STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Model dan Contoh Numerik

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN RESAPAN PADA PEMBUATAN PAVING BLOK

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB III METODE PENELITIAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat berkurangnya lahan-lahan hijau. Ditambah dengan kurangnya kesadaran

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB II LANDASAN TEORI

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

IV. METODE PENELITIAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB II TEORI DASAR ANTENA

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

BAB 3 LANDASAN TEORI

IV METODE PENELITIAN

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

Jagung merupakan salah satu komponen penting dalam

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal

Bab IV Pengembangan Model

Transkripsi:

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK Frandy Ferdian, Amelia Makmur, S.T., M.T. Binus Universiy, Jl. K.H. Syahdan no.9 ABSTRAK Perkerasan beon berpori merupakan salah sau benuk perkembangan infrasrukur dalam mendukung pembangunan pengembangan lahan dan penanganan aliran permukaan. Benuk beon berpori yang beronggarongga menyebabkan kua ekan beon berpori relaif rendah, sehingga dibuuhkan peneliian unuk mencari peningkaan kua ekan beon berpori. Peneliian dilakukan unuk mengeahui jenis dan komposisi bahan ambahan (admixure) pada campuran beon berpori sesuai nilai kua ekan beon berpori dan juga meliha nilai porosias yang dihasilkannya pada aplikasi sidewalk. Pembuaan sampel benda uji beon berpori berbenuk kubus 15x15x15 cm, dengan proporsi campuran semen 325 kg/m 3 ; Fakor air semen 0,4 dan jumlah air yang dibuuhkan 130 lier/m 3 ; Agrega kasar 1.300 kg/m 3 dengan persenase: 30% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 30% agrega 0,5-1 cm. Variasi jenis sera persenase bahan ambahan yang dipakai, yaiu menggunakan Abu sekam padi dengan kadar 10, 15, 20% dari bera semen dalam seiap campuran beon berpori; Fly ash dengan kadar 10, 15, 20% dari bera semen dalam seiap campuran beon berpori; dan Produk Sika Air Enraining (Sika AE) dengan kadar 1, 2, 3% dari bera air dalam seiap campuran beon berpori. Hasil kua ekan beon berpori yang ingin dicapai pada umur 28 hari adalah anara 150 sampai 180 kg/cm 2. Campuran beon berpori yang mencapai kua ekan ersebu, yaiu kua ekan raa-raa dengan campuran fly ash 20% adalah 152,28 kg/cm 2 ; campuran Sika AE 1% adalah 175,53 kg/cm 2 dan campuran Sika AE 3% adalah 182,47 kg/cm 2. Hasil kua ekan beon berpori dengan campuran Sika Air Enraining 3% mencapai dan melebihi baas kua ekan rencana yang diharapkan unuk perkerasan sidewalk. Kaa Kunci: Beon berpori, Pervious concree, Bahan ambahan, Kua Tekan Beon, Sidewalk PENDAHULUAN Beon merupakan salah sau bahan yang banyak digunakan sebagai perkerasan jalan, karena bukan saja memiliki keandalan dalam hal kekuaan, keawean sera kemudahan pelaksanaannya, eapi juga mempunyai nilai ekonomis yang relaif baik. Oleh karena iu, dengan perkembangan eknologi beon sekarang ini, dilakukan usaha unuk meningkakan kinerja beon menjadi lebih efekif dan efisien sebagai bahan perkerasan jalan yaiu dengan cara membua srukur perkerasan beon berpori (pervious concree pavemen) yang memungkinkan aliran permukaan unuk infilrasi ke dalam anah. Koa-koa besar di Indonesia seperi Jakara, sudah banyak dibangun perumahan sehingga banyak lahan yang adinya berfungsi menyerap air kini eruup oleh gedunggedung dan pengerasan jalan dengan aspal. Selain iu banjir juga disebabkan oleh gangguan fungsi drainase

yang ada akiba umpukan sampah. Jalan dari beon maupun aspal bersifa kedap air, sehingga air hujan akan langsung ergenang di jalan-jalan ersebu. Salah sau upaya unuk mereduksi jumlah air limpasan adalah dengan mengaplikasikan perkerasan berpori yang memiliki efisiensi cukup inggi dalam meresapkan air limpasan ke dalam anah. Dengan digunakannya beon berpori sebagai perkerasan diharapkan dapa menjadi salah sau alernaif perkerasan unuk mengurangi permasalahan lingkungan yang ada. Dengan penggunaan perkerasan beon berpori maka air permukaan, eruama air hujan akan dapa disalurkan ke dalam anah kembali agar idak erbuang begiu saja. Sehingga dapa menambah cadangan air anah sera mencegah erjadinya banjir. Benuk beon berpori yang memiliki rongga-rongga menyebabkan kua ekan beon berpori relaif rendah (kua ekannya berkurang). Semakin inggi porosias beon maka kemampuannya unuk menahan beban akan semakin kecil, jadi apabila semakin besar kua ekan beon maka porosias beon erhadap air akan semakin kecil. Dimana biasanya beon berpori memiliki kua ekan sebesar 2,8 28 MPa (menuru ACI 522R Repor on Pervious Concree), menjadikan beon berpori lebih cocok bila diaplikasikan sebagai area empa parkir, jalan aman, sidewalk, rooar, aau jalanan di perumahan dengan inensias kendaraan yang kecil. Oleh karena iu dibuuhkan peneliian unuk mencari peningkaan kua ekan beon berpori karena beon berpori yang memiliki rongga-rongga. Tujuan dari peneliian ini adalah unuk mengeahui jenis dan komposisi bahan ambahan (admixure) pada campuran beon berpori sesuai nilai kua ekan beon berpori dan juga meliha nilai porosias yang dihasilkannya pada aplikasi sidewalk. Hasil peneliian ini diharapkan dapa bermanfaa sebagai referensi unuk pengembangan perkerasan beon berpori sebagai maerial yang ramah lingkungan dan dapa diaplikasikan pada sidewalk sesuai nilai kua ekan yang dibuuhkan. Peneliian yang dilakukan adalah mengukur nilai kua ekan dan kecepaan penyerapan air pada benda uji beon berpori. Beon Berpori Beon merupakan bahan bangunan uama yang banyak digunakan dalam suau srukur bangunan. Beon dalam aplikasinya digunakan unuk membua perkerasan jalan, srukur bangunan, pondasi, jalan, jembaan penyeberangan, srukur parkiran, dasar unuk pagar aau gerbang dan lain sebagainya. Beon berpori (pervious concree) merupakan ipe perkerasan pembangunan dampak rendah yang permeabel, yaiu campuran beon berpori yang idak menggunakan pasir aau hanya dalam jumlah kecil, sehingga menghasilkan beon dengan pori kira-kira 20%. Ruang pori ersebu membua air dapa mengalir di dalam perkerasan ke lapisan bauan berukuran seragam di bawahnya, lalu ke dalam anah - sehingga mengurangi aau menghilangkan aliran air di aas permukaan perkerasan. Gambar 1 Beon Berpori yang digunakan unuk beon berpori idak jauh berbeda seperi beon normal, perbedaan yang ada adalah dalam pembuaan beon berpori idak aau sediki sekali digunakan agrega halus pada campuran beonnya, dikarenakan beon berpori yang erbenuk memiliki rongga-rongga unuk porosias air, sera fakor air semen (FAS) memiliki peranan yang sanga pening, dengan ujuan agar rongga-rongga yang ada pada beon naninya idak eruup oleh pasa semen pada saa mengeras. Selain iu juga berujuan unuk mengika agrega agar idak mudah erlepas. Bahan Tambahan (admixure) Bahan ambahan (admixure) adalah suau bahan berupa bubuk aau cairan, yang diambahkan ke dalam campuran adukan beon selama pengadukan, dengan ujuan unuk mengubah sifa adukan aau beonnya [Spesifikasi Bahan Tambahan unuk Beon, SK SNI S-18-1990-03]. Berdasarkan ACI (American Concree Insiue), bahan ambah adalah maerial selain air, agrega dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beon

aau morar yang diambahkan sebelum aau selama pengadukan berlangsung. Penambahan bahan ambah dalam sebuah campuran beon aau morar idak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan ambah ini cenderung merupakan penggani aau susbiusi dari dalam campuran beon iu sendiri. Karena ujuannya memperbaiki aau mengubah sifa dan karakerisik erenu dari beon aau morar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam bera-volume idak erasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beon anpa bahan ambah. Penggunaan bahan ambah dalam sebuah campuran beon harus memperhaikan sandar yang berlaku seperi SNI (Sandar Nasional Indonesia), ASTM (American Sociey for Tesing and Maerials) aau ACI (American Concree Insiue) dan yang paling uama memperhaikan peunjuk dalam manual produk dagang. Pada peneliian ini, bahan ambahan yang digunakan adalah abu sekam padi dan fly ash dengan kadar 10, 15, 20% dari bera semen dalam seiap campuran beon berpori; dan produk dari Sika, dengan ipe air enraining dengan kadar 1, 2, 3% dari jumlah bera air dalam seiap campuran beon berpori. METODOLOGI PENELITIAN Pendekaan Peneliian Bagan alir peneliian aau penjelasan secara umum enang uruan kegiaan yang dilaksanakan unuk menyelesaikan masalah dalam peneliian ini adalah sebagai beriku : Mulai Tinjauan Pusaka Pengujian Bahan Pemilihan Za Tambahan Pembuaan Benda Abu Fly Ash Sika AE 10% 20% 1% 3% 15% 10% 20% 2% 15% Pengujian Kua Tekan dan Permeabilias Analisa Hasil Pengujian Kesimpulan dan Saran Gambar 2 Bagan Alir Peneliian Peneliian dimulai dengan mengidenifikasi masalah yang ada dan dijadikan sebagai opik peneliian ini. Permasalahan yang diinjau mengenai sudi peneliian komposisi beon berpori menggunakan campuran semen porland komposi dengan variasi jenis sera persenase za ambahan unuk meningkakan nilai kua ekan pada aplikasi perkerasan sidewalk. Tinjauan kepusakaan dilakukan unuk menjelaskan gambaran umum obyek peneliian dan landasan eori yang menjadi acuan pusaka pada saa peneliian dan dalam penyusunan laporan peneliian. Tinjauan pusaka dilakukan dengan sudi lieraur mengenai beon berpori dan hal-hal yang erkai. Dikarenakan kurangnya referensi mengenai beon berpori di Indonesia maka referensi yang lebih banyak digunakan diperoleh dari hasil peneliian di negara lain. Dimana berdasarkan referensi-referensi ersebu didapakan kisaran komposisi pembuaan beon berpori sera pedoman aa cara pembuaan beon berpori yang akan digunakan sebagai perkerasan. Pendekaan peneliian yang dilakukan dibaasi dengan ruang lingkup/ baasan-baasan unuk menyederhanakan permasalahan selama peneliian berlangsung, adalah sebagai beriku : a. beon merupakan kisaran komposisi berdasarkan peneliian sebelumnya (peneliian Bagus Harano Pura, 2011) dan ACI 522R-10. b. Pengujian bahan-bahan yang akan digunakan sebagai campuran beon berpori.

c. Semen yang digunakan adalah semen Porland komposi (PCC). d. Agrega yang digunakan yaiu agrega kasar berupa kerikil aau bau pecah yang diperoleh dari indusri pemecah bau, dengan ukuran : - Agrega 2-3 cm (lolos saringan 38 mm dan erahan pada saringan 19 mm) - Agrega 1-2 cm (lolos saringan 19 mm dan erahan pada saringan 9,6 mm) - Agrega 0,5-1 cm (lolos saringan 9,6 mm dan erahan pada saringan 4,8 mm) e. Bahan ambahan (admixure) yang digunakan sebanyak 3 jenis, yaiu : - Abu sekam padi dengan kadar 10, 15, 20% dari bera semen dalam seiap campuran beon berpori. - Fly ash dengan kadar 10, 15, 20% dari bera semen dalam seiap campuran beon berpori. - Produk Sika air enraining dengan kadar 1, 2, 3% dari bera air dalam seiap campuran beon berpori. f. Benda uji dibua pada ceakan kubus berukuran 15x15x15 cm. Tiap komposisi dibua sebanyak 18 buah unuk masing-masing kadar jenis admixure (Abu sekam, Fly ash dan Sika AE). Toal benda uji sebanyak 162 buah. g. Parameer yang diukur adalah kua ekan dan kecepaan penyerapan air pada beon berpori. h. Nilai slump pada campuran beon berpori diabaikan, karena nilai slump yang erbenuk dari campuran beon berpori sanga besar. Hal ini disebabkan karena idak adanya pemakaian agrega halus dalam campuran beon berpori. i. Kua ekan beon berpori yang ingin dicapai pada umur 28 hari adalah anara 150 sampai 180 kg/cm 2 (Muu beon berpori yang diambil disesuaikan dengan muu baa beon dari SNI 03-0691-2002 unuk aplikasi area sidewalk pejalan kaki). j. Pengujian benda uji dilakukan melalui pengujian kua ekan beon berpori pada hari ke 7, 14, dan 28 unuk mengeahui perkembangan kua ekan beon. k. Perawaan benda uji dilakukan unuk menjamin agar idak erjadi penguapan air dari benda uji, sehingga proses hidrasi yang erjadi pada benda uji dapa berlangsung dengan baik. l. Prosedur pengujian enang analisa saringan agrega kasar yang digunakan sesuai dengan sandar SNI 03-1968-1990. m. Prosedur pengujian bera jenis dan penyerapan air agrega kasar yang digunakan sesuai dengan sandar SNI 1969:2008. n. Pengujian ingka peresapan air pada beon berpori dilakukan dengan menggunakan ala falling-head permeameer sederhana. Pada peneliian ini, parameer dan perbandingan yang digunakan berasal dari pengujian benda uji. Daa-daa yang dihasilkan kemudian dianalisa unuk mencapai kesimpulan yang diharapkan dapa memberi solusi dalam pembuaan beon berpori. Pembuaan dan pengujian benda uji dilakukan di laboraorium eknologi beon PT. Subur Brohers, Cakung. Pengujian kua ekan dilakukan dengan menggunakan ala uji kua ekan beon. Pengujian kemampuan penyerapan air pada beon berpori dilakukan seelah didapakan hasil kua ekan yang erbaik dari seiap komposisi beon berpori. Peneliian beon berpori ini dimulai dengan melakukan pemeriksaan aau perhiungan kadar air dan penyerapan agrega kasar. Pemeriksaan kadar air berujuan unuk menenukan kadar air agrega dengan cara pengeringan. Pemeriksaan penyerapan agrega kasar berujuan unuk unuk menenukan bera jenis dan persenase bera air yang dapa diserap agrega yang kemudian dihiung erhadap bera kering agrega. Hasil nilai kadar air dan penyerapan dari agrega kasar yang didapakan berujuan unuk mencari koreksi persenase jumlah air dalam campuran, agar didapakan campuran pasa semen yang dapa mengika agrega secara kua. Percobaan pendahuluan dilakukan unuk meliha komposisi campuran beon berpori yang direncanakan dapa dibua dengan komposisi yang epa. Pengujian/percobaan pendahuluan dilakukan dengan membua benda uji beon berpori menggunakan proporsi campuran perama dengan semen 325 kg/m 3 ; Fakor air semen 0,4 dan jumlah air yang dibuuhkan 130 lier/m 3 ; Agrega kasar 1.300 kg/m 3 dengan persenase 50% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 10% agrega 0,5-1 cm. Persenase agrega kasar yang digunakan mengacu dari gambar grafik baas gradasi kerikil ukuran maksimum 40 mm dalam SNI 03-2834-2000. Proporsi campuran kedua dengan mengubah persenase agrega kasar menjadi 30% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 30% agrega 0,5-1 cm. Perbedaan pemakaian proporsi agrega kasar dalam percobaan pendahuluan campuran sampel beon berpori adalah unuk menganalisa komposisi yang memiliki benuk permukaan beon berpori yang baik aau layak unuk sidewalk dan ikaan agreganya, yang selanjunya digunakan sebagai acuan proporsi campuran dalam membua benda uji beon berpori dalam peneliian ini. Pembuaan benda uji menggunakan ceakan (mold) benuk kubus berukuran 15x15x15 cm. Pembuaan benda uji beon berpori dibua dengan variasi jenis sera persenase bahan ambahan erdiri dari iga macam, yaiu dengan menggunakan admixure adalah abu sekam padi dan fly ash dengan kadar 10, 15, 20% dari bera

semen dalam seiap campuran beon berpori; dan produk dari Sika, dengan ipe air enraining dengan kadar 1, 2, 3% dari jumlah bera air dalam seiap campuran beon berpori. Hal ini unuk meliha perbedaan dari penggunaan bahan ambahan dalam campuran beon erhadap hasil nilai kua ekan. Pembuaan benda uji dimulai dengan perencanaan kua ekan yang diharapkan, lalu melakukan penimbangan semen, admixure, agrega kasar dan air sesuai dengan komposisi campuran yang direncanakan. Bahan ambahan abu sekam sebelumnya disaring aau diayak erlebih dahulu dengan saringan No.50 ukuran lubang 0,297 mm dan No.100 ukuran lubang 0,149 mm unuk mendapakan kehalusan abu sekam yang lebih halus. Seelah semua maerial campuran elah siap, lalu dilakukan pengadukan dengan menggunakan sekop. Pengadukan dimulai dengan mencampur semen dan admixure kemudian mencampur agrega kasar, semen, dan admixure dalam kondisi kering, sampai agrega kasar, semen, admixure dirasa elah bercampur secara meraa, kurang lebih selama dua meni. Lalu kemudian diberi air. Pengadukan dilakukan sampai erbenuk campuran beon yang dirasa elah ercampur secara meraa. Seelah iu, campuran diuang ke dalam ceakan yang elah dibersihkan dan diberi pelumas. Pemadaan campuran beon berpori dilakukan dengan memberi umbukan sebanyak 25 x 3 umbukan unuk seiap 1/3 bagian ceakan yang erisi oleh campuran basah beon berpori. Kemudian campuran basah beon berpori dibiarkan mengering selama 1-2 hari sebelum beon dikeluarkan dari ceakan. Seelah kering, sampel beon berpori dikeluarkan dari ceakan, lalu diimbang unuk mengukur bera dan bera jenisnya. Dalam hal ini, beon berpori ermasuk dalam beon ringan karena beranya berkisar anara 5 kg 7 kg. Lalu beon berpori direndam dalam bak air sampai hari sebelum pengeesan kua ekan dilakukan. Pengujian es kua ekan benda uji dilakukan dengan menggunakan ala uji kua ekan beon di PT. Subur Brohers. Pengeesan kua ekan yang perama dilakukan seelah beon berpori berumur 7 hari. Hasil uji kua ekan beon berpori menunjukkan bahwa beon berpori memiliki kua ekan yang idak erlalu besar. Selanjunya es kua ekan beon berpori dilakukan pada umur 14 dan 28 hari. Langkah selanjunya adalah pengujian kecepaan rembesan air dari beon berpori. Pengujian ingka peresapan air pada beon berpori dilakukan dengan menggunakan ala pengujian permeabilias beon berpori sederhana. Perama benda uji haruslah dibungkus dengan lapisan kedap air pada bagian sisi-sisi samping nya, hal ini membua air idak akan bocor kesisi samping eapi akan mengalir dari aas permukaan sampai ke bagian bawah beon. Beon dipasang pada ala uji dimana sisi bawah beon dikunci dengan rapa agar posisi beon idak bergeser dan air idak bocor. Tabung pengukur dipasang pada bagian aas beon unuk mengukur seberapa banyak air yang naninya akan mengalir pada beon. Seelah benda uji sudah erpasang dengan baik maka abung yang erhubung dengan beon dan ala penguji diisi dengan air dan diliha apakah air akan keluar pada ujung pipa aau uji unuk memasikan bahwa ala uji berfungsi dengan baik. Air diisi sampai dengan keinggian yang sama anara beon dengan ujung pipa, membua beon erendam air akan eapi bagian aas beon kosong. Unuk memulai pengujian maka kaup yang ada pada pipa diuup sehingga air akan berheni mengalir. Perama-ama yang harus dilakukan adalah mencaa seberapa banyak jumlah air yang digunakan unuk pengujian ini. Kemudian berepaan dengan dibukanya kaup pipa maka sopwach mulai bekerja unuk menghiung seberapa lama waku yang digunakan unuk air pada abung habis mengalir. HASIL DAN BAHASAN Hasil Pemeriksaan Agrega Kasar Pemeriksaan agrega kasar dilakukan pada ahap awal peneliian beon berpori, dimulai dengan melakukan pemeriksaan aau perhiungan kadar air, bera jenis dan penyerapan agrega kasar. Hasil kadar air, bera jenis dan penyerapan agrega kasar berdasarkan hasil pengujian di laboraorium eknologi beon PT. Subur Brohers adalah sebagai beriku : Dari pengujian dikeahui bahwa kadar air agrega kasar dalam percobaan ini yaiu sebesar 2,8 %. Nilai kadar air ini menunjukkan banyaknya air yang erkandung dalam agrega kasar ersebu. Nilai kadar air ini akan digunakan unuk koreksi jumlah air di dalam perhiungan perancangan campuran beon. Dari pengujian dikeahui bahwa bera jenis dan penyerapan agrega kasar dalam percobaan ini, yaiu : - Bera jenis kering agrega kasar = 2,65 - Bera jenis jenuh kering permukaan agrega kasar = 2,67 - Penyerapan agrega kasar = 0,8 % Hasil bera jenis dan penyerapan agrega kasar ini memenuhi persyaraan, dimana menuru SNI 1969:2008 syara unuk bera jenis agrega 3,00 dan unuk penyerapan agrega 5,00, sehingga agrega kasar ini dapa digunakan dalam campuran beon.

Percobaan Pendahuluan Hasil sampel benda uji proporsi campuran perama (dengan semen 325 kg/m 3 ; Fakor air semen 0,4 dan jumlah air 130 lier/m 3 ; Agrega kasar 1.300 kg/m 3 dengan persenase 50% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 10% agrega 0,5-1 cm) yang erbenuk kurang baik karena memiliki permukaan beon berpori yang kasar dan ikaan anara semen dan agrega idak kua, agrega ada yang erlepas. Hasil sampel benda uji proporsi campuran perama kurang layak digunakan. Gambar 3 Hasil Proporsi Campuran Perama (kiri) dan Kedua (kanan) Hasil sampel benda uji proporsi campuran kedua (dengan mengubah persenase agrega kasar menjadi 30% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 30% agrega 0,5-1 cm) yang erbenuk lebih baik dengan memiliki permukaan beon berpori yang lebih raa, idak kasar dan ikaan semen dan agrega lebih kua, agrega idak erlepas. Maka dalam pembuaan benda uji beon berpori digunakan persenase agrega kasar : 30% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 30% agrega 0,5-1 cm. Pembuaan Benda Uji Benda uji yang dibua pada peneliian ini menggunakan ceakan (mold) berbenuk kubus dengan ukuran 15x15x15 cm. Toal benda uji yang dibua sebanyak 162 buah, unuk 9 komposisi campuran beon dengan admixure, yang kemudian akan digunakan unuk pengujian kua ekan pada umur 7, 14, dan 28 hari. Variasi jenis sera persenase bahan ambahan erdiri dari iga macam, yaiu dengan menggunakan Abu sekam padi dengan kadar 10, 15, 20% dari bera semen dalam seiap campuran beon berpori; Fly ash dengan kadar 10, 15, 20% dari bera semen dalam seiap campuran beon berpori; dan Produk Sika Air Enraining (Sika AE) dengan kadar 1, 2, 3% dari bera air dalam seiap campuran beon berpori. Hal ini unuk meliha perbedaan dari penggunaan bahan ambahan dalam campuran beon erhadap hasil nilai kua ekan. Proporsi campuran benda uji beon berpori yang dibua erdiri dari semen 325 kg/m 3 ; Fakor air semen 0,4 dan jumlah air yang dibuuhkan 130 lier/m 3 ; Agrega kasar 1.300 kg/m 3 dengan kombinasi agrega kasar yang digunakan adalah 30% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 30% agrega 0,5-1 cm. Koreksi jumlah air dan agrega kasar sesuai kadar air dan penyerapan agrega kasar adalah : 2,8 0,8 Air = 130 1.300 = 104 l/m 3 100 2,8 0,8 Agrega kasar = 1300 + 1.300 = 1.326 kg/m 3 100 Pembuaan benda uji dilakukan secara berahap dengan dibua 3 buah benda uji kubus unuk sekali pengadukan. maerial yang dibuuhkan unuk 3 buah benda uji pada seiap campuran beon berpori dapa dihiung sebagai beriku : 3-3 3 o Volume benda uji kubus = (0,15 0,15 0,15) m = 3,375 10 m 3 o Agrega kasar = ( 1.326 3,375 10 ) 3 = 13,5 kg - 30% agrega ukuran 2-3 cm = 0,3 13,5 kg = 4,05 kg - 40% agrega ukuran 1-2 cm = 0,4 13,5 kg = 5,4 kg - 30% agrega ukuran 0,5-1 cm = 0,3 13,5 kg = 4,05 kg 3 o Semen = ( 325 3,375 10 ) 3 = 3,3 kg 3 o Air = ( 104 3,375 10 ) 3 = 1,1 l

Hasil Tes Kua Tekan Beon Berpori Tanpa Admixure Benda uji beon berpori dibua anpa menggunakan campuran bahan ambahan (admixure). Hal ini dilakukan unuk meliha perbedaan, membandingkan sera mengeahui seberapa peningnya penggunaan admixure dalam campuran beon berpori erkai dengan nilai kua ekan yang dihasilkan. Proporsi campuran benda uji beon berpori yang dibua erdiri dari semen 325 kg/m 3 ; Fakor air semen 0,4 dan jumlah air yang dibuuhkan 130 lier/m 3 ; Agrega kasar 1.300 kg/m 3 dengan kombinasi agrega kasar yang digunakan adalah 30% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 30% agrega 0,5-1 cm. Benda uji yang dibua berbenuk kubus 15x15x15 cm, dibua sebanyak 9 buah unuk pengujian kua ekan pada umur 7, 14 dan 28 hari. Hasil es kua ekan beon berpori anpa admixure dapa diliha pada abel beriku : Tabel 1 Hasil Tes Kua Tekan Beon Berpori Tanpa Admixures Bera Isi Benda Uji Hasil Tes Kua Tekan Kua Tekan 28 hari No. Campuran Umur Tes Bera Benda Beban Max Koreksi Beon (Hari) Uji (gr) (Kg/m 3 ) (Kg) Umur 1 6145 1820,74 11200 49,78 0,65 76,58 2 7 6216 1841,78 9400 41,78 0,65 64,27 3 6223 1843,85 11800 52,44 0,65 80,68 4 6167 1827,26 18400 81,78 0,88 92,93 Tanpa 5 14 6255 1853,33 17200 76,44 0,88 86,87 Admixure 6 6520 1931,85 17600 78,22 0,88 88,89 7 6262 1855,41 19200 85,33 1,00 85,33 8 28 6021 1784,00 15600 69,33 1,00 69,33 9 6065 1797,04 14200 63,11 1,00 63,11 Hasil kua ekan beon berpori anpa admixure yang didapa ergolong kecil, jauh di bawah baas kua ekan unuk perkerasan sidewalk 150-180 kg/cm 2. Pembahasan Hasil Kua Tekan Beon Berpori Pembahasan hasil dari daa-daa pengujian kua ekan beon berpori melipui perbandingan kua ekan dari masing-masing komposisi beon berpori dan admixure pada kua ekan 7, 14 dan 28 hari. Pembahasan hasil kua ekan sebagai beriku : - Hasil kua ekan pada campuran dengan kandungan abu sekam secara keseluruhan meningka pada kua ekan umur 14 hari, eapi menurun kua ekan nya pada umur 28 hari. Hal ini disebabkan dengan adanya penambahan jumlah air dalam adukan campuran yang berpengaruh erhadap fakor air semen berambah, menjadikan hasil nilai kua ekan berkurang. - Hasil kua ekan pada campuran dengan kandungan fly ash secara keseluruhan meningka erus sampai kua ekan umur 28 hari. - Hasil kua ekan pada campuran dengan kandungan Sika Air Enraining secara keseluruhan meningka sampai kua ekan umur 28 hari. Tabel 2 Hasil Tes Kua Tekan Raa-Raa Semua Campuran Beon Berpori No. Campuran Beon Kadar Kua Tekan Raa-Raa (f cr ) 1 Tanpa Admixure - 78,67 2 10% 95,96 3 Abu Sekam 15% 101,45 4 20% 107,39 5 10% 124,21 6 Fly Ash 15% 137,06 7 20% 152,28 8 1% 175,53 9 Sika Air Enraining 2% 148,36 10 3% 182,47

Pembahasan Nilai Deviasi Sandar (s) Dalam perencanaan campuran beon dengan meode SNI 03-2834-2000, deviasi sandar dieapkan berdasarkan ingka muu pelaksanaan pencampuran beon di lapangan. Makin baik muu pelaksanaannya makin kecil nilai deviasi sandarnya. Peneapan nilai deviasi sandar (s) ini berdasarkan aas hasil perancangan pada pembuaan beon muu yang sama dan menggunakan bahan dasar yang sama pula. Nilai deviasi sandar (s) dihiung dengan rumus : s = n Dengan : f c = Kua ekan masing-masing hasil uji (MPa) f cr = Kua ekan beon raa-raa (MPa) n = Jumlah daa hasil uji kua ekan 1 (f c f n 1 Jika jumlah daa hasil uji kurang dari 30 buah, maka dilakukan koreksi erhadap nilai deviasi sandar dengan suau fakor pengali, seperi pada abel beriku : Tabel 3 Fakor Pengali Deviasi Sandar Jumlah daa 30 25 20 15 <15 Fakor pengali 1,00 1,03 1,08 1,16 Tidak bisa cr ) 2 Jika idak mempunyai daa percobaan sebelumnya aau mempunyai percobaan kurang dari 15 buah benda uji, maka nilai deviasi sandar diambil dari ingka pengendalian muu pekerjaan di lapangan. Unuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai ingka muu pekerjaan beon, di sini diberikan pedoman sebagai beriku : Tabel 4 Nilai Deviasi Sandar Unuk Berbagai Tingka Pengendalian Muu Pekerjaan di Lapangan Tingka Pengendalian Muu Pekerjaan s (MPa) Sanga Memuaskan 2,8 Memuaskan 3,5 Baik 4,2 Cukup 5,0 Jelek 7,0 Tanpa Kendali 8,4 Dari hasil pengujian pada benda uji yang dilakukan, didapakan nilai deviasi sandar (s) sebagai beriku : Tabel 5 Nilai Deviasi Sandar (s) Semua Campuran Beon Berpori

No. Campuran Beon Kadar Kua Tekan Raa-Raa (f cr ) Deviasi Sandar (s) 1 Tanpa Admixure - 78,67 10,98 2 10% 95,96 25,54 3 Abu Sekam 15% 101,45 39,06 4 20% 107,39 42,40 5 10% 124,21 29,11 6 Fly Ash 15% 137,06 31,64 7 20% 152,28 18,05 8 1% 175,53 19,67 9 Sika Air Enraining 2% 148,36 36,91 10 3% 182,47 36,00 Berdasarkan Tabel 4 Nilai Deviasi Sandar Unuk Berbagai Tingka Pengendalian Muu Pekerjaan di Lapangan Tingka Pengendalian Muu Pekerjaan s (MPa) s Sanga Memuaskan 2,8 28 Memuaskan 3,5 35 Baik 4,2 42 Cukup 5,0 50 Jelek 7,0 70 Tanpa Kendali 8,4 84 Hasil nilai deviasi sandar (s) unuk semua campuran beon berpori dalam peneliian ini memiliki ingka pengendalian muu pekerjaan : No. Campuran Beon Kadar Deviasi Sandar (s) Tingka Pengendalian Muu Pekerjaan 1 Tanpa Admixure - 10,98 Sanga memuaskan 2 10% 25,54 Sanga memuaskan 3 Abu Sekam 15% 39,06 Baik 4 20% 42,40 Baik 5 10% 29,11 Memuaskan 6 Fly Ash 15% 31,64 Memuaskan 7 20% 18,05 Sanga memuaskan 8 1% 19,67 Sanga memuaskan 9 Sika Air Enraining 2% 36,91 Baik 10 3% 36,00 Baik Hasil Pengujian Kecepaan Air Pengujian kecepaan penyerapan air ini dilakukan dengan membua 6 buah benda uji yang berbenuk silinder dengan diameer 4 inci (10,16 cm) dan inggi 15 cm, dengan komposisi sebagai beriku : - 2 buah benda uji dengan campuran admixure abu sekam 10% - 2 buah benda uji dengan campuran admixure fly ash 10% - 2 buah benda uji dengan campuran admixure Sika 3%

Semen 325 kg/m 3 ; Fakor air semen 0,4 dan jumlah air yang dibuuhkan 130 lier/m 3. Ukuran agrega yang digunakan digunakan dengan persenase agrega kasar : 30% agrega 2-3 cm, 40% agrega 1-2 cm, dan 30% agrega 0,5-1 cm pada seiap campuran beon berpori. Hasil pengujian kecepaan penyerapan air pada benda uji yang dilakukan dengan ala pengujian permeabilias sederhana adalah sebagai beriku : Tabel 5 Hasil Pengujian Kecepaan Penyerapan Air Benda Uji Beon Berpori Benda Uji Abu Sekam Waku (deik) Kecepaan Penyerapan Air (k) (m/deik) Raa-Raa Kecepaan Penyerapan Air (m/deik) 13,13 7,052x10-3 7,044x10-3 13,16 7,036x10-3 Fly Ash 12,67 7,308x10-3 7,166x10-3 13,18 7,025x10-3 Sika AE 14,05 6,590x10-3 6,576x10-3 14,11 6,562x10-3 Conoh perhiungan pada abel 4.29 : A k = ; Dimana nilai A adalah konsan = 0,0926 m. 0,0926 3 k = = 7,052 10 m/deik 13,13 Unuk mencari nilai A adalah sebagai beriku : A1 l h 2 k = log A 2 h1 Dimana : k = Kecepaan penyerapan air A 1 = Luas alas benda uji A 2 = Luas alas empa masuk air l = Tinggi benda uji = Waku yang dibuuhkan h 1 = Tinggi air awal h 2 = Tinggi air akhir Conoh perhiungan : A1 l h 2 k = log A 2 h1 1 2 π ( 101,6 mm) 150 mm 4 290 mm k = log 1 2 70 mm π ( 101,6 mm) 4 150 mm 92,595 0,0926 k = 0,6173 = mm/s = m/s 0,0926 A k = m/s k = A = 0,0926 m

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil peneliian dan pembahasan yang diperoleh pada pengujian beon berpori ini, yaiu : Benda uji beon berpori yang menggunakan campuran admixure memiliki kua ekan lebih inggi dibandingkan anpa menggunakan admixure. Hasil nilai kua ekan raa-raa beon berpori anpa admixure adalah 78,67 kg/cm 2 ; dengan campuran abu sekam 10% adalah 95,96 kg/cm 2 ; abu sekam 15% adalah 101,45 kg/cm 2 ; abu sekam 20% adalah 107,39 kg/cm 2 ; dengan campuran fly ash 10% adalah 124,21 kg/cm 2 ; fly ash 15% adalah 137,06 kg/cm 2 ; fly ash 20% adalah 152,28 kg/cm 2 ; dengan campuran Sika Air Enraining 1% adalah 175,53 kg/cm 2 ; Sika Air Enraining 2% adalah 148,36 kg/cm 2 ; Sika Air Enraining 3% adalah 182,47 kg/cm 2. Berdasarkan hasil pengujian didapakan bahwa jenis dan komposisi admixure dengan nilai kua ekan raa-raa beon berpori eringgi adalah jenis admixure Sika Air Enraining dengan kadar 3%. Hasil pengujian kecepaan penyerapan air pada benda uji beon berpori dengan campuran abu sekam sebesar 7,044x10-3 m/deik; dengan campuran fly ash sebesar 7,166x10-3 m/deik; dengan campuran Sika Air Enraining sebesar 6,576x10-3 m/deik. Berdasarkan hasil pengujian didapakan bahwa nilai porosias aau kecepaan penyerapan air paling besar adalah benda uji beon berpori dengan campuran fly ash. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan erliha bahwa beon berpori yang memiliki kua ekan yang besar belum enu memiliki nilai porosias yang baik (semakin besar nilai kua ekan dari beon berpori maka porosias air dari beon berpori cenderung akan semakin rendah). SARAN Saran yang dapa digunakan unuk membanu dalam peneliian dan perkembangan eknologi beon berpori selanjunya adalah sebagai beriku : Peneliian lebih lanju mengenai beon berpori dapa menggunakan bahan-bahan adiif alami lainnya. Dalam peneliian selanjunya dapa digunakan abu sekam dengan memperhaikan secara khusus dari segi kualiasnya. DAFTAR PUSTAKA ACI 522R-10. (2010). Repor On Pervious Concree. USA: American Concree Insiue Commiee 522. Colorado Ready Mixed Concree Assosiaion. Specifier s Guide for Pervious Concree Pavemen Design Version 1.2. Colorado. Concree Promoional Group. (2010). Handbook for Pervious Concree Cerificaion in Kansas Ciy. Kansas. Ferguson, B.K. (2005). Porous Pavemens. New York: Taylor & Francis Group. Florida Concree and Produc Associaion. Pervious Concree. Presenaion : A Sormwaer Treamen Opion. Florida. Huysseen, A.V., Tilaka Diyagama, Maunsell Limied. (2004). Permeable Pavemen Design Guideline. Kevern, J.K. (2008). Advancemens In Pervious Concree Technology. Iowa: Iowa Sae Universiy. Leming, M.L., H. Rooney Malcom, and Paul D. Tennis. (2007). Hydrologic Design of Pervious Concree. Porland Cemen Assosiaion. Maryland. Naional Concree Pavemen Technology Cener. (2006). Mix Design Developmen for Pervious Concree in Cold Weaher Climaes. Iowa: Iowa Sae Universiy. Pura, B.H. (2011). Sudi Analisa Campuran Beon Berpori Sebagai Maerial Ramah Lingkungan Berdasarkan Nilai Kua Tekan dan Tingka Peresapan Air. Skripsi Sarjana S1 Teknik Sipil. Jakara: Binus Universiy. SNI 03-0691-2002. (2002). Baa Beon (Paving Block). Jakara: Badan Sandarisasi Nasional. SNI 03-1968-1990. (1990). Meode Pengujian Analisis Saringan Agrega Halus dan Kasar. Jakara: Badan Sandarisasi Nasional. SNI 03-2834-2000. (2000). Taa Cara Pembuaan Rencana Campuran Beon Normal. Jakara: Badan Sandarisasi Nasional. SNI 03-6817-2002. (2002). Meode Pengujian Muu Air Unuk Digunakan Dalam Beon. Jakara: Badan Sandarisasi Nasional. SNI 15-2049-2004. (2004). Semen Porland. Jakara: Badan Sandarisasi Nasional. SNI 1969:2008. (2008). Cara Uji Bera Jenis Penyerapan Air Agrega Kasar. Jakara: Badan Sandarisasi Nasional.