dalam melakukan aktivitas penelitian. Dalam beberapa literatur metdlgi penelitian ssial (kmunikasi) ditemukan beragam peta tentang paradigma. Stiris Sarantaks (Scial Research) dan W. Lawrence Neumann (Scial Research Methds, Qualitative and Quantitative Appraches, Third Editin) membagi paradigma ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu psitivisme, interpretif dan kritikal. Sedangkan Nrman K. Denzin & Yvnna S. Lincln (penyunting The Sage Handbk f Qualitative Research, Third Editin) membagi paradigma ke dalam 5 (lima) jenis, yaitu psitivism, pstpsitivism, critival thery et al., cnstructivism dan participatry. Leslie A. Baxter & Earl Babbie (The Basics f Cmmunicatin Research) membagi paradigma ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu psitivisme, sistem, interpretif dan kritikal. TABEL 6 BASIC BELIEFS OF ALTERNATIVE INQUIRY PARADIGMS Isu Psitivism Pstpsitivism Ontlgi Epistemlgi Metdlgi Realisme naif realitas yang nyata, tetapi dapat dipahami. Dualist/bjectivist: temuan-temuan yang benar. Eksperimental/manipulatif, verifikasi terhadap hiptesis, terutama menggunakan metda-metda kuantitatif. Realisme kritis realitas yang nyata, tetapi tidak lengkap dan secara prbabilitas dapat dipahami. Dualist/bjectivist yang dimdifikasi, tradisi kritikal/kmunitas, temuan-temuan kemungkinan benar. Eksperimental/manipulatif yang dimdifikasi, pengembangan pemikiran kritis, falsifikasi terhadap hiptesis, melibatkan penggunaan metda-metda kualitatif. Sumber: Egn G. Guba & Yvnna S. Lincln, Paradigmatic Cntrversies, Cntradictins, and Emerging Cnfluences, 2005: 195. TABEL 7 BASIC BELIEFS OF ALTERNATIVE INQUIRY PARADIGMS Isu Critical Thery et al. Cnstructivism Participatry Ontlgi Realisme histris: realitas yang sebenarnya Relativisme: realitas yang diknstruksikan dalam Realitas partisipatif: realitas subyektif-

12 12 dibentuk leh nilai-nilai ssial, plitik, kultural, eknmi, etnis dan gender yang mewujud sepanjang waktu. knteks lkal dan spesifik. byektif, diciptakan bersama leh pikiran dan ksms. Epistemlgi Transactinal/subjectivist: nilai mengantarai temuan-temuan. Transactinal/subjectivist: temuan-temuan yang diciptakan. Subyektivitas kritikal dalam transaksi partisipatif dengan ksms, epistemlgi eksperensial, prprsinal, dan praktik yang diperluas, temuantemuan yang dihasilkan bersama. Metdlgi Dialgis/dialektis. Hermeneutika/dialektis. Partisipasi plitik dalam tindakan klabratif, keunggulan praktik, penggunaan bahasa yang muncul dari knteks pengalaman yang dipertukarkan. Sumber: Egn G. Guba & Yvnna S. Lincln, Paradigmatic Cntrversies, Cntradictins, and Emerging Cnfluences, 2005: 195. Paradigma merupakan knstruksi manusia (human cnstructin), yaitu gagasan yang merepresentasikan beragam cara yang dilakukan peneliti untuk memahami dunia (realitas). Sebagai knstruksi manusia, paradigma tidak dipahami dalam lingkup benar atau salah. Paradigma adalah cara melihat (way f lking) realitas, sehingga perlu dimengerti dalam knteks kegunaannya. Melalui paradigma, peneliti bisa menetapkan pijakan teri dan metda penelitian yang digunakan. Dalam knteks pertimbangan epistemlgi (pertanyaan-pertanyaan mengenai penciptaan dan perkembangan pengetahuan), Miller (2005: 28-29) menjelaskan psisi antara Objectivist dan Subjectivist dalam epistemlgi yang meliputi jenis pengetahuan yang diperleh melalui teri, kmitmen metdlgi dalam pencarian pengetahuan dan tujuan pengetahuan untuk pengembangan teri.

13 13 TABEL 8 POSISI OBJECTIVIST DAN SUBJECTIVIST DALAM EPISTEMOLOGI Jenis pengetahuan yang diperleh melalui teri: Kmitmen metdlgis dalam pencarian pengetahuan: Tujuan pengetahuan untuk pengembangan teri: Objectivist Penjelasan (explanatin) fenmena ssial yang didasarkan pada relasi sebabakibat. Pemisahan antara knwer dengan knwn melalui penggunaan metda ilmiah. Kumulasi pengetahuan melalui pengujian dari kmunitas ilmuwan. Subjectivist Pemahaman (understanding) fenmena ssial yang didasarkan pada pengetahuan yang disituasikan. Kajian dari dalam melalui etngrafi dan lapran para aktr ssial. Pemahaman kasus-kasus lkal dari kehidupan ssial yang disituasikan. Sumber: Katherine Miller, Cmmunicatin Theries, Perspectives, Prcesses, and Cntexts, Secnd Editin, 2005: 29. Sebagai catatan pelengkap guna memahami relasi antara paradigma penelitian dengan pemikiran teritik tentang kmunikasi, ada gagasan menarik yang dikemukakan leh James Andersn, akademisi kmunikasi dari Universitas Utah (dalam Griffin, 2006: ). Andersn melakukan klasifikasi teri-teri kmunikasi berdasarkan perspektif Objective dan Interpretive. Dalam pandangan Andersn, para teritisi Objective meyakini adanya kesatuan dalam ilmu (unity f science). Mereka memahami fisika, bilgi, psiklgi dan kmunikasi hanyalah sebagai jendela-jendela yang berbeda untuk melihat realitas fisik yang bersifat tunggal. Sedangkan para teritisi Interpretive meyakini adanya ranah (dmain) yang beragam. Mereka tidak meragukan adanya realitas material. Tidak ada yang byektif tentang tanda-tanda (signs) dan maknanya. Ranah ssial terpisah dari bidang material. Teritisi Objective memahami realitas yang tunggal, independen dan tnm. Sebaliknya, teritisi Interpretive mengasumsikan bahwa realitas ssial merupakan sebuah status yang diberikan. Interpretasi adalah sebuah pencapaian manusia yang menciptakan data. Teks tidak pernah menginterpretasikan dirinya sendiri.

14 14 TABEL 9 TEORI-TEORI KOMUNIKASI DALAM SKALA OBJECTIVE INTERPRETIVE Interpersnal Cmmunicatin Objective Interpretive Symblic Interactinism ***** Crdinated Management f Meaning ***** Expectancy Vilatins Thery ***** Interpersnal Deceptin Thery ***** Scial penetratin Thery ***** Uncertainty Reductin Thery ***** Scial Infrmatin Prcessing Thery ***** The Interactinal View ***** Cnstructivism ***** Scial Judgement Thery ***** Elabratin Likelihd Mdel ***** Cgnitive Dissnance Thery ***** Relatinal Dialectics ***** Grup and Public Cmmunicatin Objective Interpretive Functinal Perspective n Grup Decisin Making ***** Adaptive Structuratin Thery ***** Symblic Cnvergence Thery ***** ***** Infrmatin Systems Apprach ***** Cultural Apprach ***** Critical Thery f Cmmunicatin Apprach ***** The Rhetric ***** Dramatism ***** Narrative Paradigm ***** Mass Cmmunicatin Objective Interpretive Semitics ***** Cultural Studies *****

15 15 Cultivatin Thery ***** Agenda-Setting Thery ***** Spiral f Silence ***** Cultural Cntext Objective Interpretive Anxiety/Uncertainty Management Thery ***** Face-Negtiatin Thery ***** Speech Cdes Thery ***** Genderlect Styles ***** ***** Standpint Thery ***** Muted Grup Thery ***** Sumber: Em Griffin, A First Lk At Cmmunicatin Thery, Sixth Editin, 2006: 518 Perkembangan Studi Kmunikasi di Indnesia: Seperti yang telah diuraikan pada bagian awal makalah ini, institusi pendidikan tinggi ilmu kmunikasi di Indnesia tumbuh dengan pesat. Namun, dibalik peningkatan secara kuantitas tersebut, ilmu kmunikasi yang dipelajari di institusi-institusi pendidikan tinggi masih terlihat seragam. Apa yang bisa kita cermati dari perkembangan pendidikan kmunikasi di negara kita selama ini? Menurut pendapat penulis, pemahaman terhadap pembidangan ilmu kmunikasi yang seragam tersebut sangat tidak menguntungkan, karena setiap institusi penyelenggara pendidikan ilmu kmunikasi tidak terlihat ciri khas atau keunggulannya secara kmpetitif maupun kmparatif. Tidak ada identitas yang bisa menjadi pengenal bagi keberadaan setiap institusi pendidikan tinggi ilmu kmunikasi. Bidang-bidang kmunikasi yang selama ini diajarkan pada hampir semua perguruan tinggi memiliki relasi dengan kmunikasi sebagai disiplin praktik/terapan. Jurnalistik, Public Relatins, Periklanan, Penyiaran dan Manajemen Kmunikasi lebih dipahami sebagai kajian yang bersifat aplikatif. Penyelenggara pendidikan ilmu kmunikasi berharap menghasilkan lulusan yang dengan cepat dapat diserap leh

16 16 pasar (sekadar memenuhi kebutuhan pasar ), namun cenderung menafikan upaya untuk menyelenggarakan pendidikan yang dapat menciptakan pasar. Pembidangan ilmu kmunikasi yang selama ini dipahami leh penyelenggara pendidikan tinggi ilmu kmunikasi di Indnesia telah mengesankan terjadinya kemandegan (stagnasi) dalam studi kmunikasi di negara kita. Ilmu Kmunikasi identik dengan Jurnalistik, Public Relatins, Periklanan, Penyiaran dan Manajemen Kmunikasi. Tantangan yang dihadapi leh institusi pendidikan tinggi kmunikasi di Indnesia sekarang ini adalah adakah keinginan untuk keluarga dari arus utama (mainstream) pembidangan ilmu kmunikasi yang selama ini telah terjadi. Tentu bukan persalan yang sederhana bagi perguruan tinggi ilmu kmunikasi untuk menyelenggarakan bidang kmunikasi yang baru, karena institusi pendidikan tersebut memerlukan kesiapan dalam banyak hal: SDM, kurikulum, prasarana dan sarana penunjang prses belajar mengajar hingga pasar yang akan menyerap lulusan yang dihasilkan. Jika ada keberanian untuk membuka wilayah baru, maka akan membuka kemungkinan lahirnya lembaga-lembaga pendidikan tinggi ilmu kmunikasi di Indnesia yang unggul secara kmparatif dan memiliki identitas yang jelas. Semarang, 8 Maret 2008 Turnm Rahardj Jurusan Ilmu Kmunikasi FISIP Universitas Dipnegr

17 17 Bahan Bacaan: Baxter, Leslie & Earl Babbie. The Basics f Cmmunicatin Research, Canada, Wadswrth a divisin f Thmsn Learning, Inc., Cresswell, Jhn W. Research Design, Qualitative & Quantitative Appraches, Thusand Oaks, Califrnia, Sage Publicatins, Inc., Denzin, Nrman K. & Yvnna S. Lincln (pen.). The Sage Handbk f Qualitative Research, Third Editin, Thusand Oaks, Califrnia, Sage Publicatins, Inc., Griffin, Em. A First Lk At Cmmunicatin Thery, Sixth Editin, New Yrk, McGraw-Hill, Infante, Dminick A., Andrew S. Rancer, Deanna F. Wmack. Building Cmmunicatin Thery, Illinis, Waveland Press, Inc., 1990 Littlejhn, Stephen W. Theries f Human Cmmunicatin, Sixth Editin, Belmnt, Califrnia, Wadswrth Publishing Cmpany, Littlejhn, Stephen W. Theries f Human Cmmunicatin, Seventh Editin, Belmnt, Califrnia, Wadswrth Publishing Cmpany, Littlejhn, Stephen W. & Karen A. Fss. Theries f Human Cmmunicatin, Eight Editin, Belmnt, Califrnia, Wadswrth a divisin f Thmsn Learning, Inc., Miller, Katherine. Cmmunicatin Theries, Perspective, Prcesses, and Cntexts, Secnd Editin, New Yrk, The McGraw-Hill Cmpanies, Inc., Neuman, W. Lawrence. Scial Research Methds, Qualitative and Quantitative Appraches, Third Editin, Bstn, Allyn & bacn A Viacm Cmpany, Sarantaks, Stiris. Scial Research, Suth Melburne, Macmillan Educatin Australia, 1993.

18 18 Stacks, Dn, Mark Hicksn, III, Sidney R. Hill, Jr. Intrductin t Cmmunicatin Thery, Flrida, Hlt, Rinehart and Winstn, Inc., West, Richard & Lynn H. Turner. Intrducing Cmmunicatin Thery, Analysis and Applicatin, New Yrk, The McGraw-Hill Cmpanies, Inc., 2007.

TEORI KOMUNIKASI. Pendekatan-Pendekatan Dalam Keilmuan Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

TEORI KOMUNIKASI. Pendekatan-Pendekatan Dalam Keilmuan Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN TEORI KOMUNIKASI Pendekatan-Pendekatan Dalam Keilmuan Kmunikasi Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Ilmu Kmunikasi Ilmu Kmunikasi 1 85004 Abstract Ilmu Kmunikasi adalah

Lebih terperinci

MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK

MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK Istilah pini publik sering diterjemahkan pini umum atau pini masyarakat. Hal ini kurang tepat, karena istilah masyarakats lebih mengarah kepada pengertian sciety.

Lebih terperinci

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI DEFINISI KOMUNIKASI Sebuah prses penyampaian pikiran atau infrmasi dari seserang kepada rang lain melalui suatu cara tertentu sehingga rang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud leh penyampai

Lebih terperinci

Konstruksi Teori (Komunikasi) dalam Logika Hypothetico-Deductive

Konstruksi Teori (Komunikasi) dalam Logika Hypothetico-Deductive Konstruksi Teori (Komunikasi) dalam Logika Hypothetico-Deductive Turnomo Rahardjo Universitas Diponegoro Jl. H. Imam Bardjo, SH, Pleburan, Semarang Email: turnomor@yahoo.co.id Abstract: A research is closely

Lebih terperinci

1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2013/ Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi

1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2013/ Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2013/ 2014 3. Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi (SPK 1201) 5. SKS : 3-0 6. Pengampu : Dr. M. Sulthan Tri Nugroho

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psiklgi Ssial Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Psiklgi Psiklgi 10 61017 Abstract Materi tentang sikap, prasangka, diskriminasi, agresi, atribusi, knfrmitas, skema,

Lebih terperinci

MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS

MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS Tujuan Pembelajaran: Mampu membedakan kmunikasi verbal & nn verbal Mampu menjelaskan terjadinya prses kmunikasi Mampu mengidentifikasikan sebab-sebab munculnya kesalahpahaman

Lebih terperinci

1. : FISIP 2. : : II

1. : FISIP 2. : : II 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : Smt Genap/ 2014 2015 3. Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi (SPK 1201) 5. SKS : 3-0 6. Pengampu : Dr. M. Sulthan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB III TEORI PENUNJANG 8 BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Bimbingan dan Penyuluhan Prayitn dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah prses pemberian bantuan yang dilakukan leh rang yang ahli kepada serang atau

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Desain Pryek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Menciptakan Slusi Menyelesaikan masalah mengambil tempat di mana pun kita dihadapi leh halangan atau tantangan untuk mencapai sebuah cita-cita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Scial Budaya Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi menjadi dua slidaritas, yaitu masyarakat dari berslidaritas mekanik

Lebih terperinci

Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi. Rachmat Kriyantono, Ph.D

Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi. Rachmat Kriyantono, Ph.D Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi Rachmat Kriyantono, Ph.D Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi Sejauh mana manusia membuat pilihan-pilihan nyata? - apakah pilihan nyata adalah mungkin? a. Kaum determinis:

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Silabus Kelas 7 SMP Negeri 4 Brebes Seklah Mata Pelajaran Kelas /Semester Standar : SMP Negeri 4 Brebes : Bahasa Indnesia : VII (Tujuh) /2 (Dua) : Mendengarkan 9. Memahami wacana lisan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT Dkumen ini mendefinisikan misi, tujuan, tata kella, dan prinsip-prinsip perasinal Pantau Gambut yang perlu disepakati bersama leh para rganisasi mitra.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK (USIA 2 12 / 13 TAHUN)

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK (USIA 2 12 / 13 TAHUN) PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK (USIA 2 12 / 13 TAHUN) Masa kanak-kanak dimulai saat anak dapat berdiri sampai dengan mencapai kematangan. Masa ini terbagi menjadi 2 peride : (Hurlck, 1990) 1. Masa Kanak-Kanak

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI 5.1 Kerangka Identitas MEDIOR 1. Dasar Pemikiran Kelmpk Media Olahraga (MEDIOR) merupakan anggta KKG (Kelmpk Kmpas Gramedia) yang bertujuan untuk ikut

Lebih terperinci

Turnomo Rahardjo Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro

Turnomo Rahardjo Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro Turnomo Rahardjo Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro FACE-NEGOTIATION THEORY Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Stella Ting-Toomey. Asumsi-asumsi: Identitas diri (self-identity) merupakan

Lebih terperinci

1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2011/ 2012 3. Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi

1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2011/ 2012 3. Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2011/ 2012 3. Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi (SPK 1201) 5. SKS : 3-0 6. Pengampu : Dr. Toto Sugito Mite Setiansah,

Lebih terperinci

D LAM PENDI D D I I D K I A K N

D LAM PENDI D D I I D K I A K N PERSPEKTIF PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN PERSPEKTIF BEHAVIORISME PERSPEKTIF KOGNITIF PERSPEKTIF HUMANISME (FENOMENOLOGIS) PERSPEKTIF BEHAVIORISME (Thrndike dan Skinner) Perkembangan perilaku manusia akibat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Kompetensi Inti : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Kompetensi Inti : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Alkasi : SMA : FISIKA : X / II : ELASTISITAS : 12 JP Kmpetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta kemampuan kerja yang didasari leh pengetahuan, sikap, keterampilan dan mtivasi dalam menghasilkan

Lebih terperinci

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih!

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih! Ini adalah Cnth: Jika ada yang berminat dengan Frmat *.Dc Silahkan kntak: Telp/SMS : 085 255 989 455 email : sedarmn.s@gmail.cm Terima kasih! PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA STANDAR KOMPETENSI DAN

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teri 4.1.1 Teri Desain Kmunikasi Visual Terapan teri Desain Kmunikasi Visual dalam hal kampanye ssial ini lebih berfkus pada navigasi yang lebih playful namun edukatif

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Layanan Purna Jual Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indnesia N. 634/MPP/Kep/9/2002 tentang ketentuan dan tata cara pengawasan

Lebih terperinci

A. IDENTITAS B. DESKRIPSI MATAKULIAH C. TUJUAN MATAKULIAH

A. IDENTITAS B. DESKRIPSI MATAKULIAH C. TUJUAN MATAKULIAH A. IDENTITAS Nama Mata Kuliah : Sistem Infrmasi Akuntansi Kde Mata Kuliah : AKT 207 Tipe : Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) Bbt SKS : 3 SKS / 3 JP Prasyarat : Aplikasi Kmputer Pengantar B. DESKRIPSI

Lebih terperinci

PERANAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK PADA HUBUNGAN PERSAHABATAN REMAJA

PERANAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK PADA HUBUNGAN PERSAHABATAN REMAJA JURAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISS : 2085 0328 PERAA KOMUIKASI ITERPERSOAL DALAM MEYELESAIKA KOFLIK PADA HUBUGA PERSAHABATA REMAJA Muhammad Alfikri 1, Abedneg Edy Suranta Tarigan 2 1 Email: muhammad_alfikri@yah.c.id

Lebih terperinci

[Summary] Sistem Informasi Perusahaan Chapter 1 & 2

[Summary] Sistem Informasi Perusahaan Chapter 1 & 2 [Summary] Sistem Infrmasi Perusahaan Chapter 1 & 2 CHAPTER 1 PENGANTAR Integrated enterprise infrmatin system: Enterprise (perusahaan): rganisasi yang didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan

Lebih terperinci

ANTARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF

ANTARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF ANTARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF Secara umum, pemahaman terhadap perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat dari perbedaan penting antara pendekatan interpretive dan objective untuk

Lebih terperinci

Mengembangkan Kajian Teoritik Ilmu Komunikasi dari Teori Public Relations Berperspektif Lokal

Mengembangkan Kajian Teoritik Ilmu Komunikasi dari Teori Public Relations Berperspektif Lokal Mengembangkan Kajian Teoritik Ilmu Komunikasi dari Teori Public Relations Berperspektif Lokal M. Fikri. AR, MA (Materi Bedah Buku Teori Public Relations karya Rachmat K, Ph.D 1 The Fact Without Theory

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Komunikasi sebagai Ilmu (Lanjutan) Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Matriks Perbedaan

Lebih terperinci

Artikel keperawatan sebagai ilmu

Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel ini disusun guna memenuhi tugas Knsep Dasar Keperawatan Dsen pengampu: Ns.Dera Alfiyanti, S.Kep Di susun leh: Nama : Agung Siswy Nim : G0A011002 FIKKES DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Options Disable. Get Free Shots. Tulisan Terakhir o Mengungkap Fakta di Balik Fenomena Intelijen (Intelligent) o MUTU DAN KEUNGGULAN PENDIDIKAN (1)

Options Disable. Get Free Shots. Tulisan Terakhir o Mengungkap Fakta di Balik Fenomena Intelijen (Intelligent) o MUTU DAN KEUNGGULAN PENDIDIKAN (1) Optins Disable Get Free Shts Tulisan Terakhir Mengungkap Fakta di Balik Fenmena Intelijen (Intelligent) MUTU DAN KEUNGGULAN PENDIDIKAN (1) Halaman Abut Kategri PENDIDIKAN MENURUT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Deskripsi Singkat :

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Deskripsi Singkat : RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah Kode/ Bobot : TEORI KOMUNIKASI I : ISK 4212/ 3 SKS (3-0)) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini akan memberikan gambaran tentang apa itu

Lebih terperinci

PEMODELAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) PERGURUAN TINGGI POLITEKNIK

PEMODELAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) PERGURUAN TINGGI POLITEKNIK PEMODELAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) PERGURUAN TINGGI POLITEKNIK Ek Subyantr* 1, Septafiansyah Dwi Putra 2 1,2 Pliteknik Negeri Lampung; Jl. Sekarn Hatta N. 10, Rajabasa Bandar Lampung Eknmi

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-I PENGENALAN STUDIO PROSES PERENCANAAN

PERTEMUAN KE-I PENGENALAN STUDIO PROSES PERENCANAAN PERTEMUAN KE-I PENGENALAN STUDIO PROSES PERENCANAAN Pengertian Studi Studi erupakan pengenalan lapangan atas bagian kegiatan prses perencanaan yang akan diajarkan akan dipraktekan leh mahasiswa. Studi

Lebih terperinci

Pemahaman Etika Secara Umum

Pemahaman Etika Secara Umum Pemahaman Etika Secara Umum By : Aini Zahra 08650027 Fathan Trikurniawan 08650033 Ummi Athiyah 09650039 Pengertian Etika Etika/etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti nilai-nilai, kaidah-kaidah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Data Perusahaan 2.1.1. Identitas Perusahaan Televisi Republik Indnesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran pertama di Indnesia. Berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Seklah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indnesia Kelas/Semester : VIII (Delapan) /1 (Satu) Standar : Mendengarkan 1. Memahami wacana lisan berbentuk lapran Kegiatan Indikatr Pencapaian

Lebih terperinci

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan Jenis Infrmasi yang Terbuka dan Dikecualikan Kelmpk Infrmasi Publik yang diatur dalam UU KIP mencakup Infrmasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; Infrmasi Publik yang wajib diumumkan

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Data dan Informasi. Sistem Informasi. Komponen sistem informasi. Basis data

PENDAHULUAN. Data dan Informasi. Sistem Informasi. Komponen sistem informasi. Basis data UNIVERSITAS UNIVERSAL BATAM 2016 PENDAHULUAN Data dan Infrmasi Data merupakan nilai (value) yang turut merepresentasikan deskripsi dari suatu bjek atau kejadian (event) Infrmasi merupakan hasil dari penglahan

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan 7 BAB II LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teri 2.1.1 Teri Penetapan Tujuan (Gal Setting) Teri penetapan tujuan adalah prses kgnitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknlgi infrmasi khususnya jaringan internet sudah banyak dikenal leh masyarakat secara luas. Penggunaan internet dari tahun ke tahun meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelanggan merupakan kunci keberhasilan bisnis. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan berbagai cara untuk membuat pelanggan meningkat dan tetap setia, namun

Lebih terperinci

SILABUS. Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menguraikan pengertian bangsa dan unsur terbentuknya bangsa

SILABUS. Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menguraikan pengertian bangsa dan unsur terbentuknya bangsa SILABUS Nama Seklah : SMA 78 Jakarta Mata Pelajaran : Pendidikan Kewargaan Kelas/Semester : X/I Standar Kmpetensi :1. Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik (NKRI) Alkasi waktu : 8 X 45 Menit

Lebih terperinci

DESAI EVALU IMPLEM BAB I PENDAHULUAN

DESAI EVALU IMPLEM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pertemuan ke : 1 Alkasi waktu : 0,5 Jam Kmpetensi dasar : 1. Mahasiswa mampu memahami pentingnya mempelajari perancangan antarmuka pengguna. Indikatr : 1. Menuliskan dan menjelaskan knsep

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme. dan. Dualisme dalam Pendidikan. Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan.

Islam dan Sekularisme. dan. Dualisme dalam Pendidikan. Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Islam dan Sekularisme dan Dualisme dalam Pendidikan Sekularisme 1. Kamus Dewan:- Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Sekularisme bermakna faham, dktrin

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian Pertemuan 1 Disampaikan oleh: Budi Setiawan

Metodologi Penelitian Pertemuan 1 Disampaikan oleh: Budi Setiawan Metodologi Penelitian Pertemuan 1 Disampaikan oleh: Budi Setiawan Metodologi: sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu Penelitian: suatu penyelidikan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kde dan nama mata kuliah Tpik Bahasan 1 1. Mahasiswa memahami silabus, kntrak kerja dan membuat kelmpk 2. Mahasiswa memahami manajemen SDM:perspektif masa lalu, sekarang, dan yang

Lebih terperinci

PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL

PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL SUMMARY SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV KURIKULUM PROGRAM STUDI

BAB IV KURIKULUM PROGRAM STUDI BAB IV KURIKULUM PROGRAM STUDI 4.1 PRODI MATEMATIKA 4.1.1 Visi Prdi Matematika Menjadi pusat pengkajian dan pengembangan ilmu matematika terkemuka pada tahun 2025 yang mensinergikan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya

Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya untiludigdo@ub.ac.id; masunti@gmail.com Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi di Universitas Lampung, 24-26 Agustus 2016 Seperangkat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY MATA KULIAH KODE RUMPUN MK BOBOT (SKS) SEMESTER DIREVISI P = 1 Analisis dan Perancangan Sistem

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Kmunikasi Kmunikasi Nn Verbal Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Ilmu Kmunikasi Humas 09 85001, S.IP, M.Si. Abstract Kde-kde verbal dan nn verbal merupakan

Lebih terperinci

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS Disarikan dari buku Griffin (2006) dan Littlejohn & Foss (2008) Oleh : Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-UI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. (source) kepada komunikan (receiver) melalui suatu media, yang kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. (source) kepada komunikan (receiver) melalui suatu media, yang kemudian 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Periklanan Sebagai Strategi Kmunikasi Periklanan umumnya mengandung nilai kmunikasi, karena periklanan adalah suatu kmunikasi massa dan harus dibayar untuk menarik kesadaran,

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan/ Artificial Intelligence

Kecerdasan Buatan/ Artificial Intelligence Kecerdasan Buatan/ Artificial Intelligence Knsep Dasar AI Imam Chlissdin, S.Si., M.Km. Pkk Bahasan 1. Apa itu AI/Kecerdasan Buatan? 2. Fndasi AI/Kecerdasan Buatan 3. Sejarah Kecerdasan Buatan 4. AI Saat

Lebih terperinci

Konsep Sistem Informasi Manajemen

Konsep Sistem Informasi Manajemen Knsep Sistem Infrmasi Manajemen Sistem Infrmasi Sistem Infrmasi telah menjadi pndasi bagi mdel dan prses bisnis Sistem Infrmasi memungkinkan distribusi pengetahuan: suatu sistem kmunikasi antara manusia

Lebih terperinci

Advertising Project Management

Advertising Project Management MODUL PERKULIAHAN Advertising Prject Management Knsep Manajemen Jasa Dan Isu Strategik Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Advertising and Kmunikasi Marketing Cmmunicatin

Lebih terperinci

PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM

PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM Perencanaan secara klabratif Pengellaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat (PSABM) dilakukan untuk menyusun acuan dan prgram bersama di antara pemangku kepentingan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA. Tanggal Penyusunan 21/02/2017 Tanggal revisi dd/bb/thn

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA. Tanggal Penyusunan 21/02/2017 Tanggal revisi dd/bb/thn RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 21/02/2017 Tanggal revisi dd/bb/thn Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Kode Prodi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER L1 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri A. Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri 1. Pada lingkup industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam knteks keberlanjutan suatu bangsa. Anak merupakan penentu kualitas sumber daya manusia serta kemajuan di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya teknologi. Hal tersebut mendorong para produsen dalam BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Pada saat ini masyarakat semakin berkembang, yang disebabkan leh semakin majunya teknlgi. Hal tersebut mendrng para prdusen dalam menciptakan barang dan jasa, untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas Semester Mata Pelajaran Alkasi Waktu : SMP : VIII : Ganjil /Genap : Seni Budaya (Musik) : 2 x 40 menit x (4 pertemuan) A. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

Komentar dan Rekomendasi

Komentar dan Rekomendasi Lampiran 3. Frmat lapran evaluasi Visitasi PHK-PKPD (AIPKI) Kmentar dan Rekmendasi Nama Perguruan Tinggi : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Skema Reviewer : B : 1. Sri Asriyani 2. Hemma Yulfi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MATERI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SENI RUPA BERDASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENYUSUNAN MATERI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SENI RUPA BERDASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENYUSUNAN MATERI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SENI RUPA BERDASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Oleh: Tri Hartiti Retnwati M.Pd Makalah disampaikan pada Wrkshp pelaksanaan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS ISI FOTO BERITA PADA RUBRIK JEPRET DI HARIAN POS METRO MEDAN. Taufik Walhidayat 1, Novri Maulana 2

ANALISIS ISI FOTO BERITA PADA RUBRIK JEPRET DI HARIAN POS METRO MEDAN. Taufik Walhidayat 1, Novri Maulana 2 JURAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISS : 208 0328 AALISIS ISI FOTO BERITA PADA RUBRIK JEPRET DI HARIA POS METRO MEDA Taufik Walhidayat 1, vri Maulana 2 1 Email: taufik_walhidayatuma@yah.c.id Jl. Klam

Lebih terperinci

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception )

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception ) D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perceptin ) Persepsi kedalaman merupakan kemampuan indera penglihatan untuk mengindera ruang. Akan tetapi ruang berdimensi tiga, sedang kan penginderaan visual kita hanya berdimensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfomansinya agar dapat unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfomansinya agar dapat unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknlgi yang semakin maju dan semakin pesat membuat perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfmansinya agar dapat unggul dalam persaingan sekarang

Lebih terperinci

SILABUS. Sifat: Pendukung

SILABUS. Sifat: Pendukung SILABUS Prgram Studi : Sistem Infrmasi Kde Mata Kuliah : Nama Mata Kuliah : Pryek Sistem Infrmasi (MPSI) Kelmpk Mata Kuliah : Kde / SKS : RIS1/3 Nama Dsen : Ir. Riswan, MMSI Jam/Minggu 2 Jam Kde MataKuliah

Lebih terperinci

BAB II PETUGAS HUMAS DAN WARTAWAN DI KABUPATEN BREBES. Tanpa komunikasi, masyarakat akan mengalami ketertinggalan informasi,

BAB II PETUGAS HUMAS DAN WARTAWAN DI KABUPATEN BREBES. Tanpa komunikasi, masyarakat akan mengalami ketertinggalan informasi, 1 BAB II PETUGAS HUMAS DAN WARTAWAN DI KABUPATEN BREBES 2.1 Petugas Humas Kmunikasi dan infrmasi telah menjadi salah satu kebutuhan dasar mausia. Tanpa kmunikasi, masyarakat akan mengalami ketertinggalan

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III. Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3. 1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih paradigma konstruktivisme sebagai landasan filosofis untuk memahami realitas sosial di masyarakat.

Lebih terperinci

Perspektif / Paradigma Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Perspektif / Paradigma Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Perspektif / Paradigma Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. PARADIGMA Sebagai suatu konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BERBAGAI PROGRAM IMC

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BERBAGAI PROGRAM IMC Perspektif Pemasaran Untuk mengerti IMC, kita harus memahami pengertian dasar dari pemasaran, karena fungsifungsi IMC sendiri berada dibawah payung pemasaran. Seperti halnya pemasaran, IMC sendiri merupakan

Lebih terperinci

TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI

TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI KONSEP DASAR Semiotik, Sesi 01 TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI Konsep Dasar Semantik Sintaktik Pragmatik Konsep dasar pertama yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang diidentifikasikan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai politik di Provinsi Lampung terhadap wacana pemilihan gubernur oleh DPRD Provinsi, sehingga

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF KRITIS (KBKK) DALAM PEMBELAJARAN PAUD Oleh Puji Yanti Fauziah, M.Pd

KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF KRITIS (KBKK) DALAM PEMBELAJARAN PAUD Oleh Puji Yanti Fauziah, M.Pd KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF KRITIS (KBKK) DALAM PEMBELAJARAN PAUD Oleh Puji Yanti Fauziah, M.Pd Abstrak Keterampilan berfikir kreatif dan kritis merupakan salah satu keterampilan yang harus diberikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci

KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) BAB I Tujuan Umum... 3

KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) BAB I Tujuan Umum... 3 PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) DAFTAR ISI Executive Summary BAB I Tujuan Umum... 3 BAB II Organisasi... 4 1. Struktur... 4 2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang... 4 3. Hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim disebut classroom action research. Menurut Wiriaatmadja (2006: 13)

BAB III METODE PENELITIAN. lazim disebut classroom action research. Menurut Wiriaatmadja (2006: 13) 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau lazim disebut classrm actin research. Menurut Wiriaatmadja (2006: 13) penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

REVIEW TEORI MEDIA DAN MASYARAKAT

REVIEW TEORI MEDIA DAN MASYARAKAT REVIEW TEORI MEDIA DAN MASYARAKAT Selama beberapa dekade dikatakan bahwa media memiliki kekuatan dalam membentuk opini publik. Media bukan saja dapat membentuk worldview masyarakat, namun juga mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Teori yang Penulis gunakan akan Penulis bagi kedalam 4 bagian: seni (Yongky Safanayong, 2006, p43).

BAB 4 KONSEP DESAIN. Teori yang Penulis gunakan akan Penulis bagi kedalam 4 bagian: seni (Yongky Safanayong, 2006, p43). BAB 4 KONSEP DESAIN 4.4 Landasan Teri / Metde Teri yang Penulis gunakan akan Penulis bagi kedalam 4 bagian: 4.4.1 Teri Kmunikasi Teri Gestalt atau Persepsi Visual, untuk menganalisis dan mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembang pesat dan semakin kuat nya persaingan bisnis di bidang tmtif saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki ptensi yang menjanjikan. Hal ini dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN STRATEGI BISNIS. Referensi pemikiran Drucker dan implementasinya. kemampuan melihat peluang lainnya

DAFTAR ISI PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN STRATEGI BISNIS. Referensi pemikiran Drucker dan implementasinya. kemampuan melihat peluang lainnya DAFTAR ISI PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN STRATEGI BISNIS P E N D A H U L U A N B A B I APA PENDEKATAN ANDA? Pendekatan inside-ut ataukah utside-in. Referensi pemikiran Drucker dan implementasinya. Satu tujuan

Lebih terperinci

Modifikasi Motif Kain Tradisional Menggunakan Cellular Automata

Modifikasi Motif Kain Tradisional Menggunakan Cellular Automata Mdifikasi Mtif Kain Tradisinal Menggunakan Cellular Autmata Purba Daru Kusuma Prgram Studi Sistem Kmputer Universitas Telkm Bandung, Indnesia purbdaru@gmail.cm Abstrak Metde cellular autmata telah diimplementasikan

Lebih terperinci

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN a) LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM BPK mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Lebih terperinci

[Summary] Struktur dan Proses Organisasi Chapter 2

[Summary] Struktur dan Proses Organisasi Chapter 2 [Summary] Struktur dan Prses Organisasi Chapter 2 Ch 2 Structural Design fr Organizatins Pada pkk bahasan ini bertujuan untuk menjelaskan knsep dasar dari struktur rganisasi dan memberikan penjelasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP) PETUNJUK OPERASIONAL MONITORING & EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BDSP LEMBAGA/INDIVIDU Pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini terlebih dahulu akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, slusi permasalahan dan perancangan sistem dalam rancang bangun

Lebih terperinci

W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI

W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI Nama Peneliti : Ir. Achmad Farid Wadjdi, MM Dra. Aries Setyani, M.Si Santi Andriany,

Lebih terperinci