BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II

Persamaan Diferensial Biasa. Rippi Maya

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

BAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq

Persamaan Differensial Biasa

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

Persamaan Diferensial Biasa

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2.1 PDB Linier Order Satu Homogen PDB order satu dapat dinyatakan dalam atau dalam bentuk derivatif = f(x y) dx M(x y)dx +

BAB III PD LINIER HOMOGEN

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I

PERSAMAAN DIFERENSIAL (PD)

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari

dy = f(x,y) = p(x) q(y), dx dy = p(x) dx,

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

disebut Persamaan Diferensial Parsial (PDP).

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU

Setelah kita mengetahui hasil dari masing-masing persamaan, kemudian kita kembali gabungkan kedua persamaan tersebut :

BAB PDB Linier Order Satu

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BERBAGAI MODEL MATEMATIKA BERBENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA TINGKAT SATU

Integral Tak Tentu. Modul 1 PENDAHULUAN

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks

Persamaan Diferensial

HANDOUT PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PDB 4)SKS. DOSEN Efendi, M.Si. BUKU)REFERENSI: )Persamaan )Diferensial)oleh)Dr.St. Budi Waluya, M.

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

Kuliah PD. Gaya yang bekerj a pada suatu massa sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu.

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Hendra Gunawan. 25 September 2013

Persamaan Di erensial Orde-2

Catatan Kuliah MA1123 KALKULUS ELEMENTER I BAB III. TURUNAN

Persamaan Diferensial

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

PEMBAHASAN KISI-KISI SOAL UAS KALKULUS PEUBAH BANYAK (TA 2015/2016)

TINJAUAN PUSTAKA. Jika y = f(x) dengan f(x) adalah suatu fungsi yang terdiferensialkan terhadap

Persamaan Diferensial Biasa

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU

BAB III Diferensial. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

G. Minimum Lokal dan Global Berikut diberikan definisi minimum local (relatif) dan minimum global (mutlak) dari fungsi dua variabel.

PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

INTEGRAL (ANTI DIFERENSIAL) Tito Adi Dewanto S.TP

A. Distribusi Gabungan

A. Distribusi Gabungan

BEBERAPA TEKNIK DISTRIBUSI FUNGSI PEUBAH ACAK

Persamaan Diferensial

DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I

BAB 1. KONSEP DASAR. d y ; 3x = d3 y ; y = 3 d y ; x = @u @z 5 6. d y = 7 y x Dalam bahan ajar ini pemba

Adalah : hubungan antara variabel bebas x, variabel

KALKULUS MULTIVARIABEL II

DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I

Untuk Keluarga Tercinta ii

16. INTEGRAL. A. Integral Tak Tentu 1. dx = x + c 2. a dx = a dx = ax + c. 3. x n dx = + c. cos ax + c. 4. sin ax dx = 1 a. 5.

FUNGSI BESSEL. 1. PERSAMAAN DIFERENSIAL BESSEL Fungsi Bessel dibangun sebagai penyelesaian persamaan diferensial.

Luas daerah yang dibatasi oleh beberapa kurva dapat ditentukan dengan menghitung integral tertentu.

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU

II. TINJAUAN PUSTAKA ( ) ( ) ( ) Asalkan limit ini ada dan bukan atau. Jika limit ini memang ada, dikatakan ( ) ( ) ( ) ( )

Nughthoh Arfawi Kurdhi, M.Sc Department of Mathematics FMIPA UNS

SOLUSI PERSAMAAN DIFFERENSIAL

Matematika I: Turunan. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 75

TURUNAN. Ide awal turunan: Garis singgung. Kemiringan garis singgung di titik P: lim. Definisi

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

HUBUNGAN ANTARA DIFFERENSIAL DAN INTEGRAL

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI. 0 a b X A. b A = f (X) dx a. Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T.

Notasi turunan. Penggunaan turunan. 6. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah.

(HARAPAN MATEMATIKA) BI5106 Analisis Biostatistik 20 September 2012 Utriweni Mukhaiyar

BI5106 Analisis Biostatistik 18 September 2012 Utriweni Mukhaiyar

Bab 2 Fungsi Analitik

BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

FUNGSI-FUNGSI INVERS

MA 2081 STATISTIKA DASAR UTRIWENI MUKHAIYAR 24 FEBRUARI 2011

DIFERENSIAL TOTAL. 1 Kalkulus Lanjut Blog: aswhat.wordpress.com. dz dx dy x y dx x y dy. dz , ,04 0,65

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 3. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB) ORDE SATU

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Turunan Pertemuan - 4

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1.

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MODUL PRAKTIKUM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (MAM2201) DISUSUN OLEH : 1. Zulkarnain, M.Si 2. Khozin Mu tamar, M.Si

Rencana Pembelajaran

INTEGRAL TAK TENTU (subtitusi parsial) Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

Transkripsi:

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Kompetensi Mahasiswa diharapkan: 1. Mengenali bentuk PD orde satu dengan variabel terpisah dan tak terpisah.. Dapat mengubah bentuk PD tak terpisah menjadi terpisah melalui transformasi variabel yang sesuai. 3. Menentukan keeksakan suatu PD orde satu. 4. Menyelesaikan persamaan differensial eksak dengan menggunakan metode yang sesuai. 5. Mengubah PD tak eksak menjadi eksak dengan mengalikannya dengan faktor integral yang hanya bergantung pada satu variabel. 6. Menentukan selesaian PD linier orde satu yang homogen dan tak homogen. Materi 1. Persamaan diferensial terpisah. Reduksi ke Bentuk Terpisah 3. Persamaan Diferensial Eksak 4. Faktor Integral 5. PD Linier orde satu 1

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Persamaan diferensial (PD) orde satu merupakan bentuk PD yang paling sederhana, karena hanya melibatkan turunan pertama dari suatu fungsi yang tidak diketahui. Jika dalam persamaan tersebut variabel bebas dan variabel tak bebasnya berada pada sisi yang berbeda dari tanda persamaannya, maka disebut PD yang terpisah dan untuk menentukan selesaiannya tingla diintegralkan. Jika tidak demikian, maka disebut PD tak terpisah. Suatu PD orde satu yang tak terpisah biasanya dapat dengan mudah dijadikan PD terpisah melalui penggantian (substitusi) dari salah satu variabelnya..1 Persamaan diferensial terpisah Banyak PD orde satu yang dapat direduksi ke dalam bentuk (1) g(y)y = f(x) dengan menggunakan manipulasi aljabar. Karena y = dy/dx, maka kita lebih sering menuliskan (1) sebagai () g(y) dy = f(x) dx. Karena dalam persamaan () variabel x dan y terpisah, yakni masing-masing berada pada sisi yang berlainan, maka persamaan () disebut PD variabel terpisah, atau secara singkat cukup dinamakan persamaan terpisah. Dengan melakukan pengintegralan pada dua sisinya, diperoleh (3) g y) dy f ( x) dx + ( = c. Jika kita menganggap bahwa f dan g fungsi-fungsi yang kontinu, maka integral dalam (3) ada, dan dengan mengevaluasi integral ini kita dapat memperoleh selesaian persamaan (1). Contoh 1 Selesaikan PD: 9yy + 4x = 0.

Penyelesaian: Dengan pemisahan variabel akan diperoleh 9y dy = -4x dx. Dengan pengintegralan pada masing-masing sisinya akan diperoleh selesaian umum: 9 y = x + c1 atau x y c1 + = c, dengan c =. 9 4 18 Selesaian ini menyatakan suatu keluarga ellips. y X Gambar Selesaian PD 9yy + 4x = 0. Contoh Selesaikan PD: Penyelesaian: y = 1 + y. Dengan pemisahan variabel dan pengintegralan akan diperoleh dy 1+ y = dx, arctan y = x + c, y = tan( x + c). 3

Perlu diperhatikan bahwa kita harus menambahkan suatu konstanta integrasi setelah melakukan pengintegralan. Contoh 3 Selesaikan PD: Penyelesaian: Dengan pemisahan variabel diperoleh dy y Pengintegralan menghasilkan (1) ln y = x + c1. y = -xy. = xdx, ( y 0). Untuk melakukan pengecekan ruas kiri diturunkan sebagai berikut. Jika maka Jika maka Karena jika y > 0 y > 0, (ln y) = y /y. y < 0 y > 0 sehingga (ln(-y)) = -y /(-y) = y /y. y = y 4

dan y = y jika y < 0, maka terbukti bahwa (ln y ) = y /y. Lebih lanjut, dari (4) diperoleh x + c1 y = e. Kita mengetahui bahwa e a+b = e a e b. Dengan memilih e c1 = c jika y > 0 dan e c1 = -c jika y < 0, maka akan diperoleh y = ce x. Selesaian ini menyatakan keluarga kurva berbentuk lonceng. Untuk kasus c = 0, diperoleh selesaian y 0. 5

y x Gambar Selesaian PD y = -xy. Reduksi ke Bentuk Terpisah Ada beberapa PD orde satu yang tidak terpisah, tetapi dengan melakukan perubahan variabel, kita bisa mengubahnya menjadi PD terpisah. Ini berlaku untuk persamaan yang berbentuk (5) y = g(y/x), di mana g suatu fungsi (y/x) yang diketahui, seperti (y/x) 3, sin(y/x) dan sebagainya. Bentuk persamaan ini menyarankan kepada kita untuk mengambil substitusi y/x = u, dengan tetap mengingat bahwa y dan u merupakan fungsi dari x. Jadi y = ux. Dengan penurunan diperoleh (6) y = u + u x. Dengan memasukkan (6) dalam persamaan (5) dan mengingat bahwa g(y/x) = g(u) diperoleh u + u x = g(u). 6

Sekarang kita bisa melakukan pemisahan variabel u dan x dan diperoleh du dx =. g( u) u x Jika diintegralkan dan kemudian disubstitusikan kembali u dengan y/x akan diperoleh selesaian (5). Contoh 4 Selesaikan PD: Penyelesaian: Pembagian dengan x, menghasilkan Jika diambil dengan (6) persamaan menjadi Dengan pemisahan variabel akan diperoleh xyy - y + x = 0. y x y y' x u = y/x, + 1 = 0. u(u + u x) - u + 1 = 0 atau xuu + u + 1 = 0. udu 1+ u dx =. x Jika diintegralkan diperoleh ln(1 + u ) = -ln x + c * atau 1 + u = c/x. Dengan mengganti kembali u dengan y/x, diperoleh x + y = cx atau (x - c/) + y = c /4. 7

Contoh 5 Selesaikan PD: (x - 4y + 5)y + x - y + 3 = 0. Penyelesaian. Ambil x - y = v, maka y = ½(1 - v ) dan persamaan menjadi (v + 5)v = 4v + 11. Dengan pemisahan variabel dan pengintegralan diperoleh 1 1 dv = dx dan 4v + 11 1 v ln 4v + 11 = x + c 1. 4 Karena v = x - y, kita bisa menuliskan 4x + 8y + ln 4x - 8y + 11 + c = 0. Latihan. Selesaikan: 1. xy = x + y. x y = x xy + y 3. xy = y + x sec(y/x) 4. xy = y + x 5 e x /4y 3. Gunakan Transformasi yang diberikan dan selesaikan PD-nya: 5. xy = e -xy - y (xy = v) 8

6. y = (y-x) (y-x = v) 7. y x + 1 y ' = (y-x = v). y x + 5 Kunci Jawaban Latihan. 1. y = x(lnx+c). x y = x ln x + C 3. y =x(arcsinx+c) 5. ln x C y = x 1 7. (y x) + 5(y x) 6x + C = 0.3 Persamaan Diferensial Eksak Suatu PD orde satu yang berbentuk (7) M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0 disebut PD eksak jika ruas kirinya adalah diferensial total atau diferensial eksak u u (8) du = dx + dy x y dari suatu fungsi u(x,y). Maka PD (7) dapat ditulis dengan du = 0. Dengan pengintegralan akan diperoleh selesaian umum dari (1) yang berbentuk (9) u(x,y) = c. Dengan membandingkan (7) dan (8) kita mengetahui bahwa (7) adalah PD eksak jika ada suatu fungsi u(x,y) sedemikian hingga u (10) (a) = M x u (b) = N. x 9

Misal M dan N terdefinisikan dan mempunyai turunan parsial pertama yang kontinu dalam suatu daerah di bidang xy yang batas-batasnya berupa kurva tutup yang tidak mempunyai irisan mandiri (self-intersections). Maka dari (10) diperoleh M u =, y y x N u =. x x y Dengan asumsi kontinuitas, maka dua turunan kedua di atas adalah sama. Jadi M N (11) =. y x Syarat ini bukan hanya perlu tetapi juga cukup untuk Mdx+Ndy menjadi diferensial total. Jika (7) eksak, maka fungsi u(x,y) dapat ditemukan dengan perkiraan atau dengan cara sistematis seperti berikut. Dari (10a) dengan pengintegralan terhadap x diperoleh (1) u = Mdx + k(y); dalam pengintegralan ini, y dipandang sebagai suatu konstan, dan k(y) berperan sebagai konstan integrasi. Untuk menentukan k(y), kita turunkan u/ y dari (1), gunakan (10b) untuk mendapatkan dk/dy, dan integralkan. Rumus (1) diperoleh dari (10a). Secara sama kita bisa menggunakan rumus (10b) untuk mendapatkan rumus (1*) yang mirip dengan (1) yaitu (1*) u = Ndy + l( x ). Untuk menentukan l(x) kita turunkan u/ x dari (1*), gunakan (10a) untuk mendapatkan dl/dx, dan intergralkan. Contoh 6 Selesaikan Penyelesaian. xy + y + 4 = 0. Persamaan di atas ditulis dalam bentuk (7), yaitu (y+4)dx + xdy = 0. 10

Kita lihat bahwa M = y+4, dan N = x. Jadi (11) dipenuhi, sehingga persamaannya adalah eksak. Dari (1*) diperoleh u = Ndy + l( x ). = xdy + l( x ). = xy+l(x). Untuk menentukan l(x), rumus di atas diturunkan terhadap x dan gunakan rumus (10a) untuk mendapatkan Jadi Jadi selesaian umum PD berbentuk Pembagian dengan x menghasilkan u = y + x = M = y + 4. dl dx dl/dx = 4, atau l = 4x+c*. u = xy+l(x) = xy+4x+c* = konstan. y = c/x+4. Catatan: Persamaan di atas bisa ditulis menjadi ydx + xdy = -4dx. 11

Ruas kiri adalah diferensial total dari xy, yaitu d(xy), sehingga jika diintegralkan akan diperoleh xy = -4x+c, yang sama dengan penyelesaian dengan menggunakan metode sistematis. Contoh 7 Selesaikan PD: Penyelesaian. Dengan (11) terbukti bahwa PDnya eksak. Dari (1) diperoleh Jika diturunkan terhadap y diperoleh Jadi xsin3ydx + (3x cos3y+y)dy = 0. u = xsin3ydx+k(y) u = y = = x sin3y+k(y). 3x 3x dk dy cos3y + cos3y + y. k = Selesaian umumnya adalah u = konstan atau Perhatikan! = y, y + c * x sin3y + y = c. Metode kita memberikan selesaian dalam bentuk implisit bukan dalam bentuk eksplisit y = f(x).. dk dy u(x,y) = c = konstan, Untuk mengeceknya, kita turunkan u(x,y) = c secara implisit. Dan dilihat apakah akan menghasilkan dy/dx = -M/N atau 1

Mdx + Ndy = 0, seperti persamaan semula atau tidak. Contoh 8. Kasus tidak eksak Perhatikan PD ydx-xdy=0. Terlihat bahwa M=y dan N=-x sehingga M/ y = 1 tetapi N/ x=-1. Jadi PDnya tidak eksak. Dalam kasus demikian metode kita tidak berlaku: dari (1), u = Mdx+k(y) = xy+k(y), sehingga u/ y = x+k (y). Ini harus sama dengan N=-x. Hal ini tidak mungkin, karena k(y) hanya fungsi dari y saja. Jika digunakan (1*) juga akan menghasilkan hal yang sama. Untuk menyelesaikan PD tak eksak yang demikian ini diperlukan metode yang lain. Jika suatu PD itu eksak, maka kita bisa mengubah menjadi tak eksak dengan membagi dengan suatu fungsi tertentu. Sebagai contoh, xdx+ydy=0 adalah PD eksak, tetapi dengan membagi dengan y akan diperoleh PD tak eksak x/ydx+dy=0. 13

Demikian juga suatu PD tak eksak, mungkin bisa diubah menjadi eksak dengan dibagi/dikalikan dengan suatu fungsi tertentu (yang cocok). Metode ini akan dibahas dalam pasal berikutnya. Latihan.3 Tunjukkan bahwa PD berikut eksak dan tentukan selesaian umumnya 1. (x+y)dx + (y +x)dy = 0. y(x-y)dx + x(x-4y)dy = 0 3. (xsiny-y )dy cosy dx = 0 4. (3+y+y sin x)dx (ysinx-xy-x)dy = 0 5. xcos(xy)dy + (x+ycos(xy))dx = 0 6. (xe y -e y )dy + (e y -x)dx = 0 7. (xcosy-x )dy + (sinx-xy+x )dx = 0..4 Faktor Integral Persamaan Differensial: y -1 dx+xdy = 0 adalah tak eksak, tetapi jika dikalikan dengan F(x,y) = y/x, diperoleh PD eksak: x -1 dx+ydy = 0, yang jika diselesaikan dengan metode kita, diperoleh ln x +y = c. Hal ini mengilustrasikan bahwa kadang-kadang suatu PD berbentuk (13) P(x,y)dx+Q(x,y)dy = 0, adalah tidak eksak, tetapi bisa dibuat eksak dengan mengalikan dengan fungsi (yang cocok) yang berbentuk F(x,y) ( 0). Fungsi ini disebut faktor integrasi dari (13). Berdasarkan pengalaman, faktor integrasi bisa diperoleh dengan melakukan pemeriksaan. Untuk ini perlu diingat beberapa diferensial 14

seperti dalam contoh 9 berikut. Dalam kasus-kasus khusus yang penting, faktor integrasi dapat ditentukan dengan cara yang sistematis, sebagaimana kita lihat berikut ini. Contoh 9 Selesaikan: Penyelesaian. xdy-ydx = 0. PD di atas adalah bukan PD eksak. Suatu faktor integrasi yang cocok adalah F = 1/x, sehingga diperoleh Contoh 10 xdy ydx y F(x)(xdy-ydx) = = d = 0, y = cx. x x Tentukan faktor-faktor integrasi yang lain dari PD pada contoh 9. Penyelesaian. Karena maka fungsi-fungsi y d = x ydx xdy, y y xdy ydx d ln =, x xy y xdy ydx d arctan =, x x + y 1/y, 1/xy, dan 1/(x +y ) adalah faktor-faktor integrasi dari PD di atas. Penyelesaian yang bersesuaian dengan faktorfaktor integral itu berturut-turut adalah: x/y=c, ln(y/x)=c, dan arctan(y/x)=c. 15

Ketiga penyelesaian di atas secara esensial adalah sama karena masing-masing menyatakan keluarga garis lurus yang melalui titik asal. Contoh di atas mengilustrasikan bahwa, jika kita mempunyai satu faktor integral F dari PD (9), kita selalu dapat memperoleh faktor-faktor integral yang lainnya. Karena FPdx+FQdy adalah diferensial du untuk suatu fungsi u, dan untuk sebarang H(u), diferensial yang lain adalah H(FPdx+Fqdy) = H(u)du. Ini menunjukkan bahwa H(u)F(x,y) adalah faktor integrasi yang lain dari (9). Jika F(x,y) faktor integrasi dari (9), maka FPdx+FQdy = 0 Adalah suatu PD eksak. Jadi syarat keeksakan M/ y = N/ x menjadi (14) ( FP ) = ( FQ ). y x Hal ini lebih komplek daripada jika persamaan (13) diselesaikan sehingga kurang praktis. Tetapi kita akan mengamati suatu faktor integral yang hanya bergantung pada satu variabel, katakan x. Jadi (14) menjadi P F y = df Q Q + F. dx x Dengan membagi dengan FQ dan pengurutan kembali, diperoleh (15) 1 df P Q = 1. F dx Q y x Ini membuktikan: Teorema 1 (Faktor integrasi hanya bergantung pada satu variabel) 16

(a). Jika (13) sedemikian hingga ruas kanan dari (15) hanya bergantung pada x, maka (13) mempunyai suatu faktor integrasi F(x), yang diperoleh dengan menyelesaikan (15). (b). Jika (13) sedemikian hingga ( Q/ x- P/ y)/p hanya bergantung pada y, maka (13) mempunyai suatu faktor integrasi F(y), yang diperoleh dengan menyelesaikan 1 F df dy = 1 Q P. P x y Contoh 11. Faktor integral F(x) Selesaikan (16) (4x+3y )dx + xydy = 0. Penyelesaian. P = 4x+3y, maka P/ y=6y. Q = xy, maka Q/ x = y. Karena P/ y Q/ x maka bukan PD eksak. Ruas kanan dari (3) adalah (6y-x)/(xy) = /x, yang hanya fungsi dari x saja, sehingga (16) mempunyai suatu faktor integrasi F(x). Dengan (15), 1 df =, F dx x ln F = ln x, F( x) = Kalikan (16) dengan x, diperoleh PD eksak x. 4x 3 dx+(3x y dx+x 3 ydy) = 0. 17

Selesaian PD eksak ini adalah x 4 +x 3 y = c. Penerapan yang terpenting dalam metode faktor integral adalah dalam penyelesaian PD linier, yaitu PD yang berbentuk y + p(x)y = r(x). Latihan.4 Tunjukkan bahwa fungsi yang diberikan adalah suatu faktor integrasi dan selesaikan PD nya: 1. ydx+xdy = 0, x. sinydx+cosydy=0, 1/x 3. y dx+(1+xy)dy=0, e xy Tentukan suatu faktor integral yang sesuai dan selesaikan PD-nya: 4. dx-e y-x dy = 0 5. (y+1)dx-(x+1)dy = 0 Gunakan Teorema 1 dan selesaikan PD-nya 6. cosxdx+sinxdy = 0 7. (3xe y +y)dx+(x e y +x)dy = 0. Kunci Jawaban Latihan.4 4. Faktor integral: f(x) = e x, Selesaian : e x -e y =C 5. Faktor integral: f(x) = (1+x) - Selesaian: C(x+1)-y=0 7. Faktor integral: f(x) = x Selesaian: x 3 e y +x y=c.5 PD Linier orde satu PD orde satu dikatakan linier jika dapat ditulis dalam bentuk 18

(17) y + p(x)y = r(x), dimana p dan r fungsi-fungsi x yang kontinu pada suatu interval. Jika r(x) 0, maka disebut PD linier homogen, jika tidak demikian maka disebut nonhomogen. Selesaian untuk PD homogen (18) y + p(x)y = 0, mudah dicari dengan pemisahan variabel: dy/y = -p(x)dx sehingga ln y = - p(x)dx+c * atau (19) y(x) = ce - p(x)dx (c=±e c* jika y 0); disini kita bisa memilih c=0 yang bersesuaian dengan selesaian y 0. Untuk selesaian PD nonhomogen (17), kita bisa menuliskan dalam bentuk (py-r)dx+dy = 0. Ini berbentuk Pdx+Qdy = 0, dimana P=py-r dan Q=1. Jadi (19) tinggal menjadi 1 F df dx = p( x ). Teorema 1 mengakibatkan bahwa faktor integral F(x) hanya bergantung pada x. Dengan pemisahan variabel dan pengintegralan diperoleh: df/f = pdx, ln F = p(x)dx. Jadi F(x) = e h(x) dimana h(x) = p(x)dx. 19

Dari sini, h = p. Jadi (17) dikalikan dengan F = e h dapat ditulis e h (y +h y) = e h r. Tetapi dengan dalil rantai : (e h y) = e h y +e h h y, sehingga (e h y) = e h r. Dengan pengintegralan, diperoleh e h y = e h rdx+c. Jika kedua rusuk dibagi dengan e h, diperoleh: (0) y(x) = e -h [ e h rdx+c], h = p(x)dx. Ini menyatakan selesaian umum dari (17) dalam bentuk suatu integral. Contoh 1 Selesaikan PD linier y -y = e x. Penyelesaian. Di sini P = -1, r = e x, h = pdx = -x Dan dari (0) diperoleh selesaian umum y(x) = e x [ e -x e x dx+c] = e x [e x +c] = ce x +e x. Cara yang lain, kita kalikan persamaannya dengan e h =e -x, sehingga diperoleh (y -y)e -x = (ye -x ) 0

= e x e -x integralkan kedua ruas untuk mendapatkan selesaian yang sama dengan yang di atas: = e x ye -x = e x +c, sehingga y = e x +ce x. Contoh 13 Selesaikan xy +y+4 = 0. Penyelesaian. Persamaan ditulis dalam bentuk (17): y +(1/x)y = -4/x. Jadi p = 1/x, r = -4/x, sehingga h = pdx = ln x, e h = x, e -h = 1/x. Dari sini, dengan (0) diperoleh selesaian umum: y(x) = 1/x[ x(-4/x)dx+c] = c/x-4, Cocok dengan contoh 1. Latihan 5 Selesaikan PD linier orde satu 1. y +(x-1)y = xy +(x-1) 1

. y +(x 4-1/x))y = x 3 y +x 5 3. y -y/x = -y /x+x 4. y +(-1/x)y = y -/x 5. y +y+y =0.