dengan probabilitas laju kelahiran dengan probabilitas laju kematian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "dengan probabilitas laju kelahiran dengan probabilitas laju kematian"

Transkripsi

1 6.5 Proses Kelahiran(kemunculan) dan Kematian(kehilangan) dengan State Absorpsi Proses kelahiran dan kematian dimana 0 (kondisi awal laju kelahiran sama dengan nol, atau dapat dikatakan bahwa tidak ada kelahiran dari state nol ke state satu) sering kali muncul dan mempunyai hubungan yang penting. Untuk proses ini, state 0 adalah state absorpsi. Contohnya mengenai proses pertumbuhan kelahiran dan kematian tanpa imigrasi (6.3.3). Pada dijelaskan bahwa : n=0,1 n=0,1 0 : laju kelahiran 0 : laju kematian 0 : laju immigrasi Jadi, ketika 0 terjadi kelahiran tanpa immigrasi artinya, pertumbuhan populasi berasal dari populasi yang ada. Pada kasus ini, dan (tidak ada immigrasi). Ketika pertumbuhan populasi berasal dari populasi yang ada, jelas bahwa ketika populasi bernilai 0 selanjutnya akan tetap 0:i, e, 0 adalah state absorbsi Probabilitas dari State Absorpsi menuju State 0 Hal yang penting untuk menghitung probabilitas absorpsi dari state 1 sampai ke state 0. Hal ini tidak terjadi, yang lebih penting, kejadian tertentu ketika partikel yang disusun (i.e..state variabel) yang mungkin akan selalu memutar sepanjang state (1,2, ) atau mungkin penyimpangan yang tidak pernah berakhir. Andaikan 1,2, merupakan probabilitas terabsorpsi menuju state 0 dari state awal. Kita dapat menuliskan rumus berulang untuk dengan mempertimbangkan state yang mungkin setelah transisi pertama. Kita mengetahui bahwa transisi pertama membutuhkan perpindahan, 1 dengan probabilitas laju kelahiran 1 dengan probabilitas laju kematian Memasukkan dalam bentuk yang lebih umum yaitu analisis step pertama, sehingga kita peroleh, 1, 6.37

2 dimana 1. Pembuktian : 1,2,. 0 1 probabilitas laju kelahiran 1 probabilitas laju kematian dimana 1 Misal, artinya probabilitas absorpsi dari state awal 5 menuju state 0 Ada dua cara untuk mencapai state nol (0) yaitu: 1. Melalui state ke enam lalu baru ke state nol State lain yang mungkin, melalui state ke empat, baru ke state nol. 5 4 Kemungkinan 4 0 Metode lain untuk menurunkan persamaan (6.37) adalah dengan menganggap embedded random walk yang dihubungkan dengan proses kelahiran dan kematian. Terutama, kita menguji proses kelahiran dan kematian hanya pada waktu transisi. Waktu diskrit Markov chain dihasilkan dalam cara ini yang ditunjukkan oleh, dimana adalah state awal dan 1 adalah state untuk transisi ke-. Secara jelas, matriks probabilitas transisi mempunyai bentuk dimana Karena 1 Probabilitas laju kelahiran , 1

3 Probabilitas laju kematian Probabilitas absorpsi menuju state 0 untuk embedded random walk adalah sama seperti proses kelahiran dan kematian ketika kedua proses melakukan transisi yang sama. Sebuah pendekatan masalah yang berhubungan (gambler s ruin) untuk random walk telah dipelajari pada bagian Selanjutnya kita menyelesaikan (6.37) subjek untuk kondisi 1 dan Penulisan ulang persamaan 6.37 Diketahui, kita memperoleh Maka diperoleh, 1., 1. Iterasi dari hasil relasi terakhir dengan rumus, dimana Dan dengan, selanjutnya 1, 1. 1, 1. Kesimpulan dari persamaan terakhir dari 1 1 kita memperoleh 1, Ketika, sangat berarti, dibatasi dengan 1, kita lihat bahwa jika

4 6.39 selanjutnya, diperlukan 1 dan 1 untuk semua 2. Dengan kata lain, jika persamaan (6.39) digunakan maka absorpsi terakhir menuju state 0 pasti dari state awal. Andaikata 0 1; maka tentu saja Bukti : untuk 1 dan 1 untuk semua 2 Untuk Untuk 1 maka Ternyata, menurun pada ketika melewati state menuju state 0 yang mengikuti masuknya state pertengahan pada waktu terhalang (intervening time). Secara lebih jauh, hal itu dapat ditunjukkan bahwa 0 sebagaimana. Sekarang andaikan pada persamaan (6.38) mengizinkan kita untuk menyelesaikan, sehingga Bukti : 1

5 dan kemudian dari persamaan (6.38) kita memperoleh Waktu rata-rata (mean time) hingga absorpsi, 1. Anggap masalah perhitungan waktu rata-rata hingga absorpsi dimulai dari state m. Kita asumsikan bahwa kondisi (6.39) tetap jadi absorpsi pasti terjadi. Perlu diperhatikan bahwa kita tidak dapat menganggap remeh masalah kita untuk consideration dari embedded random walk ketika menghabiskan waktu sebenarnya dalam setiap state yang relevan untuk menghitung ratarata waktu absorpsi. Diberikan adalah rata-rata waktu absorpsi dimulai dari state. Anggap state yang mungkin terjadi pada transisi pertama, ada pada analisis langkah pertama, dan digunakan kembali fakta bahwa rata-rata waktu tunggu dalam state ke adalah (distibusi Eksponensial dengan parameter ), dapat diambil kesimpulan : 1 waktu rata-rata absorpsi dari state ke-i, ketika 0. Lalu diberikan dan menyusun kembali persamaan (6.40) diperoleh

6 Sehingga diperoleh 1 1 (Hasil dianggap 1) menggunakan notasi 1 dan 1 Sehingga persamaan menjadi

7 Terbukti bahwa 1 Karena dan, maka Jika , kemudian dari (6.42) dinyatakan bahwa. Jelas bahwa untuk semua dan sifat ini tidak berlaku untuk besar jika diasumsikan terbatas. Sekarang anggap dengan maka persamaan (6.42) dihasilkan 1 lim 1

8 Didownload dari Ini lebih sulit tetapi masih mungkin dibuktikan bahwa Maka 1 lim 0 1 Kita menyimpulkan diskusi dari bagian ini kedalam teorema dibawah ini Teorema 6.1 Proses kelahiran dan kematian dengan parameter kelahiran, dan parameter kematian,, 1 0 sehingga 0 adalah state absorbsi. Probabilitas absorbsi ke state 0 dari state awal m Waktu rata-rata absorpsi adalah Dimana 1 dan 6.44 Example Proses Populasi anggap proses pertumbuhan kelahiran dan kematian tanpa perpindahan (cf.section 6.3.3) dimana, 0,1, selama suatu interval waktu pendek/singkat dengan panjangnya, individu tunggal di dalam populasi mati dengan probabilitas, dan 0 0 mewakili angka kelahiran dan kematian individu, yang berturut-turut. Subsitusikan 0 dan dalam persamaan (6.25), untuk menentukan rata-rata ukuran populasi pada waktu untuk populasi awal dengan 0 individu. Ukuran rata-rata populasi adalah memperlihatkan kehilangan atau pertumbuhan bersifat exponensial ketika

9 Didownload dari Lalu kita uji gejala kematian dan ditentukan kemungkinan bahwa populasi akhirnya mati. Gejala ini sesuai dengan penyerapan di state 0 untuk proses kelahiran dan kematian ketika suatu perhitungan langsung menghasilkan / dan kemudian / / 1 / Dari theorem 6.1 probabilitas tentang kepunahan (extinction) dimulai dengan individual adalah Pr 0 / 1 Ketika, akhirnya proses hilang. Pada kasus ini ukuran rata-rata populasi konstan di awal tingkatan populasi. Situasi serupa dimana nilai rata-rata tidak cukup mendeskripsikan perilaku populasi yang sering muncul ketika ada unsur-unsur stocastik. Perhatikan bahwa rata-rata waktu menuju kepunahan diasumsikan kepunahan itu pasti, untuk itu,ketika. Untuk populasi awal dengan individu tunggal, kemudian dari (6.44) dengan m=1 kita menentukan waktu rata-rata Ketika laju kelahiran melebihi laju kematian kelahiran dan kematian dapat digambarkan sebagai proses pertumbuhan linear, dengan probabilitas positif kuat, pertumbuhan

10 tanpa batas (limit). Dalam perbedaan kontras, banyak populasi natural memperlihatkan densitas perlakuan yang saling terkait dimana laju kelahiran individu menurun atau laju kematian individu meningkat atau keduanya berubah seiring pertumbuhan populasi. Perubahan ini dianggap berasal dari faktor-faktor persediaan makanan yang terbatas, meningkatnya pemangsa, kepadatan, dan terbatasnya tempat tinggal. Karena itu, kita mengenalkan gagasan tentang hal yang berhubungan dengan lingkungan kapasitas pembawa K (carrying capacity K), sebuah batas atas dimana ukuran/jumlah populasi tidak dapat melampauinya. Karena semua individu mempunyai kesempatan untuk mati, dengan sebuah kapasitas bawaan tertentu, semua populasi pasti akan mengalami kepunahan. Ukuran kita dari kemampuan populasi akan menjadi waktu rata-rata kepunahan dan itu penting untuk para ekolog populasi yang mempelajari fenomena kolonisasi untuk memeriksa bagaimana kapasitas K., laju kelahiran, dan laju kematian mempengaruhi rata-rata waktu hidup populasi. Model harus memenuhi sifat dari pertumbuhan eksponensial (yang terletak pada rata-rata) untuk populasi kecil sama seperti melebihi batas tertinggi K yang mana populasi tidak dapat tumbuh. Ada beberapa jalan untuk mendekati ukuran populasi K dan berada di titik keseimbangan. Karena semua model-model memberikan lebih banyak atau lebih sedikit hasil kualitatif yang sama, kami menetapkan model paling sederhana yang mana parameternya kelahiran adalah 0,1,, 1 0 Teorema 6.1 menghasilkan. Waktu rata-rata untuk kepunahan populasi mulai dengan sebuah individu tunggal seperti diberikan dengan Persamaan (6.47) memisahkan faktor-faktor yang jelas mempengaruhi waktu rata-rata kepunahan populai. Faktor pertama adalah, rata-rata waktu hidup dari individu sejak adalah rata-rata individu mati. Jadi, jumlah dalam (6.47) merepresentasikan/mewakili rata-rata generasi atau rata-rata kehidupan(lifespans) menuju kepunahan populasi, hasil ukuran setidaknya kita tunjukkan dengan, (6.48)

11 Selanjutnya kita mempelajari pengaruh dari kelahiran-kematian atau ratio reproduksi dan kapasitas bawaan K pada waktu rata-rata kepunahan. Karena mewakili laju kelahiran individu dan adalah rata-rata hidup dari anggota tunggal dalam populasi, kita boleh mengartikan ratio reproduksi sebagai rata-rata jumlah dari keturunan sebarang individu dalam populasi. Jadi, kita harus menduga dengan signifikan perbedaan kelakuan ketika 1 berlawanan dengan ketika 1, dan ini adalah kasus yang nyata. Sebuah kapasitas bawaan dari K =100 adalah kecil. Ketika K adalah permintaan 100 atau lebih, kita mempunyai pendekatan yang akurat di bawah ini, turunannya di rumuskan dalam latihan 1 dan 2 di akhir bab ini: 1 1 1, , Perbedaan diantara 1 dan 1 jelas. Ketika 1, rata-rata generasi menuju kepunahan adalah hampir tidak tergantung dari kapasitas bawaan K dan pendekatan nilai asimtotik ln 1 sangat cepat. Ketika 1, rata-rata generasi menuju kepunahan tumbuh secara eksponensial dalam K. beberapa perhitungan berdasarkan (6.49) diberikan dalam table 6.1. Table 6.1. rata-rata generasi punah untuk sebuah populasi yang dimulai dari induk tunggal dimana adalah rata-rata reproduksi dan K adalah kapasitas yang berhubungan dengan lingkungan. K 0,8 1 1,2 10 1,96 2,88 3, ,01 5, ,01 7,48 7,59 10 Contoh Pengendalian sterilisasi (pemandulan) serangga jantan lalat screwworm, hama ternak di iklim hangat, telah dimusnahkan dari AS bagian tenggara dengan dilepaskan lalat screwworm

12 jantan dewasa yang telah di sterilisasi ke dalam lingkungan. Ketika jantan ini disterilisasi secara buatan dengan radiasi, kawin dengan betina lokal, mereka tidak menghasilkan keturunan, dan dalam cara ini kemampuan reproduksi dari populasi alami adalah nol(telah dihapuskan) dengan adanya lalat jantan ini(yang telah disterilisasi). Jika jantan steril cukup banyak sehingga menyebabkan sedikit penurunan tingkat populasi, kemudian penurunan ini mempercepat di dalam peristiwa pergantian generasi jika jumlah jantan steril dirawat kira-kira pada tingkat yang sama, karena rasio dari jantan steril terhadap jantan subur akan meningkat seperti anjloknya populasi alami. Karena pengaruh percampuran ini jika metode kontrol jantan steril berjalan lancar, kerjanya seperti memperluas pengendalian populasi lokal menuju kepunahan di dalam area yang diterapkan. Baru-baru ini, usaha milyaran dolar dimasukkan ke dalam teknik jantan steril telah diusulkan untuk pengendalian kumbang perusak biji kapas. Dalam contoh ini telah dirasakan bahwa perlakuan awal dengan pestisida dapat mengurangi ukuran populasi alami ke tingkat yang sama seperti teknik jantan steril yang lebih efektif. Mari kita periksa asumsi ini, pertama dengan model deterministik kemudian dengan keadaan stokastik. Untuk kedua model kita menganggap bahwa jenis kelamin jumlahnya sama, bahwa jantan steril dan jantan subur saling berkompetisi/bersaing, dan bahwa jumlah konstan S dari jantan steril ada ditiap generasi. Di dalam kasus deterministik, jika jantan subur ada di generasi induk dan betina subur memilih untuk kawin seperti seluruh populasi jantan, kemudian bagian dari perkawinan ini dengan jantan subur akan menghasilkan keturunan. menunjukkan jumlah keturunan dari salah satu jenis kelamin dalam perkawinan subur, kita menghitung ukuran N generasi selanjutnya menurut : 6.50 Untuk contoh angka, anggap bahwa ada =100 jantan subur dan jumlah yang sama dari betina subur dalam generasi induk dari populasi local, dan S=100 jantan serangga steril dilepaskan. Jika =4, berarti perkawinan subur menghasilkan 4 jantan dan 4 betina untuk generasi sukses, kemudian jumlah jenis kelamin yang lain dalam generasi pertama adalah Populasi meningkat dan metode kontrol jantan steril telah gagal. Tabel 6.2 Trend dari subject populasi serangga pada pengadaan jantan mandul.

13 Jumlah serangga Jumlah serangga Perbandingan Jumlah keturunan Generasi dalam populasi alami yang mandul mandul: subur Induk :1 13,33 F1 13, ,5: 1 6,27 F2 6, :1 1,48 F3 1, ,5:1 0,09 F4 0, :1 - Disisi lain jika pestisida dapat digunakan untuk menurunkan ukuran awal populasi menjadi N 20 atau 20% dari tingkat sebelumnya,dan S=100 jantan mandul dilepaskan.lalu 20 N , Dan populasi menurun.ukuran generasi selanjutnya diberikan dalam tabel 6.2.Dengan perlakuan awal,populasi punah pada generasi keempat. Sering kali pada proses deterministic atau nilai rata-rata model akan cukup mendeskripsikan evolusi perluasan populasi. Tapi kepunahan adalah fenomena populasi kecil dan terjadi dalam hadirnya long term trend signifikan, populasi kecil yang menyebabkan fluktuasi menghasilkan kepunahan atau rekoloni yang akan terjadi. Inilah fakta yang memotivasi kita untuk menentukan model stokastik dari evolusi populasi dalam hadirnya jantan mandul. Inilah faktor- faktor modelnya λ, laju kelahiran individu µ, laju kematian individu θ=λ n, rata-rata keturunan per individu K, kapasitas bawaan dari lingkungan S, nilai konstan dari populasi jantan mandul, dan m, ukuran populasi awal Kita misalkan bahwa kedua jenis kelamin akan mewakili angka yang sama dalam populasi alami, dan X(t), angka dari jenis kelamin lain mewakili waktu t, disusun sebagai proses lahir dan mati dengan parameter

14 Didownload dari Dan 0 0 0,1,. Ini adalah model kolonisasi dari contoh proses populasi, dikembangkan dalam analogi dengan (6.50) yang termasuk laju kelahiran, faktor untuk mewakili probabilitas terjadi perkawinan subur. Untuk menghitung rata- rata waktu kepunahan yang diberikan dalam (6.44),mulamula kita gunakan persamaan (6.51) untuk menghasilkan 1 dan, 0....!.!!, 1,., 1 Selanjutnya substitusi persamaan-persamaan ini untuk ke dalam persamaan (6.44) agar menghasilkan pers.(6.52) w !!!! Karena dari faktorial, persamaan 6.52 menunjukkan kesulitan nilai saat perhitungan secara langsung diusahakan. Iterasi sederhana mudah bekerja untuk meningkatkan keakuratan dan pengaruh perhitungan, sedemikian sehingga didapatkan 1 1!!!! Sehingga. Tetapi secara mudah dibuktikan bahwa 1

15 Mulai dengan 0, berturut-turut dihitung,,, dan kemudian. Menggunakan metode ini, kita telah menghitung rata-rata generasi punah di dalam model stokastik untuk membandingkan dengan model deterministik sebagaimana diberikan dalam tabel 6.2. Tabel 6.3 adalah daftar rata-rata generasi punah untuk macam ukuran populasi awal bila 100,λ 4, dan 1 sehingga 4. Dari empat generasi kepunahan diramalkan dengan model deterministik ketika 20, kita sekarang memperkirakan bahwa populasi akan terus ada untuk 8 milyar generasi berikutnya! Tabel 6.3 rata-rata lifespan kepunahan pada satu model kelahiran dan kematian dari satu populasi yang mengandung satu angka tetap S=100 dengan laki-laki steril. Ukuran awal populasi Lifespan kepunahan 20 8,101,227, ,306, , Jelaskan hubungan perbedaan antara model prediksi deterministik dan model prediksi stokastik? Model stokastik memberikan nilai yang kecil tetapi probabilitas positif yang populasinya tidak akan mati tetapi akan mengalami rekoloni dan kembali ke level tertinggi mendekati kapasitas lingkungan K dan bertahan untuk waktu yang sangat lama. Sementara kedua model adalah kualitatif, implikasi praktis tidak bisa dihilangkan. Suatu usaha kendali dengan skala besar, tempat tinggal yang luas dan untuk lingkungan mikro mengalami pembatasan. Model stokastik mengusulkan suatu kemungkinan bahwa beberapa subpopulasi dalam beberapa lingkungan bisa bertahan dan selanjutnya mengalami recolonize di seluruh daerah. Program jantan mandul yang tergantung percobaan awal dengan insektisida adalah keuntungan yang terbaik.

16 Didownload dari PEMBAHASAN SOAL 4. anggap proses kelahiran dan kematian di state 0,1...,5. Dengan parameter 0 1, 2, 3, 4 4, 3, 2, 1 catatan bahwa 0 dan 5 adalah state absorbsi. Anggap bahwa proses dimulai pada X(0)=2 (a) Berapa probabilitas absorpsi terakhir di state 0? (b) Berapa waktu rata-rata untuk absorpsi? Penyelesaian : a. Menurut Dicari terlebih dahulu karena λ pada saat state ke-2 maka sehingga 1. b. Mean time to arbsorpsi Menurut Akan dicari terlebih dahulu. Lihat 6.46, karena λ untuk state 2 maka: 1 1 0,05 1 1

17 0,05 1 0, , , , ,

18 PROSES KELAHIRAN (KEMUNCULAN) DAN KEMATIAN (KEHILANGAN) DENGAN STATE ABSORPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Proses Stokastik Oleh : Nurul kustinah Eka Hely Jayanti Nanda Putri Monalisa Nanda Hidayati Novi Amalia Nugrahaeni Yurista M M M M M M JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari. 6.. Proses Kelahiran Murni Dalam bab ini, akan dibahas beberapa contoh penting dari waktu kontinu, state diskrit, proses Markov. Khususnya, dengan kumpulan dari variabel acak {;0 } di mana nilai yang mungkin

Lebih terperinci

Karakteristik Limit dari Proses Kelahiran dan Kematian

Karakteristik Limit dari Proses Kelahiran dan Kematian Karakteristik Limit dari Proses Kelahiran dan Kematian Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Proses Stokastik Disusun oleh : Saidun Nariswari Setya Dewi Lisa Apriana Marvina Puspito Nita Eka

Lebih terperinci

6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga

6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga 6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga Markov chain kontinu 0 adalah proses markov pada state 0, 1, 2,.... Diasumsikan bahwa probabilitas transisi adalah stasioner, pada persamaan, (6.53) Pada

Lebih terperinci

PENENTUAN PROBABILITAS ABSORPSI DAN EKSPEKTASI DURASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI

PENENTUAN PROBABILITAS ABSORPSI DAN EKSPEKTASI DURASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI PENENTUAN PROBABILITAS ABSORPSI DAN EKSPEKTASI DURASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI Aditya Candra Laksmana, Respatiwulan, dan Ririn Setiyowati Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

6.3 PROSES KELAHIRAN DAN KEMATIAN

6.3 PROSES KELAHIRAN DAN KEMATIAN 6.3 PROSES KELAHIRAN DAN KEMATIAN Penjelasan dari proses-proses kelahiran murni dan kematian murni telah diskusikan pada bagian 6.1 dan 6.2 bahwa X(t) memungkinkan untuk naik ataupun turun. Jadi, apabila

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Pemeliharaan Untuk menjamin kontinuitas kegiatan operasional suatu sistem, keandalan setiap komponen peralatan sangat dijaga agar peralatan tersebut tidak mengalami kegagalan

Lebih terperinci

Penentuan Probabilitas Absorpsi dan Ekspektasi Durasi pada Masalah Kebangkrutan Penjudi

Penentuan Probabilitas Absorpsi dan Ekspektasi Durasi pada Masalah Kebangkrutan Penjudi Penentuan Probabilitas Absorpsi dan Ekspektasi Durasi pada Masalah Kebangkrutan Penjudi Aditya Candra Laksmana 1*, Respatiwulan 2, dan Ririn Setiyowati 3 1, 3 Program Studi Matematika Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama diberikan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pada bagian kedua diberikan teori penunjang untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PROSES KEMATIAN MURNI (Pure Death Processes)

PROSES KEMATIAN MURNI (Pure Death Processes) PROSES KEMATIAN MURNI (Pure Death Processes) Komplemen dari bertambahnya proses kelahiran murni adalah dengan penurunan proses kematian murni. Hal itu ditunjukkan keberhasilan melewati state,,, 2, dan

Lebih terperinci

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti Nida Sri Utami Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS Lina Aryati Jurusan Matematika FMIPA UGM ABSTRAK

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 6: Rantai Markov Waktu Kontinu Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 2015 Pendahuluan Rantai Markov Waktu Kontinu Pendahuluan Pada bab ini, kita akan belajar mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Distribusi Eksponensial Distribusi eksponensial adalah distribusi yang paling penting dan paling sederhana kegagalan mesin penghitung otomatis dan kegagalan komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Menurut Gross (2008), proses stokastik adalah himpunan variabel acak Semua kemungkinan nilai yang dapat terjadi pada variabel acak X(t) disebut ruang keadaan

Lebih terperinci

Penelitian Operasional II Rantai Markov RANTAI MARKOV

Penelitian Operasional II Rantai Markov RANTAI MARKOV Penelitian Operasional II Rantai Markov 49 4. RANTAI MARKOV 4. PENDAHULUAN Dalam masalah pengambilan suatu keputusan, seringkali kita diperhadapkan dengan suatu ketidakpastian. Permasalahan ini dapat dimodelkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komoditas, model pergerakan harga komoditas, rantai Markov, simulasi Standard

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komoditas, model pergerakan harga komoditas, rantai Markov, simulasi Standard BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas beberapa tinjauan mengenai teori yang diperlukan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya antara lain tentang kontrak berjangka komoditas, model pergerakan

Lebih terperinci

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data Statistik Dasar 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data 3. Ukuran Tendensi Sentral, Ukuran Penyimpangan 4. Momen Kemiringan 5. Distribusi Normal t Dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan metode-metode yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Metode-metode pada bab ini yaitu metode Value at Risk dengan pendekatan distribusi normal

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Reduksi Graf pada Model Pertumbuhan Populasi Kutu Daun (Pea Afid)

Aplikasi Metode Reduksi Graf pada Model Pertumbuhan Populasi Kutu Daun (Pea Afid) Aplikasi Metode Reduksi Graf pada Model Pertumbuhan Populasi Kutu Daun (Pea Afid) Efendi, Ika Nurhayati 2,2) Jurusan Matematika, Universitas Andalas, Padang, Indonesia ) efendi@fmipa.unand.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES)

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) #11 PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) 11.1. Pendahuluan Masalah keandalan yang berhubungan dengan sistem secara normal adalah space memiliki sifat diskrit yaitu sistem tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada Bab III nanti, diantaranya: fungsi komposisi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peluang Peluang mempunyai banyak persamaan arti, seperti kemungkinan, kesempatan dan kecenderungan. Peluang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang bersifat acak.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih 126 1 5 Dosen Pembimbing: Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi Garansi dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan secara tertulis oleh pabrik atau supplier kepada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama atau kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh Erdina Sri Febriyanti NRP Dosen Pembimbing Dr. Erna Apriliani, M.Si Drs. Setijo Winarko, M.Si

TUGAS AKHIR. Oleh Erdina Sri Febriyanti NRP Dosen Pembimbing Dr. Erna Apriliani, M.Si Drs. Setijo Winarko, M.Si TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS DAN OPTIMAL KONTROL PADA NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN TEKNIK STERILISASI SERANGGA DAN INSEKTISIDA Oleh Erdina Sri Febriyanti NRP. 1207100028 Dosen Pembimbing Dr. Erna Apriliani,

Lebih terperinci

REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS.

REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS. REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW Point Process Fungsi Distribusi Point Process Karakteristik Point Process Teorema Little Distribusi Point Process PREVIEW Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Antrian adalah kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Menunggu di depan loket untuk mendapatakan tiket kereta api, menunggu pengisian bahan bakar,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel 5 II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Regresi Poisson Analisis regresi merupakan metode statistika yang populer digunakan untuk menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel prediktor

Lebih terperinci

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY)

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) Analisis pertama kali diperkenalkan oleh A.K. Erlang (93) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas telepon dan keterlambatan annya. Saat ini analisis banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis survival adalah analisis data yang memanfaatkan informasi kronologis dari suatu kejadian atau peristiwa (event). Respon yang diperhatikan adalah waktu sampai

Lebih terperinci

Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain

Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain Dennis Frisca Ayudya, Dewi Retno Sari Saputro Program Studi Matematika Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran tentang sejarah kehidupan suatu kohor yang berangsur-angsur berkurang jumlahnya karena kematian.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran tentang sejarah kehidupan suatu kohor yang berangsur-angsur berkurang jumlahnya karena kematian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mortalita atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain fertilitas dan migrasi. Organisasi

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MARKOV WAKTU DISKRIT UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR PADA MODEL EPIDEMIK SIR. Oleh: RAFIQATUL HASANAH NRP.

KAJIAN MODEL MARKOV WAKTU DISKRIT UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR PADA MODEL EPIDEMIK SIR. Oleh: RAFIQATUL HASANAH NRP. TUGAS AKHIR KAJIAN MODEL MARKOV WAKTU DISKRIT UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR PADA MODEL EPIDEMIK SIR Oleh: RAFIQATUL HASANAH NRP. 1208 100 021 Dosen Pembimbing: Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Drs.

Lebih terperinci

T - 11 MODEL STOKASTIK SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR)

T - 11 MODEL STOKASTIK SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) T - 11 MODEL STOKASTIK SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) Felin Yunita 1, Purnami Widyaningsih 2, Respatiwulan 3 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Penggabungan dan Pemecahan. Proses Poisson Independen

Penggabungan dan Pemecahan. Proses Poisson Independen Penggabungan dan Pemecahan Proses Poisson Independen Hanna Cahyaningtyas 1, Respatiwulan 2, Pangadi 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika/FMIPA, Universitas Sebelas Maret 2 Dosen Program Studi Statistika/FMIPA,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR Proses pencabangan suatu individu terinfeksi berbentuk seperti diagram pohon dan diasumsikan bahwa semua individu terinfeksi adalah saling independent

Lebih terperinci

MODEL STOKASTIK PERTUMBUHAN POPULASI (PURE BIRTH PROCESS)

MODEL STOKASTIK PERTUMBUHAN POPULASI (PURE BIRTH PROCESS) Jurnal Euclid, Vol. 4, No. 1, p.675 MODEL STOKASTIK PERTUMBUHAN POPULASI (PURE BIRTH PROCESS) Surya Amami Pramuditya 1, Tonah 2 1,2 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon amamisurya@fkip-unswagati.ac.id

Lebih terperinci

11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN

11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN 11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN 11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 2 Pendahuluan Perhatikan beberapa situasi berikut ini: Kendaraan berhenti berderet-deret

Lebih terperinci

SIMULASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI

SIMULASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI SIMULASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI Dwi Ardian Syah, Respatiwulan, dan Vika Yugi Kurniawan Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret ABSTRAK.

Lebih terperinci

SEJARAH DISTRIBUSI POISSON

SEJARAH DISTRIBUSI POISSON SEJARAH DISTRIBUSI POISSON Distribusi poisson disebut juga distribusi peristiwa yang jarang terjadi, ditemukanolehs.d. Poisson (1781 1841), 1841), seorang ahli matematika berkebangsaan Perancis. Distribusi

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik Catatan Kuliah MA5181 Proses Stokastik Precise. Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2016 1 Tentang MA5181 Proses Stokastik

Lebih terperinci

MULTIKOLINEARITAS (Lanjutan)

MULTIKOLINEARITAS (Lanjutan) MULTIKOLINEARITAS (Lanjutan) Tjipto Juwono, Ph.D. September 9, 2015 Pengertian Multikolinearitas Secara historis multikolinearitas menunjukkan hubungan yang sempurna antara variabel-variabel independent

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU 3.1 Model Regresi Cox Proportional Hazard dengan Variabel Terikat oleh Waktu Model regresi Cox proportional hazard

Lebih terperinci

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22

TERAPAN INTEGRAL. Bogor, Departemen Matematika FMIPA IPB. (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, / 22 TERAPAN INTEGRAL Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 22 Topik Bahasan 1 Luas Daerah Bidang Rata 2 Nilai Rataan Fungsi (Departemen Matematika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, banyak permasalahan yang dapat dimodelkan dengan proses stokastik. Proses stokastik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses stokastik dengan waktu

Lebih terperinci

Usia massa air sering diperkirakan melalui metode perhitungan radio-usia dihitung dari mulai di distribusikannya radioaktif pelacak.

Usia massa air sering diperkirakan melalui metode perhitungan radio-usia dihitung dari mulai di distribusikannya radioaktif pelacak. Usia massa air sering diperkirakan melalui metode perhitungan radio-usia dihitung dari mulai di distribusikannya radioaktif pelacak. Deleersnijder et al. Dalam [J. Maret Syst. 28 (2001) 229.] telah menunjukan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik Catatan Kuliah MA5181 Proses Stokastik Precise. Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2016 1 Tentang MA5181 Proses Stokastik

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis tingkat persediaan liner yang optimal dan ekspektasi keuntungan yang didapat PT Indonesia

Lebih terperinci

Estimasi Solusi Model Pertumbuhan Logistik dengan Metode Ensemble Kalman Filter

Estimasi Solusi Model Pertumbuhan Logistik dengan Metode Ensemble Kalman Filter Jurnal ILMU DASAR, Vol.14, No,2, Juli 2013 : 85-90 85 Estimasi Solusi Model Pertumbuhan Logistik dengan Metode Ensemble Kalman Filter Solution Estimation of Logistic Growth Model with Ensemble Kalman Filter

Lebih terperinci

Pendekatan Rantai Markov Waktu Diskrit dalam Perencanaan Kebutuhan Tempat Tidur Rumah Sakit. Oleh: Enjela Puspadewi

Pendekatan Rantai Markov Waktu Diskrit dalam Perencanaan Kebutuhan Tempat Tidur Rumah Sakit. Oleh: Enjela Puspadewi Pendekatan Rantai Markov Waktu Diskrit dalam Perencanaan Kebutuhan Tempat Tidur Rumah Sakit Oleh: Enjela Puspadewi 1207 100 026 Abstrak Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan

BAB II LANDASAN TEORI. pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang dasar-dasar yang diperlukan dalam pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan berkelompok (batch arrival) satu server, mencakup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian-pengertian Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan dalam mengembangkan aplikasi yang ada.

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 2 Sinyal Acak

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 2 Sinyal Acak TK 403 SISTM PNGOLAHAN ISYARAT Kuliah Sinyal Acak Indah Susilawati, S.T., M.ng. Program Studi Teknik lektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 009 KULIAH SISTM PNGOLAHAN

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION Oleh: Desi Nur Faizah 1209 1000 17 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

MA4081 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Bab 4 Proses Po

MA4081 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Bab 4 Proses Po MA4081 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Bab 4 Proses Poisson: Suatu Pengantar Orang Pintar Belajar Stokastik Tentang Kuliah Proses Stokastik Bab 1 : Tentang Peluang Bab 2 : Peluang dan Ekspektasi Bersyarat*

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Dalam suatu percobaan seringkali dilakukan pengulangan yang biasanya dilakukan dalam kondisi yang sama. Semua kemungkinan hasil yang akan muncul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini dikaji mengenai nilai ekspektasi saham pada jatuh tempo, persamaan nilai portofolio, penentuan model Black-Scholes harga opsi beli tipe Eropa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai. itu menyusun kejadian, maka probabilitas kejadian

BAB II KAJIAN TEORI. hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai. itu menyusun kejadian, maka probabilitas kejadian BAB II KAJIAN TEORI A. Probabilitas Teorema 2.1 (Walpole, 1992) Probabilitas menunjukan suatu percobaan mempunyai hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi,

Lebih terperinci

Bab III. Hasil dan Pembahasan

Bab III. Hasil dan Pembahasan Bab III Hasil dan Pembahasan Bab 3 menguraikan formulasi model siklus hidup nyamuk Aedes aegypti, pengolahan dan analisis data serta model regresi data telur nyamuk hasil pengamatan 3.1 Siklus Hidup Nyamuk

Lebih terperinci

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata,

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, BAB III Hidden Markov Models (HMM) 3.1 Pendahuluan Rantai Markov mempunyai state yang dapat diobservasi secara langsung. Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, beberapa

Lebih terperinci

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan BAB III HIDDEN MARKOV MODELS Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan yang dapat diamati. Tetapi terkadang ada urutan dari suatu keadaan yang ingin diketahui tetapi tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang di dalamnya terdapat turunan-turunan. Jika terdapat variabel bebas tunggal, turunannya merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Belajar 1. Pengertian Keberhasilan Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keberhasilan itu sendiri adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

Lebih terperinci

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) BAB III KALMAN FILTER DISKRIT 3.1 Pendahuluan Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) yang memberikan perhitungan efisien dalam mengestimasi state proses, yaitu dengan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Distribusi Gamma adalah salah satu keluarga distribusi probabilitas kontinu.

LANDASAN TEORI. Distribusi Gamma adalah salah satu keluarga distribusi probabilitas kontinu. II. LANDASAN TEORI Distribusi Gamma adalah salah satu keluarga distribusi probabilitas kontinu. Distribusi ini merupakan distribusi fungsi padat yang terkenal luas dalam bidang matematika. Distribusi gamma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori untuk menunjang penulisan skripsi ini. Uraian ini terdiri dari beberapa bagian yang akan dipaparkan secara terperinci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regresi Regresi adalah suatu studi statistik untuk menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan. Salah satu variabel merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR 3 BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR 4.. Sebaran asimtotik dari,, Teorema 4. ( Normalitas Asimtotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, menjadikan statistika memegang peranan penting dalam kehidupan. Hampir semua fenomena yang terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup berdampingan. Diasumsikan habitat ini dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

STUDI KASUS : SIMULASI MODEL PERMINTAAN SUPERMARKET DENGAN TEKNIK MONTECARLO

STUDI KASUS : SIMULASI MODEL PERMINTAAN SUPERMARKET DENGAN TEKNIK MONTECARLO STUDI KASUS : SIMULASI MODEL PERMINTAAN SUPERMARKET DENGAN TEKNIK MONTECARLO Suatu supermarket telah melakukan pengamatan mengenai permintaan bayam sebagai salah satu item sayur sayuran yang dijualnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi sistematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Formasi baris-baris penungguan ini tentu saja merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ilmiah. Pencacahan atau pengukuran karakteristik suatu objek kajian yang

BAB II LANDASAN TEORI. ilmiah. Pencacahan atau pengukuran karakteristik suatu objek kajian yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Peluang Pada dasarnya statistika berkaitan dengan penyajian dan penafsiran hasil yang berkemungkinan (hasil yang belum dapat ditentukan sebelumnya) yang muncul dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data panel ini, penulis menggunakan definisi, teorema dan konsep dasar yang berkaitan dengan pendugaan parameter,

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. (memecah) data deret berkala menjadi beberapa pola dan mengidentifikasi masingmasing

BAB III PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. (memecah) data deret berkala menjadi beberapa pola dan mengidentifikasi masingmasing BAB III PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI 3.1 Metode Dekomposisi Prinsip dasar dari metode dekomposisi deret berkala adalah mendekomposisi (memecah) data deret berkala menjadi beberapa pola dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

STATISTICS. WEEK 5 Hanung N. Prasetyo TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. WEEK 5 Hanung N. Prasetyo TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS WEEK 5 Hanung N. Prasetyo Kompetensi 1. Mahasiswa memahamikonsep dasar distribusi peluang kontinu khusus seperti uniform dan eksponensial 2. Mahasiswamampumelakukanoperasi hitungyang berkaitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Peluang Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Peluang suatu kejadian P(E) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Waktu hidup adalah waktu terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Waktu hidup adalah waktu terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu hidup adalah waktu terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang dimaksud di sini adalah peristiwa kegagalan yang dapat berupa tidak berfungsinya benda tersebut

Lebih terperinci

Arisma Yuni Hardiningsih. Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Jurusan Matematika. Surabaya

Arisma Yuni Hardiningsih. Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Jurusan Matematika. Surabaya ANALISIS KESTABILAN DAN MEAN DISTRIBUSI MODEL EPIDEMIK SIR PADA WAKTU DISKRIT Arisma Yuni Hardiningsih 1206 100 050 Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Institut Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian tentang distribusi Weibull, maximum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian tentang distribusi Weibull, maximum 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian tentang distribusi Weibull, maximum likelihood estimation, penyensoran, bias relatif, penduga parameter distribusi Weibull dan beberapa istilah

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5 III PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Model yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah model SIDRS (Susceptible Infected Dormant Removed Susceptible) dari penularan penyakit malaria dalam suatu populasi.

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 3: Rantai Markov Diskrit Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Rantai Markov Rantai Markov Rantai Markov Misalkan sebuah proses stokastik {X t } dengan t = 0, 1, 2,....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 \ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi-informasi faktual yang diperoleh berdasarkan hasil observasi maupun penelitian sangatlah beragam. Informasi yang dirangkum sedemikian rupa disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI IDENTITAS MAHASISWA NAMA NPM KELOMPOK : : : DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui fenomena yang akan terjadi pada periode mendatang akan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui fenomena yang akan terjadi pada periode mendatang akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari, adanya ketidakmampuan manusia untuk mengetahui fenomena yang akan terjadi pada periode mendatang akan mengakibatkan kurang tepatnya

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA4181 Pengantar Proses Stokastik Precise and Stochastic. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA4181 Pengantar Proses Stokastik Precise and Stochastic. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA4181 Pengantar Proses Stokastik Precise and Stochastic Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 Tentang MA4181 (Pengantar)

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam Uraian Materi Variasi Genetik Terdapat variasi di antara individu-individu di dalam suatu populasi. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan genetis. Mutasi dapat meningkatkan frekuensi alel pada individu

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 163-172 ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Auliah Arfani, Nilamsari Kusumastuti, Shantika

Lebih terperinci

Modul 13. PENELITIAN OPERASIONAL TEORI ANTRIAN. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 13. PENELITIAN OPERASIONAL TEORI ANTRIAN. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 13. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 1. PENGANTAR Antri adalah kejadian yang biasa dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam pertandingan sepakbola, terutama dalam babak final, dukungan terhadap tim-tim yang diprediksi akan menang dalam suatu pertandingan seringkali dijadikan

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU A. TUJUAN PRAKTIKUM Melalui praktikum Modul II ini diharapkan praktikan dapat: 1. Mengenal jenis dan karakteristik dari beberapa distribusi peluang. 2. Menguji dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri: 1984). Usaha untuk melihat situasi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa

Lebih terperinci

RANTAI MARKOV ( MARKOV CHAIN )

RANTAI MARKOV ( MARKOV CHAIN ) RANTAI MARKOV ( MARKOV CHAIN ) 2.1 Tujuan Praktikum Rantai markov (Markov Chain ) merupakan salah satu materi yang akan dipelajari dalam praktikum stokastik. Berikut ini terdapat beberapa tujuan yang akan

Lebih terperinci