II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

dokumen-dokumen yang mirip
Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

2 BARISAN BILANGAN REAL

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Semigrup Matriks Admitting Struktur Ring

Bab 2. Sistem Bilangan Real Aksioma Bilangan Real Misalkan adalah himpunan bilangan real, P himpunan bilangan positif dan fungsi + dan.

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

TUGAS ANALISIS REAL LANJUT. a b < a + A. b + B < A B.

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

Matematika Terapan Dosen : Zaid Romegar Mair, ST., M.Cs Pertemuan 3

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b.

Hendra Gunawan. 14 Februari 2014

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi suatu ring serta

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

Barisan Dan Deret Arimatika

BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

PELABELAN GRACEFUL SISI PADA GRAF KOMPLIT, GRAF KOMPLIT REGULER K-PARTIT, GRAF RODA, GRAF BISIKEL, DAN GRAF TRISIKEL

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BARISAN DAN DERET. Materi ke 1

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Batas Bilangan Ajaib Pada Graph Caterpillar

Solusi Pengayaan Matematika

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,...

B a b 1 I s y a r a t

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS. Abstrak

theresiaveni.wordpress.com NAMA : KELAS :

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari.

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama

ANALISIS REAL I. Disusun Oleh : La Ode Muhammad Agush Salam. Dipergunakan untuk Mahasiswa S1 Prog. Studi Pend. Matematika Jurusan PMIPA

TEOREMA WEYL UNTUK OPERATOR HYPONORMAL

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

KETERKAITAN ANTARA MODUL BEBAS DENGAN MODUL DILIHAT DARI SIFAT-SIFAT HOMOMORFISME MODUL

BAB VI BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16,

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa Sifat Semigrup Matriks Atas Daerah Integral Admitting Struktur Ring 1

BAB I PENDAHULUAN. , membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan operasi pergandaan matriks baku. Himpunan bagian dari

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT

KALKULUS 4. Dra. D. L. Crispina Pardede, DEA. SARMAG TEKNIK MESIN

DERET Matematika Industri 1

ANALISIS REAL I DAN II

BAB 2 LANDASAN TEORI

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ANALISIS REAL I PENGANTAR. (Introduction to Real Analysis I) M. Zaki Riyanto, S.Si DIKTAT KULIAH ANALISIS

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

SIFAT-SIFAT SEMIGRUP SIMETRIS INTERVAL

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia

BAB I INDUKSI MATEMATIK. Beberapa Prinsip Induksi Matematik (PIM) yang perlu diketahui: 1. Sederhana 2. Yang dirampatkan (generalized) 3.

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar (pengertian) yang akan digunakan dalam. pembahasan penelitian. 2.

ANALISIS RIIL I. Disusun oleh Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si.

Sistem Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 1, 41-48, April 2003, ISSN : MATRIKS STOKASTIK GANDA DAN SIFAT-SIFATNYA

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model.

MATEMATIKA BISNIS. OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM

Modul Kuliah statistika

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF. Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayani, Suroto Universitas Jenderal Soedirman

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

BARISAN PANGKAT TERURUT MATRIKS PADA ALJABAR MAX PLUS

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Induksi matematik untuk memecahkan problema deret dan bilangan bulat bentuk kuadrat sempurna

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

HUBUNGAN PELABELAN GRACEFUL PADA DIGRAF BIDIRECTIONAL G DAN GRAF UNDERLYING DARI G

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi da r adalah sisa pada pembagia b dibagi dega a. jika r = 0 maka dikataka habis dibagi a da ditulis. utuk b tidak habis dibagi a ditulis. Ada bahasa lai utuk meyataka relasi pembagia, mugki dikataka bahwa membagi, adalah pembagi dari b, bahwa a adalah faktor dari b atau bahwa b adalah multiple dari a. Defiisi 2.1.1 Bilaga bulat a membagi habis bilaga bulat 0, ditulis, jika da haya jika ada bilaga bulat sehigga =. Jika a tidak membagi b maka. (Sukirma,1997) Cotoh: 1. 2 14, sebab 14 = 2 dega = 7 2. 3 10, sebab tidak ada bilaga bulat sehigga 10 = 3.

Teorema 2.1.1 Utuk bilaga bulat,, da berlaku sebagai berikut: 1. 0, 1, 2. 1 jika da haya jika = ± 1 3. Jika da, maka 4. Jika da maka ( + ) 5. Jika, maka da 6. Jika maka 7. Jika da, maka 8. maka, utuk sebarag bilaga bulat 9. Jika da, maka ( + ) utuk setiap bilaga bulat da. (Burto,1994) Bukti. (1). Utuk 0, ada suatu bilaga bulat sehigga = 0 karea 0 maka haruslah = 0 sehigga 0. Utuk 1, 1. =, maka haruslah = sehigga 1. Utuk,. =, maka haruslah = 1 sehigga. (2). Misalka 1 atau 1, maka = 1, karea da bilaga bulat, maka haruslah da sama dega 1 atau 1. (3). Jika maka ada suatu bilaga sehigga =, da jika maka ada suatu bilaga bulat sehigga =. Jika da maka berlaku:. = 5

. = ( =, utuk setiap bilaga bulat) = dega demikia dapat ditulis (4). Dega megikuti sifat (3), maka dapat ditulis dega = + = + ( + ) = + ( + =, utuk setiap k bilaga bulat) = + dega demikia bear bahwa ( + ) (5). Jika, ada suatu bilaga bulat sehigga dapat ditulis dega. =. = ( =, utuk setiap bilaga bulat) =, dapat ditulis dega a c. = ( =, utuk setiap bilaga bulat). =, dapat ditulis dega (6). Dega megikuti sifat (2) jelas bahwa jika maka. (7). Jika, maka terdapat bilaga bulat sehiga =, da jika maka terdapat bilaga bulat sehigga =. Jika da, maka:. =.. = ( =, utuk setiap k bilaga bulat). = dega demikia, jika da maka (8). Jika, maka terdapat bilaga bulat sehiga =. =. = ( adalah bilaga bulat) 6

. = ( =, utuk setiap bilaga bulat) = dega demikia jika maka utuk setiap sebarag bilaga bulat. (9). Jika, maka terdapat bilaga bulat sehiga =. Jika, maka terdapat bilaga bulat sehiga =. maka berlaku: + = + = ( + ) = ( + ) = + dega demikia jika da maka ( + ) 2.2 Bilaga Prima Defiisi 2.2.1 Suatu bilaga bulat > 1 yag tidak memiliki faktor positif kecuali 1 da, maka disebut bilaga prima. Bilaga buat lebih dari 1 da buka prima disebut bilaga komposit (tersusu). (Sukirma,1977) Cotoh: 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17 adalah bilaga prima. 4, 6, 8, 9, 10, 12 adalah cotoh dari bilaga-bilaga komposit. Meurut defiisi 2.2.1 tersebut, 1 buka bilaga prima maupu komposit, 1 disebut uit. Jadi himpua bilaga bulat positif (bilaga asli) terbagi dalam 3 himpua yag salig lepas, yaitu himpua semua bilaga prima, himpua semua bilaga komposit da himpua uit. Ambil sebarag bilaga bulat, misalya 84, maka 84 dapat ditulis sebagai hasil kali bilaga prima, 84 = 2.2.3.7 atau 7

84 = 2.3.2.7 atau 84 = 3.7.2.2 atau laiya. Teorema 2.2.1 Setiap bilaga bulat, > 1 dapat dibagi oleh suatu bilaga prima. (Sukirma, 1997) Bukti: Jika bilaga prima maka, teorema terbukti. Misalya diambil bilaga komposit, maka mempuyai faktor selai 1 da. Misalya, maka sehigga = karea 1 da, maka 1 < <. Jika bilaga prima maka, jika bilaga komposit, misalka, maka ada sehigga = dega 1 < <. Jika 2 bilaga prima maka da, maka. tetapi jika bilaga komposit da misalka, maka ada sehigga = dega 1 < <. Demikia seterusya sehigga terdapat barisa,,,, dega > > > > da setiap > 1 dega = 1, 2, 3,, misalka adalah bilaga prima, maka karea,,,, dega megguaka peryataa di atas dapat disimpulka bahwa setiap bilaga bulat positif lebih besar dari 1 dapat diyataka sebagai hasil kali bilaga-bilaga prima. Teorema 2.2.2 Setiap bilaga bulat > 1 dapat diyataka sebagai hasil kali bilaga prima (mugki haya memiliki 1 faktor). (Sukirma, 1997) 8

Bukti: Dari teorema 2.2.1 diketahui bahwa ada sehigga = dega 1 <. jika = 1 maka =, berarti bilaga prima. Sehigga = dega 1 <. Jika = 1 maka = sehigga =, berarti dapat diyataka sebagai hasil kali faktor-faktor bilaga prima. Tetapi jika > 1 proses seperti di atas dilajutka sehigga diperoleh = 1. Peguraia atas faktor-faktor prima itu pasti berakhir, karea > > > da setiap 1. Misalka utuk suatu, = 1, maka = adalah hasil kali faktor-faktor prima yag sama dega jadi setiap bilaga bulat positif yag lebih besar dari 1 dapat diyataka sebagai hasil kali bilaga-bilaga prima. 2.3 Kekogruea Defiisi 2.3.1 Misal ditetapka sebagai bilaga bulat positif, bilaga bulat a da b dikataka sebagai kogrue modulo dituliska dega: (mod ) jika adalah pembagi selisih, berarti bahwa =, utuk setiap bilaga bulat. Utuk membearka gagasa tersebut misal = 7. Da sebagai cotoh sebagai berikut: 3 24 ( mod 7) -31 11 (mod 7) -15-64 (mod 7) Karea 3 24 = ( 3) 7, 31 11 = ( 6) 7, da 15 ( 64) = (7) 7. Pada sisi lai, jika ( ), kemudia dikataka bahwa a adalah buka kogrue utuk b modulo da ditulis (mod ). Sebagai cotoh, 9

25 12 (mod 7), karea 7 tidak bisa utuk membagi 25 12 = 13. (Burto, 1999) Teorema 2.3.1 Setiap bilaga bulat kogrue modulo tepat satu diatara 0, 1, 2,, 1. (Sukirma, 1997) Defiisi 2.3.2 Pada (mod ) dega 0 <, maka disebut residu terkecil moduloi. Utuk kogrue ii disebut himpua residu terkecil modulo. (Sukirma, 1997) Cotoh: 1. Residu terkecil dari 71 modulo 2 adalah 1 2. Residu terkecil dari 71 modulo 3 adalah 2 3. Walaupu 34 9 (mod 5) tetapi 9 buka residu terkecil dari 34 9 (mod 5) karea 9 > 5. 4. Himpua residu terkecil modulo 5 adalah { 0,1,2,3,4}. Teorema 2.3.2 (mod ) jika da haya jika da memiliki sisa-sisa yag sama jika dibagi. (Sukirma,1997) Bukti: Pertama dibuktika jika a b (mod ) maka ada a da b yag memiliki sisa yag sama jika dibagi m. a b (mod ) maka (mod ) da (mod ) dega r adalah residu terkecil modulo atau 0 <. 10

(mod ) berarti = + utuk suatu bilaga bulat (mod ) berarti = + utuk suatu bilaga bulat ii berarti da memiliki sisa yag sama yaitu jika dibagi. Kedua, dibuktika jika da memiliki sisa yag sama jika dibagi maka (mod ).Misalka memiliki sisa jika dibagi, berarti = + da memiliki sisa jika dibagi, berarti = + dari kedua persamaa itu diperoleh bahwa: = ( ) berarti ( ) atau (mod ) Cotoh: 47 12 (mod 5) 47 = (6) 7 + 5 12 = (1) 7 + 5 Dega sisa yag sama yaitu 5. Teorema 2.3.3 Misal > 0 da,,, sebarag bilaga bulat. Maka megikuti sifat-sifat sebagai berikut: 1. (mod ) 2. (mod ), maka (mod ) 3. Jika (mod ) da (mod ), maka (mod ) 4. Jika (mod ) da (mod ) maka + + (mod ) da (mod ) 5. Jika (mod ) maka + + (mod ) da (mod ) 11

6. Jika (mod ) maka (mod ) utuk setiap bilaga bulat k (Burto, 1999) Bukti: 1. Utuk setiap bilaga bulat a diketahui bahwa = 0., sedemikia sehigga (mod ). 2. Jika (mod ) maka, =, utuk setiap bilaga bulat k, karea itu = = ( ), da adalah bilaga bulat. 3. Adaika bahwa (mod ) da juga (mod ) da ada bilaga bulat h da memeuhi = h da =. Hal itu Meujukka bahwa = ( ) + ( ) = h + = (h + ), ii berakibat dimaa (mod ). 4. Jika (mod ) da (mod ), maka diketahui bahwa = da = utuk piliha yag sama dari da Pejumlaha persamaa tersebut, diperoleh ( + ) ( + ) = ( ) + ( ) = + = ( + ) Atau seperti suatu peryataa kogrue, + + (mod ) = ( + )( + ) = + ( + + ) karea + + adalah suatu bilaga bulat, ii bisa dikataka bahwa dapat dibagi dega, dimaa (mod ). 5. Bukti dari sifat 5 mecakup 4 da keyataa bahwa (mod ). 6. Utuk = 1 diasumsika bahwa hal ii bear utuk semua, dari sifat 4 ditahui bahwa (mod ) da (mod ),secara tidak 12

lagsug dapat diyataka (mod ), atau equivalet dega ( ) hal ii meyataka bahwa + 1 merupaka akhir dari pembuktia. Dega demikia terbukti bahwa jika (mod ) maka (mod ), utuk sebarag bilaga positif. 2.4 Barisa Sebuah barisa dapat di bayagka sebagai suatu daftar bilaga yag dituliska dalam suatu daftar uruta tertetu:,,,,, Bilaga disebut suku pertama,, suku kedua da secara umum suku ke, aka dibahas barisa tak higga saja da kareaya setiap suku berikutya. Perhatika bahwa utuk setiap bilaga bulat positif terdapat satu bilaga yag terkait da kareaya sebuah barisa dapat didefiisika sebagai sebuah fugsi yag daerah asalya adalah himpua bilaga bulat positif. Tetapi biasaya ditulis da buka otasi fugsiya ( ) utuk meyataka otasi fugsi tersebut ada di bilaga. Notasi barisa {a 1, a 2, a 3, } juga diyataka sebagai { } atau { }. Cotoh: Sejumlah barisa dapat didefiisika dega memberika rumus utuk suku ke - ya. Pada cotoh berikut diberika tiga peyajia barisa: pertama dega megguaka otasi di atas, kedua dega megguaka rumus suku ke- ketiga dega meuliska suku-suku barisa tersebut. Perhatika bahwa da tidak harus dimulai dari satu. 13

a. b. c. 1 1 1 1 1 2 3 4 5 1 1 3 1 1 2 3 4,,,,...,,... 1 2 3 4 5 1 3,,,,..., 3 9 27 81 3 a 3, 3 0,1, 2, 3, 3,... 3 a a 3,... (James Stewart, 2003) 2.5 Norma Euler (Euler s Criterio) Corollary 2.5.1 Misal adalah bilaga prima da misal gcd (, ) = 1 maka adalah jika ( )/ 1 (mod ) Da adalah jika ( )/ 1 (mod ) 2.6 Simbol Jacobi (Bach ad Eric, 1996) Defiisi 2.6.1 Utuk setiap bilaga bulat da utuk setiap bilaga bulat positif, simbol Jacobi didefiisika sebagai hasil dari simbol Legedre bersamaa dega faktorfaktor prima dari : =... dimaa =... merupaka simbol Legedre, yag didefiisika utuk semua bilaga bulat da semua bilaga prima dega 14

= 0 jika 0(mod ) 1 jika 0(mod )da utuk bilaga bulat, (mod ) 1 jika tidak ada Megikuti ketetua umum utuk hasil kosog, = 1. (Wikipedia,2011) Theorema 2.6.1 1. jika adalah bilaga prima, maka simbol Jacobi juga merupaka simbol Legedre. 2. Jika (mod ) maka =. 3. = 0 jika gcd(, ) 1 ±1 jika gcd (, ) = 1 4. = jadi = 1 (atau 0) 5. = jadi = 1 (atau 0) Hukum dari quadratic reciprocity: jika da adalah bilaga bulat prima positif, maka 6. = ( 1) 1 2 1 2 = jika 1(mod 4)atau 1(mod 4) jika 3(mod 4) Da berikut ii sebagai tambaha. 15

7. = ( 1) = 1 jika 1 (mod 4) 1 jika 3 (mod 4) 8. = ( 1) = 1 jika 1,7 (mod 8) 1 jika 3,5 (mod 8) 2.7 Lapaga berhigga (Fiite Field) (Wikipedia,2011) Jika suatu lapaga (field) memuat eleme yag bayakya berhigga, maka lapaga ii disebut dega lapaga berhigga (fiite field). Teorema 2.7.1 Himpua Z merupaka lapaga berhigga jika da haya jika adalah bilaga prima. (Fraleigh, 2000) Teorema 2.7.2 Misal p adalah bilaga prima da misal adalah bilaga bulat positif, maka terdapat suatu lapaga berhigga dega aggota. 2.8 Frobeius Automorphism (Erich Bach da Jeffrey Shallit, 1997 Misal adalah suatu lapaga dari karekteristik lapaga. Maka Frobeius automorphism pada adalah pemetaa yag memetaka dari ke utuk setiap aggota dari (Wikipedia, 2011) 16

2.9 Teorema Lucas-Lehmer test Teorema 2.9.1 Misal p sebuah bilaga prima > 2, da = 2 1. juga didefiisika = 4 da = 2 utuk 1, maka adalah prima jika 0(mod ). (Eric Bach da Jeffrey Shallit,1997 Cotoh: Diberika suatu test yag praktis utuk keprimaa dari bilaga prima Mersee. Sebagai cotoh, misal sebagai test M 7 =127. meghitug modulo 127, ditemuka S 1 4, S 2 14, S 3 67, S 4 42, S 5 111, S 6 0, kareaya 127 adalah prima. 2.10 Test kemugkia prima Melham utuk N p Teorema 2.10.1 Misal p adalah suatu bilaga prima. Didefiisika suatu barisa {S} 0 dega S 0 = 6, S k+1 = S 2 k 2, k 0. Jika N p adalah prima, maka S p 1 34 (mod N p ). (Pedro Berrizbeitia, Floria Luca ad Ray Melham, 2010) 17